• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Ekstrak Kulit Batang Jaloh (Salix tetrasperma Roxb) untuk Mengurangi Dampak Cekaman Panas pada Ayam Broiler

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penggunaan Ekstrak Kulit Batang Jaloh (Salix tetrasperma Roxb) untuk Mengurangi Dampak Cekaman Panas pada Ayam Broiler"

Copied!
170
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN EKSTRAK KULIT

BATANG JALOH (

Salix tetrasperma

Roxb)

UNTUK MENGURANGI DAMPAK

CEKAMAN PANAS PADA AYAM BROILER

SUGITO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Penggunaan Ekstrak Kulit Batang Jaloh (Salix tetrasperma Roxb) untuk Mengurangi Dampak Cekaman Panas pada Ayam Broiler adalah karya saya beserta komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Maret 2007

(3)

ABSTRAK

SUGITO. Penggunaan Ekstrak Kulit Batang Jaloh (Salix tetrasperma Roxb) untuk Mengurangi Dampak Cekaman Panas pada Ayam Broiler. Dibimbing oleh WASMEN MANALU, DEWI APRI ASTUTI, EKOWATI HANDHARYANI, dan CHAIRUL.

Peningkatan suhu lingkungan menyebabkan cekaman panas dan penurunan produktivitas ayam broiler. Ekstrak tanaman jaloh berpotensi digunakan untuk mengurangi dampak cekaman panas karena mengandung senyawa yang bersifat sebagai penurun panas. Telah dilakukan penelitian penggunaan ekstrak kulit batang jaloh pada ayam broiler yang diberi cekaman panas. Penelitian ini bertujuan menentukan fraksi ekstrak kulit batang jaloh yang dapat mengurangi dampak cekaman panas, mengetahui dosis efektif, kandungan senyawa ekstrak jaloh, dan mempelajari kemungkinan jalur mekanisme kerjanya.

Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap. Tahap I adalah penentuan jenis ekstrak jaloh yang dapat mengurangi dampak cekaman panas pada suhu kandang 33 ± 1oC. Jenis fraksi ekstrak jaloh yang digunakan adalah etanol, etil asetat, dan n-heksan dengan dosis masing-masing 10 mg/kg BB. Tahap II adalah penentuan dosis efektif ekstrak jaloh dengan menggunakan dosis 5, 10, dan 20 mg/kg BB. Parameter yang digunakan untuk mengevaluasi efek proteksi ekstrak jaloh dalam mengurangi cekaman panas adalah perubahan suhu tubuh, nilai rasio heterofil:limfosit, kadar kortisol dalam feses, pertambahan bobot badan, nilai rasio konversi pakan, dan perubahan tingkah laku. Tahap III adalah mengetahui respons dosis efektif ekstrak jaloh terhadap kadar kalsium dalam serum, tingkah laku, dan ekspresi enzim inducible nitric oxide synthase (iNOS) dalam jaringan paru.

Hasil penelitian pada tahap I menunjukkan bahwa jenis fraksi ekstrak n-heksan jaloh dapat memperbaiki kinerja pertumbuhan dan mengurangi stres berdasarkan indikator yang diukur. Pada tahap II, diketahui bahwa dosis efektif ekstrak n-heksan jaloh adalah 10 mg/kg BB. Pada tahap III, hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak n-heksan jaloh dosis 10 mg/kg BB tidak mempengaruhi kadar kalsium dan glukosa dalam serum serta penurunan suhu tubuh, tetapi dapat mengurangi stres dan meningkatkan jumlah sel yang positif iNOS pada paru. Kandungan senyawa kimia yang terbanyak dalam ekstrak n-heksan kulit batang jaloh adalah asam lemak palmitat sebesar 35,91% dan asam linoleat sebesar 14,76%.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak n-heksan jaloh dosis 10 mg/kg BB dapat digunakan untuk mengurangi dampak cekaman panas pada ayam broiler. Mekanisme kerja ekstrak n-heksan jaloh dalam mengurangi dampak cekaman panas diduga terkait dengan peran asam-asam lemak (terutama asam linoleat) yang terkandung dalam ekstrak n-heksan jaloh sebagai senyawa yang bertanggung jawab dalam aktivasi iNOS pada jaringan paru.

(4)

ABSTRACT

SUGITO. The Use of Jaloh (Salix tetrasperma Roxb) Bark Extract to Reduces the Detrimental Effects of Heat Stress in Broilers Chicken. Under the direction of WASMEN MANALU, DEWI APRI ASTUTI, EKOWATI HANDHARYANI, and CHAIRUL.

Increasing ambient temperature could cause heat stress on broiler and result in decreasing productivity. Extract jaloh potentially reducing the detrimental effect of heat stress since it contain compound which decreases body temperature. The research was done to use jaloh bark extract to reduce detrimental effect of heat stress on broiler chicken. The purpose of the study was to determine fraction types of jaloh bark extract which could reduce heat stress impact, effective dose, to analyze extract jaloh chemical compounds, and its mechanism activity pathways.

The study consisted of three steps. The first step was to determine fraction types of jaloh bark extract which could reduce detrimental effect of heat stress in cage temperature 33 ± 1oC. Ethanol, ethyl acetate, and n-hexane fractions were used at each dose 10 mg/kg BW. The second step was to determine the effective dose of the n-hexane fraction which used doses 5, 10, and 20 mg/kg BW. Parameters used to evaluate the reducing detrimental effect stress of extract jaloh were body temperature, ratio of heterophil and lymphocyte, cortisol level in feces, gain of body weight, feed conversion ratio, and change of behaviors. The third step was to study the response of the effective dose of n-hexane extract jaloh on calcium and glucose concentration in serum and the expression of inducible nitric oxide synthase (iNOS) at lung tissue.

The result of the first step indicated that fraction of n-hexane solution could improve performance and lessen stress which based on indicator stress measured. At second step was found that effective dose of n-hexane jaloh bark extract was 10 mg/kg BW. At third step, the n-hexane jaloh bark extract at dose 10 mg/kg BW was not change significantly the calcium and glucose concentration in serum, and decreasing body temperature. However, it could lessen stress, and increase the number of lung cells were positive iNOS. The highest chemical compound in n-hexane jaloh bark extract were two major fatty acids i.e., palmitic acid (35.91%) and linoleic acid (14.76%).

This research concluded that n-hexane jaloh bark extract at the dose of 10 mg/kg BW could be used in reducing detrimental effect of heat stress on broiler. Mechanism of n-hexane jaloh bark extract in reducing detrimental effect of heat stress assumed, related to the role of fatty acids (linoleic acid) which responsible to activate iNOS at lung tissue.

(5)

v

©

Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007

Hak cipta dilindungi

(6)

PENGGUNAAN EKSTRAK KULIT

BATANG JALOH (

Salix tetrasperma

Roxb)

UNTUK MENGURANGI DAMPAK

CEKAMAN PANAS PADA AYAM BROILER

SUGITO

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada

Progam Studi Sains Veteriner

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala karunia dan hidayah-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Ruang lingkup penelitian ini adalah mempelajari penggunaan ekstrak kulit batang tanaman jaloh untuk mengurangi dampak stres karena cekaman panas pada ayam broiler.

