• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Orangtua Tunggal Terhadap Perceraian (Studi Kasus Orangtua Tunggal di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi Orangtua Tunggal Terhadap Perceraian (Studi Kasus Orangtua Tunggal di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang)"

Copied!
169
0
0

Teks penuh

(1)

Persepsi Orangtua Tunggal Terhadap Perceraian

(Studi Kasus di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli

Serdang)

PEDOMAN WAWANCARA (Interview Guide)

Pedoman wawancara ditujukan kepada informan kunci, informan utama,

daninforman tambahan untuk mendapatkan informasi mengenai penelitian yang

akandilakukan dilapangan.Pedoman wawancara juga untuk mempermudah dan

mengarahkan peneliti dalam mendapatkan data yang sistematis maka akan

digunakan pedoman wawancara sesuai fokus penelitian.

I. PEDOMAN WAWANCARA UNTUK INFORMAN UTAMA (Orangtua

Tunggal)

A. Profil Informan

1. Nama :

2. Tempat Lahir :

3. Tanggal Lahir :

4. Usia :

5. Jenis Kelamin :

6. Suku :

7. Agama :

8. Pendidikan :

9. Pekerjaan :

(2)

B. Pengetahuan Orangtua Tunggal Tentang Fenomena Perceraian

1. Menurut anda, apa yang dimaksud dengan rumah tangga?

2. Sudah berapa lama anda bercerai?

3. Apakah anda orangtua asli dari anak-anak yang anda asuh saat ini?

4. Mengapa perceraian bisa terjadi didalam kehidupan berkeluarga?

5. Apakah ada konflik yang membuat anda bercerai?

5.1Jika ada, konflik apa yang menyebabkan anda bercerai?

5.2Jika tidak ada, mengapa anda memutuskan untuk bercerai?

6. Bagaimana pandangan anda tentang fenomena perceraian?

C. Pengetahuan Orangtua Tunggal Tentang Dampak Perceraian Bagi Anak dan Orangtua

1. Menurut anda bagaimana keadaan anak-anak anda ketika sudah resmi

bercerai?

2. Apakah anak-anak anda pernah merasakan ketidaknyamanan setelah

orangtuanya telah bercerai?

2.1Jika pernah, ketidaknyamanan seperti apa yang dialami oleh anak?

2.2Jika tidak pernah, apakah anak menerima keadaan orangtuanya yang tidak

lagi bersama?

3. Menurut anda bagaimana keadaan orangtua anda ketika sudah resmi bercerai?

4. Apakah orangtua anda pernah merasakan ketidaknyamanan setelah anda

bercerai?

4.1Jika pernah, ketidaknyamanan seperti apa yang dialami oleh orangtua?

(3)

5. Apakah ada hal positif menurut anda bagi anak-anak dan orangtua anda

setelah bercerai?

D. Pengetahuan Orangtua Tunggal Tentang Perceraian Dari Segi Sosial Ekonomi dan Kesehatan

1. Bagaimana keadaan kehidupan berkeluarga anda setelah bercerai?

2. Apakah ada dampak pada keadaan ekonomi dan kesehatan yang anda rasakan

setelah bercerai?

2.1Jika ada, apa saja dampak yang anda rasakan?

2.2Jika tidak ada, bagaimana keadaan ekonomi dan kondisi kesehatan anda

(4)

II.PEDOMAN WAWANCARA UNTUK INFORMAN UTAMA (Anak)

A. Profil Informan

1. Nama :

2. Tempat Lahir :

3. Tanggal Lahir :

4. Usia :

5. Jenis Kelamin :

6. Suku :

7. Agama :

8. Pendidikan :

9. Pekerjaan :

10. Jumlah Anak :

B. Pengetahuan Anak Terhadap Kehidupan Orangtua Tunggal

1. Menurut anda, apa yang dimaksud dengan orangtua tunggal?

2. Sudah berapa lama anda hidup bersama dengan orangtua anda?

3. Apa dampak negatifnya bagi anda ketika orangtua anda tidak lagi hidup

berdampingan?

(5)

III. PEDOMAN WAWANCARA UNTUK INFORMAN TAMBAHAN (Kepala Desa/ Pemuka Desa, Masyarakat)

A. Profil Informan

1. Nama :

2. Tempat Lahir :

3. Tanggal Lahir :

4. Usia :

5. Jenis Kelamin :

6. Suku :

7. Agama :

8. Pendidikan :

9. Pekerjaan :

10. Jumlah Anak :

B. Pengetahuan Terhadap Perceraian

1. Menurut anda, apa itu perceraian?

2. Bagaimana pandangan anda terhadap perceraian yang terjadi di Dusun III B

Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang

(6)

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi R. 2004. Psikologi Pekerjaan Sosial, dan Ilmu Kesejahteraan Sosial

Dasar-Dasar Pemikiran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Ahmadi, Abu.2007. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

Astarhadi.2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Bungin, B. 2001. Metodologi Penelitian Sosial: Format – Format Kuantitatif dan

Kualitatif.Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

DedyMulyana, 2000. Pengantar Ilmu Komunikasi.Bandung : Remaja. Rosadakarya.

Djamarah, Bahri, Syaiful. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam. Keluarga. Jakarta : PT.Rineka Cipta.

Egelman, Wiliam. 2004. Pemahaman Keluarga. Jakarta: Pearson Education.

Goode, William J. Sosiologi Keluarga. 2007. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Ihromi, T.O.2000. Pluralisme Hukum dan Masalah Perkawinan Campuran. Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia.

Kertamuda, Fatchiah E.2009. Konseling Pernikahan untuk Keluarga Indonesia:

Salemba Humanika.

Moeleong, Lexy J. 2005.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja.

Rosdakarya.

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Penerbit PT Remaja

Rosdakarya.

Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Penerbit PT Remaja

(7)

Prawirohamidjojo, Soetojo. 2002. Pluralisme dalam perundang-undangan

Perkawinan di Indonesia. Surabaya: Airlangga University Press. Cetakan ke III. Robins, Stephen P. Perilaku Organisasi. 2000. Jakarta: Salemba

Siagian, Matias.2011. Metode Penelitian Sosial. Medan: Grafindo Monoratama.

Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung; PT. Refika Aditama.

Suadah.2005. Sosiologi Keluarga.Malang: UMM Press 2003.

Sudarsono.2000. Hukum Perkawinan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta.

Suhendi, Hendi, WahyuRamdani. 2001. Pengantar Studi Sosiologi Keluarga.

Bandung: Pustaka Setia.

Suyanto, Bagong, dkk. (2008). Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif

Pendekatan. Jakarta: Kencana.

Sobur, Alex.20003. Psikologi Umum. Bandung: IKAPI Jawa Barat.

Undang – Undang Republik Indonesia No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.

Walgito, Bimo.2002. Pengantar Psikologi Umum.Yogyakarta: Andi Press.

Walgito, Bimo.2003. Pengantar Psikologi Umum.Yogyakarta: Andi Press.

Walgito, Bimo.2010. Bimbingan dan Konseling Perkawinan: Yayasan Penerbitan

(8)

Sumber lain :

2016 pukul 09.24 WIB

diakses pada tanggal 08 Februari 2016 Pukul 11:57 WIB)

diakses pada tanggal 03 Februari 2016 pukul 19.20 WIB

Februari 2016 Pukul 12.24 WIB)

Februari 2016 pukul 15.51 WIB

WIB

Februari 2016 pukul 20.18 WIB

tanggal 03 Februari 2016 pukul 16.59 WIB

Februari 2016 pukul 18.25 WIB

(9)

Februari 2016 pukul 17.18 WIB

diakses pada tanggal 01 Februari pukul 12.39

WIB)

pada tanggal 03 Februari 2016 pukul 19.45 WIB

tanggal 04 Februari 2016 pukul 17.57 WIB

Februari 2016 pukul 16.40 WIB

(10)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriftif dengan metode pendekatan

kualitatif. Penelitian yang dilakukan dengan tujuan menggambarkan atau

mendeskripsikan obyek dan fenomena yang diteliti. Termasuk di dalamnya

bagaimana unsur-unsur yang ada dalam variable penelitian itu berinteraksi satu sama

lain dan apa pula produk interaksi yang berlangsung (Siagian, 2011:52).

Pada penelitian kualitatif, penelitian dilakukan untuk memahami fenomena

tentang apa yang dialami oleh objek penelitian. Misalnya perilaku, persepsi,

motivasi, tindakan dan lain-lain. Secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam

bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moeleong, 2014:6).

Melalui penelitian ini, penulis ingin memberikan gambaran tentang

bagaimana persepsi orangtua tunggal terhadap perceraian di Dusun III B kecamatan

Patumbak Kabupaten Deli Serdang.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli

Serdang. Alasan pemilihan lokasi ini adalah karena desa ini memiliki jumlah rumah

tangga yang mengalami perceraian yabg banyak, belum ada yang meneliti mengenai

(11)

Kabupaten Deli Serdang.

