ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI KERTAS
DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA
OLEH RUSLI RAMLI
H14101122
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
Proses industrialisasi di Indonesia telah yang dimulai dari sejak pelita I telah mengakibatkan transformasi struktural dalam perekonomian Indonesia. Hal ini ditandai dengan semakin menurunnya kontribusi sektor primer (pertanian) terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sementara sektor sekunder dan tersier seperti industri pengolahan kontribusinya terhadap PDB terus mengalami peningkatan.
Salah satu sektor industri pengolahan yang berkembang pesat adalah sektor industri kertas. Hal yang menyebabkan industri ini terus berkembang pesat di Indonesia antara lain adalah kemudahan mendapatkan baku dan tenaga kerja yang murah. Pada akhir tahun 2000 kapasitas terpasang industri kertas nasional telah mencapai sekitar 9,1 juta ton per tahun, produksi sebesar 6,8 juta ton, ekspor sebesar 2,8 juta ton, dan konsumsinya yang telah mencapai 4,2 juta ton. Data-data tersebut di atas menunjukkan bahwa industri kertas sangat potensial untuk terus dikembangkan khususnya untuk meningkatkan penerimaan devisa negara. Selain perkembangannya yang pesat tersebut, industri kertas juga mempunyai pengaruh dan hubungan timbal balik terhadap industri atau sektor lainnya karena komoditi kertas yang dihasilkan oleh industri ini dapat sebagai input sektor industri lain dan sebaliknya industri kertas juga membutuhkan input dari sektor lain tersebut. Berdasarkan kondisi di atas, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sejauh mana peran sektor industri kertas bagi perekonomian Indonesia
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari BPS Pusat Jakarta dan instansi terkait lainnya. Analisis yang digunakan yaitu Analisis Input-Output (I-O) dari Tabel I-O Indonesia Tahun 2000 transaksi domestik atas dasar harga produsen klasifikasi 175 sektor melalui program Microsoft Excel 2003. Pendekatan model I-O yang digunakan dalam penelitian ini adalah model sisi permintaan (demand-side model), hal ini dikarenakan faktor permintaan merupakan faktor eksogen yang mempengaruhi perekonomian.
Dilihat dari rasio upah gaji terhadap surplus usaha (0,43) dalam struktur nilai tambah bruto, dapat identifikasi bahwa pada industri kertas terjadi ketimpangan distribusi pendapatan antara pihak perusahaan dengan tenaga kerjanya. Kemudian dari struktur ketenagakerjaan dapat diketahui bahwa industri ini mampu menyerap tenaga kerja sebesar 118.454 jiwa. Berdasarkan analisis struktur ekspor-impor dapat diketahui bahwa industri kertas mengalami surplus perdagangan sebesar Rp 4.617.531 juta sedangkan dari pembentukan output sektoral industri kertas menyumbang sebesar Rp 24.771.662 juta atau sekitar 0,92 persen dari total output sektoral perekonomian.
Dari hasil analisis keterkaitan per sektornya (keterkaitan industri kertas terhadap berbagai sektor perekonomian Indonesia), industri ini memiliki keterkaitan yang tinggi terhadap sektor hulu dan hilirnya. Pada keterkaitan ke depan industri kertas memiliki keterkaitan yang tinggi terhadap sektor industri barang dari kertas (0,3183) dan industri percetakan (0,2448), sedangkan pada keterkaitan ke belakangnya, industri kertas memiliki keterkaitan kuat terhadap industri pulp (0,0944) yang merupakan sektor penghasil input bahan bakunya.
Berdasarkan hasil analisis koefisien penyebaran dapat diketahui bahwa industri kertas kurang memiliki kemampuan untuk menarik pertumbuhan sektor hulunya. Sedangkan dari hasil analisis kepekaan penyebaran industri kertas merupakan industri yang memiliki kemampuan yang kuat dalam mendorong sektor hilirnya.
Pada analisis elastisitas input-output dapat diketahui bahwa industri kertas cukup responsif terhadap perubahan permintaan akhir sektor lainnya dalam hal output dengan nilai elastisitas output sebesar 1,0023. Sementara dari hasil elastisitas pendapatannya (0,0522) industri ini kurang responsif terhadap perubahan permintaan akhir sektor lain dalam hal pendapatan dan jika dilihat dari hasil elastisitas tenaga kerjanya (0,6093), perubahan permintaan akhir sektor lain kurang berpengaruh terhadap perubahan tenaga kerja dalam sektor industri kertas tersebut.
Oleh RUSLI RAMLI
H14101I22
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Rusli Ramli
Nomor Registrasi Pokok : H14101122 Program Studi : Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi : Analisis Input-Output Peranan Industri Kertas dalam Perekonomian Indonesia
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing,
Dr. Ir. Arief Daryanto, M.Ec. NIP. 131 644 945
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,
Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS NIP. 131 846 872
BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Juni 2006
Rusli Ramli H14101122
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Rusli Ramli lahir pada tanggal 20 Juli 1983 di Karawang, Propinsi Jawa Barat. Penulis merupakan anak pertama dari satu bersaudara, dari pasangan Apun Sanusi dan Yoyoh. Jenjang pendidikan penulis dilalui dengan lancar, penulis menamatkan Sekolah Dasar pada SDN Ciwaringin 1, kemudian melanjutkan ke SLTPN 1 Telagasari dan lulus pada tahun 1998. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMUN 1 Karawang dan lulus pada tahun 2001.
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Input-Output Peranan Industri Kertas dalam Perekonomian Indonesia“. Judul ini dipilih penulis karena merupakan topik yang menarik dalam perkembangan industri nasional dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir. Penulis mengharapkan adanya hasil positif sebagai masukan dalam pembangunan industri kertas nasional selanjutnya. Selain itu, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, terutama kepada Bapak Dr.1r. Arief Daryanto, M.Ec. yang telah memberi masukan, saran serta bimbingan dalam pembuatan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh pihak lainnya yang telah membantu terlaksananya penelitian ini baik dari instansi maupun perorangan yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga karya ini dapat bermanfaat, bagi penulis khususnya dan kalangan pendidikan umumnya.
Bogor, Juni 2006
Rusli Ramli
H14101122
DAFTAR ISI
2.2. Konsep Pembangunan Industri Kertas ... 8
2.3. Integrasi Vertikal Pada Industri Kertas ... 11
2.4. Penelitian-Penelitian Terdahulu ... 13
2.5. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 16
4.1. Profil Industri Kertas... 33
5.1. Peranan Industri Kertas Dalam Perekonomian Indonesia... 47
5.1.1. Struktur Permintaan Industri Kertas ... 47
5.1.2. Struktur Nilai Tambah Bruto ... 49
5.1.3. Struktur Ketenagakerjaan... 51
5.1.4. Struktur Ekspor dan Impor... 53
5.1.5. Struktur Output Sektoral ... 55
5.2. Analisis Keterkaitan ... 56
5.2.1. Keterkaitan Langsung Sektor-Sektor Perekonomian ... 56
5.2.2. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ... 58
5.2.3. Keterkaitan ke Depan Industri Kertas ... 59
5.2.4. Keterkaitan ke Belakang Industri kertas ... 61
5.3. Analisis Koefisien dan Kepekaan Penyebaran... 62
5.3.1. Koefisien Penyebaran... 63
5.3.2. Kepekaan Penyebaran ... 65
5.4. Elastisitas Input-Output... 67
5.4.2. Elastisitas Output ... 67
5.4.2. Elastisitas Pendapatan ... 68
5.4.2. Elastisitas Tenaga Kerja... 70
5.5. Sektor-Sektor Kunci dalam Perekonomian Indonesia ... 71
5.6. Implikasi Kebijakan ... 73
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 75
6.1. Kesimpulan ... 75
6.2. Saran... 76
DAFTAR PUSTAKA ... 78
ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI KERTAS
DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA
OLEH RUSLI RAMLI
H14101122
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
Proses industrialisasi di Indonesia telah yang dimulai dari sejak pelita I telah mengakibatkan transformasi struktural dalam perekonomian Indonesia. Hal ini ditandai dengan semakin menurunnya kontribusi sektor primer (pertanian) terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sementara sektor sekunder dan tersier seperti industri pengolahan kontribusinya terhadap PDB terus mengalami peningkatan.
