PERANAN SEKTOR PARIWISATA DALAM
PEREKONOMIAN PROVINSI DKI JAKARTA:
ANALISIS INPUT-OUTPUT
OLEH
PUTRI NILAM KENCANA H14070033
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
RINGKASAN
PUTRI NILAM KENCANA. Peranan Sektor Pariwisata Dalam Perekonomian Provinsi DKI Jakarta: Analisis Input-Output (dibimbing oleh D.S. PRIYARSONO).
Pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat nasional menghadapi berbagai masalah seperti masalah kemiskinan dan pengangguran. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan upaya pemerataan distribusi pendapatan. Dalam rangka mengupayakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta dan publik perlu mengetahui informasi mengenai sektor-sektor apa saja yang mampu menghasilkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tinggi dan sektor mana yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Salah satunya adalah sektor pariwisata.
Provinsi DKI Jakarta yang merupakan ibukota dari Negara Republik Indonesia memegang peranan yang penting dalam pengembangan sektor pariwisata di Indonesia. DKI Jakarta merupakan salah satu daerah tujuan wisata karena letaknya yang cukup strategis, mudah dijangkau, dan daya tariknya sebagai ibukota negara. Pengembangan dan pemanfaatan kegiatan pariwisata diharapkan mampu meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi DKI Jakarta serta meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan pendapatan sehingga dapat mengatasi masalah kemiskinan dan pengangguran.
Penelitian ini bertujuan menganalisis sejauh mana peran sektor pariwisata dalam perekonomian Provinsi DKI Jakarta. Metode yang digunakan adalah analisis Input-Output dengan menggunakan program IOAP (Input Output Analysis for Practitioners) dan Microsoft Excel. Data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006, klasifikasi 87 sektor. Analisis yang dilakukan terdiri dari analisis keterkaitan, analisis dampak penyebaran, dan analisis pengganda (multiplier).
Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa subsektor jasa hiburan dan rekreasi mempunyai nilai tertinggi untuk masing-masing nilai pengganda. Dapat dikatakan subsektor ini merupakan subsektor prioritas yang dapat dijadikan acuan untuk pengembangan sektor pariwisata di Provinsi DKI Jakarta karena merupakan subsektor yang paling berpotensi untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan juga mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak. Pengembangan pada subsektor jasa hiburan dan rekreasi ini dapat mengurangi kemiskinan dan pengangguran di DKI Jakarta.
PERANAN SEKTOR PARIWISATA DALAM
PEREKONOMIAN PROVINSI DKI JAKARTA:
ANALISIS INPUT-OUTPUT
Oleh
PUTRI NILAM KENCANA H14070033
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
Judul Skripsi : Peranan Sektor Pariwisata dalam Perekonomian Provinsi DKI Jakarta: Analisis Input-Output
Nama : Putri Nilam Kencana
NRP : H14070033
Menyetujui, Dosen Pembimbing
D.S. Priyarsono, Ph.D NIP. 19610501 198601 1 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi
Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec NIP. 19641022 198903 1 003
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, April 2011
Putri Nilam Kencana H14070033
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Putri Nilam Kencana, lahir pada tanggal 22 Januari 1989 di Jakarta. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan H. Rinaldi Ismail dan Hj. Yufliana. Penulis mengawali pendidikannya pada tahun 1995 sampai dengan tahun 2001 di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta. Selanjutnya meneruskan ke pendidikan lanjutan tingkat pertama dari tahun 2001 sampai tahun 2004 di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan menengah umum di SMA Negeri 34 Jakarta dan lulus pada tahun 2007.
Pada tahun 2007, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) kemudian terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) pada Program Studi Ilmu Ekonomi dan mengambil minor Manajemen Fungsional. Selama menjadi mahasiswa, penulis mencoba mengaktualisasi diri bergabung dengan HIPOTESA (Himpunan Profesi dan Peminat Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan) sebagai staf pada Divisi Kerjasama dan Hubungan Eksternal dan organisasi IMEPI (Ikatan Mahasiswa Ekonomi Pembangunan Indonesia) sebagai anggota. Selain itu, penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan kepanitiaan seperti Hipotex-R 2009, Studi Banding dan Riset (Stubandrie) FEUI-IPB 2009, Latihan Kepemimpinan dan Organisasi (LKO) IMEPI Jabagbar 2010, Hipotesa Social Responsibility (HSR) 2010, Economic Trip (E-trip) 2010, Economic Work (E-work) 2010, Panitia Perpisahan Ilmu Ekonomi 44 2011, dan kegiatan kepanitiaan lainnya.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Peranan Sektor Pariwisata dalam Perekonomian Provinsi DKI Jakarta: Analisis Input-Output”. Pariwisata merupakan topik yang sangat menarik karena berdampak positif terhadap pembangunan di daerah dan perkembangan perekonomian. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan topik ini, khususnya di daerah Provinsi DKI Jakarta. Disamping hal tersebut, skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan dan dukungan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik, khususnya kepada:
1. Dominicus Savio Priyarsono, Ph.D selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan baik secara teknis, teoritis maupun moril dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
2. Manuntun Parulian Hutagaol, Ph.D sebagai dosen penguji utama dalam sidang skripsi yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat berharga dalam penyempurnaan skripsi ini.
3. Alla Asmara, M.Si sebagai dosen penguji dari komisi pendidikan yang memberikan banyak informasi mengenai tata cara penulisan skripsi yang baik.
4. Para dosen, staf, dan seluruh civitas akademika Departemen Ilmu Ekonomi FEM-IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis selama menjalani studi di Departemen Ilmu Ekonomi.
memberikan kasih sayang, perhatian, motivasi, dukungan baik moril maupun material serta doa bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Sahabat-sahabatku Restystika Dianeswari, Nur Najmi Laila dan Sartika
Wulandari atas sharing, motivasi, dukungan, dan doanya untuk penulis selama ini.
7. Teman-teman seperjuangan satu bimbingan Hesti Ayu Hapsari, Fatmawati dan Ni Luh Putu Aria Permanasari atas semangat, motivasi, doa, dan perjuangan yang luar biasa ini.
8. Sahabat-sahabatku di Ilmu Ekonomi 44: Ranty Purnamasari, Putri Pamungkas, Sari Maulidyawati, Resti Anditya, Dyah Pramita Raharti, Hilman Kurniawan, Nhimas Antyan, Retno Khairunnisa, Novia Handayani, Ajeng Endartrianti, Michelia Widya Agri, Merry Veronica, dan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu, atas bantuan, semangat dan doa bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Kakak kelas Ilmu Ekonomi 43: Kak Fazlur, Kak Dina, Kak Ayu, Kak Agnes, Kak Intan atas bantuan dan dukungan semangatnya bagi penulis. 10.Hipotesa dan CER 2010, atas kebersamaannya yang luar biasa.
11.Ibu Susi Metinara dari BPS Pusat dan Bapak Hasbullah dari BPS Provinsi DKI Jakarta yang telah membantu penulis memperoleh data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini.
12.Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini namun tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih terdapat kekurangan, karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pihak lain yang membutuhkan.
