• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Sektor Pariwisata dalam Struktur Perekonomian Kabupaten Garut Struktur Permintaan

Berdasarkan Tabel Input-Output tahun 2006 Kabupaten Garut klasifikasi 11 sektor, total permintaan Kabupaten Garut pada tahun 2006 adalah Rp 33.04 triliun yaitu terdiri dari jumlah total permintaan antara sebesar Rp 9.16 triliun dan jumlah total permintaan akhir sebesar Rp 23.88 triliun. Dalam keseimbangan ekonomi terdapat asumsi bahwa total permintaan akan sama dengan total penawaran, maka total penawaran sektor-sektor perekonomian Kabupaten Garut akan sama dengan total permintaannya yaitu sebesar Rp 33.04 triliun. Sektor pariwisata memiliki nilai total permintaan terbesar ke empat dari 11 sektor perekonomian yang ada di Kabupaten Garut. Permintaan sektor pariwisata sebesar 414.20 milyar atau sebesar 4.52 persen dari total seluruh sektor dan permintaan akhirnya sebesar 1.92

triliun atau sebesar 8.07 persen dari total seluruh sektor perekonomian. Sektor pariwisata Kabupaten Garut memiliki jumlah permintaan akhir yang lebih besar daripada jumlah permintaan antaranya. Hal ini menunjukkan sektor ini lebih banyak digunakan untuk konsumsi langsung oleh masyarakat.

Tabel 6 Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Sektor-sektor Perekonomian di Kabupaten Garut Tahun 2006 (Juta Rupiah)

Sektor Permintaan Antara Permintaan Akhir Total permintaan

Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen

Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 2.973.281 (1) 32.45 6.394.670 (2) 26.77 9.367.951 (2) 28.35 Pertambangan dan Penggalian 75.749 (8) 0.83 96 (11) 0.0004 75.845 (11) 0.23 Industri Pengolahan 2.894.132 (2) 31.6 7.843.794 (1) 32.84 10.737.926(1) 32.5

Listrik, Gas dan Air

Bersih 39.206(10) 0.43 147.868 (10) 0.62 187.074 (10) 0.57

Bangunan 113.775 (7) 1.24 907.006 (6) 3.80 1.020.781 (7) 3.09

Perdagangan 1.278.606 (3) 13.96 3.707.563 (3) 15.52 4.986.169 (3) 15.09

Keuangan, Persewaan

dan Jasa Perusahaan 1.087.389 (4) 11.87 219.547 (8) 0.92 1.306.936 (6) 3.95

Jasa Pemerintahan

Umum 22.2832(11) 0.24 2.084.525 (4) 8.73 2.106.807 (5) 6.38

Jasa Sosial dan

Kemasyarakatan 47.7832 (9) 0.52 192.575 (9) 0.81 240.357 (9) 0.73

Jasa Perorangan dan

Rumah Tangga 213.960 (6) 2.33 455.878 (7) 1.91 669.838 (8) 2.03

Pariwisata 414.205 (5) 4.52 1.928.083 (5) 8.07 2.342.288 (4) 7.09

Total 9.160.367 100.00 23.881.605 100.00 33.041.972 100.00

Sumber: Tabel Input Output Kabupaten Garut Tahun 2006 Klasifikasi 11 Sektor (diolah) Keterangan : ( ) Ranking

Struktur Ekspor dan Impor

Menurut Tabel Input-Output Kabupaten Garut tahun 2006, ekspor dan impor meliputi transaksi barang dan jasa antara penduduk suatu daerah dengan penduduk daerah lain dalam satu negara atau lain negara. Transaksi ekspor mencakup pembelian langsung di dalam daerah oleh penduduk daerah lain. Sedangkan pembelian langsung di luar daerah oleh penduduk daerah dikategorikan sebagai transaksi impor.

Berdasarkan Tabel 7 nilai total impor seluruh sektor perekonomian Kabupaten Garut (Rp 7.99 triliun) lebih besar daripada nilai total ekspornya (Rp 7.61 triliun). Sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan merupakan sektor dengan jumlah ekspor terbesar. Kemudian diikuti oleh sektor industri pengolahan diurutan kedua dan sektor perdagangan pada urutan ke tiga. Sementara jumlah ekspor sektor pariwisata berada pada urutan ke empat yaitu sebesar Rp 714.27 milyar atau sebesar 9.38 persen dari total ekspor Kabupaten Garut.

