• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Peranan Sektor Pariwisata dan Subsektor Pendukungnya terhadap Perekonomian Kabupaten Badung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Peranan Sektor Pariwisata dan Subsektor Pendukungnya terhadap Perekonomian Kabupaten Badung"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

 

ANALISIS PERANAN SEKTOR PARIWISATA DAN

SUBSEKTOR PENDUKUNGNYA TERHADAP

PEREKONOMIAN KABUPATEN BADUNG

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2013

(2)
(3)

 

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Peranan Sektor Pariwisata dan Subsektor Pendukungnya terhadap Perekonomian Kabupaten Badung adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, 28 Mei 2013

(4)

  ARIEF DARYANTO.

Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor berbasis jasa yang potensial dan strategis dalam pengembangan perekonomian nasional dan daerah. Pengembangan pada sektor pariwisata akan berpengaruh terhadap perkembangan sektor-sektor ekonomi lainnya. Kabupaten Badung adalah salah satu daerah yang berada di Provinsi Bali dengan memiliki tempat-tempat wisata utama dari Pulau Bali. Hal ini merupakan salah satu alasan yang mendorong pemerintah untuk terus meningkatkan pengembangan dari sektor pariwisata. Penelitian ini menggunakan analisis input-output dari Tabel Input-Output Kabupaten Badung tahun 2009 dengan klasifikasi 54 sektor yang diagreasi menjadi 13 sektor dan 9 sektor. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sektor perdagangan memiliki pengaruh yang besar, sedangkan sektor pariwisata kurang memiliki pengaruh terhadap sektor ekonomi lainnya. Pada subsektor pariwisata yaitu subsektor restoran, rumah makan dan warung memiliki pengaruh yang besar terhadap sektor perekonomian lainnya baik sektor hulu maupun hilir. Oleh karena itu, pemerintah harus terus meningkatkan sektor pariwisata dengan memprioritaskan pengembangan subsektor restoran, rumah makan, dan warung agar dapat mendorong perekonomian Kabupaten Badung.

Kata kunci: Input Output, Kabupaten Badung, Pariwisata

ABSTRACT

GALUH RAGA PRAMANA. Role of Tourism Sector and Supporters Subsector on the Badung regency Economy Analysis. Supervised by ARIEF DARYANTO

The tourism sector is one of the sector-based potential and strategic services in the development of national and regional economies. Development of the tourism sector will affect the development of other economic sectors. Badung regency is one of the areas in the province of Bali by having the main tourist attractions of the Bali island. This is one of the reasons that prompted the government to continue to enhance the development of the tourism sector. This research uses input-output analysis of the Input-Output Tables Badung Regency in 2009 with the classification of 54 sectors into 13 sectors and 9 sectors. Results of this study indicate that the trade sector has a huge effect, while the tourism sector has less influence on other economic sectors. However, the sub-sector of tourism subsector restaurants and cafes have a considerable influence on other sectors of the economy both upstream and downstream. Therefore, the government should continue to improve the tourism sector by prioritizing the development of subsector restaurants, and cafes in order to stimulate the economy of the Badung regency.

(5)

 

ANALISIS PERANAN SEKTOR PARIWISATA DAN

SUBSEKTOR PENDUKUNGNYA TERHADAP

PEREKONOMIAN KABUPATEN BADUNG

GALUH RAGA PRAMANA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

 

Judul Skripsi : Analisis Peranan Sektor Pariwisata dan Subsektor Pendukungnya terhadap Perekonomian Kabupaten Badung

Nama : Galuh Raga Pramana NIM : H14090069

Disetujui oleh

Arief Daryanto, Ph. D Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Dedi Budiman Hakim Ketua Departemen

(8)

  segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2012 sampai Mei 2013 ini ialah Analisis Peranan Sektor Pariwisata dan Subsektor Pendukungnya terhadap Perekonomian Kabupaten Badung.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Arief Daryanto, Ph.D selaku dosen pembimbing selama proses penyelesaian skripsi, Bapak Dr.Ir. Manutun Parulian Hutagaol M.Si dan Ibu Ranti Wiliasih M.Si selaku dosen penguji dalam proses sidang sikripsi, pihak BPS Pusat yang telah menyediakan dan melayani penulis saat proses pengumpulan data. Kepada Rissa, Assrianti, dan Reska yang telah banyak membantu selama proses pengumpulan dan pengolahan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak tercinta Agus Irianto, Ibu tercinta Nanik Sugiyarti, serta kakak dan adik tercinta Dian Purbasari dan Pupi Rahma Sari yang telah memberi dukungan secara moril. Kepada seluruh teman dan sahabat Departemen Ilmu Ekonomi 46 atas dukungannya selama menjalani pendidikan di Bogor, serta seluruh pihak yang telah menyemangati dan selalu mendoakan yang terbaik bagi penulis.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, 28 Mei 2013

(9)

v

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

Ruang Lingkup Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 4

Definisi Kepariwisataan 4

Peran Pariwisata 5

Tujuan Pembangunan Pariwisata Nasional 7

Penelitian Terdahulu 7

Kerangka Pemikiran 9

METODE PENELITIAN 10

Lokasi dan Waktu Penelitian 10

Jenis dan Sumber Data 10

Metode Analisis 10

Analisis Keterkaitan 10

Dampak Penyebaran 11

Analisis Multiplier 12

Sektor Kunci 14

Konsep dan Definisi Operasional Data 14

GAMBARAN UMUM KABUPATEN BADUNG 19

Sektor Pariwisata Kabupaten Badung 21

(10)

 

Perkembangan Kunjungan Wisata Kabupaten Badung 24

HASIL DAN PEMBAHASAN 24

Peranan Sektor Pariwisata Terhadap Perekonomian Kabupaten Badung 24

Struktur Permintaan 24

Struktur Konsumsi Rumah Tangga dan Pemerintah 26

Struktur Investasi 28

Struktur Ekspor Impor 28

Struktur Nilai Tambah Bruto 29

Struktur Output Sektoral 31

Analisis Keterkaitan 31

Analisis Dampak Penyebaran 34

Analisis Pengganda (Multiplier) 37

Analisis Sektor Kunci 40

SIMPULAN DAN SARAN 42

Simpulan 42 Saran 43

DAFTAR PUSTAKA 43

LAMPIRAN 45

RIWAYAT HIDUP 59

(11)

vii

DAFTAR TABEL

1. Distribusi persentase produk domestik regional bruto (PDRB)

Kabupaten Badung atas dasar harga konstan 2000 (persen) 2 2. Rumus pengganda output, pendapatan dan tenaga kerja 13 3. PDRB sektor pariwisata Kabupaten Badung atas dasar harga konstan

2000 (juta rupiah) 22

4. Perkembangan jumlah kunjungan wisatawan di Kabupaten Badung 24 5. Struktur permintaan antara dan permintaan akhir perekonomian

Kabupaten Badung 2009 (juta rupiah) 26

6. Konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah terhadap

perekonomian Kabupaten Badung tahun 2009 (juta rupiah) 27 7. Struktur investasi sektor-sektor perekonomian Kabupaten Badung

tahun 2009 (juta rupiah) 28

8. Ekspor impor sektor-sektor perekonomian Kabupaten Badung tahun

2009 (juta rupiah) 29

9. Struktur nilai tambah bruto Kabupaten Badung tahun 2009 (juta

rupiah) 30 10. Struktur output sektor-sektor perekonomian Kabupaten Badung

tahun 2009 (juta rupiah) 31

11. Keterkaitan output ke depan sektor-sektor perekonomian Kabupaten

Badung tahun 2009 (agregasi 9 sektor) 32

12. Keterkaitan output ke depan subsektor pariwisata Kabupaten Badung

tahun 2009 (agregasi 13 sektor) 33

13. Keterkaitan output ke belakang sektor-sektor perekonomian

Kabupaten Badung tahun 2009 (agregasi 9 sektor) 34 14. Keterkaitan output ke belakang subsektor pariwisata perekonomian

Kabupaten Badung tahun 2009 (agregasi 13 sektor) 34 15. Koefisien penyebaran sektor-sektor perekonomian Kabupaten

Badung 35 16. Koefisien penyebaran subsektor pariwisata Kabupaten Badung 36

17. Kepekaan penyebaran sektor-sektor perekonomian Kabupaten

Badung 36 18. Kepekaan penyebaran subsektor pariwisata Kabupaten Badung 37

19. Pengganda output sektor-sektor perekonomian Kabupaten Badung 38 20. Pengganda output subsektor pariwisata Kabupaten Badung 39 21. Pengganda pendapatan sektor-sektor perekonomian Kabupaten

Badung 40 22. Pengganda pendapatan subsektor pariwisata Kabupaten Badung 40

23. Indeks multiplier aktual subsektor pariwisata Kabupaten Badung

tahun 2009. 41

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka pemikiran operasional 9

2. Peta wilayah Kabupaten Badung 20

3. Fasilitas kepariwisataan di Kabupaten Badung tahun 2010 21 4. Jumlah akomodasi/hotel berbintang, non berbintang/melati, dan

pondok wisata di Kabupaten Badung tahun 2009 22

(12)

 

DAFTAR LAMPIRAN

1. Agregasi 13 sektor dan 9 sektor dari klasifikasi 54 sektor Tabel

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang berbasis jasa yang potensial dan stategis dalam pengembangan perekonomian nasional maupun daerah. Hal ini dikarenakan pada sektor pariwisata mampu mendatangkan pendapatan bagi negara maupun daerah. Hal ini juga yang mendorong pemerintah terus meningkatkan pembangunan sektor pariwisata disamping menurunnya peranan sektor minyak dan gas sebagai sumber pendapatan.

