• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kontribusi sektor industri pariwisata terhadap perekonomian provinsi Jawa Barat (analisis input-output tahun 2003)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis kontribusi sektor industri pariwisata terhadap perekonomian provinsi Jawa Barat (analisis input-output tahun 2003)"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KONTRIBUSI SEKTOR INDUSTRI PARIWISATA

TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI JAWA BARAT

(ANALISIS INPUT-OUTPUT TAHUN 2003)

OLEH DIAN NURDIANA

H14070012

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(2)

RINGKASAN

DIAN NURDIANA. Analisis Kontribusi Sektor Industri Pariwisata Terhadap Perekonomian Provinsi Jawa Barat (Analisis Input-Output) (dibimbing oleh

DIDIN S. DAMANHURI).

Sektor Pariwisata saat ini sudah menjadi kebutuhan bagi masyarakat negara maju maupun negara berkembang, hal tersebut menjadikan sektor pariwisata sebagai katalisator pembangunan ekonomi provinsi Jawa Barat. PDRB pada Tahun 2007 sampai 2009 kian meningkat dengan merubah posisi dari peringkat kelima menjadi peringkat keempat, ini mengindikasikan bahwa sektor pariwisata merupakan salah satu sektor unggulan provinsi Jawa Barat yang berpotensi besar sehingga perlunya untuk dikembangkan dalam perekonomian, tanpa mengabaikan sektor-sektor ekonomi lainnya.

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah (1) Menganalisis kontribusi sektor pariwisata terhadap perekonomian dan keterkaitannya dengan sektor-sektor lain di Provinsi Jawa Barat, (3) Menganalisis seberapa besar kontribusi sektor pariwisata terhadap laju pertumbuhan output, pendapatan dan tenagakerja. Penelitian ini menggunakan metode analisis Input-Output (I-O). Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu Tabel Input-Output Provinsi Jawa Barat Tahun 2003 klasifikasi 86 sektor yang diagregasi menjadi 13 dan 10 sektor. Pengolahan data dengan menggunakan bantuan software I-O Analysis for Practitioners dan Microsoft Excell 2007. Penelitian ini mengambil topik yang melingkupi pariwisata Jawa Barat. Penelitian dilakukan dengan pengambilan data dari berbagai sumber diantaranya Badan Pusat Statistik Pusat dan Provinsi Jawa Barat, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat, Departemen Transmigrasi dan Tenagakerja Provinsi Jawa Barat, buku-buku, internet dan berbagai media informasi lainnya. Lokasi penelitian berada di Kota Bandung. Waktu pengambilan dan pengolahan data dilakukan mulai Maret 2011.

Hasil penelitian memperlihatkan kontribusi sektor pariwisata dalam perekonomian Provinsi Jawa Barat terhadap pembentukan permintaan total dan permintaan akhir, menempati urutan ketiga dari kesepuluh sektor. Permintaan antara sektor pariwisata menempati urutan keenam dan untuk konsumsi rumahtangga adalah urutan ketiga diantara sektor-sektor lainnya. Dalam hal pembentukan nilai tambah bruto dan struktur investasi menempati urutan kelima, serta untuk ekspor netto menempati urutan keempat.

(3)

Hasil analisis pengganda (multiplier) pada Tabel I-O menunjukkan bahwa sektor pariwisata baik untuk tipe I dan tipe II pada pengganda (multiplier) output menempati urutan kelima dan pengganda (multiplier) pendapatan urutan keempat. Sedangkan untuk multiplier tenagakerja berada pada urutan ke delapan. Hal tersebut menunjukkan bahwa sektor pariwisata mampu meningkatkan output dan pendapatan yang seimbang bagi tenagakerja dan perusahaan. Berbeda halnya dengan kontribusi sektor tersebut terhadap tenagakerja yang rendah, sehingga perlunya peningkatan investasi yang bersifat padat karya.

(4)

ANALISIS KONTRIBUSI SEKTOR INDUSTRI PARIWISATA

TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI JAWA BARAT

(ANALISIS INPUT-OUTPUT TAHUN 2003)

Oleh

DIAN NURDIANA H14070012

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(5)

Judul Skripsi : Analisis Kontribusi Sektor Industri Terhadap Perekonomian Provinsi Jawa Barat (Analisis Input-Output Tahun 2003)

Nama Mahasiswa : Dian Nurdiana

NIM : H14070012

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Didin S. Damanhuri S.E, M.S, D.E.A. NIP. 1952 0408 1984031001

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Juli 2011

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Dian Nurdiana, lahir pada tanggal 16 Agustus 1989 di Kuningan, Jawa Barat. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara, dari pasangan Ujang Harun dan Hayatiningsih. Penulis menamatkan pendidikan sekolah di MI PUI Karangmangu pada tahun 2001, kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 1 Jalaksana dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2004 penulis melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 1 Jalaksana, Kuningan Jawa Barat, dan lulus pada tahun 2007.

(8)

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr.wb.

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Sektor Industri Pariwisata Terhadap Perekonomian Provinsi Jawa Barat (Analisis Input-Output Tahun 2003)”. Penulisan skripsi ini dilatar belakangi oleh letak geografis yang berbatasan dengan laut, sehingga Jawa Barat mempunyai potensi yang baik dalam pariwisata air. Selain itu, daerah tersebut juga berbatasan langsung dengan ibu kota Indonesia yaitu Jakarta, sehingga berada pada posisi strategis yang dapat memudahkan dalam perhubungan dan komunikasi. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini dapat terselesaikan berkat semangat, doa, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof Dr. Didin S. Damanhuri S.E, M.S, D.E.A. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan ilmu dan membimbing penulis dengan sabar dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.

2. Dr. Ir. Sri Mulatsih. M.Sc. Agr. dan Dr. Muhammad Findi Alexandi, M.E., Selaku Dosen Penguji dan Komisi Pendidikan, yang telah memberikan kritikan, saran-saran, dan ilmu yang bermanfaat dalam penyempurnaan skripsi ini.

3. Kedua orang tua penulis, ibunda Hayatiningsih dan ayahanda Ujang Harun atas kasih sayang, doa, pengorbanan, dan dukungan yang sangat berarti bagi penulis sejak menjalani perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.

(9)

5. Keluarga (Mamang Udin, Bi Rini, Dodo, Abah, Mimi Alm.) ketiga adik penulis (Andi, Arif dan Wahyu) seluruh keluarga besar Kuningan dan Banjar yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang senantiasa selalu memberikan semangat, dorongan moril, dan doa sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini.

6. Sahabat-sahabat penulis Apriyessa, Hendry, Derry, Yoga, Depy dan teman

sekosan Wisma Aria (Rona, k’Yayat, Ruli, Bams, k’Herman, Om) yang telah

membimbing serta memberi dorongan semangat kepada penulis.

Mahasiswa-mahasiswi IE 44, HIMARIKA (Himpunan Mahasiswa Aria Kamuning-Kuningan), serta seluruh teman seperjuangan yang telah memberikan semangat bagi penulis.

7. Seluruh pihak dan instansi yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan. Dengan segala kerendahan hati, penulis meminta maaf dan mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun bagi perbaikan penulis.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua pihak yang membutuhkan umumnya.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Bogor, Juli 2011

(10)

DAFTAR ISI

2.2. Peran Pariwisata dalam Ekonomi Industri ... 10

2.3. Kontribusi Pariwisata terhadap Pembangunan Ekonomi ... 12

2.3.1. Peran Pariwisata dalam Penciptaan Kesempatan Kerja ... 15

2.3.2. Konsep Pendapatan dalam Pertumbuhan Ekonomi ... 17

2.4. Penelitian Terdahulu ... 18

2.5. Dasar Teori ... 22

2.5.1. Model Input Output ... 22

2.5.1.1Analisis Keterkaitan ... 22

2.5.1.2. Analisis Dampak Penyebaran ... 23

(11)

3.1.2. Metode Analisis Data ... 29

3.3.1. Analisis Keterkaitan digunakan untuk menganalisis Keterkaitan Antar Sektor Unggulan ... 30

3.3.1.1. Keterkaitan Langsung ke Depan ... 30

3.3.1.2. Keterkaitan Langsung ke Belakang ... 31

3.3.1.3. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan... 31

3.3.1.4. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang ... 31

3.2. Analisis Dampak Penyebaran ... 32

3.2.1. Kepekaan Penyebaran ... 32

3.2.1. Koefisien Penyebaran ... 33

3.3. Analisis Pengganda (Multiplier) digunakan untuk menganalisis Output, Pendapatan, dan Tenagakerja ... 33

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT 4.1. Kondisi Geografis ... 35

4.2. Kondisi Kependudukan Jawa Barat ... 36

4.3. Perekonomian Jawa Barat ... 39

4.4. Kondisi Pariwisata Jawa Barat ... 41

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Struktur Perekonomian Provinsi Jawa Barat Tahun 2003 ... 44

5.1.1. Struktur Permintaan dan Penawaran ... 44

5.2. Analisis Keterkaitan dan Dampak Penyebaran ... 54

5.2.1. Keterkaitan Langsung dan Tak Langsung ke Depan dan ke Belakang ... 54

(12)

