• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis dan Interpretasi Male Gender Role dalam 24 Film Animasi Walt Disney Tahun 1970-2012

4.3 Temuan dan Analisis Data

4.3.6 Analisis dan Interpretasi Male Gender Role dalam 24 Film Animasi Walt Disney Tahun 1970-2012

Diagram 4.30 Male Gender Role dalam 24 Film Animasi Walt Disney

Berdasarkan tabel dan diagram di atas dapat diketahui bahwa diantara 24 male gender role messages menurut Harris, di dalam 24 film animasi Walt Disney yang telah diamati kategori male gender role yang memiliki frekuensi paling tinggi adalah bosses dengan frekuensi 515 yang terdiri dari role/peran gender pria adventurer, hurdles, control, president, sportsman, be like your father, dan warrior. Di urutan kedua yaitu standard bearers dengan frekuensi 232 yang terdiri dari role/peran gender pria scholar, nature lover, be the best you can, good samaritan. Pada urutan ketiga yaitu kategori lovers dengan frekuensi 201, yang terdiri dari peraan gender pria breadwinners, nurturer, faithful husband, dan playboy. Kategori male gender role di urutan keempat adalah rugged individuals dengan frekuensi 158 yang terdiri dari role/peran gender pria stoic, self-reliant, tough guy, dan rebel. Sedangkan kategori worker berada di urutan terakhir dengan frekuensi 119, yang terdiri dari role/peran gender pria technician, work ethic, money, dan law.

Pada penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh Thyssen “Representasi Maskulinitas dalam Buku Cerita Anak” (The Representations of Masculinity in Children’s Literature) dengan menggunakan teori 24 gender role messages milik Ian. M. Harris. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa hanya terdapat 16 male gender role dalam buku cerita anak yang ia teliti, dan

149

Universitas Kristen Petra male gender role yang paling dominan adalah nurturer. Sedangkan kategori male gender role yang paling dominan dalam penelitian Thyssen mulai dari urutan tertinggi yaitu standard bearers, lovers, bosses dan worker berada pada posisi yang sama, dan yanng terakhir adalah rugged individual. Meski hanya terdapat 16 male gender role dalam penelitian tersebut namun masing-masing dari 5 kategori male gender role telah terwakili.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada 24 film animasi Walt Disney dimana dari 24 film yang diamati terdapat sebanyak 23 male gender role dalam film dan yang dominan adalah adventurer, yang juga termasuk kategori/unit klasifikasi bosses. Bosses sendiri memiliki arti, pria yang menciptakan kepentingan dunia patriarki dalam segala hal, dimana mereka bisa menjadi seseorang yang dengan mencapai kekuatan untuk membuat keputusan yang mempengaruhi kehidupan orang lain. Pria bosses tidak senang ketika orang lain mengendalikan mereka (control), pria ambisius mendaki ke puncak struktur birokrasi, menjadi kepala perusahaan, dan pemimpin organisasi (president). Mereka berusaha untuk mengontrol perilaku orang lain seperti mendisiplinkan diri mereka sendiri. Pria menghadapi rintangan (hurdles), bersaing (sportsman), berani mengambil resiko (adventurer). Semakin besar kekuatan yang mereka miliki, semakin mereka dianggap 'pria sejati' (Harris, 1995, p.107-108).

Kategori bosses yang dominan ditampilkan oleh tokoh pria dalam film tampaknya juga tidak lepas dari para pembuat film animasi tersebut yaitu studio Walt Disney sendiri. Walt Disney merupakan sebuah studio animasi yang berada di Amerika, dan didirikan oleh Walt dan Roy Disney yang juga merupakan masyarakat Amerika. Mengingat bahwa masyarakat Amerika sendiri adalah masyarakat yang menganut sistem partriarki, maka saat pembuatan film-film Walt Disney, budaya partriarki tersebut secara tidak sadar ikut terbawa saat para pembuat film memproduksi suatu film. Hal tersebut dapat terlihat dari dominasi male gender role kategori bosses yang patriarki, dalam 24 film animasi Walt Disney yang diamati. Seperti yang dikatakan oleh Wood bahwa seperti budaya Barat lainnya, masyarakat Amerika adalah patriarkal. Dimana dalam budaya patriarki, ideologi, struktur, dan praktik diciptakan oleh laki-laki, dan karena Amerika didefinisikan oleh laki-laki, maka secara historis Amerika mencerminkan

