Persepsi Orangtua Tunggal Terhadap Perceraian
(Studi Kasus di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli
Serdang)
PEDOMAN WAWANCARA (Interview Guide)
Pedoman wawancara ditujukan kepada informan kunci, informan utama,
daninforman tambahan untuk mendapatkan informasi mengenai penelitian yang
akandilakukan dilapangan.Pedoman wawancara juga untuk mempermudah dan
mengarahkan peneliti dalam mendapatkan data yang sistematis maka akan
digunakan pedoman wawancara sesuai fokus penelitian.
I. PEDOMAN WAWANCARA UNTUK INFORMAN UTAMA (Orangtua
Tunggal)
A. Profil Informan
1. Nama :
2. Tempat Lahir :
3. Tanggal Lahir :
4. Usia :
5. Jenis Kelamin :
6. Suku :
7. Agama :
8. Pendidikan :
9. Pekerjaan :
B. Pengetahuan Orangtua Tunggal Tentang Fenomena Perceraian
1. Menurut anda, apa yang dimaksud dengan rumah tangga?
2. Sudah berapa lama anda bercerai?
3. Apakah anda orangtua asli dari anak-anak yang anda asuh saat ini?
4. Mengapa perceraian bisa terjadi didalam kehidupan berkeluarga?
5. Apakah ada konflik yang membuat anda bercerai?
5.1Jika ada, konflik apa yang menyebabkan anda bercerai?
5.2Jika tidak ada, mengapa anda memutuskan untuk bercerai?
6. Bagaimana pandangan anda tentang fenomena perceraian?
C. Pengetahuan Orangtua Tunggal Tentang Dampak Perceraian Bagi Anak dan Orangtua
1. Menurut anda bagaimana keadaan anak-anak anda ketika sudah resmi
bercerai?
2. Apakah anak-anak anda pernah merasakan ketidaknyamanan setelah
orangtuanya telah bercerai?
2.1Jika pernah, ketidaknyamanan seperti apa yang dialami oleh anak?
2.2Jika tidak pernah, apakah anak menerima keadaan orangtuanya yang tidak
lagi bersama?
3. Menurut anda bagaimana keadaan orangtua anda ketika sudah resmi bercerai?
4. Apakah orangtua anda pernah merasakan ketidaknyamanan setelah anda
bercerai?
4.1Jika pernah, ketidaknyamanan seperti apa yang dialami oleh orangtua?
5. Apakah ada hal positif menurut anda bagi anak-anak dan orangtua anda
setelah bercerai?
D. Pengetahuan Orangtua Tunggal Tentang Perceraian Dari Segi Sosial Ekonomi dan Kesehatan
1. Bagaimana keadaan kehidupan berkeluarga anda setelah bercerai?
2. Apakah ada dampak pada keadaan ekonomi dan kesehatan yang anda rasakan
setelah bercerai?
2.1Jika ada, apa saja dampak yang anda rasakan?
2.2Jika tidak ada, bagaimana keadaan ekonomi dan kondisi kesehatan anda
II.PEDOMAN WAWANCARA UNTUK INFORMAN UTAMA (Anak)
A. Profil Informan
1. Nama :
2. Tempat Lahir :
3. Tanggal Lahir :
4. Usia :
5. Jenis Kelamin :
6. Suku :
7. Agama :
8. Pendidikan :
9. Pekerjaan :
10. Jumlah Anak :
B. Pengetahuan Anak Terhadap Kehidupan Orangtua Tunggal
1. Menurut anda, apa yang dimaksud dengan orangtua tunggal?
2. Sudah berapa lama anda hidup bersama dengan orangtua anda?
3. Apa dampak negatifnya bagi anda ketika orangtua anda tidak lagi hidup
berdampingan?
III. PEDOMAN WAWANCARA UNTUK INFORMAN TAMBAHAN (Kepala Desa/ Pemuka Desa, Masyarakat)
A. Profil Informan
1. Nama :
2. Tempat Lahir :
3. Tanggal Lahir :
4. Usia :
5. Jenis Kelamin :
6. Suku :
7. Agama :
8. Pendidikan :
9. Pekerjaan :
10. Jumlah Anak :
B. Pengetahuan Terhadap Perceraian
1. Menurut anda, apa itu perceraian?
2. Bagaimana pandangan anda terhadap perceraian yang terjadi di Dusun III B
Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Isbandi R. 2004. Psikologi Pekerjaan Sosial, dan Ilmu Kesejahteraan Sosial
Dasar-Dasar Pemikiran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Ahmadi, Abu.2007. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.
Astarhadi.2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Bungin, B. 2001. Metodologi Penelitian Sosial: Format – Format Kuantitatif dan
Kualitatif.Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
DedyMulyana, 2000. Pengantar Ilmu Komunikasi.Bandung : Remaja. Rosadakarya.
Djamarah, Bahri, Syaiful. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam. Keluarga. Jakarta : PT.Rineka Cipta.
Egelman, Wiliam. 2004. Pemahaman Keluarga. Jakarta: Pearson Education.
Goode, William J. Sosiologi Keluarga. 2007. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Ihromi, T.O.2000. Pluralisme Hukum dan Masalah Perkawinan Campuran. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.
Kertamuda, Fatchiah E.2009. Konseling Pernikahan untuk Keluarga Indonesia:
Salemba Humanika.
Moeleong, Lexy J. 2005.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja.
Rosdakarya.
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Penerbit PT Remaja
Rosdakarya.
Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Penerbit PT Remaja
Prawirohamidjojo, Soetojo. 2002. Pluralisme dalam perundang-undangan
Perkawinan di Indonesia. Surabaya: Airlangga University Press. Cetakan ke III. Robins, Stephen P. Perilaku Organisasi. 2000. Jakarta: Salemba
Siagian, Matias.2011. Metode Penelitian Sosial. Medan: Grafindo Monoratama.
Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung; PT. Refika Aditama.
Suadah.2005. Sosiologi Keluarga.Malang: UMM Press 2003.
Sudarsono.2000. Hukum Perkawinan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta.
Suhendi, Hendi, WahyuRamdani. 2001. Pengantar Studi Sosiologi Keluarga.
Bandung: Pustaka Setia.
Suyanto, Bagong, dkk. (2008). Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif
Pendekatan. Jakarta: Kencana.
Sobur, Alex.20003. Psikologi Umum. Bandung: IKAPI Jawa Barat.
Undang – Undang Republik Indonesia No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.
Walgito, Bimo.2002. Pengantar Psikologi Umum.Yogyakarta: Andi Press.
Walgito, Bimo.2003. Pengantar Psikologi Umum.Yogyakarta: Andi Press.
Walgito, Bimo.2010. Bimbingan dan Konseling Perkawinan: Yayasan Penerbitan
Sumber lain :
2016 pukul 09.24 WIB
diakses pada tanggal 08 Februari 2016 Pukul 11:57 WIB)
diakses pada tanggal 03 Februari 2016 pukul 19.20 WIB
Februari 2016 Pukul 12.24 WIB)
Februari 2016 pukul 15.51 WIB
WIB
Februari 2016 pukul 20.18 WIB
tanggal 03 Februari 2016 pukul 16.59 WIB
Februari 2016 pukul 18.25 WIB
Februari 2016 pukul 17.18 WIB
diakses pada tanggal 01 Februari pukul 12.39
WIB)
pada tanggal 03 Februari 2016 pukul 19.45 WIB
tanggal 04 Februari 2016 pukul 17.57 WIB
Februari 2016 pukul 16.40 WIB
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian
Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriftif dengan metode pendekatan
kualitatif. Penelitian yang dilakukan dengan tujuan menggambarkan atau
mendeskripsikan obyek dan fenomena yang diteliti. Termasuk di dalamnya
bagaimana unsur-unsur yang ada dalam variable penelitian itu berinteraksi satu sama
lain dan apa pula produk interaksi yang berlangsung (Siagian, 2011:52).
Pada penelitian kualitatif, penelitian dilakukan untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh objek penelitian. Misalnya perilaku, persepsi,
motivasi, tindakan dan lain-lain. Secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam
bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moeleong, 2014:6).
Melalui penelitian ini, penulis ingin memberikan gambaran tentang
bagaimana persepsi orangtua tunggal terhadap perceraian di Dusun III B kecamatan
Patumbak Kabupaten Deli Serdang.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli
Serdang. Alasan pemilihan lokasi ini adalah karena desa ini memiliki jumlah rumah
tangga yang mengalami perceraian yabg banyak, belum ada yang meneliti mengenai
Kabupaten Deli Serdang.
