• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Peranan Jasa Pariwisata dan Sektor Pendukungnya dalam Perekonomian Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Analisis Input- Output)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Peranan Jasa Pariwisata dan Sektor Pendukungnya dalam Perekonomian Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Analisis Input- Output)"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

OLEH

DWI PANGASTUTI UJIANI H14102028

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(2)

Input-Output (dibimbing oleh Yeti Lis Purnamadewi).

Pariwisata merupakan kegiatan yang berkaitan dengan perjalanan. Pada perkembangannya pariwisata berkembang pesat karena terintegrasi dengan industri lain sehingga berubah menjadi sebuah industri yang mempunyai keterkaitan erat dengan sektor pembangunan lainnya.

Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu daerah tujuan wisata utama di Indonesia. Pemerintah Daerah D.I. Yogyakarta sebagai subyek pengelola pembangunan daerah, mempunyai pertimbangan kuat untuk menempatkan pariwisata sebagai leading sector pembangunan daerah. Secara historis, Propinsi D.I. Yogyakarta semula merupakan daerah pertanian yang dalam perkembangannya mengalami perubahan menjadi kota yang didominasi oleh kegiatan perdagangan, hotel dan restoran. Hal ini terlihat sejak tahun 2003 sumbangan sektor perdagangan, hotel dan restoran mempunyai andil terbesar dalam perekonomian Propinsi D.I. Yogyakarta.

Penurunan jumlah kunjungan wisatawan menyebabkan laju pertumbuhan ekonomi juga mengalami penurunan, karena permintaan akan produk pariwisata menjadi berkurang. Oleh karena itu, diharapkan dengan membaiknya dalam beberapa tahun ke depan akan mendorong naiknya pendapatan masyarakat sehingga permintaan jasa wisata akan tetap tinggi. Hal ini akan mendorong naiknya jumlah wisatawan yang berkunjung ke D.I. Yogyakarta. Berdasarkan kondisi diatas, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sejauh mana peranan jasa pariwisata dan sektor pendukungnya dalam perekonomian Propinsi D. I. Yogyakarta. Hal ini dilihat berdasarkan kontribusinya terhadap struktur perekonomian, daya penyebaran, serta multiplier effect yang ditimbulkan.

Data yang digunakan adalah data sekunder dari BPS Propinsi D.I. Yogyakarta dan instansi terkait lainnya. Analisis yang digunakan yaitu Analisis Input-Output Propinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2000 transaksi total atas dasar harga produsen klasifikasi 83 sektor yang diagregasi menjadi 9 sektor dan 22 sektor yang menggambarkan kondisi perekonomian sebelum peristiwa gempa bumi serta diolah dengan menggunakan Microsof Excell.

(3)

koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran yang lebih besar dari satu. Dalam sektor jasa pariwisata dan sektor pendukungnya itu sendiri, perdagangan dan restoran merupakan subsektor yang mempunyai nilai koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran lebih besar dari satu.

Berdasarkan hasil analisis multiplier, jasa pariwisata dan sektor pendukungnya menduduki peringkat ke empat pada tipe I dan ke lima pada tipe II untuk multiplier output. Pada analisis multiplier pendapatan sektor jasa pariwisata dan sektor pendukungnya menduduki peringkat ketiga pada tipe I dan tipe II setelah sektor pengangkutan dan komunikasi serta industri pengolahan. Sedangkan pada analisis multiplier tenaga kerja sektor tersebut menduduki peringkat ke tujuh pada tipe I dan ke delapan pada tipe II. Berdasarkan subsektornya, industri tekstil, pemintalan dan pertenunan memberikan kontribusi terbesar pada multiplier output tipe I dan tipe II; sektor restoran pada multiplier pendapatan tipe I dan II; sedangkan pada multiplier tenaga kerja tipe I dan tipe II adalah jasa hiburan, rekreasi dan kebudayaan swasta.

Berdasarkan hasil analisis penetapan sektor dengan memperhatikan rangking nilai multiplier yang telah distandarisasi, subsektor jasa pariwisata dan sektor pendukungnya yang dapat dijadikan sebagai sektor kunci adalah jasa hiburan, rekreasi dan kebudayaan swasta serta restoran.

(4)

OLEH

DWI PANGASTUTI UJIANI H14102028

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(5)

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Dwi Pangastuti Ujiani

Nomor Registrasi Pokok : H14102028 Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Peranan Jasa Pariwisata dan Sektor Pendukungnya dalam Perekonomian Propinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta

(Analisis Input- Output)

dapat diterima sebagai syarat untuk menerima gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Ir. Yeti Lis Purnamadewi, M. Sc.

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Dr. Ir. Rina Oktaviani, M. S.

Tanggal Kelulusan:

(6)

DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Agustus 2006

(7)

pasangan Hari Purnomo dan Indah Nursanti. Jenjang pendidikan penulis diawali dengan menamatkan sekolah dasar pada SD Demangan I Yogyakarta, kemudian melanjutan ke SLTP Muhammadiyah 2 Yogyakarta dan lulus pada tahun 1999. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMU Muhammadiyah 5 Yogyakarta dan lulus pada tahun 2002.

(8)

skripsi ini adalah “Analisis Peranan Jasa Pariwisata dan Sektor Pendukungnya dalam Perekonomian Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

(Analisis Input-Output)”. Pariwisata merupakan topik yang sangat menarik sehingga diharapkan dapat berdampak positif terhadap pembangunan dan kesejahteraan masyarakat di daerah. Karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan topik ini khususnya di Propinsi D.I. Yogyakarta. Selain itu, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, terutama kepada Ir. Yeti Lis Purnamadewi, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan baik secara teknis maupun teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Sahara, M.Si yang telah menguji hasil karya ini, semua saran dan kritikan beliau merupakan hal yang sangat berharga dalam penyempurnaan skripsi ini. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Henny Reinhardt, M.Sc selaku dosen Komisi Pendidikan atas perbaikan tata cara penulisan skripsi ini. Meskipun demikian, segala kesalahan yang terjadi dalam penelitian ini, sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.

(9)

Bogor, Agustus 2006

(10)

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Data ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 7

2.1. Tinjauan Pustaka ... 7

2.1.1. Pengertian Jasa Pariwisata ... 7

2.1.2. Tujuan Pembangunan Pariwisata Nasional ... 12

2.1.3. Penelitian Terdahulu ... 13

2.2. Kerangka Pemikiran ... 16

2.2.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 16

2.2.1.1. Teori Sektor Unggulan ... 16

2.2.1.2. Dampak Sosial Pengembangan Pariwisata terhadap Pembangunan Ekonomi ... 21

2.2.1.3. Model Input-Output ... 23

2.2.1.4. Struktur Tabel Input-Output ... 24

2.2.1.5.Analisis Dampak Penyebaran ... 28

2.2.1.6. Analisis Pengganda (Multiplier) ... 28

2.2.1.7. Kerangka Dasar Tabel Input-Output Propinsi D. I. Yogyakarta ... 30

2.2.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 31

III. METODE PENELITIAN ... 34

3.1. Jenis dan Sumber Data ... 34

3.2. Metode Analisis ... 34

(11)

OLEH

DWI PANGASTUTI UJIANI H14102028

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(12)

Input-Output (dibimbing oleh Yeti Lis Purnamadewi).

Pariwisata merupakan kegiatan yang berkaitan dengan perjalanan. Pada perkembangannya pariwisata berkembang pesat karena terintegrasi dengan industri lain sehingga berubah menjadi sebuah industri yang mempunyai keterkaitan erat dengan sektor pembangunan lainnya.

Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu daerah tujuan wisata utama di Indonesia. Pemerintah Daerah D.I. Yogyakarta sebagai subyek pengelola pembangunan daerah, mempunyai pertimbangan kuat untuk menempatkan pariwisata sebagai leading sector pembangunan daerah. Secara historis, Propinsi D.I. Yogyakarta semula merupakan daerah pertanian yang dalam perkembangannya mengalami perubahan menjadi kota yang didominasi oleh kegiatan perdagangan, hotel dan restoran. Hal ini terlihat sejak tahun 2003 sumbangan sektor perdagangan, hotel dan restoran mempunyai andil terbesar dalam perekonomian Propinsi D.I. Yogyakarta.

Penurunan jumlah kunjungan wisatawan menyebabkan laju pertumbuhan ekonomi juga mengalami penurunan, karena permintaan akan produk pariwisata menjadi berkurang. Oleh karena itu, diharapkan dengan membaiknya dalam beberapa tahun ke depan akan mendorong naiknya pendapatan masyarakat sehingga permintaan jasa wisata akan tetap tinggi. Hal ini akan mendorong naiknya jumlah wisatawan yang berkunjung ke D.I. Yogyakarta. Berdasarkan kondisi diatas, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sejauh mana peranan jasa pariwisata dan sektor pendukungnya dalam perekonomian Propinsi D. I. Yogyakarta. Hal ini dilihat berdasarkan kontribusinya terhadap struktur perekonomian, daya penyebaran, serta multiplier effect yang ditimbulkan.

