• Tidak ada hasil yang ditemukan

Megaupload berada di Hongkong sedangkan yang melawan adalah Amerika

Serikat dan bahkan dalam penangkapan para terdakwa Amerika Serikat dapat melibatkan kordinasi dengan Selandia Baru. Indonesia sendiri harus memiliki kekuatan yang sama dalam menegakan hukumnya di luar yuridiksinya.

2.6.2. Analisis Ius Quasitum Tertio dan Kaitan Hukumnya Dalam Kasus Megaupload

Ius Quasitum Tertio dalam kasus Megaupload melibatkan pihak ketiga yang dapat dikatakan pihak diluar yang kepentingannya secara tidak langsung terlibat dalam suatu perkara. Dalam kasus Megaupload sendiri pihak ketiga yang terlibat adalah pemegang hak cipta atas data dan informasi yang disebarluaskan tanpa izin dari si pemegang hak cipta yang tujuannya untuk kepentingan komersial. Dari kasus Megaupload konten-konten pihak ketiga yang berupa data dan informasi

disebarluaskan oleh Megaupload dengan memanfaatkan layanan penyimpanan yang diunggah oleh para penggunanya atau user kedalam server Megaupload.

Bila dilihat dalam sistem hukum Pancasila atau hukum Indonesia perbuatan yang dilakukan Megaupload berpusar dalam dua ranah yaitu hukum telematika dan hukum hak kekayaan intelektual. Perlu dijelaskan bahwa dasar hukum mengenai pihak ketiga. Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa dalam KUHAPerdata Pasal 1341 menyatakan Hak-hak yang diperoleh pihak ketiga dengan itikad baik atas barang-barang yang menjadi obyek dan tindakan yang tidak sah, harus dihormati. Untuk mengajukan batalnya tindakan yang dengan cuma-cuma dilakukan debitur, cukuplah kreditur menunjukkan bahwa pada waktu melakukan tindakan itu debitur mengetahui bahwa dengan cara demikian dia merugikan para kreditur, tak peduli apakah orang yang diuntungkan juga mengetahui hal itu atau tidak. Dan kepentingannya pihak ketiga harus ada unsur yang dirugikan yang diatur di dalam KUHAPerdata Pasal 378. Namun ranah hukum yang mengarah yang akan dijadikan hukum untuk membuktikan bahwa tindakan yang dilakukan oleh

Megaupload diatur sedimikian rupa dengan mengacu pada hukum telematika yang

kemudian mengarah kepada hak kekayaan intelektual.

Sesungguhnya ranah dalam permasalahan kasus Megaupload masuk dalam kategori hukum telematika mengingat aspek-aspek yang dirugikan mengandung unsur teknologi dan informatika namun ada ketentuan dari Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik No.11 Tahun 2008 j.o Pasal 25 yang menyatakan: “Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang disusun menjadi karya intelektual, situs internet, dan karya intelektual yang ada di dalamnya

dilindungi sebagai Hak Kekayaan Intelektual berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan. Dalam perundang-undangan yang baru Undang-Undang No.19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No.11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik ayat 1 dan 2 menjadi dasar hukum atas penggunaan data pribadi. Pada pasal satu merumuskan penggunaan setiap informasi melalui media elektronik yang menyangkut data pribadi seseorang harus dilakukan atas persetujuan Orang yang bersangkutan dan pasal 2 menjadi dasar gugatan ganti rugi yang bisa dilakukan oleh pihak ketiga yang merumuskan: Setiap Orang yang dilanggar haknya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat mengajukan gugatan atas kerugian yang ditimbulkan berdasarkan Undang-Undang ini.

Kepentingan pihak ketiga dalam kasus Megaupload bila dilihat secara lebih dalam dan dengan kaitannya terhadap telematika mengarah kepada hukum kekayaan intelektual dengan undang-undang hak cipta sebagai lex specialis yang menjadi dasar undang-undang dalam kasus Megaupload. Undang-undang No.28 Tahun 2014 tentang hak kekayaan intelektual mengatur mengenai data dan informasi elektronik yang memiliki hak cipta yang dimiliki dan didaftarkan oleh si pemegang hak cipta. Dari kasus Megaupload kita masuk ke bagian hak ekonomi yang di langgar oleh Megaupload dalam hal distribusi atau penyebarluasan, dalam Pasal 9 ayat 2 dan 3 dengan jelas diatur: Pasal (2) Setiap Orang yang melaksanakan hak ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mendapatkan izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta. Pasal (3) Setiap Orang yang tanpa izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta dilarang melakukan Penggandaan dan/atau Penggunaan