Bogor, April 2011
Putri Nilam Kencana
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... . i
DAFTAR ISI ... . iii
DAFTAR TABEL ... . vi
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... . ix
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang .………... 1
1.2. Perumusan Masalah ………... 5
1.3. Tujuan Penelitian ..………... 7
1.4. Manfaat Penelitian ………... 8
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ……… 8
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 10
2.1 Tinjauan Pustaka... 10
2.1.1. Definisi Kepariwisataan ... 10
2.1.2. Definisi Wisatawan ... 12
2.1.3. Usaha-Usaha Pariwisata ... 13
2.1.4. Tujuan Pembangunan Pariwisata Nasional ... 15
2.1.5. Peran Sektor Pariwisata dalam perekonomian Provinsi DKI Jakarta... 17
2.2. Tinjauan Empiris ... 18
2.3. Kerangka Pemikiran ... 22
2.3.1. Kerangka Teoritis : Model Input-Output ... 22
2.3.2. Asumsi-Asumsi, Keuntungan dan Keterbatasan dalam Model Input-Output ... 24
2.3.3. Struktur Tabel Input-Output ... 27
2.3.4. Analisis Keterkaitan... 32
2.3.5. Analisis Dampak Penyebaran... 34
2.4. Kerangka Pemikiran Konseptual ... 38
2.5. Tahap-tahap Analisis... 42
III. METODE PENELITIAN ... 44
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 44
3.2. Jenis dan Sumber Data ... 44
3.3. Metode Analisis ... 45
3.3.1. Analisis Keterkaitan ... 45
3.3.2. Analisis Dampak Penyebaran ... 47
3.3.3. Analisis Pengganda (Multiplier) ... 49
3.4. Analisis Simulasi Investasi Publik ... 51
3.4.1. Peningkatan Anggaran Sektor Pariwisata dalam APBD ... 52
3.4.2. Peningkatan Investasi Publik ... 52
3.5. Konsep dan Definisi Operasional Data ... 53
IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA ... 63
4.1. Sektor Pariwisata di Provinsi DKI Jakarta ... 65
4.2. Objek Wisata di Provinsi DKI Jakarta ... 67
4.3. Perkembangan Kunjungan Wisatawan ke Provinsi DKI Jakarta ... 72
4.4. Kontribusi terhadap Tenaga Kerja dan Pendapatan ... 73
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 74
5.1. Peranan Sektor Pariwisata Terhadap Perekonomian Provinsi DKI Jakarta ... 74
5.1.1. Struktur Permintaan ... 74
5.1.2. Struktur Konsumsi Rumah Tangga ... 77
5.1.3. Struktur Konsumsi Pemerintah ... 78
5.1.4. Struktur Investasi ... 79
5.1.5. Struktur Ekspor dan Impor ... 81
5.1.6. Struktur Nilai Tambah Bruto ... 83
5.2. Analisis Keterkaitan ... 85
5.2.1. Keterkaitan ke Depan ... 85
5.2.2. Keterkaitan ke Belakang ... 87
5.3. Analisis Dampak Penyebaran ... 90
5.3.2. Kepekaan Penyebaran ... 92
5.4. Analisis Pengganda (Multiplier) ... 94
5.4.1. Pengganda Output ... 94
5.4.2. Pengganda Pendapatan ... 96
5.4.3. Pengganda Tenaga Kerja ... 98
5.4.4. Analisis Penetapan Sektor Prioritas ... 100
5.5. Analisis Simulasi Investasi Publik ... 101
5.5.1. Peningkatan Anggaran Sektor Pariwisata dalam APBD... . 102
5.5.2. Peningkatan Investasi Publik ... 104
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 107
6.1. Kesimpulan ... 107
6.2. Saran ... 109
DAFTAR PUSTAKA ... 110
LAMPIRAN ... 112
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi DKI Jakarta
Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (Juta Rupiah) ... 2
1.2. Jumlah Tenaga Kerja Sektor-sektor Perekonomian Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006... 3
2.1. Kerangka Penyajian Tabel Input-Output ... 27
2.2. Ilustrasi Tabel Input-Output ... 29
3.1. Rumus Pengganda Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja ... 49
4.1. PDRB Sektor Pariwisata Provinsi DKI Jakarta Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Juta Rupiah) ... 66
4.2. Jumlah Wisatawan untuk Masing-masing Objek Wisata Unggulan di Provinsi DKI Jakarta ... 72
5.1. Struktur Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Provinsi DKI Jakarta ... 76
5.2. Konsumsi Rumah Tangga Terhadap Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi DKI Jakarta ... 77
5.3. Konsumsi Pemerintah Terhadap Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi DKI Jakarta ... 79
5.4. Investasi Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi DKI Jakarta ... 80
5.5. Ekspor dan Impor Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi DKI Jakarta ... 82
5.6. Nilai Tambah Bruto Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi DKI Jakarta ... 84
5.7. Keterkaitan Output ke Depan Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi DKI Jakarta ... 86
5.8. Keterkaitan Output ke Depan Subsektor Pariwisata Provinsi DKI Jakarta ... 87
5.9. Keterkaitan Output ke Belakang Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi DKI Jakarta ... .. 88
5.10. Keterkaitan Output ke Belakang Subsektor Pariwisata Provinsi DKI Jakarta ... 89
5.11. Koefisien Penyebaran Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi DKI Jakarta ... 91
5.13. Kepekaan Penyebaran Sektor-Sektor
Perekonomian Provinsi DKI Jakarta ... 93 5.14. Kepekaan Penyebaran Subsektor Pariwisata Provinsi DKI Jakarta ... 93 5.15. Pengganda Output Sektor-Sektor
Perekonomian Provinsi DKI Jakarta ... 95 5.16. Pengganda Output Subsektor Pariwisata Provinsi DKI Jakarta ... 96 5.17. Pengganda Pendapatan Sektor-Sektor
Perekonomian Provinsi DKI Jakarta ... 97 5.18. Pengganda Pendapatan Subsektor Pariwisata Provinsi DKI Jakarta ... 98 5.19. Pengganda Tenaga Kerja Sektor-Sektor
Perekonomian Provinsi DKI Jakarta ... 99 5.20. Pengganda Tenaga Kerja Subsektor Pariwisata
Provinsi DKI Jakarta ... 100 5.21. Indeks Pengganda Aktual Subsektor Pariwisata
Provinsi DKI Jakarta ... 101 5.22. Dampak Peningkatan APBD Pariwisata
pada Output, PDRB, dan Tenaga Kerja, Tahun 2006 ... 103 5.23. Dampak Peningkatan Investasi Publik untuk Sarana dan Prasarana
Pariwisata pada Output, PDRB, dan Tenaga Kerja, Tahun 2006 ... 105
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman 2.1. Skema Kerangka Pemikiran Konseptual ... 41
4.1. Peta Wilayah Provinsi DKI Jakarta ... 63
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman 1. Klasifikasi Sektor-sektor Perekonomian Provinsi DKI Jakarta
berdasarkan Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006...112
2. Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006, Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen Klasifikasi 13 Sektor (dalam juta Rupiah) ... 117
3. Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006, Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen Klasifikasi 9 Sektor (dalam juta Rupiah) ... 119
4. Matriks Koefisien Teknis Klasifikasi 13 Sektor ... 121
5. Matriks Koefisien Teknis Klasifikasi 9 Sektor ... 123
6. Matriks Kebalikan Leontief Klasifikasi 13 Sektor ... 125
7. Matriks Kebalikan Leontief Klasifikasi 9 Sektor ... 126
8. Pengganda (Multiplier) Output Klasifikasi 13 Sektor ... 127
9. Pengganda Output Klasifikasi 9 Sektor ... 128
10. Pengganda Pendapatan Klasifikasi 13 Sektor ... 129
11. Pengganda Pendapatan Klasifikasi 9 Sektor ... 130
12. Pengganda Tenaga Kerja Klasifikasi 13 Sektor ... 131
13. Pengganda Tenaga Kerja Klasifikasi 9 Sektor ... 132
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat nasional
menghadapi berbagai masalah seperti masalah kemiskinan dan pengangguran.
Analisis tentang kedua hal yang saling berkaitan tersebut telah menjadi bahan
perdebatan yang sangat menarik terutama bagi para penentu kebijakan yang akan
melakukan pemilihan strategi kebijakan yang pantas untuk diterapkan. Untuk
mengatasi masalah kemiskinan dan pengangguran diperlukan pertumbuhan
ekonomi yang tinggi, akan tetapi pertumbuhan ekonomi saja dinilai belum cukup
efektif, diperlukan upaya lain seperti upaya pemerataan distribusi pendapatan agar
dapat mengurangi tingkat kemiskinan dan pengangguran tersebut. Pertumbuhan
ekonomi yang tinggi dan pemerataan pendapatan harus dilakukan secara
berkesinambungan sehingga menjadi suatu bagian yang terintegrasi. Hal tersebut
diharapkan dapat mengurangi kemiskinan dan pengangguran serta akan
meningkatkan kesejahteraan yang berkelanjutan.
Masalah kemiskinan dan pengangguran tidak hanya terjadi di daerah atau
pedesaan tetapi juga banyak terdapat di perkotaan, bahkan kota-kota besar. Kota
besar seperti DKI Jakarta mempunyai masalah tersendiri tentang kemiskinan dan
pengangguran yang sampai saat ini belum dapat terpecahkan. Dalam rangka
mengupayakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi agar dapat mengurangi
kemiskinan dan pengangguran tersebut, Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta
mampu menghasilkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tinggi dan sektor
mana yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar.