150

Universitas Kristen Petra perspektif dan prioritas laki-laki (Wood, 2011, p.33). Hal lain secara tidak langsung dapat mempengaruhi dominasi budaya partriarki dalam film-film Disney adalah karena setelah Disney meninggal posisi CEO Walt Disney Company digantikan oleh Michael Eisner (1984-2004) dan Bob Iger (2005-sekarang) yang keduanya merupakan orang Yahudi (http://www.fundinguniverse.com/company-histories/the-walt-disney-company-history/). Dimana masyarakat Yahudi sendiri merupakan masyarakat dengan budaya partriarki yang sangat kuat. Seperti yang dikatakan oleh Fuchs (2000, p.66) bahwa selama lebih dari lima ratus tahun orang-orang Yahudi berkembang kompleks dan mereka membentuk nuansa yang sangat patriarki, dimana orang tua memainkan peran dalam membawa anak-anak ke dalam sistem ikatan laki-laki. Inti dari patriarki Yahudi adalah hak eksklusif laki-laki untuk menjadi satu-satunya pembuat keputusan utama (Fuchs, 2000, p.88). Meski para pimpinan/CEO Walt Disney Company tersebut tidak berhubungan langsung dengan proses pembuatan film animasi, namun budaya perusahaan yang berada dibawah pimpinan mereka (orang Yahudi yang partriarki) secara tidak sadar akan berpengaruh pada para karyawan perusahaan tersebut, bahkan pada saat proses pembuatan film.

Selain adanya budaya partriarki dalam Walt Disney, beberapa kebiasaan masyarakat Amerika lain nampaknya ada juga yang mempengaruhi pembuatan tokoh dalam film animasi Disney. Seperti yang dikatakan oleh Wood tentang boys’ games (permainan anak laki-laki), dimana anak laki-laki memainkan permainan yang kompetitif, memiliki tujuan yang jelas, melibatkan fisik, dan ditetapkan oleh aturan, peran dalam permainan dan bagaimana cara bermain (Wood, 2011, p.125). Permainan yang termasuk dalam boys’ games diantaranya adalah olahraga baseball, basketball, football, hockey, skateboarding, soccer, surfing, dan wrestling (Steinberg, Kehler, & Cornish, 2010, p.137). Dalam bermain game, anak laki-laki belajar untuk mencapai tujuan, bersaing untuk mendapatkan status, melakukan kontrol atas orang lain, mendapatkan perhatian dan menonjol (Wood, 2011, p.126). Istilah boy’s games yang dikemukakan oleh Wood sendiri bermula dari sebuah studi klasik yang dilakukan oleh Daniel Maltz dan Ruth Borker pada tahun 1982, studi tersebut dianggap sebagai awal munculnya wawasan tentang pentingnya anak-anak bermain dalam membentuk

151

Universitas Kristen Petra pola komunikasi. Dimana ketika mereka dikejutkan oleh dua hasil pengamatan yaitu: anak-anak hampir selalu bermain dalam kelompok seks terpisah dan anak perempuan maupun anak laki-laki cenderung untuk memainkan jenis permainan yang berbeda (Wood, 2011, p.126). Bermain dengan teman yang memiliki jenis kelamin (sex) yang sama, telah menjadi suatu norma untuk anak-anak di Amerika. Bahkan pada saat anak berusia dua atau tiga tahun (pada usia tersebut merupakan waktu dimana konsep gender berkembang dalam diri anak) menunjukkan preferensi untuk bermain bersama teman yang memiliki jenis kelamin (sex) yang sama (Wood, 2011, p.125).

