Sorotan Kinerja ERAA Periode 2017-2019
3. Rasio Aktivitas
3.10 Analisis Nilai Intrinsik Saham Dengan Menggunakan Pendekatan Price to Earning Ratio Pada PT Erajaya Swasembada Tbk Periode
2017-2019
Berdasarkan penjelasan mengenai analisis nilai intrinsik saham dan price to earning ratio sebelumnya, maka dapat dianalisis nilai intrinsik saham dengan menggunakan pendekatan price to earning ratio pada PT Erajaya Swasembada Tbk periode 2017-2019 yaitu:
Tabel 3.1
Perhitungan Price to Earning Ratio Pada ERAA Periode 2017-2019 Periode Harga Per
Sumber: Hasil Penelitian (Data Diolah) (2020)
1. Price to Earning Ratio (PER) 2017 =
= 6,28 kali
50
2018 =
= 8,03 kali 2019 =
= 19,51 kali
Berdasarkan tabel 3.1 perhitungan PER pada ERAA, tahun 2017 PER dari ERAA sebesar 6,28 yang artinya tiap Rp.1 laba yang dihasilkan perusahaan dihargai dengan Rp. 6,28 oleh pemilik saham. Pada tahun 2018 PER dari ERAA sebesar 8,03 yang artinya tiap Rp.1 laba yang dihasilkan perusahaan dihargai dengan Rp. 8,03 oleh pemilik saham. Lalu pada tahun 2019 PER dari ERAA sebesar 19,51 yang artinya tiap Rp.1 laba yang dihasilkan perusahaan dihargai dengan Rp. 19,51 oleh pemilik saham. Ini berarti bahwa para investor mau membeli saham ERAA dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan laba per lembar saham nya. Hal ini wajar karena perusahaan ERAA mempunyai kinerja (ROE, ROA, dan CR) yang bagus selama periode 2017-2019.
Dari tahun 2017 ke tahun 2018 PER dari ERAA mengalami kenaikan sebesar 1,75 dan dari tahun 2018 ke 2019 kembali mengalami kenaikan sebesar 11,48. Hal ini diakibatkan oleh menurunnya laba yang didapatkan ERAA tetapi
51 tingkat profitabilitas yang baik.
3. 1-Dividend Payout Ratio (DPR) 2017 = 1 - 0,17
52
ERAA pada tahun 2017 didistribusikan menjadi laba ditahan dan sisanya yaitu 17% dijadikan sebagai dividen (bagi hasil) kepada para pemegang saham. Lalu pada tahun 2018 laba ditahan dari ERAA adalah sebesar 0,88 atau 88% yang berarti sebanyak 88% laba ERAA pada tahun 2018 didistribusikan menjadi laba ditahan dan sisanya yaitu 12% dijadikan sebagai dividen kepada para pemegang saham. Namun pada 2019 laba ditahan ERAA adalah sebesar 0,50 atau 50% yang berarti sebanyak 50% laba ERAA pada tahun 2019 didistribusikan menjadi laba ditahan dan sisanya yaitu 50% dijadikan sebagai dividen kepada para pemegang saham. Hal ini menunjukkan terjadi kenaikan tingkat dividend payout ratio (DPR) pada perusahaan ERAA yang dapat menjadi sinyal positif untuk para calon investor.
4. Tingkat Pertumbuhan Dividen yang Diharapkan (g) 2017 = 0,09 x 0,83
= 0,08 2018 = 0,18 x 0,88
= 0,16 2019 = 0,07 x 0,50
= 0,03
53
sebesar 0,03 atau 3% yang berarti diharapkan terjadi kenaikan dividen dari ERAA sebesar 3% pada tahun 2020.
5. Estimasi Laba (E1) 2017 = 91 (1 + 0,08)
= 97,83
2018 = 117 (1 + 0,16)
= 135,51
2019 = 274 (1 + 0,03)
= 283, 53
Dapat dilihat dari perhitungan E1 diatas, E1 dari ERAA pada tahun 2017 adalah Rp. 97,83 per lembar sahamnya. Lalu pada tahun 2018 adalah Rp. 135,51 per lembar sahamnya dan pada tahun 2019 adalah Rp. 283,53 per lembar sahamnya. Hal ini menunjukkan selalu terjadi kenaikan tiap periode yang dikarenakan laba tahun sebelumnya (E0) juga selalu mengalami kenaikan sehingga estimasi laba pun meingkat.
6. Nilai Intrinsik Saham (P0) 2017 = 97,83 x 6,28
= 614,56 2018 = 135,51 x 8,03
= 1.088,07 2019 = 283,53 x 19,51
=5.531,89
54
Tabel 3.2
Perhitungan Nilai Intrinsik Saham Dengan Menggunakan Pendekatan PER Pada ERAA Periode 2017-2019
Tahun ROE 1 - DPR g E0 E1 P0
2017 0,09 0,83 0,08 91 97,83 614,56
2018 0,18 0,88 0,16 117 135,51 1.088,07
2019 0,07 0,50 0,03 274 283,53 5.531,89
Sumber: Hasil Penelitian (Data Diolah) (2020)
Berdasarkan tabel 3.2 pada tahun 2017 nilai intrinsik saham ERAA sebesar 614,56 yang artinya pada tahun 2017 harga wajar per lembar saham ERAA adalah sebesar Rp. 614,56. Pada Tahun. 2018 nilai intrinsik saham dari ERAA sebesar 1.088,07 yang artinya pada tahun 2018 harga wajar per lembar saham ERAA adalah sebesar Rp. 1.088,07. Lalu pada tahun 2019 nilai intrinsik saham dari ERAA sebesar 5.531,89 yang artinya pada tahun 2019 harga wajar per lembar saham ERAA adalah sebesar Rp. 5.531,89.