Tabel 1.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi DKI Jakarta Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (Juta Rupiah)
SEKTOR 2006 2007 2008 2009
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Pertanian 293.874 0,09 298.415 0,09 300.720 0,08 301.754 0,08
Pertambangan dan
Penggalian 933.061 0,30 937.343 0,28 940.367 0,27 899.561 0,24
Industri
Pengolahan 53.721.724 17,17 56.195.163 16,88 58.367.314 16,50 58.447.652 15,73
Listrik, Gas dan
Air Bersih 2.075.804 0,66 2.183.806 0,66 2.321.902 0,66 2.428.265 0,65
Bangunan 31.166.114 9,96 33.600.764 10,09 36.178.854 10,23 38.422.395 10,34
Perdagangan 52.156.072 16,67 55.735.700 16,74 59.619.003 16,86 61.590.550 16,58 Pariwisata 45.009.944 14,39 50.502.886 15,17 56.412.878 15,95 63.545.427 17,11 Keuangan,
Persewaan, dan
Jasa Perusahaan 94.342.479 30,16 98.558.328 29,60 102.707.651 29,04 106.788.434 28,75
Jasa-jasa 33.127.640 10,59 34.958.850 10,50 36.845.368 10,42 38.975.265 10,49
TOTAL PDRB 312.826.712 100 332.971.255 100 353.694.057 100 371.399.303 100
Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, 2010
Dari Tabel 1.1 di atas dapat diketahui PDRB yang dihasilkan oleh
sektor-sektor perekonomian di Provinsi DKI Jakarta. Dari tabel tersebut diperoleh
informasi sektor-sektor apa saja yang menghasilkan jumlah PDRB tinggi di
antaranya sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, sektor industri
pengolahan, sektor perdagangan dan sektor pariwisata.
Selain informasi mengenai sektor-sektor penghasil PDRB tinggi,
diperlukan pula informasi mengenai sektor-sektor yang mampu menyerap tenaga
kerja dalam jumlah besar. Data pada Tabel 1.2 berikut ini menyajikan jumlah
tenaga kerja yang mampu diserap oleh sembilan sektor perekonomian di Provinsi
Tabel 1.2. Jumlah Tenaga Kerja Sektor-sektor Perekonomian Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006
Sektor Jumlah Tenaga Kerja (000)
Persen
Pertanian 27.093 0,71
Pertambangan dan Penggalian 9.093 0,24
Industri Pengolahan 636.490 16,69
Listrik, Gas dan Air Bersih 18.517 0,49
Bangunan 178.142 4,67
Perdagangan 1.053.828 27,64
Pariwisata 688.104 18,05
Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 285.060 7,48
Jasa-jasa 916.263 24,03
TOTAL 3.812.590 100
Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, 2010
Dari tabel 1.2 tersebut dapat diketahui sektor-sektor yang mampu
menyerap tenaga kerja dalam jumlah cukup besar di Provinsi DKI Jakarta, di
antaranya sektor perdagangan, sektor jasa-jasa dan sektor pariwisata.
Dari informasi PDRB yang dihasilkan sektor-sektor perekonomian di
Provinsi DKI Jakarta beserta jumlah tenaga kerja yang mampu diserap oleh
tiap-tiap sektor tersebut, dapat diketahui bahwa sektor pariwisata merupakan salah
satu sektor yang cukup potensial untuk dikembangkan karena menghasilkan
PDRB cukup tinggi dan mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang relatif
besar. Oleh karena itu, perlu dilakukan tinjauan yang lebih dalam mengenai
sejauh mana peran sektor pariwisata dalam perekonomian Provinsi DKI Jakarta.
Menurut Wahab (1992), pariwisata adalah salah satu jenis industri baru
yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja,
peningkatan penghasilan dan standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor
produktif lainnya. Banyak sekali manfaat yang dapat diambil dari pengembangan
sektor pariwisata salah satunya adalah menggalang persatuan bangsa yang
rakyatnya memiliki daerah yang berbeda, bahasa, adat istiadat dan cita rasa yang
polusi dan akan terus mengalami perkembangan tanpa harus merusakkan sumber
daya alam di suatu wilayah.
Suwantoro (1997) berpendapat bahwa terdapat beberapa alasan sektor
pariwisata perlu dipacu untuk dijadikan sumber pendapatan andalan di samping
migas sebagai komoditi pendukung kelangsungan pembangunan nasional, antara
lain yaitu frekuensi perjalanan wisata di dunia yang terus menerus meningkat dari
tahun ke tahun. Selain itu pariwisata dapat meningkatkan kegiatan ekonomi
daerah dan pariwisata tidak mengenal proteksi atau quota seperti komoditi lainnya. Potensi pariwisata Indonesia tersebar di seluruh wilayah dan beraneka
ragam macamnya. Pariwisata sudah menjadi kebutuhan hidup manusia pada
umumnya. Semakin sejahtera seseorang maka semakin banyak peluang dan
keinginan untuk melakukan kegiatan wisata. Dari waktu ke waktu kehidupan
seseorang akan semakin sejahtera, sehingga akan semakin banyak peluang dan
keinginan untuk berwisata, oleh karena itu sektor pariwisata sangat potensial
untuk dikembangkan.
Di samping sebagai salah satu daerah tujuan wisata utama, Jakarta juga
merupakan pintu gerbang Indonesia. Perkembangan Provinsi DKI Jakarta sebagai
daerah tujuan wisata semakin pesat dan meluas khususnya jenis wisata belanja,
kuliner, alam, seni, budaya dan sejarah. Perkembangan wisata tersebut baik
langsung maupun tidak langsung memiliki pengaruh terhadap perekonomian
Provinsi DKI Jakarta (Budhiman, 1996).
Pariwisata bagi kota Jakarta merupakan salah satu kategori kegiatan
ekonomi yang memberi kontribusi besar terhadap perputaran roda perekonomian
(lintas kategori kegiatan ekonomi), sehingga kontribusi ekonominya, baik
mengenai pertumbuhan, pemerataan pendapatan, kesempatan kerja, dan pola
investasi makin meluas. Luasnya ruang lingkup kegiatan yang termasuk dalam
kategori kegiatan ekonomi ini, beragamnya jenis usaha serta keterkaitannya (baik
keterkaitan ke belakang/backward linkages maupun keterkaitan ke depan/forward linkages) yang sangat erat dengan kategori kegiatan ekonomi lainnya, merupakan indikator yang menunjukkan pentingnya sektor pariwisata ini dalam
perekonomian kota Jakarta (Neraca Satelit Pariwisata Daerah DKI Jakarta, 2004).
1.2. Perumusan Masalah
Sektor pariwisata yang merupakan salah satu sektor yang mampu
memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian Provinsi DKI Jakarta
diharapkan mampu mengatasi permasalahan ekonomi yang selama ini menjadi
permasalahan struktural yang dihadapi oleh Ibukota Negara Republik Indonesia
ini. Salah satu permasalahan ekonomi utama yang dihadapi Kota Jakarta adalah
masalah kemiskinan dan pengangguran.
Pada dasarnya kunjungan wisatawan ke Provinsi DKI Jakarta cukup
tinggi, hal ini dapat terlihat dari jumlah kunjungan wisatawan pada 5 (lima) obyek
wisata unggulan di DKI Jakarta yang pada tahun 2006 mencapai 17.733.151
kunjungan, angka ini mengalami peningkatan dari jumlah kunjungan pada tahun
2005. Lima obyek wisata unggulan ini antara lain Taman Impian Jaya Ancol,
Taman Mini Indonesia Indah, Kebun Binatang Ragunan, Monumen Nasional
Pembangunan yang dilakukan di sektor pariwisata ditujukan untuk
meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian daerah. Dalam hal ini
pengembangan kepariwisataan di Provinsi DKI Jakarta sangat penting dalam
rangka memperluas lapangan kerja serta mengurangi angka kemiskinan. Oleh
karena itu diperlukan pengelolaan dan kebijakan-kebijakan yang tepat bagaimana
mengembangkan sektor-sektor ekonomi yang salah satunya adalah sektor
pariwisata agar mampu mengurangi tingkat pengangguran dan jumlah penduduk
miskin tersebut.
Keberadaan suatu sektor tentunya tidak akan lepas dari keberadaan sektor
lain. Begitu pula dengan sektor pariwisata di Provinsi DKI Jakarta yang memiliki
keterkaitan dengan sektor lainnya. Perubahan yang terjadi pada sektor pariwisata
akan berpengaruh terhadap sektor lainnya, dan begitu pula sebaliknya, perubahan
sektor lain akan berpengaruh terhadap sektor pariwisata. Perkembangan sektor
pariwisata diharapkan dapat menjadi sektor kunci bagi perkembangan sektor
lainnya dan dapat mengurangi jumlah pengangguran di Provinsi DKI Jakarta.
Penelitian mengenai seberapa besar peranan sektor pariwisata terhadap
perekonomian Provinsi DKI Jakarta sangat diperlukan untuk mengetahui
kemampuan sektor pariwisata dalam menyumbang kontribusinya pada
perekonomian Provinsi DKI Jakarta.
Berdasarkan uraian tersebut, dirumuskan beberapa permasalahan yang
menjadi fokus utama penelitian ini. Permasalahan tersebut antara lain sebagai
1. Bagaimana peranan sektor pariwisata dalam pembentukan permintaan,
konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi, surplus
perdagangan dan nilai tambah bruto Provinsi DKI Jakarta?
