• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Sektor Pariwisata Terhadap Perekonomian Kabupaten Garut dan Potensi Daya Saingnya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan Sektor Pariwisata Terhadap Perekonomian Kabupaten Garut dan Potensi Daya Saingnya"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN SEKTOR PARIWISATA TERHADAP

PEREKONOMIAN KABUPATEN GARUT DAN POTENSI

DAYA SAINGNYA

RINA CIPTA NOVITA

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Peranan Sektor Pariwisata Terhadap Perekonomian Kabupaten Garut dan Potensi Daya Saingnya adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

RINA CIPTA NOVITA. Peranan Sektor Pariwisata Terhadap Perekonomian Kabupaten Garut dan Potensi Daya Saingnya. Dibimbing oleh DEWI ULFAH WARDANI.

Pariwisata merupakan salah satu industri yang bisa meningkatkan pendapatan masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh informasi tentang peranan dan potensi daya saing sektor pariwisata yang ada di Kabupaten Garut. Untuk mengetahui peranannya terhadap perekonomian digunakan alat analisis Input-Output dan untuk mengetahui potensi daya saingnya digunakan analisis Porter’s Diamond. Analisis Input-Output menunjukkan bahwa sektor pariwisata di Kabupaten Garut cukup berperan dalam perekonomian terutama dalam meningkatkan pendapatan masyarakat di daerah tersebut. Berdasarkan pendekatan Porter’s Diamond menunjukkan bahwa yang menjadi keunggulannya adalah sumberdaya alam yang indah, letak yang strategis, kondisi permintaan wisatawan nusantara, beragam bisnis hotel, restoran dan souvenir, sistem koordinasi dan struktur persaingan yang sehat, promosi ke dalam negeri yang baik, akses informasi yang mudah dan dukungan pemerintah yang baik sedangkan kelemahannya adalah sumberdaya manusia yang belum handal, faktor sosial dan budaya yang belum mendukung, modal yang belum mencukupi, infrastruktur jalan kurang baik, biro perjalanan wisata yang masih kurang, promosi ke luar negeri yang masih kurang dan kurangnya permintaan wisatawan mancanegara. Kata kunci: pariwisata, Input-Output, Porter’s Diamond

ABSTRACT

RINA CIPTA NOVITA. The Role of Tourism Sector on the Economy and Potential Garut competitiveness. supervised by DEWI ULFAH WARDANI. Tourism is one industry that can increase the income of the people. The purpose of this study was to obtain information about the role and potential of the tourism sector competitiveness in Garut regency. To determine its role in the economy analysis tools used Input-Output and to determine the potential competitiveness used Porter's Diamond analysis. Input-Output Analysis shows that the tourism sector in Garut regency quite a role in the economy, especially in increasing the income of the people in the area. Based on the approach of Porter's Diamond suggests that a lead is a natural resource that is beautiful, a strategic location, demand conditions tourists, diverse business hotel, restaurant and souvenir, system coordination and structure of healthy competition, promotion into the good land, access to information easy and good government support while the weakness is not a reliable human resource, social and cultural factors that have not been supportive, inadequate capital, poor road infrastructure, travel agents are still lacking, promotion abroad is still lacking and the lack of demand foreign tourists.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ilmu Ekonomi

PERANAN SEKTOR PARIWISATA TERHADAP

PEREKONOMIAN KABUPATEN GARUT DAN POTENSI

DAYA SAINGNYA

RINA CIPTA NOVITA

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Peranan Sektor Pariwisata Terhadap Perekonomian Kabupaten Garut dan Potensi Daya Saingnya

Nama : Rina Cipta Novita NIM : H14062701

Disetujui oleh

Ir. Dewi Ulfah Wardani, M.Si. Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec. Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Peranan Sektor Pariwisata Terhadap Perekonomian Kabupaten Garut dan Potensi Daya Saingnya. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW sebagai uswatun hasanah dan pemimpin terbaik bagi umat manusia.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Ibu Ir. Dewi Ulfah Wardani, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi atas segala masukannya yang membangun dan kesabarannya hingga penulis bisa menyelesaikan penelitian ini.

2. Ibu Dr. Sri Mulatsih selaku dosen penguji utama dan Ibu Laily Dwi Arsyianti, M.Sc. selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah banyak memberikan saran.

3. Staf Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Garut dan Staf Badan Pusat Statistik Kabupaten Garut yang telah membantu dalam penyediaan data selama di lokasi penelitian.

4. Kedua orang tua yang luar biasa, Ibu Iis Suropah dan Bapak Harun Harosid

atas segala do‟a, dukungan dan kasih sayang yang tak terhingga. Suami penulis Bapak Debi dan Anak penulis Rafa serta keluarga besar tercinta atas

segala do‟a dan dukungannya kepada penulis.

5. Seluruh dosen yang telah banyak memberikan ilmu yang sangat berharga dan segenap Tata Usaha Departemen Ilmu Ekonomi atas bantuannya selama ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 5

Ruang Lingkup Penelitian 5

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 5

Kepariwisataan 5

Tabel Input-Output 8

Daya Saing Porter’s Diamond 9

Penelitian Terdahulu 10

Kerangka Pemikiran Operasional 11

METODE PENELITIAN 12

Lokasi dan Waktu Penelitian 12

Jenis dan Sumber Data 13

Metode Analisis 13

GAMBARAN UMUM 21

Keadaan Wilayah, Topografi, dan Demografi Lokasi Penelitian 21

HASIL DAN PEMBAHASAN 23

Peranan Sektor Pariwisata dalam Strukur Perekonomian

Kabupaten Garut 23

Struktur Permintaan 23

Struktur Ekspor dan Impor 24

Struktur Konsumsi Rumah Tangga 25

Struktur Nilai Tambah Bruto 26

Analisis Keterkaitan 27

Analisis Dampak Penyebaran 29

Analisis Multiplier 30

Potensi dan Kondisi Faktor-faktor Yang Mempengaruhi

Daya Saing Pariwisata Kabupaten Garut 32

Kondisi Faktor 32

Kondisi Permintaan 35

Strategi Perusahaan, Struktur dan Persaingan 35 Industri Terkait dan Industri Pendukung 36

(10)

SIMPULAN DAN SARAN 38

Simpulan 38

Saran 39

DAFTAR PUSTAKA 40

LAMPIRAN 41

RIWAYAT HIDUP 46

DAFTAR TABEL

1 Perkembangan wisatawan nusantara tahun 2004-2010 2 2 Perbandingan nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) antara

Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Garut 3

3 Kontribusi penciptaan Nilai Tambah Bruto (NTB) terhadap

perekonomian Kabupaten Garut tahun 2004-2009 4

4 Ilustrasi tabel input output 14

5 Rumus multiplier output, pendapatan, dan tenaga kerja 19 6 Permintaan antara dan permintaan akhir sektor-sektor

perekonomian di Kabupaten Garut tahun 2006 24

7 Ekspor dan impor sektor-sektor perekonomian

Kabupaten Garut tahun 2006 25

8 Pengeluaran konsumsi rumah tangga Kabupaten Garut tahun 2006 26 9 Struktur Nilai Tambah Bruto (NTB) sektor-sektor perekonomian

Kabupaten Garut tahun 2006 27

10 Keterkaitan output ke depan dan ke belakang

sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Garut tahun 2006 28 11 Koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran

sektor-sektor perekonomian Kabupaten Garut 30

12 Multiplier output, pendapatan dan tenaga kerja

sektor-sektor perekonomian Kabupaten Garut 31

13 Data objek wisata Kabupaten Garut tahun 2009 34

DAFTAR GAMBAR

1 Model Porter’s Diamond 9

2 Kerangka pemikiran 12

3 Analisis Porter’s Diamond 38

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kode sektor perekonomian Kabupaten Garut 42

2 Klasifikasi 11 sektor perekonomian Kabupaten Garut 43

3 Matriks koefisien teknis 44

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hakekat dari adanya pembangunan adalah terciptanya kualitas hidup dan tingkat kesejahteraan masyarakat yang adil dan merata. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang yang membutuhkan pembangunan yang cepat. Untuk meningkatkan pembangunan tersebut maka perlu pembangunan di setiap wilayah. Pembangunan wilayah ditujukan pada pengembangan potensi dan sumberdaya yang ada sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal. Dengan memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang indah dan melimpah bisa dijadikan sebagai sesuatu yang dapat meningkatkan pendapatan negara salah satunya yaitu dengan dikembangkannya sektor pariwisata. Selain Bali, Indonesia juga memiliki tempat wisata yang sangat berpotensi. Ini terlihat dari keunikan budaya dan karakteristik alam yang dimiliki oleh 34 provinsi yang ada di Indonesia. Sehingga hampir setiap wilayah di Indonesia memiliki objek wisata terutama wisata alam dan wisata budaya. Prospek pariwisata Indonesia memiliki peluang yang besar dalam sektor ini dilihat dari terus meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke Indonesia.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menjadikan jarak dan waktu bukan sebagai hambatan. Wisatawan dapat dengan mudah untuk berkunjung ke suatu wilayah bahkan ke suatu negara. Pada tahun 2009, pariwisata Indonesia menempati urutan ketiga dalam hal penerimaan devisa setelah komoditi minyak dan gas bumi serta minyak kelapa sawit. Terdapat sebelas provinsi di Indonesia yang sering dikunjungi oleh wisatawan mancanegara diantaranya Bali, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DKI Jakarta, Sumatera Utara, Lampung, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan, Banten dan Sumatera Barat. Jumlah wisatawan terbanyak yang datang ke Indonesia yang berasal dari wilayah ASEAN adalah Singapura dan Malaysia. Sementara dari wilayah ASIA (tidak termasuk ASEAN) berasal dari negara Jepang dan dari wilayah Eropa berasal dari negara Britania Raya, Perancis, Belanda dan Jerman. Pada tahun 2010, jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia mencapai tujuh juta lebih dan menyumbangkan devisa bagi negara sebesar 7.603,45 juta dolar Amerika Serikat.