Boys’ games (permainan anak laki-laki) ini juga ditampilkan pada 2 dari total 30 tokoh pria dengan peran sportsman dalam film yang digambarkan melakukan salah satu permainan tersebut, yaitu baseball. Secara tidak langsung adanya boys’ game (permainan anak laki-laki) sebagai salah satu budaya masyarakat Amerika ini juga mempengaruhi para pembuat film Disney saat membuat tokoh pria pada film-filmnya. Tidak hanya mempengaruhi peran gender pria sportsman (pria bersaing untuk mendapatkan kemenangan) saja, namun juga mempengaruhi pembuatan karakter tokoh dengan peran bagaimana seorang pria mencapai tujuan, berpikir strategi untuk meraih sukses, melakukan kontrol atas orang lain, mendapatkan perhatian dan menjadi menonjol/nomor satu.

Gambar 4.78 Boys’ game dalam film animasi Walt Disney

Sumber: Cuplikan Film Meet The Robinsons (20007) dan Chicken Little (2005) Selain boys’ game pembuatan tokoh pria dalam film juga dipengaruhi oleh sosok koboi yang ada pada masyarakat Amerika. Seperti yang dikatakan oleh Julia Deitermann dalam jurnalnya yang berjudul The American Western of The 1950s – An Analysis of Cowboy Culture Against The Background of The Era, bahwa, figur koboi sangat dimuliakan dan menjadi simbol dari semangat

152

Universitas Kristen Petra masyarakat Amerika, koboi adalah tokoh legenda di Amerika. Masyarakat Amerika mengagumi dia atas kebebasan, kejujuran, kerendahan hati, dan keberanian mereka (Deitermann, 2004, p.1). Hal tersebut juga tercermin dalam tokoh-tokoh pada 24 film Disney yang diamati. Seperti pada peran be the best you can yang termasuk dalam kategori standard bearers, yang merupakan kategori yang mendominasi kedua pada tokoh pria dalam 24 film animasi Walt Disney. Dimana dalam peran be the best you can pria berperilaku baik dengan memiliki moral yang baik, sopan, jujur, dan rendah hati.

Gambar 4.79 Male gender role be the best you can

Sumber: Cuplikan Film The Great Mouse Detective (1986), Treasure Planet (2002) dan Home On The Range (2004)

Pada gambar di atas dapat dilihat salah satu pengaruh sosok tokoh koboi yang menjadi legenda di Amerika yang mempengaruhi pembentukan peran/karakter tokoh dalam film. Dalam film tersebut tokoh-tokoh pria yang bersikap sopan, jujur dan rendah hati selalu berperilaku baik dengan membuka topi mereka dan membungkukkan badan, dimana topi yang digunakan oleh para tokoh dalam film tersebut juga serupa/sejenis dengan topi-topi para koboi. Hasil temuan data di atas juga didukung oleh pernyataan Cook (2012, p.1) yaitu, sosok koboi (yang merupakan bagian dari cerita rakyat/legenda) di negara barat telah

153

Universitas Kristen Petra menjadi sosok pahlawan laki-laki oleh industri film Hollywood melalui berbagai pengaturan sebuah alur cerita.

Melihat pada hasil penelitian ini dengan dominasi kategori bosses pada 24 film animasi Walt Disney yang diamati dapat dikatakan bahwa Walt Disney masih mendominasikan penampilan sosok peran gender pria tradisional/peran gender pria kasik (classic male gender role) dalam film-filmnya. Dimana sebanyak 15 dari 24 teori male gender role dalam yang termasuk dalam classical male gender role menurut Harris (1995, p.13) adalah adventurer, be the best you can, breadwinner, control, hurdles, money, playboy, president, self reliant, sportsman, stoic, superman, tough guy, warrior, dan work ethic, dimana ke 15 classical male gender role ini menggambarkan standar peran pria tradisional. Sedangkan 9 male gender role sisanya (be like your father, faithful husband, good samaritan, law, nature lover, nurturer, rebel, scholar, dan technician), adalah menunjukkan peran gender pria modern. Bahkan dalam kategori bosses yang terdiri dari 7 male gender role, 6 diantaranya yaitu adventurer, hurdles, control, president, sportsman, dan warrior, termasuk dalam clasiccal male gender role (peran pria tradisional).