Salah satu sektor industri pengolahan yang berkembang pesat adalah sektor industri kertas. Hal yang menyebabkan industri ini terus berkembang pesat di Indonesia antara lain adalah kemudahan mendapatkan baku dan tenaga kerja yang murah. Pada akhir tahun 2000 kapasitas terpasang industri kertas nasional telah mencapai sekitar 9,1 juta ton per tahun, produksi sebesar 6,8 juta ton, ekspor sebesar 2,8 juta ton, dan konsumsinya yang telah mencapai 4,2 juta ton. Data-data tersebut di atas menunjukkan bahwa industri kertas sangat potensial untuk terus dikembangkan khususnya untuk meningkatkan penerimaan devisa negara. Selain perkembangannya yang pesat tersebut, industri kertas juga mempunyai pengaruh dan hubungan timbal balik terhadap industri atau sektor lainnya karena komoditi kertas yang dihasilkan oleh industri ini dapat sebagai input sektor industri lain dan sebaliknya industri kertas juga membutuhkan input dari sektor lain tersebut. Berdasarkan kondisi di atas, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sejauh mana peran sektor industri kertas bagi perekonomian Indonesia
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari BPS Pusat Jakarta dan instansi terkait lainnya. Analisis yang digunakan yaitu Analisis Input-Output (I-O) dari Tabel I-O Indonesia Tahun 2000 transaksi domestik atas dasar harga produsen klasifikasi 175 sektor melalui program Microsoft Excel 2003. Pendekatan model I-O yang digunakan dalam penelitian ini adalah model sisi permintaan (demand-side model), hal ini dikarenakan faktor permintaan merupakan faktor eksogen yang mempengaruhi perekonomian.
Dilihat dari rasio upah gaji terhadap surplus usaha (0,43) dalam struktur nilai tambah bruto, dapat identifikasi bahwa pada industri kertas terjadi ketimpangan distribusi pendapatan antara pihak perusahaan dengan tenaga kerjanya. Kemudian dari struktur ketenagakerjaan dapat diketahui bahwa industri ini mampu menyerap tenaga kerja sebesar 118.454 jiwa. Berdasarkan analisis struktur ekspor-impor dapat diketahui bahwa industri kertas mengalami surplus perdagangan sebesar Rp 4.617.531 juta sedangkan dari pembentukan output sektoral industri kertas menyumbang sebesar Rp 24.771.662 juta atau sekitar 0,92 persen dari total output sektoral perekonomian.
Dari hasil analisis keterkaitan per sektornya (keterkaitan industri kertas terhadap berbagai sektor perekonomian Indonesia), industri ini memiliki keterkaitan yang tinggi terhadap sektor hulu dan hilirnya. Pada keterkaitan ke depan industri kertas memiliki keterkaitan yang tinggi terhadap sektor industri barang dari kertas (0,3183) dan industri percetakan (0,2448), sedangkan pada keterkaitan ke belakangnya, industri kertas memiliki keterkaitan kuat terhadap industri pulp (0,0944) yang merupakan sektor penghasil input bahan bakunya.
Berdasarkan hasil analisis koefisien penyebaran dapat diketahui bahwa industri kertas kurang memiliki kemampuan untuk menarik pertumbuhan sektor hulunya. Sedangkan dari hasil analisis kepekaan penyebaran industri kertas merupakan industri yang memiliki kemampuan yang kuat dalam mendorong sektor hilirnya.
Pada analisis elastisitas input-output dapat diketahui bahwa industri kertas cukup responsif terhadap perubahan permintaan akhir sektor lainnya dalam hal output dengan nilai elastisitas output sebesar 1,0023. Sementara dari hasil elastisitas pendapatannya (0,0522) industri ini kurang responsif terhadap perubahan permintaan akhir sektor lain dalam hal pendapatan dan jika dilihat dari hasil elastisitas tenaga kerjanya (0,6093), perubahan permintaan akhir sektor lain kurang berpengaruh terhadap perubahan tenaga kerja dalam sektor industri kertas tersebut.
Oleh RUSLI RAMLI
H14101I22
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Rusli Ramli
Nomor Registrasi Pokok : H14101122 Program Studi : Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi : Analisis Input-Output Peranan Industri Kertas dalam Perekonomian Indonesia
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing,
Dr. Ir. Arief Daryanto, M.Ec. NIP. 131 644 945
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,
Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS NIP. 131 846 872
BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Juni 2006
Rusli Ramli H14101122
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Rusli Ramli lahir pada tanggal 20 Juli 1983 di Karawang, Propinsi Jawa Barat. Penulis merupakan anak pertama dari satu bersaudara, dari pasangan Apun Sanusi dan Yoyoh. Jenjang pendidikan penulis dilalui dengan lancar, penulis menamatkan Sekolah Dasar pada SDN Ciwaringin 1, kemudian melanjutkan ke SLTPN 1 Telagasari dan lulus pada tahun 1998. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMUN 1 Karawang dan lulus pada tahun 2001.
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Input-Output Peranan Industri Kertas dalam Perekonomian Indonesia“. Judul ini dipilih penulis karena merupakan topik yang menarik dalam perkembangan industri nasional dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir. Penulis mengharapkan adanya hasil positif sebagai masukan dalam pembangunan industri kertas nasional selanjutnya. Selain itu, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, terutama kepada Bapak Dr.1r. Arief Daryanto, M.Ec. yang telah memberi masukan, saran serta bimbingan dalam pembuatan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh pihak lainnya yang telah membantu terlaksananya penelitian ini baik dari instansi maupun perorangan yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga karya ini dapat bermanfaat, bagi penulis khususnya dan kalangan pendidikan umumnya.
Bogor, Juni 2006
Rusli Ramli
H14101122
DAFTAR ISI
2.2. Konsep Pembangunan Industri Kertas ... 8
2.3. Integrasi Vertikal Pada Industri Kertas ... 11
2.4. Penelitian-Penelitian Terdahulu ... 13
2.5. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 16
4.1. Profil Industri Kertas... 33
5.1. Peranan Industri Kertas Dalam Perekonomian Indonesia... 47
5.1.1. Struktur Permintaan Industri Kertas ... 47
5.1.2. Struktur Nilai Tambah Bruto ... 49
5.1.3. Struktur Ketenagakerjaan... 51
5.1.4. Struktur Ekspor dan Impor... 53
5.1.5. Struktur Output Sektoral ... 55
5.2. Analisis Keterkaitan ... 56
5.2.1. Keterkaitan Langsung Sektor-Sektor Perekonomian ... 56
5.2.2. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ... 58
5.2.3. Keterkaitan ke Depan Industri Kertas ... 59
5.2.4. Keterkaitan ke Belakang Industri kertas ... 61
5.3. Analisis Koefisien dan Kepekaan Penyebaran... 62
5.3.1. Koefisien Penyebaran... 63
5.3.2. Kepekaan Penyebaran ... 65
5.4. Elastisitas Input-Output... 67
5.4.2. Elastisitas Output ... 67
5.4.2. Elastisitas Pendapatan ... 68
5.4.2. Elastisitas Tenaga Kerja... 70
5.5. Sektor-Sektor Kunci dalam Perekonomian Indonesia ... 71
5.6. Implikasi Kebijakan ... 73
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 75
6.1. Kesimpulan ... 75
6.2. Saran... 76
DAFTAR PUSTAKA ... 78
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman 1.1. Komposisi Sektoral PDB 1960-2003 Atas Dasar Harga Konstan
Tahun 1993 ... 2
1.2. Kapasitas Produksi, Impor, Ekspor dan Konsumsi Industri Kertas Indonesia Tahun 1994-2003... 3
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu Tentang Keterkaitan ... 13
2.2. Hasil Penelitian Terdahulu Tentang Dampak Penyebaran... 14
2.3. Struktur Tabel Input-Output... 19
4.1. Profil Industri Pulp dan Kertas Indonesia Tahun 2003 ... 34
4.2. Konsumsi Kertas Per Kapita Penduduk Indonesia 1993-2002.... 35
4.3. Kapasitas Terpasang Perusahaan Industri Kertas 2003... ... 38
4.4. Boards PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk per 30 September 2004 ... 40
4.5. Boards PT. Pindo Deli Pulp & Paper Mills per 30 September 2004 ... 42
4.6. Boards PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk per 30 September 2004 ... 43
4.7. Boards PT. Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry per 30 Desember 2004 ... 46
5.1. Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Sektor-sektor Perekonomian di Indonesia Tahun 2000... 48
5.2. Nilai Tambah Bruto Sektor-sektor Perekonomian Indonesia Indonesia Tahun 2000 ... 50
5.3. Rasio Upah Terhadap Surplus Usaha... 51
5.7. Nilai Keterkaitan Berbagai Sektor Perekonomian di Indonesia .. 57
5.8. Keterkaitan ke Depan Industri Kertas terhadap Sektor-Sektor
Perekonomian Indonesia ... 60
5.9. Keterkaitan ke Belakang Industri Kertas terhadap Berbagai
Sektor Perekonomian Di Indonesia ... 61
5.10. Koefisien Penyebaran Industri Kertas terhadap Berbagai
Sektor Perekonomian Di Indonesia... 64
5.11. Kepekaan Penyebaran Industri Kertas terhadap Berbagai
Sektor Perekonomian Di Indonesia... 66
5.12. Elastisitas Input-Output Sektor-sektor Perekonomian
Indonesia Tahun 2000 ... 69
5.13. Sektor Kunci Perekonomian Menurut Ranking Elastisititas
DAFTAR GAMBAR
I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Proses industrialisasi di Indonesia yang dimulai sejak Pelita I telah
mengakibatkan transformasi struktural di Indonesia. Pola pertumbuhan ekonomi
secara sektoral di Indonesia agaknya sejalan dengan kecenderungan proses
transformasi struktural yang terjadi di berbagai negara di dunia, dimana terjadi
penurunan kontribusi sektor pertanian (sektor primer) terhadap Produk Domestik
Bruto (PDB), sementara kontribusi sektor sekunder dan tersier cenderung
meningkat. Perubahan struktural mengandung arti peralihan dari masyarakat
pertanian tradisional menjadi ekonomi industri modern, yang mencakup peralihan
lembaga, sikap sosial, dan motivasi yang secara radikal. Perubahan struktur
semacam ini menyebabkan kesempatan kerja semakin banyak, produktifitas
buruh, stok modal, dan pendayagunaan sumber-sumber baru serta perbaikan
teknologi akan semakin tinggi (Jhingan, 2002).
