• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KANDUNGAN SENYAWA KIMIA PADA EKSTRAK N-HEKSAN TANAMAN JALOH

(Salix tetrasperma ROXB) DENGAN MENGGUNAKAN GC-MS

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kandungan senyawa kimia dalam ekstrak n-heksan kulit batang jaloh (EHJ) dengan menggunakan kromatografi gas massa spektrofotometer (GC-MS). Kulit batang jaloh diekstraksi dengan larutan etanol 70% sebagai ekstrak kasar dan dari ekstrak kasar dipartisi lagi menggunakan larutan n-heksan. Ekstrak n-heksan jaloh yang diperoleh adalah 3,71% dari jumlah ekstrak kasar. Hasil analisis dengan GC-MS menunjukkan terdapat 40 jenis senyawa kimia dalam ekstrak heksan jaloh. Kandungan senyawa kimia yang tertinggi dalam ekstrak n-heksan kulit batang jaloh ini adalah asam- asam lemak yang mencapai 70,14%. Ada 2 asam lemak utama, yaitu asam palmitat dan linoleat masing-masing mencapai 35,91% dan 14,76%. Senyawa utama lainnya yang teridentifikasi dalam jumlah relatif banyak adalah stigmast-5- en-3-ol sebanyak 10,08%.

ABSTRACT

This research was done to analyze chemical compounds in n-hexane extract of jaloh bark (EHJ) by using gas chromatography-mass spectrophotometer (GC- MS). Jaloh bark was extracted with ethanol 70% to obtain crude extract. The crude extract was then partitioned with n-hexane solution, and the n-hexane extract was analyzed by GC-MS. The n-hexane extract obtained was as much as 3,71% from the weight of the crude extract. Forty chemical compounds were found from the analysis of n-hexane extract of jaloh bark by GC-MS. The highest chemical compound in n-hexane extract was fatty acids (70.14%). There were two major fatty acids i.e., palmitic acid and linoleic acid (35.91% and 14.76%, respectively). Another relatively higher compound identified was stigmast-5-en-3- ol (10.08%).

PENDAHULUAN

Jaloh (Sijalŏh) merupakan sebutan dalam Bahasa Aceh untuk suatu jenis tumbuhan perdu dari famili Salicaceae, yaitu Salix tetrasperma Roxb. Penyebaran tanaman jaloh di Indonesia terbatas hanya pada beberapa wilayah di Pulau Sumatera (bagian Utara dan Tengah), di Pulau Jawa (Jawa Tengah dan Jawa Barat bagian Utara), Pulau Madura, dan beberapa daerah di Pulau Lombok, Sumbawa, Sumba serta Flores (Burkill 1935; VanSteenis 1954). Dalam bahasa Melayu, tanaman S. tetrasperma Roxb ini disebut dalu-dalu atau dedalu (Clercq dan Greshoff 1909). Nama lain tanaman ini adalah S. azaolana Blanco atau S. horsfieldiana Miquel (Hanum 1997). Hasil identifikasi dan taksonomi di seluruh

Judul 2 44

dunia menunjukkan bahwa tanaman genus Salix memiliki lebih kurang 300 spesies (El-Shemy et al. 2003).

Pemanfaatan tanaman Salix spp sebagai bahan obat pada manusia telah lama diketahui, terutama di negara-negara Eropa dan Asia. Dalam dunia farmasi, beberapa spesies Salix (seperti S. alba dan S. purpurea) telah lama diketahui penggunaannya sebagai bahan obat karena dari ekstrak tumbuhan ini asal mula ditemukannya aspirin (Kammerer et al. 2005). Di beberapa daerah di Aceh, jaloh ini biasanya digunakan sebagai obat penurun panas (antipiretik). Di kawasan Semenanjung Malaya, tumbuhan ini digunakan sebagai obat penurun panas. Di beberapa daerah di India dan China, Salix sp. digunakan juga sebagai tonik dan obat untuk gangguan pada saluran pencernaan (Burkill 1935), sebagai obat reumatik dan antipiretik (Fabricant & Farnsworth 2001), antiinflamasi (Fiebich & Chrubasik 2004; Khayyal et al. 2005), dan antioksidan (Kahkonen et al. 1999).