2. Bagaimana keterkaitan antara sektor pariwisata dengan sektor-sektor lainnya
dalam perekonomian Provinsi DKI Jakarta?
3. Bagaimana dampak penyebaran sektor pariwisata terhadap sektor
perekonomian lainnya di Provinsi DKI Jakarta?
4. Bagaimana efek multiplier output, pendapatan, dan tenaga kerja sektor pariwisata dalam perekonomian Provinsi DKI Jakarta?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini memiliki beberapa tujuan
sebagai berikut:
1. Menganalisis peran sektor pariwisata dalam pembentukan permintaan,
konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi, surplus
perdagangan dan nilai tambah bruto Provinsi DKI Jakarta.
2. Menganalisis keterkaitan antara sektor pariwisata dengan sektor-sektor
lainnya dalam perekonomian Provinsi DKI Jakarta.
3. Menganalisis dampak penyebaran sektor pariwisata dan bagaimana
pengaruhnya terhadap sektor-sektor perekonomian lainnya di Provinsi DKI
Jakarta.
4. Menganalisis dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh sektor pariwisata
dalam pertumbuhan ekonomi, pendapatan dan penyerapan tenaga kerja dilihat
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi pemerintah Provinsi DKI Jakarta
dalam melakukan perencanaan pengembangan pariwisata di Provinsi DKI
Jakarta.
2. Sebagai bahan pustaka, informasi dan referensi bagi pihak yang
membutuhkan serta sebagai rujukan untuk penelitian selanjutnya.
3. Sebagai wawasan mengenai peranan pariwisata terhadap perekonomian
Provinsi DKI Jakarta bagi para pembaca.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan analisis
terhadap data pada Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta tahun 2006
klasifikasi 87 sektor yang kemudian diagregasi menjadi tiga belas sektor dan
sembilan sektor. Agregasi menjadi tiga belas sektor dilakukan untuk melihat
dampak penyebaran dan keterkaitan subsektor pariwisata (subsektor restoran,
subsektor hotel, subsektor transportasi dan komunikasi, subsektor jasa biro
perjalanan wisata, subsektor jasa hiburan dan rekreasi) satu sama lain. Sedangkan
agregasi menjadi sembilan sektor dilakukan untuk melihat dampak penyebaran
dan keterkaitan sektor pariwisata secara keseluruhan terhadap sektor-sektor
perekonomian lainnya. Data yang dianalisis dari Tabel Input-Output tersebut
adalah data transaksi domestik atas dasar harga produsen.
Sektor pariwisata dalam penelitian ini terdiri dari lima subsektor, yaitu
subsektor restoran, subsektor hotel, subsektor transportasi dan komunikasi,
Dalam penelitian ini, metode analisis input-output yang digunakan adalah metode
analisis input-output terbuka. Artinya, salah satu komponen permintaan akhir
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1. Definisi Kepariwisataan
Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan dijelaskan sebagai berikut:
1. Wisata adalah suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang
dikunjungi, dalam jangka waktu sementara.
2. Wisatawan adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan wisata. Wisatawan dapat berasal dari dalam negeri atau yang dikenal dengan
sebutan wisatawan domestik dan adapula wisatawan yang berasal dari luar
negara tujuan yang disebut wisatawan mancanegara (wisman).
3. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,
Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.
4. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud
kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan
masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah,
5. Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil
buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
6. Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah
administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum,
fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan
melengkapi terwujudnya kepariwisataan.
7. Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata.
8. Pengusaha Pariwisata adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan usaha pariwisata.
United Nations dan World Tourism Organization (1994) dalam Profil Hotel DKI Jakarta (2006) mendefinisikan pariwisata sebagai suatu kegiatan baik
perorangan maupun kelompok orang yang bepergian dan tinggal di suatu tempat
di luar lingkungan mereka selama kurang dari setahun untuk berlibur, bisnis atau
tujuan lain. Industri pariwisata yang berkembang dengan baik akan mendorong
berkembangnya aktivitas perekonomian lainnya, diantaranya: penginapan/hotel
kontribusi yang besar terhadap perkembangan sektor lain seperti industri,
perdagangan, jasa, dan lain-lain.
Terdapat beberapa ciri-ciri pariwisata, diantaranya adalah sebagai berikut:
seseorang yang melakukan perjalanan meninggalkan tempat tinggalnya,
perjalanan itu dilakukan keluar jauh dari lingkungan tempat tinggalnya semula,
perjalanan itu dilakukan sendirian atau bersama-sama dengan orang lain
(berkelompok atau grup), perjalanan itu dilakukan hanya untuk sementara waktu
dan bisa melebihi 24 jam atau sehari semalam penuh, perjalanan itu dilakukan
dengan tujuan rekreasi dan usaha-usaha untuk menyenangkan dirinya
sendiri/kegiatan bersenang-senang (leisure), orang-orang yang melakukan kegiatan wisata tidak untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjunginya, selama
dalam perjalanan tinggal atau menetap di suatu tempat/akomodasi, dan dalam
melakukan perjalanan tersebut, menggunakan alat transportasi darat, laut atau
udara (Rahayu, 2006).
2.1.2. Definisi Wisatawan
Menurut Ismayanti (2010) definisi wisatawan itu sendiri terbagi dalam 3
(tiga) kategori :
1. Visitor
Visitor atau pengunjung adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan perjalanan ke daerah lain di luar dari lingkungan kesehariannya
dalam jangka waktu tidak lebih dari 12 bulan berturut-turut dan tujuan
2. Tourist
Tourist atau wisatawan adalah pengunjung yang menginap atau pengunjung yang tinggal di daerah tujuan setidaknya satu malam di penginapan umum
ataupun akomodasi pribadi yang diusahakannya sendiri.
3. Same day visitor
Same day visitor atau pengunjung harian adalah pengunjung yang tidak bermalam di penginapan (akomodasi) umum atau pribadi di daerah tujuan.
Nama lain dari same day visitor adalah pelancong (ekskursionis).
Sedangkan wisatawan itu sendiri antara lain memiliki tiga kelompok
tujuan kunjungan yaitu pertama, tujuan vakansi dan rekreasi (leisure and recreation), yang meliputi tujuan liburan yang termasuk kategori bersenang-senang dan melakukan kegiatan konsumtif, tujuan kesehatan, olahraga dan
mengunjungi event-event budaya tertentu. Kedua, tujuan kategori bisnis dan
profesional (business and professional), yang meliputi perjalanan untuk rapat, misi tertentu, perjalanan insentif dan perjalanan untuk bisnis yang berhubungan
dengan pekerjaan. Ketiga, tujuan wisata lain (other tourism purposes) yaitu tujuan wisata untuk belajar dan penelitian, pemulihan kesehatan, transit, kunjungan
kepada kerabat dan saudara, ziarah, dan perjalanan religi atau keagamaan.
2.1.3. Usaha-Usaha Pariwisata
Menurut Suwantoro (1997), dalam industri pariwisata terdapat berbagai
usaha pariwisata, yaitu usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi
pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata. Usaha
pariwisata merupakan kegiatan bisnis yang berhubungan langsung dengan
dengan baik. Usaha pariwisata atau sering juga disebut sebagai fasilitas wisata
atau sarana wisata (superstructure) meliputi antara lain:
a. Daya tarik wisata, merupakan usaha yang kegiatannya mengelola daya tarik
wisata alam, daya tarik wisata budaya, dan daya tarik wisata buatan manusia.
b. Jasa transportasi wisata, merupakan usaha khusus yang menyediakan angkutan
untuk kebutuhan dan kegiatan pariwisata.
c. Jasa biro perjalanan wisata, yaitu perusahaan yang menyelenggarakan kegiatan
paket wisata dan agen perjalanan. Kegiatan-kegiatan usaha biro perjalanan
wisata antara lain: menyusun dan menjual paket wisata, menyelenggarakan
pelayaran wisata (cruise), menyelenggarakan pemanduan wisata, menyediakan fasilitas untuk wisatawan, menjual tiket/karcis sarana angkutan, mengadakan
pemesanan sarana wisata dan mengurus dokumen-dokumen perjalanan sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
d. Jasa makanan dan minuman, yaitu usaha jasa penyediaan makanan dan
minuman yang dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses
pembuatan yang berupa restoran, kafe, jasa boga, dan bar atau kedai minum.
e. Penyediaan akomodasi, merupakan usaha yang menyediakan pelayanan
penginapan. Usaha penyediaan akomodasi dapat berupa hotel, vila, pondok
wisata, bumi perkemahan, persinggahan, karavan, dan akomodasi lain yang
digunakan untuk tujuan pariwisata.
f. Penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi merupakan usaha yang ruang
lingkup kegiatannya berupa usaha seni pertunjukan, arena permainan, karaoke,
bioskop, dan kegiatan hiburan serta rekreasi lain yang bertujuan untuk
g. Jasa informasi pariwisata, merupakan usaha yang menyediakan data, berita,
foto, video, dan hasil penelitian mengenai kepariwisataan yang disebarkan
dalam bentuk bahan cetak maupun elektronik.
h. Jasa pramuwisata adalah usaha yang menyediakan dan mengkoordinasikan
tenaga pemandu wisata untuk memenuhi kebutuhan wisatawan.