Menurut Wahab (1992), pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan dan standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Banyak sekali manfaat yang dapat diambil dari pengembangan sektor pariwisata. Salah satunya adalah menggalang persatuan bangsa yang rakyatnya memiliki daerah yang berbeda, bahasa, adat istiadat dan cita rasa yang beraneka ragam pula. Selain hal tersebut, pariwisata tidak akan menimbulkan masalah polusi dan akan terus mengalami perkembangan tanpa harus merusakkan sumberdaya alam di suatu wilayah.

Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang memiliki kontribusi dalam penyerapan tenaga kerja. Adanya kunjungan wisatawan pada suatu daerah, maka daerah tersebut diharuskan dapat menyediakan permintaan dari wisatawan tersebut. Hal tersebut menjadi suatu peluang usaha bagi masyarkat baik dalam bentuk penginapan atau hotel, rumah makan atau restoran, jasa angkutan dan lain sebagainya, sehingga pengangguran akan berkurang dan pendapatan masyarakat akan meningkat. Selain hal tersebut, sektor pariwisata juga memiliki multiplier effect yang sangat berperan bagi perekonomian. Kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara akan berpengaruh pada konsumsi wisatawan. Dampaknya akan berpengaruh pada nilai belanja pengeluaran wisatawan (spending leisure), sehingga akan berpengaruh terhadap kesempatan kerja, pendapatan dan penerimaan devisa bagi daerah tujuan wisata. Disamping itu, juga berhubungan dengan aktivitas ekonomi lain seperti transportasi, komunikasi, pertanian, industri dan sektor lainnya, sehingga sektor pariwisata memiliki keterkaitan dengan sektor lainnya.

(14)

Tabel 1 Distribusi persentase produk domestik regional bruto (PDRB) Kabupaten Badung atas dasar harga konstan 2000

(Persen)

SEKTOR 2008 2009 2010 2011

Pertanian 8.50 8.23 8.29 8.04

Pertambangan dan

Penggalian 0.11 0.10 0.10 0.10 Industri Pengolahan 2.80 2.79 2.88 2.82

Listrik, Gas dan Air

Bersih 1.60 1.60 1.60 1.60

Bangunan 4.54 4.42 4.31 4.36

Perdagangan 4.57 4.64 4.75 4.86 Pariwisata 66.79 67.32 67.35 67.51 Keuangan, Persewaan,

dan Jasa Perusahaan 2.72 2.62 2.53 2.43

Jasa-jasa 8.37 8.28 8.19 8.28

TOTAL 100 100 100 100

Sumber: BPS Kabupaten Badung 2012.

Dari Tabel 1 tersebut, dapat diketahui sektor yang memberikan sumbangan terbesar dalam PDRB Kabupaten Badung adalah sektor pariwisata. Sektor pariwisata juga memiliki sumbangan terhadap PDRB yang terus meningkat setiap tahunnya. Hal tersebut mengindikasikan bahwa sektor pariwisata merupakan sektor andalan dan sangat potensial untuk terus dikembangkan di Kabupaten Badung.

Pembangunan dan pengembangan pada sektor pariwisata diharapkan akan menimbulkan multiplier effect terhadap sektor-sektor ekonomi lain. Hal ini akan sangat berpengaruh dalam peningkatan laju pertumbuhan perekonomian, sehingga diperlukan analisis terhadap keterkaitan sektor pariwisata dengan sektor-sektor ekonomi yang lainnya.

Perumusan Masalah

Sektor pariwisata di Kabupaten Badung tidak akan terlepas dari keberadaan sektor-sektor ekonomi lainnya. Terjadinya suatu perubahan pada sektor pariwisata akan berpengaruh pada sektor ekonomi lainnya, dan begitu pula sebaliknya terjadinya perubahan pada salah satu sektor ekonomi yang lain, juga akan berpengaruh pada sektor pariwisata. Kondisi seperti inilah yang sering disebut dengan multiplier effect dimana perubahan pada salah satu sektor akan mempengaruhin kondisi sektor yang lain.

Peningkatan dan pengembangan pada sektor pariwisata Kabupaten Badung diharapkan dapat sebagai sektor kunci bagi perkembangan sektor-sektor ekonomi lainnya yang akan meningkatkan PDRB Kabupaten Badung.

(15)

1. Bagaimana peranan sektor pariwisata dalam pembentukan output, permintaan antara, permintaan akhir, dan nilai tambah bruto Kabupaten Badung?

2. Bagaimana keterkaitan sektor pariwisata dengan sektor-sektor lainnya? 3. Berapakah besar dampak dan pengaruh penyebaran sektor pariwisata

terhadap sektor lainnya?

4. Bagaimana efek multliplier output dan pendapatan sektor pariwisata dalam perekonomian?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari uraian perumusan masalah diatas penelitian ini memiliki beberapa tujuan, yaitu :

1. Menganalisis peran sektor pariwisata dalam pembentukan output, permintaan antara, permintaan akhir, dan nilai tambah bruto Kabupaten Badung.

2. Menganalisis keterkaitan sektor pariwisata dengan sektor-sektor lainnya di Kabupaten Badung.

3. Menganalisis dampak dan pengaruh penyebaran sektor pariwisata terhadap sektor lainnya.

4. Menganalisis efek multiplier output, pendapatan, dan tenaga kerja sektor pariwisata dalam perekonomian Kabupaten Badung.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi para pengambil kebijakan di Kabupaten Badung dalam melakukan perencanaan pengembangan pariwisata dan perekonomian Kabupaten Badung.

2. Sebagai bahan pustaka, informasi dan referensi bagi pihak yang membutuhkan serta sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian

(16)

data transaksi domestik atas dasar harga produsen. Penggunaan sektor pariwisata dalam penelitian ini terdiri dari lima subsektor pendukung, yaitu; subsektor restoran, hotel, transportasi dan komunikasi, jasa biro perjalanan wisata, jasa hiburan, dan atraksi budaya.

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Definisi Kepariwisataan

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan dijelaskan sebagai berikut:

1. Wisata adalah suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi, dalam jangka waktu sementara.

2. Wisatawan adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan wisata. Wisatawan dapat berasal dari dalam negeri atau yang dikenal dengan sebutan wisatawan domestik dan adapula wisatawan yang berasal dari luar negara tujuan yang disebut wisatawan mancanegara (wisman).

3. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.

4. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha.

5. Daya tarik wisataadalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. 6. Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata

adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.

7. Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata.

8. Pengusaha Pariwisataadalah orang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan usaha pariwisata.

(17)

penting, yaitu: perjalanan itu sendiri dan tinggal sementara di tempat tujuan dengan berbagai aktivitas wisatanya.

Semua orang yang melakukan perjalanan dari suatu tempat (tempat asal) ke tempat lain termasuk kegiatan wisata. Perjalanan rutin seseorang ke tempat bekerja walaupun mungkin cukup jauh dari segi jarak tentu bukan termasuk kategori wisatawan. Dengan kata lain, kegiatan pariwisata adalah kegiatan bersenang-senang (leisure) yang mengeluarkan uang atau melakukan tindakan konsumtif (Heriawan, 2004).

Individu yang melakukan kegiatan wisata sering disebut sebagai wisatawan. Dalam hal tersebut wisatawan dibagi menjadi dua ada wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara.

Wisatawan Nusantara

Wisatawan Nusantara atau domestic tourist adalah penduduk Indonesia yang melakukan perjalanan dalam wilayah geografis Indonesia (perjalanan dalam negeri) secara sukarela dalam jangka waktu kurang dari satu tahun dan bukan untuk tujuan bersekolah atau bekerja, serta sifat perjalanannya bukan rutin (commuting).

Wisatawan Mancanegara

Wisatawan mancanegara adalah setiap orang yang mengunjungi sebuah negara di luar tempat tinggalnya, didorong oleh satu atau beberapa keperluan yang bukan untuk bekerja atau memperoleh penghasilan di tempat yang dikunjungi.

Berikut definisi wisatawan menurut Ismayanti (2010) yaitu: 1. Visitor

Visitor atau pengunjung adalah siapa pun yang melakukan perjalanan ke daerah lain di luar lingkungan kesehariannya dalam jangka waktu tidak lebih dari 12 bulan berturut-turut dan tujuan perjalanan tidak untuk mencari nafkah di daerah tersebut.

2. Tourist

Tourist atau wisatawan merupakan pengunjung yang menginap atau pengunjung yang tinggal di daerah tujuan setidaknya satu malam diakomodasi umum ataupun pribadi.

3. Same day visitor

Same day visitor atau pengunjung harian adalah ekskurionis, pengunjung yang tidak bermalam diakomodasi umum atau pribadi di daerah tujuan.

Peran Pariwisata

(18)

Pengembangan di dalam sektor pariwisata akan berhasil dengan baik, apabila masyarakat luas dapat lebih berperan atau ikut serta secara aktif. Agar masyarakat luas dapat lebih dapat berperan serta dalam pembangunan kepariwisataan, maka masyarakat perlu diberi pemahaman tentang apa yang dimaksud dengan pariwisata serta manfaat dan keuntungan-keuntungan apa yang akan diperoleh. Disamping itu, masyarakat juga harus mengetahui hal-hal yang dapat merugikan yang diakibatkan oleh adanya pariwisata tersebut.