(12)

Tabel 1 Perkembangan Wisatawan Nusantara Tahun 2004-2010 Sumber: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia Tahun 2011

Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang mempunyai beragam objek wisata. Jawa Barat termasuk tempat tujuan wisata ke tiga setelah Bali dan Yogyakarta (Pendit, 2006). Selain keindahan alam yang dimiliki, Jawa Barat juga memiliki letak geografis yang strategis untuk pengembangan pariwisata karena daerah ini berbatasan langsung dengan ibu kota negara yaitu Jakarta. Dengan adanya tol yang langsung menghubungkan antara Jakarta dan Bandung serta dengan telah dibukanya penerbangan langsung dari luar negeri di Bandara Husein Sastranegara memudahkan wisatawan untuk berkunjung ke daerah Jawa Barat.

Kabupaten Garut merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat. Daerah ini dikenal sebagai daerah penyangga ibu kota karena letak geografisnya yang memiliki jarak tempuh paling dekat dengan Ibu Kota Provinsi Jawa Barat. Kabupaten Garut memiliki prioritas utama dalam pembangunan insustri pariwisata. Kabupaten ini terkenal dengan makanan khasnya yaitu dodol Garut, sentra peternakan domba unggulan, dan keindahan alam yang indah yang dapat dijadikan sebagai daya tarik dalam mengundang orang untuk datang ke Kabupaten Garut. Selain itu, Kabupaten Garut juga memiliki keindahan alam dengan beraneka ragam objek wisata yang dikenal dengan gurilaps (gunung, rimba, laut, pantai dan situ), beraneka ragam kesenian tradisional dan kebudayaan, adat istiadat setempat yang dapat dikemas menjadi komoditi pariwisata yang dapat dijual baik secara lokal, nasional dan secara internasional. Walaupun Kabupaten Garut mempunyai potensi pariwisata yang beragam, kabupaten ini harus tetap memperhatikan persaingan pariwisata dengan wilayah lain sehingga dapat menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan dan mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut.

Perumusan Masalah

Pada tahun 2010 Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) menetapkan Kabupaten Garut sebagai daerah tertinggal bersama 182 daerah lain se-Indonesia. Posisi Kabupaten Garut yang berdekatan dengan Ibu Kota Provinsi Jawa Barat tidak hanya memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan daerah, akan tetapi juga memberikan dampak negatif yaitu banyak terserapnya sumberdaya manusia oleh pemerintah pusat. Adanya penetapan 85% wilayah di

(13)

Kabupaten Garut yang dijadikan sebagai kawasan konservasi lindung sehingga kurang menarik investor untuk berinvestasi di daerah ini. Hal tersebut menjadi pemicu adanya permasalahan pembangunan seperti kemiskinan, kesehatan, pendidikan serta pembangunan sarana dan prasarana daerah. Oleh karenanya mengakibatkan Kabupaten Garut relatif tertinggal dan tidak dapat tumbuh secara mandiri dan maksimal.

Selain itu, di Kabupaten Garut masih banyak sumberdaya manusia yang belum terlatih. Salah satu indikator untuk melihat kondisi tersebut adalah dengan melihat pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Nilai IPM ini dihitung berdasarkan tiga indikator yaitu indeks pendidikan, indeks kesehatan dan indeks daya beli. Berdasarkan Tabel 2 dapat terlihat bahwa pembangunan manusia di Kabupaten Garut mengalami peningkatan periode tahun 2008-2011, akan tetapi pencapaian IPM Kabupaten Garut masih berada di bawah IPM Provinsi Jawa Barat.

Tabel 2 Perbandingan Nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) antara Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Garut

Tahun IPM Jawa Barat IPM Kabupaten Garut

2008 71.12 70.52

2009 71.64 70.98

2010 72.08 71.36

2011 72.82 72.00

Sumber : BPS Kabupaten Garut Tahun 2011

Kabupaten Garut membutuhkan suatu sektor yang bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan cepat. Berdasarkan Tabel 3, tahun 2009 sektor pertanian merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar dalam penciptaan Nilai Tambah Bruto (NTB) yaitu sebesar 45.96 persen terhadap PDRB Kabupaten Garut. Ini dapat dipahami karena sebagian besar masyarakat Kabupaten Garut bekerja pada sektor pertanian yang masih dikelola secara tradisional dan juga menggunakan teknologi sederhana.

Kontribusi penciptaan NTB sektor pertanian mengalami penurunan dari tahun ke tahun selama periode 2004-2008. Artinya, jika dilihat dari sisi penciptaan NTB sektor ini lebih lambat dibandingkan sektor-sektor lainnya. Ini terjadi akibat luas pertanian yang terus mengalami penurunan karena jumlah penduduk yang semakin meningkat dan adanya pergeseran struktur ekonomi di Kabupaten Garut dari primer ke arah sekunder dan tersier yang menggambarkan semakin modernnya perekonomian di Kabupaten Garut.

(14)

berpotensi untuk dikembangkan tetapi masih belum mendapat perhatian yang khusus dari pemerintah.

Tabel 3 Kontribusi Penciptaan Nilai Tambah Bruto (NTB) Terhadap Perekonomian Kabupaten Garut Tahun 2004-2009 (persen)

KELOMPOK SEKTOR 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Primer 50.83 50.17 48.03 48.03 45.77 46.09

Pertanian 50.70 50.05 47.91 47.90 45.64 45.96

Pertambangan & Penggalian 0.13 0.12 0.12 0.13 0.13 0.13

Sekunder 9.48 9.19 9.42 9.86 10.56 10.86

Industri pengolahan 6.65 6.46 6.65 6.90 7.51 7.78

Listrik, Gas dan Air Bersih 0.47 0.45 0.45 0.45 0.42 0.44

Bangunan 2.36 2.28 2.32 2.51 2.63 2.64

Tersier 39.69 40.65 42.53 42.11 43.68 43.04

Perdagangan, Hotel dan

Restoran 24.64 25.29 25.89 25.96 26.74 26.66

Angkutan dan Komunikasi 2.93 3.21 3.69 3.54 3.69 3.51

Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan 3.74 3.86 3.66 3.29 3.37 3.29

Jasa-jasa 8.38 8.29 9.29 9.32 9.88 9.58

Total 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

Sumber : BPS Kabupaten Garut Tahun 2010

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan diatas, maka permasalahan yang akan dibahas adalah:

1. Bagaimana peranan sektor pariwisata dalam struktur perekonomian Kabupaten Garut?

2. Bagaimana keterkaitan sektor pariwisata dengan sektor-sektor lainnya di Kabupaten Garut?

3. Bagaimana dampak penyebaran sektor pariwisata di Kabupaten Garut? 4. Bagaimana efek multiplier sektor pariwisata terhadap output, pendapatan

dan tenaga kerja di Kabupaten Garut?

5. Bagaimana potensi dan kondisi faktor yang mempengaruhi daya saing pariwisata Kabupaten Garut.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis peranan sektor pariwisata dalam struktur perekonomian di

Kabupaten Garut.

2. Menganalisis keterkaitan sektor pariwisata dengan sektor-sektor lainnya di Kabupaten Garut.

3. Menganalisis dampak penyebaran sektor pariwisata di Kabupaten Garut. 4. Menganalisis efek multiplier sektor pariwisata terhadap output, pendapatan

dan tenaga kerja di Kabupaten Garut.

5. Menganalisis potensi dan kondisi faktor yang mempengaruhi daya saing pariwisata Kabupaten Garut.

(15)

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini berharap berguna:

1. Bagi peneliti, sebagai sarana dalam meningkatkan pengetahuan dan kemampuan analisis mengenai peranan dan potensi sektor pariwisata terhadap perekonomian Kabupaten Garut.

2. Bagi pihak-pihak lain, dapat menjadi bahan referensi untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan skripsi ini.