2.1.4. Tujuan Pembangunan Pariwisata Nasional
Pembangunan pariwisata dilakukan dengan mengembangkan dan
mendayagunakan sumber dan potensi kepariwisataan nasional menjadi kegiatan
ekonomi yang dapat diandalkan untuk memperbesar penerimaan devisa sehingga
sesuai dengan perkembangan dalam rangka pembangunan nasional, guna
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Penyelenggaraan kepariwisataan
dilaksanakan berdasarkan asas manfaat, usaha bersama dan kekeluargaan, adil dan
merata, perikehidupan dalam keseimbangan, dan kepercayaan pada diri sendiri.
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1990,
penyelenggaraan kepariwisataan bertujuan untuk:
a. Memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan dan meningkatkan mutu
obyek dan daya tarik wisata
b. Memupuk rasa cinta tanah air dan meningkatkan persahabatan antar bangsa
c. Memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja
d. Meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
dan kemakmuran rakyat
e. Mendorong pendayagunaan produksi nasional.
Sedangkan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10
kebutuhan jasmani, rohani, dan intelektual setiap wisatawan dengan rekreasi dan
perjalanan serta meningkatkan pendapatan negara untuk mewujudkan
kesejahteraan rakyat. Selain memiliki fungsi, kepariwisataan juga mempunyai
tujuan, yaitu untuk:
a. meningkatkan pertumbuhan ekonomi
b. meningkatkan kesejahteraan rakyat
c. menghapus kemiskinan
d. mengatasi pengangguran
e. melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya
f. memajukan kebudayaan
g. mengangkat citra bangsa
h. memupuk rasa cinta tanah air
i. memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa
j. mempererat persahabatan antarbangsa.
Sesuai dengan tujuan tersebut, berbagai program yang digalakan seperti
pembangunan obyek dan daya tarik wisata baru, disamping itu juga tetap
memperhatikan kemampuan untuk mendorong peningkatan pengembangan
kehidupan ekonomi dan sosial budaya, nilai-nilai agama, adat istiadat, serta
2.1.5. Peran Sektor Pariwisata dalam perekonomian Provinsi DKI Jakarta Menurut Dinas Pariwisata Provinsi DKI Jakarta (2006), pariwisata
mempunyai peran yang penting dalam pembangunan nasional maupun regional,
khususnya dalam pembangunan ekonomi. Secara umum peranan pariwisata dalam
pembangunan perekonomian di Provinsi DKI Jakarta adalah:
(1) Memperluas kesempatan kerja atau dapat memperkecil pengangguran
(2) Meningkatkan penerimaan pajak dan retribusi daerah
(3) Meningkatkan pendapatan nasional (national income)
(4) Memperkuat posisi neraca pembayaran (net balance payment) (5) Memberikan efek multiplier dalam perekonomian setempat.
Selain itu terdapat tiga peran pariwisata saat ini, antara lain adalah:
pertama, peranan ekonomi, yaitu sebagai sumber devisa negara, pariwisata dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah dan pengembangan
pariwisata juga berpengaruh positif pada perluasan peluang usaha dan kerja;
kedua, peranan sosial, yaitu sebagai penciptaan lapangan pekerjaan, karena sarana
dan prasarana seperti hotel, restoran, dan biro perjalanan wisata adalah
usaha-usaha yang “padat karya” yaitu untuk menjalankan jenis usaha-usaha ini dibutuhkan
banyak tenaga kerja sehingga makin banyak wisatawan yang berkunjung, makin
banyak pula lapangan kerja yang tercipta; ketiga, peranan kebudayaan, yaitu
memperkenalkan kebudayaan dan kesenian, mendorong pelestarian budaya dan
peninggalan sejarah serta mendorong terpeliharanya lingkungan hidup
2.2. Tinjauan Empiris (Penelitian Terdahulu)
Penelitian tentang peran dan keterkaitan dengan menggunakan alat analisis
Input-Output telah banyak dilakukan. Penelitian yang sudah dilakukan selama ini
dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu: penelitian terhadap seluruh sektor
perekonomian, penelitian terhadap sektor pariwisata, dan penelitian terhadap salah
satu sektor perekonomian misalnya industri pengolahan, pertanian, dan
sebagainya.
Penelitian mengenai sektor pariwisata telah banyak dilakukan, karena
sektor pariwisata merupakan sektor dengan tingkat kontribusi tinggi terhadap
perekonomian. Beberapa penelitian mengenai sektor pariwisata antara lain:
Heriawan (2004) dalam disertasinya menganalisis tentang peran sektor
pariwisata terhadap perekonomian di Indonesia. Metode yang digunakannya
adalah Input-Output Indonesia dan SAM (Social Accounting Matrix). Dalam penelitiannya, dia mendefinisikan pariwisata adalah sebagai sektor hotel, restoran,
angkutan dan jasa serta sektor industri kerajinan. Hasil penelitiannya yaitu:
mengenai peranan pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sektoral
pada tahun 2000 yaitu sebesar Rp 106.9 triliun dari total PDB nasional sebesar Rp
1.366,5 triliun atau sebesar 7,83 persen. Untuk tahun 2003 Produk Domestik
Bruto (PDB) sektoral yaitu sebesar Rp 103,6 triliun dari total PDB nasional
sebesar Rp 1.921,5 triliun atau sebesar 5,39 persen.
Kemudian untuk nilai total output sektor pariwisata pada tahun 2000
adalah sebesar Rp 226,9 triliun atau sebesar 8,40 persen dari total output nasional
output sektor pariwisata yaitu sebesar Rp 220,5 triliun atau sebesar 5,81 persen
dari total output nasional.
Adapun pengaruh sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja pada
tahun 2000 yaitu sebanyak 7,45 juta orang dari total 89,82 juta orang atau sebesar
8,29 persen, kemudian pada tahun 2003 pengaruh sektor pariwisata terhadap
penyerapan tenaga kerja yaitu sebesar 7,21 juta orang dari total 90,8 juta orang
atau sebesar 7,94 persen.
Rahayu (2006) menganalisis mengenai peranan sektor pariwisata terhadap
perekonomian kota Bogor yang menggunakan Tabel Input-Output Kota Bogor
tahun 2002, diperoleh hasil sektor pariwisata memiliki peranan yang cukup
penting terhadap pembentukan Nilai Tambah Bruto, penyerapan tenaga kerja serta
struktur permintaan antara dan permintaan akhir. Jumlah permintaan antara di
Kota Bogor pada tahun 2002 yaitu sebesar Rp 1,653 triliun dan untuk sektor
pariwisata, subsektor yang memiliki kontribusi paling besar dalam pembentukan
permintaan antara adalah sektor restoran yaitu sebesar Rp 44,9 milyar atau 2,72
persen. Jumlah permintaan akhir Kota Bogor pada tahun 2002 sebesar Rp 3,282
triliun dan untuk sektor pariwisata, subsektor yang memiliki kontribusi paling
besar dalam pembentukan permintaan akhir adalah sektor restoran yaitu sebesar
Rp 253 milyar atau sebesar 7,72 persen terhadap total permintaan akhir.
Sedangkan berdasarkan hasil analisis keterkaitan sektor pariwisata maka
dapat dilihat bahwa keterkaitan output langsung ke depan sektor pariwisata yang
memiliki nilai paling besar adalah subsektor jasa-jasa, kemudian untuk nilai
keterkaitan output langsung dan tidak langsung ke depan sektor pariwisata yang
sektor pariwisata yang memiliki nilai paling besar dalam keterkaitan langsung ke
belakang adalah subsektor jasa angkutan, kemudian untuk keterkaitan langsung
dan tidak langsung ke belakang terbesar juga diduduki oleh subsektor jasa
angkutan. Multiplier standar untuk sektor pariwisata yang tergolong dalam sektor kunci adalah sektor jasa angkutan, sektor hotel dan sektor restoran.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Rahayu antara lain: (1)
penelitian ini berlokasi di Provinsi DKI Jakarta, sedangkan penelitian Rahayu
berlokasi di Kota Bogor; (2) sektor pariwisata dalam penelitian ini terdiri dari
subsektor restoran, subsektor hotel, subsektor transportasi dan komunikasi,
subsektor jasa biro perjalanan wisata dan subsektor jasa hiburan dan rekreasi,
sedangkan pada penelitian Rahayu, subsektor pariwisata terdiri dari subsektor
hotel, restoran dan jasa angkutan.