Menurut Hutabarat (1992), peranan pariwisata saat ini antara lain adalah: 1. Peran Ekonomi

Meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah. Peningkatan pendapatan masyarakat dan pemerintah berasal dari pembelanjaan dan biaya yang dikeluarkan wisatawan selama perjalanan dan persinggahannya seperti untuk hotel, makan dan minum, cenderamata, angkutan, dan sebagainya. Selain itu juga, mendorong peningkatan dan pertumbuhan di bidang pembangunan sektor lain. Salah satu ciri khas pariwisata, adalah sifatnya yang tergantung dan terkait dengan bidang pembangunan sektor lainnya. Dengan demikian, berkembangnya kepariwisataan akan mendorong peningkatan dan pertumbuhan bidang pembangunan lain.

Pengembangan pariwisata berpengaruh positif pada perluasan peluang usaha dan kerja. Peluang usaha dan kerja tersebut lahir karena adanya permintaan wisatawan. Dengan demikian, kedatangan wisatawan ke suatu daerah akan membuka peluang bagi masyarakat tersebut untuk menjadi pengusaha hotel, wisma, homestay, restoran, warung, angkutan dan lain-lain. Peluang usaha tersebut akan memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk bekerja dan sekaligus dapat menambah pendapatan untuk dapat menunjang kehidupan rumah tangganya.

2. Peran Sosial

Semakin luasnya lapangan kerja. Sarana dan prasarana seperti hotel, restoran dan perusahaan perjalanan adalah usaha-usaha yang ”padat karya”. Untuk menjalankan jenis usaha yang tumbuh dibutuhkan tenaga kerja dan makin banyak wisatawan yang berkunjung, makin banyak pula lapangan kerja yang tercipta. Di Indonesia penyerapan tenaga kerja yang bersifat langsung dan menonjol adalah bidang perhotelan, biro perjalanan, pemandu wisata, instansi pariwisata pemerintah yang memerlukan tenaga terampil. Pariwisata juga menciptakan tenaga di bidang yang tidak langsung berhubungan, seperti bidang konstruksi dan jalan.

3. Peran Kebudayaan

Mendorong pelestarian budaya dan peninggalan sejarah. Indonesia memiliki beraneka ragam adat istiadat, kesenian, peninggalan sejarah yang selain menjadi daya tarik wisata juga menjadi modal utama untuk mengembangkan pariwisata. Oleh karena itu, pengembangan pariwisata akan mengupayakan agar modal utama tersebut tetap terpelihara, dilestarikan, dan dikembangkan.

(19)

Hal ini merangsang masyarakat untuk memelihara apa yang khas dan asli untuk diperlihatkan kepada wisatawan.

Tujuan Pembangunan Pariwisata Nasional

Sesuai dengan perkembangan dalam rangka pembangunan nasional, guna meningkatkan kesejahteraan rakyat pembangunan pariwisata dilanjutkan dan ditingkatkan dengan mengembangkan dan mendayagunakan sumber dan potensi kepariwisataan nasional menjadi kegiatan ekonomi yang dapat diandalkan untuk memperbesar penerimaan devisa. Penyelenggaraan kepariwisataan dilaksanakan berdasarkan asas manfaat, usaha bersama dan kekeluargaan, adil dan merata, perikehidupan dalam keseimbangan, dan kepercayaan pada diri sendiri. Berdasarkan UU No. 9 Tahun 1990, penyelenggaraan kepariwisataan bertujuan untuk:

a. Memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan dan meningkatkan mutu obyek dan daya tarik wisata

b. Memupuk rasa cinta tanah air dan meningkatkan persahabatan antar bangsa c. Memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja d. Meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan

dan kemakmuran rakyat

e. Mendorong pendayagunaan produksi nasional.

Sesuai dengan tujuan tersebut, berbagai program yang digalakan seperti pembangunan obyek dan daya tarik wisata baru, disamping itu juga tetap memperhatikan kemampuan untuk mendorong peningkatan pengembangan kehidupan ekonomi dan sosial budaya, nilai-nilai agama, adat istiadat, serta pandangan dan nilai - nilai kehidupan dalam masyarakat.

Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian yang dilakukan dengan menggunakan alat analisis Input-Output telah banyak dilakukan. Penelitian yang sudah dilakukan selama ini terbagi menjadi ; 1) Penelitian terhadap seluruh sektor-sektor perekonomian, 2) Penelitian terhadap salah satu sektor perekonomian, 3) Penelitian terhadap sektor agroindustri dan non agroindustri, 4) Penelitian terhadap sektor pertanian dan industri pengolahan.

Heriawan (2004) dalam disertasinya menganalisis tentang peran sektor pariwisata terhadap perekonomian di Indonesia. Metode yang digunakannya adalah Input-Output Indonesia dan SAM. Dalam penelitiannya, dia mendefinisikan pariwisata adalah sebagai sektor hotel, restoran, angkutan, dan jasa serta sektor industri kerajinan.

(20)

tahun 2003 Produk Domestik Bruto (PDB) sektoral yaitu sebesar Rp103.6 triliun dari total PDB nasional sebesar Rp1 921.5 triliun atau sebesar 5.39 persen.

Kemudian untuk nilai total output sektor pariwisata pada tahun 2000 adalah sebesar Rp226.9 triliun atau sebesar 8.40 persen dari total output nasional yang mencapai sebesar Rp2 701.1 triliun. Kemudian untuk tahun 2003, nilai total output sektor pariwisata yaitu sebesar Rp220.5 triliun atau sebesar 5.81 persen dari total output nasional.

Adapun pengaruh sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja pada tahun 2000 yaitu sebanyak 7.45 juta orang dari total 89.82 juta orang atau sebesar 8.29 persen. Pada tahun 2003 pengaruh sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja yaitu sebesar 7.21 juta orang dari total 90.8 juta orang atau sebesar 7.94 persen.

Lumaksono (2011) dalam disertasinya menganalisis tentang dampak ekonomi internasional terhadap perekonomian indonesia. Metode yang digunakannya adalah Input-Output dan ekonometrika. Dijelaskan bahwa jumlah penerimaan devisa pariwisata tergantung dari jumlah kedatangan wisman beserta rata-rata pengeluarannya yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berbeda antarnegara asal wisatawan. Gross Domestic Product (GDP) merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi jumlah kedatangan wisman maupun pengeluaran mereka selama berada di Indonesia. Semakin sejahtera suatu negara yang diindikasikan oleh pertumbuhan ekonominya, semakin meningkat jumlah penduduk negara tersebut yang melakukan perjalanan ke Indonesia.

Naik-turunnya harga pariwisata Indonesia dipengaruhi oleh nilai tukar mata uang rupiah terhadap mata uang negara asal wisman, indeks harga konsumen Indonesia maupun indeks harga konsumen negara asal wisman. Penguatan nilai rupiah terhadap mata uang negara asal wisatawan akan mengurangi minat wisatawan untuk mengunjungi Indonesia dan menurunkan pengeluaran mereka selama berada di Indonesia.

Santri (2009) menganalisis mengenai potensi sektor pariwisata untuk meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat Provinsi Bali yang menggunakan Tabel Input-Output (updating) tahun 2007 transaksi domestik atas harga produsen, diperoleh hasil sektor pariwisata memiliki peran yang relatif besar terhadap struktur perekonomian Provinsi Bali. Hal ini dapat dilihat dari permintaan total sektor pariwisata pada tahun 2007 mencapai 36.00 persen dari umlah total permintaan seluruhnya. Dalam permintaan akhir, sektor pariwisata memiliki nilai tertinggi yaitu sebesar 40.25 persen dari total permintaan akhir.

Pengeluaran konsumsi rumah tangga, sektor pariwisata juga menempati posisi tertinggi sebesar 30.75 persen dari total pengeluaran rumah tangga terhadap output domestik. Untuk investasi, sektor pariwisata berada di urutan kedua yaitu sebesar 8.79 persen dari total investasi provinsi Bali. Dalam struktur ekspor dan impor, pariwisata juga menempati posisi tertinggi dengan nilai ekspor sebesar 69.30 persen, dan nilai impor 26.29 persen.

(21)

keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang, subsektor travel dan biro yang memiliki nilai terbesar.

Kerangka Pemikiran

Metode analisis input-output digunakan untuk menganalisis mengenai keterkaitan dan dampak baik dari sektor pariwisata dalam perekonomian maupun antar subsektor penyusun sektor pariwisata Kabupaten Badung. Analisis input-output dapat digunakan juga untuk menganalisis peran sektor pariwisata ataupun subsektor penyusun sektor pariwisata terhadap pembentukan konsumsi pemerintah dan rumah tangga, permintaan dan penawaran, investasi, serta nilai tambah bruto Kabupaten Badung. Dalam penelitian ini, analisis yang digunakan adalah analisis dampak penyebaran, analisis keterkaitan, dan analisis multiplier.

Keterangan : Ruang lingkup penelitian

Sumber analisis

Gambar 1 Kerangka pemikiran operasional

Perekonomian Kabupaten Badung

Sektor Pariwisata

Peran jasa pariwisata dan Sektor pendukungnya dalam Perekonomian

Kabupaten Badung (Analisis Input-Output)

Keterkaitan dengan sektor lain (Analisis Penyebaran)

Analisis Keterkaitan Analisis Multiplier

Peran Sektor Pariwisata terhadap Kabupaten Badung

Tabel Input-Output Kabupaten Badung tahun 2009

(22)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Badung Provinsi Bali, dikarenakan beberapa hal yang dapat dijadikan pertimbangan. Pertimbangan tersebut yaitu; (1) Tersedianya Tabel Input-Output Kabupaten Badung, (2) Kabupaten Badung merupakan daerah yang memiliki banyak kawasan wisata utama dari Pulau Bali yang merupakan tujuan wisata mancanegara, dan (3) Belum pernah dilakukannya penelitian mengenai peranan sektor pariwisata dalam perekonomian Kabupaten Badung.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang sebagian besar berasal dari Tabel Input-Output Kabupaten Badung tahun 2009 klasifikasi 54 sektor yang diagregasikan menjadi tiga belas dan sembilan sektor. Data diperoleh dari berbagai sumber dan instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS) Pusat, Badan Pusat Statistik Badung dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Badung, serta dari berbagai sumber pendukung lainnya. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Microsoft Excel dan

Input-Output Analysis for Practitioners (IOAP).