Dengan selesainya karya ilmiah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Bapak Wasmen Manalu, Ibu Dewi Apri Astuti, Ibu Ekowati Handharyani, dan Bapak Haji Chairul selaku pembimbing yang dengan sangat sabarnya telah banyak memberikan masukan, nasehat, dan dorongan semangat serta dengan tulus telah mengorbankan waktu selama pelaksanaan penelitian dan penulisan disertasi. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada seluruh staf dan pegawai di Laboratorium Fitokimia Biologi LIPI Kebun Raya Bogor dan Laboratorium Toksikologi Balai Besar Penelitian Veteriner (BBalitvet) Bogor yang telah memberikan banyak saran dan mengizinkan pemakaian fasilitas selama pelaksanaan penelitian.

Penghargaan dan ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak-bapak dan Ibu-ibu dosen serta para laboran di Laboratorium Patologi dan Fisiologi Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Institut Pertanian Bogor (IPB) yang telah banyak membantu selama pelaksanaan penelitian.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Rektor Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Dekan FKH Unsyiah, Dekan FKH IPB, serta Ketua Program Studi Sains Veteriner (SVT), Pemerintah Daerah Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Yayasan Pendidikan Putera Mama, Deutscher Akademischer Austausch Dienst (DAAD) Jerman, serta semua pihak atas segala bantuan yang diberikan.

Ucapan terima kasih yang tak terhingga disampaikan kepada Ibunda Sudiyem, istri, anak, dan seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Ucapan yang sama penulis sampaikan juga kepada teman-teman dan pihak-pihak yang telah banyak memberikan dorongan, baik materi maupun moral sehingga pelaksanaan penelitian dan penulisan disertasi ini dapat diselesaikan.

Bogor, Maret 2007

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Tanjung Semantok, Kabupaten Aceh Tamiang pada tanggal 15 Februari 1961 dari ayah Muhammad Syarief (almarhum) dan ibu Sudiyem. Penulis merupakan anak keempat dari sembilan bersaudara. Pendidikan sarjana ditempuh pada program studi Kedokteran Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, lulus tahun 1986 dan pada tahun 1988 pada fakultas yang sama lulus pendidikan dokter hewan. Pada tahun 1991, penulis diterima di Program Studi Sains Veteriner pada Program Pascasarjana IPB dan menamatkannya pada tahun 1994. Kesempatan melanjutkan studi ke program doktor pada program studi dan perguruan tinggi yang sama diperoleh pada tahun 2002. Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari Departemen Pendidikan Nasional (BPPS-Diknas) Republik Indonesia. Sejak tahun 1989 penulis bekerja sebagai dosen pada FKH Unsyiah Darussalam Banda Aceh.

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 5

Manfaat Penelitian ... ... 5

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Jaloh ... 6

Karakteristik Botani Tanaman Jaloh ... 6

Penggunaan Tanaman Jaloh sebagai Bahan Obat Tradisional ... 7

Komposisi Senyawa Bioaktif Tanaman Jaloh ... 7

Efek Farmakologis Senyawa Bioaktif Tanaman Jaloh ... 8

Lipida pada Tanaman ... 10

Cekaman (Stres) pada Ayam …... 11

Cekaman Panas pada Ayam …... 12

Pengaruh Cekaman Panas pada Jalur Hipotalamu-Hipofisa-Adrenal Ayam ………... 15

Dampak Cekaman Panas pada Ayam .... 17

Indikator Adanya Cekaman Panas pada Ayam ... 19

Aplikasi Pananganan Cekaman Panas pada Ayam Broiler ………... 21

Enzim Nitrat Oksida Sintase dan Nitrat Oksida ... 23

Peran Nitrat Oksida pada Proses Evaporasi ... 24

Enzim iNOS …... 26

Evaluasi Pengaruh Pemberian Ekstrak Jaloh (Salix tetrasperma Roxb) pada Performans dan Indikator Stres pada Ayam Broiler yang Diberi Cekaman Panas Abstrak ... 27

Pendahuluan ... 28

Bahan dan Metode ... 29

Hasil dan Pembahasan ... 32

Simpulan ... 40

Daftar Pustaka ... 40

Analisis Kandungan Senyawa Kimia pada Ekstrak n-Heksan Tanaman Jaloh (Salix tetrasperma Roxb) dengan Menggunakan GC-MS Abstrak …... 43

Pendahuluan ... 43

Bahan dan Metode ... 44

Hasil dan Pembahasan ... 46

Simpulan ... 49

(11)

xi

Perubahan Kadar Hormon Kortisol, Triiodotironin-bebas dan Hematologi pada Ayam Broiler yang Diberi Cekaman Panas dan Ekstrak Heksan Jaloh

Abstrak ... 53

Pendahuluan ... 54

Bahan dan Metode ... 55

Hasil dan Pembahasan ... 58

Simpulan ... 64

Daftar Pustaka ... 64

Performans dan Morfometrik Jaringan Usus pada Ayam Broiler yang Diberi Cekaman Panas dan Ekstrak n-Heksan Jaloh Abstrak ... 68

Pendahuluan ... 68

Bahan dan Metode ... 70

Hasil dan Pembahasan ... 72

Simpulan ... 77

Daftar Pustaka ... 78

Efek Pemberian Ekstrak n-Heksan Tanaman Jaloh terhadap Kadar Kalsium dan Glukosa Serum serta Ekspresi Nitrat Oksida Sintase Indusibel Paru Ayam Broiler yang Diberi Cekaman Panas Abstrak ... 80

Pendahuluan ... 81

Bahan dan Metode ... 82

Hasil dan Pembahasan ... 85

Simpulan ... 92

Daftar Pustaka …... 92

PEMBAHASAN UMUM ... 95

SIMPULAN DAN SARAN ... 104

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Kisaran suhu lingkungan yang direkomendasikan untuk produksi optimum pertumbuhan pada berbagai tingkat umur ayam broiler (sumber: Kuczynski 2002)... 12

2. Keadaan rata-rata (±SD) suhu di luar dan dalam kandang percobaan selama pelaksanaan penelitian... 33

3. Rata-rata (±SD) bobot badan, pertambahan bobot badan (PBB), konsumsi pakan (KP), dan rasio konversi pakan (RKP) pada ayam broiler yang diberi perlakuan fraksi ekstrak jaloh selama 14 hari... 36

4. Waktu retensi (RT = retention time), peak area, dan nama-nama senyawa hasil analisis ekstrak kulit batang tanaman jaloh dengan alat GC-MS... 47

5. Rata-rata (±SD) kadar kortisol (ug/dl) dalam feses yang diambil pada 3 periode waktu pengambilan, yaitu pengambilan I (feses dikumpulkan antara 1 sampai 2 jam sebelum penelitian dimulai), pengambilan II (feses dikumpulkan antara 3 sampai 4 jam setelah ayam diberi perlakuan cekaman panas), pengambilan III (feses dikumpulkan antara 2 sampai 3 jam setelah suhu dalam kandang berpemanas diturunkan)... 59

6. Rata-rata (±SD) kadar kortisol dalam plasma (μg/dl) ayam broiler yang diambil pagi pada hari ke-5 dan ke-10 dari pelaksanaan penelitian... 60

