• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Jaringan Drainase

Dalam dokumen 8.1. Pengembangan Permukiman (Halaman 50-58)

Agar jaringan drainase yang direncanakan dan dilaksanakan maka setiap perencanaan yang dilakukan harus bersinergi dengan jaringan drainase yang sudah ada baik tersier, sekunder maupun primer, sehingga tidak ada satupun saluran

drainaseyang terputus dengan jaringan drainse lainnya. Oleh karena itu maka master plandrainase perlu lebih disempurnakan dan disosialisasikan keberdaannya bagi seluruhlapisan masyarakat.

4.5.8.4 Analisis Ekonomi

Seluruh tahapan pembangunan sistem drainase, mulai dari studi dan perencanaanrinci sampai pelaksanaan fisik dan siap dioperasasikan, direncanakan selesai dalamjangka waktu empat tahun. Umur teknis bangunan diperkirakan 50 tahun terhitung

sejak dimulainya operasi.Biaya pembangunan terdiri dari biaya dasar pembangunan (investasi awal), biayaoperasi, pemeliharaan dan penggantian (O/M & R). Sedangkan keuntungan yangdiperoleh berasal dari hilangnya kerugian banjir dengan adanya pembangunan sistemdrainase.

4.5.8.5 Alternatif Penyelesaian Masalah

Pembangunan drainase berupa saluran dengan berbagai type pada masing-masingkawasan/areal/lingkungan permukiman, serta normalisasi DAS berupa tanggultergantung dari debit banjir dan luas areal kawasan. Sedang pada daerah hilir didekatmuara dipasang klep otomatis yang bertujuan untuk mengatasi masuknya air laut padasaat pasang.

4.5.8.6 Rekomendasi

Untuk menyelesaikan masalah banjir di Kabupaten Jeneponto selama ini makaperlu penanganan secara sinergis terutama masyarakat dan pemerintah denganmemperhatikan segala yang terkait terutama aspek teknis dan berorientasi padapembangunan berkelanjutan. Maka rekomendasi yang tertuang dalam Master PlanDrainase kota Jeneponto antara lain :

 Normalisasi saluran drainase pada jalan poros provinsi sepanjang 13.044 meter.

 Pembuatan drainase baru pada jalan lingkar dan jalan lingkungan (ruas dalam kota)sepanjang 12.300 meter.

 Normalisasi (peninggian) tanggul pada sungai Belokallong sepanjang 2.400 meter.

 Normalisasi (peninggian) tanggul pada sungai Tangnga-Tangnga sepanjang 1.500meter.

4.5.9.1 Usulan dan Prioritas Program

Usulan prioritas program untuk jaringan drainase :

 Pembangunan saluran drainase di wilayah/kawasan yang belum mempunyai salurandrainase.

 Rehabilitasi saluran drainase di wilayah/kawasan yang mengalami kerusakan.  Rehabilitasi dan pembangunan drainase di semua kawasan sebagai

saluranpengendali banjir.

 Pembangunan Bronjong/talud/tanggul didaerah bantaran sungai khususnya diKecamatan Turatea Desa Paitana.

 Pembangunan dan rehabilitasi drainase jalan. 4.5.9.2 Usulan dan Prioritas Kegiatan

 Pembangunan dan rehabilitasi saluran drainase di setiap

wilayah/daerah/kawasan/lingkungan permukiman.

 Pembangunan dan rehabilitasi saluran drainase di sekitas Daerah Aliran Sungai(DAS).

 Normalisasi (peninggian) tanggul di daerah rawan banjir. 4.5.9.3 Pembiayaan Kegiatan

Sumber dana yang diharapkan dalam pembangunan saluran drainase, diharapkandari pemerintah daerah melalui dana APBD, dana APBD propinsi maupun dari dana APBNdan juga partisipasi masyarakat.

4.6. Analisis Investasi Pengembangan Air Minum 4.6.1. Petunjuk Umum

Air bersih merupakan kebutuhan pokok manusia dari beberapa kebutuhan pokoklainnya dalam melangsungkan penghidupannya. Berdasarkan tingkat kebutuhan airbersih digunakan pedoman dari Program P3KT. Dimana sasaran estimasi kebutuhan airbersih dikategorikan berdasarkan jumlah penduduk pendukung dan kebutuhan aktivitas

perkotaan (fasilitas umum dan sosial). Namun pada bagian ini hanya dibatasi padatingkat kebutuhan air bersih untuk lingkungan permukiman penduduk.Dengan demikian maka kebutuhan air bersih untuk perumahan digolongkan ke dalamkebutuhan per jiwa penghuni (jumlah penduduk). Jika diasumsikan bahwa tiap

1 unitrumah tangga dihuni oleh 1 KK dengan 5 jiwa, tiap 1 jiwa membutuhkan lebih kurang 60liter/orang/hari.