Total impor Kabupaten Garut pada tahun 2006 adalah sebesar Rp 7.99 triliun. Nilai impor terbesar adalah berasal dari sektor industri pengolahan, kemudian diikuti oleh sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan. 24

Sedangkan sektor pariwisata berada dirutan ketiga yaitu sebesar Rp 500.32 milyar atau sebesar 6.26 persen dari total impor Kabupaten Garut.

Sektor industri pengolahan memiliki nilai ekspor yang cukup tinggi diantara sektor lainnya akan tetapi nilai impornya lebih tinggi daripada nilai ekspornya, artinya walaupun industri pengolahan cukup berperan akan tetapi belum bisa mendatangkan surplus ekonomi bagi Kabupaten Garut karena lebih banyak impor daripada ekspornya.

Sementara sektor pariwisata di Kabupaten Garut bisa mendatangkan surplus ekonomi karena nilai ekspornya lebih tinggi daripada nilai impornya. Hal tersebut menunjukkan sektor tersebut memiliki peranan penting dalam perekonomian Kabupaten Garut. Masih tingginya nilai impor pada beberapa sektor di Kabupaten Garut disebabkan karena barang dan jasa yang diimpor belum mampu dihasilkan oleh produksi domestik, artinya, Kabupaten Garut masih memiliki ketergantungan terhadap daerah yang lain karena masih membutuhkan barang dan jasa dari luar daerah bahkan luar negeri untuk digunakan sebagai input antara.

Tabel 7 Ekspor dan Impor Sektor-sektor Perekonomian Kabupaten Garut Tahun 2006 (Juta Rupiah)

Sektor Ekspor Persen Impor Persen

Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan

Perikanan 4.107.628 (1) 53.93 535.548 (2) 6.70

Pertambangan dan Penggalian 0 (11) 0.00 49.534 (8) 0.62

Industri Pengolahan 1.277.104 (2) 16.77 5.814.283 (1) 72.76

Listrik, Gas dan Air Minum 0 (10) 0.00 6.491 (9) 0.08

Bangunan 0 (9) 0.00 0 (10) 0.00

Perdagangan 1.202.964 (3) 15.79 0 (11) 0.00

Keungan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan 21.195 (6) 0.28 467.093 (4) 5.84

Jasa Pemerintahan Umum 1.304 (8) 0.02 425.508 (5) 5.32

Jasa Sosial dan Kemasyarakatan 6.352 (7) 0.08 121.566 (6) 1.52

Jasa Peroranagan dan Rumah Tangga 286.361 (5) 3.76 70.982 (7) 0.89

Pariwisata 714.278 (4) 9.38 500.322 (3) 6.26

Total 7.617.186 100.00 7.991.327 100.00

Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Garut Tahun 2006 Klasifikasi 11Sektor (diolah) Keterangan: ( ) Ranking

Struktur Konsumsi Rumah Tangga

Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa Jumlah konsumsi rumah tangga terhadap sektor pariwisata berada pada urutan ke empat yaitu sebesar Rp 1.21 triliun atau sebesar 10.15 persen dari total pengeluaran rumah tangga seluruh sektor perekonomian di Kabupaten Garut. Meskipun nilai persentasenya hanya 10.15 persen dari seluruh total pengeluaran rumah tangga akan tetapi sektor pariwisata tetap menunjukkan bahwa konsumsi masyarakat untuk sektor tersebut relatif tinggi karena sektor pariwisata bukan merupakan kebutuhan pokok seperti halnya makanan dan minuman.