5.2.2.1. Koefisien Penyebaran ... 59

5.2.2.2. Kepekaan Penyebaran ... 60

5.3. Analisis Pengganda (Multiplier) ... 62

5.3.1. Pengganda Output ... 63

5.3.2. Pengganda Pendapatan ... 67

5.3.3. Pengganda Tenagakerja ... 69

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 75

6.2. Saran ... 76

VII. DAFTAR PUSTAKA ... 77

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1.1. Jumlah Wisata Mancanegara Tahun 2008-2009 ... 2

1.2. Indikator Perhotelan Jawa Barat ... 3

1.3. Perkembangan PDRB Provinsi Jawa Barat 2007-2009 ... 4

1.4. Data Tenagakerja yang bekerja pada Sektor Pariwisata Tahun 2009 ... 5

2.1. Penelitian-Penelitian Terdahulu ... 21

3.1. Rumus Pengganda Output dan Pendapatan... 34

4.1. Jumlah Penduduk berdasarkan jenis kelamin di Provinsi Jawa Barat Tahun 2005-2009 ... 37

4.2. Jumlah Pencari Pekerjaan Provinsi Jawa Barat Tahun 2009 ... 38

4.3. Indikator Makro Ekonomi Regional Jawa Barat Tahun 2003-2010 ... 39

4.4. Perekonomian Jawa Barat Tahun 2008-2010 ... 41

4.5. Pertumbuhan Kunjungan Wisatawan di Provinsi Jawa Barat Tahun 2005-2009 ... 43

5.1. Struktur Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Jawa Barat... 45

5.2. Konsumsi Rumahtangga Terhadap Sektor Perekonomian Jawa Barat ... 47

5.3. Investasi Sektor-Sektor Perekonomian Jawa Barat... 49

5.4. Ekspor dan Impor Sektor-Sektor Perekonomian Jawa Barat ... 50

5.5. Nilai Tambah Bruto Sektor-Sektor Perekonomian Jawa Barat... 53

5.6. Keterkaitan Langsung dan Keterkaitan Tidak Langsung ke Depan dan ke Belakang Sektor Perekonomian Jawa Barat ... 56

5.7. Keterkaitan Langsung dan Keterkaitan Tidak Langsung ke Depan dan ke Belakang Subsektor Perekonomian Jawa Barat ... 58

5.8. Koefisien Penyebaran Sektor-Sektor Perekonomian Jawa Barat... 59

5.9. Koefisien Penyebaran Subsektor Perekonomian Jawa Barat ... 60

5.10. Kepekaan Penyebaran Sektor-Sektor Perekonomian Jawa Barat ... 61

5.11. Kepekaan Penyebaran Subsektor Perekonomian Jawa Barat ... 62

5.12. Pengganda Output Sektor-Sektor Perekonomian Jawa Barat ... 65

(14)

5.14. Pengganda Pendapatan Sektor-Sektor Perekonomian Jawa Barat ... 68

5.15. Pengganda Pendapatan Subsektor Perekonomian Jawa Barat ... 69

5.16. Pengganda Tenagakerja Sektor-Sektor Perekonomian Jawa Barat ... 72

(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

2.1. Pengaruh Pariwisata Alam terhadap Pertumbuhan ... 14

2.2. Fungsi Produksi Neo-Klasik ... 16

2.3. Alur Kerangka Pemikiran ... 28

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Klasifikasi 10 Sektor, 13 Sektor, dan 86 Sektor Tabel

Input-Output Jawa Barat Tahun 2003. Kode I-O ... 79

2 Matriks Koefisien Teknis Klasifikasi 13 Sektor ... 83

3 Matriks Koefisien Teknis Klasifikasi 10 Sektor ... 84

4 Matriks Kebalikan Leontief Terbuka Klasifikasi 13 Sektor ... 85

5 Matriks Kebalikan Leontief Terbuka Klasifikasi 10 Sektor ... 86

6 Backward Open Total Requirements Klasifikasi 13 Sektor ... 87

7 Forward Open Total Requirements Klasifikasi 13 Sektor... 88

8 Backward Open Total Requirements Klasifikasi 10 Sektor... 89

9 Forward Open Total Requirements Klasifikasi 10 Sektor... 90

10 Multiplier Output Klasifikasi 13 Sektor... 91

11 Multiplier Pendapatan Klasifikasi 13 Sektor ... 92

12 Multiplier Tenagakerja Klasifikasi 13 Sektor ... 93

13 Multiplier Output Klasifikasi 10 Sektor... 94

14 Multiplier Pendapatan Klasifikasi 10 Sektor ... 95

(17)

I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Pariwisata merupakan kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Bagi sebagian besar manyarakat negara maju dan sebagian masyarakat negara sedang berkembang, pariwisata merupakan kebutuhan mendasar. Dalam kondisi yang seperti ini akan banyak sekali pertukaran dari berbagai bidang seperti ekonomi, kebudayaan maupun sosial dan lain-lain. Dibidang Ekonomi Pariwisata memberi pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi negara1. Sehingga dapat diprediksi bahwa sektor pariwisata akan berfungsi sebagai katalisator pembangunan (agent of development) sekaligus akan mempercepat proses pembangunan itu sendiri.

World Tourism and Trade Council (WTTC) menerangkan bahwa sektor pariwisata saat ini merupakan industri terbesar di dunia, sektor ini telah menjadi salah satu penggerak utama perekonomian abad 21. Perkembangan industri pariwisata saat ini mengambil peran penting dalam pembangunan perekonomian bangsa-bangsa di dunia2. Menurut World Tourism Organization (WTO) memperkirakan mobilitas wisatawan dunia akan mencapai angka 1 milyar wisatawan pada tahun 2010. Berdasarkan prediksi WTO dalam hal distribusi

1

Damanik J & Weber H. F. 2006. Perencanaan Ekowisata Teori dan Aplikasi. Andi Offset. Yogyakarta. Bab 1 Sistem Kepariwisataan. Hal 1.

2

(18)

pasar wisatawan internasional, kawasan Asia Pasifik (termasuk Indonesia di dalamnya) akan menjadi kawasan tujuan wisata utama yang mengalami pertumbuhan paling tinggi diantara kawasan-kawasan lain di dunia3.

Tabel 1.1 Jumlah Wisatawan Mancanegara Tahun 2008-2010

Negara Jumlah Wisatawan Mancanegara (Juta) Pertumbuhan (Persen)

2008 2009 2010 2009 2010 Sumber: Tourism Highlight 2010, UN- WTO 2010.

Kementrerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia tahun 2010.

Terlihat dalam Tabel 1.1, dimana Indonesia memiliki daya tarik wisata yang cukup diminati oleh wisatawan asing, dengan masuk lima besar diantara negara-negara tetangganya di kawasan Asia Pasifik. Total peningkatan pertumbuhan kunjungan wisatawan mancanegara di Indonesia terus meningkat dari tahun 2009 sampai tahun 2010. Ini mengindikasikan bahwa betapa besar persaingan antar negara-negara dalam hal peningkatan industri pariwisata.

Indonesia merupakan Negara dengan ± 18.110 pulau yang dimiliki dan dengan garis pantai sepanjang 108.000 km. Dan potensi-potensi alam yang tidak dimiliki negara lain potensi alam ini diantaranya keanekaragaman flora dan fauna, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, serta seni dan budaya yang

3

(19)

semuanya itu merupakan sumber daya dan modal yang besar artinya bagi usaha pengembangan dan peningkatan kepariwisataan4.

Indonesia tidak perlu merasa takut dengan persaingan yang ada diantara negara-negara kawasan asia pasifik, karena dengan keanekaragaman budaya yang dimiliki negara ini sangatlah kuat dan unik sehingga memungkinkan sektor industri pariwisata ini bisa langsung menuju pasar yang potensial dan mampu bersaing ketat. Sektor Industri Pariwisata mempunyai peranan penting dalam perekonomian nasional dan regional, baik sebagai sumber devisa negara maupun sumber lapangan kerja bagi masyarakat kota dan desa sekaligus melestarikan alam dan nilai budaya suatu bangsa.

Provinsi Jawa Barat merupakan sebuah provinsi yang berada di bagian barat pulau Jawa. Provinsi ini mempunyai beraneka ragam potensi alam yang beberapa diantaranya memiliki kualitas dan mempunyai daya tarik tinggi5.

Tabel 1.2 Indikator Perhotelan Jawa Barat tahun 2006-2010

Tingkat Hunian Kamar 2006 2007 2008 2009 2010 Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, 2010.

4

Santri, Arisa. 2009. Analisis Potensi Sektor Pariwisata untuk meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat Provinsi Bali. [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Bogor. Hal 1.

5

(20)

Berdasarkan Tabel 1.3, kinerja sektor pariwisata yang meliputi pengangkutan, hotel, restoran, serta hiburan dan rekreasi diperkirakan tumbuh 4,53 persen signifikan dibandingkan periode sebelumnya. Dengan bertambahnya hunian hotel pada setiap tahunya, dan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Objek Wisata Provinsi Jawa Barat yang mengindikasikan semakin bertambahnya kontribusi sektor tersebut pada perekonomian provinsi.

