OLEH:
NURLAELA WIJAYANTI H14101038
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
RINGKASAN
NURLAELA WIJAYANTI. Analisis Input-Output Peranan Industri Minyak Goreng Dalam Perekonomian Indonesia dibawah bimbingan ARIEF DARYANTO.
Suatu negara yang mengalami proses pembangunan ekonomi secara jangka panjang akan membawa perubahan yang mendasar dalam struktur ekonomi negara itu sendiri. Salah satu indikator dari perubahan tersebut adalah bergesernya struktur ekonomi tradisional yang menitikberatkan pada sektor pertanian ke arah struktur ekonomi modern yang lebih didominasi oleh sektor industri sebagai roda penggerak dari pertumbuhan ekonomi. Begitu juga yang terjadi dalam struktur ekonomi Indonesia, peranan sektor industri semakin besar dan mengalami pertumbuhan yang paling cepat jika dibandingkan dengan sektor lainnya. Sektor industri, khususnya industri pengolahan mampu berperan sebagai penyumbang terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto.
Industri minyak goreng Indonesia dari tahun ke tahun semakin pesat perkembangannya. Hal ini diperlihatkan dengan meningkatnya angka produksi minyak goreng tiap tahunnya. Kebutuhan minyak goreng untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan yang pesat sejalan dengan peningkatan konsumsi per kapita.
Selain penggunannya oleh rumah tangga, minyak goreng juga diperlukan sebagai input antara dalam industri pangan. Sebagai input antara, ketersediaan minyak goreng dalam jumlah yang cukup dan dengan harga yang bersaing sangatlah perlu untuk mendorong peningkatan input-input industri terkait. Di samping itu, pada proses produksi minyak goreng dibutuhkan berbagai sarana dan prasarana produksi. Sarana dan prasarana produksi ini sebagian berasal dari industri minyak goreng itu sendiri dan sebagian besar lainnya dihasilkan oleh industri lain. Dengan demikian peningkatan produksi minyak goreng akan dapat meningkatkan produk industri-industri yang menggunakan minyak goreng sebagai input dalam proses produksinya.
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji peranan industri minyak goreng di Indonesia dalam pembentukan output, permintaan antara dan permintaan akhir, menganalisis keterkaitan industri minyak goreng dengan sektor lainnya, menganalisis pengaruh industri minyak goreng terhadap sektor lainnya berdasarkan indeks penyebaran ke depan dan ke belakang, menganalisis dampak industri minyak goreng terhadap perekonomian Indonesia berdasarkan efek multiplier output, multiplier pendapatan dan multiplier tenaga kerja.
mempunyai keterkaitan yang kuat dengan sektor perdagangan dan kelapa sawit. Nilai keterkaitan yang rendah tersebut diakibatkan oleh penggunaan output dari industri minyak goreng yang lebih banyak dikonsumsi langsung oleh rumah tangga daripada digunakan sebagai input antara oleh sektor produksi lainnya.
Dari hasil analisis koefisien penyebaran dapat disimpulkan bahwa industri minyak goreng adalah industri yang memiliki kemampuan yang kuat dalam mendorong pertumbuhan industri hulunya. Hasil analisis kepekaan penyebaran, industri minyak goreng merupakan industri yang mempunyai kemampuan yang kurang dalam menarik pertumbuhan sektor hilirnya. Hal ini sesuai dengan analisis keterkaitan, dimana nilai keterkaitan ke belakang lebih besar daripada keterkaitan ke depannya. Namun dari ke dua analisis tersebut industri minyak goreng merupakan industri yang layak untuk dikembangkan.
Jika dilihat dari analisis multiplier, industri minyak goreng merupakan industri yang memiliki nilai multiplier yang cukup tinggi baik dilihat dari segi output, pendapatan dan tenaga kerja. Hal tersebut berarti bahwa industri minyak goreng merupakan industri penting yang mampu meningkatkan output, pendapatan dan lapangan kerja di sektor-sektor lainnya.
Hasil simulasi dari dampak penerapan kebijakan pengurangan volume ekspor CPO yang mengakibatkan kenaikan pasokan minyak goreng domestik, dialami juga dampaknya oleh sektor-sektor dalam perekonomian dimana output akan bertambah sebesar Rp 4,029 miliar. Sedangkan dari sisi pendapatan penambahan pasokan minyak goreng akan meningkatkan pendapatan total sektor perekonomian sebesar Rp 0,661 miliar. Dan untuk tenaga kerja akan mengalami pertambahan sebesar 98,73 ribu orang. Dampak kenaikan pasokan minyak goreng terhadap perubahan output sektoral, industri minyak goreng merupakan industri yang menerima dampak paling besar. Nilai perubahan output yang disebabkan adanya kenaikan pasokan minyak goreng sebesar Rp 2,025 miliar akan meningkatkan output industri minyak goreng sebesar lebih dari Rp 2,840 miliar atau sekitar 70,50 persen dari total output perekonomian.
ANALISIS INPUT-OUTPUT
PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG TERHADAP
PEREKONOMIAN INDONESIA
Oleh:
NURLAELA WIJAYANTI H14101038
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi berjudul ”ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN
INDONESIA”. Minyak goreng merupakan salah satu komponen dari sembilan bahan pokok yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Sehingga dalam pengendalian harga dan pasokannya perlu campur tangan pemerintah. Perkembangan industri minyak goreng juga relatif pesat dari tahun ke tahun. Disamping itu, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya, terutama kepada Bapak Dr.Ir. Arief Daryanto, M.Ec yang telah memberikan bimbingan baik secara teknis maupun teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Ucapan terimakasih juga penulis tujukan kepada Bapak Ir. Idqan Fahmi, M.Ec yang bersedia untuk menguji karya ilmiah ini. Semua kritik dan saran beliau merupakan hal yang sangat berharga dalam penyempurnaan skripsi ini. Selain itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Tanti Novianti, S.P, M.Si selaku wakil dari komisi pendidikan, terutama atas perbaikan tata cara penulisan skripsi ini. Meskipun demikian, segala kesalahan yang terjadi dalam penelitian ini, sepenuhnya tanggung jawab penulis.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan juga untuk Ciwaluya 22 crew, ALIANTIC crew, teman-teman Ekbang 38 dan terakhir untuk seseorang yang selalu menjadi sahabat dalam kehidupan penulis. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pihak yang membutuhkan pada umumnya.
Bogor, Juni 2006
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Nurlaela Wijayanti
Nomor Registrasi Pokok : H14101038 Program Studi : Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi : Analisis Input-Output Peranan Industri Minyak Goreng Dalam Perekonomian Indonesia
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor
Menyetujui, Dosen Pembimbing,
Dr.Ir. Arief Daryanto, M.Ec NIP.131 644 945
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,
Dr.Ir. Rina Oktaviani, MS NIP. 131 846 872
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA APAPUN
Bogor, Juni 2006
kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Tapsir (alm) dan Wurjaningsih. Penulis mengawali pendidikan dasarnya di Madrasah Ibtidaiyah Persatuan Umat Islam (PUI) Sindang Indramayu, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 2 Sindang Indramayu dan lulus pada tahun 1998. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMU Negeri I Sindang Indramayu dan berhasil menyelesaikannya pada tahun 2001.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR ... i
DAFTAR TABEL... ii
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 6
1.3. Tujuan ... 8
1.4. Ruang Lingkup... 8
1.5. Manfaat Penelitian ... 9
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 10
2.1. Tinjauan Pustaka ... 10
2.1.1. Definisi dan Klasifikasi Minyak Goreng ... 10
2.1.2. Gambaran Umum Industri Minyak Goreng Indonesia ... 12
2.2. Kerangka Teori ... 15
2.2.1. Model Input-Output ... 15
2.2.2. Asumsi dan Keterbatasan Tabel Input-Output... 17
2.2.3. Struktur Tabel Input-Output ... 19
2.2.4. Analisis Input-Output... 22
2.2.4.1. Analisis Keterkaitan ... 22
2.2.4.2. Analisis Dampak Penyebaran ... 23
2.2.4.3. Analisis Multiplier ... 23
2.3. Penelitian-Penelitian Terdahulu ... 27
2.3.1. Studi Pustaka Minyak Goreng...27
2.3.2. Studi Pustaka Input-Output... 29
2.4. Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian... 31
III. METODE PENELITIAN... 32
3.1 Waktu dan Wilayah Penelitian... 32
3.2. Jenis dan Sumber Data ... 32
OLEH:
NURLAELA WIJAYANTI H14101038
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
RINGKASAN
NURLAELA WIJAYANTI. Analisis Input-Output Peranan Industri Minyak Goreng Dalam Perekonomian Indonesia dibawah bimbingan ARIEF DARYANTO.
