• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis keterkaitan dan dampak investasi sektor jasa terhadap perekonomian DKI Jakarta (Tabel input output dari sisi permintaan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis keterkaitan dan dampak investasi sektor jasa terhadap perekonomian DKI Jakarta (Tabel input output dari sisi permintaan)"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KETERKAITAN DAN DAMPAK INVESTASI SEKTOR

JASA TERHADAP PEREKONOMIAN DKI JAKARTA

(TABEL INPUT OUTPUT DARI SISI PERMINTAAN)

OLEH :

RIO HARONI H 14103123

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

N O HARONI. Analisis Keterkaitan dan Dampak Investasi Sektor Jasa terhadap Perekonomian DKI Jakarta. (Tabel Input-Output dari Sisi Permintaan).

(dibimbing oleh DEW1 ULFAH WARDANI)

Struktur Perekonomian sebuah kota yang relatif maju ditandai dengan semakin besarnya peran sektor jasa dalam menopang perekonomian kota tersebut, sehingga diharapkan peran sektor tersebut akan terus mendominasi dalam memberikan kontribusi nilai tambah terhadap perekonomian. DKI Jakarta, sebagai kota terbesar di Indonesia direncanakan akan dijadikan "kota jasa", kebijakan ini dilakukan sejak dimulainya otonomi daerah pada tahun 2001. Selain itu ha1 ini sesuai dengan Visi dan Misi Kota Jakarta yang mengusung prinsip sebagai kota jasa (sewice city). Kontribusi sektor jasa terhadap perekonomian di DKI Jakarta dapat dilihat dari PDRB dan penyerapan tenaga kerja (70 %).

Kontribusi tersebut menjadi penting bagi sektor jasa dalam perkembangan perekonomian DKI Jakarta. Peranan sektor jasa yang begitu besar akan memberikan pengaruh terhadap sektor-sektor lainnya. Hal ini dapat dlihat melalui analisis keterkaitan, dampak penyebaran, dan dampak multiplier. Untuk mempertahankan sektor jasa dala~n perkembangan perekonomian DKI Jakarta, maka diperlukan invetasi.

Ada beberapa ha1 yang menjadi tujuan penelitian ini, diantaranya : (1) Mengetahui keterkaitan sektor jasa dengan sektor-sektor lainnya di DKI Jakarta, (2) Mengetahui berapa besar dampak penyebaran sektor jasa di DKI Jakarta, (3) Mengetahui berapa besar dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh sektor jasa, ditinjau berdasarkan multiplier terhadap output, pendapatan, dan gnaga kerja, (4) Mengetahui besarnya Dampak dana Investasi Sektor Jasa terhadap sektor-sektor lainnya dalam Perekonomian DKI Jakarta.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu dengan menggunakan tabel Input Output DKI Jakarta tahun 2000 dengan matriks berukuran 89x89 sektor yang selanjutnya di aggregasi menjadi matriks berukuran 19x19 sektor dan data tenaga kerja DKI Jakarta 2000, serta data investasi sektoral DKI Jakarta tahun 2003-2007. Penggunaan Tabel I 0 2000 karena Tabel I 0 tersebut merupakan Tabel I 0 terakhir. Data ini diperoleh dari BPS Pusat, Pemda DKI Jakarta, Bappeda DKI Jakarta, BPS Kota Jakarta, BKPMD (Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah) DKI Jakarta dan beberapa sumber lain yang terkait seperti internet dan surat kabar harian..

(3)

Penvujudan DKI Jakarta sebagai kota jasa terlihat dari kontribusi yang besar dalam perekonomian DKI Jakarta. Output sektor jasa mempunyai keterkaitan yang tinggi untuk digunakan dalam rangka mengembangkan sektor- sektor lain di dalam perekonomian DKI Jakarta.

Berdasarkan ntultipliev, sektor jasa mulai berada pada vrutan ke-10. Hal ini berarti pengembangan sektor jasa tidak memberikan dampak terhadap output, pendapatan, kesempatan kerja, dibandingkan dengan sektor lain dalam perekonomian DKI Jakarta.

Investasi sektor jasa selama Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJMD) selama 2003-2007, sebesar Rp 140,5 trilyun memberikan dampak terhadap output sebesar Rp 245,3 trilyun, pendapatan sebesar 57,3 trilyun, penyerapan tenaga kerja 2,8 juta orang.

Adapun saran yang dapat dihasilkan dalam penelitian ini yaito, kontribusi sektor jasa yang tinggi dalam perekonomian DKI Jakarta terdiri dari sektor jasa perdagangan, jasa perbankan, jasa hotel dan restoran, serta jasa lainnya (pemerintah,dll), untuk itu perlu pengembangan lebih lanjut untuk sektor tersebut.

Sektor perdagangan perlu dikembangkan karena memiliki keterkaitan ke depan dan kepekaan penyebaran terbesar untuk selanjutnya mengembangkan sektor-sektor yang lain.

(4)

ANALISIS KETERKAITAN DAN DAMPAK INVESTASI SEKTOR

JASA TERHADAP PEREKONOMIAN DKI JAKARTA

(TABEL INPUT OUTPUT DARI SISI PERMINTAAN)

OLEH

:

N O

HARONI

H 14103123

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleli gelar Sarjana Ekonomi

pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS

EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN I L M U EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Rio Haroni

Nomor Pokok : HI4103123 Departemen : llmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Keterkaitan dan Dampak Investasi Sektor Jasa terhadap Perekonomian DKI J a k a r t a (Tabel Input Output dari Sisi Permintaan)

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Illnu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, lnstitt~t Pertanian

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Dewi

~ 1 k d

Wardani. M.Si. NIP. 131 878 941
(6)

DENGAN IN1 SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI IN1 ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKlUPSl ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TMGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN

Bogor, Januari 2008

(7)

RIWAYAT

HIDUP

Penulis bemama Rio Haroni lahir pada tanggal 09 September 1984 di Jakarta, sebuah kota yang menjadi pusat ibukota. Penulis merupakan anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Waluyo dan Sri Sulistyani. Jenjang pendidikan penulis dilalui tanpa hambatan, penulis menamatkan Sekolah Dasar pada SDN Cisalak I tahun 1996, kernudian melanjutkan ke SLTPN 1 Cimanggis dan lulus pada tahun 1999. kemudian penulis melanjutkan ke SMUN 99 Jakarta dan lulus pada tahun 2002.

Setelah tahun kelulusan 2002, penulis pernah melanjutkan pendidikan ke Politeknik Negeri Jakarta (PNJ) dan mengambil jurusan teknik grafika selama satu tahun.

(8)

Kata

Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat ,menyelesaikan skripsi ini. Judul dalam skripsi ini adaiah "Analisis Keterkaitan dan Dampak Investasi Sektor Jasa

terlladap Perekonomian DKI Jakarta (Tabel Input-Output dari Sisi

Permintaan)". Skripsi ini menganalisis tentang keterkaitan sektor jasa dengan

sektor-sektor lainnya dalam perekonomian DKI Jakarta, dalam ha1 ini

menggunakan analisis Keterkaitan, Dampak penyebaran, dan Nilai Multiplier.

Selanjutnya diiihat dampak investasi sektor jasa terhadap sektor-sektor lainnya

dalam perekonomian DKI Jakarta, baik dari sisi Output, Pendapatan, maupun

penyerapan Tenaga Kerja. Di samping ha1 tersebut, skripsi ini juga merupakan

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen

Ihnu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Dalam penulisan skrisi ini, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-

besamya kepada:

1. Ayahanda Waluyo dan Ibunda Sri Sulistyani yang telah memberikan

motivasi dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Ir. Dewi Ulfah Wardani, M S . , selaku pembimbing skripsi yang telah

~nencurahkan waktunya dan telah memberikan bimbingan dan pengarahan

serta motivasi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

(9)

3. Ir. Parulian Hutagaol, M.S., Ph.D. dan Muhammad Findi, S.E., M.Si. selaku dosen penguji utama dan komisi pendidikan, yang telah memberi saran-saran dan ilmu yang bennanfaat.

4. Elly Erosa yang selalu senantiasa menemani dalam pencarian data dan perhitungan serta gambaran rnengenai seluk beluk skripsi serta memberikan perhatian dan semangat kepada penulis, sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Kepala BPS DKI Jakarta, Bpk Dody yang telah mernberikan pengarahan

dan data seputar kondisi DKI Jakarta.

6. Bpk Haji Sugeng, Bpk Azim, Bpk Budi selaku bagian promosi di Badan

Koordinasi Penanaman Modal Daerah DKI Jakarta (BKPMD) yang telah

memberikan keterangan mengenai data investasi sektoral di DKI Jakarta.

7. Bu Andri, Bpk Nazaruddin, Bpk Ian, selaku bagian fasilitas di Badan

Koordinasi Penanaman Modal Daerah DKI Jakarta (BKPMD) dalam

urusan investasi sektoral di DKI Jakarta yang telah memberikan data

mengenai investasi sektor jasa di DKI jakarta.