Tabel 1.3 Perkembangan PDRB Provinsi Jawa Barat Periode 2007-2009 (dalam juta rupiah)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, 2009 (diolah).

Peningkatan PDRB subsektor hotel diperkirakan tumbuh 15,94 persen, sedangkan nilai tambah PDRB subsektor restoran diperkirakan tumbuh 13,9 persen, sehingga total PDRB Jawa Barat dari semua sektor ekonomi mencapai Rp. 652.028.096,20 juta. Sektor Pariwisata tersebut menduduki peringkat kelima setelah sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, sektor pertanian dan sektor jasa-jasa pada tahun 2007, namun seiring berjalannya waktu terbukti bahwa

No Lapangan Usaha 2007 2008 2009

1. Pertanian 62.894.901,66 67.849.463,02 79.896.245,96

2.

Pertambangan dan

Penggalian 12.621.307,33 14.324.383,84 11.469.346,22

3.

Industri

Pengolahan 236.628.971,62 270.551.852,97 275.165.263,96

4.

Listrik, Gas dan

air Bersih 15.414.037,90 16.913.615,94 20.139.266,83 5. Bangunan 18.906.658,93 19.440.247,66 21.226.756,99 6. Perdagangan 87.093.245,44 99.492.792,92 115.341.942,22 7. Komunikasi 4.977.428,36 5.127.200,69 5.546.154,74

8.

Keuangan, Persewaan, dan Jasa perusahaan

15.248.880,12 17.228.056,70 18.802.857,16

9. Jasa-jasa 35.756.450,48 44.124.807,81 50.664.165,07

Pariwisata 28.078.676,49 44.796.685,63 52.776.906,21

10. Hotel 1.998.212,18 2.442,296,92 2.789.367,66 11. Restoran 11.599.666,82 13.203.982,41 14.385.966 12. Pangangkutan 25.809.888,06 31.274.275,68 35.234.181,36

13.

Hiburan dan

Rekreasi 270.576,25 318.427,54 367.391,19

(21)

pada tahun 2008 dan tahun 2009 sektor pariwisata merubah posisinya menjadi peringkat empat menggeser sektor jasa-jasa. Sektor pariwisata tidak menutup kemungkinan akan menggeser sektor-sektor lain dalam hal peningkatan PDRB Provinsi Jawa Barat.

Tabel 1.4 Data Tenagakerja yang bekerja pada Sektor Pariwisata Tahun 2009

No Jenis Pekerjaan Tenaga Kerja (Puluhan)

1. Penginapan Remaja 141

2. Pondok Wisata 1.012

3. Perkemahan 296

4. Restoran, Rumah Makan dan Café 6.035

5. Angkutan Wisata 687

6. Penyediaan sarana Wisata Tirta 720

7. Kawasan Pariwisata 294

8. Tempat Rekreasi 1.258

9. Tempat Hiburan 3.131

10. Ketangkasan 1.356

11. Olahraga 6.255

12. Usaha Perjalanan 1.291

13. Pramuwisata dan Usaha Wisata 388

14. Potensi Wisata dan Daya tarik Wisata 8.858

15. Hotel Bintang dan Melati 27.655

16. Sarana Bidang Pariwisata 28.516

17. Jasa Pariwisata 1.096

18. Objek Daya Tarik Wisata 13.557

19. Permainan umum 7.611

Total 109.509

Sumber: Disparbud Provinsi Jawa Barat, 2009 (diolah).

(22)

dalam setiap tahun, maka tidak menutup kemungkinan Pariwisata di Jawa Barat akan terus tumbuh dan bersaing dengan sektor-sektor lain.

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat beserta jajarannya, berupaya mengarahkan peningkatan sektor ekonomi melalui sektor pariwisata yang didukung oleh sektor kebudayaan, yang menjadi salah satu sektor andalan dan mampu meningkatkan perekonomian, baik dengan melalui peningkatan pendapatan masyarakat, maupun penurunan pengangguran dengan tersedianya lapangan kerja dan penyerapan tenaga kerja secara optimal. Terlihat dari data diatas bahwa kontribusi pariwisata yang meliputi pengangkutan, hotel, restoran, serta hiburan dan jasa rekreasi mampu memberikan kontribusinya yang cukup besar terhadap pertumbuhan perekonomian Provinsi Jawa Barat.

I.2. Perumusan Masalah

Pembangunan ekonomi tercermin dari terciptanya keadaan masyarakat yang sejahtera. Dalam hal ini kesejahteraan dapat diukur dengan tingkat PDRB, dan tingkat Penyerapan tenaga kerja suatu negara. Jumlah PDRB provinsi Jawa Barat Tahun 2009 didominasi oleh sektor industri pengolahan, dan disusul oleh sektor perdagangan. Sedangkan sektor pariwisata (pengangkutan, hotel, restoran, serta hiburan dan rekreasi) berada pada posisi keempat.

(23)

Tingginya tingkat pengangguran Jawa Barat disebabkan oleh tidak seimbangnya laju pertumbuhan angkatan kerja dengan laju pertumbuhan lapangan kerja, sehingga penyerapan tenaga kerja menjadi lebih terbatas.

Berdasarkan uraian diatas bahwa perlu adanya suatu terobosan baru bagi pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam pembuatan strategi kebijakan yang dapat mendukung sebuah pertumbuhan ekonomi yang diikuti dengan tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Strategi kebijakan tersebut bisa melalui peningkatan penyerapan tenaga kerja, peningkatan PDRB, peningkatan Output serta keterkaitan antar sektor yang diunggulkan dalam perekonomian provinsi tersebut. Apalagi sektor industri pariwisata di Provinsi Jawa Barat ini berada pada peringkat empat besar dalam hal pembangunan ekonomi. Sehingga strategi kebijakan pemerintah Jawa Barat seyogyanya dapat memprioritaskan pembangunan pada sektor industri pariwisata, melihat fenomena tersebut peneliti merasa perlu adanya penelitian seberapa jauh kontribusi sektor pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi provinsi Jawa Barat. Adapun permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kontribusi sektor industri pariwisata dalam perekonomian dan keterkaitanya dengan sektor lain di Provinsi Jawa Barat.

(24)

I.3. Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisa peran sektor industri pariwisata dalam struktur perekonomian dan keterkaitanya dengan sektor lain di Provinsi Jawa Barat.

2. Menganalisa peran sektor industri pariwisata terhadap laju pertumbuhan output, pendapatan, dan kesempatan kerja di Provinsi Jawa Barat.

I.4. Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan mengenai kontribusi sektor industri pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi, bagi daerah yang sedang mengalami kemiskinan, kelangkaan lapangan pekerjaan dan tingkat pengangguran yang cukup tinggi seperti di Provinsi Jawa Barat. Dengan demikian penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan pemerintah daerah yang bisa mengatasi masalah kemiskinan, kelangkaan lapangan pekerjaan dan tingkat pengangguran yang relatif tinggi.

I.5. Ruang Lingkup

(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Pariwisata

Pariwisata dianggap sebagai kegiatan perjalanan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat-tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan dari daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara11. Pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan, dan juga persiapan yang dilakukan untuk aktivitas tersebut12.

Dalam uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pariwisata merupakan sebuah perjalanan yang dilakukan oleh setiap individu maupun kelompok dengan tujuan untuk memanjakan diri atau sarana hiburan untuk melepaskan penat yang dialami sehari-hari agar segar kembali. Individu yang melakukan kegiatan wisata sering disebut sebagai wisatawan. Dalam hal tersebut wisatawan dibagi menjadi dua ada wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara.

2.1.2 Wisatawan Nusantara

Wisatawan Nusantara atau domestic tourist adalah penduduk Indonesia yang melakukan perjalanan dalam wilayah geografis Indonesia (perjalanan dalam negeri) secara sukarela dalam jangka waktu kurang dari satu tahun dan bukan untuk tujuan bersekolah atau bekerja, serta sifat perjalanannya bukan rutin (commuting).

11

[UURI] Undang-undang Republik Indonesia No 10. 2009. Kepariwisataan.

12

(26)

2.1.3 Wisatawan Mancanegara

Wisatawan mancanegara adalah setiap orang yang mengunjungi sebuah negara di luar tempat tinggalnya, didorong oleh satu atau beberapa keperluan yang bukan untuk bekerja atau memperoleh penghasilan di tempat yang dikunjungi13. Berikut Klasifikasi wisatawan adalah :

1. Visitor

Visitor atau pengunjung adalah siapa pun yang melakukan perjalanan ke daerah lain di luar lingkungan kesehariannya dalam jangka waktu tidak lebih dari 12 bulan berturut-turut dan tujuan perjalanan tidak untuk mencari nafkah di daerah tersebut.

2. Tourist

Tourist atau wisatawan merupakan pengunjung yang menginap atau pengunjung yang tinggal di daerah tujuan setidaknya satu malam diakomodasi umum ataupun pribadi.