3.3 Unit Analisa dan Informan

3.3.1 Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian adalah satuan yang diperhitungkan sebagai

subjek penelitian (Arikunto, 2002:121). Adapun unit analisis dalam penelitian ini

adalah anggota masyarakat di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli

Serdang yaitu keluarga yang mengalami perceraian.

3.3.2 Informan

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi

tentang situasi dan kondisi latar penelitian (Moleong, 2010:132). Jadi ia harus

mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitian. Adapun orang-orang yang

menjadi sumber informasi dari data penelitian ini selanjutnya disebut informan.

Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini, dibedakan menjadi 3

jenis yaitu : informan kunci, informan utama dan informan tambahan yang dapat

mendukung penelitian. Maka dalam penelitian ini informan terbagi tiga, yaitu :

a. Informan Kunci

Informan kunci adalah orang yang paling memahami tentang permasalahan

dari penelitian ini karena ia terlibat langsung dalam masalahnya. Dalam

penelitian ini yang menjadi informan kunci adalah orang tua tunggal/single

parent yaitu janda atau duda yang bercerai karena keinginan atau putusan

pengadilan bukan karena kematian di Dusun III B Kecamatan Patumbak

Kabupaten Deli Serdang yang telah mengalami perceraian sebanyak 7 orang.

b. Informan Utama

(12)

interaksi sosial yang diteliti(Suyanto dan Sutinah,2005:171-172). Yang

menjadi informan utama dalam penelitian ini adalah anak yang diasuh oleh

orangtua tunggal di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli

Serdang sebanyak 5 orang

c. Informan Tambahan

Informan tambahan adalah orang yang dapat memberikan informasi walaupun

tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial(Hendarso dalam Sutinah,

2005:171). Yang menjadi informan tambahan dalam penelitian ini sebanyak 3

orang, yaitu :

• Kepala Desa Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang.

• Masyarakat di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang

sebanyak 2 orang.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan

penelitian untuk mengumpulkan data. Metode pengumpulan data pada penelitian ini

menggunakan teknik sebagai berikut:

a. Penelitian Kepustakaan ( Library Research)

Penelitian Kepustakaan merupakan cara mengumpulkan data yang ada

mengenai permasalahan dalam penelitian dengan mengolah berbagai sumber

kepustakaan seperti buku ilmiah, makalah, media massa, media elektronik

serta bentuk tulisan ilmiah lainnya yang berkaitan dengan permasalahan yang

(13)

b. Penelitian Lapangan

Penelitian lapangan merupakan pengumpulan data yang diperoleh melalui

penelitian dengan turun kelokasi penelitian untuk mencari fakta yang

berkaitan dengan masalah yang diteliti yang terdiri dari:

1. Metode pengamatan atau observasi yaitu teknik pengumpulan data yang

mengharuskan si peneliti melibatkan diri dalam kehidupan masyarakat

yang ditelitinya untuk dapat melihat, mendengar, dan memahami

gejala-gejala yang ada, sesuai dengan makna yang diberikan atau yang dipahami

oleh masyarakat yang diteliti.

2. Wawancara mendalam yaitu percakapan tanya jawab yang dilakukan

pengumpul data dengan informan memberikan data dan informasi yang

diperlukan dalam penelitian (Siagian, 2011:207).

3.5 Teknik Analisa Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis data deskriptif dengan pendekatan kualitatif yaitu dengan mengkaji data

yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang dimulai dengan menelaah seluruh

data yang tersedia dari berbagai sumber data yang terkumpul, mempelajari data,

menelaah, menyusun dalam suatu satuan, yang dikategorikan pada tahap berikutnya

dan memeriksa keabsahan data, serta mendefinisikannya dengan analisis sesuai

dengan kemampuan daya peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian (Moeloeng,

2007:247).

Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis secara kualitatif,

dimana analisis data tidak diperlukan model uji statistik dengan memakai

(14)

dan wawancara akan ditampilkan untuk mendukung analisis yang disampaikan,

(15)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI

4.1 Gambaran Umum Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli

Serdang

4.1.1 Sejarah Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang

Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang merupakan

salah satu dari 12 dusun yang ada di Desa Marindal I Kecamatan Patumbak. Pada

awalnya merupakan sebuah wilayah perkebunan hingga tahun 1980 sampai pada

akhirnya hak guna usaha (HGU) PTP habis, maka desa ini berubah menjadi wilayah

pemukiman. Jarak antara Desa Marindal I dengan Ibukota Kecamatan adalah ± 4,6

km, sedangkan ke Ibukota Kabupaten ± 20 km dan jarak ke Ibukota Provinsi ± 7 km.

Desa ini merupakan suatu daerah dataran rendah yang saat ini dikenal sebagai desa

perdagangan dan jasa dengan rata-rata ketinggian 4,5 m dari permukaan laut, dengan

suhu rata-rata 37º C dan rata-rata curah hujan 2000 mm/tahun. Hingga saat kini telah

banyak perubahan dari struktur pembangunan jalan dan pembangunan sarana dan

prasarana di Desa Marindal I.

4.1.2 Keadaan Geografi

Batas-batas Desa Marindal I :

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Harjosari II

b. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Sigare-gare/Lantasan lama/Delitua

c. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Patumbak Kampung

(16)

4.1.3 Keadaan Demografi

Dusun III B mempunyai jumlah penduduk sebanyak 30.721 jiwa yang

terdiri dari 18.433 jiwa perempuan dan 12.288 jiwa laki-laki. Adapun komposisi

penduduk dan distribusi penduduk di Dusun III B dapat dilihat berdasarkan umur,

pekerjaan, pendidikan, dan agama yang masing-masing disajikan dalam tabel.

4.1.3a Umur

Klasifikasi masyarakat di Dusun III B berdasarkan umur dapat dilihat dalam

tabel di bawah ini :

(17)

Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat diketahui mayoritas masyarakat Dusun III

B berusia 24-29 tahun sebanyak 4184 orang (13,62%). Masyarakat yang berada

pada usia 36-41 tahun sebanyak 3514 orang (11,44%), usia 18-23 tahun sebanyak

3317 orang (10,80%), masyarakat yang berusia 54 tahun keatas sebanyak 3253 orang

(10,59%), usia 6-11 tahun sebanyak 2860 orang (9.31%), usia 30-35 tahun sebanyak

2861 orang (9,31%), usia 0-5 tahun sebanyak 2790 orang (9,08%), usia 48-53 tahun

sebanyak 2730 orang (8,86%), masyarakat yang berusia 42-47 tahun sebanyak 2635

orang(8,58%). Minoritas masyarakat sebanyak 2577 orang (8,39%) berusia 12-17

tahun.

4.1.3b Pekerjaan

Klasifikasi masyarakat di Dusun III B berdasarkan pekerjaan dapat dilihat

dalam tabel di bawah ini :

Tabel 4.2

Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

No Jenis Pekerjaan Jumlah (Orang)

1

Sumber data: Dari Data Penduduk Arsip Kantor Kepala Desa Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2016

Maju mundurnya suatu daerah tergantung pada sumber mata pencahariannya,

(18)

pencahariannya. Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa mata pencaharian

masyarakat di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang tidak ada

yang mayoritas akan tetapi masih dalam tahap yang berimbang. Adapun yang

menempati posisi teratas adalah pegawai swasta/wiraswasta sebanyak 246 jiwa,

posisi kedua ditempati pegawai swasta sebanyak 187 jiwa. Meskipun dusun ini

dikenal sebagai dusun perdagangan dan jasa, jumlah pedagang menempati posisi

ketiga sebanyak 131 jiwa. Pedagang di pasar tersebut ada yang menggelar

dagangnnya setiap hari, dan ada juga yang mingguan dikenal dengan sebutan

pedagang mingguan yang hanya berdagang pada hari sabtu dan minggu. Disusul oleh

pensiunan sebanyak 110 jiwa, dan posisi terakhir ditempati oleh petani/buruh

sebanyak 90 jiwa.