Suatu negara yang mengalami proses pembangunan ekonomi secara jangka panjang akan membawa perubahan yang mendasar dalam struktur ekonomi negara itu sendiri. Salah satu indikator dari perubahan tersebut adalah bergesernya struktur ekonomi tradisional yang menitikberatkan pada sektor pertanian ke arah struktur ekonomi modern yang lebih didominasi oleh sektor industri sebagai roda penggerak dari pertumbuhan ekonomi. Begitu juga yang terjadi dalam struktur ekonomi Indonesia, peranan sektor industri semakin besar dan mengalami pertumbuhan yang paling cepat jika dibandingkan dengan sektor lainnya. Sektor industri, khususnya industri pengolahan mampu berperan sebagai penyumbang terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto.
Industri minyak goreng Indonesia dari tahun ke tahun semakin pesat perkembangannya. Hal ini diperlihatkan dengan meningkatnya angka produksi minyak goreng tiap tahunnya. Kebutuhan minyak goreng untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan yang pesat sejalan dengan peningkatan konsumsi per kapita.
Selain penggunannya oleh rumah tangga, minyak goreng juga diperlukan sebagai input antara dalam industri pangan. Sebagai input antara, ketersediaan minyak goreng dalam jumlah yang cukup dan dengan harga yang bersaing sangatlah perlu untuk mendorong peningkatan input-input industri terkait. Di samping itu, pada proses produksi minyak goreng dibutuhkan berbagai sarana dan prasarana produksi. Sarana dan prasarana produksi ini sebagian berasal dari industri minyak goreng itu sendiri dan sebagian besar lainnya dihasilkan oleh industri lain. Dengan demikian peningkatan produksi minyak goreng akan dapat meningkatkan produk industri-industri yang menggunakan minyak goreng sebagai input dalam proses produksinya.
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji peranan industri minyak goreng di Indonesia dalam pembentukan output, permintaan antara dan permintaan akhir, menganalisis keterkaitan industri minyak goreng dengan sektor lainnya, menganalisis pengaruh industri minyak goreng terhadap sektor lainnya berdasarkan indeks penyebaran ke depan dan ke belakang, menganalisis dampak industri minyak goreng terhadap perekonomian Indonesia berdasarkan efek multiplier output, multiplier pendapatan dan multiplier tenaga kerja.
mempunyai keterkaitan yang kuat dengan sektor perdagangan dan kelapa sawit. Nilai keterkaitan yang rendah tersebut diakibatkan oleh penggunaan output dari industri minyak goreng yang lebih banyak dikonsumsi langsung oleh rumah tangga daripada digunakan sebagai input antara oleh sektor produksi lainnya.
Dari hasil analisis koefisien penyebaran dapat disimpulkan bahwa industri minyak goreng adalah industri yang memiliki kemampuan yang kuat dalam mendorong pertumbuhan industri hulunya. Hasil analisis kepekaan penyebaran, industri minyak goreng merupakan industri yang mempunyai kemampuan yang kurang dalam menarik pertumbuhan sektor hilirnya. Hal ini sesuai dengan analisis keterkaitan, dimana nilai keterkaitan ke belakang lebih besar daripada keterkaitan ke depannya. Namun dari ke dua analisis tersebut industri minyak goreng merupakan industri yang layak untuk dikembangkan.
Jika dilihat dari analisis multiplier, industri minyak goreng merupakan industri yang memiliki nilai multiplier yang cukup tinggi baik dilihat dari segi output, pendapatan dan tenaga kerja. Hal tersebut berarti bahwa industri minyak goreng merupakan industri penting yang mampu meningkatkan output, pendapatan dan lapangan kerja di sektor-sektor lainnya.
Hasil simulasi dari dampak penerapan kebijakan pengurangan volume ekspor CPO yang mengakibatkan kenaikan pasokan minyak goreng domestik, dialami juga dampaknya oleh sektor-sektor dalam perekonomian dimana output akan bertambah sebesar Rp 4,029 miliar. Sedangkan dari sisi pendapatan penambahan pasokan minyak goreng akan meningkatkan pendapatan total sektor perekonomian sebesar Rp 0,661 miliar. Dan untuk tenaga kerja akan mengalami pertambahan sebesar 98,73 ribu orang. Dampak kenaikan pasokan minyak goreng terhadap perubahan output sektoral, industri minyak goreng merupakan industri yang menerima dampak paling besar. Nilai perubahan output yang disebabkan adanya kenaikan pasokan minyak goreng sebesar Rp 2,025 miliar akan meningkatkan output industri minyak goreng sebesar lebih dari Rp 2,840 miliar atau sekitar 70,50 persen dari total output perekonomian.
ANALISIS INPUT-OUTPUT
PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG TERHADAP
PEREKONOMIAN INDONESIA
Oleh:
NURLAELA WIJAYANTI H14101038
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi berjudul ”ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN
INDONESIA”. Minyak goreng merupakan salah satu komponen dari sembilan bahan pokok yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Sehingga dalam pengendalian harga dan pasokannya perlu campur tangan pemerintah. Perkembangan industri minyak goreng juga relatif pesat dari tahun ke tahun. Disamping itu, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya, terutama kepada Bapak Dr.Ir. Arief Daryanto, M.Ec yang telah memberikan bimbingan baik secara teknis maupun teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Ucapan terimakasih juga penulis tujukan kepada Bapak Ir. Idqan Fahmi, M.Ec yang bersedia untuk menguji karya ilmiah ini. Semua kritik dan saran beliau merupakan hal yang sangat berharga dalam penyempurnaan skripsi ini. Selain itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Tanti Novianti, S.P, M.Si selaku wakil dari komisi pendidikan, terutama atas perbaikan tata cara penulisan skripsi ini. Meskipun demikian, segala kesalahan yang terjadi dalam penelitian ini, sepenuhnya tanggung jawab penulis.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan juga untuk Ciwaluya 22 crew, ALIANTIC crew, teman-teman Ekbang 38 dan terakhir untuk seseorang yang selalu menjadi sahabat dalam kehidupan penulis. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pihak yang membutuhkan pada umumnya.
Bogor, Juni 2006
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Nurlaela Wijayanti
Nomor Registrasi Pokok : H14101038 Program Studi : Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi : Analisis Input-Output Peranan Industri Minyak Goreng Dalam Perekonomian Indonesia
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor
Menyetujui, Dosen Pembimbing,
Dr.Ir. Arief Daryanto, M.Ec NIP.131 644 945
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,
Dr.Ir. Rina Oktaviani, MS NIP. 131 846 872
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA APAPUN
Bogor, Juni 2006
kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Tapsir (alm) dan Wurjaningsih. Penulis mengawali pendidikan dasarnya di Madrasah Ibtidaiyah Persatuan Umat Islam (PUI) Sindang Indramayu, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 2 Sindang Indramayu dan lulus pada tahun 1998. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMU Negeri I Sindang Indramayu dan berhasil menyelesaikannya pada tahun 2001.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR ... i
DAFTAR TABEL... ii
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 6
1.3. Tujuan ... 8
1.4. Ruang Lingkup... 8
1.5. Manfaat Penelitian ... 9
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 10
2.1. Tinjauan Pustaka ... 10
2.1.1. Definisi dan Klasifikasi Minyak Goreng ... 10
2.1.2. Gambaran Umum Industri Minyak Goreng Indonesia ... 12
2.2. Kerangka Teori ... 15
2.2.1. Model Input-Output ... 15
2.2.2. Asumsi dan Keterbatasan Tabel Input-Output... 17
2.2.3. Struktur Tabel Input-Output ... 19
2.2.4. Analisis Input-Output... 22
2.2.4.1. Analisis Keterkaitan ... 22
2.2.4.2. Analisis Dampak Penyebaran ... 23
2.2.4.3. Analisis Multiplier ... 23
2.3. Penelitian-Penelitian Terdahulu ... 27
2.3.1. Studi Pustaka Minyak Goreng...27
2.3.2. Studi Pustaka Input-Output... 29
2.4. Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian... 31
III. METODE PENELITIAN... 32