Tabel 8 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Kabupaten Garut Tahun 2006 (Juta Rupiah)

Sektor Konsumsi Rumah Tangga

Jumlah Persen

Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 2.203.502 (2) 18.42

Pertambangan dan Penggalian 0 (11) 0.00

Industri Pengolahan 5.385.424 (1) 45.03

Listrik, Gas dan Air Minum 147.868 (8) 1.24

Bangunan 1.414 (10) 0.01

Perdagangan 2.012.738 (3) 16.83

Keungan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 198.352 (6) 1.66

Jasa Pemerintahan Umum 490.900 (5) 4.10

Jas a Sosial dan Kemasyarakatan 170.976 (7) 1.43

Jasa Peroranagan dan Rumah Tangga 135.398 (9) 1.13

Pariwisata 1.213.805 (4) 10.15

Total 11.960.377 100.00

Sumber : Tabel Input Output Kabupaten Garut Tahun 2006 Klasifikasi 11 Sektor (diolah) Keterangan: ( ) Ranking

Struktur Nilai Tambah Bruto

Menurut tabel Input-Output Kabupaten Garut tahun 2006, Nilai Tambah Bruto (NTB) adalah balas jasa atas pemakaian faktor-faktor produksi yang berperan dalam proses produksi. Nilai tambah bruto dalam Tabel Input-Output Kabupaten Garut terdiri dari lima komponen, yaitu upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan, pajak tak langsung, dan subsidi.

Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa total NTB adalah sebesar Rp 15.89 triliun. Surplus usaha memiliki kontribusi terbesar terhadap NTB yaitu sebesar Rp 9.99 triliun sedangkan pajak tak langsung memberikan kontribusi terkecil terhadap NTB yaitu sebesar Rp. 474.62 milyar. Diantara seluruh sektor perekonomian Kabupaten Garut, sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan memiliki nilai NTB terbesar yaitu 7.61 triliun atau 47.90 persen. Kontribusi terbesarnya didapat dari surplus usaha sebesar 5.76 triliun dan kontribusi terkecilnya dari pajak tak langsung. Kontribusi NTB terbesar kedua berasal dari sektor perdagangan sebesar 3.49 triliun atau 22 persen dengan kontribusi terbesarnya dari surplus usaha sebesar 2.29 triliun dan kontribusi terkecilnya dari penyusutan sebesar 176.21 milyar. Sedangkan sektor pariwisata memiliki nilai NTB pada urutan ketiga terbesar yaitu sebesar Rp 1.21 triliun atau sebesar 7.62 persen dari total NTB seluruh sektor perekonomian dengan kontribusi terbesarnya berasal dari surplus usaha sebesar 638. 80 milyar dan kontribusi terkecilnya berasal dari pajak tak langsung sebesar 53.89 milyar.

Tabel 9 Struktur Nilai Tambah Bruto Sektor-sektor Perekonomian Kabupaten Garut Tahun 2006 (Juta Rupiah)

Sektor Upah dan Gaji Surplus Usaha Penyusutan Pajak Tak Langsung

Nilai Tambah Bruto Jumlah Persen Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 1.685.396 (1) 5.763.765 (1) 81.556 (5) 81.820 (2) 7.612.537 (1) 47.90 Pertambangan dan Penggalian 2.108 (11) 15.575 (10) 872 (11) 635 (10) 19.190 (11) 0.12 Industri Pengolahan 350.767 (4) 519.618 (4) 117.318 (3) 69.545 (3) 1.057.248 (4) 6.65 Listrik, Gas dan

Air Minum 14.345 (10) 28.772 (8) 27.607 (8) 1.491 (8) 72.215 (9) 0.45 Bangunan 211.045 (6) 112.417 (7) 26.523 (9) 18.919 (5) 368.904 (8) 2.32 Perdagangan 809.276 (3) 2.292.684 (2) 176.218 (2) 218.013 (1) 3.496.191 (2) 22.00 Keungan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 113.025 (8) 415.232 (5) 39.130 (6) 16.909 (6) 584.296 (6) 3.68 Jasa Pemerintahan Umum 926.706 (2) 0 (11) 84.577 (4) 0 (11) 1.011.283 (5) 6.36

Jasa Sosial dan

Kemasyarakatan 44.372 (9) 16.624 (9) 5.005 (10) 963 (9) 66.964 (10) 0.42 Jasa Peroranagan dan Rumah Tangga 151.049 (7) 193.924 (6) 34.362 (7) 12.445 (7) 391.780 (7) 2.47 Pariwisata 316.488 (5) 638.802 (3) 202.494 (1) 53.889 (4) 1.211.673 (3) 7.62 Total 4.624.577 9.997.413 795.662 474.629 15.892.281 100.00