Sesuai dengan temuan penulis di lapangan, perceraian yang dilakukan di

Pengadilan Agama maupun Pengadilan Negeri kebanyakan terjadi pada masyarakat

yang mempunyai ekonomi golongan atas. Sedangkan masyarakat golongan bawah

biasanya melakukan proses perceraian secara kekeluargaan karena keterbatasan dana

(19)

4.1.3c Pendidikan

Klasifikasi masyarakat di Dusun III B berdasarkan pendidikan dapat dilihat

dalam tabel di bawah ini :

Tabel 4.3

Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Jumlah Persentase

1

Usia 7-45 tidak pernah sekolah

Pernah sekolah SD tapi tidak tamat

Tamat SD/sederajat

Sumber data: Dari Data Penduduk Arsip Kantor Kepala Desa Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2016

Pendidikan merupakan kunci dari keberhasilan dan kemajuan, melalui

pendidikan maka manusia akan memiliki suatu pola berpikir dan sikap mental yang

baik sehingga memungkinkan adanya pencapaian taraf hidup yang baik. Berdasarkan

tabel 4.3 diatas dapat diketahui mayoritas masyarakat Dusun III B berpendidikan

(20)

sampai hanya tamat sekolah dasar/sederajat sebanyak 6648 orang (21,64%),

berpendidikan sampai tamat sekolah menengah pertama sebanyak 5068 orang

(16,50%). Masyarakat berusia dari 7- 45 tahun tidak pernah bersekolah sebanyak

4497 orang (14,64%), belum sekolah sebanyak 4131 orang (13,45%), berpendidikan

pernah sekolah di sekolah dasar tetapi tidak tamat sebanyak 608 (1,98%),

berpendidikan hingga Diploma 3 sebanyak 463 orang (1,51%), berpendidikan hingga

Strata 1 sebanyak 353 orang (1,15%), berpendidikan hingga Diploma 2 sebanyak 301

orang (0,98%), berpendidikan hingga Diploma 1 sebanyak 245 orang (0,80%), dan

paling sedikit masyarakat yang berpendidikan hingga Strata 2 sebanyak 85 orang

(0,27%) di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang.

Dari komposisi penduduk berdasarkan pendidikan yang telah disajikan pada

tabel 4.3, tampak bahwasanya tingkat pendidikan masyarakat di Dusun III B

termasuk kedalam kategori tinggi dimana terdapat persentase penduduk yang telah

mendapatkan pendidikan hingga ke jenjang S2. Tentunya hal ini disebabkan karena

masyarakat di Dusun III B menyadari akan pentingnya pendidikan. Dari tingkat

ekonomi masyarakat di Dusun III B termasuk kedalam golongan ekonomi menengah.

Sehingga dengan demikian, usaha-usaha untuk meningkatkan taraf pendidikan di

Dusun III B terus diupayakan dalam penyediaan sarana ataupun prasarana

(21)

4.1.3d Agama

Klasifikasi masyarakat di Dusun III B berdasarkan aggama dapat dilihat dalam tabel

di bawah ini:

Sumber data: Dari Data Penduduk Arsip Kantor Kepala Desa Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2016

Masyarakat Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang

termasuk masyarakat yang majemuk baik dari segi suku bangsa maupun dari segi

agama. Mayoritas adalah suku Jawa, dalam agama terdapat pemeluk agama

mayoritas yaitu agama Islam dengan jumlah 18360 orang berdasarkan tabel diatas,

diikuti urutan kedua agama Kristen Protestan dengan jumlah orang 6180, agama

Kristen Katolik sebanyak 3090 orang, agama Budha sebanyak 1534 orang, agama

Hindu sebanyak 1030 orang dan minoritas agama Konghucu sebanyak 527 orang

dari keseluruhan jumlah masyarakat di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten

(22)

4.1.4 Sarana dan Prasarana

Fasilitas sarana dan prasarana merupakan sesuatu hal yang sangat penting

bagi terciptanya pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat. Dengan terpenuhinya

sarana dan prasarana dalam sebuah tatanan lingkungan masyarakat maka masyarakat

sekitar akan lebih mudah dalam memenuhi segala tujuan dan rencana-rencananya.

Adapun sarana dan prasarana yang tersedia di Dusun III B Kecamatan Patumbak

Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada masing-masing tabel yang terdiri dari

sarana peribadatan, prasarana kesehatan dan sarana transportasi:

4.1.4a Sarana Peribadatan

Tabel 4.5

Sarana Peribadatan Di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang

No Agama Jumlah

10 Mesjid 5 Musholla

2 Gereja

Sumber data: Dari Data Penduduk Arsip Kantor Kepala Desa Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2016

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 4.5 dapat diketahui jumlah sarana

(23)

bagi masyarakat beragama katolik, 2 klenteng bagi masyarakat beragama budha dan

hanya 1 kuil dan 1 litang bagi masyarakat beragama Hindu dan Konghucu di Dusun

III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang.

4.1.4b Prasarana Kesehatan

Tabel 4.6

Prasarana Kesehatan Di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang

No Agama Jumlah

Balai Pengobatan Umum (BPU)

-

1

5

Jumlah 6

Sumber data: Dari Data Penduduk Arsip Kantor Kepala Desa Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2016

Masyarakat yang sehat merupakan sebuah indikator dalam melihat tingkat

kesejahteraan masyarakat tersebut. Untuk itu terpenuhinya fasilitas prasarana

kesehatan akan mendukung bagi terciptanya peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Berdasarkan data yang disajikan di tabel 4.6 dapat diketahui bahwa sarana kesehatan

yang ada di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang terdiri dari 1

buah Puskesmas, dan Balai Pengobatan Umum sebanyak 5 buah. Prasarana

kesehatan di desa ini belum memadai jika dibandingkan dengan jumlah

(24)

4.1.4c Sarana Transportasi

Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang memiliki sarana

transportasi yang baik. Selain memiliki kendaraan pribadi seperti sepeda motor dan

mobil, bagi yang tidak memiliki kendaraan sendiri mereka dapat menggunakan

angkutan umum daerah atau becak mesin yang ada di daerah ini. Angkutan umum

yang ada pada desa ini antara lain Koperasi Pengangkutan Umum Medan (KPUM)

dan Mitra.

4.2 Organisasi Sosial

Tabel 4.7

Organisasi Sosial Di Dusun III B

Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang No Jenis Organisasi Sosial Anggota Fungsi

1 Serikat Tolong Menolong Orang-orang yang

berada disekitaran

2 Perwiritan Khusus beragama

(25)

Berdasarkan data yang disajikan di tabel 4.7 dapat diketahui bahwa Dusun III

B Kecamatan Patumbak memiliki beberapa organisasi sosial diantaranya Serikat

Tolong Menolong (STM) yaitu organisasi masyarakat yang bersifat resmi dengan

tujuan membantu penduduk yang mengalami musibah seperti sakit, meninggal dunia

dan lain-lain. Pertolongan yang diberikan berupa materi yang jumlahnya sudah

ditetapkan pada anggaran dasar dan anggaran rumah tangga organisasi. Kemudian

perwiritan di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang adalah

sebuah organisasi yang bersifat keagamaan yang terbagi dua bagian yaitu perwiritan

kaum bapak dan kaum ibu yang bertujuan untuk menjalin persatuan dan kesatuan

sesama umat beragama Islam, dan karang taruna yaitu organisasi yang

keanggotaanya terbuka bagi muda-mudi yang ada di Dusun III B Kecamatan

Patumbak Kabupaten Deli Serdang, bertujuan menjalin persatuan dan kesatuan antar

muda mudi tanpa membedakan suku atau agama. Kegiatan organisasi ini adalah

memberi bantuan bagi anggota, memeriahkan hari-hari besar nasional seperti 17

(26)

4.3 Struktur Pemerintahan Desa Marindal 1 Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang

Berikut merupakan susunan Pemerintahan Desa Desa Marindal 1 Kecamatan

Patumbak Kabupaten Deli Serdang:

Badan Permusyawaratan Desa : Drs.Burhanuddin Sitompul, MH

Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa : Poge Juniardi SE, MH

Kepala Desa : Drs.Syarifuddin Lubis

Sekretaris Desa : Drs.Juliono

Bendahara : Witriani

Kepala Urusan Umum : Nurhamida

Kepala Urusan Pemerintah : Mismanto

Kepala Urusan Pembangunan : M.Romzi

Kepala Dusun I : Tuono

Kepala Dusun II : M Simanjuntak

Kepala Dusun III A : Samio G.P

Kepala Dusun III B : Sami Juhardi Hasim

Kepala Dusun IV : Sahman

Kepala Dusun V : Sutrisno

(27)

Kepala Dusun VII : Tukiran

Kepala Dusun VIII : Andi Gapta

Kepala Dusun IX : Rasimin

Kepala Dusun X : Erianto

Kepala Dusun XI : Tular

Keterangan: Kepala Urusan Umum mengurus SKTP, surat menikah; Kepala Urusan

Pemerintah mengurus urusan tanah,organisasi dan pemuda; Kepala Urusan

(28)

Gambar 2.2

Bagan Struktur Pemerintahan Desa Marindal 1 Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang

Drs. Burhanuddin Sitompul, MH

Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

Drs. Syarifuddin Lubis

Kepala Desa

Poge Juniardi SE, MH

Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD)