8. Bu Maya dan Bu Rita selaku bagian Pengolahan Data dan Informasi BKPM Pusat yang telah memberikan infonnasi mengenai kondisi investasi

di DKI Jakarta.

9. Saudara-Saudara penulis (Mas Indra, Mas Ius, Ina, Dini) yang telah

rnemberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman-Teman satu PS : Fajar, Wisnu, Oppie, yang telah rnemberikan

(10)

11. Telnan-Teman satu Kost'n (l3ulaner's): Rico, Belmond, Aldo, Andi, Iman, Akim, Aldy, JW yang telah rnembantu dan memberi semangat pantang menyerah kepada penulis.

12. My Best Friend : Mimi, Rico, Heri, Aji, Weni, Nur, Amel, Aldy, Wida, atas supportnya.

13. Reni Jo, Mimi, Jun, Sri, dan Teman-Teman yang mengerjakan skripsi

tentang I 0 sehingga penulis bisa sharing dan belajar banyak mengenai

analisis Input Output.

14. Teman-teman seperjuangan, Angga, Ria, Ryan, Dio, Desy, Yogi, dan All

IE'ers 40 yang telah memberikan dukungan baik secara langsung maupun

tidak langsung dalam pembuatan skripsi ini.

15. Departemen Ilmu Ekonomi, Mas Anto, Mbak Ati, Mas Rian, Pak Cecep,

Mas Anwar, Mas Dede, dan semuanya yang telah rnembantu penulis

dalam ha1 administrasi.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih banyak

kekurangan. Dengan kerendahan hati, penulis meminta maaf dan mengharapkan

kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan penulis.

Semoga hasil dari skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pen~~lis

maupun semua pihak yang membutuhkan.

Wassalamu'alaikum Wr.Wb.

Bogor, Januari 2008

(11)

DAFTAR IS1

Halaman

DAFTAR TABEL

...

iv

DAFTAR GAMBAR

...

vi

DAFTAR LAMPIRAN

...

vii

I

.

PENDARULUAN

...

1

1.1. Latar Belakang

...

1

1.2. Pentlnusan Masalah

...

4

...

1.3. Tujuan Penelitian 5

...

1.4. Manfaat Penelitian 5 1.5. Ruang Lingkup Penelitian

...

;

...

6

...

I1

.

TINJAUAN PUSTAKA 8

...

2.1. Kerangka Teoritis 8 2.1

.

1. Model Input-Output

...

8

...

2.1.2. Keunggulan dan Kelemahan Analisis Input Output 9 2.1.3. Struktur Dasar Tabel Input Output

...

10

...

2.1.4. Fungsi Produksi dalain Tabel Input Output 13

...

2.1.5. Asumsi-Asumsi Pada Tabel Input Output 17

...

2.2. Analisis Input Output dari Sisi Penawaran dan Permintaan 18

...

2.3. Analisis Input-Output 19

...

2.3.1. Analisis Keterkaitan 19 2.3.2. Analisis Dampak Penyebaran

...

20

...

2.3.3. Analisis Angka Pengganda 20

. .

2.4. Konsep dan Definlsl

...

22
(12)

2.4.5. Tabel Transaksi Atas Dasar Harga Pembeli

...

25

2.4.6. Tabel Transaksi Atas Dasar Harga Produsen

...

25

2.5. Penelitian Terdahulu

...

26

2.6. Kerangka Pemikiran

...

27

1II.METODE PENELITIAN

...

29

3.1. Lokasi Penelitian

...

29

3.2. Jenis dan Sumber Data

...

29

3.3. Metode Analisis

...

30

3.4. Koefisien Input

...

31

3.5. Analisis Keterkaitan

...

32

3.5.1. Keterkaitan ke Belakang (BackwardLinkage)

...

32

3.5.2. Keterkaitan ke Depan (Forward Linkage)

...

33

3.6. Analisis Dampak Penyebaran

...

35

3.6.1. Indeks Koefisien Penyebaran

...

35

3.6.2. lndeks Kepekaan Penyebaran

...

36

...

3.7. Analisis Pengganda (Multiplier) 36 3.7.1. Analisis Pengganda (Multiplier) Output Tipe I (Biasa)

...

37

3.7.2. Analisis Pengganda (Multiplier) Output Tipe 11 (Total)

...

38

3.7.3. Analisis Pengganda (Multiplier) Pendapatan Tipe 1 (Biasa)

...

38

3.7.4. Analisis Pengganda (Multiplier) Pendapatan Tipe 11 (Total)

...

39

...

3.7.5. Analisis Pengganda (Multiplier) Tenaga Kerja Tipe I (Biasa) 40 3.7.6. Analisis Pengganda (Multiplier) Tenaga Kerja Tipe

I1

(Total)

....

41

3.8. Koefisien Pendapatan

...

41

3.9. Koefisien Tenaga Kerja

...

42

3.10. Analisis Dampak Investasi Sektor Jasa

...

42

IV

.

GAMBARAN UMUlM WILAYAH

...

43

4.1. Letak Geografis

...

45

...

4.1.1. Geografi 45 4.1.2. Iklim

...

45

4.1.3. Batas Wilayah

...

45
(13)

V

.

HASIL DAN PEMBAHASAN

...

48

5.1 Peranan Sektor Jasa terhadap Struktur Perekonomian DKI Jakarta

...

48

5.1

.

1. Struktur Output Sektoral

...

49

5.1.2. Struktur Permintaan

...

51

5.1.3. Struktur Konsumsi Rumah Tangga dan Konsumsi Pemerintah

...

52

5.1.4. Struktur Investasi

...

54

5.2. Analisis Keterkaitan

...

55

...

5.2.1. Keterkaitan Langsung ke Depan (Forward Linkage) 55

...

5.2.2. Keterkaitan Langsung ke Belakang (Bachvard Linkage) 56 5.3. Analisis Dampak Penyebaran

...

58

5.3.1. Koefisien Penyebaran

...

59

5.3.2. Kepekaan Penyebaran

...

59

5.4. Analisis Multiplier

...

60

5.4.1. Multiplier Output

...

61

5.4.2. Multiplier Pendapatan

...

64

5.4.3. Multiplier Tenaga Kerja

...

66

5.5. Investasi Sektor Jasa di DKI Jakarta

...

69

5.6. Dampak Investasi Sektor Jasa terhadap Perekonomian DKI Jakarta

....

71

,

V

.

KESIMPULAN DAN SARAN

...

74

...

6.1. Kesimpulan 74

...

6.2. Saran 75 DAFTAR PUSTAKA

...

76
(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1.1. Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Jasa dan Non Jasa

...

3

1.2. Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral di DKI Jakarta

...

3

1.3. Persentase Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral di DKI Jakarta

...

3

2.1. Bentuk Umum Tabel Input-Output dengan Dua Sektor Produksi

...

12

2.2. Nilai Multiplier Output, Pendapatan. dan Tenaga Kerja Tipe I dan Tipe I1

...

26

4.1. Nilai Persentase PDRB Propinsi-Propinsi Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2000-2002

...

46

4.2. Produk Domestik Regional Bruto DKI Jakarta Atas Dasar Harga Konstan 2000 tahun 2002-2005 (Juta Rupiah)

...

47

5.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) DKI Jakarta Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2002-2005 (Juta Rupiah)

...

49

5.2. Struktur Output Sektoral Perekonomian DKI Jakarta Tahun 2000 (Juta Rupiah)

...

50 5.3 Struktur Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Sektor-Sektor

...

Perekonomian DKI Jakarta Klasifikasi 19 Sektor (Juta Rupiah) 52 5.4. Struktur Konsumsi Masyarakat dan Konsumsi Pemerintah terhadap

Sektor Perekonomian di DKI Jakarta Tahun 2000 Klasifikasi 19

...

Sektor (Juta Rupiah) 53

...

5.5. Struktur Investasi Sektor Perekonomian DKI Jakarta Tahun 2000 54 5.6. Nilai Keterkaitan Langsung ke Depan dan Keterkaitan Langsung

...

ke Belakang 57

(15)

5.8. Nilai Multiplier Output. Pendapatan. dan Tenaga Kerja Tipe I & I1

...

6 1 5.9. Nilai PMDN Sektor Jasa dalaln Perekonomian DKI Jakarta

...

69 5.10. Nilai PMA Sektor Jasa dalam Perekonomian DKI Jakarta

...

70 5.1 1

.

Dampak Investasi Sektor Jasa Terhadap Output (Juta Rupiah).
(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1.1. PDRB Atas Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha 2002-2006

...

1

2.1. Kerangka Pemikiran

...

28

...

4.1. Peta DKI Jakarta 44

5.1. Diagram Multiplier Output

...

64
(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

...

1

.

Tabel Klasifikasi 89 Sektor dan 19 Sektor 80 2

.

Tabel Input Output DKI Jakarta Tahun 2000 Transaksi Total Atas

Dasar Harga Produsen

...

84

...

3

.

Matriks Koefisen Teknis 87

...

4

.