Sumber :Tabel Input-Output Kabupaten Garut Tahun 2006 Klasifikasi 11 Sektor (diolah) Keteranan :( ) Ranking

Analisis Keterkaitan

Konsep keterkaitan biasa digunakan untuk merumuskan strategi pembangunan ekonomi dengan melihat keterkaitan antarsektor dalam suatu sistem perekonomian. Hubungan antarsektor ini merupakan hubungan saling ketergantungan satu dengan lainnya, dimana output dari suatu sektor produksi merupakan input bagi sektor produksi lainnya. Oleh karena itu, perubahan output suatu sektor produksi akan mempengaruhi output dari sektor produksi lainnya. Konsep keterkaitan meliputi keterkaitan ke depan dan keterkaitan ke belakang. Keterkaitan ke Depan

Keterkaitan ke depan menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian output sektor tersebut. Keterkaitan ke depan terdiri dari keterkaitan langsung ke depan dan keterkaitan langsung tidak langsung ke depan. Untuk keterkaitan langsung ke depan dapat diperoleh dari jumlah baris nilai koefisien teknis. Dan untuk keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan dapat diperoleh dari jumlah baris matrik kebalikan Leontief.

Berdasarkan Tabel 10 sektor industri pengolahan memiliki nilai keterkaitan langsung dan langsung dan tidak langsung ke depan tertinggi. Industri pengolahan ini memiliki nilai keterkaitan langsung ke depan yang besar dengan sektor

bangunan, sektor pariwisata dan sektor listrik, gas dan air bersih (lampiran 3). Artinya, output dari sektor industri pengolahan lebih banyak dijadikan sebagai input oleh sektor bangunan, pariwisata dan sektor listrik, gas dan air bersih. Selain itu, sektor industri pengolahan juga memiliki nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan yang besar dengan sektor itu sendiri, sektor bangunan dan pariwisata (lampiran 4). Hal tersebut menunjukkan tingginya kemampuan sektor industri pengolahan sebagai sektor penyedia input untuk sektor itu sendiri, sektor bangunan dan sektor pariwisata baik secara langsung maupun tidak langsung

Sektor pariwisata memiliki nilai keterkaitan langsung ke depan yang berada pada urutan ke enam dari seluruh sektor perekonomian yaitu sebesar 0.1837, ini menunjukan bahwa setiap satu satuan nilai output sektor pariwisata dialokasikan kepada sektor perekonomian lainnya dan ke sektor itu sendiri sebesar 0.1837 satuan. Sektor tersebut memiliki nilai keterkaitan langsung ke depan yang besar dengan sektor itu sendiri, sektor jasa pemerintahan umum dan sektor bangunan (lampiran 3). Sedangkan untuk nilai keterkaitan langsung dan tidak langsungnya sektor ini berada pada urutan keenam dari seluruh sektor perekonomian yaitu sebesar 1.2805, ini menunjukkan jika sektor tersebut mengalami kenaikan permintaan akhir sebesar satu satuan maka kenaikan output dari sektor tersebut secara langsung dan tidak langsung akan meningkat sebesar 1.2805 satuan. Sektor pariwisata memiliki nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan yang besar dengan sektor itu sendiri, sektor jasa pemerintahan umum dan sektor bangunan (lampiran 4).

Tabel 10 Keterkaitan Output ke Depan dan ke Belakang Sektor-sektor Perekonomian di Kabupaten Garut Tahun 2006

SEKTOR

Keterkaitan ke Depan Keterkaitan ke Belakang

Langsung Langsung dan

Tidak Langsung Langsung

Langsung dan Tidak Langsung

Pertanian, Peternakan,

Kehutanan dan Perikanan 0.6623 (3) 2.9887 (2) 0.1378 (11) 1.2180 (11)

Pertambangan dan Penggalian 0.4145 (5) 1.5444 (5) 0.2699 (9) 1.3879 (10)

Industri Pengolahan 1.7189 (1) 3.5163 (1) 0.7848 (1) 2.1517 (2)

Listrik, Gas dan Air Minum 0.0335 (10) 1.0447 (9) 0.5988 (3) 2.0225 (3)

Bangunan 0.0844 (8) 1.1194 (8) 0.6352 (2) 2.2325 (1)