3.3 Unit Analisa dan Informan
3.3.1 Unit Analisis
Unit analisis dalam penelitian adalah satuan yang diperhitungkan sebagai
subjek penelitian (Arikunto, 2002:121). Adapun unit analisis dalam penelitian ini
adalah anggota masyarakat di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli
Serdang yaitu keluarga yang mengalami perceraian.
3.3.2 Informan
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi
tentang situasi dan kondisi latar penelitian (Moleong, 2010:132). Jadi ia harus
mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitian. Adapun orang-orang yang
menjadi sumber informasi dari data penelitian ini selanjutnya disebut informan.
Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini, dibedakan menjadi 3
jenis yaitu : informan kunci, informan utama dan informan tambahan yang dapat
mendukung penelitian. Maka dalam penelitian ini informan terbagi tiga, yaitu :
a. Informan Kunci
Informan kunci adalah orang yang paling memahami tentang permasalahan
dari penelitian ini karena ia terlibat langsung dalam masalahnya. Dalam
penelitian ini yang menjadi informan kunci adalah orang tua tunggal/single
parent yaitu janda atau duda yang bercerai karena keinginan atau putusan
pengadilan bukan karena kematian di Dusun III B Kecamatan Patumbak
Kabupaten Deli Serdang yang telah mengalami perceraian sebanyak 7 orang.
b. Informan Utama
interaksi sosial yang diteliti(Suyanto dan Sutinah,2005:171-172). Yang
menjadi informan utama dalam penelitian ini adalah anak yang diasuh oleh
orangtua tunggal di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli
Serdang sebanyak 5 orang
c. Informan Tambahan
Informan tambahan adalah orang yang dapat memberikan informasi walaupun
tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial(Hendarso dalam Sutinah,
2005:171). Yang menjadi informan tambahan dalam penelitian ini sebanyak 3
orang, yaitu :
• Kepala Desa Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang.
• Masyarakat di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang
sebanyak 2 orang.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan
penelitian untuk mengumpulkan data. Metode pengumpulan data pada penelitian ini
menggunakan teknik sebagai berikut:
a. Penelitian Kepustakaan ( Library Research)
Penelitian Kepustakaan merupakan cara mengumpulkan data yang ada
mengenai permasalahan dalam penelitian dengan mengolah berbagai sumber
kepustakaan seperti buku ilmiah, makalah, media massa, media elektronik
serta bentuk tulisan ilmiah lainnya yang berkaitan dengan permasalahan yang
b. Penelitian Lapangan
Penelitian lapangan merupakan pengumpulan data yang diperoleh melalui
penelitian dengan turun kelokasi penelitian untuk mencari fakta yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti yang terdiri dari:
1. Metode pengamatan atau observasi yaitu teknik pengumpulan data yang
mengharuskan si peneliti melibatkan diri dalam kehidupan masyarakat
yang ditelitinya untuk dapat melihat, mendengar, dan memahami
gejala-gejala yang ada, sesuai dengan makna yang diberikan atau yang dipahami
oleh masyarakat yang diteliti.
2. Wawancara mendalam yaitu percakapan tanya jawab yang dilakukan
pengumpul data dengan informan memberikan data dan informasi yang
diperlukan dalam penelitian (Siagian, 2011:207).
3.5 Teknik Analisa Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis data deskriptif dengan pendekatan kualitatif yaitu dengan mengkaji data
yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang dimulai dengan menelaah seluruh
data yang tersedia dari berbagai sumber data yang terkumpul, mempelajari data,
menelaah, menyusun dalam suatu satuan, yang dikategorikan pada tahap berikutnya
dan memeriksa keabsahan data, serta mendefinisikannya dengan analisis sesuai
dengan kemampuan daya peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian (Moeloeng,
2007:247).
Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis secara kualitatif,
dimana analisis data tidak diperlukan model uji statistik dengan memakai
dan wawancara akan ditampilkan untuk mendukung analisis yang disampaikan,
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI
4.1 Gambaran Umum Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli
Serdang
4.1.1 Sejarah Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang
Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang merupakan
salah satu dari 12 dusun yang ada di Desa Marindal I Kecamatan Patumbak. Pada
awalnya merupakan sebuah wilayah perkebunan hingga tahun 1980 sampai pada
akhirnya hak guna usaha (HGU) PTP habis, maka desa ini berubah menjadi wilayah
pemukiman. Jarak antara Desa Marindal I dengan Ibukota Kecamatan adalah ± 4,6
km, sedangkan ke Ibukota Kabupaten ± 20 km dan jarak ke Ibukota Provinsi ± 7 km.
Desa ini merupakan suatu daerah dataran rendah yang saat ini dikenal sebagai desa
perdagangan dan jasa dengan rata-rata ketinggian 4,5 m dari permukaan laut, dengan
suhu rata-rata 37º C dan rata-rata curah hujan 2000 mm/tahun. Hingga saat kini telah
banyak perubahan dari struktur pembangunan jalan dan pembangunan sarana dan
prasarana di Desa Marindal I.
4.1.2 Keadaan Geografi
Batas-batas Desa Marindal I :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Harjosari II
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Sigare-gare/Lantasan lama/Delitua
c. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Patumbak Kampung
4.1.3 Keadaan Demografi
Dusun III B mempunyai jumlah penduduk sebanyak 30.721 jiwa yang
terdiri dari 18.433 jiwa perempuan dan 12.288 jiwa laki-laki. Adapun komposisi
penduduk dan distribusi penduduk di Dusun III B dapat dilihat berdasarkan umur,
pekerjaan, pendidikan, dan agama yang masing-masing disajikan dalam tabel.
4.1.3a Umur
Klasifikasi masyarakat di Dusun III B berdasarkan umur dapat dilihat dalam
tabel di bawah ini :
Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat diketahui mayoritas masyarakat Dusun III
B berusia 24-29 tahun sebanyak 4184 orang (13,62%). Masyarakat yang berada
pada usia 36-41 tahun sebanyak 3514 orang (11,44%), usia 18-23 tahun sebanyak
3317 orang (10,80%), masyarakat yang berusia 54 tahun keatas sebanyak 3253 orang
(10,59%), usia 6-11 tahun sebanyak 2860 orang (9.31%), usia 30-35 tahun sebanyak
2861 orang (9,31%), usia 0-5 tahun sebanyak 2790 orang (9,08%), usia 48-53 tahun
sebanyak 2730 orang (8,86%), masyarakat yang berusia 42-47 tahun sebanyak 2635
orang(8,58%). Minoritas masyarakat sebanyak 2577 orang (8,39%) berusia 12-17
tahun.
4.1.3b Pekerjaan
Klasifikasi masyarakat di Dusun III B berdasarkan pekerjaan dapat dilihat
dalam tabel di bawah ini :
Tabel 4.2
Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan
No Jenis Pekerjaan Jumlah (Orang)
1
Sumber data: Dari Data Penduduk Arsip Kantor Kepala Desa Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2016
Maju mundurnya suatu daerah tergantung pada sumber mata pencahariannya,
pencahariannya. Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa mata pencaharian
masyarakat di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang tidak ada
yang mayoritas akan tetapi masih dalam tahap yang berimbang. Adapun yang
menempati posisi teratas adalah pegawai swasta/wiraswasta sebanyak 246 jiwa,
posisi kedua ditempati pegawai swasta sebanyak 187 jiwa. Meskipun dusun ini
dikenal sebagai dusun perdagangan dan jasa, jumlah pedagang menempati posisi
ketiga sebanyak 131 jiwa. Pedagang di pasar tersebut ada yang menggelar
dagangnnya setiap hari, dan ada juga yang mingguan dikenal dengan sebutan
pedagang mingguan yang hanya berdagang pada hari sabtu dan minggu. Disusul oleh
pensiunan sebanyak 110 jiwa, dan posisi terakhir ditempati oleh petani/buruh
sebanyak 90 jiwa.