Data yang digunakan adalah data sekunder dari BPS Propinsi D.I. Yogyakarta dan instansi terkait lainnya. Analisis yang digunakan yaitu Analisis Input-Output Propinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2000 transaksi total atas dasar harga produsen klasifikasi 83 sektor yang diagregasi menjadi 9 sektor dan 22 sektor yang menggambarkan kondisi perekonomian sebelum peristiwa gempa bumi serta diolah dengan menggunakan Microsof Excell.

(13)

koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran yang lebih besar dari satu. Dalam sektor jasa pariwisata dan sektor pendukungnya itu sendiri, perdagangan dan restoran merupakan subsektor yang mempunyai nilai koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran lebih besar dari satu.

Berdasarkan hasil analisis multiplier, jasa pariwisata dan sektor pendukungnya menduduki peringkat ke empat pada tipe I dan ke lima pada tipe II untuk multiplier output. Pada analisis multiplier pendapatan sektor jasa pariwisata dan sektor pendukungnya menduduki peringkat ketiga pada tipe I dan tipe II setelah sektor pengangkutan dan komunikasi serta industri pengolahan. Sedangkan pada analisis multiplier tenaga kerja sektor tersebut menduduki peringkat ke tujuh pada tipe I dan ke delapan pada tipe II. Berdasarkan subsektornya, industri tekstil, pemintalan dan pertenunan memberikan kontribusi terbesar pada multiplier output tipe I dan tipe II; sektor restoran pada multiplier pendapatan tipe I dan II; sedangkan pada multiplier tenaga kerja tipe I dan tipe II adalah jasa hiburan, rekreasi dan kebudayaan swasta.

Berdasarkan hasil analisis penetapan sektor dengan memperhatikan rangking nilai multiplier yang telah distandarisasi, subsektor jasa pariwisata dan sektor pendukungnya yang dapat dijadikan sebagai sektor kunci adalah jasa hiburan, rekreasi dan kebudayaan swasta serta restoran.

(14)

OLEH

DWI PANGASTUTI UJIANI H14102028

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(15)

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Dwi Pangastuti Ujiani

Nomor Registrasi Pokok : H14102028 Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Peranan Jasa Pariwisata dan Sektor Pendukungnya dalam Perekonomian Propinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta

(Analisis Input- Output)

dapat diterima sebagai syarat untuk menerima gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Ir. Yeti Lis Purnamadewi, M. Sc.

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Dr. Ir. Rina Oktaviani, M. S.

Tanggal Kelulusan:

(16)

DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Agustus 2006

(17)

pasangan Hari Purnomo dan Indah Nursanti. Jenjang pendidikan penulis diawali dengan menamatkan sekolah dasar pada SD Demangan I Yogyakarta, kemudian melanjutan ke SLTP Muhammadiyah 2 Yogyakarta dan lulus pada tahun 1999. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMU Muhammadiyah 5 Yogyakarta dan lulus pada tahun 2002.

(18)

skripsi ini adalah “Analisis Peranan Jasa Pariwisata dan Sektor Pendukungnya dalam Perekonomian Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

(Analisis Input-Output)”. Pariwisata merupakan topik yang sangat menarik sehingga diharapkan dapat berdampak positif terhadap pembangunan dan kesejahteraan masyarakat di daerah. Karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan topik ini khususnya di Propinsi D.I. Yogyakarta. Selain itu, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, terutama kepada Ir. Yeti Lis Purnamadewi, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan baik secara teknis maupun teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Sahara, M.Si yang telah menguji hasil karya ini, semua saran dan kritikan beliau merupakan hal yang sangat berharga dalam penyempurnaan skripsi ini. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Henny Reinhardt, M.Sc selaku dosen Komisi Pendidikan atas perbaikan tata cara penulisan skripsi ini. Meskipun demikian, segala kesalahan yang terjadi dalam penelitian ini, sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.

(19)

Bogor, Agustus 2006

(20)

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Data ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 7

2.1. Tinjauan Pustaka ... 7

2.1.1. Pengertian Jasa Pariwisata ... 7

2.1.2. Tujuan Pembangunan Pariwisata Nasional ... 12

2.1.3. Penelitian Terdahulu ... 13

2.2. Kerangka Pemikiran ... 16

2.2.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 16

2.2.1.1. Teori Sektor Unggulan ... 16

2.2.1.2. Dampak Sosial Pengembangan Pariwisata terhadap Pembangunan Ekonomi ... 21

2.2.1.3. Model Input-Output ... 23

2.2.1.4. Struktur Tabel Input-Output ... 24

2.2.1.5.Analisis Dampak Penyebaran ... 28

2.2.1.6. Analisis Pengganda (Multiplier) ... 28

2.2.1.7. Kerangka Dasar Tabel Input-Output Propinsi D. I. Yogyakarta ... 30

2.2.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 31

III. METODE PENELITIAN ... 34

3.1. Jenis dan Sumber Data ... 34

3.2. Metode Analisis ... 34

(21)

3.2.2. Analisis Dampak Penyebaran ... 36

3.2.3. Analisis Pengganda (Multiplier) ... 38

3.3. Definisi Operasional Data ... 43

IV. GAMBARAN UMUM PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ... 50

4.1. Letak Geografis ... 50

4.2. Perkembangan Penduduk dan Tenaga Kerja ... 51

4.3. Perekonomian Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ... 53

4.4. Kegiatan Kepariwisataan ... 55

4.4.1. Kebijakan Pembangunan Daerah Terhadap Pariwisata ... 56

4.4.2. Strategi Kebijakan ... 58

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 59

5.1. Peranan Jasa Pariwisata dan Sektor Pendukungya dalam Struktur Perekonomian Propinsi D.I. Yogyakarta ... 59

5.1.1. Struktur Permintaan ... 59

5.1.2. Struktur Konsumsi Rumah Tangga dan Konsumsi Pemerintah ... 63

5.1.3. Kontribusi Terhadap Investasi ... 64

5.1.4. Kontribusi Terhadap Ekspor ... 67

5.1.5. Struktur Nilai Tambah Bruto ... 68

5.2. Dampak Penyebaran ... 73

5.2.1. Koefisien Penyebaran ... 73

5.2.2. Kepekaan Penyebaran ... 75

5.3. Analisis Multiplier ... 76

5.3.1. Multiplier Output ... 77

5.3.2. Multiplier Pendapatan ... 80

5.3.3. Multiplier Tenaga Kerja ... 81

5.4. Analisis Sektor Unggulan ... 83

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 86

6.1. Kesimpulan ... 86

6.2. Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 88

(22)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1.1. Distribusi Persentase Produk Domestik Bruto

Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha

Indonesia Tahun 2001-2004 (Persen) ... 1 1.2. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Propinsi D.I. Yogyakarta

Tahun 2000-2004 (Persen)... 3 1.3. Perkembangan Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara

maupun Nusantara Yang Menggunakan Jasa Akomodasi

di Propinsi D.I Yogyakarta Tahun 1994-2004 ... 4 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu Tentang Keterkaitan... 13 2.2. Hasil penelitian Terdahulu Tentang Multiplier ... 14

2.3. Hasil Penelitian Terdahulu Tentang Dampak Penyebaran ... 15 2.4. Tipologi Chenery-Watanabe ... 19

2.5. Ilustrasi Tabel Input-Output ... 25 3.1. Rumus Multiplier Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja ... 42 4.1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

di Propinsi D.I. Yogyakarta Tahun 1999-2004 ... 52 4.2. Persentase Jumlah Penduduk Berumur 15 tahun ke atas

yang Bekerja Menurut Lapangan Kerja Utama

di Propinsi D.I. Yogyakarta tahun 2004 ... 53 4.3. Laju Pertumbuhan Ekonomi Propinsi D.I. Yogyakarta

menurut Lapangan Usaha tahun 2001-2004 (persen) ... 54 4.4. Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Bidang Pariwisata

dan Kebudayaan Propinsi D.I. Yogyakarta (Rupiah) ... 56 5.1. Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Sektor-sektor

Perekonomian di Propinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2000

Klasifikasi 9 sektor ... 60 5.2. Alokasi Permintaan Akhir Sektor-sektor Perekonomian di

Propinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2000 Klasifikasi 9 Sektor 61 5.3. Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Sektor-sektor

Perekonomian di Propinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2000

(23)

5.4. Struktur Konsumsi Rumah Tangga dan Konsumsi Pemerintah Terhadap Struktur Perekonomian Propinsi D.I. Yogyakarta

Tahun 2000 Klasifikasi 22 sektor ... 64 5.5. Pembentukan Modal Tetap, Perubahan Stok dan Investasi

Sektor-sektor Perekonomian Propinsi D.I. Yogyakarta

Klasifikasi 9 sektor (Juta Rupiah)... 65 5.6. Pembentukan Modal Tetap, Perubahan Stok dan Investasi

Sektor-sektor Perekonomian Propinsi D.I. Yogyakarta

Tahun 2000 Klasifikasi 22 sektor ... 66 5.7. Kontribusi Ekspor Sektor-sektor Perekonomian di Propinsi

D.I. Yogyakarta Tahun 2000 Klasifikasi 22 sektor ... 68 5.8. Struktur Nilai Tambah Bruto Sektor-sektor Perekonomian

Propinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2000 Klasifikasi 9 sektor

(Juta Rupiah)... 69 5.9. Struktur Nilai Tambah Bruto Sektor-sektor Perekonomia

di Propinsi D.I.Yogyakarta Tahun 2000 Klasifikasi 22 sektor

(Juta Rupiah) ... 72 5.10. Koefisien Penyebaran dan Kepekaan Penyebaran

Klasifikasi 9 sektor ... 74 5.11. Koefisien Penyebaran dan Kepekaan Penyebaran Sektor-sektor

Perekonomian Propinsi D.I. Yogyakarta Klasifikasi 22 sektor ... 75 5.12. Multiplier Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Sektor-sektor

Perekonomian Propinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2000

Kalsifikasi 9 sektor ... 77 5.13. Multiplier Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja Sektor-sektor

Perekonomian di Propinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2000

(24)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

(25)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Klasifikasi 9 Sektor dan 22 Sektor Tabel Input-Output

Propinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2000 ... 91 2. Tabel Input-Output Propinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2000

Transaksi Total Atas Dasar Harga Produsen (Juta Rupiah)

Klasifikasi 9 Sektor ... 96 3. Tabel Input-Output Propinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2000

Transaksi Total Atas Dasar Harga Produsen (Juta Rupiah)

(26)

Pariwisata merupakan kegiatan yang berkaitan dengan perjalanan. Sektor pariwisata berkembang pesat karena terintegrasi dengan industri lain, sehingga berubah menjadi sebuah industri yang mempunyai keterkaitan erat dengan sektor pembangunan lain. Sektor Pariwisata merupakan salah satu penyebab timbulnya laju pertumbuhan ekonomi sektor-sektor di luar pertanian, karena menyangkut berbagai sektor perekonomian yang memproduksi barang dan jasa yang sebagian atau seluruhnya dikonsumsi oleh wisatawan mancanegara maupun nusantara yang tidak sama antar berbagai daerah atau wilayah.

Tabel 1.1. Distribusi Persentase Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun 2001-2004 (Persen)

No. Lapangan Usaha 2001 2002 2003 2004

1 Pertanian 15,64 15,47 15,39 15,23

2 Pertambangan dan Penggalian 11,66 11,28 10,66 9,67

3 Industri Pengolahan 27,60 27,85 27,97 28,25

4 Listrik, gas dan Air Bersih 0,63 0,66 0,66 0,67

5 Bangunan 5,55 5,61 5,70 5,87

6 Angkutan dan Komunikasi 4,87 5,06 5,38 5,77

7 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 8,53 8,69 8,87 9,09

8 Jasa 9,28 9,23 9,14 9,12

9 Jasa Pariwisata dan Sektor Pendukungnya 21,24 20,97 21,17 21,15

a. Industri Tekstil, Pemintalan dan Pertenunan 3,25 3,22 3,26 3,23

b. Industri Kayu dan Barang dari Kayu 1,41 1,36 1,31 1,22

c. Perdagangan besar dan eceran 13,34 13,26 13,32 13,37

d. Hotel 0,67 0,67 0,68 0,71

e. Restoran 2,22 2,23 2,23 2,24

f. Jasa Hiburan, Rekreasi dan Kebudayaan Swasta 0,35 0,23 0,37 0,38

Sumber : Statistik Indonesia, 2004

(27)

strategis dalam pembangunan nasional, karena mampu mendatangkan devisa bagi negara nomor dua setelah minyak dan gas (Heriawan, 2004).

Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu daerah tujuan wisata utama di Indonesia. Upaya yang merupakan bentuk keseriusan Pemerintah Propinsi DIY dalam memajukan sektor pariwisata sebagai penggerak pembangunan adalah dengan membentuk Badan Pariwisata Daerah (BAPARDA), berbeda dengan propinsi lain yang hanya berbentuk Dinas Pariwisata serta dengan memberikan brand bagi Yogyakarta yakni Jogja Never Ending Asia, untuk menarik wisatawan asing.

Yogyakarta sebagai kota wisata yang berbasiskan budaya dan dikenal dengan kota pendidikan mempunyai banyak alternatif pariwisata yang dapat dijual mulai dari wisata budaya, wisata sejarah dan purbakala, wisata adat dan kesenian, wisata alam, wisata agroindustri, wisata olah raga maupun wisata konvensi. Pembenahan sektor pariwisata tidak akan pernah berhenti sampai disini, karena sektor pariwisata merupakan sektor yang prospektif dan dapat dijadikan andalan. Trend baru dalam pariwisata adalah menggabungkan perdagangan, pariwisata dan investasi (Trade, Tourism, Investment/TTI) yang akan terus berkembang terutama di kota-kota besar di Indonesia. Selain berkembang dengan menuju trend TTI, wisata MICE (Meeting, Incentive, Conference, Exhibition) merupakan trend wisata lain yang sedang berkembang, sering juga disebut dengan wisata konvensi.

(28)

D.I. Yogyakarta semula merupakan daerah pertanian yang dalam perkembangannya mengalami perubahan menjadi kota yang didominasi oleh kegiatan perdagangan, hotel dan restoran (Tabel 1.2). Hal ini terlihat sejak tahun 2003 sumbangan sektor perdagangan, hotel dan restoran mempunyai peran terbesar dalam perekonomian Propinsi D.I. Yogyakarta. Komponen sektor pariwisata yang mempunyai keterkaitan paling besar penyebab terjadinya pergeseran struktur perekonomian adalah restoran.

Tabel 1.2. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2000 Propinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2001-2004 (Persen)

No. Lapangan Usaha 2001 2002 2003 2004

1 Pertanian 20,53 19,99 19,19 18,91

2 Pertambangan dan Penggalian 0,84 0,81 0,78 0,75

3 Industri Pengolahan 15,65 15,40 15,14 14,83

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,79 0,88 0,88 0,90

5 Bangunan 6,92 7,17 7,67 7,95

6 Angkutan dan Komunikasi 8,83 9,05 9,36 9,80

7 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 8,73 8,95 9,17 9,34

8 Jasa-Jasa 18,05 17,92 17,64 17,19

9 Jasa Pariwisata dan Sektor Pendukungnya 25,58 25,72 25,89 25,91

a. Industri Tekstil, Pemintalan dan Pertenunan 3,31 3,33 3,27 3,18

b. Industri Kayu dan Barang dari Kayu 2,21 2,15 2,06 1,97

c. Perdagangan Besar dan Eceran 8,67 8,50 8,51 8,51

d. Hotel 2,06 2,08 2,11 2,15

e. Restoran 8,94 9,27 9,56 9,69

f. Jasa Hiburan, Rekreasi dan Kebudayaan Swasta 0,39 0,39 0,38 0,41

Sumber : BPS Propinsi D.I. Yogyakarta, 2001-2004

1.2. Perumusan masalah

(29)

Penurunan jumlah kunjungan wisatawan juga terjadi pada tahun 2002 sehingga menjadikan kinerja pariwisata menurun akibat tekanan stabilitas politik dan keamanan dalam negeri. Sedangkan peningkatan yang menggembirakan dengan rata-rata sebesar 45,14 persen terjadi pada tahun 2004 (Tabel 1.3).

Tabel 1.3. Perkembangan Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara maupun Nusantara Yang Menggunakan Jasa Akomodasi di Propinsi D.I Yogyakarta Tahun 1994-2004

Tahun Wisatawan

Keterangan : Tanda (-) menunjukan adanya penurunan tingkat pertumbuhan

(30)

1. Bagaimana peran jasa pariwisata dan sektor pendukungnya dalam perekonomian propinsi D.I. Yogyakarta?

2. Berapa besar dampak penyebaran jasa pariwisata dan sektor pendukungnya di Propinsi D.I. Yogyakarta terhadap sektor-sektor perekonomian?

3. Berapa besar dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh jasa pariwisata dan sektor pendukungnya berdasarkan efek multiplier terhadap output, pendapatan, dan tenaga kerja?

4. Subsektor jasa pariwisata apa yang dapat dikembangkan sebagai sektor prioritas?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan seperti yang dipaparkan diatas maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Menganalisis peranan jasa pariwisata dan sektor pendukungnya dalam struktur perekonomian propinsi D.I.Yogyakarta.

2. Menganalisis dampak penyebaran jasa pariwisata dan sektor pendukungnya di Propinsi D.I. Yogyakarta terhadap sektor-sektor perekonomian.

3. Menganalisis dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh jasa pariwisata dan sektor pendukungnya berdasarkan efek multiplier terhadap output, pendapatan, dan tenaga kerja.