Perdagangan 0.7474 (2) 2.1979 (3) 0.2609 (10) 1.4489 (9)

Keungan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan 0.5136 (4) 1.8947 (4) 0.2964 (8) 1.4955 (8)

Jasa Pemerintahan Umum 0.0212 (11) 1.0318 (11) 0.3647 (6) 1.6894 (6)

Jasa Sosial dan Kemasyarakatan 0.0656 (9) 1.0808 (10) 0.4310 (5) 1.7638 (5)

Jasa Peroranagan dan Rumah

Tangga 0.1301 (7) 1.1917 (7) 0.3392 (7) 1.6392 (7)

Sektor Pariwisata 0.1837 (6) 1.2805 (6) 0.4566 (4) 1.8414 (4) Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Garut Tahun 2006, Klasifikasi 11 Sektor (diolah) Keterangan: ( ) Ranking

Keterkaitan Ke Belakang

Nilai keterkaitan ke belakang menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor yang lain yang menyediakan input bagi sektor tersebut jika terjadi kenaikan permintaan akhir sebesar satu satuan. Keterkaitan langsung ke belakang 28

ditunjukkan dari jumlah kolom matriks koefisien teknis. Sedangkan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang ditunjukkan dari jumlah kolom matriks kebalikan leontif terbuka.

Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui nilai keterkaitan lansung ke belakang yang terbesar adalah sektor industri pengolahan yaitu sebesar 0.7848 sedangkan sektor pariwisata memiliki nilai keterkaitan langsung ke belakang yang berada pada urutan ke empat dari seluruh sektor perekonomian yaitu sebesar 0.4566. Sektor pariwisata memiliki nilai keterkaitan langsung ke belakang yang besar dengan sektor industri pengolahan, sektor perdagangan dan sektor itu sendiri (lampiran 3). Artinya, sektor pariwisata banyak menggunakan input dari output sektor industri pengolahan, sektor perdagangan dan dari sektor itu sendiri. Sedangkan untuk nilai keterkaitan langsung dan tidak langsungnya sebesar 1.8414, ini menunjukkan bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir pada sektor pariwisata sebesar satu satuan maka sektor tersebut akan memerlukan input dari sektor lainnya dan termasuk dari sektor yang bersangkutan sebesar 0.4566 secara langsung dan 1.844 secara tidak langsung. Sektor pariwisata memiliki nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang yang besar dengan sektor itu sendiri, sektor industri pengolahan dan sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan (lampiran 4).

Sektor pariwisata memiliki nilai keterkaitan ke belakang yang lebih besar dibandingkan nilai keterkaitan ke depannya. Ini menunjukkan bahwa sektor tersebut lebih banyak berperan sebagai sektor yang membutuhkan input dari sektor lain daripada outputnya yang dibutuhkan oleh sektor lainnya. Artinya, sektor pariwisata ini cenderung digunakan sebagai permintaan akhir atau outputnya dikonsumsi langsung oleh masyarakat.

Analisis Dampak Penyebaran Koefisien Penyebaran

Koefisien penyebaran (Daya Penyebaran Ke Belakang/Daya Menarik) dapat digunakan untuk mengetahui distribusi manfaat dari pengembangan suatu sektor terhadap perkembangan sektor-sektor lainnya melalui mekanisme transaksi pasar input. Artinya, Koefisien penyebaran dapat menunjukkan efek yang ditimbulkan oleh suatu sektor terhadap output sektor-sektor lainnya yang digunakan sebagai input oleh sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung

Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa sektor bangunan memiliki nilai koefisien penyebaran terbesar. Sedangkan sektor pariwisata berada pada urutan keempat yaitu sebesar 1.0722. Nilai tersebut lebih dari satu artinya sektor tersebut memiliki kemampuan untuk meningkatkan pertumbuhan industri hulunya atau meningkatkan output sektor-sektor lainnya yang digunakan sebagai input sektor pariwisata.

Kepekaan Penyebaran

Kepekaan penyebaran dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor terhadap sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar output.

Kepekaan penyebaran menunjukkan kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan produksi sektor-sektor lain yang memakai input dari output sektor tersebut. Kepekaan penyebaran ini biasa disebut sebagai daya penyebaran ke depan atau daya pendorong.