Santri (2009) menganalisis mengenai potensi sektor pariwisata untuk
meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat Provinsi Bali yang
menggunakan Tabel Input-Output (updating) tahun 2007 transaksi domestik atas harga produsen, diperoleh hasil sektor pariwisata memiliki peran yang relatif
besar terhadap struktur perekonomian Provinsi Bali. Hal ini dapat dilihat dari
permintaan total sektor pariwisata pada tahun 2007 mencapai 36,00 persen dari
jumlah total permintaan seluruhnya. Dalam permintaan akhir, sektor pariwisata
memiliki nilai tertinggi yaitu sebesar 40,25 persen dari total permintaan akhir.
Sedangkan dalam pengeluaran konsumsi rumah tangga, sektor pariwisata
juga menempati posisi tertinggi sebesar 30.75 persen dari total pengeluaran rumah
tangga terhadap output domestik. Untuk investasi, sektor pariwisata berada di
struktur ekspor dan impor, pariwisata juga menempati posisi tertinggi dengan nilai
ekspor sebesar 69.30 persen, dan nilai impor 26.29 persen.
Secara keseluruhan, sektor pariwisata memiliki keterkaitan langsung dan
tidak langsung yang tinggi baik sektor pengguna input maupun output, sehingga
dapat dikatakan bahwa sektor ini dapat diandalkan untuk mendorong sektor-sektor
lain baik hulu maupun hilirnya. Pada keterkaitan langsung dan tidak langsung ke
depan nilai terbesarnya ditempati oleh subsektor hotel bintang. Sedangkan pada
keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang, subsektor travel dan biro
yang memiliki nilai terbesar.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Santri antara lain: (1) penelitian
ini berlokasi di Provinsi DKI Jakarta, sedangkan penelitian Santri berlokasi di
Provinsi Bali; (2) sektor pariwisata dalam penelitian ini terdiri dari subsektor
restoran, subsektor hotel, subsektor transportasi dan komunikasi, subsektor jasa
biro perjalanan wisata dan subsektor jasa hiburan dan rekreasi, sedangkan dalam
penelitian Santri, sektor pariwisata terdiri dari subsektor restoran, rumah makan,
warung, hotel berbintang, hotel non bintang, angkutan umum darat dan angkutan
darat lainnya, angkutan carter darat, angkutan laut antar pulau/negara, angkutan
wisata, angkutan penyebrangan, angkutan udara, travel biro, jasa penunjang
angkutan lainnya, komunikasi, pos dan giro, money changer, atraksi budaya, jasa
hiburan lainnya, serta jasa perorangan, rumah tangga lainnya termasuk
2.3. Kerangka Pemikiran
2.3.1. Kerangka Teoritis : Model Input-Output
Analisis input-output merupakan suatu metode yang dapat digunakan
untuk melihat hubungan dan aliran keterkaitan antarsektor dalam suatu
perekonomian. Analisis ini merupakan suatu peralatan analisis keseimbangan
umum. Keseimbangan dalam analisis input-output didasarkan pada arus transaksi
antar pelaku perekonomian. Analisis ini juga dapat digunakan untuk menentukan
sektor unggulan berdasarkan 3 (tiga) kriteria utama, yaitu kemampuan sektor
tersebut dalam menciptakan output, pendapatan dan tenaga kerja (Nazara, 2008). Daryanto (2010) menyatakan bahwa konsep dasar Model Input-Output
Leontief didasarkan atas: (1) struktur perekonomian tersusun dari berbagai sektor
(industri) yang satu sama lain berinteraksi melalui transaksi jual-beli, (2) output
suatu sektor dijual kepada sektor lainnya untuk memenuhi permintaan akhir
rumah tangga, pemerintah, pembentukan modal dan ekspor, (3) input suatu sektor
dibeli dari sektor lainnya, dan rumah tangga dalam bentuk jasa dan tenaga kerja,
pemerintah dalam bentuk pajak tidak langsung, penyusutan, surplus usaha dan
impor, (4) hubungan input-output bersifat linear, (5) dalam suatu kurun waktu
analisis, biasanya satu tahun, total input sama dengan total output, dan (6) suatu
sektor terdiri dari satu atau beberapa perusahaan. Suatu sektor hanya
menghasilkan suatu output, dan output tersebut dihasilkan oleh suatu teknologi.
Menurut BPS (2007) dalam Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta
Tahun 2006, tabel Input-Output pada dasarnya merupakan uraian statistik dalam
bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa serta
wilayah pada suatu periode waktu tertentu. Dengan menggunakan tabel
Input-Output dapat dilihat bagaimana output dari suatu sektor ekonomi didistribusikan
ke sektor-sektor lainnya dan bagaimana pula suatu sektor memperoleh input yang
diperlukan dari sektor-sektor yang lainnya.
Namun demikian, tabel Input-Output tidak mampu memberikan informasi
tentang persediaan dan arus barang dan jasa secara rinci menurut komoditi. Semua
informasi yang dimuat dalam suatu tabel Input-Output terbatas pada informasi
untuk sektor ekonomi, yang merupakan gabungan dari berbagai kegiatan ekonomi
dan komoditi. Dengan kata lain, tabel Input-Output bukan merupakan model atau
perangkat yang mampu memberikan informasi secara rinci tentang berbagai stok
dan arus barang dan jasa yang terjadi pada suatu entitas ekonomi.
Akan tetapi, dengan menggunakan asumsi sederhana memang dapat
disusun dan dikembangkan suatu model ekonomi yang cukup andal. Kenyataan
inilah yang menjadikan tabel Input-Output diperhitungkan sebagai salah satu
bagian dari sistem neraca nasional yang dapat digunakan sebagai alat untuk
melakukan suatu analisis ekonomi secara komprehensif (BPS, 2007).
Isian sepanjang baris tabel Input-Output menunjukkan pengalokasian
output yang dihasilkan oleh suatu sektor untuk menunjukkan pengalokasian
output yang dihasilkan oleh suatu sektor untuk memenuhi permintaan antara dan
permintaan akhir. Di samping itu, isian pada baris nilai tambah menunjukkan
komposisi penciptaan nilai tambah sektoral, sedangkan isian sepanjang kolomnya
menunjukkan struktur input yang digunakan oleh masing-masing sektor dalam
Tabel Input-Output memberikan gambaran yang menyeluruh dalam
analisis ekonomi. Sebagai model kuantitatif, tabel Input-Output ini memberikan
gambaran menyeluruh tentang beberapa hal berikut ini:
1. Struktur perekonomian suatu wilayah yang mencakup output dan nilai
tambah masing-masing sektor.
2. Struktur input antara yaitu transaksi penggunaan barang dan jasa antar
sektor-sektor produksi.
3. Struktur penyediaan barang dan jasa, baik berupa produksi dalam negeri
maupun barang impor yang berasal dari luar wilayah tersebut.
4. Struktur permintaan barang dan jasa, baik itu berupa permintaan oleh
berbagai sektor produksi maupun permintaan untuk konsumsi, investasi dan
ekspor.
2.3.2. Asumsi-Asumsi, Keuntungan dan Keterbatasan dalam Model Input-Output
Dalam suatu model Input-Output apalagi yang bersifat terbuka dan statis
(static model), transaksi-transaksi yang digunakan dalam penyusunan tabel Input-Output harus memenuhi 3 (tiga) asumsi atau prinsip dasar, yaitu sebagai berikut
(BPS, 2006):
1. Keseragaman (Homogenitas)
Suatu prinsip dimana output hanya dihasilkan secara tunggal, yang berarti
bahwa setiap sektor ekonomi hanya memproduksi satu jenis barang dan jasa
dengan susunan input tunggal (seragam) dan tidak ada substitusi otomatis
2. Kesebandingan (Proporsionalitas)
Suatu prinsip dimana hubungan antara output dan input pada setiap sektor
produksi merupakan fungsi linier, artinya kenaikan dan penurunan output
suatu sektor akan sebanding dengan kenaikan dan penurunan input yang
digunakan oleh sektor tersebut.
3. Penjumlahan (Additivitas)
Suatu asumsi bahwa total efek dari kegiatan produksi berbagai sektor
merupakan penjumlahan dari efek pada masing-masing kegiatan secara
terpisah.