3. Bagi pemerintah, dapat menjadi bahan masukan dalam mengelola dan mengembangkan wilayahnya berdasakan potensi yang ada.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian yang berjudul Peranan Sektor Pariwisata Terhadap Perekonomian Kabupaten Garut dan Potensi Daya Saingnya menggunakan analisis input output dan pendekatan Porter’s Diamond. Data yang dibutuhkan yaitu data primer dan sekunder. Penelitian ini fokus ke sektor pariwisata di Kabupaten Garut saja. Sektor pariwisata disini merupakan sektor perekonomian yang bersifat lintas sektor yang mencakup sektor angkutan, restoran, komunikasi, hotel dan jasa rekreasi, kebudayaan dan olahraga.

TINJAUAN PUSTAKA

Kepariwisataan

Dalam arti luas, pariwisata menurut Damanik et al (2006) adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Sebagai suatu aktifitas, pariwisata telah menjadi bagian penting dari kebutuhan dasar masyarakat maju dan sebagian kecil masyarakat negara berkembang. Pariwisata semakin berkembang sejalan dengan perubahan-perubahan sosial, budaya, ekonomi, teknologi dan politik. Unsur-unsur penting dalam permintaan wisata adalah wisatawan dan penduduk lokal yang menggunakan sumberdaya (produk dan jasa) wisata. Basis utamanya adalah ketersediaan waktu dan uang pada kelompok tersebut. Beberapa pertimbangan penting yang dilakukan orang sebelum mengambil keputusan untuk melakukan perjalanan yaitu biaya, daerah tujuan wisata, bentuk perjalanan waktu dan lama berwisata, akomodasi yang digunakan, moda transportasi dan lainnya.

Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan terdiri atas sembilan bab dan empat puluh pasal yang mengandung ketentuan meliputi delapan hal (Pendit, 2006) , yaitu:

a. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata,

(16)

c. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut,

d. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata,

e. Usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau menyediakan atau mengusahakan objek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata dan usaha lain yang terkait di bidang tersebut,

f. Objek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata,

g. Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata,

h. Menteri pariwisata adalah menteri yang bertanggung jawab di bidang kepariwisataan.

Secara khusus kepariwisataan dapat dipergunakan sebagai suatu alat untuk memperkecil kesenjangan saling pengertian di antara negara-negara yang sudah berkembang, yang biasanya adalah negara-negara sumber wisatawan atau negara pengirim wisatawan dengan negara-negara yang sedang berkembang yakni negara-negara kunjungan wisatawan atau negara penerima wisatawan. Sebenarnya pariwisata menurut Wahab (2003) merupakan salah satu dari industri gaya baru yang mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal kesempatan kerja, pendapatan, taraf hidup dan dalam mengaktifkan sektor produksi lain di dalam negara penerima wisatawan.

Kepariwisataan tidak menggejala sebagai bentuk tunggal. Istilah ini umum sifatnya yang menggambarkan beberapa bentuk perjalanan dan penginapan sesuai dengan motivasi yang mendasari kepergian tersebut. Orang melakukan perjalanan untuk memperoleh berbagai tujuan dan memuaskan bermacam-macam keinginan. Adapun bentuk-bentuk pariwisata, antara lain :

1. Menurut jumlah orang yang bepergian

a. Pariwisata individu yakni hanya seorang atau satu keluarga yang bepergian,

b. Pariwisata rombongan yakni sekelompok orang yang biasanya terikat oleh hubungan-hubungan tertentu kemudian melakukan perjalanan bersama-sama.

2. Menurut maksud bepergian

a. Pariwisata rekreasi atau pariwisata santai, maksud kepergian untuk memulihkan kemampuan fisik dan mental setiap peserta wisata dan memberikan kesempatan rileks bagi mereka dari kebosanan dan keletihan kerja selama di tempat rekreasi,

b. Pariwisata budaya maksudnya untuk memperkaya informasi dan pengetahuan tentang negara lain dan untuk memuaskan kebutuhan hiburan,

c. Pariwisata pulih sehat, yang memuaskan kebutuhan perawatan medis di daerah atau tempat lain dengan fasilitas penyembuhan,

d. Pariwisata sport, yang akan memuaskan hobi orang-orang seperti mengail ikan, berburu binatang liar, menyelam ke dasar laut, bermain ski, bertanding dan mendaki gunung,

(17)

e. Pariwisata temu wicara, pariwisata konvensi mencakup pertemuan-pertemuan ilmiah, seprofesi dan bahkan politik.

3. Menurut alat transportasi

a. Pariwisata darat (bis, mobil pribadi dan kereta api), b. Pariwisata tirta (laut, danau dan sungai)

c. Pariwisata dirgantara 4. Menurut letak geografis

a. Pariwisata domestik nasional, menunjukan arus wisata yang dilakukan oleh warga dan penduduk asing yang bertugas di sana, yang terbatas dalam suatu negara tertentu,

b. Pariwisata regional, yakni kepergian wisatawan terbatas pada beberapa negara yang membentuk suatu kawasan pariwisata,

c. Pariwisata internasional, yang meliputi gerak wisatawan dari satu negara ke negara lain di dunia.

5. Menurut umur (umur membedakan kebutuhan dan kebiasaan) a. Pariwisata remaja,

b. Pariwisata dewasa. 6. Menurut jenis kelamin

a. Pariwisata pria, b. Pariwisata wanita.

7. Menurut tingkat harga dan tingkat sosial a. Pariwisata taraf mewah,

b. Pariwisata taraf menengah, c. Pariwisata taraf jelata.

Adapun beberapa manfaat dari sektor pariwisata bagi negara-negara penerima wisatawan:

a. Bahwa pariwisata menjadi sumber pendapatan valuta asing dengan menjual jasa-jasa dan barang-barang yang berkaitan dengan pariwisata; b. Bahwa pendapatan ini mengalir cepat dan langsung terbagi-bagi secara

meluas ke dalam perekonomian nasional, sehingga mampu membagi-bagi laju pendapatan secara meluas, bertambah banyak dan berputar-putar ke segala lapisan pedagang besar dan pengecer, transportasi, beragam komponen pariwisata, kebutuhan-kebutuhan dan usaha-usaha yang berdasarkan tingkat pengeluaran konsumen;

c. Bahwa pariwisata adalah suatu pasaran lanjutan yang searah dengan meningkatnya tingkat pendapatan keluarga yang tidak habis terpakai, khususnya pada negara-negara yang industrinya sudah maju;

d. Bahwa industri pariwisata jika dibandingkan dengan industri lain termasuk industri yang investasi modalnya kecil sebanding dengan arus pendapatan yang mungkin;

e. Bahwa pariwisata menyediakan suatu pasaran ekspor tempat konsumen datang untuk meneliti produk tersebut;

f. Bahwa produk yang dijual terutama berupa jasa-jasa dan tidak dapat dijamah, udara yang sejuk, alam yang indah, terdapat tempat-tempat bersejarah, yang kelihatannnya secara potensial tidak akan ada habisnya dan hanya tunduk pada keterbatasan upaya promosi dan penjualan;

(18)

nasional maupun inetrnasional, untuk mengembangkan industri-industri lain dan sarana pemupukan tenggang rasa dan saling pengertian dengan negara-negara tetangga dan dunia pada umumnya.

Wisatawan yang tiba di suatu negara asing, baik secara individu maupun kelompok apapun tujuan perjalanannya tentu akan membelanjakan uangnya selama menetap disana yaitu untuk membayar jasa-jasa atau barang-barang wisata dan juga untuk membeli jasa-jasa atau barang yang tidak berkaitan dengan wisata. Seluruh jumlah uang yang dibelanjakan ini merupakan jumlah penerimaan negara dari sektor pariwisata dan menjadi pola konsumsi wisatawan di negara tersebut. Semakin bertambah konsumsi wisatawan, semakin banyak pula jasa-jasa wisata yang diproduksi dan begitu pula sebaliknya.

Dampak utama kegiatan pariwisata dari segi ekonomi terhadap level nasional (makro) dapat ditinjau dari segi:

A. Akibat langsung yang ditimbulkan oleh pariwisata terhadap bidang ekonomi meliputi:

Akibatnya terhadap neraca pembayaran; Akibatnya untuk kesempatan kerja;

Akibatnya dalam mendistribusikan pendapatan lagi.

B. Akibat tidak langsung yang ditimbulkan oleh kegiatan pariwisata mancakup;

Hasil ganda (multiplier);

Hasilnya dalam memasarkan produk-produk tertentu; Hasilnya untuk sektor pemerintah (pajak);

Hasil „tiruan‟ yang mempengaruhi masyarakat.

Teori Input-Output

Analisis Input-output (analisis masukan-keluaran) adalah suatu analisis atas perekonomian wilayah secara komprehensif karena melihat keterkaitan antarsektor ekonomi di wilayah tersebut secara keseluruhan. Dengan demikian, apabila terjadi perubahan tingkat produksi atas sektor tertentu, dampaknya terhadap sektor lain dapat dilihat. Selain itu sektor ini juga terkait dengan tingkat kemakmuran masyarakat di wilayah tersebut melalui input primer (nilai tambah) (Tarigan, 2007).