Tabel 11 Koefisien Penyebaran dan Kepekaan Penyebaran Sektor-sektor Perekonomian Kabupaten Garut

Sektor Koefisien

Penyebaran

Kepekaan Penyebaran Pertanian, Perternakan, Kehutanan dan Perikanan 0.7092 (11) 1.7403 (2)

Pertambangan dan Penggalian 0.8082 (10) 0.8993 (5)

Industri Pengolahan 1.2529 (2) 2.0475 (1)

Listrik, Gas dan Air Minum 1.1777 (3) 0.6083 (10)

Bangunan 1.2999 (1) 0.6518 (8)

Perdagangan 0.8437 (9) 1.2798 (3)

Keungan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0.8708 (8) 1.1033 (4)

Jasa Pemerintahan Umum 0.9837 (6) 0.6008 (11)

Jasa Sosial dan Kemasyarakatan 1.0271 (5) 0.6294 (9)

Jasa Peroranagan dan Rumah Tangga 0.9545 (7) 0.6939 (7)

Sektor Pariwisata 1.0722 (4) 0.7456 (6)

Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Garut Tahun 2006, Klasifikasi 11 Sektor (diolah) Keterangan: ( ) Ranking

Tabel 11 menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan memiliki nilai kepekaan penyebaran terbesar yaitu sebesar 2.0475, sedangkan sektor pariwisata berada pada urutan keenam dari seluruh sektor perekonomian yang ada di Kabupaten Garut yaitu sebesar 0.7456. Sektor ini memiliki nilai kepekaan penyebaran yang kurang dari satu, artinya sektor tersebut kurang mampu untuk mendorong pertumbuhan industri hilirnya. Output dari sektor-sektor tersebut sebagian besar dikonsumsi langsung oleh masyarakat.

Analisis Multiplier Multiplier Output

Berdasarkan Tabel 12 sektor yang memiliki nilai multiplier output tipe I terbesar adalah sektor bangunan sedangkan nilai multiplier output tipe II yang terbesar adalah sektor jasa pemerintahan umum. Sektor pariwisata memiliki nilai multiplier output tipe I pada urutan keempat yaitu sebesar 1.8414 berarti jika terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar satu satuan pada sektor pariwisata maka akan menyebabkan peningkatan output di semua sektor perekonomian sebesar 1.8414. Nilai multiplier output tipe II sektor pariwisata berada pada urutan keenam dari seluruh sektor perekonomian yang ada di Kabupaten Garut yaitu sebesar 2.4652 ini menunjukkan bahwa jika terjadi peningkatan pada pengeluaran rumah tangga yang bekerja pada sektor tersebut sebesar satu satuan maka akan menyebabkan peningkatan output disemua sektor perekonomian sebesar 2.4652. Jika dikaitkan dengan keterkaitan ke belakang peningkatan output pada sektor 30

pariwisata akan menyebabkan peningkatan output pada sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan

Tabel 12 Multiplier Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja Sektor-sektor Perekonomian Kabupaten Garut Tahun 2006

Sektor

Multiplier Output Multiplier Pendapatan Multiplier Tenaga Kerja

Tipe I Tipe II Tipe I Tipe II Tipe I Tipe II Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 1.2180 (11) 1.7623 (10) 1.1718 (11) 1.5954 (11) 1.1383(11) 1.4310 (10) Pertambangan dan Penggalian 1.3879 (10) 1.6859 (11) 1.5268 (6) 2.0788 (6) 1.2862(10) 1.4058 (11) ndustri Pengolahan 2.1517 (2) 2.7670 (4) 3.5417 (1) 4.8223 (1) 3.7643 (3) 4.8791 (4) Listrik, Gas dan

Air Minum 2.0225 (3) 2.5121 (5) 2.5241 (2) 3.4366 (2) 16.327 (1) 21.906 (1) Bangunan 2.2325 (1) 3.1234 (2) 1.7543 (4) 2.3886 (4) 5.8052 (2) 9.5038 (2) Perdagangan 1.4489 (9) 2.0183 (9) 1.3679 (7) 1.8624 (7) 1.3861 (8) 2.0720 (8) Keungan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 1.4955 (8) 2.0242 (8) 1.5966 (5) 2.1738 (5) 2.0316 (7) 3.6920 (6) Jasa Pemerintahan Umum 1.6894 (6) 3.3530 (1) 1.1744 (10) 1.5990 (10) 2.6300 (4) 7.1041 (3)