Matriks Kebalikan Leontief Terbuka 89 [image:17.539.83.472.107.750.2]
(18)

1.1. Latar Belakang

Struktur Perekonomian sebuah kota yang relatif maju ditandai dengan

semakin besarnya peran sektor jasa dalam menopang perekonomian kota tersebut,

sehingga diharapkan peran sektor tersebut akan terns mendominasi dalam

memberikan kontribusi nilai tambah terhadap perekonomian.

DKI Jakarta, sebagai kota terbesar di Indonesia direncanakan akan

dijadikan "kota jasa", kebijakan ini dilakukan sejak dimuiainya otonomi daerah

pada tahun 2001. Selain itu ha1 ini sesuai dengan Visi dan Misi Kota Jakarta yang

mengusung prinsip sebagai kota jasa (service cify). Berdasarkan PDRB kota

Jakarta, dapat dilihat orientasi sektor yang memegang perekonomian DKI Jakarta

adalah sektor jasa khususnya sektor jasa keuangan dan sektor jasa perdagangan,

hotel, dan restoran. (perhatikan Gambar 1).

-

Perlambangan dan Galian -+- lndustri Pengolahan -x- Lishik. Gas, dan Air Minum

+

Bangunan dan Konsbuksi -4- JaPa Perdagangan, Hotel, dan Restoran + Jasa Pengangkutan dan Komunikasi -a- Jasa Keuanoan, Penewaan dan [image:18.539.70.488.447.700.2]

Jasa Perusahaan

Gambar 1.1

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Warga Konstan Menurut

(19)

Untuk mendukung fungsi Propinsi DKI Jakarta sebagai Kota Jasa (service

city), pembangunan yang dilakukan harus dapat mendukung fungsi-fungsi pelayanan kota baik untuk kepentingan lokal, nasional maupun internasional. Penjabaran sebagai Kota Jasa (service city) adalah menjadikan Propinsi DKI

Jakarta sebagai:

1. Pusat Pelayanan Masyarakat

2. Pusat Perdagangan dan Distribusi

3. Pusat Keuangan

4. Pusat Pariwisata

5. Pusat Pelatihan dan Informasi

Guna menyamakan persepsi tentang arah dan kebijakan umum

pembangunan, perlu dirumuskan visi dan misi pembangunan Propinsi DKI Jakarta, sehingga terbangun komitmen yang kuat dari pemerintah, sektor swasta

dan warga Jakarta untuk bersama membangun kotanya. Di sisi lain visi dan misi

ini juga menjadi acuan dalam merumuskan program-program pembangunan.

Tabel 1.1 menunjukkan nilai dan persentase dari penyerapan tenaga kerja

sektor jasa dan non jasa. Jumlah penyerapan tenaga kerja di wilayah DKI Jakarta

ternyata lebih banyak didominasi oleh sektor jasa jika dibandingkan dengan sektor non jasa dan jumlahnya selalu mengalami peningkatan dari tahun 2002 - 2006.

peningkatan yang signifikan ke tahun berikutnya mengindikasikan bahwa sektor

(20)

Tabel 1.1. Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Jasa dan Sektor Non Jasa

sumber : Badan Pusat Statistik, 2007

Sektor jasa yang terdapat pada DKI Jakarta terdiri dari jasa perdagangan,

hotel, dan restoran, jasa pengangkutan dan komunikasi, jasa keuangan, persewaan,

dan jasa perusahaan serta jasa - jasa lainnya. Sedangkan sektor non jasa terdiri

dari sektor pertanian, sektor pertambangan, sektor industri, sektor listrik, gas, dan

air minum, dan sektor bangunan dan konstruksi.

Pada Tabel 1.2 memperlihatkan sektor jasa yang paling memegang

peranan dalam penyerapan tenaga kerja yaitu jasa perdagangan. Nilai penyerapan

tenaga kerja pada sektor ini selalu mengalami peningkatan rata-rata pertahun

sebesar 37,13 persen. Selanjutnya sektor jasa-jasa lainnya merupakan sektor

kedua terbesar dalam penyerapan tenaga kerja dala~n perekonomian DKI Jakarta.

Tabel 1.2. Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral di DKI Jakarta

7

8 9

dan ~estoran Jasa Angkutan dan Komunikasi

Jasa Keuangan Asuransi Jasa-Jasa Lainnya

Jumlah

283,471

183,008 774,183

[image:20.536.91.467.95.205.2]
(21)

Posisi sektor jasa yang penting dalam perekonomian DKI Jakarta tentu memberikan dampak terhadap sektor-sektor perekonomian lainnya. Pentingnya sektor jasa terlihat dari kontribusinya terhadap PDRB dan penyerapan Tenaga Kerja sehingga ha1 ini sesuai dengan visi misi DKI Jakarta dalam mewujudkan Kota Jasa dan untuk selanjutnya perlu diketahui keterkaitan sektor jasa terhadap sektor jasa itu sendiri maupun terhadap sektor-sektor perekonomian lainnya di

DKI Jakarta. Keterkaitan yang kuat, menunjukkan peran yang besar dari sektor

jasa tersebut dan berkembangnya sektor jasa akan mendorong berkembangnya

sektor-sektor perekonomian lainnya termasuk sektor jasa itu sendiri.

Hal inilah yang selanjutnya mendasarkan peneliti untuk melakukan

penelitian tentang "Keterkaitan dan Dampak Investasi Sektor Jasa Terhadap

Sektor-Sektor Lain dalam Perekonomian DKI Jakarta.

1.2. Permasalahan

DKI Jakarta memiliki visi dan misi sebagai kota jasa. Perwujudan sebagai

kota jasa dilaksanakan setelah otonomi DKI Jakarta tahun 2001. Sektor jasa

merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi

Jakarta. Hal ini dapat dilihat dari share sektor jasa terhadap PDRB DKI Jakarta.

Sektor ini juga mampu menyerap tenaga kerja yang lebih banyak dibandingkan

dengan sektor yang lainnya. Pengembangan sektor jasa tentu tidak lepas dari

pengembangan sektor-sektor lainnya dalam ha1 ini dapat dilihat dengan analisis

keterkaitan ke depan dan keterkaitan ke belakang, serta analisis dampak

penyebaran. Selanjutnya pembangunan sektor jasa akan memberikan dampak

(22)

Berdasarkan keadaan di atas maka dapat diambil suatu permasalahan dalam penelitian ini. Permasalahan tersebut diantaranya :

1. Bagaimanakah keterkaitan sektor jasa dengan sektor-sektor lainnya di DKI Jakarta? .

2. Berapa besar dampak penyebaran sektor jasa di DKI Jakarta?

3. Berapa besar dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh sektor jasa, ditinjau

berdasarkan multiplier terhadap output, pendapatan, dan tenaga kerja?

4. Seberapa Besar dampak dana investasi sektor jasa terhadap sektor-sektor lain

dalam perekonomian DKI Jakarta?

1.3. Tujuan

.

Ada beberapa ha1 yang menjadi tujuan penelitian ini, diantaranya :

1. Mengetahui keterkaitan sektor jasa dengan sektor-sektor lainnya di DKI

Jakarta.

2. Mengetahui berapa besar dampak penyebaran sektor jasa di DKI Jakarta.

3. Mengetahui berapa besar dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh sektor jasa,

ditinjau berdasarkan multiplier terhadap output, pendapatan, dan tenaga kerja.

4. Mengetahui besarnya Dampak dana Investasi Sektor Jasa terhadap sektor-

sektor lainnya dalam Perekonomian DKI Jakarta.

1.4. Manfaat Penelitian

Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi :

1. Penulis, sebagai media pembelajaran dalam menerapkan teori-teori ekonomi

(23)

2. Bahan referensi atau bahan acuan bagi penulis lain dalam mengembangkan

penelitian lebih lanjut.

3. Pemerintah @usat dan daerah), selaku pembuat kebi,jakan dan pengambil keputusan dalam ~nerencanakan arah dan strategi pembangunan kota Jakarta.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Fokus penelitian ini adalah ~nelihat keterkaitan dan melihat besarnya dampak investasi sektor jasa terhadap sektor-sektor lainnya dalam perekonomian

DKI Jakarta, dengan menggunakan tabel Input Output DKI Jakarta tahun 2000

dengan matriks berukuran 89x89 sektor yang selanjutnya di aggregasi menjadi

matriks berukuran 19x19 sektor. Data yang digunakan adalah data Tabel

Transaksi Total Atas Harga Produsen DKI Jakarta tahun 2000.

Sektor jasa dalam penelitian ini meliputi sektor jasa perdagangan, sektor

jasa hotel dan restoran, sektor jasa pengangkutan dan komunikasi, sektor

perbankan, real estate, kawasan industri, dan perkantoran, dan sektor jasa lainnya.