Drs. Juliono

Sekretaris Desa

M.Romzi

Kepala Urusan Pembangunan

Mismanto

Kepala Urusan Pemerintah

Nurhamida

Kepala Urusan Umum

Witriani

Bendahara

I II III A III B IV V VI VII VIII IX X XI

(29)

BAB V ANALISA DATA

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di lapangan melalui teknik

wawancara mendalam, informan yang memenuhi syarat untuk dianalisis telah

diwawancara. Informan pada penelitian ini berjumlah 15 orang, terdiri dari informan

kunci berjumlah 7 orang, informan utama berjumlah 5 orang dan informan tambahan

berjumlah 3 orang. Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas data yang telah

terkumpul dapat dilihat pada data yang telah dianalisis sebagai berikut:

5.1 Karakteristik Informan

5.1.1 Identitas Informan Kunci Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan Terakhir, Pekerjaan dan Pendapatan

Adapun data informan kunci pada tabel berikut ini:

Tabel 5.1

Data Informan Kunci Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan Terakhir,

(30)

Informan kunci keseluruhan berjumlah 7 orang, terdiri atas 5 orang informan

bermata pencaharian sebagai wiraswasta dan 2 orang bukan wiraswasta. Dari tabel di

atas dapat dilihat bahwa pendapatan informan yang paling tinggi sebanyak

5.000.000. Hal ini merupakan salah satu faktor dominan terjadinya perceraian yaitu

masalah ekonomi, tingginya biaya hidup sementara pemasukan rendah.

5.1.2 Identitas Informan Utama Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan Terakhir, Pekerjaan dan Pendapatan

Adapun data informan utama pada tabel berikut ini:

Tabel 5.2

Data Informan Utama Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan Terakhir,

Pekerjaan dan Pendapatan

Sumber: Hasil Temuan Lapangan Tahun 2016

Informan utama berjumlah 5 orang dari jumlah keseluruhan orangtua tunggal

yang dijadikan sebagai informan. Terdiri atas 3 orang informan berusia dibawah 24

(31)

5.1.3 Identitas Informan Tambahan Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan Terakhir, Pekerjaan dan Pendapatan

Adapun data informan tambahan pada tabel berikut ini:

Tabel 5.3

Data Informan Tambahan Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan

Terakhir, Pekerjaan dan Pendapatan

No Nama Jenis

Sumber: Hasil Temuan Lapangan Tahun 2016

Informan tambahan berjumlah 3 orang, yaitu Kepala Dusun III B Kecamatan

Patumbak Kabupaten Deli Serdang, dan 2 informan yang merupakan masyarakat

Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang yang sudah menikah.

Hal ini dimaksudkan karena dinilai informan memiliki pandangan, penilaian dan

(32)

5.2 Profil Informan

5.2.1 Informan Kunci

1. Isti (51)

Ibu bernama panggilan Is, lahir di Medan pada 17 Juni 1965 bersuku Karo

adalah ibu dari 3 orang anak, masing-masing bernama Gezka (27), Enreni (22), dan

Marco (20) yang telah membina rumah tangga dengan mantan suaminya sejak tahun

1988 hingga pada akhirnya resmi bercerai pada tahun 2012. Kesibukan Ibu Isti setiap

harinya yaitu mengurus usaha butik yang digelutinya semenjak bercerai sampai saat

ini. Ibu Isti adalah seorang kristen yang aktif di berbagai kegiatan-kegiatan dengan

kalangannya sebagai wanita. Tinggal bersama kedua anaknya Enreni dan Marco.

2. Nesita (42)

Ibu bernama panggilan Ita, lahir di Medan pada 18 Maret 1974 bersuku

Jawa adalah ibu dari 7 orang anak, masing-masing bernama Santun (29), Reski (27),

Gibran (25), Prinanti (19), Juani (16), Juana (16) dan Bayu (12) yang telah membina

rumah tangga dengan mantan suaminya sejak tahun 1985 hingga pada akhirnya

memutuskan bercerai pada tahun 2012. Ibu Ita adalah seorang Islam. Tinggal

bersama keempat anaknya Gibson, Prinanti, Juani dan Juana. Aktifitas keseharian

yang dilakukan oleh Ibu Ita ialah setiap pagi berjualan sarapan pagi, gorengan dan

kue-kue di depan rumahnya. Usaha yang sudah Ibu Ita lakukan sebelum bercerai

untuk menambah pendapatan biaya hidup. Letak rumah Ibu Ita yang berada tepat di

pinggir jalan sehingga banyak yang melewati dan melihat membuat usaha jualannya

(33)

3. Basir (32)

Bapak bernama panggilan Sir, lahir di Solok pada 14 September 1984

bersuku Jawa adalah bapak dari 2 orang anak, masing-masing bernama Miracle (10)

dan Axany (7) yang telah membina rumah tangga dengan mantan istrinya sejak tahun

2004 hingga akhirnya memutuskan bercerai pada tahun 2014. Pak Sir adalah seorang

Islam. Aktifitas keseharian yang dilakukan oleh Pak Sir ialah setiap pagi pergi

berangkat kerja di salah satu perusahaan swasta di bidang asuransi, hingga sore

pulang dan tinggal bersama orangtua dari 2 tahun lalu pasca bercerai.

4. Riska (51)

Ibu bernama panggilan Ika, lahir di Siantar pada 14 Januari 1965 bersuku

Jawa adalah ibu dari 4 orang anak, masing-masing bernama Jofta (30), M. Rahman

(26), Dita (22) dan Shinta (16) yang telah membina rumah tangga dengan mantan

suaminya sejak tahun 1985 hingga pada akhirnya resmi bercerai pada tahun 2013.

Tinggal bersama anaknya Jofta, Dita dan Shinta. Ibu Riska adalah seorang Islam.

Kesibukan Ibu Ika setiap harinya yaitu bekerja di perusahaan swasta di bidang tekstil

dari hari senin hingga jumat mulai dari tahun 1990 saat ibu ika berusia 25 tahun

setelah menikah.

5. Fitraina (36)

Ibu bernama panggilan fit, lahir di Pasar Baru pada 22 Oktober 1980

bersuku Mandailing adalah ibu dari 1 orang anak bernama Purnawira (14) yang telah

membina rumah tangga dengan mantan suaminya sejak tahun 2001 hingga bercerai

(34)

adalah seorang Islam. Kesibukan Ibu Fit setiap harinya yaitu bekerja di perusahaan

kimia swasta di bidang obat-obatan.

6. Moer (53)

Bapak bernama panggilan Moer lahir di Aceh pada 23 November 1963

bersuku Jawa adalah ayah dari 3 orang anak, masing-masing bernama M.Fuad (22),

Arta (20) dan Witra (15) yang telah membina rumah tangga dengan mantan istrinya

sejak tahun 1994 hingga bercerai pada tahun 2015 yang lalu. Tinggal bersama

dengan anaknya M. Fuad dan Arta setelah resmi bercerai. Pak Moer adalah seorang

Islam. Kesibukan Pak Moer setiap harinya yaitu bekerja sebagai Pegawai Negeri

Sipil di salah satu Instansi Pemerintahan.

7. Jojor (40)

Ibu bernama panggilan jojor lahir di Medan pada 2 Februari 1976 bersuku

Batak adalah ibu dari 4 orang anak, masing-masing bernama Israeli (29), Medina

(26), Bintang (22) dan Winna (20) yang telah membina rumah tangga dengan mantan

suaminya sejak tahun 1988 hingga bercerai pada tahun 2015. Tinggal bersama

dengan anaknya Bintang dan Winna setelah resmi bercerai. Ibu Jojor adalah seorang

Kristen. Kesibukan Ibu Jojor setiap harinya yaitu bekerja di perusahaan swasta di

(35)

5.2.2 Informan Utama

1. Enreni (22)

Anak kedua Ibu Isti dari tiga bersaudara, lahir di Medan pada 7 Juni 1994

bersuku Simalungun dan beragama Kristen. Baru saja menyelesaikan pendidikan

terakhir strata satu dari universitas swasta di medan. Saat ini kesibukan yang dijalani

oleh Enreni adalah ikut membantu mengurus usaha butik Ibu Isti mengisi

kekosongan waktu senggangnya.

2. Gibran (25)

Anak ketiga Ibu Nesita dari tujuh bersaudara, lahir di Binjai pada 19

Agustus 1991 bersuku Jawa. Memiliki pendidikan terakhir strata satu dari universitas

negeri di padang dan sudah bekerja sebagai pegawai negeri sipil di salah satu instansi

pemerintahan di Kota Medan. Saat ini kesibukan yang dijalani oleh Gibran adalah

setiap pagi berangkat kerja, ikut membantu sedikit biaya hidup dan sekolah

adik-adiknya Prinanti,Juani dan Juana.