Metode Analisis

Analisis Keterkaitan

Analisis keterkaitan digunakan untuk melihat keterkaitan antar sektor. Keterkaitan ini terdiri dari, keterkaitan langsung ke depan, keterkaitan langsung ke belakang, keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan dan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang.

1. Keterkaitan Langsung ke Depan

Keterkaitan langsung ke depan menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian output sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total.

Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut:

F(d)i=∑ (1)

(23)

 

n = jumlah sektor

2. Keterkaitan Langsung Ke Belakang

Keterkaitan langsung ke belakang menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total.

Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut :

B(d)j= ∑ (2)

B(d)j = keterkaitan langsung ke belakang sektor i

= unsur matrik koefisien teknis n = jumlah sektor

3. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan

Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan output bagi sektor tersebut secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total.

Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut:

F(d+i) )i= ∑ (3)

F(d+i) )i = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan sektor i,

= unsur matrik kebalikan Leontief model terbuka. n = jumlah sektor

4. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang

Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang menunjukkan akibat dari suatu sektor yang diteliti terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total.

Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut :

B(d+i)j = ∑ (4)

B(d+i)j = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang sektor i

= unsur matrik kebalikan Leontief model terbuka n = jumlah sektor

Dampak Penyebaran

(24)

tidak dapat diperbandingkan antar sektor karena peranan permintaan setiap sektor tidak sama. Membandingkan rata-rata dampak yang ditimbulkan oleh sektor tersebut dengan rata-rata dampak seluruh sektor adalah cara untuk menormalkan kedua indeks tersebut. Analisis ini disebut dengan dampak penyebaran yang terbagi dua yaitu kepekaan penyebaran dan koefisien penyebaran.

1. Kepekaan Penyebaran (Daya Penyebaran ke Depan)

Konsep kepekaan penyebaran (daya penyebaran ke depan) bermanfaat untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor terhadap sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar output. Konsep ini sering juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan produksi sektor-sektor lain yang memakai input dari sektor ini. Sektor i dikatakan mempunyai kepekaan penyebaran yang tinggi apabila nilai Sd i lebih besar dari satu. Sebaliknya sektor i dikatakan mempunyai kepekaan penyebaran yang rendah jika nilai Sdi lebih kecil dari satu. Rumus yang digunakan untuk mencari nilai kepekaan penyebaran adalah:

Sdi = ∑

∑ ∑

Sdi = kepekaan penyebaran sektor i, = unsur matrik kebalikan Leontief n = jumlah sektor

2. Koefisien Penyebaran (Daya Penyebaran ke Belakang)

Konsep koefisien penyebaran (daya penyebaran ke belakang) memiliki fungsi untuk mengetahui distribusi manfaat dari pengembangan suatu sektor terhadap perkembangan sektor-sektor lainnya melalui mekanisme transaksi pasar input. Konsep ini sering juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan industri hulunya. Sektor j dikatakan mempunyai keterkaitan ke belakang yang tinggi apabila nilai Pd

j lebih besar dari satu,

sebaliknya jika nilai Pd

j lebih kecil dari satu. Rumus yang digunakan untuk

mencari nilai koefisien penyebaran adalah sebagai berikut:

Pdj = ∑

∑ ∑

Pdj = kepekaan penyebaran sektor j = unsur matrik kebalikan Leontief n = jumlah sektor

Analisis Multiplier

Berdasarkan matrik kebalikan Leontief, baik untuk model terbuka (

α

ij ) maupun untuk model tertutup (

α

*

(25)

pendapatan dan tenaga kerja, dihitung dengan menggunakan rumus multiplier tipe I dan II sebagai berikut:

Tabel 2 Rumus pengganda output, pendapatan, dan tenaga kerja

Nilai

Multiplier

Output Pendapatan Tenaga Kerja

Efek awal

Sumber: Daryanto, A ; Hafizrianda, Y (2010).

Keterangan:

a = Koefisien Output

= KoefisienPendapatan Rumah Tangga = Koefisien Tenaga Kerja

= Matrik Kebalikan Leontief Model Terbuka = Matrik Kebalikan Leontief Model Tertutup

Melihat hubungan antara efek awal dan efek lanjutan per unit pengukuran dari sisi output, pendapatan dan tenaga kerja, dapat dihitung dengan menggunakan rumus multiplier tipe I dan multiplier tipe II berikut:

Tipe I =      Efek P  P        I  A

Tipe II =Efek       P  P        I       I  K  A

1. Koefisien Pendapatan ( )

(26)

=

Dimana: = keofisien pendapatan sektor i

= jumlah upah dan gaji sektor i = jumlah output total sektor i

Keofisien Tenaga Kerja ( )

Koefisien tenaga kerja merupakan suatu bilangan yang menunjukkan besarnya jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit output. Koefisien tenaga kerja dapat dirumuskan sebagai berikut:

=

Dimana: = koefisien tenaga kerja sektor i = jumlah tenaga kerja sektor i

= jumlah output total sektor i

Sektor Kunci

Adanya penggunaan input antara yang berasal dari output sektor lain dan penggunaan input primer seperti tenga kerja dan modal, membuat suatu sektor produksi menjadi terintegrasi dengan sektor-sektor lainnya dalam suatu perekonomian. Keterkaitan antar sektor merupakan salah satu syarat yang harus dimiliki oleh growth pole dalam perkembangan ekonomi. Grwoth pole tersebut seharusnya lebih mengacu pada suatu sektor yang bisa menyebar dalam berbagai aktivitas sektor produksi sehingga mampu menggerakkan ekonomi secara keseluruhan. Sektor semacam ini umumnya memiliki ciri-ciri, (1) perkembangannya relatif cepat, (2) industrinya relatif besar untuk memberikan dampak langsung dan tidak langsung, (3) memiliki keterkaitan tinggi antar industri, dan (4) inovatif (Arsyad, 1999).

Suatu sektor yang memiliki ciri-ciri seperti diatas bisa dijadikan sebagai sektor kunci dalam pembangunan ekonomi suatu daerah. Hal itu dikarenakan sektor tersebut paling efektif berperan sebagai motor penggerak dalam pembanguna daerah secara berkesinambungan. Sehingga sangatlah penting dalam menentukan sektor mana yang bisa menjadi sektor kunci pada suatu perekonomian.

Konsep dan Definisi Operasional Data

Konsep dan definisi menjelaskan konsep serta definisi dari pariwisata, output, transaksi antara, permintaan akhir (pengeluaran rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok, ekspor dan impor) dan input primer (upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung netto) yang sesuai dengan Tabel Input-Output (Daryanto, A. dan Hafizrianda, Y., 2010).

(27)

Pariwisata dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, yang diantaranya termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata, serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Dalam penelitian ini sektor pariwisata merupakan sektor yang tersusun dari beberapa subsektor-subsektor ekonomi yang berhubungan dengan pariwisata di Kabupaten Badung. Hal tesebut mencakup subsektor hotel, restoran, transportasi dan komunikasi, jasa biro perjalanan wisata, serta jasa hiburan dan rekreasi.

2. Output

Output adalah seluruh nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektorsektor produksi dengan memanfaatkan faktor produksi yang tersedia di suatu wilayah (negara, provinsi, dan sebagainya) dalam periode tertentu tanpa memperhatikan asal-usul pelaku produksi maupun usahanya. Sepanjang kegiatan produksinya dilakukan pada wilayah yang bersangkutan maka produksinya dihitung sebagai bagian dari output wilayah tertentu. Oleh karena itu, output sering dikatakan sebagai produk domestik. Unit usaha yang produksinya berupa barang outputnya merupakan hasil perkalian kuantitas produksi barang yang bersangkutan dengan harga produsen per unit barang tersebut. Unit usaha yang bergerak di bidang jasa, outputnya merupakan nilai penerimaan dari jasa yang diberikan kepada pihak lain.

3. Input Antara

Input antara adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk barang dan jasa yang digunakan habis dalam proses produksi. Komponen input antara lain terdiri dari barang tidak tahan lama dan jasa yang dapat berupa hasil produksidalam negeri atau impor. Barang tidak tahan lama, adalah barang yang habis dalam sekali pakai, atau barang yang umur pemakaiannya kurang dari satu tahun. Contoh dari input antara adalah bahan baku, bahan penolong, jasa perbankan dan sebagainya, sedangkan balas jasa untuk pegawai (upah dan gaji) dimasukkan ke dalam input primer. Penilaian dari barang dan jasa yang digunakan berdasarkan transaksi atas dasar harga pembeli, yaitu harga yang dibayarkan pada saat menggunakan barang dan jasa tersebut.