7. Rata-rata (±SD) kadar triiodotironin-bebas (T3b) (pg/ml) dalam feses pada 3 periode pengukuran dan kadar T3 dalam plasma pada 2 periode pengukuran... 62

8. Rata-rata (±SD) jumlah eritrosit (x 106/μl), hemoglobin (Hb), packed cell volume (PCV), jumlah leukosit (x 103/μl), dan rasio heterofil dan limfosit (H:L) ayam broiler yang diberi perlakuan cekaman panas dan EHJ... 63

9. Rata-rata (±SD) suhu tubuh (°C) ayam yang diukur setiap hari selama 5 hari pada 3 kali waktu pengukuran, yaitu 2 jam sebelum diberi perlakuan (I), 2, dan 4 jam setelah diberi cekaman panas (II dan III) pada masing-masing perlakuan... 73

(13)

xiii

11. Rata-rata (±SD) tinggi (μm) dan luas permukaan (μm2) vili duodenum, yeyunum, dan ileum pada ayam broiler yang diukur setelah 10 hari pemberian perlakuan... 75

12. Hasil pengamatan tingkah laku ayam broiler yang diberi cekaman panas tanpa EHJ (CP) dan diberi cekaman panas dan EHJ 10 mg/kg BB (CP+EHJ)... 87

13. Rata-rata (±SD) kadar glukosa (mg%) dan kalsium (ppm) dalam serum ayam yang diberi cekaman panas tanpa diberi EHJ (CP) dan diberi cekaman panas dan EHJ 10 mg/kg BB (CP+EHJ)... 90

(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Pohon, bunga, dan daun tanaman jaloh (Salix tetrasperma Roxb).. 6

2. Diagram zona suhu nyaman (thermoneutral zone) pada lingkungan pemeliharaan untuk optimasi produktivitas ayam... 14

3. Jalur aktivasi hipotalamus-hipofisa-adrenal korteks pada keadaan menderita cekaman panas dan dampak utama yang ditimbulkannya serta jalur sekresi, metabolisme dan eskresi hormon kortisol... 16

4. Skema metabolisme kortisol dengan prazat kolesterol pada jaringan adrenal korteks... 21

5. Ilustrasi aktivasi pembentukan iNOS yang melibatkan beberapa produk proinflamasi [IL-1 (interleukin 1), TNF (tumor necrosis factor), IFN (interferon)], nukleus faktor-kaffa B (NF-κB), hambatan (inhibiton)-kaffa B (I-κB), dan arginin serta peran senyawa NO di dalam sel untuk proses aktivasi vasodilatasi sel-sel otot polos dengan melibatkan GS (guanosin siklase), GTP (guanosin trifosfat), cGMP (siklik guanosin monofosfat), PK-G (protein kinase G), Na+K+ATP-Ase (sodium kalium ATP-ase), (Na+)i (ion Na intraselular), (Ca2+)i (ion Ca intraselular)... 25

6. Skema fraksinasi ekstrak kulit batang jaloh dengan cara maserasi menggunakan larutan n-heksan (Fr. Heksan), etil asetat (Fr. EtOAc), dan etanol (Fr. EtOH)... 29

7. Rata-rata suhu tubuh ayam sebelum dan sesudah diberi cekaman panas pada masing-masing perlakuan A) KL= Kontrol luar ayam tanpa diberi cekaman panas dan ekstrak jaloh; B) KD=Kontrol dalam ayam diberi cekaman panas tanpa diberi fraksi jaloh; C) Fr. Hek = Diberi cekaman panas dan diberi fraksi heksan 10 mg/kg BB; D) Fr. EtOAc= Diberi cekaman panas dan diberi fraksi etil asetat 10 mg/kg BB; E) Fr. EtOH = Diberi cekaman panas dan diberi fraksi etil alkohol 10 mg/kg BB... 35

8. Rata-rata (±SD) kadar hematokrit (A) dan rasio H:L (B) ayam broiler yang tidak diberi cekaman panas (KL) dan perlakuan yang diberi cekaman panas disertai pemberian ekstrak jaloh... 39

(15)

xv

10. Suhu kandang selama penelitian dilakukan (Gambar A) dan rata-rata suhu tubuh (Gambar B) ayam perlakuan CP (diberi cekaman panas tanpa EHJ) dan CP+EHJ (diberi cekaman panas dan EHJ dosis 10 mg/kgBB) sejak 2 jam sebelum penelitian dimulai dan 2 jam setelah cekaman panas dihentikan... 86

11. Jumlah sel yang secara imunoreaktif positif terhadap iNOS (tanda panah) pada ayam kontrol (A), CP (diberi cekaman panas tanpa diberi EHJ, B), dan CP+EHJ (diberi cekaman panas dan EHJ 10 mg/kg BB, C) pada metode pewarnaan dengan DAB... 91

12. Beberapa hipotesis mekanisme kerja senyawa EHJ dalam mengurangi dampak cekaman panas yang diduga terjadi melalui 4 jalur, yaitu 1 senyawa EHJ dirombak menjadi eikosanoid, 2 senyawa EHJ digunakan sebagai zat nutrien, 3 senyawa EHJ membantu pertumbuhan mikoflora dalam saluran pencernaan, dan 4 senyawa EHJ berperan sebagai antioksidan... 97

13. Ilustrasi kemungkinan jalur mekanisme kerja EHJ dalam mengaktivasi pembentukan iNOS pada jaringan paru yang melibatkan nukleus faktor-kaffa B (NF-κB) dan inhibiton-kaffa B (I-κB)... 99

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Hasil anova pengukuran suhu tubuh ayam yang diukur setiap hari selama 5 hari pada 3 kali waktu pengukuran. Pengukuran I dilakukan 2 jam sebelum diberi perlakuan, pengukuran II dan III dilakukan 2 dan 4 jam setelah diberi cekaman panas pada masing-masing perlakuan... 118

2. Hasil anova selisih suhu tubuh ayam yang diukur pada pengukuran II dengan pengukuran I dan pengukuran III dengan pengukuran I. Pengukuran I dilakukan 2 jam sebelum diberi perlakuan, pengukuran II dan III dilakukan 2 dan 4 jam setelah diberi cekaman panas pada masing-masing perlakuan... 119

3. Hasil anova jumlah gerakan pernapasan terhadap perlakuan... 120

4a. Hasil anova kadar glukosa dan kalsium dalam serum... 121

4b. Hasil anova sel jumlah sel positif iNOS pada jaringan paru 121

5. Surat hasil identifikasi/determinasi tumbuhan jaloh asal Desa Montasek Kabupaten Aceh Besar... 122

(17)

PENDAHULUAN

Ayam dapat berproduksi secara optimum atau hidup dengan nyaman bila

faktor-faktor internal dan ekternal berada dalam batasan-batasan normal yang

sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Keadaan suhu lingkungan merupakan salah

satu faktor ekternal, yang dapat mempengaruhi kenyamanan dan produktivitas

ayam. Suhu panas pada suatu lingkungan industri ayam telah menjadi salah satu

perhatian utama karena dapat menyebabkan kerugian ekonomi akibat peningkatan

angka kematian ataupun penurunan produktvitas (St-Pierre et al. 2003). Di

Indonesia laporan kerugian ekonomi karena pengaruh cekaman panas pada ternak

unggas sampai sejauh ini belum ditemukan. Gambaran nyata di lapangan tentang

kerugian akibat cekaman panas ini diduga relatif besar, mengingat suhu

lingkungan dan kelembaban udara yang relatif tinggi. Pada siang hari rata-rata

suhu harian berkisar antara 27,7 dan 34,6oC dengan kelembaban udara berkisar

antara 55,8 dan 86,8% (BPS 2003). Sebagai pembanding dapat dilihat laporan

Kuczynski (2002) yang menyatakan bahwa pemeliharaan ayam broiler sampai

umur 35 hari pada suhu di atas 31oC menyebabkan penurunan bobot badan

mencapai 25%, jika dibadingkan dengan pemeliharaan pada suhu 21,1-22,2oC.