Akhir-akhir ini tanaman Salix sp telah digunakan juga sebagai bahan obat untuk lipolisis (Zhang et al. 2000; Han et al. 2003), antinosiseptif (Marz & Kemper 2002), antileukemia (El-Shemy et al. 2003), dan antikarsinogenik pada kulit (Sultana & Saleem 2004). Pemanfaatan dan khasiat sebagai bahan obat tersebut umumnya didapat dari ekstrak salix yang diekstrasi dengan larutan etanol (EtOH), metanol (MeOH), ataupun etil asetat (EtOAc) (Wuthold et al. 2004; Kammerer et al. 2005; Zheng et al. 2005). Sampai sejauh ini belum ditemukan laporan hasil analisis dan penentuan kandungan senyawa kimia dalam tanaman

Salix spp yang diekstraksi menggunakan larutan n-heksan. Selain itu, pada penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa pemberian ekstrak n-heksan kulit batang jaloh dapat memperbaiki performans dan mengurangi stres akibat cekaman panas. Oleh sebab itu, analisis dan penentuan kandungan senyawa kimia pada tanaman jaloh ini perlu dilakukan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kandungan dan identifikasi senyawa dalam ekstrak kulit batang tanaman jaloh yang dipartisi dengan larutan n-heksan.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Sampel Kulit Jaloh

Kulit batang jaloh yang digunakan diperoleh dari daerah Kecamatan Kota Baru, Kabupaten Aceh Besar, Propinsi NAD pada bulan Juli 2004. Kulit yang

Judul 2 45

diambil berasal dari batang yang berdiameter lebih besar 10 cm dan berjarak 1-1,5 m dari permukaan tanah atau air dari tempat tumbuhnya. Determinasi tanaman dilakukan di Herbarium Bogoriense, LIPI Bogor, sebagai Salix tetrasperma Roxb (Surat nomor: 320/IPH.1.02/If.8/2004 tanggal 24 Mei 2004).

Preparasi Sampel Kulit Jaloh

Pembuatan ekstrak dilakukan di Laboratorium Fitokimia, Bidang Botani, Puslit Biologi, LIPI Kebun Raya Bogor. Kulit batang jaloh yang diambil diangin- anginkan sehingga menjadi kering, lalu dipotong-potong kecil dan dikeringkan kembali dalam oven pada suhu 60oC selama 48 jam. Dari keseluruhan proses ini diperoleh berat kering 3,6 kg. Ekstraksi dan fraksinasi n-heksan kulit batang jaloh dilakukan seperti terlihat pada skema Gambar 6. Kulit kering ini dihaluskan dengan penggilingan sehingga menjadi serbuk dan dimasukkan ke dalam wadah tertutup dan dimaserasi dengan menggunakan etanol 70%. Larutan hasil maserasi ini disaring menggunakan pompa vakum yang diberi alas kertas saring. Ekstrak cair jaloh tersebut diuapkan (dikentalkan) menggunakan alat rotavapor yang dilengkapi penangas air dan pompa vakum (Rotavapor R-110 Buchi Switzefiland). Temperatur penangas ditetapkan pada suhu 60°C dan diperoleh ekstrak kasar jaloh sebanyak 578,3 g (16,06%) dengan kadar air 2,71%. Ekstrak jaloh dengan etanol ini selanjutnya dipartisi dengan larutan n-heksan.

Sebanyak 310 g ekstrak etanol yang telah dikeringkan dilarutkan kembali dengan etanol 50% dan ditambahkan larutan n-heksan. Pemisahan larutan etanol dan n-heksan dilakukan dengan menggunakan corong pemisah. Larutan ekstrak n- heksan yang diperoleh, diuapkan (dikentalkan) dengan menggunakan Rotavapor. Temperatur penangas labu evaporator ditetapkan pada suhu 50°C. Ekstrak heksan tanaman jaloh ini didapat sebanyak 11,5 g (3,71%) dalam bentuk kental dan mencair jika dipanaskan.