4. Input Primer

Input primer adalah balas jasa atas pemakaian faktor-faktor produksi yang terdiri dari tenaga kerja, tanah, modal dan kewiraswastaan. Input primer disebut juga nilai tambah bruto dan merupakan selisih antara nilai output dengan input antara.

a. Upah dan Gaji

Upah dan gaji mencakup semua balas jasa dalam bentuk uang maupun barang dan jasa kepada tenaga kerja yang ikut dalam kegiatan produksi selain pekerja keluarga yang tidak dibayar.

b. Surplus Usaha

(28)

c. Penyusutan

Penyusutan adalah penyusutan barang-barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi. Penyusutan merupakan nilai penggantian terhadap penurunan nilai barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi. d. Pajak Tak Langsung Netto

Pajak tak langsung netto adalah selisih antara pajak tak langsung dengan subsidi. Pajak tak langsung mencakup pajak impor, pajak ekspor, bea masuk, pajak pertambahan nilai, cukai dan sebagainya. Subsidi adalah bantuan yang diberikan pemerintah kepada produsen. Subsidi disebut juga sebagai pajak tak langsung negara.

5. Permintaan Antara

Permintaan antara merupakan permintaan barang dan jasa untuk memenuhi proses produksi. Dengan kata lain, permintaan antara menunjukkan jumlah penawaran output dari suatu sektor ke sektor lain yang digunakan dalam proses produksi.

6. Permintaan Akhir

Permintaan akhir merupakan permintaan akan barang dan jasa selain permintaan untuk sektor produksi juga terdapat permintaan untuk konsumsi akhir. Permintaan akhir terdiri dari pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukkan modal tetap bruto, perubahan stok, dan ekspor-impor.

(i) Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga

Pengeluaran konsumsi rumah tangga terdiri dari pembelian barang dan jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dan badan-badan yang tidak mencari untung, dikurangi nilai netto penjualan barang bekas dan barang sisa. Akan tetapi, pembelian rumah baru oleh rumah tangga dimasukkan sebagai pembentukkan modal tetap sektor usaha persewaan tanah dan bangunan (real estate). Barang dan jasa juga mencakup konsumsi yang dilakukan di dalam dan di luar negeri.

(ii) Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

Pengeluaran konsumsi pemerintah mencakup pengeluaran barang dan jasa pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah, untuk konsumsi kecuali yang sifatnya pembentukkan modal, termasuk pengeluaran untuk kepentingan angkatan bersenjata (pertahanan).

(iii) Pembentukkan Modal Tetap Bruto (PMTB)

Pembentukkan modal tetap bruto mencakup semua biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan, pembuatan atau pembelian barang-barang modal baru baik dari dalam maupun impor. Barang modal dapat terdiri dari bangunan/konstruksi, mesin dan peralatan, kendaraan dan angkutan, serta barang modal lainnya.

(29)

Perubahan stok juga merupakan pembentukkan modal (tidak tetap) yang diperoleh dari selisih antara stok barang pada akhir tahun dengan nilai stok barang awal tahun. Stok biasanya dipegang oleh produsen yang merupakan hasil produksi yang belum sempat dijual oleh konsumen sebagai bahan-bahan

(inventory) yang belum sempat digunakan. Perubahan stok dapat digolongkan menjadi: (1) perubahan stok barang setengah jadi yang disimpan oleh produsen, termasuk perubahan ternak dan unggas serta barang-barang strategis yang merupakan cadangan nasional, (2) perubahan stok bahan mentah dan bahan baku yang belum digunakan oleh produsen, (3) perubahan stok di sektor perdagangan yang terdiri dari barang-barang dagangan yang belum terjual.

(v) Ekspor dan Impor

Ekspor dan impor merupakan kegiatan atau transaksi barang dan jasa antara penduduk di suatu daerah, dengan penduduk di luar daerah tersebut, baik penduduk kota lain maupun luar negeri. Ada dua aspek penting dalam ekspor dan impor yaitu transaksi ekonomi dan penduduk. Transaksi ekonomi meliputi transaksi barang, jasa pengangkutan, jasa pariwisata, jasa komunikasi, jasa asuransi, dan berbagai jasa lainnya. Transaksi ini melibatkan seluruh penduduk yang meliputi badan pemerintahan pusat dan daerah, perorangan, perusahaan, dan lembaga lainnya, termasuk dalam transaksi ekspor adalah pembelian langsung di pasar domestik oleh penduduk daerah lain. Sedangkan pembelian langsung di pasar luar daerah oleh penduduk domestik dikategorikan sebagai transaksi impor.

7. Margin Perdagangan dan Biaya Transportasi

Margin perdagangan dan biaya transportasi adalah selisih antara transaksi pada tingkat harga konsumen atau pembeli dengan tingkat harga produsen. oleh karena itu, selisih nilai transaksi mencakup: (1) Keuntungan pedagang, baik pedagang besar maupun pedagang eceran, (2) Biaya transportasi yang timbul dalam menyalurkan barang produsen sampai ke tangan pembeli akhir.

8. Sektor Pertanian

Kegiatan yang dilakukan di sektor ini meliputi pengolahan lahan untuk bercocok tanam dan kegiatan pengolahan hasil-hasil pertanian. Subsektor yang termasuk ke dalam sektor ini antara lain subsektor peternakan, kehutanan dan perikanan yang kegiatannya meliputi pemeliharaan dan penangkapan ikan, peternakan, kehutanan, dan perikanan yang dilakukan secara sederhana yang masih menggunakan peralatan tradisional.

9. Sektor Pertambangan dan Penggalian

Pertambangan dan penggalian mencakup seluruh usaha kegiatan penambangan, penggalian dan penggaraman oleh rakyat. Pada dasarnya usaha kegiatan sektor ini dimaksudkan untuk memperoleh segala macam barang tambang, mineral dan barang galian berbentuk padat, cair dan gas, baik yang terdapat di dalam maupun di permukaan bumi. Sifat dan tujuan pengusahaan benda-benda tersebut adalah untuk menciptakan nilai guna dari barang tambang dan galian sehingga memungkinkan untuk dimanfaatkan, diproses lebih lanjut, dijual kepada pihak lain, ataupun diekspor ke luar negeri.

(30)

Sektor industri pengolahan meliputi semua kegiatan produksi yang bertujuan meningkatkan mutu barang dan jasa. Proses produksi dapat dilakukan secara mekanik, kimiawi ataupun proses lainnya dengan menggunakan alat-alat sederhana dan mesin-mesin. Proses tersebut dapat dilakukan oleh perusahaan industri, perusahaan pertanian, pertambangan, dan perusahaan lainnya.

11. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih

Sektor listrik meliputi kegiatan pembangkit dan distribusi tenaga listrik baik yang diselenggarakan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) maupun non PLN. Cakupannya termasuk pula tenaga listrik produksi sampingan yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan perkebunan, pertambangan, industri dan sektor lain kecuali dibangkitkan untuk digunakan oleh sektor itu sendiri. Produksi listrik merupakan jumlah kWh tenaga listrik yang dibangkitkan dan meliputi tenaga listrik terjual, digunakan sendiri dalam transmisi dan distribusi. Sektor gas mencakup kegiatan produksi dan penyediaan gas kota untuk dijual kepada sektor lain maupun ke rumah tangga. Gas kota diperoleh dari pembakaran batu bara dan residu kilang minyak serta proses penyaluran gas alam. Produksi utama berupa gas dan produknya berupa kokas dan ter. Sektor air bersih mencakup kegiatan pembersihan, pemurnian dan proses kimiawi lainnya untuk menghasilkan air bersih, termasuk penyalurannyamelalui pipa baik ke rumah tangga, ataupun ke sektor lain sebagai pemakai.

12. Sektor Bangunan

Sektor bangunan mencakup kegiatan konstruksi yang dilakukan baik oleh kontraktor umum, yaitu perusahaan yang melakukan pekerjaan konstruksi untuk pihak lain, maupun oleh kontraktor khusus, yaitu unit usaha dan individu yang melakukan kegiatan konstruksi untuk dipakai sendiri seperti misalnya kantor pemerintah, kantor swasta, rumah tangga dan unit-unit perusahaan bukan perusahaan bangunan.

13. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Kegiatan perdagangan meliputi pengumpulan barang dari produsen atau pelabuhan, impor dan mendistribusikannya kepada konsumen tanpa mengubah bentuk barang tersebut. Kegiatan restoran pada umumnya menyediakan makanan dan minuman jadi yang dapat dinikmati langsung. Kegiatan perhotelan meliputi usaha penyediaan akomodasi untuk umum berupa tempat penginapan jangka waktu relatif singkat.

14. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Sektor pengangkutan dan komunikasi meliputi kegiatan angkutan, jasa penunjang angkutan dan komunikasi. Kegiatan pengangkutan umumnya mengangkut barang dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain atas dasar suatu pembayaran. Komunikasi meliputi usaha jasa pos dan giro, komunikasi telepon, faksimili, telepon seluler, kegiatan pengiriman surat, wesel, dan lain-lain.

15. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

(31)

komersil baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta yang memberikan jasa keuangan pada pihak lain. Subsektor lembaga keuangan lainnya mencakup kegiatan asuransi, dana pensiun, pegadaian, koperasi simpan pinjam, dan lembaga pembiayaan. Selain itu, kegiatan pasar modal, valuta asing, dan jasa penunjang misalnya pialang dan penjamin emisi juga merupakan kegiatan dari subsektor ini. Subsektor sewa bangunan mencakup kegiatan usaha persewaan bangunan dan tanah, baik yang menyangkut bangunan tempat tinggal maupun bukan tempat tinggal seperti perkantoran, pertokoan, apartemen, serta usaha persewaan tanah persil. Subsektor jasa perusahaan mencakup kegiatan pemberian jasa hukum, jasa akuntansi, jasa arsitek dan teknik, jasa periklanan, jasa riset pemasaran, serta jasa persewaan mesin dan peralatan.