Keuntungan-keuntungan yang diperoleh dalam penggunaan model
Input-Output menurut Badan Pusat Statistik (2007) antara lain :
1. Model Input-Output dapat digunakan untuk memperkirakan dampak
permintaan akhir terhadap output, nilai tambah, penerimaan pajak, impor, dan
penyerapan tenaga kerja dalam berbagai sektor produksi.
2. Untuk melihat komposisi penyediaan dan penggunaan barang dan jasa
terutama dalam analisis terhadap kebutuhan impor dan kemungkinan
substitusinya.
3. Untuk menganalisis perubahan harga, yaitu dengan melihat pengaruh secara
langsung dan tidak langsung dari perubahan harga input terhadap output.
4. Untuk mengetahui sektor-sektor yang pengaruhnya paling dominan terhadap
pertumbuhan ekonomi, dan sektor-sektor yang peka terhadap pertumbuhan
ekonomi.
5. Memberikan deskripsi mengenai keadaan suatu perekonomian suatu wilayah
6. Perubahan-perubahan teknologi dan harga relatif dapat diintegrasikan ke
dalam model melalui perubahan koefisien teknik.
7. Dapat digunakan sebagai bahan untuk menghitung kebutuhan tenaga kerja
dan modal dalam perencanaan pembangunan ekonomi wilayah.
Menurut Badan Pusat Statistik (2007), masih banyak permasalahan yang
dihadapi dalam penyusunan Tabel Input-Output. Tabel Input-Output sebagai
model kuantitatif memiliki keterbatasan-keterbatasan:
1. Koefisien input atau koefisien teknis diasumsikan tetap konstan selama
periode analisis atau proyeksi. Teknologi dalam proses yang digunakan oleh
sektor-sektor ekonomi dalam proses produksi pun dianggap konstan karena
koefisien teknis dianggap konstan. Akibatnya perubahan kuantitas dan harga
input akan selalu sebanding dengan perubahan kuantitas harga output.
2. Besarnya biaya yang harus dikeluarkan dalam penyusunan Tabel
Input-Output dengan menggunakan metode survey. Hambatan terbesar yang
dihadapi oleh lembaga perencanaan, terutama di daerah, dalam menggunakan
analisis input-output antara lain adalah biaya yang relatif besar dalam
pengumpulan data, data pokok yang belum memadai, dan keterbatasan
kemampuan teknis.
3. Semakin banyak agregasi yang dilakukan terhadap sektor-sektor yang ada
akan menyebabkan semakin besar pula kecenderungan pelanggaran terhadap
asumsi homogenitas dan akan semakin banyak informasi ekonomi yang
terperinci tidak tertangkap dalam analisisnya.
Apabila berbagai hambatan yang muncul dapat diatasi dengan baik, maka
pembangunan ekonomi suatu wilayah secara terintegrasi. Cara tepat mengatasi
hambatan tersebut juga dapat menutupi kelemahan-kelemahan dalam analisis
tabel Input-Output, sehingga tabel Input-Output dapat tetap menjadi model andal
dalam menganalisis perokonomian secara lengkap dan komprehensif.
2.3.3. Struktur Tabel Input-Output
Menurut Glasson (1977) dalam BPS (2006), format dari tabel
Input-Output terdiri dari suatu kerangka matriks berukuran “n x n” dimensi yang dibagi menjadi empat kuadran dan tiap kuadran mendeskripsikan suatu hubungan
tertentu.
Tabel 2.1. Kerangka Penyajian Tabel Input-Output
KKuadran
Sumber : BPS, 2005 dalam Tabel Input Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006
Berdasarkan tabel di atas, empat kuadran yang terdapat dalam suatu tabel
Input-Output diberi nama kuadran I, II, III, dan IV. Simbol-simbol di dalam tanda
kurung menunjukkan ukuran (ordo) matriks pada kuadran yang bersangkutan.
Simbol pertama adalah banyaknya baris dan simbol kedua adalah banyaknya
kolom.
Kuadran pertama (Intermediate Quadrant) menunjukkan transaksi antara, yaitu transaksi barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi. Kuadran
ini memberikan informasi mengenai saling ketergantungan antar sektor produksi
dalam suatu perekonomian. Dalam analisis Input-Output, kuadran ini memiliki Kuadran I Kuadran II
(nxn) (nxm)
Kuadran III Kuadran IV
peranan yang sangat penting karena kuadran inilah yang menujukkan keterkaitan
antar sektor ekonomi dalam melakukan proses produksinya.
Kuadran kedua (Final Demand Quadrant) menunjukkan permintaan akhir (final demand) dan impor, serta menggambarkan penyediaan barang dan jasa. Penggunaan barang dan jasa bukan untuk proses produksi digolongkan sebagai
permintaan akhir. Permintaan akhir ini biasanya terdiri atas konsumsi rumah
tangga, konsumsi pemerintah, investasi, dan ekspor.
Kuadran ketiga (Primary Input Quadrant) memperlihatkan pembelian input yang dihasikan di luar sistem produksi oleh sektor-sektor dalam kuadran
antara. Kuadran ini terdiri dari upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak
tak langsung netto. Jumlah keseluruhan nilai tambah ini akan menghasilkan
produk domestik bruto (nilai tambah bruto) yang dihasilkan oleh wilayah tersebut.
Kuadran keempat (Primary Input-Final Demand Quadrant) merupakan kuadran input primer permintaan akhir atau input primer yang langsung
didistribusikan ke sektor-sektor permintaan akhir, dan menunjukkan transaksi
langsung antara kuadran input primer dengan permintaan akhir tanpa melalui
sistem produksi atau kuadran antara. Informasi di kuadran empat ini bukan
merupakan tujuan pokok, sehingga dalam penyusunan tabel Input-Output
seringkali diabaikan.
Matriks-matriks yang disajikan dalam tabel Input-Output dibedakan sesuai
dengan sifat dan jenis transaksinya. Untuk memperjelas gambaran mengenai
penyajian tabel Input-Output, berikut ini diberikan ilustrasi tabel Input-Output
Tabel 2.2. Ilustrasi Tabel Input-Output
Alokasi Output
Struktur Input
Permintaan Antara
Sektor Produksi Permintaan Akhir
Sumber : BPS, 2005 dalam Tabel Input Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006
Pada Tabel 2.2, untuk menghasilkan output X1, sektor (1) membutuhkan
input dari sektor (1), (2), dan (3) masing-masing sebesar X11, X21, dan X31. Input
primer yang dibutuhkan sebesar V1. Gambaran di atas menunjukkan bahwa
susunan angka-angka dalam bentuk matriks memperlihatkan suatu jalinan yang
saling terkait diantara beberapa sektor. Isian angka sepanjang baris (horisontal)
memperlihatkan bagaimana output suatu sektor dialokasikan, sebagian untuk
memenuhi permintaan antara sebagian lagi untuk memenuhi permintaan akhir.
Isian angka menurut kolom (vertikal) menunjukkan pemakaian input antara
maupun input primer yang disediakan oleh sektor lain untuk kegiatan produksi
suatu sektor. Dalam tabel Input-Output terdapat suatu patokan yang sangat
penting yaitu jumlah output suatu sektor harus sama dengan jumlah inputnya.
Apabila Tabel 2.2 dilihat secara baris maka alokasi output secara
X11 + X12 + … + X1n + F1 = X1
X21 + X22 + … + X2n + F2 = X2
. . . . . . . . . . . . . . .
Xn1 + Xn2 + … + Xnn + Fn = Xn .
dan secara umum persamaan di atas dapat dirumuskan kembali menjadi:
i
Xij + Fi = Xi ; untuk i = 1, 2, 3 dan seterusnya . j =i
dimana Xij adalah banyaknya output sektor i yang dipergunakan sebagai input
oleh sektor j dan Fi adalah permintaan akhir terhadap sektor i serta Xi adalah
jumlah output sektor i.
Sebaliknya jika Tabel 2.2 tersebut dibaca secara kolom, terutama di sektor
produksi, angka-angka itu menunjukkan susunan input suatu sektor. Dengan
mengikuti cara-cara membaca seperti secara baris di atas, maka persamaan secara
aljabar menurut kolom dapat dituliskan menjadi:
X11 + X21 + … + Xn1 + V1 = X1 X12 + X22 + … + Xn2 + V2 = X2
. . . . . . . . . . . . . . .
X1n + X2n + … + Xnn + Vn = Xn . dan secara ringkas dapat ditulis menjadi:
i
Xij + Vj = Xj ; untuk j = 1, 2, 3 dan seterusnya . i =i
Keterangan :
Xij = output sektor i yang digunakan sebagai input sektor j
Xi = total output sektor i
Vj = input primer (nilai tambah bruto) dari sektor j Xj = total input sektor j
Berdasarkan persamaan (2.1) di atas, jika diketahui matriks koefisien
teknologi, aij sebagai berikut:
.
dan jika persamaan (2.5) disubstitusikan ke persamaan (2.1) maka didapat
persamaan (2.6) sebagai berikut:
α11X1 + α12X2 + … + α1nXn + F1 = X1 α21X1 + α22X2 + … + α2nXn + F2 = X2
. . . . . . . . . . . . . . .