Jasa Sosial dan

Kemasyarakatan 1.7638 (5) 2.9633 (3) 1.3075 (9) 1.7802 (9) 2.1556 (5) 4.0646 (5) Jasa Peroranagan dan Rumah Tangga 1.6392 (7) 2.4644 (7) 1.3312 (8) 1.8124 (8) 1.3663 (9) 1.9009 (9) Sektor Pariwisata 1.8414 (4) 2.4652 (6) 1.8060 (3) 2.4589(3) 2.0328 (6) 2.8571 (7)

Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Garut Tahun 2006 Klasifikasi 11 Sektor (diolah) Keterangan: ( ) Ranking

Multiplier Pendapatan

Berdasarkan Tabel 12 dapat diketahui bahwa nilai multiplier pendapatan tipe I dan tipe II yang terbesar adalah sektor industri pengolahan. Sektor pariwisata memiliki nilai multiplier pendapatan tipe I yang berada pada urutan ketiga yaitu sebesar 1.8060 artinya jika terjadi peningkatan pendapatan pada sektor pariwisata sebesar satu satuan, maka akan menyebabkan peningkatan pendapatan pada seluruh sektor perekonomian lainnya sebesar 1.8060. Nilai multiplier pendapatan tipe II sektor pariwisata juga berada pada urutan ketiga yaitu sebesar 2.4589 artinya jika terjadi peningkatan permintaan akhir pada sektor tersebut sebesar satu satuan, maka akan meningkatkan pendapatan pada seluruh sektor perekonomian lainnya sebesar 2.4589. Jika dikaitkan dengan keterkaitan ke belakang peningkatan pendapatan pada sektor pariwisata akan meningkatkan pendapatan di sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan.

Multiplier Tenaga Kerja

Tabel 12 menunjukkan nilai multiplier tenaga kerja sektor-sektor perekonomian Kabupaten Garut. Sektor yang memiliki nilai multiplier tenaga

kerja terbesar adalah sektor listrik, gas dan air bersih. Sektor pariwisata memiliki nilai multiplier tenaga kerja tipe I yang berada pada urutan keenam yaitu sebesar 2.0328 berarti bahwa sektor pariwista akan menciptakan lapangan pekerjaan sebesar 2.0328 satuan pada semua sektor perekonomian jika output sektor tersebut meningkat sebesar satu satuan. Nilai multiplier tenaga kerja tipe II sektor pariwisata yang berada pada urutan ketujuh yaitu sebesar 2.8571, ini menunjukkan bahwa jika terjadi peningkatan tenaga kerja di sektor tersebut sebesar satu satuan akan berdampak terhadap peningkatan lapangan pekerjaan sebesar 2.8571 satuan diseluruh sektor perekonomian dengan memperhitungkan efek induksi konsumsi. Jika dikaitkan dengan keterkaitan ke belakang, maka kenaikan jumlah tenaga kerja pada sektor pariwisata akan meningkatkan jumlah tenaga kerja pada sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan.

Berdasarkan nilai multipliernya sektor pariwisata mampu meningkatkan pendapatan masyarakat Kabupaten Garut. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai multiplier pendapatan pariwisata yang berada pada urutan ketiga pada tipe I dan tipe II dibanding dari nilai multiplier output yang berada pada urutan keempat pada tipe I dan ke enam pada tipe II sedangkan nilai multiplier tenaga kerjanya berada pada urutan keenam pada tipe I dan ke tujuh pada tipe II.

Potensi dan Kondisi Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Daya Saing Pariwisata Kabupaten Garut

Pariwisata merupakan suatu sektor yang terdiri dari berbagai subsektor yaitu sektor angkutan, restoran, komunikasi, hotel dan jasa rekreasi, kebudayaan dan olahraga. Sektor pariwisata memiliki hubungan yang cukup kuat dengan sektor- sektor lainnya, sehingga dapat mengangkat dan mendorong pertumbuhan sektor- sektor lainnya. Keberadaan sektor pariwisata harus dikembangkan secara optimal, karena sektor tersebut dapat meningkatkan pendapatan masyarakat Kabupaten Garut.