Pada tahun 1960, sektor pertanian merupakan sektor penyumbang terbesar
terhadap PDB (53,9 persen), sementara sektor industri khususnya industri
pengolahan baru menyumbang 8,4 persen dari PDB (Tabel 1.1). Kemudian pada
tahun 1967 industri pengolahan telah menyumbang 51,8 persen terhadap PDB
sedangkan sektor pertanian mempunyai kontribusi terhadap PDB sebesar 8,4
persen. Pada tahun-tahun berikutnya dapat dilihat bahwa sektor industri
pengolahan terus mengalami kenaikan dalam hal kontribusinya terhadap PDB
sedangkan sektor pertanian sebaliknya terus mengalami penurunan kontribusi
pengolahan telah menggeser peranan sektor pertanian dalam pembangunan
nasional berkaitan dengan peralihan struktur perekonomian masyarakat Indonesia
dari orientasi pada sektor primer (pertanian) kepada orientasi sektor industri.
Salah satu dari sektor industri pengolahan tersebut yang berkembang pesat sampai
saat ini adalah industri pulp dan kertas.
Tabel 1.1. Komposisi Sektoral PDB 1960-2003 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993 (persen)
Lapangan Usaha 1960 1967 1973 1983 1989 1993 1998 2003
Pertanian 53.9 51.8 40.1 22.8 20.6 17.6 17.2 16.6
Pertambangan dan
penggalian 3.7 3.7 12.3 20.7 15.6 13.9 1.84 10.7
Industri Pengolahan 8.4 8.4 9.6 12.7 18.5 21.1 25.3 24.7
Listrik dan air minum 0.3 0.5 0.5 0.4 0.6 0.7 1.52 2.2
Bangunan/konstruksi 2.0 1.6 3.9 5.9 5.5 6.6 5.64 6.0
Perdagangan, hotel dan
restoran 14.3 15.8 16.6 14.9 16.1 16.4 15.9 16.3
Pengangkutan dan
komunikasi 3.7 3.5 3.8 5.3 5.3 5.9 7.49 6,3
Keuangan, sewa dan
jasa perusahaan 1.0 0.8 1.2 3.0 4,0 5.1 7.57 6.9
Jasa-jasa 6.2 6.4 3.9 3.9 3.5 3.5 9.57 10.4
Sumber : BPS, 2003.
Industri pulp dan kertas adalah industri yang berkembang dengan tingkat
pertumbuhan 20 persen per tahun pada beberapa dekade terakhir. Pasar bagi hasil
industri pulp dan kertas masih terbuka luas karena konsumsi kertas per kapita
terus meningkat dari tahun ke tahun. Dari sisi kontribusi terhadap penerimaan
negara, sektor industri pulp dan kertas telah menyumbang 90 persen dari total
3
pemimpin dalam bidang kehutanan di dunia sejak 1987 (Karseno dan
Mulyaningsih, 2002).
Tabel 1.2. Kapasitas, Produksi, Impor, Ekspor, dan Konsumsi Industri Kertas Indonesia Tahun 1994-2003 (ton)
Tahun Kapasitas Produksi Impor Ekspor Konsumsi
1994 3.882.350 3.054.000 171.300 826.200 2.399.100
1995 4.472.500 3.425.800 140.110 924.520 2.641.390
1996 5.595.280 4.120.490 197.700 1.198.220 3.119.970
1997 7.168.290 4.821.600 261.000 1.800.000 3.282.600
1998 7.479.530 5.487.260 130.130 2.833.960 2.783.430
1999 9.097.180 6.720.560 143.800 2.950.800 3.913.560
2000 9.116.180 6.849.000 212.630 2.837.210 4.224.420
2001 9.904.080 6.951.240 199.840 2.345.135 4.805.945
2002 10.065.580 7.212.970 249.695 2.446.730 5.015.935
2003 10.300.000 8.200.000 250.000 2.600.000 5.800.000
Sumber: Asosiasi Pulp dan Kertas, 2003.
Sementara itu fokus khusus pada sektor industri kertas (diluar dari industri
pulp), industri ini merupakan salah satu industri yang mempunyai peranan penting
dalam perekonomian Indonesia. Ada tiga alasan utama yang melatarbelakangi
pentingnya sumbangan industri ini, pertama, adalah bahwa produk kertas
harganya banyak ditentukan dalam nilai dolar, alasan kedua, yaitu komponen
impor yang digunakan dalam proses produksi nilainya tidak lebih dari 30 persen,
dan ketiga, ialah bahwa produk kertas cenderung banyak yang ditujukan untuk
pasar luar negeri, sehingga dalam masa krisis ekonomi yang dihadapi Indonesia,
industri ini masih dapat diandalkan dalam membantu penerimaaan devisa negara
(Rosadi dan Vidyatmoko, 2002). Hal itu ditambah apabila melihat dalam sekitar
konsumsi dalam industri kertas terus mengalami kenaikan setiap tahunnya (Tabel
1.2). Berdasarkan kondisi inilah dirasakan penting untuk melakukan analisis lebih
lanjut tentang peranan industri kertas terhadap perekonomian Indonesia.
I.2. Perumusan Masalah
Pentingnya industri kertas yang besar tidak terlepas dari kondisi yang
dimilikinya. Sampai saat ini industri kertas Indonesia memiliki keunggulan
komparatif dibandingkan dengan negara lain. Keunggulan yang lebih banyak
mengandalkan sumber bahan baku yang berlimpah dengan harga yang relatif
murah serta tenaga kerja dengan upah buruh yang relatif rendah. Dalam hal bahan
baku, misalnya, Indonesia termasuk negara penyedia bahan baku pulp terbesar
karena mempunyai hutan terluas kedua di dunia, sehingga bahan baku untuk
pembuatan kertas tersedia banyak di Indonesia. Begitu juga dalam hal tenaga
kerja, angkatan kerja produktif di Indonesia mencapai puluhan juta orang. Namun
pentingnya industri kertas ini tidak semata-mata hanya karena keunggulan
komparatifnya saja tapi juga karena peranannya dalam hubungannya terhadap
sektor-sektor lain dalam perekonomian Indonesia baik sektor industri maupun
non-industri dan bagaimana sektor-sektor lain tersebut mempengaruhi industri
kertas sehingga terjadinya hubungan timbal balik yang mengarah pada
peningkatan pertumbuhan sektor-sektor dalam perekonomian secara keseluruhan.
Peran industri kertas dalam hubungannya dengan sektor-sektor perekonomian
tersebut dapat dilihat dari bagaimana struktur perekonomiannya bila dibandingkan
5
tersebut, bagaimana kemampuan industri kertas dalam mendorong sektor hulu dan
hilirnya dan bagaimana peran industri kertas dalam sektor kunci perekonomian
Indonesia.
Berdasarkan latar belakang dan uraian di atas, beberapa permasalahan
yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:
1. Berapa besar peranan sektor industri kertas terhadap perekonomian Indonesia
dalam struktur permintaan, nilai tambah, ketenagakerjaan, ekspor-impor dan
output sektoral?
2. Bagaimana keterkaitan sektor industri kertas dengan sektor-sektor lainnya di
Indonesia?
3. Bagaimana peran sektor industri kertas dalam mendorong dan menarik
pertumbuhan sektor hulu dan hilirnya?