Sedangkan sektor non jasa terdiri dari sektor pertanian, sektor

pertambangan dan galian, sektor industri makanan, sektor industri tekstil, sektor

industri kayu, sektor industri kertas, sektor industri kimia dasar, sektor industri

barang karet & barang plastik, sektor industri mineral non logam, sektor industri logam dasar, barang logam, mesin, dan elektronik, sektor industri alat angkutan &

transportasi lainnya, sektor industri lainnya, sektor listrik, gas, dan air minum, dan

(24)
(25)

11. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teoritis

2.1.1. Model Input-Output

Tabel Input Output (1-0) pertama kali diperkenalkan oleh W. Leontief pada tahun 1930-an. Menurut BPS (2000), Tabel Input Output merupakan tabel

yang menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa antarsektor ekonomi

dalam bentuk penyajian berupa matriks. Isian sepanjang baris menyajikan

informasi penjualan dari sebuah sektor ke berbagai sektor lainnya. Sedangkan

isian sepanjang kolom menyajikan informasi tentang jumlah pembelian input (input antara atau input primer ) dari sektor lainnya.

Adapun tujuan dari penyusunan Tabel 1-0 adalah (Widodo, 2006):

1. Struktur perekonomian suatu wilayah yang mencakup output dan nilai

tambah masing-masing sektor.

2. Berfungsi sebagai kerangka model dalam studi kuantitatif seperti analisis

dampak dan keterkaitan antar sektor, prediksi perekonomian, dan

ketenagakerjaan.

3. Mampu menggambarkan perubahan/perekonomian suatu daerah.

4. Menyediakan informasi lengkap dan menyeluruh tentang struktur

penggunaan barang dan jasa pada masing-masing sektor serta poia

distribusi yang dihasilkan.

(26)

1. Memperkirakan dampak permintaan akhir terhadap output, nilai tambah, impor, penerimaan pajak dan penyerapan tenaga kerja di berbagai sektor produksi.

2. Mengetahui sektor-sektor yang berpengaruh paling dominan terhadap pertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor yang peka terhadap peltuinbuhan

perekonomian.

3. Menganalisis perubahan harga, yaitu dengan melihat pengaruh langsung dan tidak langsung dari perubahan harga input terhadap output.

4. Menggambarkan perekonomian suatu wilayah dan mengidentifikasi

karakteristik struktural suatu perekonomian wilayah.

2.1.2. Keunggulan dan Kelemahan Analisis 1-0

Menurut Widodo (2006), terdapat beberapa keunggulan dan kelernahan di

dalam analisis input output.

Adapun keunggulan analisis input output yaitu:

1. Kemampuannya untuk melihat sektor demi sektor dalam perekonomian

secara rinci sehingga membuat analisis 1-0 cocok bagi proses perencanaan.

2. Kemampuan menganalisis keterkaitan dan hubungan antar sektor dalam

suatu perekonomian.

Sedangkan kelemahan analisis input output yaitu:

1 . Terkait dengan analisis kuantitatif input output memiliki keterbatasan

bahwa koefisien input atau koefisien teknis diasumsikan tetap (konstan)

(27)

digunakan oleh sektor-sektor ekonomi dalarn proses produksi pun dianggap konstan. Akibatnya perubahan kuantitas dan harga input akan selalu sebanding dengan perubahan kuantitas dan harga output.

2.1.3. Struktur Dasar Tabel Input Output

Di setiap perekonomian, output yang diproduksi oleh suatu sektor

ekonomi yang didistribusikan kepada dua macam pemakai, yaitu sektor produksi

serta konsumen akhir. Pemakai pertama merupakan tipe pengguna output yang

menjadikan output dari sektor produksi lain menjadi input dalam proses

produksinya, sedangkan pemakai kedua merupakan jenis pemakai output yang

output sektor tersebut sebagai permintaan akhirnya.

Dalam input antara dapat terjadi arus perpindahan barang antar sektor.

Misalnya dari sektor i ke sektor j dapat dapat pula terjadi perpindahan dalam

sektor itu sendiri (perpindahan intrasektor), perpindahan terjadi dari sektor i ke sektorj jika i=j.

Misalnya nilai arus barang dari sektor i ke sektor j diberi notasi Zij, total

output sektor i diberi notasi Xi dan total permintaan akhir sektor i diberi notasi Y ; .

Dengan demikian dapat dituliskan :

X,

= Zj,

+

Zi2+

...+

Zin

+

yi

...

,

...

(2.1)

Persamaan di atas menunjukkan distribusi dari output sektor i. Ouput sektor i (Xi) dapat didistribusikan ke sektor produksi lain (Zi,) maupun dialokasikan kepada pemakai akhir (Yi). Pemakai akhir terdiri dari rumah tangga,

perusahaan, pemerintah dan pihak luar negeri. Permintaan akhir yang dilakukan

(28)

dilakukan oleh perusahaan adalah investasi, pennintaan akhir yang dilakukan oleh pemerintah merupakan pengeluaran pemerintah, dan permintaan akhir dari luar negeri disebut ekspor.

Persamaan tersebut diatas juga menunjukkan bahwa terdapat n sektor di dalam perekonomian, dengan demikian terdapat n persamaan untuk seluruh perekonomian.

Jika dinotasikan dalarn tabel matriks, untuk setiap kolom dapat dituliskan

satu vektor kolom berisikan.

Koefisen ZII mencerminkan jumlah input yang diperlukan oleh sektor 1

yang berasal dari sektor 1 itu sendiri dan 2 2 1 adalah jumlah input sektor 1 yang

berasal dari sektor 2. vektor kolom di atas menunjukkan struktur input sektor 1.

vektor tersebut menunjukkan besarnya input sektor 1 dari sektor-sektor lain dan

juga berasal dari sektor I itu sendiri. Input seperti ini dinamakan input antara.

Selain input antara, dalam proses produksi juga membutuhkan input

primer, antara lain, tenaga kerja, modal, tanah dan lainnya. Dengan mengg~~nakan

(29)

diterima oleh faktor produksi tersebut dinamakan nilai tambah dari proses produksi.

Tabel 2.1 menunjukkan transaksi antar komponen suatu perekonomian

pada suatu waktu. Diasumsikan bahwa dalam perekonomian hanya terdapat dua

sektor produksi, yaitu sektor 1 dan 2, terdapat empat komponen permintaan akhir,

yaitu kousumsi rumah tangga (C), investasi perusahaan (I), pengeluaran

pemerintah (G) dan ekspor luar negeri (E), dua faktor produksi yaitu tenaga kerja

dengan balas jasa upah (L) dan kapital dengan balas jasa sewa (N). Disamping itu

sektor-sektor produksi maupun pengguna akhir juga dapat membeli barang dari

luar negeri dalam bentuk impor (M), dalam tabel diatas terjadi suatu

keseirnbangan dimana total input sama dengan total output.

Tabel 2.1. BentukUmum Tabel Transaksi Tabel Input Output dengan Dua Sektor Produksi

Sektor Produks' Permintaan Akhir

Impor

Total Input

Sumber: Miller dan Blair, 1985

[image:29.536.71.468.140.413.2]
(30)

Dari transaksi input output yang ada dapat dibentuk inatrik input antara dan matriks input primer.

Mahiks input antara :

Mahiks input primer:

Bentuk matriks permintaan akhir dari masing-masing sektor perekonomian

tersebut adalah:

2.1.4. Fuugsi Produksi dalam Model Input Output

Dalam model 1-0 terdapat asumsi dasar dimana aliran interindustri

mengalir dari sektor industri i ke sektor industri j. Berikut ini merupakan analisis model 1-0, z, merupakan aliran barang dari sektor i ke sektor j, dan X, adalah

total output sektor j, dari kedua rasio tersebut akan diperoleh suatu koefisien

teknologi yang dinotasikan dengan ai, sebagai berikut:

Persamaan di atas menunjukkan bahwa seluruh sektor koefisien a,

mencerminkan hubungan antara output sektor j dengan input-nya yang berasal

(31)

menunjukkan jumlah input sektor i yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit output sektorj. Jika terdapat n sektor dalam perekonomian, maka akan diperoleh sebanyak n x n koefisien

.

Seluruh koefisien ai, tersebut jika dinyatakan dalam matriks akan menjadi

matriks teknologi.

Matriks A ini sering pula disebut dengan matriks teknologi. Disebut

demikian karena kalau kita perhatikan dengan sungguh-sungguh, setiap kolom ke-

i matriks A ini menunjukkan komposisi input antara atau komposisi bahan baku yang digunakan oleh setiap sektor i. Struktur input tersebut tidak lain

menunjukkan teknologi yang digunakan oleh sektor i yang bersangkutan.

Dengan menggunakan definisi dari koefisien teknologi maka kita akan

mendapatkan model Leontif sebagai berikut:

Metode produksi untuk sektor i tersebut juga ditunjukkan oleh kolom ke-i

di dalam matriks A. Matriks A hanya memuat komposisi atau struktur input

antara, tanpa ada komposisi atau struktur penggunaan input primer. Untuk

mendapatkan struktur input primer dari setiap sektor, harus dilihat elemen-elemen

di dalam matriks input primernya. Dengan diketahuinya koefisien teknologi aij

(32)

Dengan menggeser seluruh elemen ke kiri, kecuali Yi, didapat bentuk:

Persamaan tersebut dapat disederhanakan dengan cara menggabungkan X i

sehingga menjadi:

Berdasarkan persamaan tersebut, maka dapat dibuat dalam bentuk matriks

seperti di bawah ini:

Sistem persamaan di atas dapat dituliskan dalam notasi matriks yang lebih

sederhana sebagai berikut:

Jika terdapat perubahan dalam permintaan akhir, maka persamaan matriks dapat

(33)

Matriks (LA)-' biasa disebut dengan matriks kebalikan Leontief. Elemen matriks ini dinotasikan dengan aij, dan mencerminkan efek langsung dan tidak langsung dari perubahan pemintaan akhir terhadap output sektor-sektor di dalam

perekonomian.