16. Sektor Jasa-jasa

Jasa-jasa yang dimaksud meliputi kegiatan-kegiatan: (1) jasa pemerintahan umum dan pertahanan baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, (2) jasa sosial kemasyarakatan yang meliputi jasa pendidikan, kesehatan, riset, rumah ibadah, dan sebagainya, (3) jasa hiburan dan rekreasi yang meliputi kegiatan produksi dan distribusi film, jasa bioskop, studio radio, museum, gedung olahraga, taman hiburan, dan sebagainya, (4) jasa perbengkelan yang meliputi bengkel kendaraan bermotor maupun tidak bermotor, (5) jasa perorangan dan rumah tangga, yaitu jasa yang berkaitan erat dengan kepentingan perorangan dan rumah tangga seperti tukang cukur, binatu, salon kecantikan, pembantu rumah tangga, pengasuh bayi, dan lain sebagainya.

GAMBARAN UMUM KABUPATEN BADUNG

Kabupaten Badung adalah salah satu dari delapan kabupaten dan satu kota di Provinsi Bali. Wilayah Kabupaten Badung secara fisik mempunyai bentuk unik, yakni menyerupai sebilah keris yang merupakan senjata khas masyarakat Bali. Keunikan ini kemudian diangkat menjadi lambang daerah yang merupakan simbol semangat dan jiwa kesatria yang sangat erat hubungannya dengan perjalanan historis wilayah ini, yaitu peristiwa "Puputan Badung".

(32)

Gambar 2 Peta wilayah Kabupaten Badung

Kabupaten Badung merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Bali. Daerahnya meliputi Kuta dan Nusa Dua, sebuah objek wisata yang sangat terkenal. Ibu kotanya terletak di Mengwi, yakni Mangupura. Sebelumnya, ibu kota Kabupaten Badung berada di Denpasar. Pada tahun 1999 terjadi kerusuhan besar di mana Kantor Bupati Badung di Denpasar dibakar sampai rata dengan tanah.

Kabupaten Badung mempunyai wilayah seluas 418.2 km2 (7.43% luas Pulau Bali), bagian utara daerah ini merupakan daerah pegunungan yang berudara sejuk, berbatasan dengan kabupaten Buleleng, sedangkan di bagian selatan merupakan dataran rendah dengan pantai berpasir putih dan berbatasan langsung dengan Samudra Indonesia. Bagian tengah merupakan daerah persawahan dengan pemandangan yang asri dan indah, berbatasan dengan Kabupaten Gianyar dan kota Denpasar disebelah Timur, sedangkan di sebelah Barat berbatasan dengan kabupaten Tabanan.

Secara administratif Kabupaten Badung terbagi menjadi enam wilayah Kecamatan yang terbentang dari bagian utara ke selatan yaitu Kecamatan Petang, Abiansemal, Mengwi, Kuta, Kuta Utara, dan Kuta Selatan, di samping itu, di wilayah ini terdapat 16 kelurahan, 46 desa, 369 banjar dinas, 164 lingkungan 8 banjar dinas persiapan dan 8 lingkungan persiapan.

Selain lembaga pemerintahan seperti tersebut di atas, di Kabupaten Badung terdapat lembaga adat yang terdiri 120 desa adat, 523 banjar dan 523

(33)
(34)
(35)

hotel berbintang pada sembilan kabupaten/kota se-Bali, maka sebagian besar hotel berbintang (98 buah atau 62.42%) berada di Kabupaten Badung.

Perkembangan ekonomi, khususnya di sektor pariwisata antara lain tercermin pada jumlah kunjungan wisatawan. Dari data yang dikumpulkan oleh Dinas Pariwisata, tingkat hunian hotel di Kabupaten Badung pada tahun 2008 mengalami peningkatan jika dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2008, tingkat hunian hotel berbintang mengalami rata-rata pertumbuhan sebesar 5.92%, yaitu dari 55.13% pada tahun 2007 menjadi 61.05% pada tahun 2008. Namun, 70 hotel nonbintang rata-rata pertumbuhannya hanya sebesar 7.18%, yaitu 34.84% menjadi 37.34%.

Keberadaan hotel berbintang di Kabupaten Badung terus berkembang. Perkembangan ini tercermin pada peningkatan jumlahnya, yakni sebanyak 93 buah dengan kapasitas 15 538 kamar pada tahun 2005 menjadi 98 dengan kapasitas 16 360 kamar pada tahun 2009.

Objek Wisata Kabupaten Badung

Berdasarkan data-data tentang kepariwisataan, terdapat beberapa objek wisata unggulan, yaitu objek-objek wisata yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan. Objek wisata tersebut antara lain:

1. Pantai Kuta, Legian, Seminyak

Obek wisata ini memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan dengan adanya pasir putih yang luas. Pada waktu senja, pantai Kuta menyajikan pemandangan yang sangat indah. Pantai Kuta sering digunakan sebagai tempat berolahraga sore atauoun untuk bersantai. Pantai Kuta telah mampu menjadi pusat pariwisata Bali, karena telah menyediakan fasilitas lengkap sesuai kebutuhan wisatawan seperti penginapan dan hotel, pusat-pusat perbelanjaan, tempat rekreasi, sarana dan prasarana olahraga seperti Bungy jumping, water boom dan lain sebagainya.

2. Kawasan Nusa Dua

Kawasan ini terletak dibagian selatan Pulau bali, yang merupakan suatu lokasi paling pertama mendapat sinar pagi (matahari terbit). Nusa Dua hanya berjarak lima belas menit dari bandar udara Ngurah Rai Bali yang telah memberikan kontribusi pembangunan kepariwisataan dan bahkan memberikan efek pada daerah-daerah disekitarnya, seperti Benoa dan Sawang.

3.Pura Uluwatu

Pura ini dibangun berada persis di atas batu karang yang menjorok ke laut dengan pemandangan yang indah ditambah dengan terbenamnya matahari menjadikan objek wisata ini selalu ramai dikunjungi wisatawan. Pura Uluwatu pertama kali berfungsi sebagai tempat untuk beribadah/memuja seorang pendeta suci yang datang pada abad ke 11, yang bernama Empu Kuturan. Beliaulah yang menurunkan ajaran Desa Adat dengan segala peraturannya.

4. Sangeh

(36)

Perkembangan Kunjungan Wisatawan Kabupaten Badung

Tabel 4 di bawah ini memperlihatkan jumlah kunjungan wisatawan di Kabupaten Badung selama beberapa tahun terakhir.

Tabel 4 Perkembangan jumlah kunjungan wisatawan di Kabupaten Badung

No  Tahun  Jumlah 

Kunjungan  Peningkatan/Penurunan 

1  2004  992 393 ‐287 105  2  2005  1 457 280 464 887  3  2006  1 383 231 ‐74 049  4  2007  1 258 178 ‐125 053  5  2008  1 664 854 406 676 

Sumber: BPS Bali tahun 2009

Pada tahun 2004, jumlah kunjungan wisata mengalami pernurunan. Hal ini disebabkan oleh adanya serangkaian peristiwa yang mengancam keselamatan wisatawan. Jumlah kunjungan wisatawan manca Negara pada tahun 2008 mengalami kenaikan yang signifikan, ini disebabkan karena kondisi keamanan yang mulai kondusif sehingga Bali dipercaya masyarakat Internasional sebagai tempat terselenggaranya event-event bertaraf Internasional. Disamping hal tersebut, promosi-promosi yang dilakukan baik di dalam maupun diluar negeri juga memberi dampak positif terhadap tingkat kunjungan wisatawan ke Kabupaten Badung.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peranan Sektor Pariwisata terhadap Perekonomian Kabupaten Badung

Struktur Permintaan

Permintaan antara adalah jumlah permintaan output dari suatu sektor yang akan digunakan sebagai input dalam proses produksi sektor lain. Permintaan akhir merupakan permintaan output dari suatu sektor yang digunakan untuk konsumsi langsung, mencakup barang dan jasa yang digunakan untuk kegiatan konsumsi. Berdasarkan Tabel Input-Output Kabupaten Badung tahun 2009 klasifikasi 54 sektor yang telah diagregasi menjadi 13 sektor, memiliki permintaan antara sebesar Rp7.40 triliun dan permintaan akhir sebesar Rp18 triliun.

(37)

sekitar 26.80 persen dari total permintaan antara Kabupaten Badung. Sektor pertanian menempati urutan kedua dengan kontribusi sebesar Rp1.53 triliun atau sekitar 20.72 persen dari total permintaan antara Kabupaten Badung. Urutan ketiga ditempati oleh sektor keuangan, perbankan, dan jasa perusahaan dengan kontribusi sebesar Rp1.3 triliun atau sekitar 17.74 persen dari total permintaan antara Kabupaten Badung.

Pembentukan permintaan akhir Kabupaten Badung dapat terlihat dalam Tabel 5 dengan sektor pariwisata menempati urutan pertama dengan nilai sebesar Rp13.3 triliun atau sekitar 73.81 persen dari total permintaan akhir Kabupaten Badung. Urutan kedua ditempati oleh sektor perdagangan dengan nilai sebesar Rp3.3 triliun atau sebesar 18.28 persen dari total permintaan akhir Kabupaten Badung. Sementara sektor bangunan menempati urutan ketiga dengan nilai sebesar Rp1.5 triliun atau sebesar 8.48 persen dari total permintaan akhir Kabupaten Badung.