4. Bagaimana peran sektor industri kertas dalam sektor kunci perekonomian
Indonesia?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan penulisan skripsi ini
adalah:
1. Menganalisis peranan sektor industri kertas terhadap perekonomian Indonesia
dalam struktur permintaan, nilai tambah, ketenagakerjaan, ekspor-impor dan
output sektoral
2. Menganalisis keterkaitan sektor industri pengolahan dengan sektor-sektor
3. Menganalisis peran sektor industri kertas dalam mendorong dan menarik
pertumbuhan sektor hulu dan hilirnya
4. Menganalisis peran sektor industri kertas dalam sektor kunci perekonomian
Indonesia
1.4. Ruang Lingkup
Industri kertas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah industri yang
terdiri dari perusahaan-perusahaan yang mengolah bahan baku kertas menjadi
produk kertas yang merupakan barang jadi yang dapat di langsung dikonsumsi
ataupun barang setengah jadi yang akan digunakan sebagai input oleh industri
lain. Kertas yang dimaksud adalah jenis kertas seperti kertas tulis cetak (
writing-printing paper), kertas lapis dan non lapis (coated and uncoated paper), kertas
tissue (tissue paper), kertas rokok (cigarette paper) dan sebagainya. Dengan kata
lain industri kertas dalam penelitian ini bukan industri pulp, industri
barang-barang dari kertas yang tidak memproduksi kertasnya terlebih dahulu dan bukan
pula industri percetakan atau penerbitan.
1.4. Manfaat Penelitian
Penulis mengharapkan penelitian ini dapat berkontribusi secara positif
terhadap perencanaan kebijakan pembangunan industri kertas nasional pada
khususnya maupun industri lain pada umumnya oleh pihak-pihak yang terkait
didalamnya maupun bagi pihak-pihak lain yang berkepentingan untuk melakukan
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
2.1. Definisi dan Sejarah Kertas
Kertas adalah bahan yang tipis dan rata, yang dihasilkan dengan kompresi
serat. Serat yang digunakan biasanya adalah alami dan mengandung selulosa
(Wikipedia 2005).
Kertas dikenal sebagai media utama untuk menulis, mencetak serta
melukis dan banyak kegunaan lain yang dapat dilakukan dengan kertas misalnya
sebagai kertas pembersih (tissue) yang dapat digunakan untuk hidangan maupun
kebersihan. Adanya kertas merupakan revolusi baru dalam dunia tulis menulis
yang menyumbangkan arti besar dalam peradaban dunia. Sebelum ditemukan
kertas, bangsa-bangsa dahulu menggunakan tablet dari tanah liat yang dibakar.
Hal ini dapat ditemui dari pennggalan peradaban bangsa Sumeria, prasasti dari
batu, kayu, bambu, kulit atau tulang binatang, sutera, bahkan daun lontar yang
dirangkai seperti yang telah ditemukan pada naskah-naskah kuno nusantara
beberapa abad yang lalu.
Peradaban Mesir kuno menyumbangkan papirus sebagai media tulis
menulis. Penggunaan papirus sebagai media tulis menulis ini digunakan pada
peradaban Mesir kuno pada masa bangsa Fir’aun kemudian menyebar keseluruh
Timur Tengah sampai Romawi di Laut Tengah dan ke seluruh Eropa, meskipun
pengunaan papirus masih dirasakan sangat mahal. Dari kata papirus (papyrus)
itulah dikenal sebagai paper dalam bahasa Inggris, papier dalam bahasa Belanda,
Jerman, Perancis misalnya atau papel dalam bahasa Spanyol yang berarti kertas
Tercatat dalam sejarah adalah peradaban Cina yang menyumbangkan
kertas bagi dunia. Tsai Lun menemukan kertas dari bahan bambu yang mudah
didapat di seluruh Cina pada tahun 101 Masehi. Penemuan ini akhirnya menyebar
ke Jepang dan Korea seiring menyebarnya bangsa-bangsa Cina ke timur dan
berkembangnya peradaban di kawasan itu meskipun pada awalnya cara
pembuatan kertas merupakan hal yang sangat rahasia. Pada akhirnya, teknik
pembuatan kertas tersebut jatuk ke tangan orang-orang Arab pada masa
Abbasiyah terutama setelah kalahnya pasukan Dinasti Tang dalam pertempuran
sungai Talas pada tahun 751 Masehi dimana para tawanan-tawanan perang
mengajarkan cara pembuatan kertas kepada orang-orang arab sehingga dizaman
Abbasiyah, munculah pusat-pusat industri kertas baik di Baghdad maupun
Samarkand dan kota-kota industri lainnya, kemudian meyebar ke Italia dan India
lalu Eropa khususnya setelah perang Salib dan jatuhnya Grenada dari bangsa
Moor ke tangan orang-orang Spanyol serta ke seluruh dunia (Wikipedia, 2005).
2.2. Konsep Pembangunan Industri Kertas
Ada beberapa pengertian industri secara definisi yang sekurang-kurangnya
akan disampaikan dua definisi. Bintaro (1968) dalam Muchtar (1997)
mengemukakan industri pengolahan ialah setiap usaha yang merupakan unit
produksi yang membuat barang untuk kebutuhan masyarakat di suatu tempat
tertentu. Menurut Puspitawati (2000) industri pengolahan merupakan suatu
kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar secara
9
jadi dan atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi
nilainya dan sifatnya lebih dekat kepada pemakai akhir.
Berdasar pada dua pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
industri kertas merupakan suatu kegiatan atau usaha mengolah barang dasar atau
bahan baku kertas agar memiliki nilai yang lebih baik untuk keperluan masyarakat
di suatu tempat tertentu. Pada hakekatnya pembangunan industri ditujukan untuk
menciptakan struktur ekonomi yang kokoh dan seimbang, yakni struktur ekonomi
dengan titik berat pada industri yang maju dan didukung oleh pertanian yang
tangguh. Oleh karenanya, pembangunan industri secara nyata harus menjadi
penggerak utama peningkatan laju pertumbuhan ekonomi dan sekaligus dapat
menjadi penyedia lapangan kerja yang sudah mulai tidak tertampung pada sektor
pertanian (Muchtar, 1997).
Kendati perkembangan sektor industri kertas mengalami kemajuan yang
pesat salah satunya terlihat dari perkembangan produksi, konsumsi, kapasitas
maupun ekspornya, akan tetapi banyak masalah dan tantangan yang dihadapi
dalam perjalanannya untuk memiliki keunggulan daya saing yang tinggi,
khususnya pada era ekolabelling dan otonomi daerah pada saat ini.
Menurut Saragih dalam Sipayung dan Pambudy (2000), ada 3 fase
pembangunan industri pulp dan kertas agar memiliki keunggulan daya saing,
sebagai berikut :
1. Sumber pertumbuhan agribisnis pulp dan kertas terutama bersumber dari
pemanfaatan sumber daya alam dan tenaga kerja tidak terampil (fase
mengandalkan kayu hutan (forest based) misalnya Hak Penguasaan Hutan
(HPH). Sehingga dampak penurunan mutu lingkungan akibat aktivitas industri
tersebut biasanya cukup besar. Selain itu keterkaitan kegiatan perusahaan
masih dengan masyarakat juga masih sedikit. Dengan demikian, meskipun
biaya produksi relatif rendah, bila diboboti dengan atribut global value dan
national/local value, nilai produk kertas dapat dipersepsikan masyarakat
(perceive value) sebagai barang inferior.
2. Fase kedua adalah agribisnis (industri) pulp dan kertas yang digerakkan oleh
modal (capital-driven) yakni modal dan tenaga kerja semi terampil (capital
and smi-skill labor). Industri pulp dan kertas pada fase ini dicirikan dengan
pengembangan perkebunan kayu (timber plantation) sebagai sumber bahan
baku, sehingga telah terjadi pemutusan hubungan dengan hutan alam. Artinya,
penyediaan bahan baku kayu tidak lagi bersumber dari penebangan kayu hutan
alam, melainkan telah bergeser pada kayu hasil budidaya. Dengan demikian
dampak penurunan mutu lingkungan akibat penebangan kayu hutan alam
dapat diminimumkan atau lebih rendah dari fase pertama.
3. Fase ketiga adalah industri pulp dan kertas yang digerakkan oleh inovasi
(innovation-driven) yakni penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
tenaga kerja terampil (knowledge based and skill labor based). Karakteristik
industri pulp dan kertas pada fase ini adalah pertumbuhan output terutama
bersumber dari kemajuan teknologi baik pada penyediaan bahan baku maupun
dalam pengolahan. Efisiensi pengolahan makin meningkat melalui perbaikan
11
mengurangai polutan ke lingkungan. Oleh karena itu, kemampuan Riset and
Development (R&D) menjadi tulang punggung dalam fase ini.
Pada saat ini industri pulp dan kertas indonesia sebagian besar sedang
bergeser dari factor-driven kepada capital-driven. Bahkan beberapa diantaranya
sudah mulai memasuki innovation–driven. Mentransformasi industri pulp dan
kertas dari factor-driven kepada innovation-driven akan memberi manfaat ganda,
yakni meningkatkan daya saing dan meminimumkan dampak negatif kegiatan
industri pulp dan kertas pada lingkungan hidup.