Menurut Priyarsono et al (2007) Tabel Input-output menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa yang terjadi antarsektor ekonomi dengan bentuk penyajian berupa matriks. Isian sepanjang baris tabel Input-output menunjukkan pengalokasian output yang dihasilkan oleh suatu sektor untuk memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir. Di samping itu, isian pada baris nilai tambah menunjukkan komposisi penciptaan nilai tambah sektoral, sedangkan isian sepanjang kolomnya menunjukkan struktur input yang digunakan oleh masing-masing sektor dalam proses produksi, baik yang berupa input antara maupun input primer. Tabel Input-output memberikan gambaran menyeluruh tentang hal-hal berikut ini :

1. Struktur perekonomian suatu wilayah yang mencakup output dan nilai tambah masing-masing sektor.

(19)

2. Strukur input antara yaitu transaksi penggunaan barang dan jasa antarsektor-sektor produksi.

3. Struktur penyediaan barang dan jasa, baik berupa produksi dalam negeri maupun barang impor atau yang berasal dari luar wilayah tersebut.

4. Struktur permintaan barang dan jasa, baik berupa permintaan oleh berbagai sektor produksi maupun permintaan untuk konsumsi, investasi dan ekspor. Beberapa kegunaan dari analisis ini adalah sebagai berikut ;

1. Untuk memperkirakan dampak permintaan akhir terhadap output, nilai tambah, impor, penerimaan pajak dan penyerapan tenaga kerja di berbagai sektor produksi.

2. Untuk melihat komposisi penyediaan dan penggunaan barang dan jasa terutama dalam analisis terhadap kebutuhan impor dan kemungkinan substitusinya.

3. Untuk mengetahui sektor-sektor yang pengaruhnya paling dominan terhadap pertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor yang peka terhadap pertumbuhan perekonomian.

4. Untuk menggambarkan perekonomian suatu wilayah dan mengidentifikasikan karakteristik struktural suatu perekonomian wilayah.

Daya Saing Porter’s Diamond

Daya saing didefinisikan sebagai kemampuan usaha suatu perusahaan dalam industri untuk menghadapi berbagai lingkungan yang dihadapi (Porter dalam Maulida, 2009). Dalam ilmu ekonomi, daya saing merupakan konsep yang bersifat relatif (Relatif Concept). Dalam pemahaman tersebut, konsep daya saing identik dengan konsep efisiensi. Dengan menggunakan kriteria atau melihat indikator tertentu sebagai acuan, maka dapat diukur tingkat kuat lemahnya daya saing. Adapun elemen dari Diamond Model tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.

.

Gambar 1 Model Porter’s Diamond Sumber : Porter dalam Maulida (2009)

Strategi Perusahaan, Struktur dan Persaingan

Kondisi Faktor Kondisi

Permintaan

Industri Pendukung Dan Industri Terkait Dukungan

Pemerintah

(20)

Kondisi Faktor dalam analisis Porter adalah variabel-variabel yang sudah ada dan dimiliki oleh suatu industri seperti sumber daya manusia (human resource), modal (capital resource), infrastruktur fisik (physical infrastructure), infrastruktur informasi (information infrastructure), infrastruktur administrasi (administrative infrastructure) serta sumberdaya alam. Semakin tinggi kualitas faktor input, maka semakin besar peluang industri untuk meningkatkan daya saing dan produktivitas.

Kondisi permintaan merupakan sifat asal untuk barang dan jasa. Semakin maju suatu masyarakat dan semakin demanding pelanggan dalam negeri, maka industri akan selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas produk atau melakukan inovasi guna memenuhi keinginan pelanggan lokal (sophisticated and demanding local customer). Namun dengan adanya perdagangan internasional, kondisi permintaan tidak hanya berasal dari lokal tetapi juga bersumber dari luar negeri.

Adanya industri pendukung dan terkait akan meningkatkan efisiensi dan sinergi dalam suatu industri. Sinergi dan efisiensi dapat tercipta terutama transaction cost, sharing teknologi, informasi maupun keahlian tertentu yang dapat dimanfaatkan oleh industri atau perusahaan lainnya. Manfaat lain industri pemasok dan terkait adalah akan terciptanya daya saing dan produktivitas yang meningkat.

Strategi perusahaan dan pesaing dalam Diamond Model juga penting karena kondisi ini akan memotivasi perusahaan atau industri untuk meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan dan selalu mencari inovasi baru. Dengan adanya persaingan yang sehat, perusahaan akan selalu mencari strategi baru yang cocok dan berupaya untuk selalu meningkatkan efisiensi.

Penelitian Terdahulu

Hertanto (2006) menganalisis peranan sektor pariwisata dalam perekonomian provinsi Banten. Penelitian ini menggunakan alat analisis Input-Output Provinsi Banten Tahun 2000-2004. Pada tahun 2000, struktur permintaan akhir sektor-sektor pariwisata lebih besar jika dibandingkan dengan struktur permintaan antaranya, hal ini disebabkan output sektor pariwisata bersifat dapat langsung dikonsumsi oleh rumah tangga. Sebaliknya pada tahun 2004, kondisi struktur permintaan anatara lebih besar daripada struktur permintaan akhirnya. Ini menunjukan pentingnya output sektor-sektor pariwisata yang digunakan sebagai input oleh sektor-sektor perekonomian lainnya. Konsumsi rumah tangga untuk sektor pariwisata memiliki konribusi terbesar terhadap pembentukan permintaan akhir dibandingkan dengan investasi, ekspor dan impor. Sektor angkutan jalan, keuangan, persewaan dan jasa memiliki kemampuan yang kuat untuk mendorong pertumbuhan sektor-sektor lainya

(21)

output sektor hulunya dibandingkan dengan kemampuanya dalam mendorong pertumbuhan hilirnya..

Santri (2009) menganalisis Potensi Pariwisata Untuk Meningkatkan Kesempatan Kerja dan Pendapatan Masyarakat Provinsi Bali. Alat analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah tabel Input-Output tahun 2007. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sektor pariwisata memiliki peranan penting terhadap permintaan antara, permintaan akhir, struktur konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi, dan ekspor. Namun, diantara seluruh sektor perekonomian yang ada di Provinsi Bali sektor pariwisata memiliki nilai impor terbesar. Artinya, sektor ini masih memiliki ketergantungan terhadap daerah atau negara lain karena tidak dapat mencukupinya sumberdaya yang dapat digunakan untuk memproduksi kebutuhan output sektor tersebut. Tetapi sektor ini tetap memiliki kemampuan yang lebih besar untuk menarik pertumbuhan output sektor lainnya dibandingkan mendorong pertumbuhan output sektor hilirnya. Maulida (2009) melakukan penelitian mengenai Analisis Sektor Basis dan Potensi Daya Saing Pariwisata Kabupaten Tasikmalaya Pasca Otonomi Daerah. Alat analisis yang digunakan adalah Location Quotient (LQ), Shift Share, dan Porter’s Diamond. Berdasarkan hasil analisis dengan pendekatan Porter’s Diamond adalah faktor yang menjadi keunggulan pariwisata Kabupaten Tasikmalaya adalah sumberdaya alam, sumberdaya manusia, kondisi permintaan domestik, peranan pemerintah, persaingan dan bisnis souvenir. Sedangkan kelemahannya adalah sumberdaya modal, infrastruktur industri pendukung dan terkait dan strategi pemasaran.

Kencana (2011) melakukan penelitian mengenai peranan sektor pariwisata dalam perekonomian Provinsi DKI Jakarta. Alat analsis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis Input-Output tahun 2006. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa peranan sektor pariwisata dalam perekonomian DKI Jakarta relatif besar. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi sektor pariwisata untuk struktur permintaan sebesar 15,23 persen dari total permintaan Provinsi DKI Jakarta, kontribusi terhadap konsumsi rumah tangga sebesar 22,46 persen dari total konsumsi rumah tangga. Sektor pariwisata DKI Jakarta mempunyai kemampuan menarik yang lebih besar terhadap pertumbuhan output sektor hulunya dibandingkan dengan kemampuan sektor pariwisata untuk mendorong pertumbuhan sektor hilirnya.

Kerangka Pemikiran Operasional

Kabupaten Garut merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang perekonomiannya memiliki banyak sektor. Salah satu sektor yang memiliki potensi untuk meningkatkan perekonomian Kabupaten Garut adalah sektor pariwisata, hal ini dikarenakan sektor ini memiliki hubungan yang saling terkait antar sektor-sektor lainnya. Sektor pariwisata di Kabupaten Garut ini juga cukup menjanjikan jika dilihat dari sumberdaya alam yang sangat indah dan terdiri dari beraneka ragam objek wisata.