Alat Kromatografi Gas

Kromatografi gas massa spektrofotometer (GC-MS) yang digunakan jenis

Hewlett Packard, Agilent Technologies model 6890 yang dihubungkan ke sistem spektrafotometer massa Hewlett Packard model Selective Detector dan data sistem Chemstation dengan menggunakan kolom kapiler HP Ultra 2 (panjang 17

Judul 2 46

m x diameter 0,25 mm, dan ketipisan film 0,25 μm). Suhu oven diprogram pada 280-310°C, dengan suhu awal 65°C selama 3 menit dan dinaikkan 5°C/menit sampai mencapai 280°C yang dipertahankan selama 10 menit dan suhu 310°C selama 2 menit. Spesifikasi keadaan suhu lainnya adalah untuk injeksi (injection port) 250°C, sumber ion (250°C), dan quadrupole 140°C. Gas pembawa yang digunakan adalah helium dengan aliran konstan 0,7 μm/menit dan voltase ionisasi sebesar 70 eV model Electron Impact. Volume injeksi adalah 1 μl (mode split) pada perbandingan 100:1 dan analisis kuantitas ditampilkan sebagai persentase (%) relatif area.

Identifikasi Senyawa

Puncak yang muncul pada layar GCMS diidentifikasi dengan pencarian komputer pada referensi perpustakaan yang tersedia. Puncak penyebaran yang terlihat dengan jelas dicocokkan dengan beberapa senyawa yang ditemukan pada kepustakaan spektral massa Wiley (NIST2000 Wiley MS Data library).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kandungan senyawa kimia pada ekstrak n-heksan kulit batang jaloh yang diidentifikasi menggunakan GC-MS disajikan pada Tabel 4. Terdapat 40 senyawa kimia yang telah diidentifikasi dan senyawa utama dalam ekstrak n-heksan jaloh ini adalah golongan asam lemak yang mencapai 70,14%. Senyawa lainnya yang jumlahnya relatif besar adalah senyawa golongan steroid, yaitu stigmast-5-en-3-ol yang mencapai 10,08%.

Golongan asam-asam lemak utama yang terkandung dalam ekstrak n- heksan kulit batang jaloh adalah asam lemak jenuh sebesar 45,49% dan asam lemak tak jenuh sebesar 24,65%. Asam heksadekanoat (asam palmitat, 16:0) merupakan golongan asam lemak jenuh yang paling banyak jumlahnya mencapai 35,91% (puncak nomor 3, 4, 5, dan 20), asam tetradekanoat (asam miristat, 14:0) hanya 0,76% (puncak nomor 2 dan 18), dan asam oktadekanoat (stearat, 18:0) sebesar 3,08% (puncak nomor 7, 10, dan 24). Golongan asam lemak tak jenuh yang terbanyak adalah asam linoleat (oktadekadienoat, 18:2) mencapai 14,76% (puncak nomor 13, 14, dan 27), asam oleat (oktadienoat, 18:1) sebesar 3,79%

Judul 2 47

(puncak nomor 8, 9, 11, dan 25), dan asam linolenat (oktadekatrienoat, 18:3) sebesar 4,06% (puncak nomor 15, 16, dan 28). Asam palmitat adalah asam lemak Tabel 4 Waktu retensi (RT = retention time), peak area, dan nama-nama senyawa

hasil analisis ekstrak kulit batang tanaman jaloh dengan alat GC-MS

Nomor RT (menit) Area (%) Nama senyawa

1 8.19 0,38 asam asetat

2 20,67 0,38 etil miristat

3 22,64 0,27 asam heksadekanaot; etil ester

4 23,88 4,21 asam heksadekanaot, metil ester

5 24,68 18,22 asam heksadekanaot, etil ester

6 26,37 0,74 asam heptadekanaot, etil ester

7 27,50 0,39 asam oktadekanaot, metil ester

8 27,82 0,42 asam 9-oktadekenaot (Z)-, metil ester

9 27,95 0,30 asam 9-oktadekenaot (Z)-, metil ester

10 28,16 1,82 asam oktadekanaot, etil ester

11 28,45 1,95 asam 9-oktadekenaot (Z)-, etil ester

12 28,61 1,64 9,17-oktadekadienal, (Z)-

13 28,64 1,50 asam 9,12-oktadekadienaot (Z,Z)-

14 29,27 7,53 etil linoleat (asam linoleat)

