• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.2. Kerangka Teori

2.2.4. Analisis Input-Output

Nazara (1999) mengungkapkan bahwa konsep keterkaitan biasa digunakan dalam perumusan kebijakan pembangunan ekonomi dengan melihat keterkaitan antara sektor dalam suatu perekonomian. Konsep keterkaitan tersebut antara lain meliputi keterkaitan ke belakang (backward linkage) yang mendeskripsikan hubungan keterkaitan antar sektor dalam pembelian terhadap total pembelian input yang digunakan dalam proses produksi dan keterkaitan ke depan (forward linkage) yang menunjukkan penjualan terhadap total penjualan output yang dihasilkannya.

Berdasarkan konsep ini dapat diketahui besarnya pertumbuhan suatu sektor yang dapat menstimulir pertumbuhan sektor lainnya melalui proses induksi. Keterkaitan langsung antar sektor perekonomian dalam pembelian dan penjualan input antara ditunjukkan oleh koefisien langsung, sedangkan keterkaitan langsung dan tidak langsungnya ditunjukkan oleh Matriks Kebalikan Leontief. Matriks Kebalikan Leontief (alfa) disebut sebagai koefisien keterkaitan, karena matriks ini

mengandung informasi yang penting tentang struktur perekonomian yang dipelajari dengan menggunakan tingkat keterkaitan antar sektor.

2.2.4.2 Analisis Dampak Penyebaran

Analisis dampak penyebaran sebenarnya merupakan pengembangan dari analisis keterkaitan terutama keterkaitan langsung dan tidak langsung karena analisis ini membandingkan nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung yang telah dikalikan dengan jumlah sektor yang ada dengan total nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung di semua sektor.

Analisis ini terdapat dua macam yaitu koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran. Kepekaan penyebaran digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan suatu sektor dalam mendorong peretumbuhan sektor hulunya. Sedangkan kepekaan penyebaran digunakan dalam untuk mengetahui seberapa besar keamampuan suatu sektor dapat dalam mendorong pertumbuhan sektor sektor hilirnya. Adapun dalam penelitian yang akan dilakukan diharapkan dapat mengetahui besarnya kemampuan industri minyak goreng dalam mendorong sektor-sektor hulu maupun hilir.

2.2.4.3. Analisis Multiplier

Analisis multiplier digunakan dalam menghitung dampak yang ditimbulkan akibat peningkatan suatu sektor terhadap sektor lainnya. Pada kasus multiplier input-output, pendorong perubahan ekonomi pada umumnya diasumsikan sebagai peningkatan penjualan sebesar satu satuan mata uang kepada permintaan akhir suatu sektor. Pendorong ekonomi yang sering dimaksud adalah dapat berupa pendapatan atau kesempatan kerja

24

1. Multiplier Output

Multiplier output dihitung dalam per unit perubahan output sebagai efek awal (initial effect), yaitu peningkatan atau penurunan output sebesar satu unit satuan moneter. Semua komponen dari matriks kebalikan Leontif (matriks invers)

α menunjukkan total pembelian input baik tidak langsung maupun langsung dari sektor i yang disebabkan adanya peningkatan penjualan dari sektor i sebesar satu satuan unit moneter ke permintaan akhir.

2. Multiplier Pendapatan

Peningkatan pendapatan akibat adanya perubahan output dalam perekonomian diukur dengan multiplier pendapatan. Pendapatan disini hanya mencakup penerimaan rumah tangga yang berasal dari gaji dan upah, tidak termasuk penerimaan yang berasal dari bunga bank dan deviden atas saham yang dimiliki.

Multiplier pendapatan menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan permintaan akhir pada suatu sektor sebesar satu unit akan mengakibatkan kenaikan pendapatan rumah tangga sebesar multiplier totalnya. Dalam multiplier pendapatan tipe I, kenaikan pendapatan tenaga kerja yang bekerja di sektor yang bersangkutan sebesar Rp 1,00 akan meningkatkan pendapatan rumah tangga di semua sektor perekonomian sebesar nilai multiplier tipe 1, baik secara langsung maupun tak langsung dengan rumah tangga sebagai eksogenus model. Untuk multiplier pendapatan tipe 2, pada intinya sama dengan mutiplier tipe 1, tetapi dalam multiplier tipe 2 ini efek induksi konsumsi rumah tangga juga diperhitungkan.