(22)

Input-Output adalah untuk mengetahui dampak pertumbuhan output, dampak terhadap pendapatan masyarakat dan dampak terhadap kesempatan kerja Kabupaten Garut. Sedangkan tujuan menggunakan pendekatan Porter’s Diamond adalah untuk mengetahui kondisi faktor dan potensi yang mempengaruhi daya daing pariwisata Kabupaten Garut.

Gambar 2 Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada sektor pariwisata di Kabupaten Garut. Pemilihan daerah penelitian ini dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Garut merupakan daerah tertinggal di Jawa Barat, tetapi wilayah ini memiliki potensi pariwisata yang potensial sehingga menarik untuk diteliti. Pelaksanaan penelitian ini dimulai pada bulan Mei tahun 2010.

Sektor pariwisata Kondisi perekonomian

Kabupaten Garut

Sektor Ekonomi Lainnya

Analisis Porter‟s Diamond Anlisis

Input-Output

Analisis Dampak Penyebaran

Analisis

Multiplier

Analisis Keterkaitan

Peranan Sektor Pariwisata Terhadap Perekonomian Kabupaten Garut dan

(23)

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dengan melakukan wawancara terbuka dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Garut, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Garut serta instansi-instansi yang terkait dengan penelitian ini. Data yang digunakan adalah kontribusi penciptaan Nilai Tambah Bruto (NTB) Kabupaten Garut tahun 2004-2009, Tabel Input-Output Kabupaten Garut Tahun 2006 dan data pendukung lainnya.

Metode Analisis

Alat analisis yang digunakan untuk menganalisis Peranan Sektor Pariwisata Terhadap Perekonomian Kabupaten Garut dan Potensi Daya Saingnya yaitu menggunakan alat analisis Input-Output tahun 2006 klasifikasi 46 sektor yang diagregasi menjadi 11 sektor. Analisis Input-Output digunakan untuk melihat kemampuan sektor tersebut dalam menciptakan output, pendapatan, tenaga kerja dan keterkaitan antar sektor. Alat analisis Porter’s Diamond digunakan untuk mengetahui potensi dan kondisi faktor yang mempengaruhi daya saing pariwisata Kabupaten Garut. Perangkat lunak yang digunakan dalam analisis ini yaitu Grimp dan Microsoft Excell.

Metode Analisis Input-Output

Berdasarkan model dari BPS Kabupaten Garut (2008) Format dari tabel Input-output terdiri dari suatu kerangka matriks berukuran “n x n” dimensi yang dibagi menjadi empat kuadran dan tiap kuadran mendeskripsikan suatu hubungan tertentu.

1. Kuadran 1 (intermediate Quadrant), merupakan transaksi antara, yaitu transaksi barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi.

2. Kuadran II (Final Demand Quadrant), menunjukkan penjualan barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor perekonomian untuk memenuhi permintaan akhir.

3. Kuadran III (Primary Input Quadrant), menunjukkan pembelian input yang dihasilkan di luar sistem produksi oleh sektor-sektor dalam kuadran antara. Kaudran ini terdiri antara pendapatan rumah tangga (upah/gaji), surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung neto.

4. Kuadran IV (Primary Input-Final Demand Quadrant), merupakan kuadran input primer permintaan akhir yang menunjukkan transaksi langsung antara kuadran input primer dengan permintaan akhir tanpa melalui sistem produksi atau kuadran antara.

(24)

Tabel 4 Ilustrasi Tabel Input-Output

Sumber: BPS Kabupaten Garut Tahun 2008

Koefisien Output

Jika konsumsi rumah tangga + konsumsi pemerintah + pembentukan modal tetap + perubahan stok + ekspor = F, maka apabila dilihat secara horizontal (baris) alokasi output itu secara keseluruhan dapat dituliskan dalam bentuk persamaan aljabar sebagai berikut:

X11 + X12+…+ X1n + F1 = X1 X21 + X22+ …+ X2n + F2 = X2 : : : : :

Xn1 + Xn2+…+ Xnn + Fn = Xn………..………..(3.1) Secara umum persamaan diatas dapat dirumuskan kembali menjadi

; untuk i = 1, 2, 3 dan seterusnya

Dimana adalah banyaknya output sektor ke i yang dipergunakan sebagai input oleh sektor j, dan Fi adalah permintaan akhir terhadap sektor i serta Xi adalah jumlah output sektor i.

Koefisien Input

Koefisien input secara keseluruhan dapat dituliskan dalam bentuk persamaan aljabar sebagai berikut, jika upah dan gaji rumah tangga + surplus usaha + input primer lainnya = V, maka apabila dilihat secara vertikal (kolom) alokasi input itu secara keseluruhan dapat dituliskan dalam bentuk persamaan aljabar sebagai berikut:

X11 + X21+ … + Xn1 + V1 = X1 X12 + X22 + … + Xn2 + V2 = X2 : : : : :

X1n + X2n + … + Xnn + Vn = Xn………....(3.2) Dan secara ringkas dapat ditulis menjadi

(25)

Berdasarkan persamaan 3.1 di atas jika diketahui matriks koefisien teknonolgi aij, maka:

……….(3.3)

Jika persamaan (3.3) disubstitusikan ke persamaan (3.1) maka didapat persamaan sebagai berikut:

a11X1 + a12X2+ … + a1nXn + F1 = X1 a21X1 + a22X2+ … + a2nXn + F2 = X2

: : : : :

an1X1 + an2X2 + … + annXn + Fn = Xn……….………(3.4) Apabila persamaan (3.4) ditulis dalam bentuk persamaan matriks maka akan diperoleh persamaan berikut ini:

= A X + F = X AX + F = X atau (I – A) X = F

X = (I – A)-1F………(3.5)

Dimana :

I = Matriks identitas F = Permintaan akhir X = Jumlah output (I – A) = Matriks Leontief.

(I – A)-1= Matriks kebalikan Leontief.

Dari persamaan diatas terlihat bahwa output setiap sektor memiliki hubungan fungsional terhadap permintaan akhir, dengan (I–A)-1 sebagai koefisien antaranya. Matriks kebalikan ini mempunyai peranan penting sebagai alat analisis ekonomi karena menunjukkan adanya saling keterkaitan antara tingkat permintaan akhir terhadap tingkat produksi.

Analisis Keterkaitan

Konsep keterkaitan biasa digunakan sebagai dasar perumusan strategi pembangunan ekonomi dengan melihat keterkaitan antarsektor dalam suatu sistem perekonomian. Konsep ini meliputi:

a. Keterkaitan ke Depan (forward linkage)

Keterkaitan ke depan menunjukkan hubungan keterkaitan antarindustri/sektor dalam penjualan terhadap total penjualan output yang dihasilkannya.

Keterkaitan Langsung ke Depan

(26)

Dimana:

KDi = keterkaitan langsung ke depan ij = unsur matriks koefisien teknis

Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan

Keterkaitan ini menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan output bagi sektor tersebut secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total, dirumuskan sebagai berikut:

Dimana:

KDLTi = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan sektor i ij = unsur matriks kebalikan Leontief model terbuka

b. Keterkaitan ke Belakang (backward linkage)

Keterkaitan ini menunjukkan hubungan keterkaitan antarindustri/sektor dalam pembelian terhadap total pembelian input yang digunakan untuk proses produksi.

Keterkaitan Langsung ke Belakang

Keterkaitan langsung ke belakang ini menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara lanagsung per unit kenaikan permintaan total. Rumus untuk mencari keterkaitan langsung ke belakang adalah:

Dimana:

KBi = keterkaitan langsung ke belakang ij = unsur matriks koefisen teknis.

Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang

Keterkaitan ini menunjukkan akibat dari suatu sektor yang diteliti terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung per unit permintaan total, ini dirumuskan sebagai berikut:

Dimana:

KBLTi = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang sektor i ij = unsur matriks kebalikan Leontief model terbuka

(27)

Analisis Dampak Penyebaran

Indeks keterkaitan langsung dan tidak langsung baik ke depan maupun ke belakang belum cukup memadai untuk dipakai sebagai landasan pemilihan sektor kunci. Indikator-indikator tersebut tidak dapat diperbandingkan antarsektor karena peranan perrmintaan akhir setiap sektor tidak sama. Oleh karena itu kedua indeks tersebut harus dinormalkan dengan cara membandingkan rata-rata dampak yang ditimbulkan oleh sektor tersebut dengan rata-rata dampak seluruh sektor. Analisis dampak penyebaran ini terbagi menjadi:

1. Koefisien Penyebaran (Daya Penyebaran ke Belakang/Daya Menarik)

Konsep ini berguna untuk mengetahui distribusi manfaat dari pengembangan suatu sektor terhadap pengembangan sektor-sektor lainnya melalui mekanisme transaksi pasar input. Selain itu, konsep ini juga sering diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan industri hulunya. Sektor j dikatakan mempunyai kaitan ke belakang yang tinggi apabila Pdj mempunyai nilai lebih besar dari satu. Rumus yang digunakan untuk mencari nilai koefisien penyebaran adalah:

Dimana:

Pdj = koefisien penyebaran sektor j.