Kerugian tersebut belum termasuk peningkatan angka kematian dan nilai rasio

konversi pakan.

Ayam merupakan hewan berdarah panas (endotermik/homeotermik) yang

suhu tubuhnya diatur dalam suatu kisaran yang sesuai. Pada keadaan normal, suhu

tubuh ayam dewasa berkisar antara 41 dan 42oC dengan variasi antara 1,5oC. Bila

suhu lingkungan meningkat, suhu tubuh ayam juga akan meningkat (Cooper &

Washburn 1998; Aengwanich & Simaraks 2004). Umumnya diperlukan suhu

lingkungan yang relatif lebih tinggi untuk anak ayam berumur 1-2 minggu,

sedangkan broiler berumur 4-6 minggu (saat bulu kasar telah tumbuh)

memerlukan suhu lingkungan yang lebih rendah guna menjaga keseimbangan

antara pembentukan dan pelepasan panas tubuh agar pertumbuhannya optimum

(Kuczyński 2002). Pada ayam broiler berumur di atas 20 hari, keadaan suhu

lingkungan yang optimum untuk pertumbuhan berkisar antara 20 dan 25oC

(18)

Pendahuluan 2

Ayam broiler berumur di atas 3 minggu akan mengalami cekaman panas serius

bila suhu lingkungan lebih tinggi dari 32oC (Cooper & Washburn, 1998).

Cekaman panas dihasilkan dari adanya ketidakseimbangan (keseimbangan

negatif) antara jumlah panas yang dilepaskan dari tubuh ke lingkungan di

sekitarnya dengan jumlah panas yang dihasilkan tubuh (Lin et al. 2005). Selama

ayam mengalami cekaman, terjadi perubahan-perubahan fisiologis dan

metabolisme tubuh dalam upaya mempertahankan diri dengan pengembangan

sistem homeostasis yang ada, agar suhu tubuh berada pada kisaran normal.

Upaya-upaya tersebut berupa percepatan pengeluaran panas dengan perubahan

tingkah laku dan perubahan metabolisme tubuh (Roberts et al. 2002).

Cekaman panas (heat stress) menyebabkan penurunan pertumbuhan dan

tidak efisiennya penggunaan pakan pada ayam broiler (Donkoh 1989; Mashaly et

al. 2004). Penurunan pertumbuhan ini terkait dengan penurunan konsumsi pakan

selama ayam mengalami cekaman panas (McFarlane et al. 1989), sedangkan tidak

efisiennya penggunaan pakan diduga salah satu penyebabnya terkait dengan

terganggunya pertumbuhan saluran pencernaan. Pada ayam broiler yang

mengalami cekaman panas, villi pada duodenum dan yeyunum akan memendek

(Mitchell & Carlisle 1992). Komposisi zat dalam makanan dan zat aktif dalam

ekstrak tanaman tertentu dalam pakan dapat juga mempengaruhi pertumbuhan vili

usus (Jamroz et al. 2006).

Cekaman panas menyebabkan penurunan pertambahan bobot badan dan

gangguan pembentukan sel-sel darah putih (Cooper & Washburn 1998),

peningkatan sel-sel heterofil dan penurunan sel-sel limfosit sehingga rasio antara

heterofil dan limfosit meningkat (Aengwanich & Chinrasri, 2002; Bedanova et al.

2003), dan penurunan kadar hematokrit (Packed cell volume = PCV) (Altan et al.

2000). Peningkatan rasio heterofil:limfosit selalu digunakan sebagai indikator

yang akurat akibat cekaman panas yang kronis pada ayam (Bedanova et al. 2003).

Pada ayam yang mengalami cekaman panas, jalur utama untuk menjaga

keseimbangan suhu adalah pelepasan panas melalui penguapan air (evaporasi)

pada kulit dan saluran pernapasan dengan cara panting (Hoffman & Walsberg

1999; Ophir et al. 2002). Evaporasi terjadi dengan cara pelebaran pembuluh

perifer (vasodilatasi) sehingga darah lebih banyak membawa panas dari dalam

(19)

Pendahuluan 3

berperan dalam perangsangan vasodilatasi pembuluh darah adalah nitrat oksida

(NO). Nitrat oksida terbentuk dari asam amino arginin dan enzim nitrat oksida

sintase (NOS) yang berperan sebagai biokatalisatornya (Taylor & Bishop 1993;

Mori & Gotoh 2004). Dari 3 bentuk (isoform) NOS, iNOS diketahui banyak

berperan pada keadaan hewan menderita cekaman. Secara normal iNOS sangat

rendah kadarnya pada sel (Tedeschi et al. 2004). Aktivasi iNOS diinduksi oleh

beberapa jenis sitokin seperti interleukin 1 (IL-1) (Virag et al. 1998; Pitt & Croix

2002; Teng et al. 2002; Chen et al. 2004).

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengurangi pengaruh suhu panas

pada pemeliharaan ayam broiler, baik aspek eksternal seperti pengembangan

disain kandang dan pemasangan instalasi penyejuk maupun internal tubuh ayam

seperti pengaturan pemberian pakan berupa suplementasi mikronutrient (vitamins

dan mineral) (Abu-Dieyeh 2006; Lin et al. 2006). Penelitian-penelitian tentang

penanganan aspek internal tubuh ayam telah banyak menjadi perhatian peneliti.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa suplementasi mikronutrient dilaporkan dapat

mengurangi dampak cekaman panas pada ayam, tetapi efek pemberiannya hanya

bersifat simptomatis, tidak berefek langsung pada kenyamanan ayam. Pemberian

tersebut lebih mengarah kepenggantian senyawa-senyawa yang hilang dan efek

antioksidan pada saat terjadi cekaman

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian bahan tanaman

obat dapat dimanfaatkan sebagai antistres pada ayam broiler. Aspek yang banyak

menjadi kajian adalah efek pemberian ekstrak tanaman pada performans produksi

daging maupun produksi telur (Roy et al 1996; Dhal et al. 1997; Narayanswamy

et al. 2004; Setiaji & Sudarman 2006; Kusnadi et al. 2006). Aspek kajian yang

lebih mendalam terkait mekanisme kerja masih belum banyak dilaporkan. Potensi

pemanfaatan bahan asal tanaman obat sangat besar, mengingat Indonesia memiliki

kekayaan biodeversitas yang luas.