Di dalam matrik Tabel Input-Output terdapat empat kuadran, yaitu

kuadran

I,

11, 111, IV. Menurut Tarigan (2002), definisi empat kuadran tersebut

adalah:

a. Kuadran I (Intermediate Quadrant)

Pada kuadran I, setiap sel yang terdapat di dalamnya merupakan transaksi

antar barang dan jasa yang digunakan dala proses produksi. Hal ini

mengindikasikan adanya saling ketergantungan antar sektor. Matrik yang terdapat

pada kuadran satu ini bersifat endogen. Sedangkan di luar kaudran I ini bersifat

eksogen. Endogen disini berarti tidak dapat berubah kecuali terjadi perubahan

pada variabel eksogennya.

b. Kuadran I1 (Final Demand Quadran)

Pada kuadran ini terjadi penjualan barang dan jasa yang dihasilkan dalam

suatu perekonomian tertentu dengan tujuan untuk memenuhi permintaan akhir.

Permintaan akhir disini terdiri dari rumah tangga, pemerintah, pembentukan

modal tetaplinvestasi, serta ekspor.

c. Kuadran 111 (Primary Input Quadrant)

Menunjukkan input yang dihasilkan di luar sistem produksi oleh sektor-

(34)

rumah tangga (upahtgaji), pajak tidak langsung, surplus usaha, penyusutan, jumlah seluruh nilai tambah ini akan menghasilkan PDRB wilayah tersebut. d. Kuadran IV (Primary Input-Final Demand Quadrant)

Kuadran ini merupakan input primer pem~intaan akhir yang menunjukkan transaksi langsung antara kuadran input primer dengan kuadran permintaan akhir tanpa adanya sisteln produksi atau kuadran antara.

2.1.5. Asumsi-asumsi Pada Model Input-Output

Pada model input output terdapat beberapa asumsi yang digunakan, yaitu:

1. Keseragaman (Homogenity)

Masing-masing sektor memproduksi suatu input melalui satu cara dengan

struktur input tertentu serta tidak ada substitusi diantara masing-masing

input atau output tersebut.

2. Keseimbangan (Proportionality)

Input antara bagi suatu sektor merupakan fungsi linear terhadap tingkat

output yang bersangkutan. Yaitu jumlah input yang digunakan oleh suatu sektor akan meningkat atau berkurang secara proporsional linier terhadap

kenaikan atau penurunan output sektor yang bersangkutan.

3. Penambahan (Additivity)

Dampak total dari pelaksanaan produksi berbagai sektor dihasilkan oleh

(35)

2.2. Analisis Input-Output dari Sisi Penawaran dan Sisi Permintaan

Terdapat perbedaan antara analisis Input-Output dari sisi penawaran dengan analisis input output dari sisi permintaan dalam ha1 faktor eksogennya. Analisis Input Output sisi permintaan menggunakan permintaan akhir sebagai faktor eksogennya. Sedangkan analisis Input Output sisi penawaran menggunakan

faktor input primer sebagai faktor eksogennya. Sedangkan faktor endogen adalah

sama yaitu sebagai output dalam analisis Input-Output sisi permintaan dan sisi

penawaran. Dalam Penelitian ini penulis membatasi kajian analisis pada sisi

pennintaan. adapun komponen yang terdapat dalam permintaan akhir terdiri dari

konsumsi, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok dan

ekspor.

Konsumsi rumah tangga merupakan pengeluaran yang dilakukan oleh

rumah tangga untuk pembelian barang dan jasa. Konsumsi pemerintah mencakup

pengeluaran barang dan jasa untuk pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan

pertahanan baik yang dilakukan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

Konsumsi pemerintah meliputi belanja pegawai, pembangunan infrastruktur, dan

peralatan perang.

Pembentukan modal tetap meliputi pengadaan, pembelian barang-barang

modal barn baik dari dalam negeri maupun impor. Pembentukan modal tetap yang

dicakup hanyalah yang dilakukan oleh sektor-sektor ekonomi di dalam negeri

(domestik). Perubahan stok merupakan selisih antara nilai stok barang pada akhir

tahun dengan nilai stok pada awal tahun. Yang terakhir adalah ekspor yaitu

(36)

lain. Ekspor terbagi menjadi dua yaitu ekspor dalaln negeri dan luar negeri (BPS, 2000)

2.3 Analisis Input-Output

2.3.1. Analisis Keterkaitan

Analisis keterkaitan merupakan dasar rumusan strategi pembangunan

ekonomi dengan melihat keterkaitan antar sektor dalam perekonomian dalam

suatu perekonomian. Terdapat dua jenis keterkaitan yaitu keterkaitan ke depan

(forward linkage) yang berarti peningkatan output suatu sektor tertentu akibat

permintaan akhir yang selanjutnya output tersebut akan didistribusikan ke sektor-

sektor lainnya. Sedangkan keterkaitan ke belakang (backward lingkage)

menunjukkan hubungan keterkaitan antar industri terhadap total pembelian input

yang digunakan untuk proses produksi.

Keterkaitan langsung antar sektor perkonomian dalam pembelian dan

penjualan input antara ditunjukkan oleh koefisien teknis langsung. Sedangkan

keterkaitan langsung dan tidak langsung ditunjukkan oleh matriks kebalikan

Leontief. Matriks Kebalikan Leontief ( a ) disebut koefisien keterkaitan karena lnengandung informasi yang penting tentang struktur perekonomian yang

dipelajari dengan menggunakan tingkat keterkaitan antar sektor.

Keterkaitan ke belakang dan ke depan dapat diklasifikasikan menjadi 4 macam:

1. Keterkaitan Langsung ke Depan, akibat suatu sektor tertentu yang

dikarenakan penggunaan sebagian output sektor tertentu tersebut secara

(37)

2. Keterkaitan Langsung ke Belakang, akibat suatu sektor tertentu yang dikarenakan penyediaan input dari sektor lain secara langsung.

3. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan, akibat suatu sektor tertentu yang dikarenakan penggunaan sebagian output sektor tertentu tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung.

4. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang, akibat suatu

sektor tertentu yang dikarenakan penyediaan input dari sektor lain baik

secara langsung maupun tidak langsung.

2.3.2 Analisis Dampak Penyebaran

Analisis dampak penyebaran ini terbagi menjadi dua yaitu koefisien

penyebaran dan kepekaan penyebaran. Koefisien penyebaran menunjukkan

kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan sektor hulunya.

Koefisien penyebaran ini disebut juga indeks daya penyebaran ke belakang.

Sedangkan kepekaan penyebaran menunjukkan kemampuan suatu sektor untuk

mendorong pertumbuhan sektor hilirnya. Kepekaan penyebaran ini disebut indeks

daya penyebaran ke depan.

2.3.3. Analisis Angka Pengganda (Mt~ltiplier)

Analisis multiplier dapat dibagi menjadi tiga, yaitu multiplier output tipe I

dan tipe 11, multiplier pendapatan tipe I dan tipe I1 dan multiplier tenaga kerja tipe

I dan tipe I1 (Nazara, 2005).

(38)

Analisis multiplier output tipe I digunakan untuk menganalisis bagaimana

pengaruh permintaan akhir terhadap output baik secara langsung dan tidak langsung dalam perekonomian suatu wilayah.

b. Multiplier Output Tipe I1 (Total)

Analisis multiplier output tipe I1 digunakan untuk menganalisis bagaimana pengaruh permintaan akhir terhadap output baik secara langsung dan tidak

langsung dengan menambahkan efek induksi rumah tangga dalam perekonomian

suatu wilayah.

c. Multipler Pendapatan Tipe

I

(Biasa)

Analisis multiplier pendapatan tipe I digunakan untuk menganalisis

bagaimana pengaruh permintaan akhir terhadap peningkatan pendapatan seluruh

sektor baik secara langsung dan tidak langsung dalam perekonomian suatu

wilayah.

d. Multipler Pendapatan Tipe 11 (Total)

Analisis multiplier pendapatan tipe I1 digunakan untuk menganalisis

bagaimana pengaruh permintaan akhir terhadap peningkatan pendapatan seluruh

sektor baik secara langsung dan tidak langsung dengan menambahkan efek

induksi rumah tangga dalam perekonomian suatu wilayah.

e. Multiplier Tenaga Kerja Tipe I (Biasa)

Analisis multiplier tenaga kerja tipe I digunakan untuk menganalisis

bagaimana pengaruh permintaan akhir terhadap perubahan kesempatan kerja yang

(39)

f. Multiplier Tenaga Kerja Tipe I1 (Total)

Analisis multiplier tenaga kerja tipe I1 digunakan untuk menganalisis bagaimana pengaruh permintaan akhir terhadap perubahan kesempatan kerja yang terjadi di seluruh sektor baik secara langsung dan tidak langsung dalam perekonomian suatu wilayah dengan menambahkan efek induksi rumah tangga

dalam perekonomian suatu wilayah.