αij = unsur matriks kebalikan Leontief.

2. Kepekaan Penyebaran (Daya Penyebaran Ke Depan/Daya Mendorong)

Konsep ini bermanfaat untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor terhadap sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar output. Konsep ini sering juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan produksi sektor-sektor lain yang memakai input dari sektor ini. Sektor i dikatakan mempunyai kepekaan penyebaran yang tinggi apabila nilai Sdi lebih besar dari satu. Rumus yang digunakan untuk mencari nilai kepekaan penyebaran adalah:

Dimana:

Sdi = kepekaan penyebaran sektor i

αij = unsur matriks kebalikan Leontief. Analisis Multiplier

a. Multiplier output

(28)

sebesar satu unit satuan moneter ke permintaan akhir. Matriks invers dirumuskan dengan persamaan:

A)-1 =

Dengan demikian, matriks α mengandung informasi penting tentang struktur perekonomian yang dipelajari dengan menentukkan tingkat keterkaitan antarsektor dalam perekonomian suatu wilayah atau negara. Koefisisen dari matriks invers ini menunjukkan besarnya perubahan aktivitas dari suatu sektor yang akan mempengaruhi tingkat output dari sektor-sektor lain.

b. Multiplier Pendapatan

Multiplier pendapatan mengukur peningkatan pendapatan akibat adanya perubahan output dalam perekonomian. Dalam tabel Input-Ouput yang dimaksud dengan pendapatan adalah upah dan gaji yang diterima oleh rumah tangga. Pendapatan disini tidak hanya mencakup beberapa jenis pendapatan yang umumnya diklasifikasikan sebagai pendapatan rumah tangga tetapi juga dividen dan bunga bank.

c. Multiplier Tenaga Kerja

Multiplier tenaga kerja menunjukkan perubahan tenaga kerja yang disebabkan oleh perubahan awal dari sisi output. Untuk memperoleh multiplier tenaga kerja maka tabel Input-Output harus ditambahkan baris yang menunjukkan jumlah tenaga kerja untuk masing-masing sektor dalam perekonomian suatu wilayah atau negara. Penambahan baris ini untuk mendapatkan koefisien tenaga kerja (ei). Cara untuk memperoleh koefisien tenaga kerja adalah dengan membagi setiap jumlah tenaga kerja masing-masing sektor perekonomian di suatu negara atau wilayah dengan jumlah total output dari masing-masing sektor tersebut. Koeefisien tenaga kerja (ei) menunjukkan efek langsung ketenagakerjaan dari setiap sektor akibat adanya perubahan output sektor i. Efek langsung dan tidak langsung ditunjukkan dengan untuk setiap sektor, dan untuk semua sektor dalam perekonomian suatu wilayah atau negara sedangkan efek total ditunjukkan dengan

d. Multiplier Tipe I dan II

Multiplier Tipe I dan II digunakan untuk mengukur efek dari output, pendapatan maupun tenaga kerja masing-masing sektor perekonomian yang disebabkan karena adanya perubahan dalam jumlah output, pendapatan dan tenaga kerja yang ada di suatu negara atau wilayah. Respon atau efek multiplier output, pendapatan dan tenaga kerja dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Dampak Awal (initial impact)

Dampak awal merupakan stimulus perekonomian yang diasumsikan sebagai peningkatan atau penurunan penjualan dalam satu unit satuan moneter. Dari sisi output, dampak awal ini diasumsikan sebagai peningkatan penjualan ke permintaan akhir sebesar satu unit satuan moneter. Peningkatan output tersebut akan memberikan efek terhadap peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja. Efek awal dari sisi pendapatan ditunjukkan oleh koefisien pendapatan rumah tangga (hi), sedangkan efek awal dari sisi tenaga kerja ditunjukkan oleh koefisisen tenaga kerja (ei).

(29)

2. Efek putaran pertama (first round effect)

Efek putaran pertama menunjukkan efek langsung dari pembelian masing-masing sektor untuk setiap peningkatan output sebesar satu unit satuan moneter. Dari sisi output, efek putaran pertama ditunjukkan oleh koefisien langsung (koefisien input output/aij). Sedangkan efek putaran pertama dari sisi pendapatan menunjukkan adanya peningkatan pendapatan dari setiap sektor akibat adanya efek putaran pertama dari sisi output. Sementara efek putaran pertama dari sisi tenaga kerja menunjukkan peningkatan penyerapan tenaga kerja akibat adanya efek putaran pertama dari sisi output.

3. Efek Dukungan Industri (Industrial Support Effect)

Efek dukungan industri dari sisi output menunjukkan efek dari peningkatan output putaran kedua dan selanjutnya akibat adanya stimulus ekonomi. Dari sisi pendapatan dan tenaga kerja, efek dukungan industri menunjukkan adanya efek peningkatan pendapatan dan penyerapaan tenaga kerja putaran kedua dan selanjutnya akibat adanya dukungan industri yang menghasilkan output.

4. Efek Induksi Konsumsi (Consumption Induced Effect)

Efek induksi konsumsi dari sisi output menunjukkan adanya suatu pengaruh induksi (peningkatan konsumsi rumah tangga) akibat pendapatan rumah tangga yang meningkat. Dari sisi pendapatan dan tenaga kerja, efek induksi konsumsi diperoleh masing-masing dengan mengalikan efek induksi konmusi output dengan koefisien pendapatan rumah tangga dan koefisien tenaga kerja.

5. Efek Lanjutan (Flow On Effect)

Efek lanjutan merupakan efek (dari output, pendapatan, dan tenaga kerja) yang terjadi pada semua sektor perekonomian dalam suatu negara atau wilayah akibat adanya peningkatan penjualan dari suatu sektor. Efek lanjutan dapat diperoleh dari pengurangan efek total dengan efek awal.

Tabel 5 Rumus Multiplier Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja

Nilai Multiplier

Output Pendapatan Tenaga Kerja

Efek awal 1 Hi ej

Efek putaran pertama Σiaij Σiaij hi Σiaij ei

Efek dukungan industry Σiαij - 1 - Σiaij Σiαij hi - hj - Σiaij hi Σiαijeij– ej - Σiaij ei

Efek induksi konsumsi Σiα*ij - Σiαij Σiαij*hi - Σiαij hi Σiαij*eij - Σiaij ei

Efek total Σiα*ij Σiαij*hi Σiαij*eij

Efek lanjutan Σiα*ij– 1 Σiαij*hi - hi Σiαij*eij - ei

Sumber: Daryanto (2010)

Keterangan:

aij = Koefisien output

hi = Koefisien pendapatan rumah tangga e i = Koefisien tenaga kerja

αij = Matriks kebalikan Leontief model terbuka

(30)

Untuk melihat hubungan antara efek awal dan efek lanjutan per unit pengukuran dari sisi output, pendapatan, dan tenaga kerja maka dihitung dengan menggunakan rumus multiplier tipe I dan tipe II sebagai berikut:

Definisi Operasional Data

a. Sektor Pariwisata

Sektor pariwisata Kabupaten Garut terdiri dari lima sektor, yaitu meliputi sektor angkutan, restoran, komunikasi, hotel dan jasa rekreasi, kebudayaan dan olah raga.

b. Output

Output dalam pengertian tabel I-O adalah output domestik, yaitu nilai dari produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi di wilayah dalam negeri (domestik), tanpa membedakan asal usul pelaku produksinya.

c. Transaksi Antara

Transaksi antara adalah transaksi yang terjadi antara sektor yang berperan sebagai produsen dengan sektor yang berperan sebagai konsumen. Sektor yang berperan sebagai produsen atau sektor produksi merupakan sektor pada masing-masing baris, sedangkan sektor sebagai konsumen ditunjukkan oleh sektor pada masing-masing kolom.

d. Permintaan Akhir dan Impor

Permintaan akhir adalah permintaan atas barang dan jasa untuk keperluan konsumsi, bukan untuk proses produksi. Permintaan akhir terdiri dari pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok dan ekspor.

Pengeluaran konsumsi rumah tangga mencakup semua pembelian barang dan jasa oleh rumah tangga, baik untuk makanan maupun non makanan termasuk pembelian barang-barang tahan lama. Satu-satunya pembelian yang tidak termasuk ke dalam konsumsi rumah tangga adalah bangunan tempat tinggal.

Pengeluaran konsumsi pemerintah mencakup semua pembelian barang dan jasa oleh pemerintah yang sifatnya rutin, termasuk pembayaran gaji para pegawai.

Pembentukan modal tetap mencakup semua pengeluaran untuk pengadaan barang modal baik yang dilakukan oleh swasta. Barang modal terdiri dari bangunan konstruksi, mesin dan peralatan, kendaraan dan angkutan serta barang modal lainnya.

Perubahan stok merupakan pembentukan modal tetap yang diperoleh dari selisih antara stok akhir dan stok awal periode perhitungan.