(38)

Tabel 5 Struktur permintaan antara dan permintaan akhir perekonomian Kabupaten Badung 2009

(juta rupiah)

Sektor

Permintaan Antara Permintaan Akhir Jumlah Permintaan

Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen

1.Pertanian 1 534 249.95 20.72 59 264.72 0.33 1 593 514.67 6.27

2.Pertambangan

dan Penggalian 139 770.02 1.89 -120 961.37 -0.67 18 808.65 0.07

3.Industri

Pengolahan 730 156.46 9.86 -12.24 0.00 730 144.22 2.87

4.Listrik dan air

minum 185 941.95 2.51 27 201.6 1.51 457 143.55 1.80

5.Bangunan 740 242.49 10.00 1 526 374.06 8.48 2 266 616.55 8.92 6.Perdagangan 758 875.22 10.25 3 292 739.7 18.28 4 051 614.92 15.94

Pariwisata 1 984 535.83 26.80 13 292

Komunikasi 775 772.03 10.48 6 160 410.74 34.21 6 936 182.77 27.29 10.Jasa Biro

Perjalanan Wisata

241 309.13 3.26 -118 576.57 -0.66 122 732.56 0.48

11.Jasa Hiburan

dan Rekreasi 207 347.54 2.80 371 207.79 2.06 578 555.33 2.28

12.Keuangan, Perbankan, Jasa Perusahaan

1 313 722.12 17.74 -1 099 692.63 -6.11 214 029.49 0.84

13.Jasa-jasa 16 912.35 0.23 787 200.02 4.37 804 112.37 3.16

TOTAL 7 404 406.39 100.00 18 008

919.97 100.00

25 413

326.36 100.00 Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Badung Tahun 2009(diolah).

Struktur Konsumsi Rumah Tangga dan Pemerintah

(39)

Kontribusi dari lima subsektor pembentuk sektor pariwisata dengan kontribusi terbesar yaitu, subsektor tranportasi dan komunikasi dengan nilai sebesar Rp532 miliar atau sekitar 12.24 persen dari total konsumsi rumah tangga. Subsektor restoran berada di urutan kedua dengan memberikan kontribusi dengan nilai sebesar Rp425 miliar atau sekitar 9.77 persen dari total konsumsi rumah tangga. Ketiga ditempati subsektor jasa hiburan dan rekreasi dengan nilai sebesar Rp55 miliar atau sekitar 1.26 persen dari total konsumsi rumah tangga, dan subsektor jasa biro perjalanan wisata dengan nilai sebesar Rp16.33 miliar, serta subsektor hotel dengan nilai sebesar Rp16.26 miliar atau sekitar 0.37 persen dari total konsumsi rumah tangga Kabupaten Badung.

Tabel 6 Konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah terhadap perekonomian Kabupaten Badung tahun 2009

(juta rupiah)

Sektor Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Pemerintah Jumlah Persen Jumlah Persen

1.Pertanian 1 503 779.87 34.61 0 0

2.Pertambangan dan Penggalian 0 0.00 0 0

3.Industri Pengolahan 535 465.88 12.32 0 0

4.Listrik dan air minum 166 033.64 3.82 0 0

5.Bangunan 227 440.17 5.24 0 0

6.Perdagangan 558 519.25 12.86 0 0

Pariwisata 1 043 561.51 24.02

9.77 7.Restoran, rumah makan, warung 424 582.3 0

8.Hotel 16 263.32 0

9.Transportasi dan Komunikasi 531 807.7 0

10.Jasa Biro Perjalanan Wisata 16 331.46 0

11.Jasa Hiburan dan Rekreasi 54 576.73 70 657.11 12.Keuangan, Perbankan, Jasa

Perusahaan 238 740.16 5.50 0 0

13.Jasa-jasa 71 190.68 1.64 753 318.33 91.43

TOTAL 4 344 731.16 1.00 823 975.44 1.00

Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Badung Tahun 2009 (diolah).

(40)

Struktur Investasi

Perubahan stock yang bernilai positif menunjukkan adanya tambahan persediaan input untuk produksi maupun output yang diperdagangkan pada akhir tahun. Pembentukan modal yang bernilai nol berarti tidak teridentifikasi adanya pengadaan pembuatan modal atau pembelian barang-barang modal baru baik di dalam negeri maupun impor dari luar negeri dan barang modal bekas dari luar negeri. Berdasarkan Tabel 7 jumlah investasi pada Kabupaten Badung adalah sebesar (-4552978.02). Hal ini disebabkan penggunaan stock pada pembelian tahun sebelumnya secara terus menerus tanpa adanya perbaruan atau pembelian stock ulang pada tahun 2009. Hal inilah yang mengakibatkan nilai dari perubahan

stock menunjukkan hasil yang negatif.

Tabel 7 Struktur investasi sektor-sektor perekonomian Kabupaten Badung tahun 2009

(juta rupiah)

Sektor Pembentukan Modal +

perubahan stock (Investasi) persen

1.Pertanian -1 844 285.74 40.51

2.Pertambangan dan Penggalian -148 907.68 3.27

3.Industri Pengolahan -1 858 581.85 40.82

4.Listrik dan air minum 105 167.96 -2.31

5.Bangunan 1 298 933.89 -28.53

6.Perdagangan -61 414.03 1.35

Pariwisata -47 6424.4 10.46

7.Restoran, rumah makan, warung 46 749.06 -1.03

8.Hotel 86 690.72 -1.90

9.Transportasi dan Komunikasi 321 815.17 -7.07 10.Jasa Biro Perjalanan Wisata -363 621.56 7.99 11.Jasa Hiburan dan Rekreasi -568 057.79 12.48

12.Keuangan, Perbankan, Jasa Perusahaan -1 413 046.68 31.04

13.Jasa-jasa -154 419.49 3.39

TOTAL -4 552 978.02 100.00

Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Badung tahun 2009 (diolah) Struktur Ekspor dan Impor

(41)

Tabel 8 Ekspor impor sektor-sektor perekonomian Kabupaten Badung tahun 2009

(juta rupiah)

Sektor

Ekspor Impor Net Ekspor

Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen

1.Pertanian 399 770.59 2.30 0 0 399 770.59 2.30

2.Pertambangan dan

Penggalian 27 946.31 0.16 0 0 27 946.31 0.16

3.Industri Pengolahan 1 323 103.73 7.61 0 0 1 323 103.73 7.61

4.Listrik dan air minum 0 0.00 0 0 0 0.00

5.Bangunan 0 0.00 0 0 0 0.00

6.Perdagangan 2 795 634.48 16.07 0 0 2 795 634.48 16.07 Pariwisata 12 655 011.89 72.76 0 0 12 655 011.89 72.76

7.Restoran, rumah makan,

warung 1 147 183.73 6.60 0 0 1 147 183.73 6.60

8.Hotel 5 158 295.02 29.66 0 0 5 158 295.02 29.66

9.Transportasi dan

Komunikasi 5 306 787.87 30.51 0 0 5 306 787.87 30.51

10.Jasa Biro Perjalanan

Wisata 228 713.53 1.32 0 0 228 713.53 1.32

11.Jasa Hiburan dan

Rekreasi 814 031.74 4.68 0 0 814 031.74 4.68

12.Keuangan, Perbankan,

Jasa Perusahaan 74 613.89 0.43 0 0 74 613.89 0.43

13.Jasa-jasa 117 110.5 0.67 0 0 117 110.5 0.67

TOTAL 17 393 191.39 100.00 0 0 17 393 191.39 100.00

Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Badung tahun 2009 (diolah)

Tabel 8 diatas menunjukkan bahwa dalam subsektor pembentuk sektor pariwisata, subsektor transportasi dan komunikasi memiliki kontribusi terbesar terhadap total surplus perdagangan Kabupaten Badung dengan nilai sebesar Rp5.3 triliun atau sekitar 30.51 persen.Urutan berikutnya yang memiliki kontribusi terbesar terhadap total surplus perdagangan adalah subsektor hotel dengan nilai sebesar Rp5.2 triliun atau sekitar 29.66 persen dari total surplus perdagangan Kabupaten Badung.

Struktur Nilai Tambah Bruto

(42)

penyusutan dan pajak tidak langsung dengan nilai masing-masing Rp1.5 triliun dan Rp434 miliar atau sekitar 11.99 persen dan 3.37 persen dari total penyusun nilai tambah bruto.

Dapat terlihat pada Tabel 9 bahwa sektor yang memiliki kontribusi terbesar dalam penyusun nilai tambah bruto adalah sektor pariwisata dengan nilai sebesar Rp9.2 triliun atau sekitar 71 persen dari total penyusun nilai tambah bruto. Sektor urutan berikutnya yang memiliki kontribusi terbesar adalah sektor pertanian dan bangunan dengan nilai sebesar Rp985 miliar dan Rp902 miliar atau sekitar 8 persen dan 7 persen dari total penyusun nilai tambah bruto.

Dari lima subsektor pembentuk sektor pariwisata, subsektor transportasi dan komunikasi memiliki kontribusi terbesar terhadap nilai tambah bruto dengan nilai sebesar Rp4.3 triliun atau sekitar 33 persen dan kemudian disusul oleh subsektor hotel dengan nilai sebesar Rp3.3 triliun atau sekitar 26 persen, serta subsektor restoran dengan nilai sebesar Rp1.1 triliun atau sekitar 8 persen dari total nilai tambah bruto Kabupaten Badung

Tabel 9 Struktur nilai tambah bruto Kabupaten Badung tahun 2009

(juta rupiah)

(43)

Struktur Output Sektoral

Nilai output sektoral Kabupaten Badung tahun 2009 berdasarkan tabel Input-Output adalah sebesar Rp25.41 triliun, nilai output tersebut merupakan nilai produksi barang dan jasa sektor-sektor perekonomian Kabupaten Badung tahun 2009. Berdasarkan Tabel 10 terlihat bahwa nilai output sektoral terbesar adalah sektor pariwisata dengan nilai sebesar Rp15.27 triliun atau sekitar 60.12 persen, kemudian disusul sektor perdagangan dengan nilai sebesar Rp4 triliun atau sekitar 15.94 persen. Urutan ketiga ditempati oleh sektor bangunan dengan nilai sebesar Rp2.26 triliun atau sekitar 8.92 persen dari total output sektoral kabupaten Badung.