2.4. Konsep dan Definisi

Berdasarkan tabel 1-0 DKI Jakarta tahun 2000 terdapat beberapa konsep

dan definisi dari analisis Input-Output yang dijadikan dasar penelitian.

2.4.1. Output

Pengertian output dalam tabel 1-0 merupakan output domestik, yaitu nilai

dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi di dalam negeri

atau domestik tanpa membedakan asal-usul pelaku produksinya. Pelaku

merupakan perusahaan dan perorangan dalam negeri atau perusahaan atau

perorangan asing. Jika unit usaha yang produksinya berupa barang, maka output

merupakan hasil perkalian kuantitas produksi barang yang bersangkutan dengan

harga produsen per unit barang tersebut. Namun, jika usaha yang bergerak

dibidang jasa, maka ouput merupakan nilai yang diterima dari jasa tersebut.

2.4.2. Transaksi Antara

Transaksi antara adalah transaksi yang terjadi antara sektor yang berperan

sebagai konsumen dan produsen. Isian sepanjang baris dalam transaksi antara

(40)

sektor-sektor lain untuk keperluan produksi, yang kita sebut sebagai permintaan antara. Pada isian sepanjang kolom menunjukkan input barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi suatu sektor, yang disebut sebagai input antara.

2.4.3. Permintaan Akhir

Permintaan akhir merupakan permintaan atas barang dan jasa untuk

keperluan konsumsi, bukan untuk proses produksi. Yang termasuk dalarn

permintam akhir adalah pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran

konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok dan

ekspor.

a). Pengeluaran Rumah Tangga

Merupakan pengeluaran yang dilakukan rumah tangga untuk semua barang

tahan lama dan tidak tahan lama kecuali pembelian rumah tempat tinggal.

Pengeluaran konsumsi

rumah

tangga mencakup konsumsi yang dilakukan di

luar negeri maupun di dalanl negeri.

b). Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

Pengeluaran konsumsi pemerintah mencakup semua pengeluaran barang dan jasa untuk pelaksanaan kegiatan administrasi pemerintahan dan pertahanan,

baik yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

Pengeluaran pemerintah dapat berupa belanja pegawai, pembelian peralatan

militer dan juga pengeluaran untuk pembangunan.

c). Pembentukan Modal Tetap

Meliputi pengadaan, pembuatan atau pelnbelian barang-barang modal baru

(41)

Pembentukan modal tetap yang dicakup hanyalah yang dilakukan oleh sektor

-sektor ekonomi dalam negeri. d). Perubahan Stok

Merupakan selisih antara nilai stok barang pada akhir tahun dengan nilai stok barang pada awal tahun.

e). Ekspor dan Impor

Ekspor dan impor barang dan jasa dalam tabel 1-0 lneliputi transaksi barang

dan jasa antara penduduk suatu negara atau daerah dengan penduduk negara

atau daerah lain.

2.4.4. Input Primer

Input primer adalah balas jasa atas pemakaian faktor-faktor produksi yang

terdiri dari tenaga kerja, tanah, modal dan kewiraswastaan. Input primer disebut

juga nilai tambah bruto dan merupakan selisih antara output dengan input antara.

a). Upah dan Gaji

Mencakup semua balas jasa dalam bentuk uang maupun barang dan jasa

kepada tenaga kerja yang ikut dalam kegiatan produksi selain pekerja keluarga

yang tidak dibayar.

b). Surplus Usaha

Merupakan balas jasa atas kewiraswastaan dan pendapatan atas pemilikan

modal. Surplus usaha terdiri dari keuntungan sebelum dipotong pajak

penghasilan, bunga atas modal, sewa tanah, dan pendapatan atas hak

kepemilikan lainnya. Penghitungan surplus usaha adalah nilai tambah brut0

(42)

c). Penyusutan

Merupakan penyusutan barang-barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi. Penyusutan merupakan nilai penggantian terhadap penurunan

nilai barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi. d). Pajak Tak Langsung Netto

Pajak tak langsung netto merupakan selisih antara pajak tak langsung dengan

subsidi. Pajak tak langsung terdiri dari pajak impor, pajak ekspor, bea masuk,

pajak pertambahan nilai, cukai dan pajak penjualan atas barang mewah dan

lainnya. Konsep pajak tak langsung berkebalikan dari subsidi, oleh karena itu pengaruh pajak tak langsung akan negatif terhadap perekonomian.

e). Subsidi

Subsidi merupakan bantuan yang diberikan kepada produsen. Subsidi pada

dasamya adalah tambahan pendapatan bagi produsen. Oleh karena itu subsidi

disebut juga sebagai pajak tak langsung negatif.

2.4.5. Tabel Transaksi Atas Dasar Harga pembeli

Tabel transaksi dimana unsur margin perdagangan dan biaya

pengangkutan masih tergabung dalam nilai input bagi sektor yang membeli.

2.4.6. Tabel Transaksi Atas Dasar Harga Produsen

Tabel Transaksi dimana unsur margin dan perdagangan dan biaya

pengangkutan dipisahkan dan diperlakukan sebagai input yang dibeli dari sektor

(43)

2.5. Penelitian Terdahuiu

Penelitian sebelumnya yang dimasukan dalarn penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Dwi (2005). Penelitian tersebut menganalisis Peranan Jasa Pariwisata dan Sektor Pendukungnya Dalam Perekonomian Propinsi Daerah lstihewa Yogyakarta. Pendekatan analisis 1-0 yang digunakan yaitu dari

sisi permintaan dengan menggunakan tabel 1-0 atas dasar harga produsen tahun

Tabel 2.2. Nilai Multiplier Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja Tipe I dan

Sumber : Penelitian Dwi Pangestu Ujiani, Analisis Peranan Jasa Pariwisata dan Sektor Pendukungnya Dalam Perekonomian Daerah Istitnewa Yogyakarta, 2005. Hasil perhitungan memberikan gambaran lnengenai multiplier.

Berdasarkan Tabel 2.2, terlihat bahwa untuk Tipe I, nilai Muliiplier Output,

Pendapatan, dan Tenaga Kerja pada sektor Jasa Pariwisata berturut-turut berada

pada urutan 4, 3, dan 7. Hal ini berarti jika terjadi peningkatan permintaan akhir

pada sektor jasa pariwisata sebesar satu-satuan maka akan ~neningkatkan output,

pendapatan, dan tenaga kerja berturut-turut di seluruh sektor perekonomian pada

(44)

Untuk tipe 11, nilai Multiplier Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja pada sektor Jasa Pariwisata berturut-turut berada pada urutan 5,3, dan 8. Hal ini berarti jika terjadi peningkatan permintaan aWlir pada sektor jasa pariwisata sebesar satu- satuan maka akan meningkatkan output, pendapatan, dan tenaga kerja berturut- turut di selun~h sektor perekonomian pada dua sektor tersebut sebesar 2,215,

2,411, dao 2,322 orang dengan efek induksi rumah tangga.

2.6. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kondisi Provinsi DKI Jakarta yang

mempunyai visi dan misi mewujudkan kota jasa. Sektor jasa dalam perekonomian DKI Jakarta memberikan pengaruh yang besar dalam pembentukan PDRB dan

penyerapan tenaga kerja. Pemberian investasi yang tepat sasaran kepada sektor

jasa akan memberikan pengaruh yang kuat terhadap perekonomian DKI Jakarta.

Perhitungan yang dilakukan menggunakan tabel Input-Output DKI Jakarta

tahun 2000 dengan matriks 89x89 sektor yang selanjutnya di agregasi menjadi

matriks berukuran 19x19 sektor. Adapun Software yang digunakan adalah

Microsoft Excell 2003.

Perhitungan Input-Output akan memberikan gambaran peranan sektor jasa

terhadap sektor lainnya. Sektor jasa dalam penelitian ini meliputi sektor jasa

perdagangan, sektor jasa hotel dan restoran, sektor jasa pengangkutan dan

komunikasi, sektorjasa perbankan, real estate, kawasan industri, dan perkantoran,

(45)

I

Struktur Perekonomian DKI Jakarta

Sektor Lainnya

r---l

Sektor Jasa

1

Analisis Analisis Multiplier Dampak

Keterkaitan Dampak Investasi

Penyebaran Sektor Jasa

I I I I

Keterkaitan dan Dampak Investasi Sektor Jasa Terhadap Perekonomian DKI Jakarta

Keterangan:

1. Sektor Jasa Perdagangan dan Reparasi

2. Sektor Jasa Hotel dan Restoran

3. Sektor Jasa Pengangkutan dan Komunikasi

4.