3. Multiplier Tenaga Kerja

Multiplier tenaga kerja menunjukkan bagaimana perubahan output akan mempengaruhi perubahan tenaga kerja. Pada tabel I-O, terdapat komponen tenaga kerja, sehingga untuk memperoleh nilai multiplier tenaga kerja harus ditambahkan terlebih dahulu pada baris terbawah informasi berapa besar jumlah tenaga kerja pada tiap sektor yang ada dalam perekonomian negara tersebut. Penambahan baris ini untuk mendapatkan koefisien tenaga kerja (ei). Koefisien tenaga kerja didapatkan dengan membagi setiap jumlah tenaga kerja masing-masing sektor dengan jumlah total ouput dari masing-masing sektor tersebut.

Besarnya lapangan kerja yang tercipta jika output suatu sektor meningkat sebesar satu satuan, dapat diketahui dengan menggunakan multiplier tenga kerja tipe I. Multiplier tenaga kerja tipe 2 digunakan untuk mengetahui dampak dari penyerapan tenaga kerja di suatu sektor sebesar satu unit terhadap peningkatan lapangan kerja di seluruh sektor perekonomian.

4. Multiplier Tipe I dan II

Multiplier Tipe I dan II digunakan dalam pengukuran dampak yang ditimbulkan dari output, pendapatan dan tenaga kerja pada masing-masing sektor perekonomian akibat adanya perubahan dalam jumlah output, pendapatan dan tenaga kerja yang ada dalam suatu wilayah.

Klasifikasi efek dari multiplier output, pendapatan dan tenaga kerja adalah sebagai berikut:

26

a. Dampak Awal (Initial Impact)

Dampak awal merupakan pendorong perekonomian dengan diasumsikan sebagai perubahan penjualan atau pembelian dalam satu unit satuan moneter. Dari sisi output, dampak awal merupakan peningkatan penjualan ke permintaan akhir sebesar satu unit moneter. Peningkatan output tersebut akan memberikan dampak terhadap peningkatan pendapatan dan tenaga kerja. Dampak awal dari sis pendapatan ditunjukkan oleh koefisien pendapatan rumah tangga (hi). Sedangkan dampak awal dari sisi tenaga kerja ditunjukkan oleh koefisien tenaga kerja (ei) b. Efek Putaran Pertama (First Round Effect)

Efek langsung dari pembelian masing-masing sektor untuk setiap peningkatan output sebesar satu unit satuan moneter ditunjukkan oleh efek putaran pertama. Dari sudut output, efek putaran pertama ditunjukkan oleh koefisien langsung (Koefisien Input / aij). Efek putaran pertama dari sudut pendapatan (∑iaij hj) menunjukkan adanya peningkatan pendapatan dari setiap sektor akibat adanya efek putaran pertama dari sisi ouput. Efek putaran pertama dari sudut tenaga kerja (∑iaij ei ) menunjukkan peningkatan penyerapan tenaga kerja akibat adanya efek putaran pertama dari sisi output.

c. Efek Dukungan Industri (Industrial Support Effect)

Efek dukungan industri dari sisi output menunjukkan efek dari peningkatan output putaran kedua dan selanjutnya akibat adanya stimulus ekonomi. Dari sisi pendapatan dan tenaga kerja, efek dukungan industri menunjukkan adanya efek peningkatan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja

putaran kedua dan selanjutnya akibat adanya dukungan industri yang menghasilkan output.

d. Efek Induksi Konsumsi (Consumption Induced Effect)

Efek induksi dari sisi output menujukkan adanya suatu pengaruh induksi (peningkatan konsumsi rumah tangga) akibat pendapatan rumah tangga yang meningkat. Dari sisi pendapatan dan tenaga kerja, efek induksi konsumsi diperoleh masing-masing dengan mengalikan efek induksi ouput dengan koefisien pendapatan rumah tanggga dan koefisien tenaga kerja.

e. Efek Lanjutan (Flow-On- Effect)

Efek lanjutan merupakan efek (dari output, pendapatan dan tenaga kerja) yang terjadi pada semua sektor perekonomian dalam suatu negara atau wilayah akibat adanya peningkatan penjualan dari suatu sektor. Efek lanjutan langsung dapat diperoleh dari pengurangan efek total dengan efek awal.

Hubungan antara efek awal dan efek lanjutan baik dilihat dari sisi ouput, pendapatan dan tenaga kerja digunakan multiplier tipe I dan tipe II. Perbedaan antara kedua jenis multiplier tersebut terletak pada adanya tidaknya pengaruh dari induksi konsumsi rumah tangga. Jika dalam multiplier tipe I tidak memasukkan unsur induksi konsumsi rumah tangga, sebaliknya dalam multiplier tipe II memasukkan pengaruh dari induksi konsumsi rumah tangga.

2.3 Penelitian-Penelitian Terdahulu

Dokumen terkait