15 29,73 0,42 asam 9,12,15-oktadekatrienaot metil

16 30,29 2,07 etil linoleolate

17 31,45 0,40 asam etil ester eikosanaot

18 32,04 0,38 asam miristik (asam tetradekanaot)

19 34,59 0,46 asam nonadekanaot, etil ester

20 35,25 13,21 asam heksadekanaot (asam palmitat)

21 36,02 0,40 etanol, 2-[2-(2-butoksietoksi) etoksi

22 36,67 0,54 asam heptadekanaot

23 37,27 0,61 Farnesol 3

24 38,13 0,87 asam oktadekanaot (asam stearat)

25 38,53 1,12 asam 9-oktadekenaot (Z)

26 38,68 2,93 asam 1,2-benzenedikarboksilik

27 39,27 6,73 asam linoleat

28 40,18 1,57 9,12,15-oktadekatrienoat

29 43,46 0,41 15-krown-5

30 44,35 0,72 etanol, 2-[2-(eteniloksi) etoksil]

31 50,70 0,91 3,6,9,12,15-pentaoksanonadekan-1-ol 32 51,48 0,62 di-iso-propilamine-D1 33 54,30 0,81 3,6,9,12,15-pentaoksanonadekan-1-ol 34 56,44 0,70 15-krown-5 35 57,14 10,08 stigmast-5-en-3-ol, (3.beta.,24S) 36 58,42 1,69 3,6,9,12-tentraoksaheksadekan-1-ol 37 61,04 1,31 15-krown-5 38 62,26 1,65 3,6,9,12,15-pentaoksanonadekan-1-ol

39 67,12 4,92 etanol, 2-[2-(2-etoksietoksi) etoksi]

40 67,51 4,68 etanol, 2-[2-(eteniloksi) etoksi]

jenuh utama yang sering ditemukan dalam daun dan terdapat dalam jumlah banyak pada beberapa minyak bijian, seperti minyak kacang tanah (Harborne

Judul 2 48

1996). Pada kebanyakan tumbuhan ditemukan golongan asam lemak tak jenuh (C16:3 dan C18:3) dan biasanya asam-asam lemak ini banyak ditemukan dalam biji-bijian ataupun buah (Robinson 1995; Dewick 2001).

Kandungan asam lemak dalam kulit batang jaloh ini relatif besar jika dibandingkan dengan hasil analisis pada kulit tanaman obat lainnya. Umumnya, senyawa asam lemak dengan jumlah C-16 dan C18 banyak ditemukan dalam buah, biji, daun, atau bunga. Pada akar dan kulit batang tanaman relatif rendah (Ogunwande et al. 2006). Banyaknya asam lemak pada kulit batang ini mungkin terkait dengan aktivitas pertumbuhan dan efek protektif terhadap hama. Beberapa jenis asam lemak memiliki efek pengaturan pertumbuhan (Robinson 1995).

Beberapa jenis tanaman obat yang mengandung banyak asam lemak tak jenuh umumnya sangat baik sebagai antioksidan. Asam linoleat [(CH3-(CH2)4-

CH=CH-CH2-CH=CH-(CH2)7-COOH atau ω6, C18:2, Δ9,12)] adalah asam lemak

rantai panjang tidak jenuh golongan oktadesenoat. Asam lemak ini pada manusia termasuk asam lemak esensial (Pratt 1992). Beberapa senyawa asam lemak diketahui memiliki efek sebagai antitumor. Diduga efek tersebut terjadi dengan cara meningkatkan aktivasi fungsi dan sinyal membran sel atau aktivasi ekspresi gen melalui penghilangan hambatan (I-κB) pada NF-κB (Belury 2002; Field & Schley 2004). Efek antitumor suatu asam lemak dapat meningkat aktivitasnya bila asam linoleat terkonjugasi. Asam linoleat terkonjugasi ini dapat terbentuk pada posisi 7,9; 8,10; 9,11; 10,12; ataupun 11,13 dalam konfigurasi cis (c) dan trans (t) (Belury 2002; Field & Schley 2004; Tsuzuki et al. 2004).