Sesuai dengan temuan penulis di lapangan, perceraian yang dilakukan di
Pengadilan Agama maupun Pengadilan Negeri kebanyakan terjadi pada masyarakat
yang mempunyai ekonomi golongan atas. Sedangkan masyarakat golongan bawah
biasanya melakukan proses perceraian secara kekeluargaan karena keterbatasan dana
4.1.3c Pendidikan
Klasifikasi masyarakat di Dusun III B berdasarkan pendidikan dapat dilihat
dalam tabel di bawah ini :
Tabel 4.3
Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan
No Pendidikan Jumlah Persentase
1
Usia 7-45 tidak pernah sekolah
Pernah sekolah SD tapi tidak tamat
Tamat SD/sederajat
Sumber data: Dari Data Penduduk Arsip Kantor Kepala Desa Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2016
Pendidikan merupakan kunci dari keberhasilan dan kemajuan, melalui
pendidikan maka manusia akan memiliki suatu pola berpikir dan sikap mental yang
baik sehingga memungkinkan adanya pencapaian taraf hidup yang baik. Berdasarkan
tabel 4.3 diatas dapat diketahui mayoritas masyarakat Dusun III B berpendidikan
sampai hanya tamat sekolah dasar/sederajat sebanyak 6648 orang (21,64%),
berpendidikan sampai tamat sekolah menengah pertama sebanyak 5068 orang
(16,50%). Masyarakat berusia dari 7- 45 tahun tidak pernah bersekolah sebanyak
4497 orang (14,64%), belum sekolah sebanyak 4131 orang (13,45%), berpendidikan
pernah sekolah di sekolah dasar tetapi tidak tamat sebanyak 608 (1,98%),
berpendidikan hingga Diploma 3 sebanyak 463 orang (1,51%), berpendidikan hingga
Strata 1 sebanyak 353 orang (1,15%), berpendidikan hingga Diploma 2 sebanyak 301
orang (0,98%), berpendidikan hingga Diploma 1 sebanyak 245 orang (0,80%), dan
paling sedikit masyarakat yang berpendidikan hingga Strata 2 sebanyak 85 orang
(0,27%) di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang.
Dari komposisi penduduk berdasarkan pendidikan yang telah disajikan pada
tabel 4.3, tampak bahwasanya tingkat pendidikan masyarakat di Dusun III B
termasuk kedalam kategori tinggi dimana terdapat persentase penduduk yang telah
mendapatkan pendidikan hingga ke jenjang S2. Tentunya hal ini disebabkan karena
masyarakat di Dusun III B menyadari akan pentingnya pendidikan. Dari tingkat
ekonomi masyarakat di Dusun III B termasuk kedalam golongan ekonomi menengah.
Sehingga dengan demikian, usaha-usaha untuk meningkatkan taraf pendidikan di
Dusun III B terus diupayakan dalam penyediaan sarana ataupun prasarana
4.1.3d Agama
Klasifikasi masyarakat di Dusun III B berdasarkan aggama dapat dilihat dalam tabel
di bawah ini:
Sumber data: Dari Data Penduduk Arsip Kantor Kepala Desa Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2016
Masyarakat Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang
termasuk masyarakat yang majemuk baik dari segi suku bangsa maupun dari segi
agama. Mayoritas adalah suku Jawa, dalam agama terdapat pemeluk agama
mayoritas yaitu agama Islam dengan jumlah 18360 orang berdasarkan tabel diatas,
diikuti urutan kedua agama Kristen Protestan dengan jumlah orang 6180, agama
Kristen Katolik sebanyak 3090 orang, agama Budha sebanyak 1534 orang, agama
Hindu sebanyak 1030 orang dan minoritas agama Konghucu sebanyak 527 orang
dari keseluruhan jumlah masyarakat di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten
4.1.4 Sarana dan Prasarana
Fasilitas sarana dan prasarana merupakan sesuatu hal yang sangat penting
bagi terciptanya pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat. Dengan terpenuhinya
sarana dan prasarana dalam sebuah tatanan lingkungan masyarakat maka masyarakat
sekitar akan lebih mudah dalam memenuhi segala tujuan dan rencana-rencananya.
Adapun sarana dan prasarana yang tersedia di Dusun III B Kecamatan Patumbak
Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada masing-masing tabel yang terdiri dari
sarana peribadatan, prasarana kesehatan dan sarana transportasi:
4.1.4a Sarana Peribadatan
Tabel 4.5
Sarana Peribadatan Di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang
No Agama Jumlah
10 Mesjid 5 Musholla
2 Gereja
Sumber data: Dari Data Penduduk Arsip Kantor Kepala Desa Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2016
Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 4.5 dapat diketahui jumlah sarana
bagi masyarakat beragama katolik, 2 klenteng bagi masyarakat beragama budha dan
hanya 1 kuil dan 1 litang bagi masyarakat beragama Hindu dan Konghucu di Dusun
III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang.
4.1.4b Prasarana Kesehatan
Tabel 4.6
Prasarana Kesehatan Di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang
No Agama Jumlah
Balai Pengobatan Umum (BPU)
-
1
5
Jumlah 6
Sumber data: Dari Data Penduduk Arsip Kantor Kepala Desa Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2016
Masyarakat yang sehat merupakan sebuah indikator dalam melihat tingkat
kesejahteraan masyarakat tersebut. Untuk itu terpenuhinya fasilitas prasarana
kesehatan akan mendukung bagi terciptanya peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Berdasarkan data yang disajikan di tabel 4.6 dapat diketahui bahwa sarana kesehatan
yang ada di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang terdiri dari 1
buah Puskesmas, dan Balai Pengobatan Umum sebanyak 5 buah. Prasarana
kesehatan di desa ini belum memadai jika dibandingkan dengan jumlah
4.1.4c Sarana Transportasi
Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang memiliki sarana
transportasi yang baik. Selain memiliki kendaraan pribadi seperti sepeda motor dan
mobil, bagi yang tidak memiliki kendaraan sendiri mereka dapat menggunakan
angkutan umum daerah atau becak mesin yang ada di daerah ini. Angkutan umum
yang ada pada desa ini antara lain Koperasi Pengangkutan Umum Medan (KPUM)
dan Mitra.
4.2 Organisasi Sosial
Tabel 4.7
Organisasi Sosial Di Dusun III B
Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang No Jenis Organisasi Sosial Anggota Fungsi
1 Serikat Tolong Menolong Orang-orang yang
berada disekitaran
2 Perwiritan Khusus beragama
Berdasarkan data yang disajikan di tabel 4.7 dapat diketahui bahwa Dusun III
B Kecamatan Patumbak memiliki beberapa organisasi sosial diantaranya Serikat
Tolong Menolong (STM) yaitu organisasi masyarakat yang bersifat resmi dengan
tujuan membantu penduduk yang mengalami musibah seperti sakit, meninggal dunia
dan lain-lain. Pertolongan yang diberikan berupa materi yang jumlahnya sudah
ditetapkan pada anggaran dasar dan anggaran rumah tangga organisasi. Kemudian
perwiritan di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang adalah
sebuah organisasi yang bersifat keagamaan yang terbagi dua bagian yaitu perwiritan
kaum bapak dan kaum ibu yang bertujuan untuk menjalin persatuan dan kesatuan
sesama umat beragama Islam, dan karang taruna yaitu organisasi yang
keanggotaanya terbuka bagi muda-mudi yang ada di Dusun III B Kecamatan
Patumbak Kabupaten Deli Serdang, bertujuan menjalin persatuan dan kesatuan antar
muda mudi tanpa membedakan suku atau agama. Kegiatan organisasi ini adalah
memberi bantuan bagi anggota, memeriahkan hari-hari besar nasional seperti 17
4.3 Struktur Pemerintahan Desa Marindal 1 Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang
Berikut merupakan susunan Pemerintahan Desa Desa Marindal 1 Kecamatan
Patumbak Kabupaten Deli Serdang:
Badan Permusyawaratan Desa : Drs.Burhanuddin Sitompul, MH
Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa : Poge Juniardi SE, MH
Kepala Desa : Drs.Syarifuddin Lubis
Sekretaris Desa : Drs.Juliono
Bendahara : Witriani
Kepala Urusan Umum : Nurhamida
Kepala Urusan Pemerintah : Mismanto
Kepala Urusan Pembangunan : M.Romzi
Kepala Dusun I : Tuono
Kepala Dusun II : M Simanjuntak
Kepala Dusun III A : Samio G.P
Kepala Dusun III B : Sami Juhardi Hasim
Kepala Dusun IV : Sahman
Kepala Dusun V : Sutrisno
Kepala Dusun VII : Tukiran
Kepala Dusun VIII : Andi Gapta
Kepala Dusun IX : Rasimin
Kepala Dusun X : Erianto
Kepala Dusun XI : Tular
Keterangan: Kepala Urusan Umum mengurus SKTP, surat menikah; Kepala Urusan
Pemerintah mengurus urusan tanah,organisasi dan pemuda; Kepala Urusan
Gambar 2.2
Bagan Struktur Pemerintahan Desa Marindal 1 Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang
Drs. Burhanuddin Sitompul, MH
Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
Drs. Syarifuddin Lubis
Kepala Desa
Poge Juniardi SE, MH
Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD)
Drs. Juliono
Sekretaris Desa
M.Romzi
Kepala Urusan Pembangunan
Mismanto
Kepala Urusan Pemerintah
Nurhamida
Kepala Urusan Umum
Witriani
Bendahara
I II III A III B IV V VI VII VIII IX X XI
BAB V ANALISA DATA
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di lapangan melalui teknik
wawancara mendalam, informan yang memenuhi syarat untuk dianalisis telah
diwawancara. Informan pada penelitian ini berjumlah 15 orang, terdiri dari informan
kunci berjumlah 7 orang, informan utama berjumlah 5 orang dan informan tambahan
berjumlah 3 orang. Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas data yang telah
terkumpul dapat dilihat pada data yang telah dianalisis sebagai berikut:
5.1 Karakteristik Informan
5.1.1 Identitas Informan Kunci Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan Terakhir, Pekerjaan dan Pendapatan
Adapun data informan kunci pada tabel berikut ini:
Tabel 5.1
Data Informan Kunci Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan Terakhir,
Informan kunci keseluruhan berjumlah 7 orang, terdiri atas 5 orang informan
bermata pencaharian sebagai wiraswasta dan 2 orang bukan wiraswasta. Dari tabel di
atas dapat dilihat bahwa pendapatan informan yang paling tinggi sebanyak
5.000.000. Hal ini merupakan salah satu faktor dominan terjadinya perceraian yaitu
masalah ekonomi, tingginya biaya hidup sementara pemasukan rendah.