2.3. Integrasi Vertikal Pada Industri Kertas
Hasibuan (1994) mendefinisikan integrasi vertikal adalah pengabungan
perusahaan-perusahaan yang mempunyai kelanjutan proses produksi. Jenis
integrasi ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu integrasi ke hulu (upstream) dan
integrasi ke hilir (downstream). Perusahaan yang menerapkan strategi integrasi
vertikal ke hulu (upstream) adalah perusahaan yang memperoduksi sendiri input
yang dibutuhkannya. Sedangkan integrasi vertikal ke hilir (downstream) adalah
perusahaan yang memutuskan untuk menyalurkan output yang dihasilkan kepada
konsumen melalui perusahaan yang terintegrasi dengannya.
Integrasi vertikal yang dilakukan oleh perusahaan dapat dilakukan
dilakukan dengan dua cara, antara lain:
1. Full Integration
Perusahaan melakukan full integration bila perusahaan tersebut
menyalurkan semua output yang dihasilkan melalui anak perusahaan yang
terintegrasi dengannya.
2.Taper Integration
Perusahaan melakukan taper integration bila perusahaan tersebut membeli
input yang dibutuhkannya dari perusahaan lain selain input yang dihasilkan
sendiri atau menyalurkan hasil produksinya melalui perusahaan terintegrasi
dengannya dan juga perusahaan lain yang tidak terintegrasi
Perusahaan-perusahaan seperti PT. Indah Kiat Pulp & Paper, PT. Lontar
Papyrus dan PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia merupakan perusahaan-perusahaan
besar dalam industri kertas yang terintegrasi vertikal dengan industri pulpnya.
Jenis integrasi vertikal perusahaan-perusahaan tersebut adalah full integration,
mereka mempunyai pabrik pulp sendiri sebagai sumber bahan baku produksi
kertasnya. Menurut Karseno dan Mulyaningsih (2002) integrasi vertikal oleh
perusahaan kertas akan meningkatkan efisiensi perusahaan dalam industri kertas
tersebut karena dapat mengamankan pasokan bahan baku dan meminimumkan
biaya transaksi dalam rangka untuk mengantisipasi pertumbuhan permintaan
terhadap produk kertasnya.
2.4. Penelitian-Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang peran dan keterkaitan dengan menggunakan alat analisis
Input-Output telah banyak dilakukan. Penelitian yang sudah dilakukan selama ini
antara lain meliputi, yaitu: (1) penelitian terhadap keseluruhan sektor
13
(sektor industri pengolahan), (3) penelitian terhadap sektor pertanian dan industri
pengolahan, dan (4) penelitian terhadap salah satu sektor perekonomian misalnya
pariwisata, transportasi dan sebagainya (Setyawan, 2005).
Pada dasarnya penelitian yang dilakukan memiliki tujuan yang sama yaitu
mempelajari keterkaitan (linkages), baik keterkaitan langsung ke belakang (direct
backward linkages) dan ke depan (direct forward linkages) maupun keterkaitan
langsung dan tidak langsung ke belakang dan ke depan (Tabel 2.1). Disamping
mempelajari keterkaitan tersebut penelitian-penelitian tersebut juga mempelajari
dampak penyebaran (Tabel 2.2).
Tabel 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu tentang Keterkaitan
Penelitian Keterkaitan Ke Depan Keterkaitan Ke Belakang
Wilayah
Sumber: *Tjandrawan (1994) ; **Sahara (1998) ; ***Setiyaji (1995); ****Setyawan (2005).
Ada beberapa informasi yang ditunjukkan pada Tabel 2.1 yaitu; (1)
keterkaitan langsung ke depan sektor industri pengolahan lebih kecil di
bandingkan keterkaitan ke belakangnya. Gambaran ini memberikan indikasi
kemampuan untuk mendorong pertumbuhan sektor yang menyediakan input bagi
keperluan proses produksi dibandingkan dengan kepekaannya dalam menciptakan
kenaikan output apabila terjadi peningkatan satu-satuan permintaan akhir terhadap
sektor industri, dan (2) Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan sektor
industri pengolahan lebih kecil dibandingkan dengan keterkaitan langsung dan
tidak langsung ke belakangnya. Hal ini berarti sektor/sub sektor industri
pengolahan secara langsung dan tidak langsung lebih kuat mendorong
pertumbuhan sektor yang menyediakan input untuk keperluan proses produksinya
dibandingkan dengan kemampuannya untuk mendorong peningkatan produksi
terhadap sektor yang membutuhkan input dari sektor ini.
Tabel 2.3. Hasil Penelitian Terdahulu Tentang Dampak Penyebaran
Penelitian
Sumber: *Tjandrawan (1994) ; **Sahara (1998) ; ***Setiyaji (1995); ****Setyawan (2005).
Selanjutnya pada Tabel 2.3 menyajikan informasi mengenai koefisien dan
kepekaan penyebaran. Ada beberapa hal yang dapat diidentifikasi dalam
15
kemampuan suatu sektor dalam perekonomian untuk mendorong sektor hilirnya
sedangkan kepekaan penyebaran menunjukkan kemampuan suatu sektor untuk
menarik sektor hulunya, dan (2) Kepekaan penyebaran industri pengolahan DKI
Jakarta lebih besar dibandingkan kabupaten Jepara. Besarnya kepekaan
penyebaran industri pengolahan di DKI Jakarta tersebut menunjukkan bahwa
sektor industri pengolahan di wilayah tersebut bersifat ekspansif yaitu mampu
melakukan perluasan pasar dan mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah
dibandingkan dengan Jepara dan apabila dilihat dari koefisien penyebaran,
industri pengolahan DKI Jakarta mempunyai kemampuan untuk menarik industri
hulunya dibandingkan dengan kabupaten Jepara.
Secara umum keempat penelitian mengenai koefisien penyebaran dan
kepekaan penyebaran tersebut mempunyai peranan penting dalam pembangunan
wilayah, hal ini terbukti dari nilai koefisien dan kepekaan penyebaran yang
mempunyai nilai lebih besar dari satu (kecuali pertanian di Jawa Barat).
Studi literatur yang telah dilakukan menunjukkan bahwa analisis I-O telah
banyak digunakan sebagai alat untuk penelitian. Peneliti juga melihat bahwa
penelitian tentang industri kertas di Indonesia berdasarkan Analisis Input-Output
belum pernah dilakukan.
2.5. Kerangka Pemikiran Teoritis 2.5.1. Model Input-Output
Menurut BPS (2000) pengertian Tabel Input-Output (Tabel I-O) adalah
yang terjadi antar sektor ekonomi dengan bentuk penyajian berupa matrik. Isian
sepanjang baris Tabel I-O menunjukkan pengalokasian output yang dihasilkan
oleh suatu sektor untuk memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir, dan
pada baris nilai tambah yang menunjukkan komposisi penciptaan nilai tambah
sektoral, sedangkan isian sepanjang kolomnya menunjukkan struktur penciptaan
input yang digunakan oleh setiap sektor dalam proses produksi, baik yang berupa
input antara maupun input primer.
Sejak dirilis oleh Leontief pada tahun 1930-an, Tabel I-O telah
berkembang menjadi salah satu metode paling luas diterima, tidak hanya untuk
mendeskripsikan struktur suatu perekonomian tetapi juga mencakup cara untuk
memprediksi perubahan-perubahan struktur tersebut. Leontief mengemukakan
bahwa Tabel I-O termasuk dalam model General Equilibrium. Sifat
keseimbangan inilah yang merupakan salah satu kelebihan Tabel I-O yang
dibandingkan dengan alat analisa lainnya dalam ilmu ekonomi perencanaan dan
pembangunan (BPS, 2000)
Data yang disajikan dalam Tabel I-O merupakan informasi rinci tentang
input dan output sektoral yang mampu menggambarkan keterkaitan antar sektor
dalam kegiatan perekonomian. Sesuai dengan asumsi dasar yang digunakan dalam
proses penyusunannya. Tabel I-O bersifat statis dan terbuka. Adapun asumsi dasar
penyusunan Tabel I-O adalah :
1. Keseragaman (homogenity), yaitu asumsi bahwa setiap sektor ekonomi hanya
17
(seragam) dan tidak ada substitusi otomatis terhadap input dan output sektor
yang berbeda
2. Kesebandingan (proportionality), yaitu asumsi bahwa hubungan antar input
dan output pada setiap sektor produksi merupakan fungsi linear, artinya
kenaikan dan penurunan output suatu sektor akan sebanding dengan kenaikan
dan penurunan input yang digunakan oleh sektor tersebut.
3. Penjumlahan (additivity), yaitu asumsi bahwa total efek dan kegiatan produksi
di berbagai sektor merupakan penjumlahan dari efek pada masing-masing
kegiatan.