4.6.2. Gambaran Kondisi Pelayanan Air Minum

4.6.2.1. Gambaran Umum Sistem Penyediaan dan Pengolahan

Dalam penyediaan air minum sebagai kebutuhan pokok manusia dimana dalamsuatu wilayah/daerah pasti memiliki tingkat kemampuan dan kebutuhan yang berbeda.Di wilayah perkotaan misalnya, kebutuhan akan air minum bersumber dari PDAM danuntuk wilayah pedesaan kebutuhan akan air minum bersumber dari sumur gali atau

sungai.

Lokasi sasaran RPIJM dalam hal ini tersebar di 11 ( sebelas ) kecamatan , sumberair minum yang dikonsumsi setiap hari bersumber dari sumur gali dengan kualitas airyang masih diragukan tingkat kesehatannya. Di Kabupaten Jeneponto dimanamasyarakatnya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya untuk air bersih juga bersumber dari sumur gali dengan kualitas airnya terasa agak asin karena dekat dengan pantai.

Selain itu terdapat juga beberapa lingkungan perumahan yang mendapat jatah akan airbersih dari PDAM namun kendala yang dihadapi oleh masyarakat mengenaipelayanannya yang tidak ditentukan karena air bersih dari PDAM tersebut diangkut oleh

kendaraan dan ditampung dalam bak penampungan di lingkungan masyarakat. Dari hasilsurvey lapangan mengenai tingkat kebutuhan dengan sistem tersebut dinilai belumdapat memenuhi kebutuhan hidup masyarakat akan air bersih. Dengan demikian di tigakecamatan tersebut keberadaan akan sumber air bersih sangat dibutuhkan.

4.6.2.2. Kondisi Sistem Sarana dan Prasarana Air Minum

Sistem sarana dan prasarana akan air bersih di lokasi RPIJM, untuk KecamatanBatang, Kelara dimana bersumber dari sumur gali dengan kondisi yang masih diragukanjika ditinjau dari segi kesehatan. Begitupun di kecamatan Bangkala, Bangkala Barat,mengenai kondisi akan air bersih tidak jauh berbeda dengan kondisi air di Kecamatan

Dengan demikian guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di lokasi

tersebut, maka sarana dan prasarana akan air bersih sangat dibutuhkan keberadaannya

bagi kelangsungan hidup. 4.6.2.3. Sistem Non Perpipaan 4.6.2.3.1. Aspek Teknis

Ditinjau dari aspek teknis mengenai sistem non perpipaan, dapat saja dilakukan di lokasi RPIJM dengan pengadaan sistem sumur bor/sumur suntik. Sistem ini dapat dilakukan di desa Gunung Silanu Kecamatan Bangkala dengan menggunakan generator

sebagai sumber energi. Namun hal yang perlu diperhatikan dalam sistem ini adalah jumlah debit air yang terdapat pada sumur tersebut yang menjadi sumber air. Untuk Kelurahan Pantai Bahari dengan melihat kondisi yang ada, dimana sumber air berupasumur gali yang sangat dekat pantai jelas tidak memungkinkan dengan sistem sumursuntik dengan demikian pengadaan air bersih dapat dilakukan dengan sistem perpipaanatau dengan pengadaan bak penampungan untuk tiap lingkungan permukiman dengansumur-sumur di luar dari kelurahan tersebut.

4.6.2.3.2. Aspek Pendanaan

Salah satu aspek yang menjadi kendala bagi masyarakat adalah aspek pendanaan.Hal ini sangat erat kaitannya dengan masalah kebutuhan hidup. Begitupun denganmasalah air bersih jelas akan diperhadapkan dengan kondisi yang demikian. Darikendala tersebut dibutuhkan adanya kerjasama antara pemerintah sebagai penentukebijakan dan masyarakat sebagai subyek dan obyek pembangunan. Dengan demikiandalam aspek pendanaan bagi kebutuhan akan air bersih, maka pemerintah denganlingkup kewenangannya adalah memfasilitasi kebutuhan penduduk dan penduduklahyang bertanggungjawab dalam biaya pemeliharaan akan prasarana yang diberikan.