Di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) telah lama diketahui ada sejenis

tanaman yang biasa digunakan sebagai obat tradisionil dalam bahasa Aceh disebut

jaloh (bak sijalŏh). Dari hasil identifikasi, tanaman tersebut sejenis dengan Salix

sp, dari famili Salicaceae, yaitu Salix tetrasperma Roxb. Pada beberapa daerah di

NAD, tumbuhan jaloh ini biasanya digunakan oleh masyarakat sebagai obat

(20)

Pendahuluan 4

telah lama diketahui, terutama di negara-negara Eropa dan Asia sebagai obat pada

manusia (Fiebich & Chrubasik 2004). Sayangnya, sejak ditemukannya aspirin dan

dapat dibuat secara sintetik, penelitian khasiat ekstraksi Salix spp jarang

dilakukan. Pembahasan tentang aktivitas ekstraksi Salix spp selalu mengacu ke

hasil penelitian asam salisilat (aspirin) (Vane 2000; Long et al. 2001).

Tanaman Salix spp telah terbukti sebagai bahan obat antipiretik

(Chrubasik et al. 2000; Fabricant & Farnsworth 2001), antiinflamasi (Fiebich &

Chrubasik 2004; Khayyal et al. 2005), dan antioksidan (Kahkonen et al. 1999).

Analisis dan penentuan kandungan senyawa pada tanaman salix yang telah

dilaporkan umumnya diekstraksi dengan etanol atau larutan yang bersifat polar

lainnya (Kammerer et al. 2005). Hasil analisis pada beberapa spesies Salix

(seperti Salix alba; S. daphnoides, S. purpurea, S. matsudana) umumnya mengandung senyawa glikosida, seperti salisin. Selain itu, diidentifikasi juga

beberapa senyawa terpen, flavonoid, dan beberapa jenis steroid (Chrubasik et al.

2001; Du et al 2004; Zheng et al. 2005; Kammerer et al. 2005). Kajian terakhir

menunjukkan bahwa senyawa bioaktif pada ekstrak beberapa jenis tanaman salix

dapat bekerja menghambat aktivitas enzim siklooksigenase (Marz & Kemper

2002; Zheng et al. 2005) dan pelepasan tumor nekrosis faktor-alpha (TNF-α),

interleukin-1 beta (IL-1 ), serta IL-6 (Fiebich & Chrubasik 2004).

Diduga bahwa peran ekstrak tanaman jaloh dalam mengurangi dampak

cekaman panas pada ayam broiler berkaitan dengan peran enzim nitrat oksida

sintase tipe indusibel (iNOS = inducible nitrate oxide synthase) untuk proses

vasodilatasi sehingga terjadi peningkatan pelepasan panas tubuh melalui

evaporasi. Penelitian ke arah ini pada ayam broiler yang mengalami cekaman

panas belum ditemukan. Oleh karena itu, dirumuskan suatu kerangka pemikiran

untuk mengkaji penggunaan ekstrak kulit batang jaloh untuk mengurangi dampak

cekaman panas pada ayam broiler.

Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mempelajari penggunaan ekstrak

kulit batang jaloh (Salix tetrasperma Roxb) dalam upaya mengurangi dampak

cekaman panas pada ayam broiler sehingga dapat memperbaiki performans dan

(21)

Pendahuluan 5

adalah menentukan jenis fraksi ekstrak kulit batang jaloh yang dapat mengurangi

dampak cekaman panas, dosis efektif, kandungan senyawa kimia ekstrak jaloh,

dan mempelajari kemungkinan jalur mekanisme kerjanya.

Untuk mencapai tujuan tersebut, dilakukan 3 tahap pelaksanaan penelitian.

Ketiga tahap pelaksanaan penelitian tersebut adalah tahap pertama penentuan

jenis fraksi ekstrak kulit batang jaloh yang dapat digunakan untuk mengurangi

dampak cekaman panas. Tahap kedua adalah penentuan dosis efektif ekstrak

n-heksan kulit batang jaloh (EHJ). Tahap ketiga adalah penentuan jalur mekanisme

kerja EHJ dengan melihat ekspresi iNOS pada jaringan paru. Selain itu dilakukan

juga analisis kandungan senyawa di dalam EHJ dengan menggunakan GC-MS.

Dari ke-3 tahapan pelaksanaan penelitian dan analisis kandungan senyawa EHJ

tersebut, laporan hasil penelitian disertasi ini dibuat dalam 5 subjudul artikel.

Hipotesis Penelitian

1. Ekstrak kulit batang jaloh (Salix tetrasperma Roxb) dapat mengurangi

dampak cekaman panas pada ayam broiler.

2. Ekstrak n-heksan kulit batang jaloh efektif bekerja mengurangi dampak

cekaman panas pada dosis 10 mg/kg bobot badan.

3. Kandungan utama senyawa dalam EHJ adalah asam-asam lemak.

4. Mekanisme kerja ekstrak n-heksan kulit batang jaloh mengurangi dampak

cekaman panas terjadi melalui aktivasi enzim iNOS pada jaringan paru.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan menemukan jenis tanaman obat yang dapat

digunakan untuk mengurangi kerugian akibat cekaman panas pada ayam broiler,

terutama di musim kemarau. Selain itu, penelitian ini juga berupaya menggali dan

memanfaatkan sumber hayati tanaman obat yang terdapat di tanah air guna

memperbaiki produktivitas ayam broiler dalam upaya meningkatkan produktivitas

(22)

PENGGUNAAN EKSTRAK KULIT

BATANG JALOH (

Salix tetrasperma

Roxb)

UNTUK MENGURANGI DAMPAK

CEKAMAN PANAS PADA AYAM BROILER

SUGITO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(23)

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Penggunaan Ekstrak Kulit Batang Jaloh (Salix tetrasperma Roxb) untuk Mengurangi Dampak Cekaman Panas pada Ayam Broiler adalah karya saya beserta komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Maret 2007

(24)

ABSTRAK

SUGITO. Penggunaan Ekstrak Kulit Batang Jaloh (Salix tetrasperma Roxb) untuk Mengurangi Dampak Cekaman Panas pada Ayam Broiler. Dibimbing oleh WASMEN MANALU, DEWI APRI ASTUTI, EKOWATI HANDHARYANI, dan CHAIRUL.

Peningkatan suhu lingkungan menyebabkan cekaman panas dan penurunan produktivitas ayam broiler. Ekstrak tanaman jaloh berpotensi digunakan untuk mengurangi dampak cekaman panas karena mengandung senyawa yang bersifat sebagai penurun panas. Telah dilakukan penelitian penggunaan ekstrak kulit batang jaloh pada ayam broiler yang diberi cekaman panas. Penelitian ini bertujuan menentukan fraksi ekstrak kulit batang jaloh yang dapat mengurangi dampak cekaman panas, mengetahui dosis efektif, kandungan senyawa ekstrak jaloh, dan mempelajari kemungkinan jalur mekanisme kerjanya.

Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap. Tahap I adalah penentuan jenis ekstrak jaloh yang dapat mengurangi dampak cekaman panas pada suhu kandang 33 ± 1oC. Jenis fraksi ekstrak jaloh yang digunakan adalah etanol, etil asetat, dan n-heksan dengan dosis masing-masing 10 mg/kg BB. Tahap II adalah penentuan dosis efektif ekstrak jaloh dengan menggunakan dosis 5, 10, dan 20 mg/kg BB. Parameter yang digunakan untuk mengevaluasi efek proteksi ekstrak jaloh dalam mengurangi cekaman panas adalah perubahan suhu tubuh, nilai rasio heterofil:limfosit, kadar kortisol dalam feses, pertambahan bobot badan, nilai rasio konversi pakan, dan perubahan tingkah laku. Tahap III adalah mengetahui respons dosis efektif ekstrak jaloh terhadap kadar kalsium dalam serum, tingkah laku, dan ekspresi enzim inducible nitric oxide synthase (iNOS) dalam jaringan paru.

Hasil penelitian pada tahap I menunjukkan bahwa jenis fraksi ekstrak n-heksan jaloh dapat memperbaiki kinerja pertumbuhan dan mengurangi stres berdasarkan indikator yang diukur. Pada tahap II, diketahui bahwa dosis efektif ekstrak n-heksan jaloh adalah 10 mg/kg BB. Pada tahap III, hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak n-heksan jaloh dosis 10 mg/kg BB tidak mempengaruhi kadar kalsium dan glukosa dalam serum serta penurunan suhu tubuh, tetapi dapat mengurangi stres dan meningkatkan jumlah sel yang positif iNOS pada paru. Kandungan senyawa kimia yang terbanyak dalam ekstrak n-heksan kulit batang jaloh adalah asam lemak palmitat sebesar 35,91% dan asam linoleat sebesar 14,76%.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak n-heksan jaloh dosis 10 mg/kg BB dapat digunakan untuk mengurangi dampak cekaman panas pada ayam broiler. Mekanisme kerja ekstrak n-heksan jaloh dalam mengurangi dampak cekaman panas diduga terkait dengan peran asam-asam lemak (terutama asam linoleat) yang terkandung dalam ekstrak n-heksan jaloh sebagai senyawa yang bertanggung jawab dalam aktivasi iNOS pada jaringan paru.

(25)

ABSTRACT

SUGITO. The Use of Jaloh (Salix tetrasperma Roxb) Bark Extract to Reduces the Detrimental Effects of Heat Stress in Broilers Chicken. Under the direction of WASMEN MANALU, DEWI APRI ASTUTI, EKOWATI HANDHARYANI, and CHAIRUL.

Increasing ambient temperature could cause heat stress on broiler and result in decreasing productivity. Extract jaloh potentially reducing the detrimental effect of heat stress since it contain compound which decreases body temperature. The research was done to use jaloh bark extract to reduce detrimental effect of heat stress on broiler chicken. The purpose of the study was to determine fraction types of jaloh bark extract which could reduce heat stress impact, effective dose, to analyze extract jaloh chemical compounds, and its mechanism activity pathways.

The study consisted of three steps. The first step was to determine fraction types of jaloh bark extract which could reduce detrimental effect of heat stress in cage temperature 33 ± 1oC. Ethanol, ethyl acetate, and n-hexane fractions were used at each dose 10 mg/kg BW. The second step was to determine the effective dose of the n-hexane fraction which used doses 5, 10, and 20 mg/kg BW. Parameters used to evaluate the reducing detrimental effect stress of extract jaloh were body temperature, ratio of heterophil and lymphocyte, cortisol level in feces, gain of body weight, feed conversion ratio, and change of behaviors. The third step was to study the response of the effective dose of n-hexane extract jaloh on calcium and glucose concentration in serum and the expression of inducible nitric oxide synthase (iNOS) at lung tissue.

The result of the first step indicated that fraction of n-hexane solution could improve performance and lessen stress which based on indicator stress measured. At second step was found that effective dose of n-hexane jaloh bark extract was 10 mg/kg BW. At third step, the n-hexane jaloh bark extract at dose 10 mg/kg BW was not change significantly the calcium and glucose concentration in serum, and decreasing body temperature. However, it could lessen stress, and increase the number of lung cells were positive iNOS. The highest chemical compound in n-hexane jaloh bark extract were two major fatty acids i.e., palmitic acid (35.91%) and linoleic acid (14.76%).

This research concluded that n-hexane jaloh bark extract at the dose of 10 mg/kg BW could be used in reducing detrimental effect of heat stress on broiler. Mechanism of n-hexane jaloh bark extract in reducing detrimental effect of heat stress assumed, related to the role of fatty acids (linoleic acid) which responsible to activate iNOS at lung tissue.

(26)

v

©

Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007

Hak cipta dilindungi

(27)

PENGGUNAAN EKSTRAK KULIT

BATANG JALOH (

Salix tetrasperma

Roxb)

UNTUK MENGURANGI DAMPAK

CEKAMAN PANAS PADA AYAM BROILER

SUGITO

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada

Progam Studi Sains Veteriner

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(28)
(29)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala karunia dan hidayah-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Ruang lingkup penelitian ini adalah mempelajari penggunaan ekstrak kulit batang tanaman jaloh untuk mengurangi dampak stres karena cekaman panas pada ayam broiler.

Dengan selesainya karya ilmiah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Bapak Wasmen Manalu, Ibu Dewi Apri Astuti, Ibu Ekowati Handharyani, dan Bapak Haji Chairul selaku pembimbing yang dengan sangat sabarnya telah banyak memberikan masukan, nasehat, dan dorongan semangat serta dengan tulus telah mengorbankan waktu selama pelaksanaan penelitian dan penulisan disertasi. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada seluruh staf dan pegawai di Laboratorium Fitokimia Biologi LIPI Kebun Raya Bogor dan Laboratorium Toksikologi Balai Besar Penelitian Veteriner (BBalitvet) Bogor yang telah memberikan banyak saran dan mengizinkan pemakaian fasilitas selama pelaksanaan penelitian.

Penghargaan dan ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak-bapak dan Ibu-ibu dosen serta para laboran di Laboratorium Patologi dan Fisiologi Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Institut Pertanian Bogor (IPB) yang telah banyak membantu selama pelaksanaan penelitian.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Rektor Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Dekan FKH Unsyiah, Dekan FKH IPB, serta Ketua Program Studi Sains Veteriner (SVT), Pemerintah Daerah Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Yayasan Pendidikan Putera Mama, Deutscher Akademischer Austausch Dienst (DAAD) Jerman, serta semua pihak atas segala bantuan yang diberikan.

Ucapan terima kasih yang tak terhingga disampaikan kepada Ibunda Sudiyem, istri, anak, dan seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Ucapan yang sama penulis sampaikan juga kepada teman-teman dan pihak-pihak yang telah banyak memberikan dorongan, baik materi maupun moral sehingga pelaksanaan penelitian dan penulisan disertasi ini dapat diselesaikan.