Berdasarkan asumsi tersebut maka Tabel I-O sebagai model kuantitatif
memiliki keterbatasan, yaitu koefisien input atau koefisien teknis diasumsikan
tetap (konstan) selama periode analisa atau proyeksi. Karena koefisien teknis
dianggap konstan, maka teknologi yang digunakan oleh sektor-sektor ekonomi
dalam proses produksi pun dianggap konstan. Akibatnya perubahan kuantitas dan
harga input akan selalu sebanding dengan perubahan kuantitas dan harga output.
Namun demikian, Tabel I-O masih merupakan alat analisis yang lengkap dan
komprehensif. Beberapa kegunaan Tabel I-O antara lain adalah :
1. Untuk memperkirakan dampak permintaan akhir terhadap output, nilai tambah
impor, penerimaan pajak, dan penyerapan tenaga kerja di sektor industri.
2. Untuk melihat komposisi penyediaan dan penggunaan barang dan jasa
terutama dalam analisis terhadap kebutuhan impor dan kemungkinan
3. Untuk analisis perubahan harga, yaitu dengan melihat pengaruh secara
langsung dan tidak langsung dari perubahan harga input terhadap output.
4. Untuk mengetahui sektor-sektor yang pengaruhnya paling dominan terhadap
pertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor yang peka terhadap pertumbuhan
perekonomian.
5. Untuk menggambarkan perekonomian suatu wilayah dan mengidentifikasikan
karakteristik struktural suatu perekonomian wilayah.
Sebagai metode kuantitatif Tabel I-O memberikan gambaran menyeluruh
tentang:
1. Struktur perekonomian suatu wilayah yang mencakup output dan nilai tambah
masing-masing sektor.
2. Struktur input antara yaitu transaksi penggunaan barang dan jasa antar
sektor-sektor produksi.
3. Struktur penyediaan barang dan jasa, baik berupa produksi dalam negeri
maupun barang impor atau yang berasal dari luar wilayah tersebut.
4. Struktur permintaan barang dan jasa, baik berupa permintaan oleh berbagai
sektor produksi maupun permintaan untuk konsumsi, investasi, dan ekspor.
2.5.2. Struktur Tabel Input-Output
Format Tabel I-O terdiri dari suatu kerangka matrik berukuran n x n
dimensi yang dibagi menjadi empat kuadran dan tiap kuadran mendiskripsikan
suatu hubungan tertentu. Untuk memberikan gambaran yang lebih lengkap, maka
19
Tabel 2.3. Struktur Tabel Input-Output
Permintaan Antara
Sumber : Tabel I-O Indonesia, BPS, 2000.
Isian sepanjang baris pada ilustrasi Tabel I-O tersebut memperlihatkan
bagaimana output dari suatu sektor dialokasikan, yaitu sebagian untuk memenuhi
permintaan antara dan sebagian lainnya untuk memenuhi permintaan akhir.
Sedangkan isian sepanjang kolomnya menujukkan pemakaian input antara dan
input primer oleh suatu sektor.
Apabila Tabel 2.4 di atas dilihat secara baris (bagian horisontal) maka
alokasi output secara keseluruhan dapat dituliskan dalam bentuk persamaan
aljabar sebagai berikut:
X11 + X12 + … X1n + F1 = X1
X21 + X22 + … X2n + F2 = X2
: : : : :
Xn1 + Xn2 + … Xnn + Fn = Xn
∑Xij + Fi = Xi ; untuk semua i = 1, 2, 3, dst (2.1)
Dimana :
Xij = output sektor i yang digunakan sebagai input sektor j
Fi = permintaan akhir terhadap sektor i
Xi = jumlah output sektor i
Apabila angka-angka dibaca menurut kolom, khususnya pada transaksi
antara, maka angka pada kolom (sektor) itu menunjukkan berbagai input yang
diperlukan dalam proses produksi pada sektor tersebut. Berdasarkan ilustrasi
Tabel Input-Output, maka persamaan aljabar untuk input yang digunakan oleh
masing-masing sektor dapat dituliskan sebagai berikut :
X11 + X21 + … + Xn1 + V1 = X1
X12 + X22 + … + Xn2 + V2 = X2
: : : : :
X1n + X2n + … + Xnn + Vn = Xn
atau dalam bentuk persamaan umum dapat dituliskan sebagai :
∑Xij + Vj = Xj ; untuk semua j = 1, 2, 3, dst (2.2)
Dalam analisis I-O sistem persamaan di atas memiliki peran penting, yaitu
sebagai dasar analisa ekonomi mengenai keadaan perekonomian suatu wilayah.
Secara umum matrik dalam Tabel I-O dapat dibagi menjadi 4 kuadran, sebagai
berikut :
1. Kuadran I (intermediate quadrant)
Setiap sel pada kuadran I merupakan transaksi antara, yaitu transaksi barang
dan jasa yang digunakan dalam proses produksi. Dalam Analisa I-O kuadran
21
menunjukkan keterkaitan antara sektor ekonomi dalam melakukan proses
produksinya.
2. Kuadran II (final demand quadrant)
Menunjukan penjualan barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor
perekonomian untuk memenuhi permintaan akhir. Permintaan akhir adalah
output suaru sektor yang langsung digunakan oleh rumah tangga, pemerintah,
pembentuk modal tetap, perubahan stok dan ekspor.
3. Kuadran III (primary input quadrant)
Menunjukkan pembelian input yang dihasilkan di luar sistem produksi oleh
sektor-sektor dalam kuadran antara. Kuadran ini terdiri dari pendapatan rumah
tangga (upah/gaji), pajak tak langsung, surplus usaha dan penyusutan. Jumlah
keseluruhan nilai tambah ini akan menghasilkan produk domestik bruto yang
dihasilkan oleh wilayah tersebut.
4. Kuadran IV (primary input-final demand quadrant)
Merupakan kuadran input primer permintaan akhir yang menunjukkan
transaksi langsung antara kuadran input primer dengan permintaan akhir tanpa
melalui sistem produksi atau kuadran antara. Informasi di Kuadran IV ini
bukan merupakan tujuan pokok, sehingga dalam penyusunan Tabel I-O sering
diabaikan.
2.6. Kerangka Pemikiran Konseptual
Strategi pengembangan yang menitikberatkan pada pertumbuhan ekonomi
melalui peningkatan satu atau beberapa sektor ekonomi kunci. Peningkatan output
sektor kunci tersebut akan ikut meningkatkan output sektor-sektor lainnya melalui
proses keterkaitan (linkages) dan dampak penyebaran antar sektor. Peningkatan
output berbagai sektor ekonomi, kemudian, melalui suatu proses yang disebut
sebagai penetesan ke bawah (trickle down effect) akan menyebabkan peningkatan
pendapatan berbagai golongan masyarakat di negara (wilayah) bersangkutan.
Peningkatan pendapatan ini sekaligus mencerminkan peningkatan kesejahteraan
masyarakat (Setyawan, 2005).
Kebijakan prioritas pembangunan sektor industri pengolahan khususnya
industri kertas merupakan upaya pemerintah Indonesia dalam mewujudkan
perekonomian yang lebih baik untuk kesejahteraan masyarakat. Sektor industri ini
dijadikan unggulan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian mengingat
dalam kondisi sekarang ini, sektor industri pengolahan lebih banyak dapat
menyediakan lapangan kerja dan mempunyai aktifitas ekonomi yang lebih intensif
untuk satuan unit usaha bila dibandingkan dengan unit usaha sektor lainnya.
Selain itu sektor ini juga dianggap sebagai sektor yang mampu meningkatkan laju
pertumbuhan ekonomi dan pendapatan masyarakat pada tingkat yang layak dari
sebelumnya.
Sehubungan dengan itu, pada penelitian ini akan dilihat tentang peranan
sektor industri kertas terhadap perekonomian nasional, karena tentunya kebijakan
yang ditetapkan tersebut mengharapkan hasil pada perkembangan ekonomi yang
lebih baik dari sebelumnya. Dalam menganalisis peranan sektor industri kertas
23
keterbatasan analisis yang telah disebutkan pada bab sebelumnya. Adapun alur
konsep pemikiran dapat dilihat pada gambar 1.