3. Jofta (30)

Anak sulung Ibu Riska dari empat bersaudara, lahir di Medan pada 12

Januari 1986 bersuku Batak. Memiliki pendidikan terakhir strata satu dari universitas

negeri di jawa barat dan sudah bekerja sebagai karyawan di salah satu perusahaan

swasta asing di Kota Medan. Saat ini kesibukan yang dijalani oleh Jofta adalah setiap

pagi berangkat kerja, ikut membantu sedikit biaya hidup dan sekolah adik-adiknya

(36)

4. Arta (20)

Anak kedua Pak Moer dari tiga bersaudara, lahir di Kutacane pada 10

April 1996 bersuku Jawa, memiliki pendidikan terakhir sekolah menengah atas. Saat

ini kesibukan yang dijalani oleh Arta adalah mengikuti perkuliah tingkat empat di

salah satu sekolah tinggi ekonomi swasta di Kota Medan.

5. Winna (20)

Anak bungsu Ibu Jojor dari empat bersaudara, lahir di Medan pada 10

Desember 1996 bersuku Karo, memiliki pendidikan sekolah menegah atas. Saat ini

kesibukan yang dijalani oleh Winna adalah mengikuti perkuliahan tingkat empat di

(37)

5.2.3 Informan Tambahan

1. Syarifuddin Lubis (55)

Bapak Syarifuddin Lubis adalah Kepala Desa Marindal I Kecamatan

Patumbak Kabupaten Deli Serdang.

2. Sari (30)

Anggota masyarakat di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli

Serdang yaitu wanita yang sudah menikah dan memiliki 2 orang anak, berpendidikan

terakhir strata satu yang saat ini bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di salah satu

instansi pemerintahan di Kota Medan.

2. Julios (30)

Anggota masyarakat di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli

Serdang yaitu laki-laki yang sudah menikah dan memiliki 1 orang anak,

berpendidikan terakhir Diploma (D3) yang saat ini bekerja sebagai karyawan di

(38)

5.3Hasil Temuan

Informan Kunci

Biodata Orangtua Tunggal (Informan 1)

1. Nama : Isti

2. Tempat Lahir : Medan

3. Tanggal Lahir : 17 Juni 1965

4. Usia : 51 Tahun

5. Jenis Kelamin : Perempuan

6. Suku : Karo

7. Agama : Kristen Protestan

8. Pendidikan : D3

9. Pekerjaan : Wiraswasta

10. Jumlah Anak : 3 Orang

a. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian:

Pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian dapat di jabarkan

sebagai berikut. Pertama informan mencoba menjawab pertanyaan yang diberikan

oleh peneliti mengenai apa itu rumah tangga. Berikut kutipan wawancara peneliti

dengan informan:

“Menurut saya rumah tangga adalah suatu kumpulan terkecil di masyarakat dimana didalamnya terdapat ayah,ibu dan anak-anak."

Walaupun informan menjawab pertanyaan pertama peneliti dengan gugup,hal

(39)

sudah berapa lama informan bercerai. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan

informan:

“Euumm.. bercerai sudah hampir tiga tahun yang lalu.”

Informan menjawab dengan nada bicara yang perlahan, dan mengatakan dia

adalah orangtua asli dari anak-anaknya yang diasuhnya sampai saat ini. Dengan

begitu, peneliti mencoba menanyakan kepada informan mengapa perceraian bisa

terjadi di dalam kehidupan berkeluarga. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan

informan:

“Perceraian terjadi karena diakibatkan banyak faktor-faktor, diantaranya ialah faktor ekonomi, kekerasan dalam rumah tangga, orang ketiga, sering terjadinya konflik, beda visi-misi, dan lain hal menurut saya.”

Informan menjawab menurut apa yang dia ketahui secara umum dan juga

sesuai yang dialaminya. Kemudian peneliti mencoba menggali lebih dalam

menanyakan dan meminta penjelasan tentang konflik apa yang menyebabkan

informan bercerai dan memutuskan untuk menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan

wawancara peneliti dengan informan:

“Ya, ada.. secara singkat saya simpulkan, ya beda visi misi, seperti pendapat dan prinsip setelah menikah.”

Informan memberikan jawabannya dengan singkat sesuai dengan apa yang

ingin diberitahukan olehnya saja. Dengan begitu peneliti kemudian menanyakan

bagaimana pandangan informan mengenai perceraian. Berikut hasil wawancara

peneliti dengan informan:

(40)

malunya bila bercerai, tapi kalau sekarang orang-orang sudah semakin pintar dan memaklumi. Tidak cocok sedikit langsung bercerai. Euumm.., seperti menganggap pernikahan bukan sesuatu yang sakral. Bisa kita lihat fenomena yang seperti ini marak terjadi di kalangan artis.”

Informan menjawab seperti apa pandangannya mengenai perceraian dengan

melihat dari berbagai jenis faktor penyebab dan sesuai yang ia alami sebagai

orangtua tunggal akibat perceraian juga seperti yang informan ketahui secara umum.

b. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang dampak perceraian

bagi anak dan orangtua:

Setelah mengalami perceraian, kondisi ataupun keadaankehidupan di

keluarga bercerai pasti berubah dan berbeda dibandingkan dengan keluarga utuh atau

yang tidak mengalami perceraian. Dengan begitu, peneliti menanyakan bagaimana

keadaan anak setelah informan mengalami perceraian. Berikut hasil wawancara

peneliti dengan informan:

“Keadaan anak-anak saya setelah bercerai, saya bercerai itu sekitar tiga tahun lebih ya, sudah gak terasa terlalui. Pada saat itu anak-anak saya sempat kecewa dengan keinginan dan keputusan saya, jadi begitu saya resmi bercerai anak-anak saya tetap saya rangkul dan bimbing. Saya sebisa mungkin menjadi orangtua tunggal yang tetap mengajarkan hal-hal positif ke anak agar mereka tidak malu akan keadaan ini. Ya.. saya bersyukur, anak-anak tidak pernah merasa malu dan tidak kekurangan kasih sayang dari saya dan pihak keluarga yang lain semenjak perceraian saya.”

(41)

anak-anaknya dan seperti apa sikap mereka atas kondisi orangtuanya. Berikut

kutipan wawancara peneliti dengan informan:

“Saya rasa anak saya tidak pernah merasakan ketidaknyamanan, ya. Mereka sudah pada besar-besar, dewasa. Mereka menerima-nerima saja keadaan orangtuanya.”

Informan mengaku kondisi anaknya-anaknya baik saja sepengetahuannya dan

sebisa mungkin tetap memantau perkembangan kehidupan anak-anaknya. Peneliti

mencoba menanyakan seperti apa kondisi orangtuanya ketika resmi menyandang

status single parent pasca perceraian. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan

informan:

“Keadaan orangtua saya baik-baik saja, tidak ada masalah. Tidak pernah merasakan ketidaknyaman setelah saya bercerai. Orangtua saya terus memotivasi, selalu menerima keadaan saya selaku anaknya apa adanya.”

Informan memberitahu hal-hal apa saja yang sering ia bicarakan dengan

orangtuanya. Seiring terjadinya interaksi, menurut informan setelah mengalami

perceraian, di dalam keluarganya komunikasi yang terjalin semakin dipererat.

Pernyataan yang diberikan informan berkaitan dengan pertanyaan peneliti berikutnya

yaitu tentang hal-hal positif apa bagi anak-anaknya dan orangtuanya setelah bercerai.

Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan:

“Hal positifnya kalau dibandingkan saat itu dengan sekarang adalah sekarang lebih tenang dalam artian tidak menjadi beban pikiran keluarga saya lagi dan beban mental bagi anak-anak saya. Rileks-rileks saja saya rasa menjalani keadaan.”

Menurut informan hasil dari putusan perceraianmenciptakan suasana

(42)

perceraian memang salah satu pilihan terbaik menyelesaikan masalah dalam rumah

tangga.

c. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang perceraian dari segi

sosial ekonomi dan kesehatan:

Perceraian tentunya banyak melalui proses dan menyita banyak waktu dan

pikiran. Informan mencoba mengemukakan pendapatnya tentang bagaimana keadaan

kehidupan berkeluarganya setelah perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti

dengan informan:

“Keadaan kehidupan keluarga saya setelah bercerai baik-baik saja, kami hidup sejahtera dan bahagia.”

Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan bagaimana keadaan ekonomi

dan kondisi kesehatan informan stelah menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan

wawancara peneliti dengan informan:

“Tidak ada dampak. Keadaan ekonomi dan kondisi kesehatan saya baik-baik saja, kok pada saat itu hingga saat ini. Ya saya tetap berpacu untuk mencari rejeki demi anak-anak.”

Informan menjawab seperti apa sesuai dengan keadaannya yang sebenarnya.