Bogor, Maret 2007

(30)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Tanjung Semantok, Kabupaten Aceh Tamiang pada tanggal 15 Februari 1961 dari ayah Muhammad Syarief (almarhum) dan ibu Sudiyem. Penulis merupakan anak keempat dari sembilan bersaudara. Pendidikan sarjana ditempuh pada program studi Kedokteran Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, lulus tahun 1986 dan pada tahun 1988 pada fakultas yang sama lulus pendidikan dokter hewan. Pada tahun 1991, penulis diterima di Program Studi Sains Veteriner pada Program Pascasarjana IPB dan menamatkannya pada tahun 1994. Kesempatan melanjutkan studi ke program doktor pada program studi dan perguruan tinggi yang sama diperoleh pada tahun 2002. Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari Departemen Pendidikan Nasional (BPPS-Diknas) Republik Indonesia. Sejak tahun 1989 penulis bekerja sebagai dosen pada FKH Unsyiah Darussalam Banda Aceh.

(31)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xii DAFTAR GAMBAR ... xiv DAFTAR LAMPIRAN ... xvi PENDAHULUAN

Latar Belakang ... 1 Tujuan Penelitian ... 5 Manfaat Penelitian ... ... 5 TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Jaloh ... 6 Karakteristik Botani Tanaman Jaloh ... 6 Penggunaan Tanaman Jaloh sebagai Bahan

Obat Tradisional ... 7 Komposisi Senyawa Bioaktif Tanaman Jaloh ... 7 Efek Farmakologis Senyawa Bioaktif Tanaman Jaloh ... 8 Lipida pada Tanaman ... 10 Cekaman (Stres) pada Ayam …... 11

Cekaman Panas pada Ayam …... 12 Pengaruh Cekaman Panas pada Jalur

Hipotalamu-Hipofisa-Adrenal Ayam ………... 15 Dampak Cekaman Panas pada Ayam .... 17 Indikator Adanya Cekaman Panas pada Ayam ... 19 Aplikasi Pananganan Cekaman Panas

pada Ayam Broiler ………... 21 Enzim Nitrat Oksida Sintase dan Nitrat Oksida ... 23 Peran Nitrat Oksida pada Proses Evaporasi ... 24 Enzim iNOS …... 26 Evaluasi Pengaruh Pemberian Ekstrak Jaloh (Salix tetrasperma Roxb)

pada Performans dan Indikator Stres pada Ayam Broiler yang Diberi Cekaman Panas

Abstrak ... 27 Pendahuluan ... 28 Bahan dan Metode ... 29 Hasil dan Pembahasan ... 32 Simpulan ... 40 Daftar Pustaka ... 40 Analisis Kandungan Senyawa Kimia pada Ekstrak n-Heksan Tanaman

Jaloh (Salix tetrasperma Roxb) dengan Menggunakan GC-MS

(32)

xi

Perubahan Kadar Hormon Kortisol, Triiodotironin-bebas dan Hematologi pada Ayam Broiler yang Diberi Cekaman Panas dan Ekstrak Heksan Jaloh

Abstrak ... 53 Pendahuluan ... 54 Bahan dan Metode ... 55 Hasil dan Pembahasan ... 58 Simpulan ... 64 Daftar Pustaka ... 64 Performans dan Morfometrik Jaringan Usus pada Ayam Broiler yang

Diberi Cekaman Panas dan Ekstrak n-Heksan Jaloh

Abstrak ... 68 Pendahuluan ... 68 Bahan dan Metode ... 70 Hasil dan Pembahasan ... 72 Simpulan ... 77 Daftar Pustaka ... 78 Efek Pemberian Ekstrak n-Heksan Tanaman Jaloh terhadap Kadar

Kalsium dan Glukosa Serum serta Ekspresi Nitrat Oksida Sintase Indusibel Paru Ayam Broiler yang Diberi Cekaman Panas

Abstrak ... 80 Pendahuluan ... 81 Bahan dan Metode ... 82 Hasil dan Pembahasan ... 85 Simpulan ... 92 Daftar Pustaka …... 92

PEMBAHASAN UMUM ... 95

SIMPULAN DAN SARAN ... 104

(33)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Kisaran suhu lingkungan yang direkomendasikan untuk produksi optimum pertumbuhan pada berbagai tingkat umur ayam broiler (sumber: Kuczynski 2002)... 12

2. Keadaan rata-rata (±SD) suhu di luar dan dalam kandang percobaan selama pelaksanaan penelitian... 33

3. Rata-rata (±SD) bobot badan, pertambahan bobot badan (PBB), konsumsi pakan (KP), dan rasio konversi pakan (RKP) pada ayam broiler yang diberi perlakuan fraksi ekstrak jaloh selama 14 hari... 36

4. Waktu retensi (RT = retention time), peak area, dan nama-nama senyawa hasil analisis ekstrak kulit batang tanaman jaloh dengan alat GC-MS... 47

5. Rata-rata (±SD) kadar kortisol (ug/dl) dalam feses yang diambil pada 3 periode waktu pengambilan, yaitu pengambilan I (feses dikumpulkan antara 1 sampai 2 jam sebelum penelitian dimulai), pengambilan II (feses dikumpulkan antara 3 sampai 4 jam setelah ayam diberi perlakuan cekaman panas), pengambilan III (feses dikumpulkan antara 2 sampai 3 jam setelah suhu dalam kandang berpemanas diturunkan)... 59

6. Rata-rata (±SD) kadar kortisol dalam plasma (μg/dl) ayam broiler yang diambil pagi pada hari ke-5 dan ke-10 dari pelaksanaan penelitian... 60

7. Rata-rata (±SD) kadar triiodotironin-bebas (T3b) (pg/ml) dalam feses pada 3 periode pengukuran dan kadar T3 dalam plasma pada 2 periode pengukuran... 62

8. Rata-rata (±SD) jumlah eritrosit (x 106/μl), hemoglobin (Hb), packed cell volume (PCV), jumlah leukosit (x 103/μl), dan rasio heterofil dan limfosit (H:L) ayam broiler yang diberi perlakuan cekaman panas dan EHJ... 63

9. Rata-rata (±SD) suhu tubuh (°C) ayam yang diukur setiap hari selama 5 hari pada 3 kali waktu pengukuran, yaitu 2 jam sebelum diberi perlakuan (I), 2, dan 4 jam setelah diberi cekaman panas (II dan III) pada masing-masing perlakuan... 73

(34)

xiii

11. Rata-rata (±SD) tinggi (μm) dan luas permukaan (μm2) vili duodenum, yeyunum, dan ileum pada ayam broiler yang diukur setelah 10 hari pemberian perlakuan... 75

12. Hasil pengamatan tingkah laku ayam broiler yang diberi cekaman panas tanpa EHJ (CP) dan diberi cekaman panas dan EHJ 10 mg/kg BB (CP+EHJ)... 87

13. Rata-rata (±SD) kadar glukosa (mg%) dan kalsium (ppm) dalam serum ayam yang diberi cekaman panas tanpa diberi EHJ (CP) dan diberi cekaman panas dan EHJ 10 mg/kg BB (CP+EHJ)... 90

(35)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Pohon, bunga, dan daun tanaman jaloh (Salix tetrasperma Roxb).. 6

2. Diagram zona suhu nyaman (thermoneutral zone) pada lingkungan pemeliharaan untuk optimasi produktivitas ayam... 14

3. Jalur aktivasi hipotalamus-hipofisa-adrenal korteks pada keadaan menderita cekaman panas dan dampak utama yang ditimbulkannya serta jalur sekresi, metabolisme dan eskresi hormon kortisol... 16