3.1 Waktu dan Wilayah Penelitian... 32
3.2. Jenis dan Sumber Data ... 32
3.2.4. Analisis Multiplier ... 39
3.4. Definisi Operasional Data ... 40
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45
4.1 Peranan Industri Minyak Goreng Dalam Perekonomian Indonesia... 45
4.2 Analisis Keterkaitan ... 47
4.2.1. Keterkaitan Langsung Beberapa Sektor Perekonomian... 48
4.2.2. Keterkaitan Langsung Dan Tidak Langsung Beberapa Sektor Perekonomian Indonesia ... 50
4.2.3. Keterkaitan Ke Depan Industri Minyak Goreng Terhadap Beberapa Sektor Perekonomian Indonesia... 53
4.2.4. Keterkaitan Ke Belakang Industri Minyak Goreng Terhadap Beberapa Sektor Perekonomian Indonesia... 54
4.3. Analisis Dampak Penyebaran ... 55
4.4. Analisis Multiplier ... 58
4.4.1. Multiplier Output Sektor Perekonomian Indonesia ... 58
4.4.2. Multiplier Pendapatan Sektor Perekonomian Indonesia ... 59
4.4.3. Multiplier Tenaga Kerja Sektor Perekonomian Indonesia... 60
4.4.4. Multiplier Output Sub Sektor Industri Minyak Goreng... 62
4.4.5. Multiplier Pendapatan Sub Sektor Industri Minyak Goreng... 63
4.4.6. Multiplier Tenaga Kerja Sub Sektor Industri Minyak Goreng .... 64
4.5. Analisis Multiplier Menurut Dampaknya ... 65
4.6. Dampak Kenaikan Pasokan Minyak Goreng Terhadap Perekonomian Indonesia ... 70
4.7. Implikasi Kebijakan Pengembangan Industri Minyak Goreng Indonesia ... 73
V. KESIMPULAN DAN SARAN... 77
5.1. Kesimpulan ... 77
5.2. Saran... 78
DAFTAR PUSTAKA ... 80
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1.1. Produk Domestik Bruto Indonesia Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku ... 1 1.2. Neraca Perdagangan Luar Negeri Minyak Goreng Periode 1996-2002 ... 4 2.1. Klasifikasi Minyak Goreng Nabati Menurut Klasifikasi Komoditi
Indonesia ... 11 2.2. Produsen Minyak Goreng Menurut Status Operasional... 13 2.3. Market Size dan Market Value Minyak Goreng Menurut Merek,
Tahun 2002 ... 14 2.4. Bentuk Umum Tabel Transaksi Input-Output ... 19 3.1. Rumus Multiplier Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja ... 39 4.1. Komposisi Besaran Input Industri Minyak Goreng ... 46 4.2. Kontribusi Industri Minyak Goreng Dalam Perekonomian Indonesia ... 46 4.3. Nilai Keterkaitan Berbagai Sektor Perekonomian Indonesia... 49 4.4. Keterkaitan Ke Depan Industri Minyak Goreng Terhadap Berbagai
Sektor Perekonomian Indonesia... 53 4.5. Keterkaitan Ke Belakang Industri Minyak Goreng Terhadap Berbagai
Sektor Perekonomian Indonesia ... 55 4.6. Dampak Penyebaran Berbagai Sektor Perekonomian Indonesia ... 57 4.7. Multiplier Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja Masing-Masing
Sektor Perekonomian Indonesia... 59 4.8. Total Peringkat Multiplier Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia... 62 4.9. Kontribusi Terbesar Industri Minyak Goreng Terhadap Pembentukan
Output Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia... 63 4.10. Kontribusi Terbesar Industri Minyak Goreng Terhadap Peningkatan
Pendapatan Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia. ... 64 4.11 Kontribusi Terbesar Industri Minyak Goreng Terhadap Penyerapan
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman 1. Klasifikasi Sektor Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2000 ... 83 2. Tabel Input-Output Transaksi Domestik 26 x 26 Sektor ... 89 3. Tabel Koefisien Teknis Transaksi Domestik 26 x 26 Sektor... 93 4. Tabel Matriks Kebalikan Leontief Terbuka Transaksi Domestik
26 x 26 Sektor ... 97 5. Tabel Matriks Kebalikan Leontief Tertutup Transaksi Domestik
26 x 26 Sektor ... 100 6. Tabel Multiplier Output Transaksi Domestik Sektor-Sektor
Perekonomian Indonesia Tahun 2000... 103 7. Tabel Multiplier Output Transaksi Domestik Sub Sektor Industri
Minyak Goreng Indonesia Tahun 2000... 103 8. Tabel Multiplier Pendapatan Transaksi Domestik Sektor -Sektor
Perekonomian Indonesia Tahun 2000... 104 9. Tabel Multiplier Pendapatan Transaksi Domestik SubSektor Industri
Minyak Goreng Indonesia Tahun 2000... 104 10. Tabel Multiplier Tenaga Kerja Transaksi Domestik Sektor-Sektor
Perekonomian Indonesia Tahun 2000... 106 11. Tabel Multiplier Tenaga Kerja Transaksi Domestik SubSektor Industri
Suatu negara yang mengalami proses pembangunan ekonomi secara jangka panjang akan membawa perubahan yang mendasar dalam struktur ekonomi negara itu sendiri. Salah satu indikator dari perubahan tersebut adalah bergesernya struktur ekonomi tradisional yang menitikberatkan pada sektor pertanian ke arah struktur ekonomi modern yang lebih didominasi oleh sektor industri sebagai roda penggerak dari pertumbuhan ekonomi. Begitu juga yang terjadi dalam struktur ekonomi Indonesia, peranan sektor industri semakin besar dan mengalami pertumbuhan yang paling cepat jika dibandingkan dengan sektor lainnya.
Tabel 1.1. Produk Domestik Bruto Indonesia Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Yang Berlaku (dalam milliar rupiah)
No Lapangan Usaha 2000 2001 2002 2003 2004 2005 1 Pertanian,
Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
433.662,8 526.655,6 594.634,1 651.307,6 663.106 731.119,2
2 Pertambangan dan Penggalian
323.838,6 349.903,2 330.643,4 319.975,6 370.579,2 543.611,2 3 Industri
Pengolahan
1.102.514 1.455.615 1.677.607 429.513 1.830.092 2.163.916 4 Listrik, Gas dan
Air Bersih
8.393,6 10.854,7 14.714,2 19.540,82 22.066,7 24.993,2 5 Bangunan 76.573,3 89.298,9 99.366,1 112.571,3 143.052,3 173.440,6 6 Perdagangan, Hotel
dan Restoran
263.898 311.345,7 383.729,1 412.045,2 450.609,4 523.463,6 7 Pengangkutan dan
Komunikasi
130.024,3 154.375,3 195.940,5 236.534,7 284.584 361.937,4 8 Keuangan,
Persewaan dan Jasa Perusahaan
230.926,7 270.739,6 30.7716,2 348.647,3 388.858,6 456.275,8
2
Sektor industri, khususnya industri pengolahan mampu berperan sebagai penyumbang terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto. Rata-rata nilai kontribusi industri pengolahan terhadap produk domestik bruto indonesia sebesar 44,27 peresen. Dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 164,27 persen. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2003 (Tabel 1.1).
Industri minyak goreng merupakan salah satu komponen dari sistem industri pengolahan pertanian yang sangat luas, mulai dari usaha pertanian kelapa dan kelapa sawit sebagai bahan baku dari minyak goreng hingga industri yang menggunakan minyak goreng sebagai salah satu dari faktor produksinya maupun pedagang yang memasarkan minyak goreng untuk konsumsi rumah tangga. Selain itu, industri pengolahan pertanian di Indonesia merupakan satu dari beberapa sektor yang mampu bertahan dalam menghadapi goncangan ekonomi, seperti yang terjadi saat krisis ekonomi tahun 1997-1998. Hal tersebut dikarenakan bahan baku dalam industri pengolahan pertanian merupakan produk-produk pertanian yang tidak perlu diimpor. Bahkan dengan mengekspor produk-produk tersebut dapat meningkatkan nilai tambah akibat selisih nilai dolar terhadap rupiah. Selisih nilai mata uang tersebut yang menyebabkan produk industri pengolahan pertanian mampu bersaing di pasar luar negeri karena secara relatif harganya akan lebih murah.
14,15 persen per tahunnya. Pada tahun 1998 total produksi minyak goreng Indonesia mencapai angka 2,18 juta ton dan untuk tahun selanjutnya produksi minyak goreng relatif meningkat hingga mencapai 6,43 juta ton pada tahun 2005. Peningkatan tersebut disebabkan oleh semakin bertambahnya permintaan akan minyak goreng itu sendiri baik di tingkat domestik maupun luar negeri (www.wartaekonomi.com, 2006).
2,18 2,5
3,73 4,11
4,43 5,17
5,76 6,43
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Gambar 1.1 Grafik Perkembangan Produksi Minyak Goreng Indonesia (juta ton) Sumber: www.wartaekonomi.com, 2006
4
menjadi 14,9 ribu ton (US $8,5 juta) pada tahun 2002. Peningkatan tersebut akibat adanya kenaikan kapasitas ekspor dari Crude Palm Oil (CPO) sebagai bahan baku yang lebih sering dipakai dalam proses produksi pabrik minyak goreng, sehingga kekurangan tersebut ditutup dengan membuka kran impor minyak goreng (CIC, 2003).