(31)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan mengenai sumbangan pariwisata dalam sektor jasa pariwisata dan sektor pendukungnya yang berdampak pada perekonomian Propinsi D.I. Yogyakarta serta keterkaitan dengan input dan output pembangunan. Sehingga hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dan bahan pertimbangan Pemerintah Daerah DIY dalam menentukan kebijakan pembangunan, khususnya pembangunan pariwisata dan dampaknya terhadap sektor pembangunan lainnya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Data

(32)

2.1.1. Pengertian Jasa Pariwisata

Menurut arti katanya, pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua kata yaitu kata Pari dan kata Wisata. Kata Pari berarti penuh, seluruh, atau semua dan kata wisata berarti perjalanan. Menurut Yoeti (2003), syarat suatu perjalanan disebut sebagai perjalanan pariwisata apabila: (1) Perjalanan dilakukan dari suatu tempat ke tempat yang lain, di luar tempat kediaman orang tersebut biasa tinggal; (2) Tujuan perjalanan semata-mata untuk bersenang-senang, dan tidak mencari nafkah di tempat atau negara yang di kunjunginya; (3) Semata-mata sebagai konsumen di tempat yang dikunjungi.

Menurut Wahab (1992) pariwisata mengandung tiga unsur antara lain : manusia (unsur insani sebagai pelaku kegiatan pariwisata), tempat (unsur fisik yang sebenarnya tercakup oleh kegiatan itu sendiri) dan waktu (unsur tempo yang dihabiskan dalam perjalanan tersebut dan selama berdiam di tempat tujuan). Jadi definisi pariwisata adalah salah satu dari industri gaya baru yang mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan cepat dalam hal kesempatan kerja, pendapatan, taraf hidup dan dalam hal mengaktifkan sektor produksi lain di dalam negara penerima wisatawan.

(33)

adalah kegiatan menghasilkan barang atau jasa untuk dijual dalam suatu lokasi tertentu serta mempunyai catatan administrasi tersendiri dan ada salah satu orang yang bertanggung jawab.

Pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata, menyediakan atau mengusahakan obyek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata dan usaha lain yang terkait di bidang tersebut. Sesuai dengan Undang-undang RI No. 9 Tahun 1990 tentang kepariwisataan, usaha pariwisata digolongkan ke dalam1:

a. Usaha Jasa Pariwisata, timbul karena adanya berbagai macam keperluan dan kebutuhan bagi wisatawan akan mendorong tumbuhnya berbagai jenis usaha jasa pariwisata yang menyediakan keperluan bagi wisatawan serta bertujuan untuk membantu kelancaran perjalanan calon wisatawan. Usaha jasa pariwisata terdiri dari:

1) Jasa biro perjalanan wisata adalah kegiatan usaha yang bersifat komersial yang mengatur, menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan bagi seseorang, atau sekelompok orang untuk melakukan perjalanan dengan tujuan utama untuk berwisata.

2) Jasa agen perjalanan wisata adalah badan usaha yang menyelenggarakan usaha perjalanan yang bertindak sebagai perantara di dalam menjual dan atau mengurus jasa untuk melakukan perjalanan.

3) Usaha jasa pramuwisata adalah kegiatan usaha bersifat komersial yang mengatur, mengkoordinir dan menyediakan tenaga pramuwisata untuk

1

(34)

4) memberikan pelayanan bagi seseorang atau kelompok orang yang melakukan perjalanan wisata.

5) Usaha jasa konvensi, perjalanan insentif dan pameran adalah usaha dengan kegiatan pokok memberikan jasa pelayanan bagi satu pertemuan sekelompok orang (misalnya negarawan, usahawan, cendekiawan) untuk membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan kepentingan bersama. 6) Jasa impresariatadalah kegiatan pengurusan penyelenggaraan hiburan baik

yang mendatangkan, mengirimkan maupun mengembalikannya serta menentukan tempat, waktu dan jenis hiburan.

7) Jasa konsultasi pariwisata adalah jasa berupa saran dan nasehat yang diberikan untuk penyelesaian masalah-masalah yang timbul mulai dan penciptaan gagasan, pelaksanaan operasinya dan disusun secara sistematis berdasarkan disiplin ilmu yang diakui serta disampaikan secara lisan, tertulis maupun gambar oleh tenaga ahli profesional.

8) Jasa informasi pariwisata adalah usaha penyediaan informasi, penyebaran dan pemanfaatan informasi kepariwisataan.

b. Pengusahaan Obyek dan Daya Tarik Wisata yang dikelompokkan dalam: 1) Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata alam merupakan usaha

(35)

2) Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata budaya merupakan usaha seni budaya bangsa yang telah dilengkapi sebagai obyek dan daya tarik wisata untuk dijadikan sasaran wisata.

3) Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata minat khusus merupakan usaha pemanfaatan sumber daya alam dan atau potensi seni budaya bangsa untuk dijadikan sasaran wisatawan yang mempunyai minat khusus.

c. Usaha Sarana Pariwisata yang dikelompokkan dalam:

1) Penyediaan akomodasi adalah usaha penyediaan kamar dan fasilitas lain serta pelayanan yang diperlukan. Perjalanan wisata dengan jarak jauh yang ditempuh lebih dari 24 jam maka diperlukan suatu akomodasi tempat menginap atau istirahat.

2) Penyediaan makanan dan minuman adalah usaha pengolahan, penyediaan dan pelayanan makanan dan minuman yang dapat dilakukan sebagai bagian dari penyediaan akomodasi ataupun sebagai usaha yang berdiri sendiri.

3) Penyediaan angkutan wisata adalah usaha khusus atau sebagian dari usaha dalam rangka penyediaan angkutan pada umumnya yaitu angkutan khusus wisata atau angkutan umum yang menyediakan angkutan wisata.

(36)

5) Penyediaan kawasan pariwisata adalah usaha yang kegiatannya membangun atau mengelola kawasan dengan luas tertentu untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.

Menurut Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata (2004), usaha jasa akomodasi merupakan salah satu usaha sarana pariwisata yang secara faktual oleh banyak pihak di indikasikan memiliki kemampuan untuk menciptakan dampak ganda terhadap usaha-usaha disekitarnya, baik skala kecil, menengah maupun besar. Besarnya peran usaha jasa akomodasi tersebut cukup beralasan mengingat sebagian besar kebutuhan wisatawan selama melakukan perjalanan ke suatu negara atau daerah banyak di topang oleh usaha jasa akomodasi mulai dari akomodasi, perhubungan atau transportasi, jasa boga, atraksi, obyek dan daya tarik wisata, kerajinan atau cinderamata, kargo atau pengangkutan, yang semuanya mengalir dari hulu ke hilir dan membentuk sistem kepariwisataan.

(37)

2.1.2. Tujuan Pembangunan Pariwisata Nasional

Sesuai dengan perkembangan dalam rangka pembangunan nasional, guna meningkatkan kesejahteraan rakyat pembangunan pariwisata dilanjutkan dan ditingkatkan dengan mengembangkan dan mendayagunakan sumber dan potensi kepariwisataan nasional menjadi kegiatan ekonomi yang dapat diandalkan untuk memperbesar penerimaan devisa. Penyelenggaraan kepariwisataan dilaksanakan berdasarkan asas manfaat, usaha bersama dan kekeluargaan, adil dan merata, perikehidupan dalam keseimbangan, dan kepercayaan pada diri sendiri. Berdasarkan UU No. 9 Tahun 1990, penyelenggaraan kepariwisataan bertujuan untuk:

a. Memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan dan meningkatkan mutu obyek dan daya tarik wisata

b. Memupuk rasa cinta tanah air dan meningkatkan persahabatan antar bangsa c. Memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja d. Meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan

dan kemakmuran rakyat

e. Mendorong pendayagunaan produksi nasional.

(38)

2.1.3. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang peran dan keterkaitan dengan menggunakan alat analisis Input-Output telah banyak dilakukan. Penelitian yang sudah dilakukan selama ini dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu: penelitian terhadap seluruh sektor perekonomian, penelitian terhadap sektor pariwisata, dan penelitian terhadap salah satu sektor perekonomian misalnya industri pengolahan, pertanian, dan sebagainya.

Pada dasarnya penelitian yang dilakukan memiliki tujuan yang sama yaitu mempelajari keterkaitan (Linkage), baik keterkaitan langsung ke depan (direct backward linkage) dan ke belakang (direct forward linkage) maupun keterkaitan

langsung dan tidak langsung ke depan dan ke belakang (Tabel 2.1). Selain mempelajari keterkaitan tersebut penelitian-penelitian juga mempelajari pengganda (multiplier) dan dampak penyebaran (Tabel 2.2 dan Tabel 2.3).

Tabel 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu Tentang Keterkaitan

Penelitian Keterkaitan ke Depan Keterkaitan ke Belakang

Lokasi Tahun

Sumber : Suryadi (2000), Heriawan (2004)

(39)

Informasi ini memberikan indikasi bahwa subsektor pariwisata secara langsung lebih peka dalam menciptakan kenaikan output apabila terjadi peningkatan permintaan akhir satu satuan, maka mempunyai kemampuan untuk mendorong pertumbuhan sektor yang menyediakan input bagi keperluan proses produksi. (2) Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan lebih kecil dibandingkan dengan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang (Suryadi, 2000). Nilai tersebut menunjukkan apabila terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar satu satuan terhadap sektor tersebut, maka sektor tersebut akan membutuhkan input untuk proses produksi.