3. Same day visitor

Same day visitor atau pengunjung harian adalah ekskurionis, pengunjung yang tidak bermalam diakomodasi umum atau pribadi di daerah tujuan.

2.2. Peran Pariwisata dalam Ekonomi Industri

Pariwisata adalah suatu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup, serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Pariwisata juga sebagai sektor yang kompleks yang meliputi industri-industri dalam arti klasik

13

(27)

seperti industri kerajinan tangan dan cendramata, penginapan, dan transfortasi sehingga secara ekonomi juga dapat dipandang sebagai industri14.

Berdasarkan uraian diatas menerangkan bahwa pariwisata merupakan sebuah industri. Hal ini dikarenakan aktivitas dari pariwisata yang bisa menghasilkan produk barang dan jasa. Munculnya produk-produk berupa hasil kerajinan tangan, cendramata, transfortasi, bahkan penginapan yang merupakan kebutuhan bagi wisatawan dalam melakukan wisata.

Adanya aktivitas tersebut, maka akan terjadi sebuah interaksi yang saling menguntungkan antara masyarakat sekitar lokasi wisata dan wisatawan. Kemudian ketika kegiatan ini terus berlangsung akan menciptakan keadaan masyarakat yang sejahtera, dimana lapangan kerja di sekitar lokasi wisata akan terbuka, sehingga meningkatkan pendapatan, seiring dengan hal tersebut standar hidup mereka pun akan meningkat dan berujung pada konsumsi masyarakat yang meningkat sehingga dapat menjadi stimulan bagi sektor industri lain dalam hal peningkatan produksinya.

Pengelolaan kepariwisataan yang baik dan berkelanjutan mampu memberikan kesempatan bagi tumbuhnya ekonomi di lokasi wisata. Selain itu penggunaan bahan dan produk lokal dalam proses pelayanan di bidang pariwisata akan memberikan kesempatan kepada industri lokal untuk berperan dalam penyediaan barang dan jasa. Pariwisata juga memberikan stimulan atau

14

(28)

rangsangan kepada industri-industri lain untuk dapat meningkatkan produktivitasnya15.

2.3.Kontribusi Pariwisata terhadap Pembangunan Ekonomi

Menurut Undang-Undang No 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan terdapat pada Pasal 3 dan Pasal 4. Pasal 3 menyebutkan bahwa fungsi pariwisata adalah untuk memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan intelektual setiap wisatawan dengan rekreasi dan perjalanan serta meningkatkan pendapatan negara untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Sedangkan menurut Pasal 4 menyebutkan bahwa, kepariwisataan bertujuan untuk:

1. Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi 2. Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat 3. Menghapus Kemiskinan

4. Mengatasi Pengangguran

5. Melestarikan Alam, Lingkungan, dan Sumber daya 6. Memajukan Kebudayaan

7. Mengangkat Citra Bangsa 8. Memupuk rasa Cinta Tanah Air

9. Memperkukuh Jati diri dan Kesatuan Bangsa 10.Mempererat Persahabatan antar Bangsa

Uraian diatas menyebutkan secara tidak langsung, bahwa melaui pariwisata pertumbuhan ekonomi regional maupun negara akan meningkat seiring

15

(29)

dengan pariwisata yang meningkat, baik dari segi kesempatan kerja maupun dari total pendapatan yang diterima masyarakat sekitar lokasi wisata. Maka perlu adanya upaya dan strategi pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah guna mencapai sebuah pertumbuhan ekonomi.

Pariwisata memberikan kontribusi produk wisata terhadap ekonomi suatu wilayah. Kontribusi tersebut dapat berupa (1) penerimaan dari penjualan produk wisata, (2) pendapatan masyarakat, (3) peluang pekerjaan dan (4) penerimaan pemerintah dari pajak dan retribusi yang akan memberikan manfaat bagi masyarakat lokal.16

Pariwisata dipandang relevan untuk pembangunan ekonomi masyarakat regional, karena:

a. Produk pariwisata dikonsumsi di lokasi wisata, sehingga akan meningkatkan peluang masyarakat untuk menjual barang dan jasa lainnya (diversifikasi ekonomi masyarakat).

b. Pembatasan akses sektor yang bersifat tradisional terhadap pasar internasional, tidak berlaku dalam transaksi pariwisata.

c. Sumberdaya alam dan budaya adalah potensi pariwisata dan merupakan aset yang dimiliki oleh masyarakat.

d. Pariwisata merupakan sektor ekonomi padat karya.

e. Pariwisata memberikan peluang bagi masyarakat untuk berpartisipasi, kerena adanya kaitan yang luas dengan sektor-sektor lainnya.

16

(30)

Pengaruh langsung (primer)

Pengaruh ikutan (sekunder)

Pengaruh tidak langsung (sekunder)

Sumber: Eagles and Mc Cool (2002).

Gambar 2.1. Pengaruh Pariwisata Alam terhadap Pertumbuhan Ekonomi Wilayah

Berdasarkan gambar 2.1, pengaruh pariwisata terhadap ekonomi wilayah merupakan penjumlahan pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung dan pengaruh ikutan. Pengaruh primer atau langsung adalah perubahan jumlah penjualan, pendapatan, pekerjaan dan penerimaan pada usaha penerima awal/pertama pembelanjaan pengunjung. Pengaruh sekunder adalah perubahan dalam aktivitas ekonomi wilayah yang dihasilkan oleh penerimaan dari pembelanjaan pengunjung.

a. Pengaruh tidak langsung adalah perubahan jumlah penjualan, pendapatan, pekerjaan dan penerimaan di sektor-sektor yang mensuplai barang dan jasa (backward linked industries) kepada komponen usaha penerima awal/pertama pembelanjaan pengunjung.

b. Pengaruh ikutan, perubahan dalam aktivitas ekonomi wilayah yang dihasilkan oleh pembelanjaan rumahtangga (household spending). Rumahtangga membelanjakan pendapatannya yang bersumber dari upah atau gaji diberbagai komponen usaha yang dipengaruhi oleh keberadaan pariwisata17.

17

Eagles, Paul F. J, 2002 Trends in Park Tourism : Economics, Finance and Management. [Jurnal]. Austria. Hal 40.

Tourist spending Bisnis pariwisata lokal

Bisnis lokal lainnya Upah bekerja

(31)

2.3.1 Peran Pariwisata dalam Penciptaan Kesempatan Kerja

Kesempatan kerja merupakan jumlah lapangan kerja dalam satuan orang yang dapat disediakan oleh seluruh sektor ekonomi dalam kegiatan produksi. Dalam arti luas kesempatan kerja tidak hanya menyangkut jumlahnya, tetapi juga kualitasnya18. Penggolongan lapangan usaha atau industri menurut Badan Pusat Statistik adalah sebagai berikut:

1. Pertanian, perburuan, kehutanan, dan perikanan, 2. Pertambangan dan penggalian,

3. Industri pengolahan, 4. Listrik, gas, dan air, 5. Bangunan

6. Perdagangan, rumah makan, dan hotel, 7. Pengangkutan/pergudangan dan komunikasi,

8. Keuangan, asuransi dan perdagangan benda tak bergerak/usaha persewaan bangunan, tanah, jasa, perusahaan,

9. Jasa-jasa kemasyarakan, sosial, dan pribadi.

Munurut Undang-Undang No 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Tenagakerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.

18

(32)

Sektor Industri Pariwisata mendatangkan banyak kesempatan kerja bila dibandingkan dengan sektor-sektor lainya, karena sektor industri pariwisata ini umumnya berorientasi pada penjualan jasa. Dan pariwisata ini menggunakan input padat karya bukan padat modal sehingga tenagakerja yang terserap lebih banyak19. Berdasarkan uraian diatas bahwa peran pariwisata dalam penciptaan kesempatan kerja adalah berkaitan erat. Pariwisata sebagai pengguna input padat karya karena pariwisata tersebut berorientasi pada penjualan jasa, yang dapat meningkatkan jumlah tenagakerja dan kesempatan kerja. Hal tersebut dapat dilihat dengan teori yang di kemukakan Neo-Klasik sebagai berikut.

Gambar 2.2 Fungsi Produksi Neo-Klasik

Berdasarkan gambar 2.2, teori pertumbuhan Neo-Klasik mengemukakan bahwa, fungsi produksi ditunjukkan oleh M1 dan M2. Dengan melihat hubungan yang seperti itu maka tingkat produksi dan jumlah tenagakerja dapat ditingkatkan tanpa merubah modal yang diperlukan. Sehingga dalam kondisi seperti ini, sama

19

Wahab, Salah Ph.D. 1992. Manajemen Kepariwisataan. PT. Pradya Paramita. Jakarta. Hal 88. Tenagakerja

K3

K2

K1

L1

0

Modal

M1 M2

(33)

halnya dengan uraian tersebut mirip dengan sektor industri pariwisata yang berorientasi pada padat karya.