Tabel 1.2 Neraca Perdagangan Luar Negeri Minyak Goreng 1996-2002
Ekspor Impor
Minyak goreng dikonsumsi hampir seluruh masyarakat, baik itu di tingkat rumah tangga maupun industri makanan. Fungsi minyak goreng di kedua tingkat konsumen pada umumnya bukan sebagai bahan baku namun hanya sebagai bahan pembantu. Fungsi minyak goreng sangat penting dalam menciptakan aroma, rasa, warna, daya simpan dan dalam beberapa hal juga dapat sebagai alat peningkat gizi.
pola konsumsi penduduk, pendapatan dan sedikit banyak dipengaruhi pula oleh perkembangan dalam budaya masak memasak.
Menurut hasil riset Warta Ekonomi (2006) yang dijelaskan dalam Gambar 1.2, selama periode 1998-2005 konsumsi minyak goreng per kapita masyarakat Indonesia relatif meningkat dari tahun ke tahunnya. Peningkatan paling besar terjadi pada tahun 2000. Konsumsi perkapita pada tahun tersebut sebesar 14,2 kg, sedangkan tahun 1999 sebesar 12,1 kg dan konsumsi rata-rata sebesar 12,5 kg.
10,7 12,1
14,2 14,9 15
15,4 16
16,5
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Gambar 1.2. Grafik Konsumsi Per Kapita Minyak Goreng Indonesia (kg) Sumber: www.wartaekonomi.com (2006)
6
seperti industri fast food, snack food dan biskuit. Selain itu dilihat dari bahan bakunya, industri minyak goreng merupakan industri yang memegang peranan penting sebagai pengguna output industri hulunya. Industri hulu yang dimaksud yaitu industri minyak kelapa sawit, industri minyak kelapa dan industri lainnya yang dari produknya dapat dihasilkan produk turunan sebagai bahan baku minyak goreng. Indonesia merupakan salah satu penghasil minyak kelapa dan minyak kelapa sawit terbesar di dunia setelah Malaysia. Hal ini merupakan salah satu faktor yang dapat membantu dalam mengembangkan industri minyak goreng nasional.
1.2 Perumusan Masalah
Minyak goreng adalah salah satu komoditas yang cukup strategis. Minyak goreng dapat berpengaruh baik dari segi sosial, politik maupun ekonomi, sehingga sangat diperlukan sekali intervensi pemerintah dalam pemantauan kestabilan harga dan ketersediaan pasokannya di pasar (Amang, 1996). Alasan utama pemantauan dan pengelolaan harga dan pasokan minyak goreng yaitu untuk menjaga agar inflasi tetap pada tingkat yang diharapkan dan konsumen dalam hal ini masyarakat luas dapat membayar dengan harga yang wajar. Diharapkan dengan pengendalian terhadap laju inflasi tersebut dapat mengurangi beban masyarakat akibat kenaikan harga komoditas lainnya.
sangatlah perlu untuk mendorong peningkatan input-input industri terkait. Di samping itu, pada proses produksi minyak goreng dibutuhkan berbagai sarana dan prasarana produksi. Sarana dan prasarana produksi ini sebagian berasal dari industri minyak goreng itu sendiri dan sebagian besar lainnya dihasilkan oleh industri lain. Dengan demikian peningkatan produksi minyak goreng akan dapat meningkatkan produk industri-industri yang menggunakan minyak goreng sebagai input dalam proses produksinya.
Seperti halnya sub sektor agroindustri atau industri hasil pertanian lainnya, produk minyak goreng mempunyai sifat keterkaitan industrial ke depan dan ke belakang yang cukup tinggi. Industri hilir minyak goreng yang cukup strategis dan menyangkut hajat hidup orang banyak adalah industri pengolahan makanan dan minuman, sehingga pemerintah perlu menaruh perhatian yang tinggi terhadap struktur pasar domestik minyak goreng. Tetapi serangkaian kebijakan pemerintah tersebut masih terlalu memfokuskan pada CPO dan melupakan seperangkat permasalahan pada struktur industri minyak goreng.
Setelah memperhatikan uraian yang telah dipaparkan diatas, maka permasalahan yang akan dikemukakan dalam penelitian ini antara lain:
8
2. Berapa besar keterkaitan antara sektor industri minyak goreng dengan sektor-sektor lainnya di Indonesia baik keterkaitan dari sisi output maupun dari sisi input?
3. Berapa besar dampak penyebaran sektor industri minyak goreng dan bagaimana pengaruhnya?
4. Berapa besar dampak yang ditimbulkan oleh sektor industri minyak goreng dilihat berdasarkan efek multiplier output, pendapatan dan tenaga kerja?
1.3Tujuan
Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengkaji peranan industri minyak goreng di Indonesia dalam pembentukan output, permintaan antar dan permintaan akhir.
2. Menganalisis keterkaitan industri minyak goreng dengan sektor lainnya. 3. Menganalisis pengaruh industri minyak goreng terhadap sektor lainnya
berdasarkan indeks penyebaran kedepan dan kebelakang.
4. Menganalisis dampak industri minyak goreng terhadap perekonomian Indonesia berdasarkan efek multiplier output, multiplier pendapatan dan multiplier tenaga kerja.
1.4 Ruang Lingkup
kebijaksaan pembangunan secara umum. Oleh karena itu, pemerintah sebagai pengambil kebijakan baik dalam hal pengelolaan maupun pengembangan industri minyak goreng harus memperhatikan apakah pengembangan industri tersebut sesuai dengan apa yang telah dirumuskan dalam konteks upaya pencapaian sasaran pembangunan nasional secara keseluruhan. Berdasarkan hal tersebut, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi dan mengevaluasi peranan industri minyak goreng dalam perekonomian nasional.
Beberapa peranan penting industri minyak goreng yaitu (1) pengeluaran konsumsi dan pemenuhan gizi rumah tangga; (2) stabillitas perekonomian; (3) produksi nasional dan penciptaan nilai tambah; (4) penyedia lapangan kerja; serta (5) penopang dan pendorong industri nasional.
Penulis membatasi ruang lingkup penelitian terbatas hanya pada peranan industri minyak goreng dalam hal produksi nasional dan penciptaan nilai tambah, penyediaan lapangan pekerjaan serta penopang dan pendorong industri nasional.
1.5 Manfaat Penelitian
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Definisi dan Klasifikasi Minyak Goreng
CIC (2003) menyatakan bahwa minyak goreng atau cooking oil
didefiniskan sebagai minyak yang diperoleh dengan cara memurnikan minyak nabati. Pemurnian tersebut dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan kandungan logam, bau, asam bebas dan zat-zat warna.
Berdasarkan Amang (1996), minyak goreng dapat dikelompokkan menurut bahan bakunya menjadi dua kelompok besar. Kelompok pertama adalah minyak yang dihasilkan dari hewan yang secara awam sering diistilahkan sebagai lemak (fat). Penggunaan minyak hewani untuk konsumsi langsung rumah tangga sebagai bahan pangan relatif terbatas. Biasanya minyak hewani sebagai bahan pangan lebih bersifat tidak langsung yakni ikutan dari konsumsi daging. Pengggunaan minyak goreng hewani masih terbatas hanya pada kalangan masyarakat tertentu saja. Hal ini dikarenakan kandungan lemak pada minyak goreng jenis ini sangat tinggi, sehingga dapat membahayakan kesehatan.
ketersediaan yang relatif stabil merupakan salah satu faktor yang menyebabkan hal tersebut.
Menurut Klasifikasi Komoditi Indonesia (1999), minyak goreng nabati diklasifikasikan dalam tiga kelompok. Pertama adalah kelompok Industri minyak goreng dari kelapa dengan kode KKI 15143. Kelompok selanjutnya, kode 15144 untuk minyak goreng dari kelapa sawit dan yang terakhir minyak goreng nabati lainnya dari bahan nabati dengan kode 15145 (Tabel 2.1).
Tabel 2.1 Klasifikasi Minyak Goreng Nabati Menurut Klasifiskasi Komoditi Indonesia
12
2.1.2 Gambaran Umum Industri Minyak Goreng Indonesia
Industri minyak goreng di Indonesia umumnya menggunakan bahan baku minyak kelapa dan minyak kelapa sawit. Minyak goreng kelapa dahulu lebih banyak dipakai tapi sekarang kedudukannya telah digeser oleh minyak kelapa sawit, karena diperkirakan sebagai penyebab penyakit jantung koroner. Selain itu, minyak kelapa sawit mempunyai keunggulan dibandingkan minyak kelapa. Harga minyak kelapa relatif lebih murah, juga lebih jernih warnanya sehingga lebih aman bagi kesehatan. Bagi masyarakat yang sudah paham pentingnya kesehatan mereka lebih memilih minyak goreng yang berbahan baku minyak kelapa sawit.
Pangsa pasar produk minyak goreng saat ini diperebutkan oleh sekitar 120 produsen lokal yang masih aktif berproduksi (in production) dengan kapasitas produksi sebesar 8,5 juta ton. Sementara 119 produsen lainnya tidak dapat dikonfirmasikan atau Utl (Unable to located) dengan kapasitas sekitar 580,8 ribu ton, 16 produsen (822,0 ribu ton) yang telah menghentikan operasi produksi minyak gorengnya (Stop Operation) serta 5 produsen (612,0 ribu ton) yang berinvestasi dalam industri minyak goreng (Tabel 2.2).