Kandungan stigmast-5-en-3-ol yang teridentifikasi pada ekstrak kulit batang jaloh ini relatif tinggi. Stigmast-5-en-3-ol merupakan golongan steroid dan fitosterol yang paling sering ditemukan pada tanaman (Lavoie & Stevanovic 2005). Stigmast-5-en-3-ol (sitosterol) biasanya banyak ditemukan pada biji-bijian yang menghasilkan minyak seperti kedelai, biji buah kapas, jagung, gandum dan beberapa jenis bijian lainnya (Tyler et al. 1988). Sitosterol ini sering juga ditemukan pada tanaman golongan angiosperma, gimnosperma, dan pakis-pakisan (Hernes & Hedges 2004) dan pada jaringan tanaman vaskular, seperti tanaman mangrof yang hidup di daerah pantai (Hernes et al. 2001). Beberapa jenis senyawa sterol pada tanaman berfungsi sebagai pelindung untuk menolak serangga dan menolak serangan mikroba (Harborne 1996). Pada hewan coba,

Judul 2 49

senyawa fitosterol ini memiliki efek sebagai antimutagenik (Lim et al. 2005), antikanker (Montbriand 2004), dan juga sebagai antioksidan (Dumlu & Gurkan 2006).

Ada beberapa senyawa yang belum diketahui fungsi dan faedahnya bagi tumbuhan (Tasdemira et al. 2003), tetapi ditemukan dalam ekstrak jaloh ini sampai 10,32%, yaitu etanol-2-[2-(eteniloksi)-etoksil], etanol-2-[2-(2-etoksi- etoksi)-etoksi, dan etanol-2-[2-(eteniloksi)-etoksi]. Menurut Tasdemira et al. (2003) pada bagian daun tanaman species Rhododendron ditemukan senyawa etanol-2-[2-(2-etoksietoksi)-etoksi sampai 12,8%. Keberadaan senyawa golongan etanol ini pada tanaman belum diketahui fungsi dan aktivitasnya.

Pada penelitian ini teridentifikasi juga 1 golongan terpenoid yang kandungannya dalam ekstrak n-heksan jaloh relatif kecil, hanya 0,61%, yaitu farnesol-3. Farnesol ini termasuk golongan sesquiterpenoid asiklik (C15) dan berifat volatil. Farnesol merupakan senyawa-antara yang penting dalam biosintesis senyawa terpenoid (Thai et al. 1999). Farnesol berperan dalam pembentukan beberapa jenis sesquiterpenoid sebagai upaya pertahanan bila terjadi serangan serangga dan kerusakan sel tumbuhan (Schnee et al. 2002). Dalam tubuh hewan, farnesol diketahui memiliki efek pada tonus dan tekanan pada pembuluh darah. Farnesol berkerja menghambat vasokonstriksi pembuluh darah yang diinduksi hormon norefinefrin (Roullet et al. 1996).

Ada 2 jenis senyawa asam lemak tak jenuh yang tergolong feromon sex (3,21%) yang memiliki gugus aldehide C18, yaitu 9,12-oktadekadienal (1,64%) dan 9,12,15-oktadekadienal (1,57%) dalam ekstrak n-heksan jaloh ini. Pada tumbuhan, senyawa ini terbentuk dari perombakan asam 9,12-oktadekadienoat (Tillman et al. 1999). Menurut Hamberg et al. (1999) pembentukan 9,12,15- oktadekadienal dari asam oleat akibat teraktivasinya enzim oksigenase. Aktivasi oksigenase terkait dengan keberadaan bakteri patogen pada tumbuhan. Keberadaan senyawa 9,12,15-octadecadienal diduga terkait dengan perannya dalam pengembangan sistem petahanan tubuh.