Pendekatan Porter’s Diamond dapat digunakan untuk menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi daya saing pariwisata Kabupaten Garut yang dilihat dari empat elemen yaitu kondisi faktor, kondisi permintaan, strategi perusahaan, struktur dan persaingan, serta industri pendukung dan industri terkait. Dari keempat elemen tersebut dapat dilihat potensi pariwisata di Kabupaten Garut. Kondisi Faktor

Kondisi faktor adalah melihat keadaan suatu industri dari segi sumberdaya manusia, faktor sosial dan budaya, modal, faktor-faktor alam seperti letak strategis wilayah dan potensi sumberdaya alam serta dari segi infrastruktur.

Menurut hasil wawancara dengan Dinas Pariwisata, tenaga kerja yang bekerja pada sektor pariwisata lebih banyak yang berasal dari pendidikan umum (60%) dibandingkan yang berasal dari akademi pendidikan pariwisata (40%). Hal tersebut menyebabkan sumberdaya manusia sektor pariwisata masih banyak yang belum terlatih. Pelatihan-pelatihan untuk menciptakan tenaga kerja yang baik rutin dilakukan oleh pihak Pemerintah Daerah setiap tahunnya. Di antara pelatihan tersebut adalah pelatihan pemandu wisata, pelatihan teknis partisipasi masyarakat 32

kepariwisataan dan pelatihan teknis para manajerial hotel dan restoran. Pelatihan- pelatihan ini dilakukan untuk lebih meningkatkan pelayanan terhadap wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Garut.

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Garut melakukan kerjasama dengan PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia) Kabupaten Garut, perguruan tinggi IPARIN (Institut Pariwisata Indonesia) Kabupaten Garut dan STP (Sekolah Tinggi Pariwisata) Bandung guna untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja pada sektor pariwisata. Pembinaan Kelompok Penggerak Pariwisata (KOMPEPAR) bertujuan untuk menciptakan pelaku jasa usaha menjadi lebih handal dan terampil sehingga akan menciptakan kualitas/mutu pelayanan yang baik terhadap wisatawan dan akhirnya akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Salah satu kelemahan yang ada pada sektor pariwisata Kabupaten Garut adalah faktor sosial dan budaya masyarakat yang masih belum mendukung. Masyarakat Kabupaten Garut masih banyak yang belum sadar wisata dan mereka masih mempunyai persepsi bahwa berkembangnya kepariwisataan akan merusak moral dan lingkungan. Seperti halnya budaya dalam cara berpakaian wisatawan yang kurang sesuai dengan tradisi setempat, objek wisata dijadikan tempat prostitusi dan tercemarnya lingkungan oleh banyaknya sampah. Hal tersebut akan menjadi hambatan untuk dapat menarik wisatawan. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten Garut berupaya meningkatkan jati diri masyarakat dengan memberikan pembinaan dalam hal penghargaan terhadap nilai budaya dan adat istiadat khas Garut, solidaritas sosial, kekeluargaan, berperilaku positif, gotong royong, kerja keras dan kemandirian. Sehingga hal tersebut bisa menjadi potensi daya tarik wisata Kabupaten Garut.

Berdasarkan hasil wawancara terbuka dengan pihak Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Garut anggaran pemerintah yang dialokasikan untuk pengembangan sektor pariwisata masih belum mencukupi untuk menciptakan sektor pariwisata Kabupaten Garut lebih berkualitas. Anggaran tersebut belum mengalami peningkatan yang cukup signifikan setiap tahunnya. Pada tahun 2010 pariwisata Kabupaten Garut memiliki target anggaran sebesar Rp 1.936.003.500 akan tetapi realitanya hanya Rp 383.446.000 sedangkan pada tahun 2011 target anggarannya mencapai Rp 1.900.000.000 dan realitanya hanya Rp 141.802.000

Kabupaten Garut merupakan daerah yang mempunyai letak yang strategis untuk dijadikan daerah pariwisata. Daerah ini merupakan daerah penyangga ibu

Dokumen terkait