Tabel 2.2. Produsen Minyak Goreng Menurut Status Operasional, 2002
Total Minyak Goreng
14
kelapa sawit, seperti Grup salim (produsen Bimoli), Grup Sinarmas (produsen Filma).
Saat ini produsen telah banyak memenuhi pasar minyak goreng kemasan bermerek. Beberapa diantaranya merupakan pemain lama dan sudah dikenal oleh masyarakat, seperti Bimoli, yang memiliki market size paling tinggi diantara yang lainnya (307.687 ton). Disusul ditempat kedua oleh Filma dengan market size
sebesar 179.945 ton. Untuk share dari market size dan market value minyak goreng tidak bermerek (curah) cukup besar yaitu masing-masing sebesar 43,1 persen dan 31,5 persen (Tabel 2.3). Hal ini berarti minyak goreng curah masih menjadi pilihan dalam mengkonsumsi minyak goreng.
Tabel 2.3. Market Size dan Market Value Minyak Goreng Menurut Merek, Tahun 2002 Tidak Bermerek 1.140.528 43,1 4.505.084 31,5
Total 2.646.342 100 14.306.557 100
2.2 Kerangka Teori
2.2.1 Model Input-Output
Input-Output merupakan suatu teknik perencanaan yang diperkenalkan oleh Prof. Wassily W. Leontief pada tahun 1930-an. Teknik ini dipergunakan untuk menelaah hubungan antar industri dalam rangka memahami saling ketergantungan dan kompleksitas perekonomian serta kondisi untuk mempertahankan keseimbangan antara permintaan dan penawaran. Tehnik ini juga dikenal sebagai "analisis antar industri" (Nasution, 2002).
Input-Output menunjukan bahwa di dalam perekonomian secara keseluruhan terjadi interaksi saling berhubungan dan saling ketergantungan industrial. Input suatu industri merupakan output industri lainnya, dan sebaliknya, sehingga hubungan tersebut membawa kearah ekuilibrium antara penawaran dan permintaan di dalam perekonomian secara keseluruhan. Sebagian besar kegiatan ekonomi memproduksi barang-barang antara (input) untuk digunakan lebih lanjut dalam pembuatan barang-barang akhir (output). Pada hakikatnya, analisis input-output mengandung arti bahwa dalam keadaan ekuilibrium, jumlah input-output agregat dari keseluruhan perekonomian harus sama dengan jumlah input antar industri dan jumlah output antar industri (Nasution, 2002).
Pengaruh timbal balik yang terjadi antar satu industri dengan industri lain dapat dikelompokkan menjadi:
16
lipatnya, maka permintaan akan minyak goreng, tepung dan gula juga akan naik lebih kurang dua kali lipat.
2. Hubungan tak langsung, yaitu pengaruh terhadap industri yang outputnya tidak digunakan sebagai input bagi output industri yang bersangkutan. Contohnya, pengaruh industri minyak goreng terhadap pengangkutan.
3. Hubungan sampingan, yaitu pengaruh tak langsung yang lebih panjang lagi jangkauannya daripada pengaruh langsung tersebut diatas. Contoh peningkatan produksi pada sektor industri terjadilah peningkatan pendapatan buruh industri, atau peningkatan jumlah buruh yang berarti pula peningkatan pendapatan sejumlah buruh tersebut. Peningkatan pendapatan ini dapat meningkatkan permintaan atas kebutuhan beras.
Menurut BPS (2000), pengertian Tabel Input-Output adalah tabel yang menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa antar sektor ekonomi dengan bentuk penyajian berupa matriks. Isian sepanjang baris Tabel I-O menunjukkan komposisi penciptaan nilai tambah sektoral, sedangkan isian sepanjang kolom menunjukkan struktur input yang digunakan oleh masing-masing sektor dalam proses produksi, baik yang berupa input antara maupun input primer. Sebagai metode kuantitatif, tabel ini memberikan gambaran menyeluruh tentang:
1. Struktur perekonomian suatu wilayah yang mencakup output dan nilai tambah masing-masing sektor.
3. Struktur penyediaan barang dan jasa, baik berupa produksi dalam negeri maupun barang impor atau yang berasal dari luar wilayah tersebut.
4. Struktur permintaan barang dan jasa, baik berupa permintaan oleh berbagai sektor produksi maupun permintaan untuk konsumsi, investasi dan ekspor.
Beberapa tahun belakangan ini, model I-O telah dikembangkan untuk keperluan yang lebih luas dalam analisis ekonomi. Beberapa kegunaan analisis I-O menurut BPS (2000), antara lain:
1. Memperkirakan dampak permintaan akhir terhadap output, nilai tambah, impor, penerimaan pajak dan penyerapan tenaga kerja diberbagai sektor produksi.
2. Melihat komposisi penyediaan dan penggunaan barang dan jasa terutama dalam analisis terhadap kebutuhan impor dan kemungkinan substitusinya. 3. Mengetahui sektor-sektor yang berpengaruh paling dominan terhadap
pertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor yang peka terhadap pertumbuhan perekonomian.
4. Menganalisis perubahan harga, yaitu dengan melihat pengaruh langsung dan tidak langsung dari perubahan harga input terhadap output.
5. Menggambarkan perekonomian suatu wilayah dan mengidentifikasikan karakteristik struktural suatu perekonomian wilayah.
2.2.2 Asumsi dan Keterbatasan Tabel Input-Output
18
proses penyusunannya, model input ouput bersifat statis dan terbuka. Dalam BPS (2000), asumsi dasar dalam penyusunan tabel I-O adalah:
1. Keseragaman (Homogenity)
Masing-masing sektor memproduksi suatu input melalui satu cara dengan struktur input tertentu serta tidak ada substitusi diantara masing-masing input atau output tersebut.
2. Kesebandingan (Proporsionality)
Input antara bagi suatu sektor merupakan fungsi linear terhadap tingkat output yang bersangkutan. Dengan kata lain, jumlah input yang digunakan oleh suatu sektor akan meningkat atau berkurang secara proporsional linear terhadap kenaikan atau penurunan output sektor yang bersangkutan.
3. Penjumlahan (Additivity)
Asumsi bahwa total efek dari kegiatan produksi di berbagai sektor merupakan penjumlahan dari efek masing-masing kegiatan.
Berdasarkan asumsi tersebut, maka tabel I-O sebagai model kuantitatif memiliki keterbatasan, yaitu koefisien teknis diasumsikan tetap (konstan) selama periode analisis atau proyeksi. Karena koefisien teknis dianggap konstan, maka teknologi yang digunakan oleh sektor-sektor ekonomi dalam proses produksipun dianggap konstan. Akibatnya perubahan kuantitas dan harga input akan selalu sebanding dengan perubahan kuantitas dan harga output.
terhadap sektor-sektor yang ada maka semakin banyak informasi ekonomi yang terperinci tidak terungkap dalam analisanya.
2.2.3 Struktur Tabel Input-Output
Format dari tabel I-O terdiri dari suatu kerangka matriks berukuran “n x n” dimensi yang terbagi menjadi empat kuadran yang tiap kuadran menggambarkan transaksi antar komponen-komponen suatu perekonomian pada satu titik tertentu.(Nazara, 1997)
Tabel 2.4. Bentuk Umum Tabel Transaksi Input-Output Permintaan Antara
Sumber: Biro Pusat Statistik (2000)
20 Secara matematis persamaan tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut:
∑
xij : Besarnya output sektor i yang digunakan sebagai input oleh sektor j Fi : Permintaan akhir sektor ke-i
Sektor dalam kolom menunjukkan penggunaan input yang disediakan oleh sektor lain untuk aktivitas produksi, maka persamaan aljabar menurut kolom dapat dituliskan menjadi: dan secara ringkas dituliskan dalam persamaan:
Dimana:
X j : Total input sektor j
xij : Besarnya output sektor i yang digunakan sebagai input oleh sektor j Vj : Input primer sektor ke-j
Secara umum matriks dalam Tabel I-O di bagi menjadi 4 kuadran, yaitu: a. Kuadran 1 (Intermediate Quadrant)
Setiap sel pada Kuadran 1 merupakan transaksi antara, yaitu transaksi barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi. Kuadran ini memberikan informasi mengenai saling ketergantungan antar sektor produksi dalam suatu perekonomian. Dalam analisa I-O, kuadran ini memiliki peranan yang sangat penting karena kuadran inilah yang menunjukkan keterkaitan antar sektor ekonomi dalam melakukan proses produksinya.
b. Kuadran 2 (Final Demand Quadrant)
Menunjukkan penjualan barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor perekonomian untuk memenuhi permintaan akhir. Permintaan akhir adalah suatu sektor yang langsung dipergunakan oleh rumah tangga, pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok, dan ekspor.
c. Kuadran 3 (Primary Input Quadrant)
22
impor. Jumlah keseluruhan nilai tambah ini akan menghasilkan Produk Domestik Bruto yang dihasilkan oleh wilayah tersebut.
d. Kuadran 4 (Primary Input-Final Demand Quadrant)
Merupakan kudran input primer permintaan akhir yang menunjukkan transaksi langsung antara kuadran input-primer dengan permintaan akhir tanpa melalui sistem produksi atau kuadran antara.