Tabel 2.2. Hasil penelitian Terdahulu Tentang Multiplier

Penelitian Multiplier

Industri Pariwisata

1993

Hiburan&Rekreasi 1995

2000

Sumber : Suryadi (2000), Heriawan (2004), Oktavianti (2005)

(40)

Perbedaan multiplier tipe I dan tipe II pada ketiga penelitan tersebut sama-sama didasarkan pada faktor rumah tangga dimana pada multiplier tipe I rumah tangga dianggap sebagai faktor eksogen, sedangkan pada multiplier tipe II rumah tangga dianggap sebagai faktor endogen.

Tabel 2.3. Hasil Penelitian Terdahulu Tentang Dampak Penyebaran

Penelitian

Lokasi Tahun

Input-Output

Koefisien Penyebaran Kepekaan

Penyebaran

1.Bali

Industri Pariwisata

1993

1,280 1,176

2.Indonesia

Hiburan&Rekreasi 1995

2000

1,668 1,682

1,140 1,049

Sumber: Suryadi (2000), Oktavianti (2005).

Pada Tabel 2.3 menyajikan informasi mengenai koefisien dan kepekaan penyebaran. Nilai kepekaan penyebaran subsektor pariwisata Propinsi Bali lebih besar dibandingkan kedua penelitian lainnya. Basarnya kepekaan penyebaran di Bali tersebut menunjukan bahwa subsektor pariwisata mampu melakukan perluasan pasar dan mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut. Nilai subsektor pariwisata di Indonesia tahun 2000 memiliki nilai koefisien penyebaran yang lebih tinggi, sehingga mampu untuk menarik pertumbuhan industri hulunya.

Secara umum dari ketiga penelitian mengenai dampak penyebaran mempunyai peranan penting dalam pembangunan wilayah, hal ini terbukti dari nilai koefisien dan kepekaan penyebaran mempunyai nilai yang lebih dari satu.

(41)

2.2. Kerangka Pemikiran

2.2.1. Kerangka Teoritis

2.2.1.1.Teori Sektor Unggulan

Suatu proses pembangunan pelaksanaannya dipengaruhi oleh ketersedian sumberdaya dan pembiayaan. Tidak semua daerah memiliki potensi yang sama. Masing-masing memiliki sektor dengan comparatife advatages yang berbeda. Keterbatasan dana pembangunan menuntut suatu perencanaan yang tepat dan efisien, sehingga dapat teralokasi pada sektor yang jika dikembangkan akan memberi dampak yang besar terhadap perekonomian wilayah tersebut secara menyeluruh. Tidak hanya berpengaruh positif pada satu sektor itu saja, namun dapat mendorong pertumbuhan sektor lain yang akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat, baik berupa peningkatan penyerapan tenaga kerja maupun peningkatan pendapatan.

(42)

pembangunan menjadi lebih efektif dan efisien, sehingga dengan keterbatasan yang ada tujuan pembangunan tersebut dapat dicapai.

Analisis input-output dibangun dari teori keseimbangan umum. Model keseimbangan umum merupakan seluruh sistem pasar yang saling berhubungan dan menunjukkan keterkaitan antar sektor serta merupakan indikator bagi suatu sektor untuk menjadi leading sector. Keseimbangan umum seluruh sektor dalam perekonomian adalah satu kesatuan sistem, dengan keseimbangan (atau ketidakseimbangan) di satu sektor berpengaruh terhadap keseimbangan (atau ketidakseimbangan) di sektor-sektor lain. Analisis keseimbangan umum didasarkan atas arus transaksi antar pelaku perekonomian. Hal ini berbeda dengan keseimbangan parsial yang tidak mengikutsertakan kemungkinan terjadinya interaksi antar sektor produksi sebagai bagian keseimbangan itu sendiri (Nazara, 1997).

Keseimbangan dalam analisis input-output didasarkan pada arus transaksi antar pelaku perekonomian dari sisi produksi. Teknologi produksi yang digunakan oleh perekonomian mempunyai peranan yang besar dalam kaitannya dengan penggunaan input antara. Sampai tahap tertentu, input primer dianggap sebagai variabel eksogen, seperti halnya sisi permintaan akhir dijadikan sebagai variabel endogen.

(43)

mengakibatkan kenaikkan pada sektor pertanian. Perubahan yang sama pada sektor pariwisata dan sektor pertanian ini dikarenakan sektor pariwisata dan sektor pertanian merupakan barang komplementer. Perubahan pada kedua sektor ini akan berdampak pada pasar tenaga kerja. Kenaikkan output pada sektor pariwisata akan memberi dampak pada kenaikkan permintaan tenaga kerja. Pada sisi lain, kenaikkan permintaan output pada sektor pertanian juga mengakibatkan kenaikkan permintaan tenaga kerja pada pasar tenaga kerja pada sektor pertanian.

Sumber : Nicholson, 2002.

(44)

Suatu sektor tidak dapat begitu saja menjadi sektor unggulan, ada beberapa hal yang harus dimiliki, diantaranya pertumbuhannya cukup tinggi, stabil dan berkelanjutan. Selain itu, kemampuannya dalam memacu pembangunan wilayah harus memanfaatkan sumberdaya dan pasar domestik serta memiliki indeks ketergantungan impor yang rendah. Sektor unggulan juga tidak hanya memiliki peran dalam artian berupa kontribusi yang sifatnya langsung terhadap perekonomian. Hal ini dilihat dari keterkaitan sektor unggulan terhadap sektor lain.

Beberapa ahli mengemukan tentang pembentukkan sektor kunci, untuk melihat apakah suatu sektor dapat menjadi sektor kunci atau tidak dapat mengunakan Analisis Input Output salah satunya Chenery dan Watanabe (1958) dalam Daryanto (1995) menyatakan bahwa tingginya keterkaitan kedepan dan kebelakang dapat terlihat pada tingginya suatu nilai di atas harga rata-ratanya. Sedangkan rendahnya keterkaitan kedepan dan kebelakang diperlihatkan oleh rendahnya suatu nilai di bawah harga rata-ratanya. Sektor unggulan adalah sektor yang memiliki nilai keterkaitan kedepan dan kebelakang yang tinggi. Sektor yang termasuk dalam kategori ini umumnya adalah sektor yang mengubah input primer menjadi output antara.

Tabel 2.4. Tipologi Chenery-Watanabe

Keterkaitan ke Depan Keterkaitan ke Belakang

Tinggi Rendah

Tinggi Kategori I Kategori II

Rendah Kategori III Kategori IV

(45)

Pendekatan tersebut hanya memperhitungkan efek langsung dari peningkatan output yang diberikan industri tersebut, karena tidak memasukkan efek tenaga kerja dan pendapatan. Menurut Rasmusen dalam Daryanto (1995) mengemukakan bahwa untuk mengukur keterkaitan (baik kedepan maupun kebelakang) terdapat dua jenis indeks, yaitu ;

1. Kemapuan penyebaran (power of dispersion), dalam Analisis Input-Output disebut Daya Penyebaran.

2. Kepekaan Penyebaran (sensitivity of dispersion), dalam Analisis Input Output disebut juga Derajat Kepekaan.

Dampak penyebaran serta Derajat Kepekaan tersebut merupakan perbandingan dampak (kebelakang maupun kedepan) terhadap rata-rata seluruh dampak sektor. Jika nilai indeks dari suatu sektor lebih dari satu, maka pengaruhnya di atas rata-rata dan sektor tersebut dapat dijadikan sebagai sektor kunci.

Menurut Daryanto (1995) untuk mengidentifikasi suatu sektor dapat menjadi sektor kunci atau tidak, dilaksanakan dengan empat metode, yaitu

1. Sektor tersebut memiliki keterkaitan kebelakang (backward linkage) dan keterkaitan kedepan (forward linkage) yang relatif tinggi.

2. Sektor tersebut menghasilkan output bruto yang relatif tinggi, sehingga mampu mempertahankan permintaan akhir (final demand) yang relatif tinggi pula.

(46)

4. Sektor tersebut dapat menciptakan lapangan kerja yang relatif tinggi.

Teori multiplier dikemukakan oleh beberapa ahli, salah satunya oleh Miller and Blair (1985). Multiplier digunakan untuk menilai efek dari perubahan eksogen terhadap variabel-variabel penting dalam ekonomi. Multiplier-multiplier yang sering digunakan untuk memperoleh efek dari perubahan eksogen adalah multiplier output, pendapatan dan tenaga kerja. Pendekatan tersebut sangat sederhana karena hanya memperhitungkan efek langsung dari peningkatan output yang diberikan industri tersebut, namun tanpa memperhitungkan efek tidak langsung yang mungkin dapat memberikan hasil yang lebih nyata.

2.2.1.2.Dampak Sosial Pengembangan Pariwisata terhadap Pembangunan Ekonomi

Tujuan dari pembangunan dan pengembangan pariwisata menurut Wight (1998) dalam Poerwanto (2004) adalah untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan ekonomi, sosial budaya dan pelestarian lingkungan. Konsep menjaga keseimbangan terhadap aset pariwisata merupakan perwujudan kepedulian terhadap kualitas hidup secara utuh. Menurut Spillane (1994), adapun dampak positif yang dapat dirasakan antara lain:

1. Perubahan pada jangka panjang dalam struktur permintaan yang dapat mendorong perluasan dari sektor-sektor jasa dalam perekonomian, khususnya jasa-jasa pariwisata. Semakin tinggi tingkat pendapatan nyata dan semakin banyak waktu yang disediakan untuk liburan, maka semakin besar permintaan akan rekreasi dan hiburan serta manfaat lain dari pariwisata.