5.1.2 Identitas Informan Utama Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan Terakhir, Pekerjaan dan Pendapatan
Adapun data informan utama pada tabel berikut ini:
Tabel 5.2
Data Informan Utama Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan Terakhir,
Pekerjaan dan Pendapatan
Sumber: Hasil Temuan Lapangan Tahun 2016
Informan utama berjumlah 5 orang dari jumlah keseluruhan orangtua tunggal
yang dijadikan sebagai informan. Terdiri atas 3 orang informan berusia dibawah 24
5.1.3 Identitas Informan Tambahan Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan Terakhir, Pekerjaan dan Pendapatan
Adapun data informan tambahan pada tabel berikut ini:
Tabel 5.3
Data Informan Tambahan Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan
Terakhir, Pekerjaan dan Pendapatan
No Nama Jenis
Sumber: Hasil Temuan Lapangan Tahun 2016
Informan tambahan berjumlah 3 orang, yaitu Kepala Dusun III B Kecamatan
Patumbak Kabupaten Deli Serdang, dan 2 informan yang merupakan masyarakat
Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang yang sudah menikah.
Hal ini dimaksudkan karena dinilai informan memiliki pandangan, penilaian dan
5.2 Profil Informan
5.2.1 Informan Kunci
1. Isti (51)
Ibu bernama panggilan Is, lahir di Medan pada 17 Juni 1965 bersuku Karo
adalah ibu dari 3 orang anak, masing-masing bernama Gezka (27), Enreni (22), dan
Marco (20) yang telah membina rumah tangga dengan mantan suaminya sejak tahun
1988 hingga pada akhirnya resmi bercerai pada tahun 2012. Kesibukan Ibu Isti setiap
harinya yaitu mengurus usaha butik yang digelutinya semenjak bercerai sampai saat
ini. Ibu Isti adalah seorang kristen yang aktif di berbagai kegiatan-kegiatan dengan
kalangannya sebagai wanita. Tinggal bersama kedua anaknya Enreni dan Marco.
2. Nesita (42)
Ibu bernama panggilan Ita, lahir di Medan pada 18 Maret 1974 bersuku
Jawa adalah ibu dari 7 orang anak, masing-masing bernama Santun (29), Reski (27),
Gibran (25), Prinanti (19), Juani (16), Juana (16) dan Bayu (12) yang telah membina
rumah tangga dengan mantan suaminya sejak tahun 1985 hingga pada akhirnya
memutuskan bercerai pada tahun 2012. Ibu Ita adalah seorang Islam. Tinggal
bersama keempat anaknya Gibson, Prinanti, Juani dan Juana. Aktifitas keseharian
yang dilakukan oleh Ibu Ita ialah setiap pagi berjualan sarapan pagi, gorengan dan
kue-kue di depan rumahnya. Usaha yang sudah Ibu Ita lakukan sebelum bercerai
untuk menambah pendapatan biaya hidup. Letak rumah Ibu Ita yang berada tepat di
pinggir jalan sehingga banyak yang melewati dan melihat membuat usaha jualannya
3. Basir (32)
Bapak bernama panggilan Sir, lahir di Solok pada 14 September 1984
bersuku Jawa adalah bapak dari 2 orang anak, masing-masing bernama Miracle (10)
dan Axany (7) yang telah membina rumah tangga dengan mantan istrinya sejak tahun
2004 hingga akhirnya memutuskan bercerai pada tahun 2014. Pak Sir adalah seorang
Islam. Aktifitas keseharian yang dilakukan oleh Pak Sir ialah setiap pagi pergi
berangkat kerja di salah satu perusahaan swasta di bidang asuransi, hingga sore
pulang dan tinggal bersama orangtua dari 2 tahun lalu pasca bercerai.
4. Riska (51)
Ibu bernama panggilan Ika, lahir di Siantar pada 14 Januari 1965 bersuku
Jawa adalah ibu dari 4 orang anak, masing-masing bernama Jofta (30), M. Rahman
(26), Dita (22) dan Shinta (16) yang telah membina rumah tangga dengan mantan
suaminya sejak tahun 1985 hingga pada akhirnya resmi bercerai pada tahun 2013.
Tinggal bersama anaknya Jofta, Dita dan Shinta. Ibu Riska adalah seorang Islam.
Kesibukan Ibu Ika setiap harinya yaitu bekerja di perusahaan swasta di bidang tekstil
dari hari senin hingga jumat mulai dari tahun 1990 saat ibu ika berusia 25 tahun
setelah menikah.
5. Fitraina (36)
Ibu bernama panggilan fit, lahir di Pasar Baru pada 22 Oktober 1980
bersuku Mandailing adalah ibu dari 1 orang anak bernama Purnawira (14) yang telah
membina rumah tangga dengan mantan suaminya sejak tahun 2001 hingga bercerai
adalah seorang Islam. Kesibukan Ibu Fit setiap harinya yaitu bekerja di perusahaan
kimia swasta di bidang obat-obatan.
6. Moer (53)
Bapak bernama panggilan Moer lahir di Aceh pada 23 November 1963
bersuku Jawa adalah ayah dari 3 orang anak, masing-masing bernama M.Fuad (22),
Arta (20) dan Witra (15) yang telah membina rumah tangga dengan mantan istrinya
sejak tahun 1994 hingga bercerai pada tahun 2015 yang lalu. Tinggal bersama
dengan anaknya M. Fuad dan Arta setelah resmi bercerai. Pak Moer adalah seorang
Islam. Kesibukan Pak Moer setiap harinya yaitu bekerja sebagai Pegawai Negeri
Sipil di salah satu Instansi Pemerintahan.
7. Jojor (40)
Ibu bernama panggilan jojor lahir di Medan pada 2 Februari 1976 bersuku
Batak adalah ibu dari 4 orang anak, masing-masing bernama Israeli (29), Medina
(26), Bintang (22) dan Winna (20) yang telah membina rumah tangga dengan mantan
suaminya sejak tahun 1988 hingga bercerai pada tahun 2015. Tinggal bersama
dengan anaknya Bintang dan Winna setelah resmi bercerai. Ibu Jojor adalah seorang
Kristen. Kesibukan Ibu Jojor setiap harinya yaitu bekerja di perusahaan swasta di
5.2.2 Informan Utama
1. Enreni (22)
Anak kedua Ibu Isti dari tiga bersaudara, lahir di Medan pada 7 Juni 1994
bersuku Simalungun dan beragama Kristen. Baru saja menyelesaikan pendidikan
terakhir strata satu dari universitas swasta di medan. Saat ini kesibukan yang dijalani
oleh Enreni adalah ikut membantu mengurus usaha butik Ibu Isti mengisi
kekosongan waktu senggangnya.
2. Gibran (25)
Anak ketiga Ibu Nesita dari tujuh bersaudara, lahir di Binjai pada 19
Agustus 1991 bersuku Jawa. Memiliki pendidikan terakhir strata satu dari universitas
negeri di padang dan sudah bekerja sebagai pegawai negeri sipil di salah satu instansi
pemerintahan di Kota Medan. Saat ini kesibukan yang dijalani oleh Gibran adalah
setiap pagi berangkat kerja, ikut membantu sedikit biaya hidup dan sekolah
adik-adiknya Prinanti,Juani dan Juana.