2.2.4 Analisis Input-Output
2.2.4.1 Analisis Keterkaitan
Nazara (1999) mengungkapkan bahwa konsep keterkaitan biasa digunakan dalam perumusan kebijakan pembangunan ekonomi dengan melihat keterkaitan antara sektor dalam suatu perekonomian. Konsep keterkaitan tersebut antara lain meliputi keterkaitan ke belakang (backward linkage) yang mendeskripsikan hubungan keterkaitan antar sektor dalam pembelian terhadap total pembelian input yang digunakan dalam proses produksi dan keterkaitan ke depan (forward linkage) yang menunjukkan penjualan terhadap total penjualan output yang dihasilkannya.
mengandung informasi yang penting tentang struktur perekonomian yang dipelajari dengan menggunakan tingkat keterkaitan antar sektor.
2.2.4.2 Analisis Dampak Penyebaran
Analisis dampak penyebaran sebenarnya merupakan pengembangan dari analisis keterkaitan terutama keterkaitan langsung dan tidak langsung karena analisis ini membandingkan nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung yang telah dikalikan dengan jumlah sektor yang ada dengan total nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung di semua sektor.
Analisis ini terdapat dua macam yaitu koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran. Kepekaan penyebaran digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan suatu sektor dalam mendorong peretumbuhan sektor hulunya. Sedangkan kepekaan penyebaran digunakan dalam untuk mengetahui seberapa besar keamampuan suatu sektor dapat dalam mendorong pertumbuhan sektor sektor hilirnya. Adapun dalam penelitian yang akan dilakukan diharapkan dapat mengetahui besarnya kemampuan industri minyak goreng dalam mendorong sektor-sektor hulu maupun hilir.
2.2.4.3. Analisis Multiplier
24
1. Multiplier Output
Multiplier output dihitung dalam per unit perubahan output sebagai efek awal (initial effect), yaitu peningkatan atau penurunan output sebesar satu unit satuan moneter. Semua komponen dari matriks kebalikan Leontif (matriks invers)
α menunjukkan total pembelian input baik tidak langsung maupun langsung dari
sektor i yang disebabkan adanya peningkatan penjualan dari sektor i sebesar satu satuan unit moneter ke permintaan akhir.
2. Multiplier Pendapatan
Peningkatan pendapatan akibat adanya perubahan output dalam perekonomian diukur dengan multiplier pendapatan. Pendapatan disini hanya mencakup penerimaan rumah tangga yang berasal dari gaji dan upah, tidak termasuk penerimaan yang berasal dari bunga bank dan deviden atas saham yang dimiliki.
3. Multiplier Tenaga Kerja
Multiplier tenaga kerja menunjukkan bagaimana perubahan output akan mempengaruhi perubahan tenaga kerja. Pada tabel I-O, terdapat komponen tenaga kerja, sehingga untuk memperoleh nilai multiplier tenaga kerja harus ditambahkan terlebih dahulu pada baris terbawah informasi berapa besar jumlah tenaga kerja pada tiap sektor yang ada dalam perekonomian negara tersebut. Penambahan baris ini untuk mendapatkan koefisien tenaga kerja (ei). Koefisien tenaga kerja didapatkan dengan membagi setiap jumlah tenaga kerja masing-masing sektor dengan jumlah total ouput dari masing-masing sektor tersebut.
Besarnya lapangan kerja yang tercipta jika output suatu sektor meningkat sebesar satu satuan, dapat diketahui dengan menggunakan multiplier tenga kerja tipe I. Multiplier tenaga kerja tipe 2 digunakan untuk mengetahui dampak dari penyerapan tenaga kerja di suatu sektor sebesar satu unit terhadap peningkatan lapangan kerja di seluruh sektor perekonomian.
4. Multiplier Tipe I dan II
Multiplier Tipe I dan II digunakan dalam pengukuran dampak yang ditimbulkan dari output, pendapatan dan tenaga kerja pada masing-masing sektor perekonomian akibat adanya perubahan dalam jumlah output, pendapatan dan tenaga kerja yang ada dalam suatu wilayah.
26
a. Dampak Awal (Initial Impact)
Dampak awal merupakan pendorong perekonomian dengan diasumsikan sebagai perubahan penjualan atau pembelian dalam satu unit satuan moneter. Dari sisi output, dampak awal merupakan peningkatan penjualan ke permintaan akhir sebesar satu unit moneter. Peningkatan output tersebut akan memberikan dampak terhadap peningkatan pendapatan dan tenaga kerja. Dampak awal dari sis pendapatan ditunjukkan oleh koefisien pendapatan rumah tangga (hi). Sedangkan dampak awal dari sisi tenaga kerja ditunjukkan oleh koefisien tenaga kerja (ei) b. Efek Putaran Pertama (First Round Effect)
Efek langsung dari pembelian masing-masing sektor untuk setiap peningkatan output sebesar satu unit satuan moneter ditunjukkan oleh efek putaran pertama. Dari sudut output, efek putaran pertama ditunjukkan oleh koefisien langsung (Koefisien Input / aij). Efek putaran pertama dari sudut pendapatan (∑iaij hj) menunjukkan adanya peningkatan pendapatan dari setiap sektor akibat adanya efek putaran pertama dari sisi ouput. Efek putaran pertama dari sudut tenaga kerja (∑iaij ei ) menunjukkan peningkatan penyerapan tenaga kerja akibat adanya efek putaran pertama dari sisi output.
c. Efek Dukungan Industri (Industrial Support Effect)
putaran kedua dan selanjutnya akibat adanya dukungan industri yang menghasilkan output.
d. Efek Induksi Konsumsi (Consumption Induced Effect)
Efek induksi dari sisi output menujukkan adanya suatu pengaruh induksi (peningkatan konsumsi rumah tangga) akibat pendapatan rumah tangga yang meningkat. Dari sisi pendapatan dan tenaga kerja, efek induksi konsumsi diperoleh masing-masing dengan mengalikan efek induksi ouput dengan koefisien pendapatan rumah tanggga dan koefisien tenaga kerja.
e. Efek Lanjutan (Flow-On- Effect)
Efek lanjutan merupakan efek (dari output, pendapatan dan tenaga kerja) yang terjadi pada semua sektor perekonomian dalam suatu negara atau wilayah akibat adanya peningkatan penjualan dari suatu sektor. Efek lanjutan langsung dapat diperoleh dari pengurangan efek total dengan efek awal.
Hubungan antara efek awal dan efek lanjutan baik dilihat dari sisi ouput, pendapatan dan tenaga kerja digunakan multiplier tipe I dan tipe II. Perbedaan antara kedua jenis multiplier tersebut terletak pada adanya tidaknya pengaruh dari induksi konsumsi rumah tangga. Jika dalam multiplier tipe I tidak memasukkan unsur induksi konsumsi rumah tangga, sebaliknya dalam multiplier tipe II memasukkan pengaruh dari induksi konsumsi rumah tangga.
2.3 Penelitian-Penelitian Terdahulu
2.3.1. Studi Pustaka Minyak Goreng
input-28
output. Hasil analisis mengemukakan bahwa keterkaitan terhadap input yang dimiliki oleh sektor industri minyak goreng sangat besar. Dan nilai tersebut hanya terkonsentrasi pada 3 industri. Untuk nilai koefisien keterkaitan terhadap output industri minyak goreng sangat kecil jika dibandingkan dengan nilai keterkaitan terhadap inputnya.
Chairunnisa (2002) dalam penelitiannya tentang analisis strategi perilaku konsumen minyak goreng sawit bermerek di kotamadya Jakarta Selatan. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan kesimpulan bahwa faktor yang menjadi pertimbangan awal pada sebagian besar konsumen adalah kualitas dari minyak goreng yang baik jika digunakan untuk menggoreng. Komponen produk, pengaruh lingkungan, pengaruh situasi , bauran pemasaran, pemakaian dan komponen utama lainnya merupakan faktor yang menjadi pertimbangan konsumen dalam membeli minyak goreng sawit bermerek. Analisis pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Komponen Utama (AKU).
yang ditempuh adalah dengan menitikberatkan pada promosi penjualan kepada distributor.