Sektor Jasa Perbankan, Real Estate, Kaw. Industri, dan Perkantoran [image:45.532.76.496.71.610.2]

5. Sektor Jasa Lainnya

/-7

-+ Metode Analisis
(46)

HI. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Penulis mengambil kota Jakarta sebagai objek penelitian karena dalam perkembangan perekonomian DKI Jakata, sektor jasa telah memberikan

kontribusi yang besar dalam PDRB dan penyerapan tenaga kerja, ha1 ini sesuai

dengan visi dan misi serta fungsi kota Jakarta sebagai kota jasa. Untuk itu perlu

dilihat keterkaitan sektor jasa dengan sektor-sektor lainnya dalam perekonomian

DKI Jakarta, dalam ha1 ini menggunakan analisis keterkaitan, dampak

penyebaran, dan multiplier dari sektor jasa tersebut terhadap sektor-sektor

lainnya. Selanjutnya diperlukan investasi pada sektor jasa untuk tetap

mempertahankan peranan sektor jasa terhadap perekonomian DKI jakarta.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu

dengan menggunakan tabel Input-Output DKI Jakarta tahun 2000 dengan matriks

berukuran 89x89 sektor yang selanjutnya di aggregasi menjadi matriks berukuran

19x19 sektor dan data tenaga kerja DKI Jakarta 2000. Penggunaan Tabel I 0 2000

karena Tabel I 0 tersebut merupakan Tabel I 0 terakhir. Data ini diperoleh dari

BPS Pusat, Pemda DKI Jakarta, Bappeda DKI Jakarta, BPS Kota Jakarta,

BKPMD (Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah) DKI Jakarta dan

(47)

3.3. Metode Analisis

Metode yang digunakan dala~n penelitian ini adalah metode deskriptif dan kuantitatif. Metode deskriptif menekankan pada penggambaran wilayah yang menjadi studi penelitian, dalam ha1 ini adalah Kota Jakarta. Sedangkan metode kuantitatif menekankan pada perhitungan pada hal-ha1 yang berkaitan pada tujuan

penelitian. Metode analisis yang digunakan untuk pencapaian tujuan tersebut

adalah metode Input Output. Metode ini bertujuan melihat keterkaitan antar sektor

dalam perekonomian di suatu wilayah untuk suatu periode tertentu. Dalam

penelitian ini, penulis menggunakan Tabel Input Output (10).

Tabel I 0 merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang

menyajikan informasi tentang kegiatan transaksi barang dan jasa serta saling

keterkaitan antara satuan kegiatan ekonomi dalam suatu wilayah pada suatu

periode tertentu (BPS, 2000). Tabel I 0 itu sendiri dapat dibedakan menjadi tiga,

yaitu Tabel I 0 berdasarkan Harga Pembeli dan Atas Dasar Harga Produsen serta

Atas Dasar Harga Domestik.

Tabel Transaksi Atas Dasar Harga Pembeli merupakan tabel transaksi

dimana unsur margin perdagangan dan biaya pengangkutan masih tergabung dalam nilai input bagi sektor yang membeli. Tabei Transaksi Atas Dasar Harga

Produsen merupakan tabel transaksi dimana unsur margin perdagangan dan biaya pengangkutan dipisahkan dan diperlakukan sebagai input yang dibeli dari sektor

perdagangan dan pengangkutan. Dalam penelitian ini menggunakan tabel Input-

Output Atas Dasar Harga Produsen. Sedangkan yang membedakan Tabel

(48)

ehpor yang tergabung dalam nilai input bagi sektor yang membeli (BPS, 2000). Dalam pengolahan data peneliti menggunakan program Microsoft Excel 2003.

3.4. Koefisien Input

Koefisien input atau di sebut juga koefisien teknologi diterjemahkan sebagai jumlah input yang digunakan untuk memproduksi satu unit output sektorj

yang berasal dari sektor i. Koefisien Input ini dirumuskan dengan :

dimana: a, = Koefisien Input

Dari rumus koefisien teknis di'atas dapat dituliskan dalam matriks sebagai

berikut:

Berdasarkan persamaan tersebut, maka dapat dibuat dalam bentuk matriks

seperti di bawah ini:

X

X F X

A X + F = XAtau

F=

X-AX

;

::

.

"1

.

I"]

+

apt1 a,,,

.'.

a,," X"

-;I

=

F]

...

(3.3)
(49)

Sistem persamaan di atas dapat dituliskan dalam notasi matriks yang lebih

sederhana sebagai berikut:

(I-A) X = F

...

(3.4)

Jika terdapat pembahan dalam pennintaan akhir, maka persamaan matriks dapat dituliskan:

x=p-A)-'

Y

...

(3.5)

dimana :

I = Matriks identitas berukuran n

x

n yang memuat angka satu pada

diagonalnya dan no1 pada yang lainnya.

F

= permintaan akhir

X =output

(I -A) = matriks Leontief

(I - A)-' = matriks kebalikan Leontief

3.5. Analisis Keterkaitan

Analisis ini melihat dampak output dari kenyataan bahwa pada dasarnya

sektor-sektor dalaln perekonomian tersebut saling berpengaruh.

3.5.1. Keterkaitan ke Belakang (Backward Linkage)

Peningkatan output sektor i, merupakan akibat peningkatan permintaan

akhir sektor i sehingga meningkatkan penggunaan input produksi sektor i tersebut secara langsung. Peningkatan penggunaan input produksi tersebut dikarenakan

(50)

dimana:

B(d)j : keterkaitan ke belakang sektorj langsung aij : unsur matriks koefisien teknis

Peningkatan output suatu sektor juga akan menimbulkan pengaruh tidak

langsung di samping pengaruh langsung. Total pengaruh kenaikan satu unit moneter permintaan akhir terhadap seluruh sektor produksi ditunjukkan oleh

matriks kebalikan Leontif (I-A)". Dampak langsung dan tidak langsung dari

keterkaitan ke belakang ini disebut keterkaitan ke belakang total dan secara

matematis dapat ditulis sebagai berikut :

dimana:

B(d

+

i) : keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang (total backward lingkages) sektor j

ij : unsur matriks kebalikan Leontief model terbuka

Apabila diketahui nilai keterkaitan ke belakang langsung dan keterkaitan

totalnya maka kita akan dapat memperoleh nilai keterkaitan ke belakang tidak

langsung yang besamya merupakan selisih antara kedua nilai tersebut.

3.5.2. Keterkaitan ke Depan (Forwad Linkage)

Peningkatan output produksi sektor i akibat peningkatan permintaan akhir

(51)

Keterkaitan langsung ke depan suatu sektor dapat dirumuskan seperti di bawah ini:

Dimana:

F(d)i : keterkaitan ke depan sektor i langsung aij : unsur matriks koefisien teknis

Selanjutnya peningkatan tidak hanya berhenti di situ saja. Terdapat efek

lanjutan dari peningkatan output yang langsung tadi yaitu efek tidak langsung dari

keterkaitan ke depan. Efek langsung dan tidak langsung ke depan terjabarkan

dalam matriks kebalikan output (I-A)-'. Dapat disimpulkan bahwa efek total keterkaitan langsung ke depan merupakan penjumlahan efek langung ke depan

dengan efek tidak langsung ke depan.

Rumus untuk keterkaitan total ke depan (keterkaitan Iangsung dan tidak

langsung ke depan) yaitu:

dimana:

F ( d + i ) , : keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan (total forward

lingkages) sektor j

(52)

3.6. Analisis Dampak Penyebaran

Model 1-0 memulai dorongan dan pembangunan ekonomi dari sudut pandang permintaan akhir (Demand Side Economy), yaitu komponen konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal dan ekspor.

Analisis dampak penyebaran ini terbagi menjadi dua yaitu koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran. Koefisien penyebaran menunjukkan

kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertu~nbuhan sektor hulunya.

Koefisien penyebaran ini disebut juga indeks daya penyebaran ke belakang.

Sedangkan kepekaan penyebaran menunjukkan kemampuan suatu sektor untuk

mendorong pertumbuhan sektor hilirnya. Kepekaan penyebaran ini disebut indeks

daya penyebaran ke depan.

3.6.1. Indeks Koefisien Penyebaran

Indeks koefisien penyebaran menunjukkan kemampuan suatu sektor untuk

meningkatkan pertumbuhan sektor industri hulunya. Indeks koefisien penyebaran

sektor j dapat dirumuskan sebagai berikut :

dimana:

P4

: indeks koefisien penyebaran sektorj

a,

: unsur matriks kebalikan Leontif model terbuka

Jika indeks koefisien lebih besar dari satu berarti sektor tersebut

(53)

dari satu berarti menunjukkan bahwa daya penyebaran sektor tersebut lebih rendah d q i rata-rata.

3.6.2. Indeks Kepekaan Penyebaran

Indeks kepekaan penyebaran menunjukkan kemampuan suatu sektor untuk

meningkatkan pertumbuhan sektor industri hilirnya. Indeks koefisien penyebaran sektorj dapat dirumuskan sebagai berikut :

2%

j-1

Sd, = m

...