Informan berpendapat walaupun dalam keadaan keluarga yang sudah bercerai, dari

segi sosial ekonomi dan kesehatannya tetap stabil hingga saat ini dari sebelum

(43)

Biodata Orangtua Tunggal (Informan 2)

1. Nama : Nesita

2. Tempat Lahir : Medan

3. Tanggal Lahir : 18 Maret 1975

4. Usia : 41 Tahun

5. Jenis Kelamin : Perempuan

6. Suku : Jawa

7. Agama : Islam

8. Pendidikan : SMA

9. Pekerjaan : Pedagang

10. Jumlah Anak : 7 Orang

a. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian:

Pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian dapat di jabarkan

sebagai berikut. Pertama informan mencoba menjawab pertanyaan yang diberikan

oleh peneliti mengenai apa itu rumah tangga. Berikut kutipan wawancara peneliti

dengan informan:

“Menurut saya rumah tangga itu adalah susunan cerita kehidupan, ada anggota keluarga didalam. Anak,bapak,ibu."

Walaupun informan menjawab pertanyaan pertama peneliti dengan

seadanya,hal ini tidak mempengaruhi informan untuk menjawab pertanyaan

selanjutnya mengenai sudah berapa lama informan bercerai. Berikut kutipan

wawancara peneliti dengan informan:

(44)

Informan menjawab dengan informasi yang lengkap, dan mengatakan

merupakan orangtua asli dari anak-anaknya yang diasuhnya sampai saat ini. Dengan

begitu, peneliti mencoba menanyakan kepada informan mengapa perceraian bisa

terjadi di dalam kehidupan berkeluarga. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan

informan:

“Semua orang tidak pernah menginginkan masalah di dalam rumah tangganya, bisa terjadi karena keiginan masing-masing.”

Informan menjawab sesuai dengan yang dialaminya. Kemudian peneliti

mencoba menggali lebih dalam menanyakan dan meminta penjelasan tentang konflik

apa yang menyebabkan informan bercerai dan memutuskan untuk menjadi orangtua

tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:

“Ya, tentu..Faktor orang ketiga. Ibu tidak mau dipoligami”

Informan memberikan jawabannya dengan singkat sesuai dengan apa yang

ingin disampaikannya. Dengan begitu, peneliti kemudian menanyakan bagaimana

pandangan informan mengenai perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan

informan:

“Pandangan ibu tentang fenomena perceraian, siapa saja bisa terkena musibah didalam rumah tangganya. Tidak asing kalau kita dengar kata cerai, karena semua tau ya arti cerai itu apa. Bercerai bukan sesuatu hal yang sepele, untuk itu perlu dimantapkan hati,pikirannya kalau mau memutuskan. Tidak karena hal kecil setitik minta talak.”

Informan menjawab seperti apa pandangannya mengenai perceraian dengan

ekspresi serius dengan melihat dari berbagai jenis faktor penyebab dan sesuai yang ia

(45)

b. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang dampak perceraian

bagi anak dan orangtua:

Setelah mengalami perceraian, kondisi ataupun keadaankehidupan di

keluarga bercerai pasti berubah dan berbeda dibandingkan dengan keluarga utuh atau

yang tidak mengalami perceraian. Dengan begitu, peneliti menanyakan bagaimana

keadaan anak setelah informan mengalami perceraian. Berikut hasil wawancara

peneliti dengan informan:

“Keadaan anak-anak setelah bercerai, ibu bercerai itu keputusannya dulu itu bersama dengan keluarga juga dirundingkan,bertukar pikiran sama-sama. Sampai sekarang masih menjalani kegiatannya masing-masing seperti biasa. Mereka sudah banyak mengerti ibu rasa, baik-baik semua. Hal yang positif,nasehat itu pasti masih ibu arahkan dan selalu dijalankan.”

Informan memaparkan hal-hal yang dialaminya bersama anak-anaknya

setelah bercerai. Seiring mengutarakan hal tersebut, informan megutarakan perasaan

anak-anaknya dan seperti apa sikap mereka atas kondisi orangtuanya. Berikut

kutipan wawancara peneliti dengan informan:

“Kalo perasaan ketidaknyamanan, Ibu rasa si bungsu ibu, Bayu. Tinggalnya disana, sama bapaknya mulai dari resmi cerai.

Dengan begitu, informan mencoba menggali informasi ketidaknyamanan

seperti apa yang dialami Bayu. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:

“Lingkungannya tidak sama seperti dulu masih serumah, wong lain ibunya.”

Informan mengaku kondisi anaknya-anaknya yang lain menurutnya baik-baik

saja sepengetahuannya selain Bayu dan tetap mengawasi kehidupan anak-anaknya.

(46)

resmi menyandang status single parent pasca perceraian. Namun, ternyata orangtua

Ibu Nesita sudah meninggal dunia sebelum perceraiannya dengan mantan suaminya.

Informan memberitahu hal-hal apa saja yang sering ia bicarakan dengan

semua anak-anaknya. Seiring terjadinya interaksi, menurut informan setelah

mengalami perceraian, di dalam keluarganya rasa peduli antara anggota keluarga

semakin sering dinyatakan. Pernyataan yang diberikan informan berkaitan dengan

pertanyaan peneliti berikutnya yaitu tentang hal-hal positif apa bagi anak-anaknya

dan orangtuanya setelah bercerai. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan:

“Hal positifnya mereka kalau dibandingkan saat itu dengan sekarang adalah lebih bijak menanggapi sesuatu hal dari orang.”

Menurut informan hasil dari putusan perceraianmenjadikan kedua belah pihak

menjadi sama-sama tentram.

c. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang perceraian dari segi

sosial ekonomi dan kesehatan:

Perceraian tentunya banyak melalui proses dan menyita banyak waktu dan

pikiran. Informan mencoba mengemukakan pendapatnya tentang bagaimana keadaan

kehidupan berkeluarganya setelah perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti

dengan informan:

(47)

Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan bagaimana keadaan ekonomi

dan kondisi kesehatan informan stelah menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan

wawancara peneliti dengan informan:

“Ya ada dampaknya. Keadaan ekonomi dulu kan masih ada tambahan. Kalau sekarang tidak lagi ada ya, hanya untuk anak-anak biayanya. Kondisi kesehatan saya baik-baik saja hingga saat ini.”

Informan menjawab seperti apa sesuai dengan keadaannya. Informan

berpendapat walaupun dalam keadaan keluarga yang sudah bercerai, dari segi sosial

ekonomi dan kesehatannya masih berkondisi baik, tidak kekurangan dan masih tetap

berusaha menafkahi anak-anaknya.

Biodata Orangtua Tunggal (Informan 3)

1. Nama : Basir

2. Tempat Lahir : Solok

3. Tanggal Lahir : 14 September 1984

4. Usia : 32 Tahun

5. Jenis Kelamin : Laki-laki

6. Suku : Jawa

7. Agama : Islam

8. Pendidikan : S1

9. Pekerjaan : Wiraswasta

(48)

a. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian:

Pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian dapat di jabarkan

sebagai berikut. Informan mencoba menjawab pertanyaan yang diberikan oleh

peneliti mengenai apa itu rumah tangga. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan

informan:

“Menurut saya rumah tangga itu adalah beberapa orang yang terkumpul yang didalamnya ada orangtua dan anak."

Informan menjawab pertanyaan pertama peneliti dengan singkat. Kemudian

dengan jawaban yang sederhana, informan menjawab pertanyaan selanjutnya

mengenai sudah berapa lama informan bercerai. Berikut kutipan wawancara peneliti

dengan informan:

“Sudah dua tahun yang lalu.”

Informan mengatakan dia adalah orangtua asli dari anak-anaknya yang

diasuhnya sampai saat ini. Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan kepada

informan mengapa perceraian bisa terjadi di dalam kehidupan berkeluarga. Berikut

kutipan wawancara peneliti dengan informan:

“Apa yang tidak bisa terjadi. apalagi perceraian, sudah lumrah terjadi bilamana ada masalah yang tidak lagi sepakat antara pasangan suami dan istri.”

Informan menjawab menurut apa yang dia ketahui secara umum dan juga

sesuai yang dialaminya. Kemudian peneliti mencoba menggali lebih dalam

menanyakan dan meminta penjelasan tentang sebab apa yang menyebabkan informan

bercerai dan memutuskan untuk menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan

wawancara peneliti dengan informan:

(49)

Informan memberikan jawabannya dengan singkat sesuai dengan apa yang

ditanyakan peneliti. Dengan begitu peneliti kemudian menanyakan bagaimana

pandangan informan mengenai perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan

informan:

“Pandangan saya tentang fenomena perceraian, sangat disayangkan ketika janji dan sumpah pernikahan tidak bisa dijalankan sesuai agama. Selama perceraian menjadi jalan yang paling baik dan tidak menganggu kehidupan orang, menurut saya wajar saja. Ya walaupun, sebenarnya tidak baik dilakukan karena dampaknya sangat banyak buat anak. Menjalani hal yang terbaik saja.”