2.3.2 Konsep Pendapatan dalam Pertumbuhan Ekonomi

Pendapatan merupakan nilai produksi barang-barang dan jasa yang diciptakan dalam suatu perekonomian dalam masa satu tahun20. Pendapatan regional adalah pendapatan masyarakat pada wilayah analisis yang hanya mempunyai nilai tambah dari kegiatan produksi. Sehingga nilai tambah ini dapat mengukur tingkat kemakmuran masyarakat setempat dengan asumsi seluruh pendapatan itu dinikmati masyarakat setempat21.

Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari adanya peningkatan dalam GDP(Gross Domestic Product). Peningkatan GDP merupakan indikator adanya peningkatan pendapatan per kapita yang merupakan pendapatan masyarakat22.

Pendapatan per kapita merupakan pendapatan rata-rata penduduk disuatu wilayah tertentu. Pendapatan tersebut berasal dari pendapatan yang mempunyai nilai tambah. Nilai tambah menggambarkan indikator dari kemakmuran masyarakat. Sehingga dengan meningkatnya pendapatan per kapita maka, akan meningkatkan GDRP (Gross Domestic Regional Product) suatu wilayah. Dengan demikian peningkatan GDRP yang merupakan total produksi akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah.

20

Sukirno S. 1985. Ekonomi Pembangunan. Fakultas Ekonomi UI. Jakarta. Hal 17.

21

Tarigan S. 2006. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Bumi Aksara. Jakarta. Hal. 13.

22

(34)

Dalam menghitung pendapatan dapat digunakan tiga pendekatan diantarnya adalah:

a. Pendekatan Produksi (production approach)

Dalam pendekatan ini pendapatan dihitung dari jumlah nilai akhir barang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat dalam suatu perekonomian pada periode tertentu.

b. Pendekatan Pendapatan (income approach)

Dalam pendekatan ini pendapatan dihitung dari semua pendapatan masing-masing pendapatan faktor produksi yaitu pendapatan dari tanah, modal, tenagakerja, dan kewirausahaan. c. Pendekatan Pengeluaran (expenditure approach)

Dalam pendekatan ini pendapatan dihitung dengan menggunakan pendekatan pengeluaran yaitu dengan menjumlahkan seluruh pengeluaran yang dilakukan oleh semua pelaku ekonomi, baik rumahtangga, perusahaan, pemerintah, dan sektor luar negeri.

2.4. Penelitian Terdahulu

(35)

wisatawan, sebaliknya ketika suatu keamanan di Indonesia kondusif maka akan meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Indonesia23.

Penelitian tentang Analisis Potensi Sektor Pariwisata untuk meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat Provinsi Bali menunjukkan bahwa, berdasarkan analisis sektor pariwisata memiliki peran yang relatif besar terhadap struktur perekonomian provinsi Bali dengan posisi sektor pariwisata menduduki peringkat pertama diantara sektor-sektor lain. Hasil analisis keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang, subsektor travel dan biro yang memiliki nilai terbesar. Hasil analisis tehadap dampak penyebaran sektor menunjukkan bahwa kepekaan penyebaran lebih besar dibandingkan dengan koefisien penyebaran. Dan Subsektor travel biro memiliki nilai koefisien penyebaran tertinggi24.

Penelitian tentang Analisis Peranan sektor Pariwisata terhadap Perekonomian Kota Bandung menunjukkan bahwa, sektor pariwisata mempunyai peranan yang cukup besar terhadap perekonomian Kota Bandung yang terlihat dari kontribusi yang berada pada posisi tiga besar diantara sektor yang lain. Hasil analisis keterkaitan menunjukkian bahwa, sektor pariwisata lebih mengalokasikan outputnya untuk digunakan sebagai input pada sektor lain. Sedangkan hasil analisis dampak penyebaran menunjukkan bahwa, sektor pariwisata mampu meningkatkan pertumbuhan sektor hilirnya. Dan sektor

23

Ardiansyah Deni. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara di Indonesia. [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Bogor. Hal 47-76.

24

(36)

pariwisata di Kota Bandung ini memberikan dampak multiplier yang positif terhadap perekonomian Kota Bandung lainnya25.

Penelitian Analisis tentang Dayasaing dan Pengaruh Industri Pariwisata terhadap Perekonomian Daerah menunjukkan bahwa, potensi sektor pariwisata di Kabupaten Bogor cukup menjanjikan. Dimana hasil analisis yang menunjukkan dayasaing industri pariwisata Kabupaten Bogor mengalami perkembangan (trend) dari Human Tourism Indicator, Price Competitipness Indicator, Human Resources Indicator, dan Social Development Indicator sejak tahun 2004 hingga 2008 yang terus meningkat. Hasil analisis menunjukkan bahwa jumlah kunjungan wisatawan, pajak hiburan dan jumlah hotel di Kabupaten Bogor berpengaruh positif dan signifikan terhadap PAD (Pendapatan Asli Daerah) Kabupaten tersebut26. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah dari cakupan wilayahnya, yaitu penelitian-penelitian ini dilakukan pada wilayah provinsi. Ada yang cakupan wilayahnya provinsi tapi, penelitian ini berbeda provinsi dengan penelitian sebelumnya. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis input-output 2003, sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan Ordinary Least Square (OLS) dan Competititveness Monitor (CM) dengan permasalahan yang berbeda. Berikut disajikan secara singkat dalam Tabel.

25

Partika Agnes. 2010. Analisis Peranan sektor Pariwisata terhadap Perekonomian Kota Bandung. [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Bogor. Hal 50-76.

26

(37)

Nama Judul Metodologi Penelitian Hasil Penelitian

Menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh besar terhadap peningkatan jumlah kunjungan wisatawan di Indonesia adalah jumlah akomodasi, jumlah biro perjalanan wisata dan situasi keamanan di negara tersebut

Santri (2009) Analisis Potensi Sektor Pariwisata untuk meningkatkan Kesempatan kerja dan Pendapatan masyarakat Provinsi Bali

Analisis Tabel IO tahun 2007

Menunjukkan bahwa sektor pariwisata berada pada posisi pertama dalam struktur perekonomian Provinsi Bali. Dalam analisis keterkaitan, travel dan biro menunjukkan angka tertinggi sedangkan untuk analisis penyebaran, hotel berbintang yang memiliki nilai tertinggi.

Agnes (2010) Analisis Peranan Sektor Pariwisata terhadap Perekonomian Kota Bandung

Analisis Tabel IO tahun 2003

Menunjukkan bahwa sektor pariwisata cukup berperan dalam perekonomian kota Bandung. Pariwisata menduduki peringkat tiga besar dalam perananya terhadap perekonomian kota Bandung, kemudian analisis multiplier menunjukkan dampak yang positif, sehingga pariwisata mampu menyediakan input bagi sektor lain.

Sholeh (2010) Analisis Dayasaing dan pengaruh Industri Pariwisata terhadap Perekonomian Daerah Kabupaten Bogor

Competitiveness Monitor (CM)

Menunjukkan bahwa jumlah kunjungan wisatawan, pajak hiburan dan jumlah hotel di Kabupaten Bogor berpengaruh positif dan signifikan terhadap PAD (Pendapatan Asli Daerah) Kabupaten tersebut.

(38)

2.5. Dasar Teori

2.5.1. Model Input Output

Analisis Input-Output merupakan suatu metode yang secara sistematis mengukur hubungan timbal balik diantara beberapa sektor yang terdapat dalam sistem ekonomi yang kompleks. Model Input-Output juga dianggap sebagai pengembangan penting dari teori keseimbangan umum.

Model Input-Output, sebagai suatu model yang bersifat kuantitatif, dapat memberikan gambaran menyeluruh tentang22:

1. Struktur perekonomian nasional atau regional, yang mencakup struktur output dan nilai tambah masing-masing sektor.

2. Struktur input antara, yaitu penggunaan berbagai barang dan jasa oleh sektor-sektor produksi.

3. Struktur penyediaan barang dan jasa, baik berupa produksi dalam negeri maupun barang-barang yang berskala impor.

4. Struktur permintaan barang dan jasa, baik permintaan antara oleh sektor-sektor produksi maupun permintaan akhir untuk konsumsi investasi dan ekspor.

2.5.1.1. Analisis Keterkaitan

Konsep keterkaitan digunakan sebagai dasar perumusan strategi pembangunan ekonomi dengan melihat keterkaitan antar sektor dalam suatu sistem perekonomian. Konsep keterkaitan yang biasa dirumuskan meliputi keterkaitan ke belakang (backward linkage), yang menunjukkan hubungan

22

(39)

keterkaitan antar sektor dalam pembelian terhadap total pembelian input yang digunakan untuk proses produksi. Keterkaitan ke depan (forward linkage) menunjukkan hubungan keterkaitan antar sektor dalam penjualan terhadap total penjualan output yang dihasilkannya.

Keterkaitan langsung antar sektor perekonomian dalam pembelian dan penjualan input antara dapat ditunjukkan oleh koefisien teknis. Oleh karena itu, keterkaitan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi23:

1. Keterkaitan Langsung Kedepan (Direct Forward Linkage)

Menunjukkan akibat sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian output tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total.

2. Keterkaitan Langsung Kebelakang (Direct Backward Linkage)

Menujukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan sebagian input antara bagi sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan total.