( 3 . 1 1 )

c2%i

j=1 j=1

dimana:

Sd;. : indeks koefisien penyebaran sektor i

aij

: unsur matriks kebalikan Leontif model terbuka

Jika indeks koefisien lebih besar dari satu berarti sektor tersebut

mempunyai kaitan ke depan yang tinggi atau output yang dihasilkan oleh sektor

tersebut merupakan komoditi antara (bahan baku bagi sektor perekonomian

lainnya). Namun jika indeks koefisien kurang dari satu berarti menunjukkan

bahwa daya penyebaran sektor tersebut lebih rendah dari rata-rata.

3.7. Analisis Pengganda (Multiplier)

Analisis pengganda dalam Input Output terbagi menjadi dua model yaitu

model terbuka dan tertutup. Analisis pengganda model terbuka, faktor rumah

tangga diperlakukan Sebagai faktor eksogen, angka pengganda yang dihasilkan

(54)

dengan model tertutup, rumah tangga diperlakukan sebagai faktor endogen. Angka pengganda yang dihasilkan disebut angka pengganda total (Total multiplier). Pengganda ini selain memperhitungkan dampak langsung dan tidak

langsung juga memperhitungkan dampak tambahan berupa indzrced effect, akibat masuknya rumah tangga sebagai suatu sektor dalam perekonomian.

Nilai-nilai multiplier biasa dan mzrltiplier total ini dapat ditentukan dengan

mendasarkan perhitungan dari matriks kebalikan Leontief. Nilai multiplier tipe I

dan tipe I1 dari multiplier output, pendapatan, dan tenaga kerja didapatkan dengan

membagi nilai multiplier biasa dan multiplier total dengan efek awai (koefisien

pendapatan atau koefisien tenaga kerja.

3.7.1. Analisis Pengganda Output (Multiplier) tipe I (Biasa)

Adanya peningkatan permintaan akhir (final demand) pada suatu sektor

akan meningkatkan output itu sendiri dan sektor-sektor lain dalam perekonomian.

Peningkatan output sektor-sektor lain ini tercipta akibat adanya efek langsung dan

tidak langsung (hubungan teknis antar sektor) dari peningkatan permintaan akhir.

Besarnya kelipatan perubahan output regional akibat perubahan permintaan akhir

suatu sektor dikenal dengan istilah angka pengganda output. Angka pengganda

output (suatu sektor) adalah nilai total dari ouput yang dihasilkan oleh

perekonomian untuk memenuhi (atau akibat) adanya perubahan suatu unit uang

permintaan akhir sektor tersebut.

Besarnya angka pengganda output untuk sektor ke-n di dalam

perekonomian dihitung dari penjumlahan kololn ke-n dari matriks Kebalikan

(55)

menggunakan notasi a ij bagi elemen matrik Kebalikan Leontief tersebut, angka

pengganda output didefinisikan:

n

0, = C a w

...

(3.12)

i=l

dimana :

0, : Multiplier Output Tipe I

a,i : Matriks Kebalikan Leontief Terbuka

3.7.2. Analisis Pengganda (Multiplier) Output tipe I1 (Total)

Analisis pengganda tipe I1 digunakan untuk melihat bagaimana pengaruh

kenaikan satu satuan permintaan akhir didalam perekonomian suatu wilayah

terhadap output sektor lain baik secara langsung maupun tidak langsung dengan

penambahan efek induksi rumah tangga. Perhitungan ntultiplier tipe 11 ini

dirumuskan sebagai berikut:

dimana: -

0, : Multiplier Output Tipe I1

-

: Matriks Kebalikan Leontief tertutup a,

3.7.3. Analisis Pengganda (Multiplier) Pendapatan Tipe I

Analisis mttltiplier pendapatan tipe I merupakan suatu analisis yang

dipergunakan untuk mengetahui bagaimana besamya peningkatan pendapatan

(56)

Hal ini berarti apabila satuan permintaan akhir naik sebesar satu satuan maka akan mengakibatkan terjadinya peningkatan total pendapatan rumah tangga seluruh

sektor dalam perekonomian sebesar nilai tnultiplier pendapatan sektor tersebut.

dimana :

I;.

:Multiplier pendapatan tipe I sektor i

:Multiplier pendapatan biasa sektor i

av : Matriks kebalikan Leontif terbuka

a,,+lj : Koefisien pendapatan sektor i

3.7.4. Analisis Pengganda (Multiplier) Pendapatan Tipe I1

Analisis multiplier pendapatan tipe I1 merupakan suatu analisis yang

dipergunakan untuk mengetahui bagaimana besarnya peningkatan pendapatan

seluruh sektor sebagai akibat peningkatan permintaan akhir sebesar satu satuan.

Hal ini berarti apabila satuan permintaan akhir naik sebesar satu satuan maka akan

mengakibatkan terjadinya peningkatan total pendapatan rumah tangga seluruh

sektor dalam perekonomian sebesar nilai multiplier pendapatan sektor tersebut.

Analisis ini dimaksudkan untuk perhitungan pengaruh langsung dan tidak

langsung dan juga menghitung pengaruh efek induksi rumah tangga (induce

(57)

-

- H j

y . I -- -

...

.(3.17)

a,+,

,

j

dimana :

-

Yj

: Multiplier pendapatan tipe I1 sektor i -

H j ; Multiplier pendapatan total sektor i

-

a,, : Matriks kebalikan Leontiftertutup : Koefisien pendapatan sektor i

3.7.5. Analisis Pengganda (Multiplier) Tenaga Kerja Tipe I

Analisis multiplier tenaga kerja tipe 1 merupakan suatu analisis yang

digunakan untuk mengukur besamya perubahan kesempatan kerja yang terjadi

pada selumh sektor dalam perekonomian yang dikarenakan penambahan

pemintaan akhir sebesar satu satuan baik secara langsung dan tidak langsung.

dimana :

4

: Multiplier tenaga kerja tipe I sektor i

E,

: Multiplier tenaga kerja biasa sektor i

aij : Matriks kebalikan Leontif terbuka

(58)

3.7.6. Analisis Pengganda (Multiplier) Tenaga Kerja Tipe I1

Analisis multiplier tenaga kerja tipe I1 merupakan suatu analisis yang digunakan untuk mengukur besamya perubahan kesempatan kerja yang terjadi pada seluruh sektor dalam perekonomian yang dikarenakan penambahan permintaan akhir sebesar satu satuan baik secara langsung dan tidak langsung dengan penambahan efek induksi rumah tangga.

dimana :

W j : Multiplier tenaga kerja tipe I1 sektor i

-

El : Multiplier tenaga kerja total sektor i

- -

a ,

as : Matriks kebalikan Leontif tertutup

w,+lj : Koefisien tenaga kerja

3.8. Koefisien Pendapatan (6)

Koefisien pendapatan menunjukkan besamya jumlah pendapatan yang

diterima oleh pekerja yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit output.

Koefisien pendapatan diperlukan untuk ~nencari dampak perubahan permintaan

(59)

dilnana :

ai

: koefisien pendapatan sektor i

a:

jumlah upah dan gaji

: jumlah input total sektor i

3.9. Koefisien Tenaga Kerja

(P)

Koefisien tenaga kerja menunjukkan besarnya jumlah tenaga kerja yang

diperlukan untuk menghasilkan satu unit output. Koefisien tenaga kerja

diperlukan untuk mencari dalnpak perubahan permintaan akhir terhadap

pembentukan tenaga kerja. Rumusnya adalah :

dimana :

/Ii

: koefisien tenaga kerja sektor i

Li

: jumlah tenaga ke rja sektor i

X,

: jumlah input total sektor i

3.10. Analisis Dampak Inve

Gambar

Tabel Input Output DKI Jakarta Tahun 2000 Transaksi Total Atas
Gambar 1.1 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Warga Konstan Menurut
Tabel 1.1. Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Jasa dan Sektor Non Jasa
Tabel 2.1. BentukUmum Tabel Transaksi Tabel Input Output dengan Dua
+6

Referensi

Dokumen terkait

(2) Mendiskripsikan strategi bentuk tuturan direktif guru dan siswa dalam pembelajaran yang berlatar belakang budaya jawa di SMP AL Qolam Gemolong. Jenis penelitian ini

Sikap apa saja yang harus dimiliki agar dapat terwujud kebersamaan di kelas?... Ayo

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat, hidayah dan ridho-Nya, Skripsi yang berjudul: “ Meningkatkan kemampuan mengarang mata

Pengalaman komunikasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sesuatu yang dialami individu dan berkaitan dengan aspek komunitas, meliputi proses, simbol maupun makna

Apakah ekstrak etanol rimpang kunyit (Curcuma domestica L) memiliki aktivitas antihiperpigmentasi secara in vivo pada kulit marmut Belanda (Cavia Porcellus) yang dipapar

Bahan Galian Golongan C adalah Bahan Galian yang bukan strategis dan bukan vital sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (1) huruf c Undang-Undang Nomor 11 Tahun

Sebagai salah satu alternatif pengolahan untuk menurunkan konsentrasi pencemar dengan parameter COD dan warna ini yang dapat dilakukan adalah pengolahan dengan menggunakan

Upaya guru dalam mengembangkan empati anak usia Taman Kanak-kanak dengan pembiasaan mengacu pada kurikulum yang menuangkan pembelajaran metode tematik yang di