(47)

merupakan sumber pokok dari perkerjaan pada tingkat regional. Terciptanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat sebagai tenaga keamanan, kebersihan, tenaga dapur (koki), tenaga cuci dan lain sebagainya.

3. Pariwisata sebagai sumber devisa dalam neraca pembayaran.

4. Pariwisata mendistribusikan pembangunan dari pusat industri ke arah wilayah desa yang belum berkembang. Jadi pariwisata dapat menjadi dasar pembangunan regional.

Selain dampak positif yang ditimbulkan, dalam pengembangan usaha jasa dan akomodasi juga dapat menimbulkan dampak negatif terhadap pembangunan ekonomi (Splillane, 1994) antara lain:

1. Pariwisata sering dianggap tergantung pada pasar asing dan impor. 2. Terjadinya kebocoran pendapatan dari industri pariwisata.

3. Perkembangan fasilitas pariwisata cenderung berpolarisasi secara spasial yaitu berkaitan dengan tempat.

4. Sifat dari pekerjaan dalam sektor pariwisata cenderung menerima gaji yang rendah, menjadi pekerja musiman, tidak ada serikat buruh, hanya bekerja pada sebagian waktu (part time), dan khusus untuk anggota keluarga.

5. Permintaan akan pariwisata dapat menaikkan harga tanah, sehingga menyebabkan kesulitan bagi penghuni tersebut yang tidak bekerja dalam sektor pariwisata dan ingin membangun rumah atau mendirikan bisnis disana. 6. Perkembangan pariwisata dapat menimbulkan masalah besar terhadap

(48)

2.2.1.3.Model Input-Output

Analisis Input-Output pertama kali dikembangkan oleh W.Leontif pada tahun 1930. Tabel input-output telah berkembang menjadi salah satu metode paling luas diterima, tidak hanya untuk mendiskripsikan struktur industri suatu perekonomian tetapi juga mencakup cara untuk memprediksikan perubahan-perubahan struktur tersebut (Glasson, 1977). Model I-O Leontif ini didasarkan atas model keseimbangan umum (General Equilibrium).

Menurut BPS (2000) pengertian Tabel I-O adalah suatu tabel yang menyajikan informasi tentang barang dan jasa antar sektor ekonomi dengan bentuk penyajian berupa matrik. Isian sepanjang baris Tabel I-O menunjukan pengalokasian output yang dihasilkan oleh suatu sektor untuk memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir. Di samping itu, isian pada baris nilai tambah menunjukkan komposisi penciptaan nilai tambah sektoral. Sedangkan isian sepanjang kolomnya menunjukkan struktur input yang digunakan oleh masing-masing sektor dalam proses produksi, baik berupa input antara maupun input primer. Sebagai metode kualitatif tabel ini memberikan gambaran menyeluruh tentang:

1. Struktur perekonomian suatu wilayah yang mencakup output dan nilai tambah masing-masing sektor.

2. Struktur input antara yaitu transaksi penggunaan barang dan jasa antar sektor-sektor produksi.

(49)

4. Struktur permintaan barang dan jasa baik berupa permintaan oleh berbagai sektor produksi maupun permintaan untuk konsumsi, investasi dan ekspor.

Beberapa tahun belakangan ini, model I-O telah dikembangkan untuk keperluan yang lebih luas dalam analisis ekonomi. Beberapa kegunaan dari analisis I-O menurut BPS (2000) antara lain adalah:

1. Untuk memperkirakan dampak permintaan akhir terhadap output, nilai tambah, impor, penerimaan pajak, dan penyerapan tenaga kerja di berbagai sektor produksi.

2. Untuk melihat komposisi penyediaan dan penggunaan barang dan jasa terutama dalam analisis terhadap kebutuhan impor dan kemungkinan substitusinya.

3. Untuk analisis perubahan harga, yaitu dengan melihat pengaruh secara langsung dan tidak langsung dari perubahan harga input terhadap output. 4. Untuk mengetahui sektor-sektor yang berpengaruh paling dominan terhadap

pertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor yang paling peka terhadap pertumbuhan perekonomian.

5. Untuk menggambarkan perekonomian suatu wilayah dan mengidentifikasikan karakteristik struktural suatu perekonomian wilayah.

2.2.1.4.Struktur Tabel Input - Output

(50)

sektor produksi dengan empat komponen permintaan akhir, yaitu konsumsi rumah tangga (C),investasi (I), pengeluaran pemerintah (G) dan ekspor (E) serta dua faktor produksi yaitu tenaga kerja (L) dan kapital dengan balas jasa sewa (N). Pada Tabel 2.5 memperlihatkan gambaran yang lebih lengkap mengenai format Tabel I-O.

Tabel 2.5. Ilustrasi Tabel Input-Output

Sektor Produksi Permintaan Akhir Total

Output

Sumber : Miller dan Blair, 1985.

Input antara terjadi karena adanya arus perpindahan barang antar sektor yaitu sektor i ke sektor j dan juga bisa terjadi perpindahan di dalam sektor itu sendiri. Tabel 2.5 menunjukkan terjadinya arus atau perpindahan barang dari sektor i ke sektor j, dimana i=j. Nilai uang arus barang dan jasa dari sektor i ke sektor j diberi notasi zij, total output diberi notasi Xi, dan total permintaan akhir sektor i diberi notasi Yi. Dengan demikian dapat dituliskan sebagai berikut:

(51)

perusahaan, pemerintah dan pihak luar negeri. Permintaan akhir rumah tangga adalah konsumsi rumah tangga, permintaan akhir perusahaan adalah investasi, permintaan akhir pemerintah adalah pengeluaran pemerintah, dan permintaan akhir dari luar negeri adalah ekspor. Pada persamaan (2.2) terlihat bahwa terdapat n sektor yang sama seperti persamaan untuk seluruh sektor perekonomian, yaitu:

X1 = z11 + z12 + ... + z1n + Y1 X2 = z21 + z22 + ... + z2n + Y2 . . . . . . . . . . . . . . .

Xn1= zn1 + zn2 + ... + znn = Yn (2.2) Sesuai dengan definisi tabel Input-Output, total input harus sama dengan

total output. Berdasarkan sifatnya yang linear, maka dapat dituliskan sebagai berikut :

X1 + X2 + L + N + M = X

(52)

L + N + M = C + I + G + E Atau

L + N = C + I + G (E – M ) (2.4) Analisa Input–Output berdasarkan persamaan diatas memegang peranan penting sebagai dasar analisa ekonomi mengenai keadaan perekonomian suatu wilayah. Selanjutnya, secara umum matriks dalam Tabel Input-Output dapat dibagi ke dalam empat kuadran, yaitu:

1. Kuadran I ( Intemediate Quadran )

Setiap sel pada kuadran I merupakan transaksi antara, yaitu transaksi barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi. Kuadran ini memberikan informasi mengenai ketergantungan antar sektor produksi dalam perekonomian. Analisa I-O kuadran ini memiliki peranan yang sangat penting karena kuadran inilah yang menunjukkan keterkaitan antar sektor ekonomi dalam melakukan proses produksinya.

2. Kuadran II ( Final Demand Quadran )

Menunjukan penjualan barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor perekonomian untuk memenuhi permintaan akhir. Permintaan akhir adalah output suatu sektor yang langsung dipergunakan oleh rumah tangga, pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stock dan ekspor.

3. Kuadran III ( Primary Input Quadran )

(53)

keseluruhan nilai tambah ini akan menghasilkan produk domestik bruto yang dihasilkan oleh wilayah tersebut.

4. Kuadran IV ( Primary Input-Final Demand Quadran )

Merupakan kuadran input primer permintaan akhir yang menunjukan transaksi langsung antara kuadran input primer dengan permintaan akhir tanpa melalui sistem produksi atau kuadran antara.

2.2.1.5.Analisis Dampak Penyebaran

Terdiri dari koefisien penyebaran yang berguna untuk mengetahui distribusi manfaat dari pengembangan suatu sektor terhadap perkembangan sektor lainnya, sedangkan kepekaan penyebaran berguna untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor terhadap sektor lainnya melalui mekanisme pasar output. 2.2.1.6.Analisis Pengganda (Multiplier)

(54)

satu satuan mata uang kepada permintaan akhir suatu sektor. Stimulus ekonomi yang sering dimaksud adalah dapat berupa output, pendapatan, dan tenaga kerja. a. Multiplier Output

Multiplier output dihitung dalam per unit perubahan output sebagai efek awal (initial effect), yaitu kenaikan atau penurunan output sebesar satu unit satuan moneter. Sedangkan setiap elemen dalam matrik kebalikan Leontief (α)

menunjukkan total pembelian input baik langsung maupun tidak langsung dari sektor i yang disebabkan karena peningkatan penjualan dari sektor i sebesar satu unit satuan moneter kepada permintaan akhir.

b. Multiplier Pendapatan (Nilai Tambah)

Multiplier pendapatan mengukur peningkatan pendapatan akibat adnya perubahan output dalam perekonomian. Pendapatan dalam Tabel Input-Output adalah upah dan gaji yang diterima oleh rumah tangga. Pengertian pendapatan disini tidak hanya mencakup beberapa jenis pendapatan yang pada umumnya diklasifikasikan sebagai pendapatan rumah tangga, tetapi juga deviden dan bunga bank.

c. Multiplier Tenaga Kerja

(55)

membagi setiap jumlah tenaga kerja tiap sektor perekonomian wilayah atau negara dengan jumlah total input dari tiap sektor tersebut.