αn1X1 + αn2X2 + … + αnnXn + Fn = Xn .
Jika dituliskan dalam bentuk matriks, maka didapatkan : α11α12 ...α1n X1 F1 X1
α21α21…… α2n X2 F2 X2
... ... + ... = ... αn1αn2 ... αnn Xn Fn Xn
A X + F = X
AX + F = X atau (I - A) X = F atau X = (I - A)-1 F .
Dimana:
I = matriks identitas yang elemennya memuat angka satu pada diagonalnya dan nol pada selainnya
X = jumlah output (I-A) = matriks Leontief
(I - A)-1 = matriks kebalikan Leontief
Dari persamaan (2.7) di atas terlihat bahwa output setiap sektor memiliki
hubungan fungsional terhadap permintaan akhir, dengan (I - A) -1
sebagai koefisien
antaranya. Matriks kebalikan Leontief ini mempunyai peranan penting sebagai
alat analisis ekonomi karena menunjukkan adanya saling keterkaitan antara
tingkat permintaan akhir terhadap tingkat produksi.
2.3.4. Analisis Keterkaitan
Konsep keterkaitan biasa digunakan sebagai dasar perumusan strategi
pembangunan ekonomi dengan melihat keterkaitan antar sektor dalam suatu
sistem perekonomian. Konsep keterkaitan yang biasa dirumuskan meliputi
keterkaitan ke belakang (backward linkage), yang menunjukkan hubungan keterkaitan antar sektor dalam pembelian terhadap total pembelian input yang
digunakan untuk proses produksi. Keterkaitan ke depan (forward linkage) menunjukkan hubungan keterkaitan antar sektor dalam penjualan terhadap total
penjualan output yang dihasilkannya.
Berdasarkan konsep keterkaitan ini, dapat diketahui besarnya pertumbuhan
sektor yang dapat menstimulasi pertumbuhan sektor lainnya. Keterkaitan
langsung antar sektor perekonomian dalam pembelian dan penjualan input antara
ditunjukkan oleh koefisien teknis, sedangkan keterkaitan langsung dan tidak
Keterkaitan langsung antar sektor perekonomian dalam pembelian dan
penjualan input antara dapat ditunjukkan oleh koefisien teknis. Oleh karena itu,
keterkaitan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi (Daryanto, 2010):
1. Keterkaitan Langsung ke Depan (Direct Forward Linkage)
Menunjukkan akibat sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang
menggunakan sebagian output sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan
permintaan total.
2. Keterkaitan Langsung ke Belakang (Direct Backward Linkage)
Menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang
menyediakan sebagian input antara bagi sektor tersebut secara langsung per unit
kenaikan total.
2.3.5. Analisis Dampak Penyebaran
Indeks keterkaitan langsung dan tidak langsung baik ke depan maupun ke
belakang yang telah diuraikan di atas belum memadai dipakai sebagai landasan
pemilihan sektor kunci. Indikator-indikator tersebut tidak dapat diperbandingkan
antar sektor karena peranan permintaan setiap sektor tidak sama. Membandingkan
rata-rata dampak yang ditimbulkan oleh sektor tersebut dengan rata-rata dampak
seluruh sektor adalah cara untuk menormalkan kedua indeks tersebut. Analisis ini
disebut dengan dampak penyebaran.
Analisis dampak penyebaran merupakan pengembangan dari indeks
keterkaitan langsung dan tidak langsung, agar indikator antar sektor yang ada
dapat diperbandingkan. Pengembangan tersebut dilakukan dengan cara
rata-rata dampak seluruh sektor dalam perekonomian. Analisis dampak
penyebaran ini dibagi menjadi dua macam, yaitu
1. Koefisien Penyebaran (Daya Penyebaran ke Belakang/Daya Menarik)
Koefisien ini digunakan untuk mengetahui distribusi manfaat dari
pengembangan suatu sektor terhadap pengembangan sektor-sektor lainnya melalui
mekanisme pasar input. Hal ini berarti, kemampuan suatu sektor untuk
meningkatkan pertumbuhan produksi sektor hulunya.
2. Kepekaan Penyebaran (Daya Penyebaran ke Depan/Daya Mendorong)
Konsep ini bermanfaat untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor
terhadap sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar output. Artinya,
kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan produksi sektor-sektor
lain yang memakai output dari sektor ini sebagai inputnya.
2.3.6. Analisis Pengganda (Multiplier)
Analisis pengganda digunakan untuk menghitung dampak yang
ditimbulkan akibat peningkatan atau penurunan variabel suatu sektor terhadap
sektor-sektor lainnya. Berdasarkan analisis pengganda input-output, pendorong
perubahan ekonomi (pendapatan dan tenaga kerja) pada umumnya diasumsikan
sebagai peningkatan penjualan sebesar satu-satuan mata uang kepada permintaan
akhir suatu sektor. Analisis pengganda terbagi menjadi tiga, yaitu:
a. Pengganda Output
Penghitungan pengganda output dilakukan per unit perubahan output
menunjukkan total pembelian input, baik langsung maupun tidak langsung dari
suatu sektor sebesar satu satuan unit moneter ke permintaan akhir, sehingga
matriks tersebut mengandung informasi penting tentang struktur perekonomian,
yang dipelajari dengan menentukan tingkat keterkaitan antar sektor dalam
perekonomian suatu wilayah/negara. Koefisien matriks ini menunjukkan besarnya
perubahan aktivitas dari suatu sektor yang akan mempengaruhi tingkat output dari
sektor-sektor lain.
b. Pengganda Pendapatan
Pengganda pendapatan mengukur penerimaan pendapatan akibat adanya
perubahan output dalam perekonomian. Dalam tabel Input-Output, yang
dimaksud dengan pendapatan adalah upah dan gaji yang diterima oleh rumah
tangga.
c. Pengganda Tenaga kerja
Pengganda tenaga kerja menunjukkan perubahan tenaga kerja yang
disebabkan oleh perubahan awal di sisi output. Pengganda tenaga kerja tidak
diperoleh dari elemen-elemen pada tabel Input-Output, seperti pada pengganda
output dan pendapatan, karena pada tabel Input-Output tidak mengandung
elemen-elemen yang berhubungan dengan tenaga kerja. Pengganda tenaga kerja
diperoleh dengan menambahkan baris pada tabel Input-Output yang menunjukkan
jumlah dari tenaga kerja untuk masing-masing sektor dalam perekonomian suatu
wilayah atau negara. Penambahan baris ini untuk mendapatkan koefisien tenaga
kerja. Cara memperoleh koefisien tenaga kerja adalah dengan membagi setiap
jumlah tenaga kerja masing-masing sektor perekonomian di suatu wilayah atau
d. PenggandaTipe I dan II
PenggandaTipe I dan PenggandaTipe II digunakan untuk mengukur efek
dari output, pendapatan maupun tenaga kerja masing-masing sektor perekonomian
yang disebabkan karena adanya perubahan dalam jumlah output, pendapatan dan
tenaga kerja yang ada di suatu negara atau wilayah. Respon atau efek pengganda
output, pendapatan dan tenaga kerja dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
i) Dampak Awal (Initial Impact)
Dampak awal merupakan stimulus perekonomian yang diasumsikan sebagai
peningkatan atau penurunan penjualan dalam satu unit satuan moneter. Dari
sisi output, dampak awal ini diasumsikan sebagai peningkatan dari penjualan
ke permintaan akhir sebesar satu satuan unit moneter. Peningkatan output itu
memberi efek pada peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja. Efek awal
dari sisi pendapatan ditunjukkan oleh koefisien pendapatan rumah tangga.
Efek awal dari sisi tenaga kerja ditunjukkan oleh koefisien tenaga kerja.
ii) Efek Putaran Pertama (First Round Effect)
Efek putaran pertama menunjukkan efek langsung dari pembelian
masing-masing sektor untuk setiap peningkatan output sebesar satu unit satuan
moneter. Dari sisi output, efek putaran pertama ditunjukkan oleh koefisien
langsung, sedangkan efek putaran pertama dari sisi pendapatan menunjukkan
adanya peningkatan pendapatan dari setiap sektor akibat adanya efek putaran
pertama dari sisi output. Sementara efek putaran pertama dari sisi tenaga
kerja menunjukkan peningkatan penyerapan tenaga kerja akibat adanya efek