2.5.1.2 Analisis Dampak Penyebaran24:

Analisis dampak penyebaran merupakan pengembangan dari indeks keterkaitan langsung dan tidak langsung, agar indikator antar sektor yang ada dapat diperbandingkan. Pengembangan tersebut dilakukan dengan cara membandingkan rata-rata dampak yang ditimbulkan oleh sektor tersebut

23

Priyarsono D et al. 2007. Ekonomi Regional. Universitas Terbuka. Jakarta. Hal 8.13.

24

(40)

dengan rata-rata dampak seluruh sektor dalam perekonomian. Analisis dampak penyebaran ini dibagi menjadi dua macam, yaitu

1. Koefisien Penyebaran (Daya Penyebaran Kebelakang/Daya Menarik) Koefisien ini digunakan untuk mengetahui distribusi manfaat dari pengembangan suatu sektor terhadap pengembangan sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar input. Hal ini berarti, kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan produksi sektor hulunya.

2. Kepekaan Penyebaran (Daya Penyebaran Kedepan/Daya Mendorong) Konsep ini bermanfaat untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor terhadap sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar output. Artinya, kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan produksi sektor-sektor lain yang memakai output dari sektor-sektor ini sebagai inputnya.

2.5.1.3 Analisis Pengganda (Multiplier) Output, Pendapatan dan Tenagakerja25

Analisis multiplier digunakan untuk menghitung dampak yang ditimbulkan akibat peningkatan atau penurunan variabel suatu sektor terhadap sektor-sektor lainnya. Berdasarkan analisis multiplier input-output, pendorong perubahan ekonomi (pendapatan dan tenagakerja) pada umumnya diasumsikan sebagai peningkatan penjualan sebesar satu-satuan mata uang kepada permintaan akhir suatu sektor. Analisis multiplier terbagi menjadi tiga, yaitu :

25

(41)

a. Pengganda (Multiplier) Output

Penghitungan multiplier output dilakukan per unit perubahan output sebagai efek awal (initial effect), yaitu kenaikan atau penurunan output sebesar satu unit satuan moneter. Setiap elemen dalam matriks kebalikan Leontief menunjukkan total pembelian input, baik langsung maupun tidak langsung dari sektor i sebesar satu satuan unit moneter ke permintaan akhir, sehingga matriks tersebut mengandung informasi penting tentang struktur perekonomian, yang dipelajari dengan menentukan tingkat keterkaitan antar sektor dalam perekonomian suatu wilayah. Koefisien matriks ini menunjukkan besarnya perubahan aktivitas dari suatu sektor yang akan memengaruhi tingkat output dari sektor-sektor lain.

b. Pengganda (Multiplier) Pendapatan

Multiplier pendapatan mengukur penerimaan pendapatan akibat adanya perubahan output dalam perekonomian. Dalam Tabel I-O, yang dimaksud dengan pendapatan adalah upah dan gaji yang diperoleh oleh rumahtangga. Pengertian pendapatan disini tidak hanya pendapatan yang umumnya diklasifikasikan sebagai pendapatan rumahtangga, tetapi juga deviden dan bunga bank.

c. Pengganda (Multiplier) Tenagakerja

(42)

Terdapat dua jenis multiplier, yaitu tipe I dan tipe II. Multiplier I dan II digunakan untuk mengukur efek dari output, pendapatan, maupun tenagakerja masing-masing struktur perekonomian yang disebabkan karena adanya perubahan dalam jumlah output, pendapatan, dan tenagakerja yang ada di suatu wilayah.

2.6 Kerangka Pemikiran

2.6.1 Kerangka Teoritis Operasional

Perekonomian Jawa Barat secara menyeluruh saat ini terus mengalami peningkatan, namun belum bisa mengatasi masalah kemiskinan dan pengangguran yang terjadi di Provinsi Jawa Barat. Angka kemiskinan dan pengangguran pada provinsi ini terus mengalami peningkatan yang menunjukkan keseriusan.

Sektor Industri Pariwisata sekarang ini tidak dapat dipungkiri keberadannya dalam hal kontribusi terhadap perekonomian suatu daerah atau regional, dimana dapat dilihat bahwa PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) yang mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Jawa Barat merupakan sebuah provinsi yang mempunyai keanekaragaman wisata yang cukup lengkap. Kontribusi yang terlihat dari peningkatan jumlah PDRB setiap tahun dari beberapa sektor, ternyata kontribusi sektor pariwisata mempunyai potensi yang besar dimana sektor ini menduduki peringkat empat besar pada tahun 2008-2009 dalam hal kontribusinya terhadap perekonomian Jawa Barat.

(43)

input-output. Analisis tersebut digunakan untuk mengetahui seberapa besar sektor pariwisata berperan dalam mengentaskan kemiskinan dan pengangguran.

Masalah kemiskinan yang mencakup masalah pendapatan masyarakat dianalisis dengan analisis pengganda (multiplier) pendapatan. Melalui analisis ini akan terlihat seberapa besar kontribusi pariwisata merangsang peningkatan pendapatan rumahtangga yang bekerja pada sektor tersebut dan sektor-sektor lain. Sedangkan masalah kesempatan kerja dapat dianalisis dengan analisis pengganda (multiplier) tenagakerja. Analisis ini memperlihatkan bagaimana kemampuan sektor pariwisata dalam menyerap tenagakerja bagi sektor pariwisata dan sektor-sektor lain. Sedangkan untuk mengetahui keterkaitan sektor-sektor pariwisata dilakukan analisis keterkaitan, kemudian untuk menganalisis seberapa besar pertumbuhan output Jawa Barat maka dilakukan analisis pengganda output (multiplier).

(44)

Gambar 2.3 Alur Kerangka Pemikiran

Kontribusi terhadap Tenagakerja Perekonomian Provinsi Jawa Barat

Kemiskinan

Masalah Ekonomi

Pengangguran

Sektor Pariwisata

Kontribusi terhadap

Output Keterkaitan

Sektor

Kontribusi terhadap Pendapatan

Strategi Kebijakan Pemerintah Provinsi Jawa Barat Kontribusi Sektor

(45)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini mengambil topik yang melingkupi pariwisata Jawa Barat. Penelitian dilakukan dengan pengambilan data dari berbagai sumber yang menyediakan data terkait. Lokasi penelitian berada di Kota Bandung. Waktu pengambilan dan pengolahan data dilakukan mulai Maret 2011.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang diperlukan untuk penelitian ini adalah data sekunder ekonomi Provinsi Jawa Barat dalam bentuk Tabel Input-Output provinsi Jawa Barat tahun 2003. Dan data pendukung lainnya diambil dari Badan Pusat Statistik Pusat dan Provinsi Jawa Barat, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat, Departemen Transmigrasi dan Tenagakerja Provinsi Jawa Barat, buku-buku, internet dan berbagai media informasi lainnya.

3.3. Metode Analisis Data

Alat analisis yang digunakan untuk mempelajari kontribusi industri pariwisata dan sektor pendukung lainnya terhadap perekonomian provinsi Jawa Barat adalah Analisis Tabel Input-Output, yang digunakan untuk mengetahui peranan sektor pariwisata terhadap perekonomian Provinsi Jawa Barat sebagai penyedia input sekaligus sebagai pemakai input.

(46)

secara keseluruhan26. Dampak yang ditimbulkan sektor ini dapat dianalisa berdasarkan analisis pengganda (output, pendapatan, dan tenagakerja) dan juga keterkaitan antar sektor. Analisis keterkaitan antar sektor dan pengganda, alat yang digunakan adalah perangkat lunak IOAP 1.0.1 dan Microsoft Excel 2007.

3.3.1. Analisis Keterkaitan digunakan untuk menganalisis Keterkaitan Antar Sektor Unggulan 27.

Keterkaitan ini terdiri dari keterkaitan ke depan (forward linkages) dan keterkaitan ke belakang (backward linkages) yang digunakan untuk mengetahui tingkat keterkaitan suatu sektor terhadap sektor atau sub-sektor lainnya dalam sebuah perekonomian.

3.3.1.1. Keterkaitan Langsung ke Depan

Keterkaitan langsung ke depan memperlihatkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan output sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total.

Keterkaitan langsung ke depan dapat dirumuskan sebagai berikut:

� �

=

=

(1)

dimana: � � = keterkaitan langsung ke depan sektor i � = unsur matriks koefisien teknis

26

Tarigan S. 2006. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi Edisi Revisi. Bumi Aksara. Jakarta. Hal 9. 27

(47)

3.3.1.2. Keterkaitan Langsung ke Belakang

Keterkaitan langsung ke belakang memperlihatkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total.

Keterkaitan langsung ke belakang dapat dirumuskan sebagai berikut:

� �

=

=

(2) dimana: � � = keterkaitan langsung ke belakang sektor i

� = unsur matriks koefisien teknis

3.3.1.3. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan

Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan memperlihatkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan output sektor tersebut secara langsung dan tidak langsung per unit kenaikan permintaan total.