Dari tahun 2017 ke tahun 2018 nilai intrinsik saham ERAA mengalami kenaikan sebesar 473,51 dan dari tahun 2018 ke tahun 2019 nilai intrinsik saham ERAA kembali mengalami kenaikan sebesar 4.443,82. Hal ini disebabkan oleh kenaikan harga saham dan PER tiap tahun nya sehingga mempengaruhi besarnya E0 dan PER dalam menghitung nilai intrinsik saham (P0) tiap tahun nya.
Tabel 3.3
Analisis Nilai Intrinsik Saham Dengan Menggunakan Pendekatan PER Pada
55
Berdasarkan tabel 3.3 pada tahun 2017 kondisi saham ERAA adalah overvalued karena harga per lembar sahamnya lebih besar daripada nilai intrinsik sahamnya. Lalu pada tahun 2018 kondisi saham ERAA juga overvalued karena harga per lembar sahamnya lebih besar daripada nilai intrinsik sahamnya. Namun pada tahun 2019 kondisi saham ERAA adalah undervalued karena harga per lembar sahamnya lebih kecil dibandingkan dengan nilai intrinsik sahamnya.
Kondisi saham ERAA pada tahun 2017 adalah overvalued, disebabkan oleh meningkatnya laba per lembar saham (EPS) ERAA dari Rp. 91 ke Rp. 117 dimana melebihi dari estimasi EPS (E1) ERAA di tahun 2017 yaitu sebesar Rp.
97,83. Hal ini menyebabkan meningkatnya kepercayaan investor terhadap saham ERAA dan membuat harga saham naik hingga berada di atas harga wajar nya.
Pada tahun 2018 kondisi saham ERAA juga overvalued, juga disebabkan oleh kenaikan laba per lembar saham (EPS) ERAA dari Rp. 117 ke Rp. 274 dimana melebihi dari estimasi EPS (E1) ERAA di tahun 2018 yaitu sebesar Rp. 135,5. Hal ini menyebabkan meningkatnya kepercayaan investor untuk membeli saham ERAA dan membuat harga saham naik hingga di atas harga wajar nya. Namun pada tahun 2019, kondisi saham ERAA adalah undervalued hal ini disebabkan karena terjadi penurunan laba per lembar saham (EPS) yang sangat besar dari Rp.
274 ke Rp. 92 dimana jauh berada dibawah estimasi EPS (E1) ERAA di tahun 2019 yaitu sebesar Rp. 283,53. Adapun penyebab penurunan laba ERAA pada tahun 2019 yang pertama karena terjadi penurunan penjualan terutama pada smartphone dan tablet. Dengan menurunnya penjualan akan sangat mempengaruhi penurunan laba bersih yang terjadi. Lalu yang kedua adalah terjadi
56
kenaikan biaya atau beban terutama pada beban keuangan. Dimana terjadi kenaikan beban bunga bank yang harus dibayarkan oleh ERAA pada tahun 2019.
Dengan meningkatnya beban yang harus dibayarkan maka akan sangat mempengaruhi penurunan laba bersih yang terjadi.
Hal ini yang menyebabkan menurunnya kepercayaan dari investor dan membuat banyak investor menjual saham ERAA ataupun menunda untuk membeli saham ERAA dan membuat penurunan harga saham ERAA hingga di dibawah harga wajarnya.
Berdasarkan penjelasan diatas adapun pengambilan keputusan dalam keputusan investasi adalah sebagai berikut
Tabel 3.4
Keputusan Investasi Melalui Analisis Nilai Intrinsik Saham Dengan Menggunakan Pendekatan PER pada ERAA Periode 2017-2019
Tahun Kondisi Saham Keputusan Investasi
2017 Overvalued Menjual saham (jika
mempunyai saham nya) dan tidak membeli saham (jika belum mempunyai saham nya)
2018 Overvalued Menjual saham (jika
mempunyai saham nya) dan tidak membeli saham (jika belum mempunyai saham nya)
2019 Undervalued Tidak menjual saham
57
jika mempunyai saham nya dan tidak membeli saham jika belum mempunyai saham nya. Hal itu karena dengan kondisi saham yg overvalued menandakan harga saham tersebut lebih mahal dari dari harga wajarnya sehingga lebih baik mencari saham lain yang undervalued sehingga meningkatkan potensi untuk mendapatkan capital gain dan dividen yg lebih maksimal. Sedangkan pada tahun 2019 kondisi saham ERAA adalah undervalued. Adapun keputusan investasi yang tepat adalah tidak menjual saham jika mempunyai saham nya dan membeli saham jika belum mempunyai saham nya. Hal itu karena dengan kondisi saham yg undervalued menandakan harga saham tersebut lebih murah dari harga wajarnya sehingga dengan membeli saham ini investor berpotensi lebih untuk mendapatkan capital gain dan dividen yang lebih maksimal.
58
BAB IV