(31)

Ekspor dan impor merupakan kegiatan atau transaksi barang dan jasa antara penduduk suatu wilayah dengan penduduk luar wilayah, baik penduduk provinsi lain maupun luar negeri.

e. Input Primer

Input primer atau nilai tambah merupakan balas jasa yang diciptakan atau diberikan kepada faktor-faktor produksi yang berperan dalam proses produksi. Balas jasa tersebut mencakup upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung.

Upah dan gaji merupakan balas jasa yang diberikan kepada buruh/karyawan, baik dalam bentuk uang maupun barang. Yang termasuk ke dalam upah dan gaji adalah semua tunjangan dan bonus serta uang lembur yang diberikan perusahaan kepada pekerja.

Surplus usaha mencakup sewa properti, bunga netto dan keuntungan perusahaan. Penyusutan merupakan nilai penyisihan keuntungan perusahaan untuk akumulasi pengganti barang modal yang habis dipakai. Pajak tak langsung merupakan pajak yang dikenakan pemerintah setiap transaksi penjualan yang dilakukan oleh perusahaan. Sedangkan subsidi adalah bantuan yang diberikan pemerintah kepada produsen. Subsidi pada dasarnya merupakan tambahan pendapatan bagi produsen (Daryanto, 2010)

Metode Analisis Porter’s Diamond

Penggunaan pendekatan Porter’s Diamond adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing pariwisata Kabupaten Garut. Pendekatan ini mengkaji kondisi faktor, kondisi permintaan, strategi perusahaan, struktur dan persaingan, dan industri terkait dan industri pendukung. Pendekatan Porter’s Diamond dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan wawancara terbuka dengan pihak Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Garut.

GAMBARAN UMUM

Keadaan Wilayah, Topografi, dan Demografi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Garut. Pada sub bab ini akan dibahas terkait dengan kondisi wilayah, topografi, dan demografi Kabupaten Garut. Hal ini dilakukan untuk memberikan gambaran umum mengenai kondisi alam maupun kondisi sosial ekonomi di Kabupaten Garut.

Keadaan Wilayah dan Topografi Kabupaten Garut

Kabupaten Garut mempunyai luas wilayah sekitar 3.065,19 Km2 secara geografis terletak diantara 6057‟34” – 7044‟57” Lintang Selatan dan 107024‟34” – 108024‟34” Bujur Timur dengan batas-batas wilayah sebagai berikut.:

(32)

Sebelah Timur, berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya; Sebelah Selatan, berbatasan dengan Samudra Indonesia;

Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur.

Kabupaten Garut secara geografis berdekatan dengan Kota Bandung sebagai ibukota provinsi Jawa Barat yang merupakan daerah penyangga bagi pengembangan Bandung Raya. Oleh karena itu, Kabupaten Garut mempunyai kedudukan strategis dalam memasok kebutuhan warga Kota dan Kabupaten Bandung.

Keadaan Administrasi Pemerintahan

Kabupaten Garut pada tahun 2009 mempunyai 42 kecamatan, dimana dua kecamatan merupakan hasil pemekaran dari Kecamatan Wanaraja yaitu Kecamatan Sucinagara dan Kecamatan Pangatikan. Kecamatan Cibalong merupakan kecamatan yang mempunyai wilayah terluas mencapai 6,97% dari wilayah Kabupaten Garut atau seluas 21.359 Ha, sedangkan kecamatan Kersamanah merupakan wilayah terkecil dengan luas 1.650 Ha atau 0,54%.

Kabupaten Garut terdiri dari:

42 Kecamatan, yang masing-masing dipimpin oleh seorang Camat,

424 Desa/Kelurahan, yang masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala Desa/Lurah,

4.000 Rukun Warga (RW), yang masing-masing dipimpin oleh seorang Ketua RW,

13.051 Rukun Tetangga (RT), yang masing-masing dipimpin oleh seorang Ketua RT.

Keadaan Demografi Kependudukan

Jumlah Penduduk Kabupaten Garut pada tahun 2008 sebanyak 2.451.014 jiwa, terjadi kenaikan pada tahun 2009 menjadi 2.682.806. Pada tahun 2010 dan 2011 jumlah penduduk Kabupaten Garut masing-masing sebesar 2.737.525 jiwa dan 2.407.086 jiwa. Dengan luas wilayah 3.065,19 Km2, setiap Km2 di Kabupaten Garut rata-rata dihuni oleh 783 jiwa dengan sebaran yang tidak merata pada setiap kecamatannya dan terakumulasi di daerah perkotaan, khususnya di Kecamatan Garut Kota dengan tingkat kepadatan penduduk setiap Km2nya mencapai 4.650 jiwa sedangkan tingkat kepadatan terendah terdapat di Kecamatan Pamulihan yang hanya dihuni oleh 132 jiwa setiap Km2.

Keadaan Perekonomian

Perekonomian Kabupaten Garut cenderung meningkat setiap tahunnya. Ini dapat dilihat dari angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB atas harga konstan 2000 mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2006 sebesar Rp 9.128,18 milyar tahun 2007 sebesar Rp 9.653,13 milyar, tahun 2008 sebesar Rp 10.011,30 milyar dan pada tahun 2009 sebesar Rp 10.568,29 milyar.

(33)

pertumbuhan ekonomi pada tahun 2007 sedikit mengalami peningkatan yaitu sebesar 0.65 poin, dimana pada tahun 2006 perekonomian Kabupaten Garut mampu tumbuh 4.11 persen. Pada tahun 2008 pertumbuhan ekonominya mengalami penurunan sebesar 0.07 poin menjadi 4.69 persen dan pada tahun 2009 dan 2010 laju pertumbuhan ekonominya mencapai 5.57 persen dan 5.31 persen. Perkembangan positif pada perekonomian Kabupaten Garut tahun 2007 dipicu oleh peningkatan kinerja pada sektor yang dominan di wilayah ini yaitu sektor pertanian dan perdagangan, hotel dan restoran yang mampu tumbuh masing-masing sebesar 3.89 persen dan 6.55 persen.

Keadaan Sektor Pariwisata

Kabupaten Garut merupakan salah satu kabupaten tujuan wisata di Jawa Barat. Potensi objek dan daya tarik wisata Kabupaten Garut cukup beragam. Potensi objek wisata di Kabupaten Garut dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu objek wisata alam, wisata budaya dan wisata minat khusus.

Dampak kegiatan usaha dari adanya sektor pariwisata ini adalah penyerapan tenaga kerja. Tenaga kerja usaha pariwisata tahun 2008 berjumlah 2.322 orang dibandingkan dengan tahun 2007 yang berjumlah 2.185 orang. Adanya kenaikan ini terjadi karena semakin meningkatnya jumlah hotel, restoran dan rumah makan, kolam renang, dan taman rekreasi dan hiburan.

Pada tahun 2006 jumlah kunjungan terhadap sektor pariwisata sebanyak 1.275.319 wisatawan, sedangkan pada tahun 2007 mengalami kenaikan menjadi sebanyak 1.425.301 wisatawan. Ini terjadi karena dukungan pemberdayaan masyarakat dan upaya pengembangan usaha sektor pariwisata yang terus digalakkan. Pada tahun 2008 dan 2009 jumlah kunjungan pada sektor ini juga meningkat yaitu menjadi 1.579.526 dan 1.650.913 orang dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 1.802.853 orang.wisatawan. Kenaikan ini merupakan akibat dari tersedianya fasilitas yang disediakan oleh para pengusaha pariwisata.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peranan Sektor Pariwisata dalam Struktur Perekonomian Kabupaten Garut

Struktur Permintaan

(34)

triliun atau sebesar 8.07 persen dari total seluruh sektor perekonomian. Sektor pariwisata Kabupaten Garut memiliki jumlah permintaan akhir yang lebih besar daripada jumlah permintaan antaranya. Hal ini menunjukkan sektor ini lebih banyak digunakan untuk konsumsi langsung oleh masyarakat.

Tabel 6 Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Sektor-sektor Perekonomian di Kabupaten Garut Tahun 2006 (Juta Rupiah)

Sektor Permintaan Antara Permintaan Akhir Total permintaan

Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen

Pertanian, Peternakan,

Total 9.160.367 100.00 23.881.605 100.00 33.041.972 100.00

Sumber: Tabel Input Output Kabupaten Garut Tahun 2006 Klasifikasi 11 Sektor (diolah) Keterangan : ( ) Ranking

Struktur Ekspor dan Impor

Menurut Tabel Input-Output Kabupaten Garut tahun 2006, ekspor dan impor meliputi transaksi barang dan jasa antara penduduk suatu daerah dengan penduduk daerah lain dalam satu negara atau lain negara. Transaksi ekspor mencakup pembelian langsung di dalam daerah oleh penduduk daerah lain. Sedangkan pembelian langsung di luar daerah oleh penduduk daerah dikategorikan sebagai transaksi impor.