3. Jofta (30)
Anak sulung Ibu Riska dari empat bersaudara, lahir di Medan pada 12
Januari 1986 bersuku Batak. Memiliki pendidikan terakhir strata satu dari universitas
negeri di jawa barat dan sudah bekerja sebagai karyawan di salah satu perusahaan
swasta asing di Kota Medan. Saat ini kesibukan yang dijalani oleh Jofta adalah setiap
pagi berangkat kerja, ikut membantu sedikit biaya hidup dan sekolah adik-adiknya
4. Arta (20)
Anak kedua Pak Moer dari tiga bersaudara, lahir di Kutacane pada 10
April 1996 bersuku Jawa, memiliki pendidikan terakhir sekolah menengah atas. Saat
ini kesibukan yang dijalani oleh Arta adalah mengikuti perkuliah tingkat empat di
salah satu sekolah tinggi ekonomi swasta di Kota Medan.
5. Winna (20)
Anak bungsu Ibu Jojor dari empat bersaudara, lahir di Medan pada 10
Desember 1996 bersuku Karo, memiliki pendidikan sekolah menegah atas. Saat ini
kesibukan yang dijalani oleh Winna adalah mengikuti perkuliahan tingkat empat di
5.2.3 Informan Tambahan
1. Syarifuddin Lubis (55)
Bapak Syarifuddin Lubis adalah Kepala Desa Marindal I Kecamatan
Patumbak Kabupaten Deli Serdang.
2. Sari (30)
Anggota masyarakat di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli
Serdang yaitu wanita yang sudah menikah dan memiliki 2 orang anak, berpendidikan
terakhir strata satu yang saat ini bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di salah satu
instansi pemerintahan di Kota Medan.
2. Julios (30)
Anggota masyarakat di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli
Serdang yaitu laki-laki yang sudah menikah dan memiliki 1 orang anak,
berpendidikan terakhir Diploma (D3) yang saat ini bekerja sebagai karyawan di
5.3Hasil Temuan
Informan Kunci
Biodata Orangtua Tunggal (Informan 1)
1. Nama : Isti
2. Tempat Lahir : Medan
3. Tanggal Lahir : 17 Juni 1965
4. Usia : 51 Tahun
5. Jenis Kelamin : Perempuan
6. Suku : Karo
7. Agama : Kristen Protestan
8. Pendidikan : D3
9. Pekerjaan : Wiraswasta
10. Jumlah Anak : 3 Orang
a. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian:
Pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian dapat di jabarkan
sebagai berikut. Pertama informan mencoba menjawab pertanyaan yang diberikan
oleh peneliti mengenai apa itu rumah tangga. Berikut kutipan wawancara peneliti
dengan informan:
“Menurut saya rumah tangga adalah suatu kumpulan terkecil di masyarakat dimana didalamnya terdapat ayah,ibu dan anak-anak."
Walaupun informan menjawab pertanyaan pertama peneliti dengan gugup,hal
sudah berapa lama informan bercerai. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan
informan:
“Euumm.. bercerai sudah hampir tiga tahun yang lalu.”
Informan menjawab dengan nada bicara yang perlahan, dan mengatakan dia
adalah orangtua asli dari anak-anaknya yang diasuhnya sampai saat ini. Dengan
begitu, peneliti mencoba menanyakan kepada informan mengapa perceraian bisa
terjadi di dalam kehidupan berkeluarga. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan
informan:
“Perceraian terjadi karena diakibatkan banyak faktor-faktor, diantaranya ialah faktor ekonomi, kekerasan dalam rumah tangga, orang ketiga, sering terjadinya konflik, beda visi-misi, dan lain hal menurut saya.”
Informan menjawab menurut apa yang dia ketahui secara umum dan juga
sesuai yang dialaminya. Kemudian peneliti mencoba menggali lebih dalam
menanyakan dan meminta penjelasan tentang konflik apa yang menyebabkan
informan bercerai dan memutuskan untuk menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan
wawancara peneliti dengan informan:
“Ya, ada.. secara singkat saya simpulkan, ya beda visi misi, seperti pendapat dan prinsip setelah menikah.”
Informan memberikan jawabannya dengan singkat sesuai dengan apa yang
ingin diberitahukan olehnya saja. Dengan begitu peneliti kemudian menanyakan
bagaimana pandangan informan mengenai perceraian. Berikut hasil wawancara
peneliti dengan informan:
malunya bila bercerai, tapi kalau sekarang orang-orang sudah semakin pintar dan memaklumi. Tidak cocok sedikit langsung bercerai. Euumm.., seperti menganggap pernikahan bukan sesuatu yang sakral. Bisa kita lihat fenomena yang seperti ini marak terjadi di kalangan artis.”
Informan menjawab seperti apa pandangannya mengenai perceraian dengan
melihat dari berbagai jenis faktor penyebab dan sesuai yang ia alami sebagai
orangtua tunggal akibat perceraian juga seperti yang informan ketahui secara umum.
b. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang dampak perceraian
bagi anak dan orangtua:
Setelah mengalami perceraian, kondisi ataupun keadaankehidupan di
keluarga bercerai pasti berubah dan berbeda dibandingkan dengan keluarga utuh atau
yang tidak mengalami perceraian. Dengan begitu, peneliti menanyakan bagaimana
keadaan anak setelah informan mengalami perceraian. Berikut hasil wawancara
peneliti dengan informan:
“Keadaan anak-anak saya setelah bercerai, saya bercerai itu sekitar tiga tahun lebih ya, sudah gak terasa terlalui. Pada saat itu anak-anak saya sempat kecewa dengan keinginan dan keputusan saya, jadi begitu saya resmi bercerai anak-anak saya tetap saya rangkul dan bimbing. Saya sebisa mungkin menjadi orangtua tunggal yang tetap mengajarkan hal-hal positif ke anak agar mereka tidak malu akan keadaan ini. Ya.. saya bersyukur, anak-anak tidak pernah merasa malu dan tidak kekurangan kasih sayang dari saya dan pihak keluarga yang lain semenjak perceraian saya.”
anak-anaknya dan seperti apa sikap mereka atas kondisi orangtuanya. Berikut
kutipan wawancara peneliti dengan informan:
“Saya rasa anak saya tidak pernah merasakan ketidaknyamanan, ya. Mereka sudah pada besar-besar, dewasa. Mereka menerima-nerima saja keadaan orangtuanya.”
Informan mengaku kondisi anaknya-anaknya baik saja sepengetahuannya dan
sebisa mungkin tetap memantau perkembangan kehidupan anak-anaknya. Peneliti
mencoba menanyakan seperti apa kondisi orangtuanya ketika resmi menyandang
status single parent pasca perceraian. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan
informan:
“Keadaan orangtua saya baik-baik saja, tidak ada masalah. Tidak pernah merasakan ketidaknyaman setelah saya bercerai. Orangtua saya terus memotivasi, selalu menerima keadaan saya selaku anaknya apa adanya.”
Informan memberitahu hal-hal apa saja yang sering ia bicarakan dengan
orangtuanya. Seiring terjadinya interaksi, menurut informan setelah mengalami
perceraian, di dalam keluarganya komunikasi yang terjalin semakin dipererat.
Pernyataan yang diberikan informan berkaitan dengan pertanyaan peneliti berikutnya
yaitu tentang hal-hal positif apa bagi anak-anaknya dan orangtuanya setelah bercerai.
Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan:
“Hal positifnya kalau dibandingkan saat itu dengan sekarang adalah sekarang lebih tenang dalam artian tidak menjadi beban pikiran keluarga saya lagi dan beban mental bagi anak-anak saya. Rileks-rileks saja saya rasa menjalani keadaan.”
Menurut informan hasil dari putusan perceraianmenciptakan suasana
perceraian memang salah satu pilihan terbaik menyelesaikan masalah dalam rumah
tangga.
c. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang perceraian dari segi
sosial ekonomi dan kesehatan:
Perceraian tentunya banyak melalui proses dan menyita banyak waktu dan
pikiran. Informan mencoba mengemukakan pendapatnya tentang bagaimana keadaan
kehidupan berkeluarganya setelah perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti
dengan informan:
“Keadaan kehidupan keluarga saya setelah bercerai baik-baik saja, kami hidup sejahtera dan bahagia.”
Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan bagaimana keadaan ekonomi
dan kondisi kesehatan informan stelah menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan
wawancara peneliti dengan informan:
“Tidak ada dampak. Keadaan ekonomi dan kondisi kesehatan saya baik-baik saja, kok pada saat itu hingga saat ini. Ya saya tetap berpacu untuk mencari rejeki demi anak-anak.”
Informan menjawab seperti apa sesuai dengan keadaannya yang sebenarnya.
Informan berpendapat walaupun dalam keadaan keluarga yang sudah bercerai, dari
segi sosial ekonomi dan kesehatannya tetap stabil hingga saat ini dari sebelum
Biodata Orangtua Tunggal (Informan 2)
1. Nama : Nesita
2. Tempat Lahir : Medan
3. Tanggal Lahir : 18 Maret 1975
4. Usia : 41 Tahun
5. Jenis Kelamin : Perempuan
6. Suku : Jawa
7. Agama : Islam
8. Pendidikan : SMA
9. Pekerjaan : Pedagang
10. Jumlah Anak : 7 Orang
a. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian:
Pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian dapat di jabarkan
sebagai berikut. Pertama informan mencoba menjawab pertanyaan yang diberikan
oleh peneliti mengenai apa itu rumah tangga. Berikut kutipan wawancara peneliti
dengan informan:
“Menurut saya rumah tangga itu adalah susunan cerita kehidupan, ada anggota keluarga didalam. Anak,bapak,ibu."
Walaupun informan menjawab pertanyaan pertama peneliti dengan
seadanya,hal ini tidak mempengaruhi informan untuk menjawab pertanyaan
selanjutnya mengenai sudah berapa lama informan bercerai. Berikut kutipan
wawancara peneliti dengan informan:
Informan menjawab dengan informasi yang lengkap, dan mengatakan
merupakan orangtua asli dari anak-anaknya yang diasuhnya sampai saat ini. Dengan
begitu, peneliti mencoba menanyakan kepada informan mengapa perceraian bisa
terjadi di dalam kehidupan berkeluarga. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan
informan:
“Semua orang tidak pernah menginginkan masalah di dalam rumah tangganya, bisa terjadi karena keiginan masing-masing.”
Informan menjawab sesuai dengan yang dialaminya. Kemudian peneliti
mencoba menggali lebih dalam menanyakan dan meminta penjelasan tentang konflik
apa yang menyebabkan informan bercerai dan memutuskan untuk menjadi orangtua
tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:
“Ya, tentu..Faktor orang ketiga. Ibu tidak mau dipoligami”
Informan memberikan jawabannya dengan singkat sesuai dengan apa yang
ingin disampaikannya. Dengan begitu, peneliti kemudian menanyakan bagaimana
pandangan informan mengenai perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan
informan:
“Pandangan ibu tentang fenomena perceraian, siapa saja bisa terkena musibah didalam rumah tangganya. Tidak asing kalau kita dengar kata cerai, karena semua tau ya arti cerai itu apa. Bercerai bukan sesuatu hal yang sepele, untuk itu perlu dimantapkan hati,pikirannya kalau mau memutuskan. Tidak karena hal kecil setitik minta talak.”
Informan menjawab seperti apa pandangannya mengenai perceraian dengan
ekspresi serius dengan melihat dari berbagai jenis faktor penyebab dan sesuai yang ia
b. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang dampak perceraian
bagi anak dan orangtua:
Setelah mengalami perceraian, kondisi ataupun keadaankehidupan di
keluarga bercerai pasti berubah dan berbeda dibandingkan dengan keluarga utuh atau
yang tidak mengalami perceraian. Dengan begitu, peneliti menanyakan bagaimana
keadaan anak setelah informan mengalami perceraian. Berikut hasil wawancara
peneliti dengan informan:
“Keadaan anak-anak setelah bercerai, ibu bercerai itu keputusannya dulu itu bersama dengan keluarga juga dirundingkan,bertukar pikiran sama-sama. Sampai sekarang masih menjalani kegiatannya masing-masing seperti biasa. Mereka sudah banyak mengerti ibu rasa, baik-baik semua. Hal yang positif,nasehat itu pasti masih ibu arahkan dan selalu dijalankan.”
Informan memaparkan hal-hal yang dialaminya bersama anak-anaknya
setelah bercerai. Seiring mengutarakan hal tersebut, informan megutarakan perasaan
anak-anaknya dan seperti apa sikap mereka atas kondisi orangtuanya. Berikut
kutipan wawancara peneliti dengan informan:
“Kalo perasaan ketidaknyamanan, Ibu rasa si bungsu ibu, Bayu. Tinggalnya disana, sama bapaknya mulai dari resmi cerai.
Dengan begitu, informan mencoba menggali informasi ketidaknyamanan
seperti apa yang dialami Bayu. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:
“Lingkungannya tidak sama seperti dulu masih serumah, wong lain ibunya.”
Informan mengaku kondisi anaknya-anaknya yang lain menurutnya baik-baik
saja sepengetahuannya selain Bayu dan tetap mengawasi kehidupan anak-anaknya.
resmi menyandang status single parent pasca perceraian. Namun, ternyata orangtua
Ibu Nesita sudah meninggal dunia sebelum perceraiannya dengan mantan suaminya.
Informan memberitahu hal-hal apa saja yang sering ia bicarakan dengan
semua anak-anaknya. Seiring terjadinya interaksi, menurut informan setelah
mengalami perceraian, di dalam keluarganya rasa peduli antara anggota keluarga
semakin sering dinyatakan. Pernyataan yang diberikan informan berkaitan dengan
pertanyaan peneliti berikutnya yaitu tentang hal-hal positif apa bagi anak-anaknya
dan orangtuanya setelah bercerai. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan:
“Hal positifnya mereka kalau dibandingkan saat itu dengan sekarang adalah lebih bijak menanggapi sesuatu hal dari orang.”
Menurut informan hasil dari putusan perceraianmenjadikan kedua belah pihak
menjadi sama-sama tentram.
c. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang perceraian dari segi
sosial ekonomi dan kesehatan:
Perceraian tentunya banyak melalui proses dan menyita banyak waktu dan
pikiran. Informan mencoba mengemukakan pendapatnya tentang bagaimana keadaan
kehidupan berkeluarganya setelah perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti
dengan informan:
Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan bagaimana keadaan ekonomi
dan kondisi kesehatan informan stelah menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan
wawancara peneliti dengan informan:
“Ya ada dampaknya. Keadaan ekonomi dulu kan masih ada tambahan. Kalau sekarang tidak lagi ada ya, hanya untuk anak-anak biayanya. Kondisi kesehatan saya baik-baik saja hingga saat ini.”
Informan menjawab seperti apa sesuai dengan keadaannya. Informan
berpendapat walaupun dalam keadaan keluarga yang sudah bercerai, dari segi sosial
ekonomi dan kesehatannya masih berkondisi baik, tidak kekurangan dan masih tetap
berusaha menafkahi anak-anaknya.
Biodata Orangtua Tunggal (Informan 3)
1. Nama : Basir
2. Tempat Lahir : Solok
3. Tanggal Lahir : 14 September 1984
4. Usia : 32 Tahun
5. Jenis Kelamin : Laki-laki
6. Suku : Jawa
7. Agama : Islam
8. Pendidikan : S1
9. Pekerjaan : Wiraswasta
a. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian:
Pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian dapat di jabarkan
sebagai berikut. Informan mencoba menjawab pertanyaan yang diberikan oleh
peneliti mengenai apa itu rumah tangga. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan
informan:
“Menurut saya rumah tangga itu adalah beberapa orang yang terkumpul yang didalamnya ada orangtua dan anak."
Informan menjawab pertanyaan pertama peneliti dengan singkat. Kemudian
dengan jawaban yang sederhana, informan menjawab pertanyaan selanjutnya
mengenai sudah berapa lama informan bercerai. Berikut kutipan wawancara peneliti
dengan informan:
“Sudah dua tahun yang lalu.”
Informan mengatakan dia adalah orangtua asli dari anak-anaknya yang
diasuhnya sampai saat ini. Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan kepada
informan mengapa perceraian bisa terjadi di dalam kehidupan berkeluarga. Berikut
kutipan wawancara peneliti dengan informan:
“Apa yang tidak bisa terjadi. apalagi perceraian, sudah lumrah terjadi bilamana ada masalah yang tidak lagi sepakat antara pasangan suami dan istri.”