Informan menjawab seperti apa pandangannya mengenai perceraian dengan

mempertimbangkan dari berbagai jenis faktor penyebab dan sesuai dengan apa yang

dialami sebagai orangtua tunggal akibat perceraian juga seperti yang informan

ketahui secara umum.

b. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang dampak perceraian

bagi anak dan orangtua:

Setelah mengalami perceraian, kondisi ataupun keadaankehidupan di

keluarga bercerai pasti berubah dan berbeda dibandingkan dengan keluarga utuh atau

yang tidak mengalami perceraian. Dengan begitu, peneliti menanyakan bagaimana

keadaan anak setelah informan mengalami perceraian. Berikut hasil wawancara

peneliti dengan informan:

“Keadaan anak-anak setelah bercerai, baik-baik saja. Anak-anak saya juga masih kecil, belum mengerti orangtuanya sudah bercerai. Cuma tau orangtuanya uda tidak sama lagi rumahnya, seperti itu.”

Informan juga memaparkan hal-hal yang dialaminya bersama anak-anaknya

(50)

anak-anaknya dan seperti apa sikap mereka atas kondisi orangtuanya. Berikut

kutipan wawancara peneliti dengan informan:

“Tidak pernah. Mungkin nanti dijelaskan ketika mereka sudah bisa mengerti. Saat ini saya melihat masih seperti biasa saja, tidak ada keluhan.”

Informan mengaku kondisi anaknya-anaknya baik saja dan tetap terus

memperhatikan kehidupan anak-anaknya. Peneliti mencoba menanyakan seperti apa

kondisi orangtuanya ketika resmi menyandang status single parent pasca perceraian.

Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:

“Tidak mengalami ketidaknyamanan. Orangtua saya baik-baik saja, hubungan saya dan keluarga mantan istri juga masih baik silahturahminya. Mereka menerima, keputusan perceraian semua juga mengetahui alasannya kenapa.”

Informan memberitahu hal-hal apa saja yang sering ia bicarakan dengan

orangtuanya. Seiring terjadinya interaksi, menurut informan setelah mengalami

perceraian, di dalam keluarganya komunikasinya semakin intens. Pernyataan yang

diberikan informan berkaitan dengan pertanyaan peneliti berikutnya yaitu tentang

hal-hal positif apa bagi anak-anaknya dan orangtuanya setelah bercerai. Berikut hasil

wawancara peneliti dengan informan:

“Hal positifnya buat anak-anak tidak ada. Kalau buat orangtua setelah saya bercerai, lebih tenang sekarang pikirannya kalau dulu banyak sekali yang mau diselesaikan untuk bercerai.

Menurut informan hasil dari putusan perceraianmenciptakan suasana

kehidupan yang baru dan lebih rumit buat saya walaupun kondisinya saat ini menjadi

lebih kondusif dari sebelumnya bercerai dengan mantan istrinya.

(51)

Perceraian tentunya banyak melalui proses dan menyita banyak waktu dan

pikiran. Informan mencoba mengemukakan pendapatnya tentang bagaimana keadaan

kehidupan berkeluarganya setelah perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti

dengan informan:

“Keadaan kehidupan keluarga setelah bercerai baik-baik saja, tapi tidak lagi sama dengan yang dulu. Ada jarak karena kita bukan suami istri lagi, hanya menjalankan fungsi masing-masing buat anak.”

Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan bagaimana keadaan ekonomi

dan kondisi kesehatan informan stelah menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan

wawancara peneliti dengan informan:

“Tidak ada dampak. “Keadaan ekonomi dan kondisi kesehatan saya baik-baik saja. Pendapatan saya cukup, kondisi saya stabil.”

Informan menjawab dengan apa adanya. Informan berpendapat walaupun

dalam keadaan keluarga yang sudah bercerai, dari segi sosial ekonomi dan

(52)

Biodata Orangtua Tunggal (Informan 4)

1. Nama : Riska

2. Tempat Lahir : Siantar

3. Tanggal Lahir : 14 Januari 1965

4. Usia : 51 Tahun

5. Jenis Kelamin : Perempuan

6. Suku : Jawa

7. Agama : Islam

8. Pendidikan : SMA

9. Pekerjaan : Wiraswasta

10. Jumlah Anak : 4 Orang

a. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian:

Pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian dapat di jabarkan

sebagai berikut. Pertama informan mencoba menjawab pertanyaan yang diberikan

oleh peneliti mengenai apa itu rumah tangga. Berikut kutipan wawancara peneliti

dengan informan:

“Rumah tangga itu menurut saya adalah sekumpulan anggota keluarga, ayah,ibu,anak yg berada dalam satu rumah."

Informan menjawab pertanyaan pertama peneliti sesuai dengan

pengetahuanny. Selanjutnya mengenai sudah berapa lama informan bercerai. Berikut

kutipan wawancara peneliti dengan informan:

“Saya bercerai tahun 2013.”

(53)

peneliti mencoba menanyakan kepada informan mengapa perceraian bisa terjadi di

dalam kehidupan berkeluarga. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:

“Perceraian bisa terjadi karena sudah tidak ada lagi keseimbangan, seia sekata, sehati,selaras dalam membina dan menjalani rumah tangga.”

Informan menjawab menurut apa yang dia ketahui secara umum singkat

sesuai dengan apa yang ingin diberitahukan olehnya dan juga sesuai yang

dialaminya. Kemudian peneliti mencoba menggali lebih dalam menanyakan dan

meminta penjelasan tentang konflik apa yang menyebabkan informan bercerai dan

memutuskan untuk menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti

dengan informan:

“Ya, ada.. pertengkaran, cekcok hampir setiap hari selama dua tahun sebelum memutuskan bercerai. Kesalahan yang tidak lagi ditoleransi oleh hati.”

Informan memberikan pernyataannya dengan gugup, walaupun begitu, tidak

mempengaruhinya untuk menjawab hal selanjutnya yang ditanyakan peneliti kepada

informan. Dengan begitu peneliti kemudian menanyakan bagaimana pandangan

informan mengenai perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan:

“Pandangan saya tentang fenomena perceraian, siapa saja pasti memiliki masalah didalam rumah tangganya. Bukan lagi persoalan asing jika mendengar kata cerai di jaman ini. Sedapat mungkin dihindari walaupun suami dan istri sama-sama menginginkan bagaimana jalannya yang terbaik.”

Informan menjawab seperti apa pandangannya mengenai perceraian dengan

melihat dari berbagai jenis faktor penyebab dan sesuai yang dia ketahui dan dia

(54)

b. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang dampak perceraian

bagi anak dan orangtua:

Setelah mengalami perceraian, kondisi ataupun keadaankehidupan di

keluarga bercerai pasti berubah dan berbeda dibandingkan dengan keluarga utuh atau

yang tidak mengalami perceraian. Dengan begitu, peneliti menanyakan bagaimana

keadaan anak setelah informan mengalami perceraian. Berikut hasil wawancara

peneliti dengan informan:

“Anak-anak saya setelah bercerai keadaannya baik-baik saja, hanya saja ada kecewa kenapa orangtuanya bercerai. Tidak lagi bisa bertukar pikiran duduk bersama dengan kedua orangtua. Mereka sudah banyak mengerti ibu rasa, baik-baik semua.”

Informan memaparkan hal-hal yang dilaluinya bersama anak-anaknya setelah

bercerai. Seiring mengutarakan hal tersebut, informan mengungkapkan perasaan

anak-anaknya dan seperti apa sikap mereka atas kondisi orangtuanya. Berikut

kutipan wawancara peneliti dengan informan:

“Tidak pernah. Mereka menerima, hanya perasaan sedikit kecewa dengan keputusan yang dilakukan orangtuanya.”

Informan mengaku kondisi anaknya-anaknya baik-baik saja, hanya memiliki

perasaan kecewa dan kehilangan figur ayah di dalam rumah. Semampu mungkin

tetap mengawasi dengan intens kehidupan anak-anaknya. Peneliti mencoba

menanyakan seperti apa kondisi orangtuanya ketika resmi menyandang status single

(55)

pernah merasa seperti tidak nyaman. Ya, menerima. Selalu memberi motivasi rohani,jasmani dari dulu hingga sekarang.”

Informan memberitahu hal-hal apa saja yang sering ia bicarakan dengan

orangtuanya. Seiring terjadinya interaksi, menurut informan setelah mengalami

perceraian, hubungan di dalam keluarganya informan menjadi lebih sering

dikunjungi oleh orangtuanya. Pernyataan yang diberikan informan berkaitan dengan

pertanyaan peneliti berikutnya yaitu tentang hal-hal positif apa bagi anak-anaknya

dan orangtuanya setelah bercerai. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan:

“Hal positifnya bagi orangtua ibu tidak ada. Bagi anak-anak adalah saat ini semakin mengerti situasi dan kondisi.”