Dalam arti bahwa untuk lokasi RPIJM yang menggunakan sumur bor/sumur suntiksebagai sarana sumber air bersih, maka penanggulangan biayanya dibebankan kepadamasyarakat khususnya BBM yang digunakan sebagai sumber energi. begitupun untuklokasi RPIJM yang menggunakan system perpipaan maka biaya penaggulangannya adalah

Dengan demikian dalam aspek pendanaan ini terdapat 2 (dua) sumber dana, baik daripemerintah maupun dari swadaya masyarakat yang terkena sasaran

4.6.2.3.3. Aspek Kelembagaan dan Peraturan

Belum adanya lembaga yang menangani masalah ini baik yang dilakukan oleh lembagapemerintah maupun masayarakat, sehingga sampai saat ini hanya dilakukan secaraindividu. Penanganan prasarana ini, umumnya dilakukan dengan program pemberdayaanmasyarakat dan program yang dilakukan oleh Dinas permukiman dan tata ruang daerahmaupun propinsi.

4.6.2.4. Sistem Perpipaan 4.6.2.4.1. Aspek Teknis

Tingkat pelayanan rendah, hal ini disebabkan karena ketersediaan air baku yangada tidak memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, sehingga perlumencari sumber air baku baru yang diperkirakan mampu memenuhi tujuan tersebut.Operasional dan maintenance tidak sesuai standard, sehingga banyak mengalamikendala disamping itu ketersediaan tenaga untuk melayani operasionalisasi sistemperpipaan tersebut sangat kurang yang menyebabkan pelayanan kepada pelangganmengalami kendala.

4.6.2.4.2. Aspek Pendanaan

Terbatasnya dana APBD, dimana kebutuhan lain yang sifatnya lebih urgensehingga hingga saat ini pemenuhan dana dalm memenuhi kebutuhan masyarakat yangbelum terjangkau jaringan pipa belum dapat direalisasikan, disamping itu untuk

penyediaan prasrana dan sarana memang memerlukan investasi yang cukup besarapalagi jika yang akan dihasilkan adalah air bersih yang layak minum. Dengan demikianaspek pendanaan akan penyediaan air bersih dibutuhkan adanya sumber dana baik dar APBD tingkat I maupun dana yang bersumber dari pusat.

4.6.2.4.3. Aspek Kelembagaan dan Peraturan

Ditinjau dari sisi kelembagaan sebenarnya sudah ada yaitu PDAM yang didukungoleh Perda. Namun dari sisi efektifitas lembaga itu sendiri perlu ditingkatkan, hal ini terindikasi dengan masih banyaknya wilayah/daerah khususnya di pedesaan yang belumtersentuh oleh air bersih yang bersumber dari PDAM.

Dalam hal penyediaan sarana dan prasarana lingkungan permukiman, jelas akandiperhadapkan pada permasalahan-permasalahan. Adapun permasalahan pokok yangdihadapi dalam hal kebutuhan akan air bersih, antara lain ;

 Kemampuan dana yang terbatas dari Pemda bagi kebutuhan akan air bersih.  Kurang atau tidak adanya sumber air baku dalam suatu wilayah/daerah.  Perhatian terhadap kebutuhan akan air bersih dinilai masih kurang khususnya

bagi

masyarakat yang bermukim di pedesaan.

Besarnya biaya/dana yang dibutuhkan dalam memenuhi kebutuhan penduduk akan air bersih.

4.6.4. Sasaran Penyediaan dan Pengelolaan Prasarana dan Sarana Air Minum

Sasaran penyediaan dan pengelolaan prasarana dan sarana air minum ditujukanuntuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi seluruh masyarakat baik di daerahperkotaan maupun di daerah pedesaan yang mengalami kesulitan air bersih. Hal iniperlu mendapat perhatian mengingat air bersih merupakan kebutuhan pokok bagisemua lapisan masyarakat tanpa terkecuali.

4.6.5. Analisis Kebutuhan Prasarana Air Minum 4.6.5.1. Analisis Kondisi Pelayanan

Ditinjau dari sumber air baku dalam memnuhi kebutuhan hidup masyarakat dalamhal air bersih di wilayah Kabupaten Jeneponto secara umum, potensi akan air bersihdinilai sangat mendukung. Hal ini dapat dilihat dari dimana pada umumnya masyarakatdi Kabupaten Jeneponto menggunakan air bersih yang bersumber dari mata air (airsumur dan bor) untuk konsumsi sehari-hari.

Dengan demikian bagi pemenuhan kebutuhan akan air bersih baik penduduk diKabupaten Jeneponto pada umumnya dan lokasi RPIJM pada khususnya, seyogyanyadiusahakan suatu pengembangan jaringan sistem sumber air minum yaitu PDAM.