Informan menjawab menurut apa yang dia ketahui secara umum dan juga
sesuai yang dialaminya. Kemudian peneliti mencoba menggali lebih dalam
menanyakan dan meminta penjelasan tentang sebab apa yang menyebabkan informan
bercerai dan memutuskan untuk menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan
wawancara peneliti dengan informan:
Informan memberikan jawabannya dengan singkat sesuai dengan apa yang
ditanyakan peneliti. Dengan begitu peneliti kemudian menanyakan bagaimana
pandangan informan mengenai perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan
informan:
“Pandangan saya tentang fenomena perceraian, sangat disayangkan ketika janji dan sumpah pernikahan tidak bisa dijalankan sesuai agama. Selama perceraian menjadi jalan yang paling baik dan tidak menganggu kehidupan orang, menurut saya wajar saja. Ya walaupun, sebenarnya tidak baik dilakukan karena dampaknya sangat banyak buat anak. Menjalani hal yang terbaik saja.”
Informan menjawab seperti apa pandangannya mengenai perceraian dengan
mempertimbangkan dari berbagai jenis faktor penyebab dan sesuai dengan apa yang
dialami sebagai orangtua tunggal akibat perceraian juga seperti yang informan
ketahui secara umum.
b. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang dampak perceraian
bagi anak dan orangtua:
Setelah mengalami perceraian, kondisi ataupun keadaankehidupan di
keluarga bercerai pasti berubah dan berbeda dibandingkan dengan keluarga utuh atau
yang tidak mengalami perceraian. Dengan begitu, peneliti menanyakan bagaimana
keadaan anak setelah informan mengalami perceraian. Berikut hasil wawancara
peneliti dengan informan:
“Keadaan anak-anak setelah bercerai, baik-baik saja. Anak-anak saya juga masih kecil, belum mengerti orangtuanya sudah bercerai. Cuma tau orangtuanya uda tidak sama lagi rumahnya, seperti itu.”
Informan juga memaparkan hal-hal yang dialaminya bersama anak-anaknya
anak-anaknya dan seperti apa sikap mereka atas kondisi orangtuanya. Berikut
kutipan wawancara peneliti dengan informan:
“Tidak pernah. Mungkin nanti dijelaskan ketika mereka sudah bisa mengerti. Saat ini saya melihat masih seperti biasa saja, tidak ada keluhan.”
Informan mengaku kondisi anaknya-anaknya baik saja dan tetap terus
memperhatikan kehidupan anak-anaknya. Peneliti mencoba menanyakan seperti apa
kondisi orangtuanya ketika resmi menyandang status single parent pasca perceraian.
Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:
“Tidak mengalami ketidaknyamanan. Orangtua saya baik-baik saja, hubungan saya dan keluarga mantan istri juga masih baik silahturahminya. Mereka menerima, keputusan perceraian semua juga mengetahui alasannya kenapa.”
Informan memberitahu hal-hal apa saja yang sering ia bicarakan dengan
orangtuanya. Seiring terjadinya interaksi, menurut informan setelah mengalami
perceraian, di dalam keluarganya komunikasinya semakin intens. Pernyataan yang
diberikan informan berkaitan dengan pertanyaan peneliti berikutnya yaitu tentang
hal-hal positif apa bagi anak-anaknya dan orangtuanya setelah bercerai. Berikut hasil
wawancara peneliti dengan informan:
“Hal positifnya buat anak-anak tidak ada. Kalau buat orangtua setelah saya bercerai, lebih tenang sekarang pikirannya kalau dulu banyak sekali yang mau diselesaikan untuk bercerai.
Menurut informan hasil dari putusan perceraianmenciptakan suasana
kehidupan yang baru dan lebih rumit buat saya walaupun kondisinya saat ini menjadi
lebih kondusif dari sebelumnya bercerai dengan mantan istrinya.
Perceraian tentunya banyak melalui proses dan menyita banyak waktu dan
pikiran. Informan mencoba mengemukakan pendapatnya tentang bagaimana keadaan
kehidupan berkeluarganya setelah perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti
dengan informan:
“Keadaan kehidupan keluarga setelah bercerai baik-baik saja, tapi tidak lagi sama dengan yang dulu. Ada jarak karena kita bukan suami istri lagi, hanya menjalankan fungsi masing-masing buat anak.”
Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan bagaimana keadaan ekonomi
dan kondisi kesehatan informan stelah menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan
wawancara peneliti dengan informan:
“Tidak ada dampak. “Keadaan ekonomi dan kondisi kesehatan saya baik-baik saja. Pendapatan saya cukup, kondisi saya stabil.”
Informan menjawab dengan apa adanya. Informan berpendapat walaupun
dalam keadaan keluarga yang sudah bercerai, dari segi sosial ekonomi dan
Biodata Orangtua Tunggal (Informan 4)
1. Nama : Riska
2. Tempat Lahir : Siantar
3. Tanggal Lahir : 14 Januari 1965
4. Usia : 51 Tahun
5. Jenis Kelamin : Perempuan
6. Suku : Jawa
7. Agama : Islam
8. Pendidikan : SMA
9. Pekerjaan : Wiraswasta
10. Jumlah Anak : 4 Orang
a. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian:
Pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian dapat di jabarkan
sebagai berikut. Pertama informan mencoba menjawab pertanyaan yang diberikan
oleh peneliti mengenai apa itu rumah tangga. Berikut kutipan wawancara peneliti
dengan informan:
“Rumah tangga itu menurut saya adalah sekumpulan anggota keluarga, ayah,ibu,anak yg berada dalam satu rumah."
Informan menjawab pertanyaan pertama peneliti sesuai dengan
pengetahuanny. Selanjutnya mengenai sudah berapa lama informan bercerai. Berikut
kutipan wawancara peneliti dengan informan:
“Saya bercerai tahun 2013.”
peneliti mencoba menanyakan kepada informan mengapa perceraian bisa terjadi di
dalam kehidupan berkeluarga. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:
“Perceraian bisa terjadi karena sudah tidak ada lagi keseimbangan, seia sekata, sehati,selaras dalam membina dan menjalani rumah tangga.”
Informan menjawab menurut apa yang dia ketahui secara umum singkat
sesuai dengan apa yang ingin diberitahukan olehnya dan juga sesuai yang
dialaminya. Kemudian peneliti mencoba menggali lebih dalam menanyakan dan
meminta penjelasan tentang konflik apa yang menyebabkan informan bercerai dan
memutuskan untuk menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti
dengan informan:
“Ya, ada.. pertengkaran, cekcok hampir setiap hari selama dua tahun sebelum memutuskan bercerai. Kesalahan yang tidak lagi ditoleransi oleh hati.”
Informan memberikan pernyataannya dengan gugup, walaupun begitu, tidak
mempengaruhinya untuk menjawab hal selanjutnya yang ditanyakan peneliti kepada
informan. Dengan begitu peneliti kemudian menanyakan bagaimana pandangan
informan mengenai perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan:
“Pandangan saya tentang fenomena perceraian, siapa saja pasti memiliki masalah didalam rumah tangganya. Bukan lagi persoalan asing jika mendengar kata cerai di jaman ini. Sedapat mungkin dihindari walaupun suami dan istri sama-sama menginginkan bagaimana jalannya yang terbaik.”
Informan menjawab seperti apa pandangannya mengenai perceraian dengan
melihat dari berbagai jenis faktor penyebab dan sesuai yang dia ketahui dan dia
b. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang dampak perceraian
bagi anak dan orangtua:
Setelah mengalami perceraian, kondisi ataupun keadaankehidupan di
keluarga bercerai pasti berubah dan berbeda dibandingkan dengan keluarga utuh atau
yang tidak mengalami perceraian. Dengan begitu, peneliti menanyakan bagaimana
keadaan anak setelah informan mengalami perceraian. Berikut hasil wawancara
peneliti dengan informan:
“Anak-anak saya setelah bercerai keadaannya baik-baik saja, hanya saja ada kecewa kenapa orangtuanya bercerai. Tidak lagi bisa bertukar pikiran duduk bersama dengan kedua orangtua. Mereka sudah banyak mengerti ibu rasa, baik-baik semua.”
Informan memaparkan hal-hal yang dilaluinya bersama anak-anaknya setelah
bercerai. Seiring mengutarakan hal tersebut, informan mengungkapkan perasaan
anak-anaknya dan seperti apa sikap mereka atas kondisi orangtuanya. Berikut
kutipan wawancara peneliti dengan informan:
“Tidak pernah. Mereka menerima, hanya perasaan sedikit kecewa dengan keputusan yang dilakukan orangtuanya.”