Menurut informan hasil dari putusan perceraianmenciptakan suasana

kehidupan yang berbeda dan lebih banyak tantangannya dibanding ketika hidup

bersama dengan pasangan.

c. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang perceraian dari segi

sosial ekonomi dan kesehatan:

Perceraian tentunya banyak melalui proses dan menyita banyak waktu dan

pikiran. Informan mencoba mengemukakan pendapatnya tentang bagaimana keadaan

kehidupan berkeluarganya setelah perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti

dengan informan:

“Setelah bercerai keadaan baik-baik saja. Hubungan berkeluarga dengan mantan suami juga masih terjalin walaupun sudah bercerai.”

Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan bagaimana keadaan ekonomi

dan kondisi kesehatan informan stelah menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan

(56)

“Ya ada dampaknya. Kalau sekarang hanya untuk anak-anak biayanya. Saya tetap bekerja untuk memiliki biaya hidup, kondisi kesehatan saya baik-baik saja hingga saat ini.”

Informan menjawab dengan ekspresi memelas, dan apa adanya sesuai dengan

keadaannya. Informan berpendapat walaupun dalam keadaan keluarga yang sudah

bercerai, dari segi sosial ekonomi dan kesehatannya tetap baik dan dia berharap akan

semakin baik lagi.

Biodata Orangtua Tunggal (Informan 5)

1. Nama : Fitraina

2. Tempat Lahir : Pasar baru

3. Tanggal Lahir : 22 Oktober 1980

4. Usia : 36 Tahun

5. Jenis Kelamin : Perempuan

6. Suku : Mandailing

7. Agama : Islam

8. Pendidikan : S1

9. Pekerjaan : Wiraswasta

10. Jumlah Anak : 1 Orang

a. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian:

Pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian dapat di jabarkan

(57)

oleh peneliti mengenai apa itu rumah tangga. Berikut kutipan wawancara peneliti

dengan informan:

“Rumah tangga adalah kumpulan orang yang terdiri dari ayah,ibu dan anak-anaknya."

Informan menyatakan jawaban atas pertanyaan pertama peneliti dengan

sederhana sesuai dengan yang diketahuinya. Kemudian menjawab pertanyaan

selanjutnya mengenai sudah berapa lama informan bercerai. Berikut kutipan

wawancara peneliti dengan informan:

“Saya baru bercerai di tahun 2014 lalu.”

Informan menjawab dengan singkat dan mengatakan dia adalah orangtua asli

dari anak-anaknya yang diasuhnya sampai saat ini. Dengan begitu, peneliti mencoba

menanyakan kepada informan mengapa perceraian bisa terjadi di dalam kehidupan

berkeluarga. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:

“Tentu perceraian bisa terjadi di dalam kehidupan keluarga manapun, mau golongan keluarga atas atau golongan keluarga bawah. Banyak hal yang membuat seseorang itu mantap untuk bercerai. Tidak lagi sejalanan dalam membina rumah tangga dengan baik.”

Informan menjawab menurut apa yang dia ketahui secara umum dan juga

sesuai yang dialaminya. Kemudian peneliti mencoba menggali lebih dalam

menanyakan dan meminta penjelasan tentang konflik apa yang menyebabkan

informan bercerai dan memutuskan untuk menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan

wawancara peneliti dengan informan:

“Ya, ada.. kekerasan dalam berumahtangga.”

Informan memberikan jawabannya dengan singkat sesuai dengan apa yang

(58)

bagaimana pandangan informan mengenai perceraian. Berikut hasil wawancara

peneliti dengan informan:

“Pandangan saya tentang fenomena perceraian adalah hal biasa dilakukan didalam menyelesaikan persoalan rumah tangga yang tidak ada lagi titik temunya ketika didiskusikan bersama antara keluarga dan antara suami dengan istri. Siapa saja bisa terkena musibah didalam rumah tangganya. Persoalan bercerai bukan sesuatu hal yang sepele, untuk itu perlu diteguhkan hati, pikirannya kalau memang bulat niatnya memutuskan bercerai. Tidak karena hal kecil setitik minta cerai.

Informan menjawab seperti apa pandangannya mengenai perceraian dengan

melihat dari berbagai jenis faktor penyebab dan sesuai yang dialaminyasebagai

orangtua tunggal akibat perceraian juga seperti yang informan ketahui secara umum.

b. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang dampak perceraian

bagi anak dan orangtua:

Setelah mengalami perceraian, kondisi ataupun keadaankehidupan di

keluarga bercerai pasti berubah dan berbeda dibandingkan dengan keluarga utuh atau

yang tidak mengalami perceraian. Dengan begitu, peneliti menanyakan bagaimana

keadaan anak setelah informan mengalami perceraian. Berikut hasil wawancara

peneliti dengan informan:

“Anak saya masih satu dan bersama dengan saya. Keadaan anak saya sebelum-setelah saya bercerai tetap baik-baik saja. Tidak ada keluhan dan kendala di lingkungannya beraktivitas, belajar dan di tempat dia bermain.”

Informan memberitahukan hal-hal yang dialaminya bersama anak-anaknya

(59)

perasaan anak-anaknya dan seperti apa sikap mereka atas kondisi orangtuanya.

Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:

“Saya rasa anak saya tidak pernah merasakan ketidaknyamanan, ya. Menerima keadaan orangtuanya yang tidak lagi hidup dan tinggal bersama.”

Informan mengaku kondisi anaknya baik-baik saja dan selalu memantau

perkembangan kehidupan anak-anaknya. Peneliti mencoba menanyakan seperti apa

kondisi orangtuanya ketika resmi menyandang status single parent pasca perceraian.

Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:

“Setelah saya diputuskan resmi bercerai, keadaan orangtua saya baik dan sehat-sehat saja. Pernah mengalami ketidaknyamanan, ketidaknyamanannya orangtua, saya dijadikan bahan pembicaraan.”

Informan memaparkan hal-hal apa saja yang sering ia bicarakan dengan

orangtuanya. Pernyataan yang diberikan informan sebelumnya membuat peneliti

memberikan pertanyaan berikutnya yaitu tentang hal-hal positif apa bagi

anak-anaknya dan orangtuanya setelah bercerai. Berikut hasil wawancara peneliti dengan

informan:

“Hal positifnya bagi orangtua tidak ada. Bagi anak saya, sekarang tidak lagi melihat saya menjadi korban kekerasan.”

Menurut informan hasil dari putusan perceraiantidak membuatnya menjadi

kecil hati dan putus asa di dalam menjalani kehidupannya sebagai orangtua tunggal.

c. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang perceraian dari segi

sosial ekonomi dan kesehatan:

Perceraian tentunya banyak melalui proses dan menyita banyak waktu dan

(60)

kehidupan berkeluarganya setelah perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti

dengan informan:

“Setelah bercerai, keadaan kehidupan keluarga lebih baik. Pasti ada perubahan terjadinya. Hubungan berkeluarga dengan keluarga mantan suami juga masih baik silahturahminya.”

Dengan begitu, kemudian peneliti mencoba menanyakan bagaimana keadaan

ekonomi dan kondisi kesehatan informan stelah menjadi orangtua tunggal. Berikut

kutipan wawancara peneliti dengan informan:

“Ya ada dampak di perekonomian keluarga. Biaya hidup semuanya hanya untuk anak dan juga masih ikut dinafkahi oleh ayahnya, terlepas dari penghasilan. Kondisi kesehatan saya baik-baik saja hingga saat ini.”

Informan menjawab seperti apa sesuai dengan keadaannya yang sebenarnya.

Informan berpendapat walaupun dalam keadaan keluarga yang sudah bercerai, dari

segi sosial ekonomi dan kesehatannya informan tetap membiayai keperluan anaknya

Gambar

Tabel 4.1 Komposisi Penduduk BerdasarkanUmur
Tabel 4.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan
Tabel 4.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama
+7

Referensi

Dokumen terkait

pada Dinas Kopenasi Perindustian dan Perd4angan Kota M4elang Tahun 2011, telah melakukan pertemuan dengan Peserta Pemilihan Penydia Barang, dalam nangka Addendum

Pada bagian usus dua belas jari bermuara saluran getah pankreas dan saluran empedu. Penampang Usus

Our first con- tribution is to provide a fast segmentation technique for dense and sparse point clouds to extract full objects from the scene by lever- aging the implicit range

[r]

Walau terkesan sederhana, aplikasi toko online ini dapat berguna untuk pemakainya yaitu para pengguna Internet, khususnya pengusaha yang ingin memperluas jangkauan bisnisnya

[r]

Program internet seperti browser, download manager dan lainlain berhubungan dengan proxy server, dan proxy server tersebut yang akan berkomunikasi dengan server lain di internet.

[r]