SIMPULAN

Senyawa kimia yang terbanyak dalam ekstrak n-heksan jaloh adalah golongan asam-asam lemak. Asam palmitat merupakan golongan asam lemak

Judul 2 50

jenuh terbanyak mencapai 35,91% dan asam linoleat merupakan golongan asam lemak tak jenuh terbanyak mencapai 14,76%. Kandungan senyawa lainnya yang relatif banyak adalah stigmast-5-en-3-ol yang mencapai 10,08%.

DAFTAR PUSTAKA

Belury MA. 2002. Inhibition of carcinogenesis by conjugated linoleic acid: potential mechanisms of action. J Nutr 132:2995–2998.

Burkill, IH. 1935. A Dictionary of the Economic Products of the Malay Peninsula. Volume II (Plum-Zoy). London: Governments of the Straits Settlements and Federated Malay State. hlm 1943-1944.

Clercq de FSA, Greshoff M. 1909. Nieuw Plantkundig Woordenboek Voor Nederlandsch Indie. Amsterdam: Druk Van JH De Bussy. hlm 320-321. Dewick PM. 2001. Medicinal Natural Products a Biosynthetic Approach. Edisi

ke-2. England: John Miley & Sons.

Dumlu MU, Gurkan E. 2006. A new active compound from Centaurea species. Z Naturforsch 61:44-46.

El-Shemy HA et al. 2003. The effect of willow leaf extracts on human leukemic cells in vitro. J Biochem Mol Biol 36:387-389.

Fabricant DS, Farnsworth NR. 2001. The value of plants used in traditional medicine for drug discovery. Environ Health Perspect 109(suppl 1):69– 75.

Fiebich BL, Chrubasik S. 2004. Effects of an ethanolic salix extract on the release of selected inflammatory mediators in vitro. Phytomedicine 11:135-138.

Field CJ, Schley PD. 2004. Evidence for potential mechanisms for the effect of conjugated linoleic acid on tumor metabolism and immune function: lessons from n-3 fatty acids. Am J Clin Nutr 79:1190S–1198S.

Hamberg M, Sanz A, Castresana C. 1999. α-Oxidation of fatty acids in higher plants: Identification of a pathogen-inducible oxygenase (PIOX) as an α- dioxygenase and biosynthesis of 2-hydroperoxylinolenic acid. J Biol Chem

274:24503–24513.

Han LK. et al. 2003. Antiobesity action of Salix matsudana leaves (Part 1). Anti- obesity action by polyphenols of Salix matsudana in high fat-diet treated rodent animals. Phytother Res 17:1188-1194.

Hanum IF, Masen VLJG. 1997. Plant Resources of South-East Asia: Auxiliary Plants. Bogor: Prosea Foundation. hlm 293.

Judul 2 51

Harborne JB. 1996. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Padmawinata K, Soediro I, penerjemah; Bandung: ITB. Terjemahan dari: Phytochemical Methods.

Hernes PJ et al. 2001. Tannin diagenesis in mangrove leaves from a tropical estuary: A novel molecular approach. Geochimica et Cosmochimica Acta

65:3109–3122.

Hernes PJ, Hedges JI. 2004. Tannin signatures of barks, needles, leaves, cones, and wood at the molecular level. Geochimica et Cosmochimica Acta

68:1293–1307.

Kahkonen et al. 1999. Antioxidant activity of plant extracts containing phenolic compounds. J Agric Food Chem 47:3954-3962.

Kammerer B, Kahlich R, Biegert C, Gleiter, CH, Heide L. 2005. HPLC-MS/MS Analysis of willow bark extracts contained in pharmaceutical preparations.

Phytochem Anal 16:470–478.

Khayyal MT, El-Ghazaly MA, Abdallah DM, Okpanyi SN, Kelber O. 2005. Mechanisms involved in the anti-inflammatory effect of a standardized willow bark extract. Arzneimittelforschung 55:677-687.