Informan mengaku kondisi anaknya-anaknya baik-baik saja, hanya memiliki
perasaan kecewa dan kehilangan figur ayah di dalam rumah. Semampu mungkin
tetap mengawasi dengan intens kehidupan anak-anaknya. Peneliti mencoba
menanyakan seperti apa kondisi orangtuanya ketika resmi menyandang status single
pernah merasa seperti tidak nyaman. Ya, menerima. Selalu memberi motivasi rohani,jasmani dari dulu hingga sekarang.”
Informan memberitahu hal-hal apa saja yang sering ia bicarakan dengan
orangtuanya. Seiring terjadinya interaksi, menurut informan setelah mengalami
perceraian, hubungan di dalam keluarganya informan menjadi lebih sering
dikunjungi oleh orangtuanya. Pernyataan yang diberikan informan berkaitan dengan
pertanyaan peneliti berikutnya yaitu tentang hal-hal positif apa bagi anak-anaknya
dan orangtuanya setelah bercerai. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan:
“Hal positifnya bagi orangtua ibu tidak ada. Bagi anak-anak adalah saat ini semakin mengerti situasi dan kondisi.”
Menurut informan hasil dari putusan perceraianmenciptakan suasana
kehidupan yang berbeda dan lebih banyak tantangannya dibanding ketika hidup
bersama dengan pasangan.
c. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang perceraian dari segi
sosial ekonomi dan kesehatan:
Perceraian tentunya banyak melalui proses dan menyita banyak waktu dan
pikiran. Informan mencoba mengemukakan pendapatnya tentang bagaimana keadaan
kehidupan berkeluarganya setelah perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti
dengan informan:
“Setelah bercerai keadaan baik-baik saja. Hubungan berkeluarga dengan mantan suami juga masih terjalin walaupun sudah bercerai.”
Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan bagaimana keadaan ekonomi
dan kondisi kesehatan informan stelah menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan
“Ya ada dampaknya. Kalau sekarang hanya untuk anak-anak biayanya. Saya tetap bekerja untuk memiliki biaya hidup, kondisi kesehatan saya baik-baik saja hingga saat ini.”
Informan menjawab dengan ekspresi memelas, dan apa adanya sesuai dengan
keadaannya. Informan berpendapat walaupun dalam keadaan keluarga yang sudah
bercerai, dari segi sosial ekonomi dan kesehatannya tetap baik dan dia berharap akan
semakin baik lagi.
Biodata Orangtua Tunggal (Informan 5)
1. Nama : Fitraina
2. Tempat Lahir : Pasar baru
3. Tanggal Lahir : 22 Oktober 1980
4. Usia : 36 Tahun
5. Jenis Kelamin : Perempuan
6. Suku : Mandailing
7. Agama : Islam
8. Pendidikan : S1
9. Pekerjaan : Wiraswasta
10. Jumlah Anak : 1 Orang
a. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian:
Pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian dapat di jabarkan
oleh peneliti mengenai apa itu rumah tangga. Berikut kutipan wawancara peneliti
dengan informan:
“Rumah tangga adalah kumpulan orang yang terdiri dari ayah,ibu dan anak-anaknya."
Informan menyatakan jawaban atas pertanyaan pertama peneliti dengan
sederhana sesuai dengan yang diketahuinya. Kemudian menjawab pertanyaan
selanjutnya mengenai sudah berapa lama informan bercerai. Berikut kutipan
wawancara peneliti dengan informan:
“Saya baru bercerai di tahun 2014 lalu.”
Informan menjawab dengan singkat dan mengatakan dia adalah orangtua asli
dari anak-anaknya yang diasuhnya sampai saat ini. Dengan begitu, peneliti mencoba
menanyakan kepada informan mengapa perceraian bisa terjadi di dalam kehidupan
berkeluarga. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:
“Tentu perceraian bisa terjadi di dalam kehidupan keluarga manapun, mau golongan keluarga atas atau golongan keluarga bawah. Banyak hal yang membuat seseorang itu mantap untuk bercerai. Tidak lagi sejalanan dalam membina rumah tangga dengan baik.”
Informan menjawab menurut apa yang dia ketahui secara umum dan juga
sesuai yang dialaminya. Kemudian peneliti mencoba menggali lebih dalam
menanyakan dan meminta penjelasan tentang konflik apa yang menyebabkan
informan bercerai dan memutuskan untuk menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan
wawancara peneliti dengan informan:
“Ya, ada.. kekerasan dalam berumahtangga.”
Informan memberikan jawabannya dengan singkat sesuai dengan apa yang
bagaimana pandangan informan mengenai perceraian. Berikut hasil wawancara
peneliti dengan informan:
“Pandangan saya tentang fenomena perceraian adalah hal biasa dilakukan didalam menyelesaikan persoalan rumah tangga yang tidak ada lagi titik temunya ketika didiskusikan bersama antara keluarga dan antara suami dengan istri. Siapa saja bisa terkena musibah didalam rumah tangganya. Persoalan bercerai bukan sesuatu hal yang sepele, untuk itu perlu diteguhkan hati, pikirannya kalau memang bulat niatnya memutuskan bercerai. Tidak karena hal kecil setitik minta cerai.
Informan menjawab seperti apa pandangannya mengenai perceraian dengan
melihat dari berbagai jenis faktor penyebab dan sesuai yang dialaminyasebagai
orangtua tunggal akibat perceraian juga seperti yang informan ketahui secara umum.
b. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang dampak perceraian
bagi anak dan orangtua:
Setelah mengalami perceraian, kondisi ataupun keadaankehidupan di
keluarga bercerai pasti berubah dan berbeda dibandingkan dengan keluarga utuh atau
yang tidak mengalami perceraian. Dengan begitu, peneliti menanyakan bagaimana
keadaan anak setelah informan mengalami perceraian. Berikut hasil wawancara
peneliti dengan informan:
“Anak saya masih satu dan bersama dengan saya. Keadaan anak saya sebelum-setelah saya bercerai tetap baik-baik saja. Tidak ada keluhan dan kendala di lingkungannya beraktivitas, belajar dan di tempat dia bermain.”
Informan memberitahukan hal-hal yang dialaminya bersama anak-anaknya
perasaan anak-anaknya dan seperti apa sikap mereka atas kondisi orangtuanya.
Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:
“Saya rasa anak saya tidak pernah merasakan ketidaknyamanan, ya. Menerima keadaan orangtuanya yang tidak lagi hidup dan tinggal bersama.”
Informan mengaku kondisi anaknya baik-baik saja dan selalu memantau
perkembangan kehidupan anak-anaknya. Peneliti mencoba menanyakan seperti apa
kondisi orangtuanya ketika resmi menyandang status single parent pasca perceraian.
Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:
“Setelah saya diputuskan resmi bercerai, keadaan orangtua saya baik dan sehat-sehat saja. Pernah mengalami ketidaknyamanan, ketidaknyamanannya orangtua, saya dijadikan bahan pembicaraan.”
Informan memaparkan hal-hal apa saja yang sering ia bicarakan dengan
orangtuanya. Pernyataan yang diberikan informan sebelumnya membuat peneliti
memberikan pertanyaan berikutnya yaitu tentang hal-hal positif apa bagi
anak-anaknya dan orangtuanya setelah bercerai. Berikut hasil wawancara peneliti dengan
informan:
“Hal positifnya bagi orangtua tidak ada. Bagi anak saya, sekarang tidak lagi melihat saya menjadi korban kekerasan.”
Menurut informan hasil dari putusan perceraiantidak membuatnya menjadi
kecil hati dan putus asa di dalam menjalani kehidupannya sebagai orangtua tunggal.
c. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang perceraian dari segi
sosial ekonomi dan kesehatan:
Perceraian tentunya banyak melalui proses dan menyita banyak waktu dan
kehidupan berkeluarganya setelah perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti
dengan informan:
“Setelah bercerai, keadaan kehidupan keluarga lebih baik. Pasti ada perubahan terjadinya. Hubungan berkeluarga dengan keluarga mantan suami juga masih baik silahturahminya.”
Dengan begitu, kemudian peneliti mencoba menanyakan bagaimana keadaan
ekonomi dan kondisi kesehatan informan stelah menjadi orangtua tunggal. Berikut
kutipan wawancara peneliti dengan informan:
“Ya ada dampak di perekonomian keluarga. Biaya hidup semuanya hanya untuk anak dan juga masih ikut dinafkahi oleh ayahnya, terlepas dari penghasilan. Kondisi kesehatan saya baik-baik saja hingga saat ini.”
Informan menjawab seperti apa sesuai dengan keadaannya yang sebenarnya.
Informan berpendapat walaupun dalam keadaan keluarga yang sudah bercerai, dari
segi sosial ekonomi dan kesehatannya informan tetap membiayai keperluan anaknya