Ardana (2004) menganalisis kemampuan industri minyak goreng sawit dalam menyikapi berbagai perubahan pada saat terjadi krisis ekonomi lebih besar daripada industri minyak goreng kelapa. Sehingga peranan minyak goreng sawit semakin besar dibandingkan dengan minyak goreng kelapa. Alat analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan model ekonometri industri minyak goreng sawit Indonesia dan pendugaan parameterdilakukan dengan menggunakan model 2 sls.
2.3.2 Studi Pustaka Metode Input-Output
30
keterkaitan industri pariwisata Bali dengan sektor pertanian, baik keterkaitan ke depan maupun ke belakang, secara umum nilai keterkaitan ke belakang lebih besar dibandingkan dengan dengan keterkaitan ke depannya. Hal tersebut dikarenakan industri pariwisata banyak menggunakan output dari sektor pertanian teriuutama sektor hotel bintang dan restoran. Diantara 22 sektor industri pariwisata ada tiga sektor yang perlu mendapat prioritas, yaitu sektor travel biro, angkutan carter darat dan money changer. Penetapan ketiga sektor tersebut didasarkan pada tingginya nilai hasil analisis multiplier output pendapatan dan pendapatan.
2.4. Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian
Dalam penelitian ini akan mengkaji bagaimana peranan industri minyak goreng dalam perekonomian Indonesia dengan menggunakan pendekatan model input-output. Kerangka pemikiran konseptual disajikan dalam Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Konseptual Tabel Input Output Indonesia Tahun 2000
Analisis Deskriptif Analisis Keterkaitan Analisis Multiplier Identifikasi Masalah:
1. Berapa besar peranan industri minyak goreng dalam pembentukan output, nilai tambah, permintaan antara dan permintaan akhir di Indonesia?
2. Bagaimana keterkaitan sektor industri minyak goreng yang ada di Indonesia dengan sektor lainnya?
3. Berapa besar dampak penyebaran sektor industri minyak goreng dan bagaimana pengaruhnya?
4. Berapa besar dampak yang ditimbulkan oleh sektor industri minyak goreng dilihat berdasarkan efek multiplier output, pendapatan dan tenaga kerja?
Peranan Industri Minyak Goreng
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Wilayah Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juli sampai bulan Oktober tahun 2005. Dalam penelitian ini wilayah Indonesia dijadikan wilayah penelitian karena untuk melihat sampai sejauh mana industri minyak goreng Indonesia dapat berkontribusi pada sektor-sektor perekonomian di Indonesia. Hal ini dengan melihat kebutuhan konsumsi minyak goreng di Indonesia yang cenderung meningkat tiap tahunnya. Penelitian ini juga melihat dampak dan kontribusi minyak goreng di Indonesia sehingga dapat membandingkan keterkaitan antar minyak goreng terhadap sektor-sektor perekonomian di Indonesia.
3.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder berupa Tabel Input-Output Indonesia tahun 2000. Tabel yang menjadi analisis utama dalam penelitian ini adalah Tabel Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen. Penggunaan tabel tersebut dikarenakan dianggap cukup stabil, yaitu tidak dipengaruhi lagi oleh marjin perdagangan dan pengangkutan serta impor.
3.3 Metode Analisis Model Input-Output
Alat analisis yang digunakan untuk meneliti peranan industri minyak goreng terhadap sektor-sektor perekonomian lainnya di Indonesia adalah model Input-Output. Dari Tabel Input-Output ini peranan industri minyak goreng dalam pembentukan output, nilai tambah bruto, permintaan akhir dapat diketahui secara langsung karena sudah tersaji dalam tabel. Untuk mengetahui peranan industri minyak goreng sebagai sektor penyedia input maupun sektor pemakai input serta dampak yang ditimbulkan sektor industri minyak goreng terhadap perekonomian wilayah dapat dikaji berdasarkan analisis multiplier dan keterkaitan.
3.3.1 Koefisien Input
Pada tabel Input-Output koefisien input atau koefisien teknologi merupakan perbandingan antara output sektor i yang digunakan dalam sektor j atau (Xij) dengan input total sektor j (Xj). Jika koefisien input dilambangkan dengan aij, maka:
34
(I-A)-1 : Matriks kebalikan Leontif, bentuk matriks Leontif selengkapnya adalah sebagai berikut:
3.3.2 Analisis Keterkaitan
Analisis keterkaitan ini digunakan dalam menentukan prioritas-prioritas sektor perekonomian dalam rangka mencapai pembangunan. Beberapa jenis koefisien keterkaitan yang sering digunakan adalah sebagai berikut:
a. Keterkaitan Langsung Ke Depan
Menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian output sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. Keterkaitan langsung ke depan dapat dirumuskan sebagai
berikut:
KDi : Keterkaitan Langsung ke depan aij : Unsur matriks koefisien teknis b. Keterkaitan Langsung ke Belakang
Keterkaitan langsung ke belakang menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. Untuk menganalisis digunakan rumus:
36
c. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung Ke Depan
Menyatakan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total. Untuk mengukurnya, digunakan rumus:
KDLTi =
∑
=
n
j ij
1
α ; untuk i = 1,2,....,n
dimana:
KDLTi : Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan αij : Unsur matriks kebalikan Leontief terbuka
d. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang
Keterkaitan ini menyebabkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total. Untuk mengukurnya, digunakan rumus:
KBLTj =
∑
=
n
i ij
1
α ; untuk i = 1,2,....,n
dimana:
3.3.3. Analisis Dampak Penyebaran
a. Koefisien penyebaran
Koefisien penyebaran digunakan untuk mengetahui distribusi manfaat dari pengembangan suatu sektor terhadap perkembangan sektor-sektor lainnya melalui mekanisme transaksi pasar input. Dengan kata lain, koefisien penyebaran dapat didefinisikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan industri hulunya. Sektor j dikatakan mempunyai kaitan ke belakang yang tinggi apabila Pdj mempunyai nilai lebih besar dari satu, begitu juga sebaliknya jika nilai Pdj lebih kecil dari satu. Secara matematik dirumuskan sebagai berikut:
Pdj =
Pdj : Koefisien penyebaran sektor j αij : Unsur matriks kebalikan Leontief
Nilai koefisien penyebaran dari satu sektor menunjukkan bahwa kenaikan satu unit output sektor tersebut akan menyebabkan naiknya output sektor-sektor lain yang menyediakan input bagi sektor itu sendiri sebesar nilai koefisien penyebarannya.
b. Kepekaan Penyebaran
38
kepekaan penyebaran merupakan kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan produksi sektor-sektor lain yang memakai sektor ini.
Kepekaan penyebaran merupakan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan yang dinormalkan dengan jumlah sektor seluruh koefisien matriks kebalikan Leontif. Secara matematik dirumuskan sebagai berikut:
Sdi =
Sdi : Koefisien penyebaran sektor j αij : Unsur matriks kebalikan Leontief
Nilai kepekaan penyebaran suatu sektor menunjukkan bahwa kenaikan satu unit output dari suatu sektor akan menyebabkan naiknya output sektor-sektor lain yang menggunakan output dari sektor tersebut, termasuk sektor itu sendiri sebesar nilai kepekaan penyebarannya. Apabila nilai kepekaan penyebaran (Sdi) lebih dari 1 maka sektor i tersebut mempunyai tingkat kepekaan yang tinggi. Sebaliknya jika nilai Sdi kecil maka sektor i tersebut mempunyai tingkat penyebaran yang rendah.
besar terhadap pertumbuhan sektor hulunya dibandingkan dengan sektor hilirnya. (Suryadi 2000)
3.3.4 Analisis Multiplier
Berdasarkan matriks kebalikan Leontief, baik untuk model terbuka (αij)
maupun untuk model tertutup (α*ij) dapat ditentukan nilai-nilai multiplier output,
pendapatan dan tenaga kerja berdasarkan rumus yang tercantum pada tabel berikut:
Tabel 3.1 Rumus Multiplier Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja
Multiplier Nilai Output
(Rp)
Pendapatan (Rp)
Tenaga Kerja (Rp)
Efek Awal 1 hj ej
Efek Putaran Pertama
∑iaij ∑iaij hi ∑iaij ei
Efek Dukungan Industri
∑iαij –1- ∑iaij ∑iαij hi – h j - ∑iaij hi ∑iαij eij - ej - ∑iaij ei
Efek Induksi Konsumsi
∑iα*ij – ∑iαij ∑iα*ij hi - ∑iαij hi ∑iα*ij ei - ∑iαij ei
Efek Total ∑iα*ij ∑iα*ij hi ∑iα*ij ei Efek Lanjutan ∑iα*ij -1 ∑iα*ij hi –hi ∑iα*ij ei-ei
Sumber: Daryanto, 1990 dalam Sahara, 1998.