2.2.1.7.Kerangka Dasar Tabel Input Output Propinsi D.I. Yogyakarta

Tabel Input-Output Propinsi D.I. Yogyakarta sajikan ke dalam tiga kuadran yaitu Kuadran I, II, dan III. Kuadran I merupakan kuadran permintaan antara yang terdiri dari sel-sel yang berisi transaksi antara barang dan jasa dalam proses produksi. Dikuadran ini sektor-sektor perekonomian Propinsi D. I. Yogyakarta dibagi menjadi 83 sektor. Peneliti melakukan agregasi 9 sektor dan 22 sektor terhadap sektor-sektor dalam Tabel Input-Output Propinsi D. I. Yogyakarta Tahun 2000.

Kuadran II berisi angka-angka transaksi yang memperlihatkan komposisi permintaan akhir terhadap suatu sektor produksi. Komponen permintaan akhir dalam Tabel I-O meliputi Konsumsi Rumah tangga (301), Konsumsi Pemerintah (302), Pembentukan Modal Tetap Bruto (303), Perubahan Stok (304), Jumlah ekpor barang dan jasa (305). Jumlah permintaan (310) merupakan jumlah permintaan antara (180) ditambah dengan jumlah permintaan akhir (309). Sedangkan jumlah penyediaan (700) dalam Tabel Input Output Propinsi D. I. Yogyakarta merupakan penjumlahan dari impor barang dan jasa (409), dan jumlah output (600). Jumlah margin perdagangan dan biaya pengangkutan sama dengan nol karena tabel yang digunakan sebagai metode analisis adalah tabel transaksi atas dasar harga produsen, dimana margin perdagangan tidak diperhitungkan.

(56)

barang dan jasa yang berasal dari produksi dalam negeri ditambah dengan impor. Disamping itu diharapkan dapat memberikan kestabilan pada koefisien input yang dihasilkan karena hubungan langsung antar sektor yang tidak dipengaruhi lagi oleh unsur margin distribusi.

Kuadran III terdiri dari sel-sel nilai tambah bruto (209). Nilai tambah bruto terdiri dari upah dan gaji (201), surplus usaha (202), penyusutan (203) dan pajak tak langsung (204). Sedangkan jumlah input (210) merupakan penjumlahan dari jumlah input antara (190) dan nilai tambah bruto (209).

2.2.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Strategi pengembangan yang menitik beratkan pada pertumbuhan ekonomi menganggap bahwa kesejahteraan masyarakat dapat ditingkatkan dengan cepat melalui peningkatan satu atau beberapa sektor ekonomi kunci. Peningkatan output sektor kunci tersebut akan meningkatkan output sektor-sektor lainnya melalui proses penggandaan (multiplier) dan keterkaitan (linkage) antar sektor. Peningkatan output berbagai sektor ekonomi melalui suatu proses yang disebut sebagai penetesan ke bawah (trickle down effect) yang akan menyebabkan peningkatan pendapatan pada berbagai golongan masyarakat di negara (wilayah) yang bersangkutan. Peningkatan pendapatan ini sekaligus mencerminkan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

(57)

satu kontribusi penting yang disumbangkan oleh sektor pariwisata adalah aspek pemberdayaan masyarakat lokal, serta merupakan sektor yang mampu meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan pendapatan masyarakat pada tingkat yang layak dari sebelumnya.

Sehubungan dengan itu, pada penelitian ini akan melihat tentang peranan jasa pariwisata dan sektor pendukungnya bagi pembangunan ekonomi Propinsi D.I. Yogyakarta. Pengagregasian sektoral dilakukan hingga 9 sektor dan 22 sektor utama sebagai sektor yang di agregasi, serta di turunkan dari sektor industri tekstil, pemintalan dan pertenunan, industri kayu dan hasil kayu lainnya, perdagangan, hotel, restoran serta jasa hiburan, rekreasi dan kebudayaan swasta. Pengolahann data dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excell. Analisis lain yang digunakan adalah analisis keterkaitan, yang digunakan untuk menganalisis keterkaitan antar sektor pariwisata dengan sektor ekonomi lainnya.

(58)

Keterangan : ( ) Analisis yang digunakan

Ruang Lingkup Penelitian

Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Sektor Pariwisata

Peran Jasa Pariwisata dan Sektor Pendukungnya dalam Perekonomian

Propinsi D. I. Yogyakarta

(Analisis Input-Output) Perekonomian Propinsi D. I. Yogyakarta

Keterkaitan dengan sektor yang lain

(Analisis Penyebaran)

Dampak terhadap Kesempatan kerja

(Analisis Multiplier Tenaga Kerja)

Dampak terhadap Pendapatan

(Analisis Multiplier Pendapatan)

Strategi Pengembangan Sektor Jasa Pariwisata dan

Sektor Pendukungnya

Dampak terhadap Pertumbuhan Output

(Analisis Multiplier Output)

(59)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan menggunakan Tabel Input-Output Propinsi D.I. Yogyakarta tahun 2000 klasifikasi 83 sektor yang kemudian diagregasi menjadi 9 sektor dan 22 sektor (Lampiran 1). Beberapa data sekunder lainnya diambil dari Badan Pariwisata Daerah (BAPARDA) Propinsi D.I. Yogyakarta, Lembaga Studi Pariwisata (STUPPADATA), internet serta dinas lainnya yang terkait.

3.2. Metode Analisis

Alat analisis yang digunakan untuk mempelajari peranan jasa pariwisata dan sektor pendukungnya terhadap perekonomian DIY adalah Analisis Tabel Input-Output Atas Dasar Harga Produsen, digunakan untuk mengetahui peranan sektor pariwisata terhadap perekonomian DIY sebagai sektor penyedia input maupun sebagai sektor pemakai input, sedangkan dampak yang ditimbulkan oleh sektor tersebut dapat dikaji berdasarkan analisis multiplier (output, pendapatan, den kesempatan kerja) serta keterkaitan antar sektor. Pada analisis keterkaitan antar sektor dan multiplier ini alat yang digunakan adalah Microsoft Excell.

3.2.1. Koefisien Input

(60)

X1 = z11 + z12 + ... + z1n + Y1 Jika diketahui matrik koefisien teknis :

aij = Χ

ij

z

(3.2)

Jika persamaan (3.1) disubstitusikan ke persamaan (3.2) maka didapat persamaan (3.3) sebagai berikut :

X1 = a11X11 + a12X12 + ... + a13X1n + Y1 Jika ditulis dalam bentuk persamaan matrik, persamaan (3.3) akan menjadi persamaan sebagai berikut :

I = Matriks identitas yang elemennya memuat angka satu pada pola diagonalnya dan nol pada selainnya.

Y = Permintaan akhir X = Jumlah output (I-A) = Matrik leontief

(61)

Persamaan (3.4) diatas terlihat bahwa output setiap sektor memiliki hubungan fungsional terhadap permintaan akhir, dengan (I-A) -1 sebagai koefisien antaranya. Matriks kebalikan ini mempunyai peranan penting sebagai alat analisis ekonomi karena menunjukan adanya saling keterkaitan antara tingkat permintaan akhir terhadap tingkat produksi.

3.2.2. Analisis Dampak Penyebaran

Indeks keterkaitan langsung dan tidak langsung baik ke depan maupun ke belakang di atas belumlah memadai dipakai sebagai landasan pemilihan sektor kunci. Indikator-indikator tersebut tidak dapat diperbandingkan antar sektor karena peranan permintaan akhir setiap sektor tidak sama. Oleh karena itu kedua indeks tersebut haruslah dinormalkan dengan cara membandingkan rata-rata dampak yang ditimbulkan oleh sektor tersebut dengan rata-rata dampak seluruh sektor. Analisis ini disebut dampak penyebaran yang terbagi dua yaitu kepekaan penyebaran dan koefisien penyebaran.

