HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4. Struktur Persamaan – IV:
5.1.7. Pengujian Hipotesis 1. Uji Simultan (Uji F)
4.1.8.3. Analisis Jalur (Path Analysis) dan Dekomposisi
Analisis jalur (path analysis) dalam penelitian ini diilustrasikan melalui diagram jalur (path analysis) seperti terlihat pada Gambar berikut ini.
Gambar 5.1. Diagram Jalur Hubungan Variabel Struktur Kewenangan Formal (X1), Karakteristik SIKD (X2), Peranan manajerial dalam PKD (X3), Struktur Kewenangan Informal (X4), Cost Consciousness (Z) dan Kinerja Manajerial di Jajaran Pemerintah Kota Medan (Y)
X
1X
2X
3Z Y
10.78X
4 -0.084 -0.212 0.315 -0.274 -0.078 0.409 0.586 0.104 0.140 10.82 2.64Sumber : Struktur Persamaan 1 s.d 3.
Untuk mengetahui pengaruh langsung, tidak langsung dan pengaruh total, selanjutnya dilakukan transformasi koefisien jalur sebagaiman terlihat pada Gambar 5.1. di atas, kedalam tabel analisis dekomposisi dibawah ini.
Tabel 5.18. Analisis Dekomposisi Pengaruh Struktur Kewenangan Formal (X1), Karakteristik SIKD (X2), Peranan manajerial dalam PKD (X3), Struktur Kewenangan Informal (X4), terhadap Kinerja Manajerial di Jajaran Pemerintah Kota Medan (Y), baik secara langsung maupun melalui Cost Consciousness (Z) sebagai Variabel Intervening
Pengaruh Antar Variabel
Pengaruh Langsung
(DE) Tidak Langsung (IE)
Z ← X1 0.409 - Z ← X2 0.586 - Z ← X3 0.104 - Z ← X4 0.140 - Y ← Z 0.315 - Y ← X1 -0.078 (0.409) * (0.315)= 0.129 Y ← X2 -0.274 (0.586) * (0.315)= 0.185 Y ← X3 -0.084 (0.104) * (0.315)= 0.033 Y ← X3 -0.212 (0.140) * (0.315)= 0.044 Sumber : Gambar 5.1.
Tabel di atas menjustifikasi bahwa :
1. Koefisien regresi pengaruh langsung struktur kewenangan formal terhadap kinerja manajerial di Jajaran Pemerintah Kota Medan sebesar – 0.078 < pengaruh tidak langsungnya atau melalui cost consciousness sebagai variabel intervening, yaitu sebesar 0.129. Artinya pengaruh negatif struktur kewenangan formal terhadap kinerja manajerial di Jajaran Pemerintah Kota Medan akan berubah menjadi positif apabila melalui cost consciousness sebagai variabel intervening.
2. Koefisien regresi pengaruh langsung karakteristik SIKD terhadap kinerja manajerial di Jajaran Pemerintah Kota Medan sebesar – 0.274 < pengaruh tidak langsungnya atau
melalui cost consciousness sebagai variabel intervening, yaitu sebesar 0.185. artinya pengaruh negatif karakteristik SIKD terhadap kinerja manajerial di Jajaran Pemerintah Kota Medan akan berubah menjadi positif apabila melalui cost consciousness sebagai variabel intervening.
3. Koefisien regresi pengaruh langsung peranan manajerial dalam PKD terhadap kinerja manajerial di Jajaran Pemerintah Kota Medan sebesar – 0.084 < pengaruh tidak langsungnya atau melalui cost consciousness sebagai variabel intervening, yaitu sebesar 0.033. Artinya pengaruh negatif peranan manajerial dalam PKD terhadap kinerja manajerial di Jajaran Pemerintah Kota Medan akan berubah menjadi pengaruh yang positif, bila diregresikan melalui cost consciousness sebagai variabel intervening. 4. Koefisien regresi pengaruh langsung struktur kewenangan informal terhadap kinerja
manajerial di Jajaran Pemerintah Kota Medan sebesar – 0.212 < pengaruh tidak langsungnya atau melalui cost consciousness sebagai variabel intervening, yaitu sebesar 0.044. Artinya pengaruh negatif struktur kewenangan informal terhadap kinerja manajerial di Jajaran Pemerintah Kota Medan akan berubah menjadi pengaruh yang positif, bila diregresikan melalui cost consciousness sebagai variabel intervening.