Istilah peran pria tradisional dan modern sendiri berawal saat pria di abad 20 harus beradaptasi dengan teknologi yang sangat canggih, dimana pada empat puluh tahun yang lalu pada tatanan sosial partriarki, pria bisa mengandalkan istri mereka tinggal di rumah untuk mengurus anak. Namun dalam keluarga modern dengan ibu yang juga bekerja, banyak pria yang kemudian mengambil tanggung jawab sebagai pengasuh. Pada abad kedua puluh inilah, gagasan maskulinitas yang patriarkal menghadapi tantangan, dan kondisi ini kemudian diperhatikan oleh seorang peneliti yang bernama Joseph Pleck (Harris, 1995, p.17). Pleck kemudian membedakan antara peran gender pria tradisional (dengan ciri-ciri kekuatan fisik, perilaku impulsif, memperlihatkan emosi marah, dan ikatan pria kuat) dan peran gender pria modern (ditandai dengan keterampilan intelektual dan interpersonal, memiliki kedekatan emosional dengan perempuan, tidak mudah marah kemarahan, kontrol terhadap perilaku rasional, dan ikatan laki-laki lemah) (Harris, 1995, p.18).

154

Universitas Kristen Petra Diagram 4.31 Perbandingan Classical dan Modern Male Gender Role

dalam 24 Film Animasi Walt Disney

Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa classical male gender role/peran gender pria tradisional masih mendominasi dalam 24 film animasi Walt Disney dengan jumlah frekuensi 757 atau sebanyak 62%, dibanding peran gender pria modern, dengan jumlah frekuensi 468 atau sebanyak 38%. Hal tersebut menunjukkan bahwa, Disney ingin lebih menunjukkan pria yang memiliki peran gender pria tradisional pada para pemirsanya, dan tetap mengukuhkan bahwa seorang pria yang sejati harus memiliki/memenuhi peran gender pria yang tradisional. Dimana Disney menggambarkan pria yang memiliki peran gender pria tradisional dalam filmnya sebagai pria yang kuat secara fisik, memperlihatkan kemarahan mereka, pria yang suka mengontrol/mengendalikan orang lain, tegar, agresif, selalu berorientasi pada kesuksesan, dan macho.

Sedangkan pria dengan peran gender modern, lebih sedikit ditonjolkan oleh Disney dalam film-filmnya. Disney menampilkan pria yang memiliki peran gender modern, dalam filmnya sebagai pria yang lebih memiliki keterampilan intelektual (pandai), pria yang peduli pada orang lain, pria yang mencintai alam, dan pria yang memiliki kelemahan.

Selain itu, urutan kategori dan 24 male gender role (standard bearers, worker, lovers, bosses, rugged individual) yang digunakan dalam penelitian ini, menurut Harris (1995, p.184) merupakan urutan jenis peran gender pria dihargai oleh para pria menurut hasil survei yang ia lakukan pada pria dalam dunia nyata di

155

Universitas Kristen Petra masyarakat modern (dengan dominasi peran gender pria modern). Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan pada 24 film animasi Walt Disney, urutan male gender role menjadi bosses, standard bearer, lovers, rugged inividuals, worker (dengan dominasi peran gender pria tradisional). Hal inilah yang kemudian menyebabkan mengapa anak-anak merasa bahwa peran tokoh pria yang ada dalam film tidak sama seperti pria yang mereka jumpai di dunia nyata. Maka tidak heran jika pada penelitian yang dilakukan oleh sebuah lembaga Children Now, mengatakan bahwa anak-anak menganggap bahwa karakter laki-laki yang ada di televisi, video musik, dan film ternyata berbeda dengan teman, ayah, dan diri mereka sendiri (Children Now, 1999, p.8).

156

Universitas Kristen Petra

4.4 Crosstabulation (Tabulasi Silang)

4.4.1 Crosstab antara 24 Male Gender Role dengan Peran Tokoh Pria

Dokumen terkait