4.6.5.2. Analisis Kebutuhan Air

Dalam analisis mengenai tingkat kebutuhan penduduk akan air bersih khususnya untuklingkungan perumahan digolongkan ke dalam kebutuhan perjiwa penghuni (jumlahpenduduk). Diasumsikan bahwa untuk tiap 1 unit rumah didiami oleh 1 KK dengan 5jiwa, dimana untuk 1 jiwa membutuhkan ± 60 liter/orang/hari. Dari hasil

estimasi danasumsi tersebut, maka dapat diketahui kebutuhan akan air bersih dalam satu lingkunganperumahan/permukiman penduduk.

4.6.6. Analisis Kebutuhan Program

Berdasarkan data tersebut diatas menunjukkan bahwa alternatif program yang dapatdilakukan dan efisien dari segi operasional adalah dengan menambah jaringanperpipaan dengan mencari sumber air baku yang baru yang memungkinkan mampumemenuhi kebutuhan masyarakat baik bagi masyarakat di perkotaan maupun bagimasyarakat di pedesaan. Hal yang paling memungkinkan adalah pengaliran melalui sistem gravitasi karena daerah pelayanan pada umunya letaknya lebih rendah darisumber air.

4.6.7. Rekomendasi

Berdasarkan uraian di atas maka direkomendasikan Pemda untuk memenuhikebutuhan penduduk akan air bersih melalui sistem perpiaan dan sistem sumur suntik.Hal ini dimungkinkan mengingat ketersediaan sumber air baku di wilayah kabupatenJeneponto secara umum masih memungkinkan.

4.6.8. Sistem Prasarana Yang Diusulkan

 Jaringan perpipaan, baik di kota maupun pedesaan yang memiliki sumber mataair/sumber air baku yang memungkinkan untuk menjangkau kebutuhanmasyarakat setempat.

 Sumur bor/sumur suntik pada daerah perdesaan yang berada pada daerah yangmemiliki muka air tanah yang cukup dalam.

 Sumur gali di daerah perdesaan yang permukaan air tanahnya cukup rendah dankwalitas airnya tidak asin.

4.6.8.1. Sistem Non Perpipaan

 Sistem non perpipaan dapat dilakukan pada daerah pedesaan yang wilayahnyamemiliki muka air tanah yang cukup dalam, maka dapat dilakukan dengan systemsumur bor/sumur suntik.

 Sistem non perpipaan juga dapat dilakukan pada daerah pedesaan yangwilayahnya memiliki muka air tanah yang cukup rendah dan kualitas airnya tidakasin, maka dapat dilakukan dengan system sumur gali.

Untuk sistem perpipaan dapat dilakukan baik di perkotaan maupun di pedesaandengan syarat memiliki sumber mata air/sumber air baku yang dinilai memungkinkanuntuk menjangkau kebutuhan masyarakat setempat.

4.6.8.3. Usulan dan Prioritas Program

Usulan dan prioritas program untuk kebutuhan air minum adalah dengan sistemperpipaan dengan perangkat penjernihan dan sistem sumur suntik jika terdapat lokasisumber air yang mampu melayani kebutuhan penduduk dalam satu lingkunganpermukiman (dusun/lingkungan).

4.6.8.4. Usulan dan Prioritas Kegiatan Penyediaan Pengelolaan Air Bersih/ Minum. Sehubungan dengan uraian di atas mengenai kebutuhan akan air bersih, makausulan dan prioritas bagi penyediaan pengelolaan air minum khususnya di lokasi RPIJM ,antara lain :

 Penyediaan Prasarana dan Sarana Air Minum bagi masyarakat yang terdiri daripengadaan perpipan, dan Pembuatan bak penampungan air.

 Pengadaan Alat Penyulingan Air Bersih kapasitas 300 ltr per menit dan pengadaanbak penampungan kapasitas 30 M3.

 Bantuan teknis/bantuan program penyehatan PDAM diantaranya

Pembenahanjaringan PDAM, Perencanaan dan pembangunan jaringan air sistem gravitasikapasitas 0,5 liter/detik dan instalasi penjernihan air bersih/minum.  Untuk prasarana dan sarana air bersih maka prioritas untuk penyediaan

airminum lokasinya di Kecamatan Rumbia (desa Lebangmanai) dan Kecamatan Bangkala dan Bangkala Barat (tersebar dibeberapa desa/keluarahan) sertakecamatan lainnya.

4.6.8.5. Pembiayaan Kegiatan Penyediaan Pengelolaan Air Bersih/Minum

Adapun pembiayaan kegiatan penyediaan pengelolaan air bersih/minum diharapkanmelalui sumber APBN mengingat kebutuhan dana yang diperlukan cukup besar sehingga diharapkan diharapkan dari pemerintah daerah melalui dana APBN, maupundari dana APBD propinsi dan juga partisipasi dari masyarakat.

Dalam dokumen 8.1. Pengembangan Permukiman (Halaman 50-58)

Dokumen terkait