Lavoie JM, Stevanovic T. 2005. Variation of chemical composition of the lipophilic extracts from yellow birch (Betula alleghaniensis) foliage. J Agric Food Chem 53:4747-4756.

Lim JC. 2005. Antimutagenic constituents from the thorns of Gleditsia sinensis.

Chem Pharm Bull 53:561-564.

Marz RW, Kemper F. 2002. Willow bark extract--effects and effectiveness. Status of current knowledge regarding pharmacology, toxicology and clinical aspects. Wien Med Wochenschr 152:354-359.

Montbriand MJ. 2004. Herbs or natural products that protect against cancer growth. Oncol Nursing For 31:E127-E146.

Ogunwande IA, Walker TM, William N. Setzer WN, Essien E. 2006. Volatile constituents from Samanae saman (Jacq.) Merr. Fabaceae. Afr J Biotechnol 5:1890-1893.

Pratt DE. 1992. Natural Antioxidants from Plant material. Di Dalam: Huang MT, Ho CT, Lee CY, editor. Phenolic Compounds in Food and Their Effects on Health II Antioxidants and Cancer Prevention. Proceeding of the ACS Symposium Series, Ney York, 25-30 Augustus 1991. American Chemical Society. hlm 54-71.

Judul 2 52

Robinson T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Padmawinata K. penerjemah; Bandung: ITB. Terjemahan dari: The Organic Constituents of Higher Plants.

Roullet JB et al. 1996. Farnesyl analogues inhibit vasoconstriction in animal and human arteries. J Clin Inves 97:2384–2390.

Schnee C, Kollner TG, Gershenzon J, Degenhardt J. 2002. The maize gene

terpene synthase 1 encodes a sesquiterpene synthase catalyzing the formation of (E)- -farnesene, (E)-nerolidol, and (E,E)-farnesol after herbivore damage. Plant Physiol 130:2049–2060.

Sultana S, Saleem M. 2004. Salix caprea inhibits skin carcinogenesis in murine skin: inhibition of oxidative stress, ornithine decarboxylase activity and DNA synthesis. J Ethnopharmacol 91:267-276.

Tasdemira D. 2003. Analysis of the volatile components of five turkish

Rhododendron species by headspace solid-phase microextraction and GC- MS (HS-SPME-GC-MS). Z Naturforsch 58c:797-803.

Thai L. 1999. Farnesol is utilized for isoprenoid biosynthesis in plant cells via farnesyl pyrophosphate formed by successive monophosphorylation reactions. Proc Nat Acad Sci 96:13080-13085.

Tillman JA, Seybold SJ, Jurenka RA, Blomquist GJ. 1999. Insect pheromones: an overview of biosynthesis and endocrine regulation. Insect Biochem Mol Biol 29:481-514.

Tsuzuki T, Igarashi M, Miyazawa T. 2004. Conjugated eicosapentaenoic acid (EPA) inhibits transplanted tumor growth via membrane lipid peroxidation in nude mice. J Nutr 134:1162–1166.

Tyler VE, Brady LR, Robbers JE. 1988. Pharmacognosy. 9th edition. Philadelphia: Lea & Febiger.

VanSteenis CGGJ. 1954. Flora Lasesiana. Serie I Volume 5. Leyden, Noordhoff Internationa Publishing. hlm 107-111.

Wuthold K et al. 2004. Thin-layer chromatography and multivariate data analysis of willow bark extracts. J Chromatographic Sci. 42:

Zhang J, Zhang YN, Han LK. 2000. Studies on chemical constituents of leaves of

Salix matsudana Koidz and their influence on lipolysis. Zhongguo Zhong Yao Za Zhi 25:538-541.

Zheng YN et al. 2005. Effect of compounds in leaves of Salix matsudana on arachidonic acid metabolism. Yakugaku Zasshi 125:1005-1008.

PERUBAHAN KADAR KORTISOL, TRIIODOTIRONIN-BEBAS