Keterkaitan Langsung ke Depan dapat dirumuskan sebagai berikut:

� �

+

=

=

(3) dimana: � �+ = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan sektor i � = unsur matriks kebalikan Leontif model terbuka

3.3.1.4. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang

Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan memperlihatkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan output sektor tersebut secara langsung dan tidak langsung per unit kenaikan permintaan total.

Keterkaitan Langsung ke Depan dapat dirumuskan sebagai berikut:

(48)

3.2. Analisis Dampak Penyebaran

Analisis dampak penyebaran merupakan pengembangan dari indeks keterkaitan langsung dan tidak langsung, agar indikator antar sektor yang ada dapat diperbandingkan. Pengembangan tersebut dilakukan dengan cara membandingkan rata-rata dampak yang ditimbulkan oleh sektor tersebut dengan rata-rata dampak seluruh sektor dalam perekonomian. Analisis dampak penyebaran ini dibagi menjadi dua macam, yaitu

3.3.2.1. Kepekaan Penyebaran

Dengan konsep kepekaan penyebaran atau daya penyebaran ke depan ini dapat dilihat kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan produksi sektor lain yang menggunakan output sektor ini sebagai inputnya. Dengan kata lain, kepekaan penyebaran bermanfaat untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor terhadap sektor lainnya melalui mekanisme pasar output.

Untuk mencari nilai kepekaan penyebaran, dapat digunakan rumus sebagai berikut:

��

=

� �

=�

� �

=�

=�

(5)

dimana: �� = Kepekaan penyebaran sektor i

� = unsur matriks kebalikan Leontif

Sektor i akan dikatakan mempunyai kepekaan penyebaran lebih tinggi apabila

(49)

3.3.2.1. Koefisien Penyebaran

Koefisien ini digunakan untuk mengetahui distribusi manfaat dari pengembangan suatu sektor terhadap pengembangan sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar input. Hal ini berarti, kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan produksi sektor hilirnya.

Untuk mencari nilai koefisien penyebaran, dapat digunakan rumus sebagai berikut:

dimana: �� = Kepekaan penyebaran sektor i

� = unsur matriks kebalikan Leontif

Sektor j akan dikatakan mempunyai keterkaitan ke belakang lebih tinggi apabila

nilai

��

lebih besar dari satu. Sebaliknya, sektor j dikatakan mempunyai kepekaan penyebaran yang rendah apabila nilai

��

lebih kecil dari satu.

3.3. Analisis Pengganda (Multiplier) digunakan untuk menganalisis Output, Pendapatan, dan Tenagakerja28.

Nilai-nilai pengganda (multiplier) output, pendapatan, dan tenagakerja, dapat digunakan Matriks Kebalikan Leontief baik untuk model terbuka (αij)

maupun model tertutup (α*ij). Dalam Tabel 3.1 dapat dilihat rumus-rumus yang

dapat digunakan untuk mencarinya.

28

(50)

Tabel 3.1. Rumus Pengganda Output dan Pendapatan.

Nilai

Multiplier

Output Pendapatan

Efek Awal 1 hi

Efek Putaran Pertama ∑ iaij ∑ iaijhi

Efek Dukungan Industri ∑ iαij-1-∑ iaij ∑ iαijhi-hi-∑ iaijhi

Efek Industri Konsumsi ∑ iα*ij-∑ iαij ∑ iα*ijhi - ∑ iαijhi

Efek Total ∑ iα*ij ∑ iα*ijhi

Efek Lanjutan ∑ iα*ij – 1 ∑ iα*ijhi - hi

Sumber: Daryanto, A. dalam Bappeda (2004)

Hubungan antar efek awal dan efek lanjutan per unit pengukuran dari sisi output, pendapatan, dan tenagakerja, dapat dihitung dengan menggunakan rumus Multiplier Tipe I dan Tipe II. Adapun rumusnya dijabarkan sebagai berikut:

Tipe I = Efek Awal + Efek Putaran Pertama + Efek Dukungan Industri Efek Awal

Tipe II = Efek Awal + Efek Putaran Pertama + Efek Dukungan Industri + Efek Induksi Konsumsi Efek Awal

Koefisien Pendapatan (hi)

Koefisien pendapatan rumahtangga menunjukkan besarnya jumlah pendapatan yang diterima oleh pekerja (labour) yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit output.

ℎ = �

dimana hi = koefisien pendapatan sektor i

Si = jumlah upah dan gaji sektor i

(51)

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT

4.1. Kondisi Geografis Jawa Barat

Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5°50' - 7°50' LS dan 104°48' - 104°48 BT. Luas wilayah Provinsi Jawa Barat adalah 34.816,96 Km2, yang terdiri dari 16 wilayah kabupaten dan 9 wilayah kota. Secara administrasi batas-batas Provinsi Jawa Barat adalah sebagai berikut:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa 2. Sebelah timur berbatasan dengan Jawa Tengah 3. Sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Hindia

4. Sebelah barat berbatasan dengan DKI Jakarta dan Provinsi Banten

Sebagian besar wilayah kabupaten / kota di Jawa Barat berbatasan dengan laut, sehingga Wilayah Jawa Barat memiliki garis pantai cukup panjang, yaitu 755,83 Km2. Kondisi geografis Jawa Barat yang strategis merupakan keuntungan bagi daerah Jawa Barat terutama dari segi komunikasi dan perhubungan.

(52)

Daerah perbatasan yang dekat dengan pesisir menjadikan daerah tersebut kaya akan keindahan pantai, ikan, dan air yang bersih. Ketersediaan air yang melimpah sering digunakan penduduk sekitar untuk irigasi pertanian dan budidaya ikan. Jawa Barat juga merupakan daerah yang kaya akan vulkanis dengan curah hujan rata-rata sekitar 188,63 mm/tahun, sehingga menjadikan tempat ini subur dan digunakan masyarakat untuk lahan pertanian. Keindahan pantai yang merupakan potensi wisata yang ada di Jawa Barat. Pada tahun 2002 Jawa Barat mempunyai lokasi wisata sebanyak 89 buah, yang didominasi oleh jenis Tirta (wisata air) yaitu sebesar 55 buah lokasi atau sekitar 61,80 persen dari total wisata yang ada.

4.2. Kondisi Kependudukan Jawa Barat

Struktur penduduk dipengaruhi oleh tiga variabel demografi yaitu kelahiran, kematian, dan migrasi. Ketiga variabel ini saling berpengaruh satu dengan yang lain. Ketika salah satu variabel berubah, kedua variabel yang lain ikut berubah. Faktor sosial ekonomi akan memengaruhi struktur umur penduduk melalui ketiga variabel demografi tersebut29.

Penduduk atau lebih dikenal dengan sebutan masyarakat merupakan input terpenting dari sebuah perekonomian suatu daerah. Namun input tersebut haruslah berkualitas, dalam artian penduduk yang berada dalam suatu daerah tersebut harus produktif dalam peranannya terhadap kondisi perekonomian wilayah yang dijadikan sebagai tempat tinggalnya. Dengan jumlah penduduk yang semakin

29

(53)

bertambah maka perekonomian wilayah tersebut akan semakin maju, namun pertambahan penduduk tersebut harus diiringi dengan fasilitas dan kemampuan bertahan hidup yang mencukupi. Misalnya sarana dan prasarana, lapangan pekerjaan yang layak dan memadai, serta infrastruktur. Dengan demikian pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut akan terlaksana dengan baik.

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk berdasarkan jenis kelamin di Provinsi Jawa Barat Tahun 2005-2009

Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010*

Jumlah Pria (juta jiwa) 20,19 20,58 20,62 21,26 20,93 21,66 Jumlah Wanita (juta jiwa) 19,77 20,16 20,86 20,93 21,95 22,00

Total (juta jiwa) 39,96 40,74 41,48 42,19 42,88 43,66

Pertumbuhan Penduduk

(%) 2 1,91 1,70 1,68 1,60 1,79

Kepadatan Penduduk

(jiwa/Km) 1,379 1,391 1,421 1,441 1,462 1,483

Sumber : Jawa Barat dalam Angka 2009 *Angka Sementara

(54)

Tabel 4.2 Jumlah Pencari Pekerjaan Provinsi Jawa Barat Tahun 2009

Jenis Kelamin 2009 Persen

Jumlah Pria 6.692.348 36,28

Jumlah Wanita 11.756.569 63,72

Total 18.448.917 100

Sumber: BPS Jabar 2009

(55)

4.3. Perekonomian Jawa Barat

Kondisi perekonomian Jawa Barat mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan dalam setiap tahunnya. Namun berbeda halnya dengan pengangguran yang justru semakin meningkat hal tersebut tercermin pada Tabel dibawah ini.

Tabel 4.3 Indikator Makro Ekonomi Regional Jawa Barat Tahun 2003-2010

Berdasarkan Tabel 4.3, menunjukkan bahwa Jawa Barat mengalami pertumbuhan ekonomi yang meningkat dalam setiap tahunnya, mulai dari tahun 2003-2010. Pada tahun 2003 pertumbuhan ekonomi Jawa Barat mencapai 4,39 persen, yang kemudian meningkat menjadi 5,83 persen pada tahun 2010. Angka tersebut hampir mendekati pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 6,1 persen pada tahun 2010. Hal tersebut dapat mengindikasikan bahwa Jawa Barat mampu mensejahterakan rakyatnya secara perlahan. Angkatan kerja Jawa Barat selalu meningkat dalam periode tahun 2003-2010, hingga pada tahun 2010 mencapai 59,81 persen, sedangkan jumlah angkatan kerja nasional mencapai 67,78 persen.