Dengan teridentifikasinya peranan sektor industri kertas melalui proses
keterkaitan dengan sektor-sektor lain baik sebagai pengguna input maupun
penghasil output, kemampuan mendorong dan menarik sektor hulu-hilirnya, dan
perannya dalam sektor kunci perekonomian seperti yang terlihat pada gambar 1,
maka diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas bagi pemerintah
Indonesia tentang perkembangan sektor yang menjadi prioritas ini dalam
mengatasi berbagai masalah yang berkaitan dengannya. Pada akhirnya dapat
dijadikan acuan pemerintah Indonesia sendiri dalam menentukan kebijakan
pembangunan ekonomi Indonesia ke depan sehingga permasalahan pembangunan
Keterangan : Ruang lingkup penelitian ( ) Analisis yang digunakan
Gambar 1. Bagan Alur Pemikiran Konseptual Perekonomian
Indonesia
Perubahan Struktur Perekonomian
Kemampuan mendorong dan menarik pertumbuhan sektor hulu dan hilirnya
(Analisis Dampak Penyebaran)
Kebijakan Pembangunan Industri
Peran Industri Kertas
Sektor Kunci Perekonomian (Elastisitas Input-Output)
Keterkaitan dengan sektor lain dalam hubungannya sebagai pengguna input dan penghasil output
(Analisis Keterkaitan)
III. METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data yang
digunakan antara lain berasal dari Tabel Input-Output (I-O) transaksi domestik
atas dasar harga produsen tahun 2000 klasifikasi 175 sektor dari Badan Pusat
Statistik (BPS) Pusat yang kemudian diagregasi oleh penulis menjadi 22 sektor
dan beberapa data sekunder lainnya dari instansi dan dinas terkait lainnya.
Penggunaan tabel I-O Indonesia tahun 2000 tersebut dikarenakan tabel I-O
tersebut merupakan tabel terbaru selama penelitian ini berlangsung.
3.2. Metode Analisis
Untuk mengetahui peranan sektor industri kertas terhadap perekonomian
Indonesia ini sebagai sektor penyedia input maupun sebagai sektor pemakai input,
kemampuan untuk mendorong atau menarik sektor hulu dan hilirnya serta
perannya dalam sektor kunci perekonomian dapat di kaji berdasarkam analisis
keterkaitan, dampak penyebaran dan elastisitas input-output. Pada analisis
keterkaitan, dampak penyebaran dan elastisitas ini alat yang digunakan adalah
Microsoft Excel 2003.
Pendekatan model I-O yang digunakan adalah model sisi permintaan
(demand-side model), hal ini dikarenakan faktor permintaan merupakan faktor
eksogen yang mempengaruhi perekonomian. Pada analisisnya nanti dapat terlihat
bahwa perekonomian dapat tumbuh apabila terdapat dorongan atau peningkatan
sering pula disebut dengan dengan model yang dikendalikan oleh sisi permintaan
(demand-driven model).
3.2.1. Koefisien Input
Pada Tabel I-O, koefisien input atau koefisien teknologi merupakan
perbandingan antara jumlah output sektor i yang digunakan dalam sektor j (Xij)
dengan input total sektor j (Xj). Koefisien ini dapat diterjemahkan sebagai jumlah
input dari sektor i yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit output sektor j.
Secara matematik dapat dituliskan :
Xij
aij = (3.1)
Xj
Dimana : aij adalah koefisisen input.
Dengan demikian dapat disusun matriks sebagai berikut :
a11 X1 + a12 X2 +………+ a1n Xn + F1 = X1
a21 X1 + a22 X2 +………+ a2n Xn + F2 = X2 (3.2)
: : : : :
an1 X1 + an2 X2 +………+ ann Xn + Fn = Xn
Atau persamaan tersebut dapat disederhanakan menjadi :
a11 ……. a1n X1 F1 X1
a21 ……. a2n X2 F2 = X2 (3.3)
: : : + : : a31 ……..… ann X3 Fn Xn
A X F X
27
Jika terdapat perubahan pada permintaan akhir, maka akan ada perubahan
pola pendapatan nasional. Jika ditulis dalam bentuk persamaan, maka dapat
dituliskan sebagai berikut :
AX + F = X Atau F = X - AX X = ( I - A )-1F (3.5)
Dimana :
I = Matriks identitas berukuran nxn yang elemennya memuat angka satu
pada diagonalnya dan nol pada selainnya,
F = Permintaan akhir,
X = Output,
( I – A ) = Matriks Leontief,
( I – A )-1 = Matriks kebalikan Leontief.
Dalam analisis input-output matriks kebalikan Leontief memiliki peranan
yang sangat penting sebagai alat analisis ekonomi yang mencerminkan efek
langsung dan tidak langsung dari perubahan permintaan akhir terhadap output
sektor-sektor di dalam perekonomian.
3.2.2. Analisis Keterkaitan (linkages)
Koefisien keterkaitan sangat berguna dalam penyusunan prioritas sektor
perekonomian untuk mencapai tujuan pembangunan. Beberapa jenis koefisien
keterkaitan yang sering digunakan dalam analisis ekonomi wilayah sektoral antara
lain adalah keterkaitan langsung ke depan dan ke belakang serta keterkaitan
langsung dan tidak langsung ke depan dan ke belakang.
1. Keterkaitan Langsung ke Depan
Keterkaitan langsung ke depan menunjukkan akibat suatu sektor tertentu
langsung per unit kenaikan permintaan total. Untuk mengetahui besarnya
keterkaitan langsung ke depan, dengan rumus sebagai berikut:
n
2. Keterkaitan Langsung ke Belakang
Keterkaitan langsung ke belakang menunjukkan akibat suatu sektor
tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor
tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total.
n
3. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan
Analisa keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan mengukur
akibat dari adanya suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan
output sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung per unit
kenaikan permintaan total.
KDLTi = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan sektor i
29
4. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang
Analisa keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang menyatakan
akibat suatu sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut
baik secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total.
KBLTj =
∑
BLTLj = Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang
αij = Unsur matrik kebalikan Leontief terbuka
3.2.3. Analisis Dampak Penyebaran
Indeks keterkaitan langsung dan tidak langsung baik ke depan maupun ke
belakang di atas belumlah memadai dipakai sebagai landasan pemilihan sektor
kunci. Indikator-indikator tersebut tidak dapat diperbandingkan antar sektor
karena peranan permintaan akhir setiap sektor tidak sama. Oleh karena itu kedua
indeks tersebut haruslah dinormalkan dengan cara membandingkan rata-rata
dampak yang ditimbulkan oleh sektor tersebut dengan rata-rata dampak seluruh
sektor. Analisis ini disebut dampak penyebaran yang terbagi dua yaitu kepekaan
penyebaran dan koefisien penyebaran.
1. Koefisien Penyebaran (Coefficient of Dispersion)
Koefisien penyebaran tersebut juga indeks daya penyebaran ke belakang.
Analisa ini menunjukkan koefisien kaitan yang memberikan gambaran tentang
pengaruh yang ditimbulkan oleh suatu unit permintaan akhir untuk semua sektor
didalam suatu sistem perekonomian. Koefisien penyebaran merupakan keterkaitan
jumlah seluruh koefisien matrik kebalikan Leontief. Secara matematis dituliskan
dalam bentuk rumus sebagai berikut:
Pdj =
Pdj = Koefisien penyebaran sektor j
ij = Unsur matrik kebalikan Leontief
2. Kepekaan Penyebaran (Sensitivity of Dispersion)
Kepekaan penyebaran disebut juga indeks daya penyebaran ke depan.
Kepekaan penyebaran ini memberikan gambaran tentang pengaruh yang timbul
oleh suatu unit permintaan akhir terhadap semua sektor di dalam perekonomian.
Kepekaan penyebaran merupakan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke
depan yang dinormalkan dengan jumlah sektor dam jumlah seluruh koefisien
matrik kebalikan Leontief. Secara matematis analisis ini dapat dapat dinyatakan
sebagai berikut:
Sdi = Kepekaan penyebaran sektor i
31
3.2.4. Elastisitas Input-Output
Elastisitas input-output menyediakan pandangan baru untuk penentuan
sektor prioritas. Pendekatan ini dianggap lebih baik daripada analisis keterkaitan
dan analisis multiplier karena memperhitungkan share suatu sektor dalam output.
Pendekatan ini mempermudah policy makers untuk berkonsentrasi tidak hanya
pada nilai-nilai keterkaitan dan multiplier tertinggi tetapi juga pada share suatu
sektor ekonomi.
1. Elastisitas Output
Elastisitas Output adalah perubahan persentase dalam total output suatu
sektor akibat adanya perubahan persentase pada permintaan akhir sektor lainnya.
Secara matematis analisis ini dapat dapat dinyatakan sebagai berikut:
Elastisitas tenaga kerja adalah perubahan persentase tenaga kerja suatu
sektor akibat adanya perubahan persentase pada permintaan akhir sektor lainnya.
Secara matematis analisis ini dapat dapat dinyatakan sebagai berikut:
i
Elastisitas pendapatan adalah perubahan persentase dalam pendapatan
suatu sektor akibat adanya perubahan persentase pada permintaan akhir sektor
lainnya. Secara matematis analisis ini dapat dapat dinyatakan sebagai berikut:
IV. GAMBARAN UMUM INDUSTRI
4.1. Profil Industri Kertas
Saat ini, jumlah perusahaan di Indonesia yang memproduksi pulp dan
kertas adalah tiga kelompok perusahaan besar. Ketiga produsen besar industri
pulp dan kertas tersebut adalah; Group Sinar Mas, Group Raja Garuda Mas dan
Barito Pasifik. Jumlah perusahaan tersebut belum mampu mencukupi konsumsi
domestik. Untuk memenuhi kebutuhan kertas tersebut, minimal harus ada
tambahan beberapa perusahaan lagi untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri.