Berdasarkan Tabel 7 nilai total impor seluruh sektor perekonomian Kabupaten Garut (Rp 7.99 triliun) lebih besar daripada nilai total ekspornya (Rp 7.61 triliun). Sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan merupakan sektor dengan jumlah ekspor terbesar. Kemudian diikuti oleh sektor industri pengolahan diurutan kedua dan sektor perdagangan pada urutan ke tiga. Sementara jumlah ekspor sektor pariwisata berada pada urutan ke empat yaitu sebesar Rp 714.27 milyar atau sebesar 9.38 persen dari total ekspor Kabupaten Garut.

(35)

Sedangkan sektor pariwisata berada dirutan ketiga yaitu sebesar Rp 500.32 milyar atau sebesar 6.26 persen dari total impor Kabupaten Garut.

Sektor industri pengolahan memiliki nilai ekspor yang cukup tinggi diantara sektor lainnya akan tetapi nilai impornya lebih tinggi daripada nilai ekspornya, artinya walaupun industri pengolahan cukup berperan akan tetapi belum bisa mendatangkan surplus ekonomi bagi Kabupaten Garut karena lebih banyak impor daripada ekspornya.

Sementara sektor pariwisata di Kabupaten Garut bisa mendatangkan surplus ekonomi karena nilai ekspornya lebih tinggi daripada nilai impornya. Hal tersebut menunjukkan sektor tersebut memiliki peranan penting dalam perekonomian Kabupaten Garut. Masih tingginya nilai impor pada beberapa sektor di Kabupaten Garut disebabkan karena barang dan jasa yang diimpor belum mampu dihasilkan oleh produksi domestik, artinya, Kabupaten Garut masih memiliki ketergantungan terhadap daerah yang lain karena masih membutuhkan barang dan jasa dari luar daerah bahkan luar negeri untuk digunakan sebagai input antara.

Tabel 7 Ekspor dan Impor Sektor-sektor Perekonomian Kabupaten Garut Tahun 2006 (Juta Rupiah)

Sektor Ekspor Persen Impor Persen

Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan

Perikanan 4.107.628 (1) 53.93 535.548 (2) 6.70

Pertambangan dan Penggalian 0 (11) 0.00 49.534 (8) 0.62

Industri Pengolahan 1.277.104 (2) 16.77 5.814.283 (1) 72.76

Listrik, Gas dan Air Minum 0 (10) 0.00 6.491 (9) 0.08

Bangunan 0 (9) 0.00 0 (10) 0.00

Perdagangan 1.202.964 (3) 15.79 0 (11) 0.00

Keungan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan 21.195 (6) 0.28 467.093 (4) 5.84

Jasa Pemerintahan Umum 1.304 (8) 0.02 425.508 (5) 5.32

Jasa Sosial dan Kemasyarakatan 6.352 (7) 0.08 121.566 (6) 1.52

Jasa Peroranagan dan Rumah Tangga 286.361 (5) 3.76 70.982 (7) 0.89

Pariwisata 714.278 (4) 9.38 500.322 (3) 6.26

Total 7.617.186 100.00 7.991.327 100.00

Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Garut Tahun 2006 Klasifikasi 11Sektor (diolah) Keterangan: ( ) Ranking

Struktur Konsumsi Rumah Tangga

(36)

Tabel 8 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Kabupaten Garut Tahun 2006 (Juta Rupiah)

Sektor Konsumsi Rumah Tangga

Jumlah Persen

Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 2.203.502 (2) 18.42

Pertambangan dan Penggalian 0 (11) 0.00

Industri Pengolahan 5.385.424 (1) 45.03

Listrik, Gas dan Air Minum 147.868 (8) 1.24

Bangunan 1.414 (10) 0.01

Perdagangan 2.012.738 (3) 16.83

Keungan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 198.352 (6) 1.66

Jasa Pemerintahan Umum 490.900 (5) 4.10

Jas a Sosial dan Kemasyarakatan 170.976 (7) 1.43

Jasa Peroranagan dan Rumah Tangga 135.398 (9) 1.13

Pariwisata 1.213.805 (4) 10.15

Total 11.960.377 100.00

Sumber : Tabel Input Output Kabupaten Garut Tahun 2006 Klasifikasi 11 Sektor (diolah) Keterangan: ( ) Ranking

Struktur Nilai Tambah Bruto

Menurut tabel Input-Output Kabupaten Garut tahun 2006, Nilai Tambah Bruto (NTB) adalah balas jasa atas pemakaian faktor-faktor produksi yang berperan dalam proses produksi. Nilai tambah bruto dalam Tabel Input-Output Kabupaten Garut terdiri dari lima komponen, yaitu upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan, pajak tak langsung, dan subsidi.

Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa total NTB adalah sebesar Rp 15.89 triliun. Surplus usaha memiliki kontribusi terbesar terhadap NTB yaitu sebesar Rp 9.99 triliun sedangkan pajak tak langsung memberikan kontribusi terkecil terhadap NTB yaitu sebesar Rp. 474.62 milyar. Diantara seluruh sektor perekonomian Kabupaten Garut, sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan memiliki nilai NTB terbesar yaitu 7.61 triliun atau 47.90 persen. Kontribusi terbesarnya didapat dari surplus usaha sebesar 5.76 triliun dan kontribusi terkecilnya dari pajak tak langsung. Kontribusi NTB terbesar kedua berasal dari sektor perdagangan sebesar 3.49 triliun atau 22 persen dengan kontribusi terbesarnya dari surplus usaha sebesar 2.29 triliun dan kontribusi terkecilnya dari penyusutan sebesar 176.21 milyar. Sedangkan sektor pariwisata memiliki nilai NTB pada urutan ketiga terbesar yaitu sebesar Rp 1.21 triliun atau sebesar 7.62 persen dari total NTB seluruh sektor perekonomian dengan kontribusi terbesarnya berasal dari surplus usaha sebesar 638. 80 milyar dan kontribusi terkecilnya berasal dari pajak tak langsung sebesar 53.89 milyar.

(37)

Tabel 9 Struktur Nilai Tambah Bruto Sektor-sektor Perekonomian Kabupaten Garut Tahun 2006 (Juta Rupiah)

Sektor Upah dan Gaji Surplus Usaha Penyusutan Pajak Tak Langsung

Nilai Tambah Bruto

Sumber :Tabel Input-Output Kabupaten Garut Tahun 2006 Klasifikasi 11 Sektor (diolah) Keteranan :( ) Ranking

Analisis Keterkaitan

Konsep keterkaitan biasa digunakan untuk merumuskan strategi pembangunan ekonomi dengan melihat keterkaitan antarsektor dalam suatu sistem perekonomian. Hubungan antarsektor ini merupakan hubungan saling ketergantungan satu dengan lainnya, dimana output dari suatu sektor produksi merupakan input bagi sektor produksi lainnya. Oleh karena itu, perubahan output suatu sektor produksi akan mempengaruhi output dari sektor produksi lainnya. Konsep keterkaitan meliputi keterkaitan ke depan dan keterkaitan ke belakang. Keterkaitan ke Depan

Keterkaitan ke depan menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian output sektor tersebut. Keterkaitan ke depan terdiri dari keterkaitan langsung ke depan dan keterkaitan langsung tidak langsung ke depan. Untuk keterkaitan langsung ke depan dapat diperoleh dari jumlah baris nilai koefisien teknis. Dan untuk keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan dapat diperoleh dari jumlah baris matrik kebalikan Leontief.

Gambar

Tabel Input-Output
Tabel 3 Kontribusi
Gambar 2 Kerangka Pemikiran
Tabel 4 Ilustrasi Tabel Input-Output
+6

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan Berdasarkan hasil perancangan aplikasi panduan mendaki gunung menggunakan GPS (Global Positioniong System) dengan metode LBS (Location Based Service) untuk

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi jenis kegiatan, bahan kimia dan alat pelindung diri yang dipakai, mengidentifikasi perubahan warna rambut pekerja serta menganalisis

Penerapan rekam kesehatan elektronik dengan sistem Rekam Elektronik Kesehatan Maternitas Bersama perlu dikembangkan di area maternitas seperti yang dilakukan oleh

Area penyimpanan, persiapan, dan aplikasi harus mempunyai ventilasi yang baik , hal ini untuk mencegah pembentukan uap dengan konsentrasi tinggi yang melebihi batas limit

Sama halnya dengan asupan vitamin C dan vitamin A yang bertindak sebagai zat enhancer utama dalam penyerapan zat besi menunjukkan hasil yang lebih baik pada

demokratisasi menjadi sangat berpengaruh mengingat masyarakat dunia menjadi masyarakat tanpa sekat yang harus saling berpengaruh dan saling membutuhkan. Kedua, Kemajuan

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah linier garis regresi karena penelitian ini dirancang untuk melihat apakah faktor motivasi dan

Maksud dan tujuan evaluasi hidrolika sistem lumpur pemboran adalah untuk mengoptimalkan sistem pemboran serta memperkirakan biaya dari pembuatan dan pemakaian lumpur bor