Secara Komersial Ciptaan26. Namun Megaupload tanpa persetujuan pemegang hak cipta menyebarluaskan begitu banyak konten data dan informasi yang dilindungi hak ciptanya Dengan jelas kepentingan pihak ketiga telah dirugikan. Satu hal yang bagus dari undang-undang hak kekayaan intelektual ini adalah keterlibatan hak cipta secara international dimana undang-undang ini juga berlaku bagi warga negara asing yang hak ciptanya dilanggar sehingga memberikan keadilan hukum bagi semua orang. Keberlakuan undang-undang hak cipta terhadap subyek hukumnya diatur didalam Pasal 2 yang menyatakan:

Undang-Undang ini berlaku terhadap: a. semua Ciptaan dan produk Hak Terkait warga negara, penduduk, dan badan hukum Indonesia; b. semua Ciptaan dan produk Hak Terkait bukan warga negara Indonesia, bukan penduduk Indonesia, dan bukan badan hukum Indonesia yang untuk pertama kali dilakukan Pengumuman di Indonesia; c. semua Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait dan pengguna Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait bukan warga negara Indonesia, bukan penduduk Indonesia, dan bukan badan hukum Indonesia dengan ketentuan: 1. negaranya mempunyai perjanjian bilateral dengan negara Republik Indonesia mengenai pelindungan Hak Cipta dan Hak Terkait; atau 2. negaranya dan negara Republik Indonesia merupakan pihak atau peserta dalam perjanjian multilateral yang sama mengenai pelindungan Hak Cipta dan Hak Terkait.

Selain itu undang-undang hak cipta juga mengatur pengaturan hak cipta terhadap karya elektronik pada Pasal 54 yang mengatur tentang pencegahan

terhadap pelanggaran hak cipta dan hak terkait melalui sarana teknologi informasi dimana peran pemerintah terlibat didalamnya:

a. pengawasan terhadap pembuatan dan penyebarluasan konten pelanggaran Hak Cipta dan Hak Terkait;

b. kerja sama dan koordinasi dengan berbagai pihak, baik dalam maupun luar negeri dalam pencegahan pembuatan dan penyebarluasan konten pelanggaran Hak Cipta dan Hak Terkait; dan

c. pengawasan terhadap tindakan perekaman dengan menggunakan media apapun terhadap Ciptaan dan produk Hak Terkait di tempat pertunjukan.

Keterlibatan pemerintah menjadi poin utama didalam menjamin hak-hak pihak ketiga yang kepentinganya akan hak ciptanya dilanggar sehingga kepastian hukum nyata di dalam hukum Indonesia. Namun dalam undang-undang ITE dan hak cipta tidak memberikan jawab terhadap penegakan hukum yang tegas yang dapat mengikat pihak yang melanggar hak cipta dan menyebarluaskannya di internet melalui cloud computing. Kasus Megaupload mencerminkan betapa kuatnya dan hebatnya penegakan hukum oleh Amerika dalam menerapkan hukumnya bukan hanya secara preventif, pemblokiran, dan penutupan yang diatur dalam Pasal 56 ayat 1 Undang-Undang Hak Cipta Indonesia melainkan juga menangkap pelanggar dan penyebar tersebut yang berada diluar negeri. Lebih dari itu bahkan pengadilan Amerika dapat merampas asset Megaupload dan kekayaan pribadi para terdakwa Indonesia sendiri kiranya dapat melakukan hal yang sama.

Salah satu hal yang belum dimiliki oleh perundang-undangngan Indonesia dalam hak cipta adalah pengaturan terhadap sistem pelindungan terhadap

pengelakan teknologi (Circumvention of copyright protection systems) yang membuat data dan informasi elektronik mengalami penguncian penuh sehingga pemilik hak cipta tidak bisa mengakses atau mengetahui isi file tersebut. Dalam hal ini kerugian yang ditimbulkan bila suatu data dan informasi yang dilindungi hak cipta dilindungi oleh sebuah sistem teknologi pencegah dan tidak bisa dihapus oleh pemilik hak cipta. Pemilik teknologi ini bisa menyebarluaskan data dan informasi yang terkunci tersebut dengan cara tertentu yang hanya bisa dilihat atas izin pemilik teknologi tersebut yang bisa dikatakan penyebarluasan bisa terus terjadi tanpa terdeteksi atau diketahui oleh pemegang hak cipta. Dalam Undang-Undang Hak Cipta Amerika Serikat Title 17 pada bab 12 pasal 1201 merumuskan larangannya: (a) Violations Regarding Circumvention of Technological Measures.—(1)(A) No person shall circumvent a technological measure that effectively controls access to a work protected under this title. The prohibition contained in the preceding sentence shall take effect at the end of the 2-year period beginning on the date of the enactment of this chapter. Hal diatas perlu diadopsi Indonesia agar mendapatkan perlindungan yang maksimal dan penegakan yang menjamin diikuti oleh perkembangan zaman yang begitu pesat.

Dokumen terkait