Oleh karena itu, sektor industri ini membutuhkan investasi baru atau industri ini
harus meningkatkan efisiensi agar dapat bersaing dengan industri asing, dan dapat
memenuhi kebutuhan kertas dalam negeri yang terancam kekurangan pasokan
dalam sepuluh tahun mendatang (Mansur, 2005).
Menurut Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI), sampai dengan tahun
2003, Indonesia mempunyai 77 perusahaan produsen kertas dan 10 diantaranya
terintegrasi dengan pabrik pulp. Perusahaan-perusahaan tersebut terdiri dari 65
perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), 12 perusahaan Penanaman
Modal Asing (PMA) dan 3 perusahaan negara. Sekitar 64 perusahaan berlokasi di
pulau Jawa, 14 perusahaan di Sumatera dan dua perusahan berlokasi di
Kalimantan. Industri kertas memiliki kapasitas total sebesar 10,045,580 ton yang
terdiri dari kapasitas terpasang perusahaan swasta-negara sebesar 337.900 ton,
investasi dalam negeri swasta sebesar 5.041.180 ton, dan investasi luar negeri
Tabel 4.1. Profil Industri Pulp dan Kertas Indonesia Tahun 2003
Sumber : Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia, 2003.
4.2. Perkembangan Industri Kertas
Industri kertas tumbuh dan berkembang lebih baik bila dibandingkan
dengan kebanyakan industri lain di Indonesia, hal ini terjadi didasarkan pada
ketersediaan bahan baku dan upah tenaga kerja yang murah di dalam negeri.
Industri-industri yang mengandalkan bahan baku impor tetap mengalami
kemerosotan pertumbuhan, tetapi industri kertas tetap melanjutkan
perkembangannya dengan pertumbuhan sekitar 9,8 persen pada periode
1997-2001. Pada periode yang sama ekspor kertas juga meningkat sekitar 19,1 persen
per tahun. Sementara konsumsi kertas juga meningkat 4,7 persen per tahun
35
Tabel 4.2. Konsumsi Kertas Per Kapita Penduduk Indonesia Tahun 1993-2003
Tahun Konsumsi Kertas / Kapita
1993 11,1 kg
Sumber: Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia, 2003.
Disamping kinerja yang menggembirakan dalam industri kertas ini, para
investor telah menunjukkan ketertarikan yang kecil pada sektor ini karena industri
ini telah menjadi capital intensive dan birokrasi yang rumit pasca otonomi daerah.
Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) mengkhawatirkan Indonesia akan
mengalami kekurangan pasokan kertas, bila dalam 10 tahun mendatang kapasitas
industri kertas tidak bertambah. Masalahnya setiap tahun konsumsi kertas dalam
negeri terus meningkat dengan angka rata-rata sekitar 6 persen per tahun. Pada
tahun 2003 kapasitas produksi yang dimiliki industri kertas baru sekitar mencapai
10,3 juta ton pertahun sedangkan konsumsi per kapitanya pada akhir 2003 telah
mencapai 25 Kg (Tabel 4.2). Nilai konsumsi per kapita ini memang lebih kecil
bila dibandingkan dengan negara lain contohnya Malaysia yang sudah mencapai
ratusan kilogram per kapita, namun jika kebutuhan kertas di dalam negeri naik
hingga mencapai 50 Kg per kapita, industri kertas harus mengimpor kertas senilai
meningkat maka harus ada investasi baru atau industri yang ada harus
meningkatkan efisiensi.
4.3. Integrasi Vertikal dan Pasar Industri Kertas Indonesia
Di Indonesia industri kertas mempunyai karakteristik sebagai industri
skala besar. Dari 77 perusahaan kertas pada tahun 2003, tujuh diantaranya adalah
perusahaan kertas yang terintegrasi (tabel 4.1). Kapasitas terpasang industri pulp
yang terintegrasi dengan perusahaan kertas mencapai 66,08 persen dari total
kapasitas terpasang seluruh industri pulp. Sedangkan kapasitas terpasang industri
kertas pada perusahaan pulp dan kertas yang terintegrasi mencapai 21,32 persen
dari keseluruhan kapasitas terpasang industri kertas.
Industri kertas yaitu khususnya perusahaan-perusahaan besar dalam
industri ini mempunyai kecenderungan untuk berintegrasi dengan perusahaan
penyedia bahan baku yaitu industri pulp. Dengan kecenderungan ini hampir
seluruh output industri pulp disalurkan pada industri kertas didalam negeri
sedangkan ekspor hanya merupakan pasar kedua. Integrasi vertikal ini dianggap
penting karena integrasi vertikal oleh perusahaan kertas akan meningkatkan
efisiensi perusahaan dalam industri kertas tersebut karena dapat mengamankan
pasokan bahan baku dan meminimumkan biaya transaksi dalam rangka untuk
mengantisipasi pertumbuhan permintaan terhadap produk kertasnya (Karseno dan
Mulyaningsih, 2002)
Dilihat dari pangsa produksi dan ekspor penguasaan jaringan pasar luar
37
Meskipun demikian beberapa (grup) perusahaan telah mencoba menembus pasar
luar negeri, terutama pasar Asia, dengan melakukan ekspansi ke negara-negara di
kawasan ini. Kelompok Sinar Mas memasuki pasar Asia dengan mendirikan
kelompok perusahaan melalui bendera APP (Asia Pulp and Paper) di negara
Singapura, Cina, Malaysia, dan India. Begitu juga dengan Tanoto dan Tanjung
Enim Lestari (TEL) yang mengibarkan bendera APRIL (Asia Pacific Resources
International Holding Ltd.). Kedua kelompok ini memilih Singapura sebagai
kantor pusat perusahaan mereka.
Pentingnya jaringan pemasaran lebih dipicu terutama menjelang
diberlakukan pasar bebas di kawasan Asia Tenggara (AFTA) tahun 2003 dan
kawasan Asia Pasifik (APEC) tahun 2010. Pasar bebas tersebut akan memaksa
para produsen pulp dan kertas Indonesia untuk mampu bersaing memperebutkan
pasar Asia Pasifik yang terbuka. Kawasan Asia Pasifik merupakan kawasan
dengan pasar pulp terbesar di dunia. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis
mengenai kondisi pasar luar negeri terutama pasar Asia dan bagaimana strategi
untuk memasuki dan mengembangkan pasar di kawasan tersebut. Selain itu pasar
dalam negeri juga perlu dikaji karena merupakan basis untuk memperkuat daya
saing secara nasional (Rosadi dan Vidyatmoko, 2002).
4.4. Profil Beberapa Perusahaan Kertas Indonesia
Sampai dengan tahun 2003 dalam industri kertas terdapat tiga perusahaan
yang memiliki proporsi kapasitas pabrik terhadap kapasitas total industri yang
20,5 persen dari total kapasitas industri, kemudian disusul oleh PT. Pindo Deli &
Paper Mills sebesar 14.2 persen, dan perusahaan ketiga adalah PT. Pabrik Kertas
Tjiwi Kimia dengan proporsi sebesar 10,1 persen (Tabel 4.3). Tiga perusahaan
pemilik kapasitas terbesar tersebut dimiliki oleh group yang sama yaitu Sinar Mas
Group. Selain ketiga perusahaan itu group Sinar Mas masih mempunyai
perusahaan kertas lainnya yaitu PT. Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry yang
berlokasi di Langsa, NAD. Keempat perusahaan yang tergabung dalam group
Sinar Mas ini memiliki karaktristik yang sama yaitu semuanya merupakan
perusahaan kertas yang terintegrasi vertikal dengan pabrik kertasnya.
Tabel 4.3. Kapasitas Terpasang Perusahaan Industri Kertas Tahun 2003
Nama Perusahaan Kapasitas Terpasang (Ton)
Persentase (%) PT. Indah Kiat Pulp& Paper Corp 2.111.000 20,5
PT. Pakerin 700.000 6,8
PT. Aspex Kumbong 430.000 4,2
PT. Ekamas Fortuna 150.000 1,4
PT. Fajar Surya Wisesa 500,000 4,8
PT. Pindo Deli Pulp & Paper Mills 1.465.000 14,2
PT. Riau Andalan Kertas 350.000 3,4
PT. Surabaya Agung 486.800 4,7
PT. Tanjungenim Lestari Pulp & Paper 450.000 4,4
PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia 1.044.000 10,1
PT. Pelita Cengkareng Paper Co. 157.800 1,5