Tabel 10 Struktur output sektor-sektor perekonomian Kabupaten Badung tahun 2009

(juta rupiah)

Sektor

Nilai Output Sektoral persen

1.Pertanian 1 593 514.67 6.27

2.Pertambangan dan Penggalian 18 808.65 0.07

3.Industri Pengolahan 730 144.22 2.87

4.Listrik dan air minum 457 143.55 1.80

5.Bangunan 2 266 616.55 8.92

6.Perdagangan 4 051 614.92 15.94

Pariwisata 15 277 341.94 60.12

7.Restoran, rumah makan, warung 2 299 969.78 9.05

8.Hotel 5 339 901.5 21.01

9.Transportasi dan Komunikasi 6 936 182.77 27.29 10.Jasa Biro Perjalanan Wisata 122 732.56 0.48 11.Jasa Hiburan dan Rekreasi 578 555.33 2.28 12.Keuangan, Perbankan, Jasa Perusahaan 214 029.49 0.84

13.Jasa-jasa 804 112.37 3.16

TOTAL 25 413 326.36 100.0

Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Badung tahun 2009 (diolah)

Analisis Keterkaitan Analisis Keterkaitan ke Depan (forward linkage)

(44)

Keterkaitan ke depan merupakan keterkaitan sektor produksi hulu terhadap sektor produksi hilirnya. Nilai keterkaitan langsung ke depan diperoleh dari nilai koefisien teknis, sedangkan nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan diperoleh dari matriks kebalikan Leontief terbuka.

Besarnya nilai keterkaitan output ke depan baik langsung maupun tidak langsung dari masing-masing sektor perekonomian Kabupaten Badung dapat dilihat pada Tabel 11. Berdasarkan tabel dibawah, sektor yang memiliki nilai keterkaitan langsung ke depan tertinggi adalah sektor keuangan, perbankan, dan jasa perusahaan dengan nilai sebesar 0.47, sektor pertanian dengan nilai sebesar 0.45, dan sektor pariwisata dengan nilai 0.41. Nilai keterkaitan pada sektor pariwisata tersebut memiliki arti bahwa apabila terjadi peningkatan pada permintaan akhir sebesar Rp1 juta, maka output sektor pariwisata yang langsung dijual atau dialokasikan ke sektor lainnya termasuk sektor pariwisata itu sendiri akan mengalami peningkatan sebesar Rp410 000. Hal tersebut memiliki makna yang sama terhadap nilai keterkaitan ke depan secara langsung dan tidak langsung, bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar Rp1 juta, maka output sektor pariwisata yang dijual atau dialokasikan baik secara langsung maupun tidak langsung ke sektor lain termasuk sektor pariwisata sendiri akan meningkat sebesar Rp1 560 000.

Tabel 11 Keterkaitan output ke depan sektor-sektor perekonomian Kabupaten Badung tahun 2009 (agregasi 9 sektor)

Sektor

Keterkaitan ke depan

Langsung Langsung dan Tidak Langsung

1.Pertanian 0.45 1.67

2.Pertambangan dan Penggalian 0.07 1.09

3.Industri Pengolahan 0.21 1.29

4.Listrik dan air minum 0.05 1.07

5.Bangunan 0.26 1.34

6.Perdagangan 0.2 1.29

7. Pariwisata 0.41 1.56

8.Keuangan, Perbankan, Jasa Perusahaan 0.47 1.66

9.Jasa-jasa 0.01 1.01

Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Badung tahun 2009 agregasi 13 sektor (diolah)

(45)

Tabel 12 Keterkaitan output ke depan subsektor pariwisata Kabupaten Badung tahun 2009 (agregasi 13 sektor)

Sektor

Keterkaitan ke depan

Langsung Langsung dan Tidak Langsung

1.Restoran, rumah makan, warung 0.17 1.22

2.Hotel 0.09 1.11

3.Transportasi dan Komunikasi 0.27 1.37

4.Jasa Biro Perjalanan Wisata 0.09 1.11

5.Jasa Hiburan dan Rekreasi 0.08 1.12

Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Badung tahun 2009 agregasi 13 sektor (diolah)

Analisis Keterkaitan ke Belakang (Backward linkage)

Keterkaitan ke belakang dibagi menjadi dua, yaitu keterkaitan secara langsung ke belakang dan keterkaitan secara langsung dan tidak langsung ke belakang. Nilai keterkaitan ke belakang menunjukkan berapa besar nilai input yang dibutuhkan oleh suatu sektor baik dari sektor lain maupun dari sektor itu sendiri apabila terjadi kenaikan permintaan akhir sebesar satu satuan. Keterkaitan ke belakang merupakan keterkaitan sektor produksi hilir terhadap sektor-sektor produksi hulunya.

(46)

Tabel 13 Keterkaitan output ke belakang sektor-sektor perekonomian Kabupaten Badung tahun 2009 (agregasi 9 sektor)

Sektor

Keterkaitan ke belakang

Langsung Langsung dan Tidak Langsung

1.Pertanian 0.3 1.44

2.Pertambangan dan Penggalian 0.04 1.06

3.Industri Pengolahan 0.36 1.53

4.Listrik dan air minum 0.06 1.07

5.Bangunan 0.25 1.35

6.Perdagangan 0.5 1.69

7. Pariwisata 0.26 1.36

8.Keuangan, Perbankan, Jasa Perusahaan 0.25 1.34

9.Jasa-jasa 0.1 1.13

Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Badung tahun 2009 agregasi 9 sektor (diolah)

Nilai keterkaitan output ke belakang pada subsektor pariwisata dapat dilihat pada Tabel 14 Subsektor pembentuk sektor pariwisata yang memiliki nilai keterkaitan ke belakang secara langsung terbesar adalah subsektor restoran dengan nilai sebesar 0.43 dan disusul oleh subsektor hotel, subsektor transportasi dan komunikasi, subsektor jasa biro perjalanan wisata, serta subsektor jasa hiburan. Nilai terbesar pada keterkaitan secara langsung dan tidak langsung juga berasal dari subsektor restoran dengan nilai 1.64, dan diikuti oleh subsektor hotel, subsektor transportasi dan komunikasi, subsektor jasa hiburan, serta subsektor jasa biro perjalanan wisata.

Tabel 14 Keterkaitan output ke belakang subsektor pariwisata perekonomian Kabupaten Badung tahun 2009 (agregasi 13 sektor)

Sektor

Keterkaitan kebelakang

Langsung Langsung dan Tidak Langsung

1.Restoran, rumah makan, warung 0.43 1.64

2.Hotel 0.27 1.39

3.Transportasi dan Komunikasi 0.19 1.27

4.Jasa Biro Perjalanan Wisata 0.16 1.22

5.Jasa Hiburan dan Rekreasi 0.15 1.22

Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Badung tahun 2009 agregasi 13 sektor (diolah)

Analisis Dampak Penyebaran

Gambar

Tabel Input-Output Kabupaten Badung tahun 2009
Gambar 2 Peta wilayah Kabupaten Badung
Gambar engan 1 730hotel berb0 kamar. Jibintang di gan 10 528 Kabupaten tel melati 4222 unit dengkama98 unit denggan 16 360 322 unit dewa jumlah kamar, hotdok wisata ukkan bahwBaduung adalah 9ar, dan pon4 menunjuka dilihat ddari jumlah
Tabel 5 Struktur permintaan antara dan permintaan akhir perekonomian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan pada tahun 2004, sektor industri pengilangan minyak merupakan sektor yang memiliki nilai indeks keterkaitan ke belakang yang paling tinggi yaitu sebesar 2,30278,

Dapat dikatakan subsektor ini merupakan subsektor prioritas yang dapat dijadikan acuan untuk pengembangan sektor pariwisata di Provinsi DKI Jakarta karena merupakan subsektor

Hal ini sejalan dengan nilai keterkaitan ke belakang sektor jasa yang menduduki peringkat pertama; (2) analisis dampak pengganda pendapatan menunjukkan bahwa

Sedangkan pada tahun 2004, sektor industri pengilangan minyak merupakan sektor yang memiliki nilai indeks keterkaitan ke belakang yang paling tinggi yaitu sebesar 2,30278,

Dari analisis input output dapat dilihat sektor-sektor kunci yang memiliki keterkaitan ke belakang atau disebut juga daya penyebaran yang tinggi dan keterkaitan ke depan

Hal ini sejalan dengan nilai keterkaitan ke belakang sektor jasa yang menduduki peringkat pertama; (2) analisis dampak pengganda pendapatan menunjukkan bahwa

Sedangkan pada tahun 2004, sektor industri pengilangan minyak merupakan sektor yang memiliki nilai indeks keterkaitan ke belakang yang paling tinggi yaitu sebesar 2,30278,

Dilihat dari segi keterkaitan output langsung dan tidak langsung ke belakang, nilai sektor industri pengolahan menduduki posisi kedua yaitu sebesar 1,82 yang