Sumber: Suseda, BPS Jabar Keterangan : () Angka nasional Berita resmi statistik Jabar

BPS Pusat

(56)

Angka tersebut menunjukkan bahwa, Jawa Barat memiliki jumlah angkatan kerja yang hampir mendekati jumlah angkatan kerja nasional. Sehingga perlu adanya lapangan kerja baru yang mampu menampung jumlah angkatan kerja di provinsi tersebut. Dalam hal pengangguran dan kemiskinan Jawa Barat mengalami peningkatan. Jumlah pengangguran dan tingkat kemiskinan di Jawa Barat masih tinggi serta cenderung bertambah dalam setiap tahunnya. Pengangguran di Jawa Barat kemungkinan diakibatkan oleh jumlah penduduk yang semakin meningkat setiap tahunnya, sehingga menimbulkan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi dan mengakibatkan lapangan kerja yang semakin kompetitif.

Adapun penurunan dalam hal pengangguran pada periode 2006-2010, yaitu mencapai angka 10,70 persen dari 14,51 persen, namun angka tersebut masih tinggi jika dibandingkan dengan angka pengangguran nasional yang mencapai 7,28 persen pada tahun 2010. Sedangkan untuk persentase kemiskinan Jawa Barat mengalami penurunan pada periode 2007-2010, yang mencapai angka 11,27 persen dari 13,55 persen. Angka tersebut cukup membanggakan, mengingat tingkat kemiskinan nasional yang mencapai 13,33 persen pada tahun 2010.

(57)

2010. Angka tersebut menunjukkan, bahwa Jawa Barat menpunyai sisi permodalan yang cukup kuat dalam perekonomian provinsi tersebut.

Tabel 4.4 Perekonomian Jawa Barat Tahun 2008-2010

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat dilihat dari PDRB mengalami pertumbuhan yang relatif tinggi pada triwulan IV tahun 2009, meskipun sempat mengalami penurunan lagi pada triwulan I tahun 2010. Hal tersebut masih dianggap pada batas kewajaran, karena setidaknya telah mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya sehingga penurunan PDRB pada tahun 2010 tidak terlalu signifikan. Kemudian laju inflasi menunjukkan peningkatan yang relatif tinggi pada tahun 2008-2009, dan kemudian mengalami penurunan pada tahun 2010 yaitu mencapai angka 2,99 persen.

4.4. Kondisi Pariwisata Jawa Barat

Provinsi Jawa Barat memiliki kekayaan budaya dan pariwisata yang banyak, lengkap, dan beragam jenis. Beberapa diantaranya memiliki kualitas dan daya tarik yang tinggi sehingga potensi pariwisata di Jawa Barat relatif tinggi. Dalam hal ini sektor pariwisata dapat dijadikan sebagai salah satu usaha inti dari pembangunan ekonomi regional makro Jawa Barat, karena dengan potensi wisata yang dimiliki dirasakan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. Wilayah Jawa Barat atau sering disebut Tatar Sunda memiliki kekayaan

Indikator 2008 2009 2010

Tw.IV* Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* Tw.I**

PDRB harga

konstan (Rp miliar) 74.020 72.980 73.390 77.680 78.560 77.200

Pertumbuhan

PDRB (%) 4,5 4,4 3,2 4 6,1 5,8

Laju inflasi tahunan

(%)*** 11,11 7,45 3,13 1,87 2,02 2,99

(58)

dan keberagaman sumber daya pariwisata yang tinggi, meliputi: wisata alam, wisata budaya, dan wisata minat khusus.

Berikut sembilan karakter potensi wisata di Jawa Barat menurut Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (2009)30:

1. Hutan (Gede Pangrango Kab. Cianjur, Kawah Putih Kab. Bandung. Tangkuban Perahu Kab. Bandung Barat).

2. Perkebunan (Kebun Teh Puncak Kab. Bogor, dan Perkebunan Teh Walini Kab. Purwakarta).

3. Pantai (Pantai Cimaja kab. Sukabumi, Pangandaran Kab. Ciamis, Batu Hiu Kab. Ciamis, Batu Karas Kab. Ciamis, Ciamis Santolo dan Gunung Gender Kab Garut).

4. Unik (Wisata Minat Khusus) merupakan penjelajahan ke dalam perut bumi di penambangan emas Aneka Tambang Jasinga, Arum Jeram Citarik Kab. Sukabumi dan Produk Kriya.

5. Kepurbakalaan (Situs Batujaya Kab. Karawang, Gunung Padang Kab Cianjur, dan Goa Pawon Kab. Bandung Barat).

6. Tradisi Komunitas Adat (Kampung Naga Kab Tasikmalaya, Cipta Gelar Kab. Ciamis, Kampung Kuta Kab. Ciamis, Kampung Mahmud Kab. Bandung, dan Kampung Pulo Kab. Garut).

7. Heritage (Kota Bandung, Kota Bogor dan Keraton-keraton Cirebon)

30

(59)

8. Atraksi Kesenian dan Ragam Festival (Wayang Golek, Kampung Perupa Jelekong, Ronggeng Gunung Banjar, Festival Surving Internasional, dan Alimpaido).

9. Wisata Belanja (Kota Bandung, Tasikmalaya dan Cirebon).

Tabel 4.5 Pertumbuhan Kunjungan Wisatawan di Provinsi Jawa Barat Tahun 2005-2009

Wisatawan Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

Mancanegara 270.258 217.838 256.171 424.500 504.218 Nusantara 5.398.510 5.774.581 5.798.456 6.347.298 6.761.190

Jumlah 5.668.768 5.992.419 6.054.627 6.771.798 7.265.408

Sumber: Disparbud Jawa Barat 2009

(60)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Struktur Perekonomian Provinsi Jawa Barat Tahun 2003

5.1.1 Struktur Permintaan dan Penawaran

Struktur permintaan dan penawaran provinsi Jawa Barat berdasarkan Tabel Input Output tahun 2003, memberikan gambaran bahwa total permintaan provinsi tersebut adalah sebesar Rp. 684,95 triliun. Permintaan total tersebut merupakan penjumlahan permintaan antara yaitu sebesar Rp. 302,47 triliun, dengan permintaan akhir yaitu sebesar Rp. 382,48 triliun.

Tabel 5.1 menyajikan, nilai permintaan provinsi Jawa Barat. Berdasarkan Tabel tersebut sektor Industri Pengolahan memberikan kontribusi terbesar dalam pembentukan permintaan antara provinsi Jawa Barat yaitu sebesar Rp. 170,73 triliun atau sekitar 56,45 persen, kemudian diikuti oleh sektor Pertanian sebesar Rp. 27,69 triliun atau 9,15 persen, Sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar Rp. 24,93 triliun atau 8,24 persen. Sedangkan sektor Pariwisata mempunyai kontribusi terhadap Jawa Barat pada peringkat keenam yaitu sebesar Rp. 14.29 triliun atau 4,72 persen dari total permintaan Jawa Barat.

Gambar

Tabel 1.4 Data Tenagakerja yang bekerja pada Sektor Pariwisata Tahun 2009
Gambar 2.1. Pengaruh Pariwisata Alam terhadap Pertumbuhan Ekonomi Wilayah
Gambar 2.2 Fungsi Produksi Neo-Klasik
Tabel 2.1 Penelitian-Penelitian Terdahulu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan tabel 11, dapat dilihat subsektor pendukung sektor pariwisata yang memiliki nilai KD terbesar adalah subsektor transportasi dan pergudangan (8) yaitu sebesar

Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten Temanggung” menggunakan tabel I-O tahun 2011 klasifikasi 43 sektor. Analisis yang dilakukan meliputi analisis keterkaitan,

Dalam upaya meningkatkan peranan sektor industri pengolahan dalam pembangunan ekonomi Provinsi Jawa Barat, hendaknya pemerintah Provinsi Jawa Barat lebih memprioritaskan

Dapat dikatakan subsektor ini merupakan subsektor prioritas yang dapat dijadikan acuan untuk pengembangan sektor pariwisata di Provinsi DKI Jakarta karena merupakan subsektor

Jumlah dampak akibat perubahan permintaan akhir suatu sektor terhadap output seluruh sektor ekonomi secara lebih jauh digunakan untuk mengetahui seberapa jauh tingkat

Indeks daya penyebaran (bacl<ward linkage effect) menggambarkan efek relatif dari kenaikan output suatu sektor terhadap peningkatan output sektor-sektor lainnya.. Hal

Selain itu, penelitian ini akan menganalisis keterkaitan sektor industri pengolahan dengan sektor-sektor lain serta dampak permintaan akhir pada sektor industri pengolahan

(backward linkage effect). Nilai keterkaitan langsung ke depan menunjukkan apabila terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar satu satuan, maka maka output