Dimana:
aij : Koefisien output
40
ei : Koefisien tenaga kerja; Jumlah tenaga kerja di sektor j (Ij) dibagi total input sektor j (Xj)
αij : Matriks kebalikan Leontief model terbuka
α*ij : Matriks kebalikan Leontief model tertutup
Untuk melihat adanya hubungan antara efek awal dan efek lanjutan per unit pengukuran dari sisi output, pendapatan dan tenaga kerja dihitung berdasarkan rumus multiplier tipe I dan tipe II seperti dibawah ini:
Tipe I =
Industri pengolahan adalah suatu industri dimana proses produksinya mengolah bahan baku menjadi bahan setengah jadi atau barang jadi. Dalam proses produksinya dapat dilakukan baik secara kimia, mesin ataupun secara manual. 2. Output
unit barang tersebut. Sedang bagi unit usaha yang bergerak di bidang jasa, nilai output merupakan nilai penerimaan dari jasa yang diberikan ke pihak lain.
3. Transaksi Antara
Terjadinya suatu transaksi antar sektor yang berperan sebagai produsen (sektor produsen) dengan sektor yang berperan sebagai konsumen (sektor konsumen). Pada tabel I-O, sektor produksi ditujukan pada tiap barisnya, sedangkan sektor konsumen ditunjukkan oleh sektor pada masing-masing kolom. Transaksi antara hanya mencakup transaksi barang dan jasa yang ada hubungannya dengan proses produksi. Dengan kata lain, transaksi antara pada isian sepanjang barisnya menunjukkan alokasi output suatu sektor untuk memenuhi kebutuhan input sektor lain dalam proses produksi dan inilah yang disebut sebagai permintaan antara. Isian sepanjang kolomnya menunjukkan input barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi suatu sektor dan disebut sebagai input antara.
4. Permintaan Akhir dan Impor
42
a. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
Pengeluaran konsumsi rumah tangga adalah pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga untuk semua pembelian barang dan jasa dikurangi dengan penjualan netto barang bekas. Barang dan jasa mencakup barang tahan lama dan barang yang tidak tahan lama kecuali pembelian tempat tinggal. Pengeluaran konsumsi rumah tangga juga mencakup pengeluaran yang dilakukan oleh lembaga swasta yang tidak mencari untung, seperti lembaga sosial.
b. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
Komponen dari pengeluaran konsumsi pemerintah adalah semua pengeluaran barang dan jasa untuk kegiatan administrasi pemerintah dan pertahanan, baik yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Contoh dari pengeluaran pemerintah adalah belanja pegawai negeri, belanja barang bukan modal dan penyusutan.
c. Pembentukan Modal Tetap
Pembentukan modal tetap terdiri dari pengadaan, pembuatan atau pembelian barang-barang modal baru baik dalam negeri maupun impor, termasuk barang bekas dari luar negeri. Pembentukan modal tetap ini hanya mencakup pembelian barang modal sektor ekonomi di dalam negeri. Pada tabel I-O, komponen pembentukan barang modal hanya menggambarkan komposisi barang modal yang dihasilkan oleh sektor produksi.
d. Perubahan Stok
menjadi, (1) perubahan stok barang jadi dan barang setengah jadi yang disimpan oleh produsen; (2) perubahan stok bahan mentah dan bahan baku yang belum digunakan oleh produsen serta (3) perubahan stok di sektor perdagangan, yang terdiri dari barang dagangan yang belum terjual.
e. Ekspor dan Impor
Komponen ekspor dan impor terdiri dari transaksi barang dan jasa, baik yang dilakukan antar penduduk dalam suatu negara maupun antar penduduk negara lain. Transaksi ekspor juga mencakup pembelian langsung di dalam negeri oleh penduduk negara lain. Sedangkan transaksi impor merupakan pembelian langsung diluar negeri oleh penduduk suatu negara.
5. Input Primer
Input primer merupakan balas jasa atas penggunaan faktor-faktor produksi yang terdiri dari tenaga kerja, tanah, modal dan kewiraswastaan. Input primer merupakan selisih antara output dengan input antara. Komponen input primer terdiri dari: (a) upah dan gaji, (b) surpus usaha, (c) penyusutan barang modal dan (d) pajak tak langsung neto
a. Upah dan Gaji
Semua balas jasa yang diterima oleh tenaga kerja yang terlibat dalam proses produksi, biak berupa uang maupun barang dan jasa merupakan komponen dari upah dan gaji.
b. Surplus Usaha
44
bunga atas modal, sewa tanah dan pendapatan atas hak kepemilikan lainnya. Surplus usaha merupakan selisih dari nilai tambah bruto dengan upah, penyusutan dan pajak tak langsung neto.
c. Penyusutan
Penyusutan merupakan penyusutan barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi. Dengan kata lain, penyusutan adalah nilai dari penurunan nilai barang modal tetap yang dipakai dalam proses produksi.
d. Pajak Tak Langsung Neto
Dilihat dari perkembangannya, industri minyak goreng merupakan salah satu industri yang cukup potensial dalam kehidupan perekonomian Indonesia. Hal ini dikarenakan industri minyak goreng mempunyai dua posisi penting dalam proses produksi. Selain dapat berperan sebagai input antara dalam penyediaan bahan baku proses produksi industri hilirnya, industri minyak goreng juga dalam proses produksinya memerlukan bahan baku dari sektor industri hulunya. Proses tersebut saling berkaitan satu sama lain sehingga terjadi suatu ketergantungan.
46
Tabel 4.1. Komposisi Besaran Input Industri Minyak Goreng
Komponen Nilai (Juta Rp) Persentase
Input Antara 27.914.123 57,65
Sumber: Tabel Input-Output Indonesia, 2000 (diolah)
Tabel 4.2 memperlihatkan peranan industri minyak goreng dalam perekonomian Indonesia, baik itu ditinjau dari sisi perekonomian Indonesia maupun ditinjau dari sisi industri yang ada dalam perekonomian. Dalam tabel tersebut, kontribusi industri minyak goreng dalam wilayah dan sektor industri masing-masing 1,54 persen dan 4,49 persen. Hal ini menunjukkan kontribusi output yang dihasilkan industri minyak goreng lebih besar dalam lingkup industri dibandingkan dengan lingkup perekonomian.
Tabel 4.2 Kontribusi Industri Minyak Goreng Dalam Perekonomian Indonesia Kontribusi
Pada Tabel 4.2 juga digambarkan besaran permintaan akhir minyak goreng untuk konsumsi rumah tangga sebesar Rp. 15.893 miliar atau 32,83 persen dari total output yang dihasilkan oleh industri minyak goreng. Hal tersebut mengindikasikan bahwa permintaan akhir minyak goreng lebih banyak berasal dari sektor rumah tangga. Angka impor yang dicapai industri minyak goreng sebesar Rp. 1.294 miliar atau 0,29 persen dari total impor perekonomian Indonesia. Umumnya. impor tersebut dilakukan dalam rangka menambah kapasitas produksi guna memenuhi konsumsi minyak goreng yang meningkat dari tahun ke tahun.
4.2 Analisis Keterkaitan
Analisis Keterkaitan pada dasarnya digunakan untuk melihat adanya dampak ouput antar sektor. dengan mengasumsikan sektor-sektor tersebut mempunyai hubungan yang saling mempengaruhi dalam perekonomian. Dalam analisis keterkaitan terdapat dua kategori, pertama yaitu keterkaitan ke depan (forward linkages) yang menggambarkan keterkaitan antar sektor dalam distribusi output yang dihasilkannya. Kedua yaitu keterkaitan ke belakang (backward linkages) yang menjelaskan adanya hubungan antar sektor dalam pembelian input yang digunakan dalam proses produksinya.
48
4.2.1 Keterkaitan Langsung Beberapa Sektor Perekonomian Indonesia.
Pada Tabel 4.3 terlihat bahwa sektor perdagangan mempunyai nilai keterkaitan langsung kedepan yang paling tinggi yaitu sebesar 2,649. Selanjutnya posisi kedua ditempati oleh sektor pertanian dengan nilai keterkaitan sebesar 2,131, kemudian berturut-turut sektor industri makanan lainnya dengan nilai keterkaitan 1,129, sektor kelapa sebesar 0,693 dan sektor transportasi dan telekomunikasi sebesar 0,690. Tingginya nilai keterkaitan pada sektor perdagangan dikarenakan sektor tersebut merupakan salah satu sektor yang mempunyai hubungan yang cukup erat dengan sektor-sektor lainnya dalam perekonomian, khususnya dalam hal pendistribusian output masing-masing sektor.
Tabel 4.3 Nilai Keterkaitan Berbagai Sektor Perekonomian di Indonesia Menurut Transaksi Domestik
Langsung Langsung Dan Tidak Langsung Sektor
Sumber: Tabel Input-Output Indonesia, 2000 (diolah) Keterangan: angka ( ) menunjukkan peringkat