1. Koefisien Penyebaran (Daya Penyebaran ke Belakang / daya menarik)

(62)

Pdi =

Pdj= Koefisien penyebaran sektor j αij = unsur matrik kebalikan Leontief

2. Kepekaan Penyebaran (Daya Penyebaran ke depan / daya mendorong)

Konsep ini bermanfaat untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor terhadap sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar output, serta sering diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan sektor-sektor lain yang memakai input dari sektor-sektor ini. Sektor j dikatakan mempunyai kepekaan penyebaran yang tinggi apabila nilai Sdj lebih besar dari satu. sebaliknya jika nilai Sdj lebih kecil dari satu. Rumus yang digunakan untuk mencari nilai kepekaan penyebaran adalah :

Sdj =

(63)

3.2.3. Analisis Pengganda ( Multiplier)

a. Multiplier Output

Multiplier Output sektor j merupakan total dari output atau produksi yang dihasilkan oleh perekonomian untuk memenuhi adanya perubahan satu unit permintaan akhir sektor j. Peningkatan permintaan akhir di sektor j tersebut tidak hanya meningkatkan output produksi sektor j, tetapi juga akan meningkatkan ouput sektor-sektor lain. Peningkatan output sektor lain ini akibat adanya efek langsung dan efek tidak langsung dari peningkatan permintaan akhir sektor j tersebut, sehingga multiplier output sederhana untuk sektor j dapat dirumuskan sebagai berikut:

Oj = ∑ = n

j i

ij

α (3.7)

dimana :

Oj = Multiplier Output

αij = Unsur matrik kebalikan leontif

b. Multiplier Pendapatan

(64)

αn+1 = Koefisien pendapatan sektor j

αij = Unsur matrik kebalikan leontif

1. Multiplier Pendapatan Tipe I

Multiplier pendapatan tipe I merupakan besarnya peningkatan pendapatan pada suatu sektor akibat meningkatnya permintaan akhir output sektor tersebut sebesar satu unit. Artinya apabila permintaan akhir terhadap output sektor tertentu meningkat sebesar satu rupiah maka akan meningkatkan pendapatan rumah tangga yang bekerja pada sektor tertentu meningkat sebesar satu rupiah atau sebesar nilai pengganda pendapatan sektor yang bersangkutan.

Multiplier pendapatan tipe I merupakan penjumlahan pengaruh langsung dan tidak langsung dibagi dengan pengaruh langsung yang dirumuskan sebagai berikut:

Yj = Multiplier pendapatan tipe I sektor ke-j αij = Unsur matrik kebalikan leontif terbuka

α (n+1)j = Koefisien pendapatan sektor j

2. Multiplier Pendapatan Tipe II

(65)

Atau secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

α(n+1)j = Koefisien pendapatan sektor ke-j (orang/satuan rupiah)

ij

α = Unsur matrik kebalikan leontif tertutup

c. Multiplier Tenaga Kerja

Multiplier tenaga kerja merupakan besarnya kesempatan kerja yang tersedia pada sektor tersebut sebagai akibat penambahan permintaan akhir dari sektor yang bersangkutan sebesar satu satuan rupiah. Jika ingin mengetahui efek dari satu unit perubahan permintaan di suatu sektor produksi terhadap perubahan lapangan pekerjaan, diperlukan jumlah lapangan pekerjaan awal, atau jumlah tenaga kerja awal di masing-masing sektor produksi. Efek tenaga kerja dari perubahan satu unit output sektor j dapat dirumuskan sebagai berikut:

(66)

1. Multiplier Tenaga kerja Tipe I

Pengganda tenaga kerja tipe I adalah berubahnya kesempatan kerja yang terjadi pada sektor tersebut lainnya akibat penambahan permintaan akhir dari suatu sektor sebesar satu satuan secara langsung dan tidak langsung.

Wj = wn j

W(n+1)i = Koefisien tenaga kerja sektor ke-i (orang/satuan rupiah) W(n+1)j = Koefisien tenaga kerja sektor ke-j (orang/satuan rupiah) α ij = Unsur matrik kebalikan leontif terbuka

2. Multiplier Tenaga Kerja Tipe II

Pada pengganda tenaga kerja tipe ini sudah diperhitungkan pengaruh dari

induce effect.

W(n+1)i = Koefisien tenaga kerja sektor ke-i (orang/satuan rupiah) W(n+1)j = Koefisien tenaga kerja sektor ke-j (orang/satuan rupiah)

ij

(67)

Nilai Output Pendapatan Tenaga Kerja

Dampak Awal (N) sektor j Perubahan Output

sektor j=ΔXj=1

Perubahan Output sektor j=ΔXj=1

Perubahan pembayaran tenaga kerja sektor j=α(n+1)

Perubahan Output sektor j=ΔXj=1

Perubahan tenaga kerja sektor j=w (n+1)j

Dampak langsung dan

(68)

Keterangan:

Oj = Multiplier Output tipe I sektor j

j

O = Multiplier Output tipe II sektor j

Hj = Multiplier Pendapatan biasa sektor j Yj = Multiplier Pendapatan tipe I sektor ke-j

Hj = Multiplier Pendapatan total sektor j

j

Y = Multiplier pendapatan tipe II sektor ke-j

Wj = Multiplier Tenaga Kerja tipe I sektor j

Ej = Multiplier Tenaga Kerja biasa sektor j

j

W = Multiplier Tenaga Kerja tipe II sektor j

Ej = Multiplier Tenaga Kerja total sektor j α ij = Unsur matrik kebalikan leontif terbuka

ij

α = Unsur matrik kebalikan leontif tertutup

W (n+1)j = Koefisien tenaga kerja sektor ke-j α (n+1)j = Koefisien pendapatan sektor ke-j

3.3.Definisi Operasional Data

a. Jasa Pariwisata dan Sektor Pendukungnya

(69)

b. Perdagangan

Kegiatan perdagangan meliputi pembelian dan penjualan barang, baik barang baru maupun bekas untuk tujuan penyaluran atau pendistribusian kepada konsumen tanpa merubah bentuk barang tersebut. Subsektor perdagangan dikelompokkan dalam dua jenis yaitu perdagangan besar dan eceran. Perdagangan besar mencakup kegiatan pengumpulan dan penjualan kembali oleh pedagang dari produsen atau importir ke pedagang besar lainnya, sedangkan pedagang eceran mencakup kegiatan perdagangan yang pada umumnya melayani konsumsi perorangan atau rumah tangga.

c. Restoran

Restoran dalam pengertian Tabel I-O pada umumnya merupakan kegiatan yang menyediakan makanan dan minuman jadi yang dapat dinikmati langsung di tempat penjualan, baik dengan tempat tetap maupun tidak tetap, termasuk pedagang makanan dan minuman keliling. Kegiatan ini meliputi restoran, bar, warung makan, usaha jasa boga dan sejenisnya. Penyediaan makanan yang bersifat menunjang usaha tidak dimasukkan sebagai kegiatan restoran, misalnya kegiatan penyediaan makanan dan minuman pada perhotelan, angkutan penumpang dengan kapal laut dan pesawat udara.

d. Hotel

(70)

ditujukan untuk para anggota dan pegawainya, tidak termasuk dalam kegiatan ini.

e. Jasa Hiburan dan Rekreasi

Jasa hiburan dan rekreasi menurut Tabel I-O meliputi kegiatan produksi dan distribusi film, baik komersial dan reproduksi film video, maupun film dokumenter untuk kepentingan pemerintah, jasa bioskop dan panggung hiburan, studio radio, perpustakaan, museum, kebun binatang, gedung olah raga, kolam renang, klab malam, taman hiburan, dan sebagainya. Studio televisi dan stasiun pemancar yang dikelola oleh pemerintah, seperti TVRI dan RRI dimasukkan ke dalam jasa pemerintahan umum dan pertahanan. Selain itu studi televisi swasta dan stasiun radio swasta juga dicakup oleh sektor ini.

f. Output

Gambar

Tabel 1.1. Distribusi Persentase Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun 2001-2004 (Persen)
Tabel 1.2.   Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)            Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun  2000 Propinsi D.I
Tabel 1.3.  Perkembangan Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara maupun          Nusantara Yang Menggunakan Jasa Akomodasi di Propinsi D.I Yogyakarta Tahun 1994-2004
Tabel 2.2. Hasil penelitian Terdahulu Tentang Multiplier
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Risiko operasional berkaitan dengan kesalahan manusiawi (human error), kegagalan sistem, dan ketidakcukupan prosedur dan kontrol. 5) Risiko Hukum, adalah risiko

decimal menjadi biner oleh IC (Integcrated Circuit) MT8870 dan kode hasil proses dialihsandikan tadi diteruskan ke Arduino untuk memproses perintah yang diberikan

kah saya dapat mengetahui bahwa Roh Kudus ingin menyatakan karunia.. menafsirkan bahasa roh melalui saya? Jawabannya sama dengan apa yang telah kami sarankan mengenai karunia yang

Memohon kesediaan dari Bapak/Ibu/Saudara/i untuk kiranya dapat berpartisipasi dalam mengisi kuesioner penelitian berikut, berkaitan dengan penyusunan skripsi yang

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat, hidayah dan ridho-Nya, Skripsi yang berjudul: “ Meningkatkan kemampuan mengarang mata

Pada presentasi kelompok 1 hal yang dapat saya pahami adalah bahwa kurikulum.. bertujuan untuk memperbaiki sistem belajar siswa disekolah dan mendorong

From basic instructions on pulping, drying, and forming paper sheets, to creating marbled, block-printed, and textured paper, or fashioning decorative coverings for trays,