Berdasarkan keempat interpretasi di atas, maka dapat dijustifikasi hipotesis kedua dalam penelitian ini yang menyatakan : “Terdapat pengaruh struktur kewenangan formal, karakteristik SIKD, peranan manajerial dalam PKD dan struktur kewenangan informal terhadap kinerja manajerial di Jajaran Pemerintah Kota Medan melalui cost consciousness
5.2. Pembahasan
Penelitian ini meneliti tentang pengaruh struktur kewenangan formal, karakteristik Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD), peranan manajerial dalam Pengelolaan Keuangan Daerah (PKD) terhadap kinerja manajerial di Jajaran Pemerintah Kota Medan, baik secara simultan maupun secara parsial, baik secara langsung maupun melalui cost consciousness sebagai variabel intervening.
Pengaruh Langsung Struktur Kewenangan Formal (X1), Karakteristik SIKD (X2), Peranan Manajerial dalam PKD (X3) dan Struktur Kewenangan Informal (X4) terhadap Kinerja Manajerial di Jajaran Pemerintah Kota Medan.
Kinerja manajerial dimaksud dalam penelitian dikembangkan dari definisi Mulyadi (1999), yaitu hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing – masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggaran hukum dan sesuai dengan moral maupun etika. Sedangkan alat ukur yang digunakan untuk mengukur kinerja manajerial dalam penelitian ini diadopsi dari 7 (tujuh) indikator Mahoney, dkk, dalam Karo-Karo (2009), yaitu perencanaan, investigasi, koordinasi, evaluasi, supervisi, pemilihan staf dan negosiasi.
Hasil analisis distribusi frekuensi ketujuh indikator kinerja manajerial dalam penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan dan beranggapan kegiatan manajerial bidang perencanaan, investigasi, koordinasi, evaluasi, supervisi, pemilihan staf, negosiasi dan perwakilan di Jajaran Pemerintah Kota Medan berada pada kriteria sangat tidak baik. Namun demikian, bila dilihat dari nilai skor rata – ratanya, yaitu sebesar 18.45 dengan standar deviasi 10.86, lebih besar dari nilai median antara skor
maksimum kurang baik 21 dan skor maksimum baik 14, yaitu 17.5, mengindikasikan fenomena adanya kecenderungan membaiknya kinerja manajerial di jajaran Pemerintah Kota Medan.
Kinerja manajerial dalam penelitian merupakan variabel terikat yang variansnya diduga dipengaruhi oleh varians variabel terikat struktur kewenangan formal, karakteristik SIKD, peranan manajerial dalam PKD, struktur kewenangan informal dan varians variabel
interveningcost consciousness. Dugaan ini didasarkan atas teori Tiffin dan Cormick dalam Srimulyo (1999) mengidentifikasi faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja manajerial, yang satu diantaranya adalah variabel organisasional yang memuat struktur kewenangan, karakteristik sistem informasi akuntansi keuangan daerah dan peran manajerial dalam pengelolaan keuangan.
Hasil uji F (secara simultan) dalam penelitian ini menemukan bahwa secara simultan Struktur Kewenangan Formal (X1), Karakteristik SIKD (X2), Peranan Manajerial dalam PKD (X3) dan Struktur Kewenangan Informal (X4) berpengaruh langsung tidak signifikan terhadap Kinerja Manajerial di Jajaran Pemerintah Kota Medan. Justifikasi ini didasarkan atas nilai Fhitung 1.620 < nilai Ftabel df1/df2 pada α5% sebesar 2.44 dan nilai sig Fhitung 0.172 > α5%. Temuan ini tidak sejalan dengan teori Tiffin dan Cormick dalam Srimulyo (1999) dan temuan penelitian Abernethy dan Lilis (2001) yang menemukan terdapat independensi yang signifikan antara pemilihan strategi, struktur dan kinerja pengukuran desain sistem didalam meningkatkan kinerja. Penelitian ini juga tidak sejalan dengan temuan penelitian Ranitawati (2004) yang menemukan sistem informasi berpengaruh positif terhadap kinerja manajer. Hermaningsih (2009) yang menemukan ada pengaruh positif signifikan peran manajerial pengelola keuangan daerah terhadap kinerja
pemerintah daerah. Semakin tinggi peran manajerial pengelola keuangan daerah maka akan semakin meningkatkan kinerja pemerintah daerah.
Pengaruh langsung secara parsial Struktur Kewenangan Formal (X1), Karakteristik SIKD (X2), Peranan Manajerial dalam PKD (X3) dan Struktur Kewenangan Informal (X4) terhadap Kinerja Manajerial di Jajaran Pemerintah Kota Medan akan diuraikan lebih lanjut pada sub-sub bab berikut ini.
5.2.1.1.Pengaruh Langsung Struktur Kewenangan Formal terhadap Kinerja