4. Skema metabolisme kortisol dengan prazat kolesterol pada jaringan adrenal korteks... 21

5. Ilustrasi aktivasi pembentukan iNOS yang melibatkan beberapa produk proinflamasi [IL-1 (interleukin 1), TNF (tumor necrosis factor), IFN (interferon)], nukleus faktor-kaffa B (NF-κB), hambatan (inhibiton)-kaffa B (I-κB), dan arginin serta peran senyawa NO di dalam sel untuk proses aktivasi vasodilatasi sel-sel otot polos dengan melibatkan GS (guanosin siklase), GTP (guanosin trifosfat), cGMP (siklik guanosin monofosfat), PK-G (protein kinase G), Na+K+ATP-Ase (sodium kalium ATP-ase), (Na+)i (ion Na intraselular), (Ca2+)i (ion Ca intraselular)... 25

6. Skema fraksinasi ekstrak kulit batang jaloh dengan cara maserasi menggunakan larutan n-heksan (Fr. Heksan), etil asetat (Fr. EtOAc), dan etanol (Fr. EtOH)... 29

7. Rata-rata suhu tubuh ayam sebelum dan sesudah diberi cekaman panas pada masing-masing perlakuan A) KL= Kontrol luar ayam tanpa diberi cekaman panas dan ekstrak jaloh; B) KD=Kontrol dalam ayam diberi cekaman panas tanpa diberi fraksi jaloh; C) Fr. Hek = Diberi cekaman panas dan diberi fraksi heksan 10 mg/kg BB; D) Fr. EtOAc= Diberi cekaman panas dan diberi fraksi etil asetat 10 mg/kg BB; E) Fr. EtOH = Diberi cekaman panas dan diberi fraksi etil alkohol 10 mg/kg BB... 35

8. Rata-rata (±SD) kadar hematokrit (A) dan rasio H:L (B) ayam broiler yang tidak diberi cekaman panas (KL) dan perlakuan yang diberi cekaman panas disertai pemberian ekstrak jaloh... 39

(36)

xv

10. Suhu kandang selama penelitian dilakukan (Gambar A) dan rata-rata suhu tubuh (Gambar B) ayam perlakuan CP (diberi cekaman panas tanpa EHJ) dan CP+EHJ (diberi cekaman panas dan EHJ dosis 10 mg/kgBB) sejak 2 jam sebelum penelitian dimulai dan 2 jam setelah cekaman panas dihentikan... 86

11. Jumlah sel yang secara imunoreaktif positif terhadap iNOS (tanda panah) pada ayam kontrol (A), CP (diberi cekaman panas tanpa diberi EHJ, B), dan CP+EHJ (diberi cekaman panas dan EHJ 10 mg/kg BB, C) pada metode pewarnaan dengan DAB... 91

12. Beberapa hipotesis mekanisme kerja senyawa EHJ dalam mengurangi dampak cekaman panas yang diduga terjadi melalui 4 jalur, yaitu 1 senyawa EHJ dirombak menjadi eikosanoid, 2 senyawa EHJ digunakan sebagai zat nutrien, 3 senyawa EHJ membantu pertumbuhan mikoflora dalam saluran pencernaan, dan 4 senyawa EHJ berperan sebagai antioksidan... 97

13. Ilustrasi kemungkinan jalur mekanisme kerja EHJ dalam mengaktivasi pembentukan iNOS pada jaringan paru yang melibatkan nukleus faktor-kaffa B (NF-κB) dan inhibiton-kaffa B (I-κB)... 99

(37)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Hasil anova pengukuran suhu tubuh ayam yang diukur setiap hari selama 5 hari pada 3 kali waktu pengukuran. Pengukuran I dilakukan 2 jam sebelum diberi perlakuan, pengukuran II dan III dilakukan 2 dan 4 jam setelah diberi cekaman panas pada masing-masing perlakuan... 118

2. Hasil anova selisih suhu tubuh ayam yang diukur pada pengukuran II dengan pengukuran I dan pengukuran III dengan pengukuran I. Pengukuran I dilakukan 2 jam sebelum diberi perlakuan, pengukuran II dan III dilakukan 2 dan 4 jam setelah diberi cekaman panas pada masing-masing perlakuan... 119

3. Hasil anova jumlah gerakan pernapasan terhadap perlakuan... 120

4a. Hasil anova kadar glukosa dan kalsium dalam serum... 121

4b. Hasil anova sel jumlah sel positif iNOS pada jaringan paru 121

5. Surat hasil identifikasi/determinasi tumbuhan jaloh asal Desa Montasek Kabupaten Aceh Besar... 122

(38)

PENDAHULUAN

Ayam dapat berproduksi secara optimum atau hidup dengan nyaman bila

faktor-faktor internal dan ekternal berada dalam batasan-batasan normal yang

sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Keadaan suhu lingkungan merupakan salah

satu faktor ekternal, yang dapat mempengaruhi kenyamanan dan produktivitas

ayam. Suhu panas pada suatu lingkungan industri ayam telah menjadi salah satu

perhatian utama karena dapat menyebabkan kerugian ekonomi akibat peningkatan

angka kematian ataupun penurunan produktvitas (St-Pierre et al. 2003). Di

Indonesia laporan kerugian ekonomi karena pengaruh cekaman panas pada ternak

unggas sampai sejauh ini belum ditemukan. Gambaran nyata di lapangan tentang

kerugian akibat cekaman panas ini diduga relatif besar, mengingat suhu

lingkungan dan kelembaban udara yang relatif tinggi. Pada siang hari rata-rata

suhu harian berkisar antara 27,7 dan 34,6oC dengan kelembaban udara berkisar

antara 55,8 dan 86,8% (BPS 2003). Sebagai pembanding dapat dilihat laporan

Kuczynski (2002) yang menyatakan bahwa pemeliharaan ayam broiler sampai

umur 35 hari pada suhu di atas 31oC menyebabkan penurunan bobot badan

mencapai 25%, jika dibadingkan dengan pemeliharaan pada suhu 21,1-22,2oC.

Kerugian tersebut belum termasuk peningkatan angka kematian dan nilai rasio

konversi pakan.

Ayam merupakan hewan berdarah panas (endotermik/homeotermik) yang

suhu tubuhnya diatur dalam suatu kisaran yang sesuai. Pada keadaan normal, suhu

tubuh ayam dewasa berkisar antara 41 dan 42oC dengan variasi antara 1,5oC. Bila

suhu lingkungan meningkat, suhu tubuh ayam juga akan meningkat (Cooper &

Washburn 1998; Aengwanich & Simaraks 2004). Umumnya diperlukan suhu

lingkungan yang relatif lebih tinggi untuk anak ayam berumur 1-2 minggu,

sedangkan broiler berumur 4-6 minggu (saat bulu kasar telah tumbuh)

memerlukan suhu lingkungan yang lebih rendah guna menjaga keseimbangan

antara pembentukan dan pelepasan panas tubuh agar pertumbuhannya optimum

(Kuczyński 2002). Pada ayam broiler berumur di atas 20 hari, keadaan suhu

lingkungan yang optimum untuk pertumbuhan berkisar antara 20 dan 25oC

(39)

Pendahuluan 2

Ayam broiler berumur di atas 3 minggu akan mengalami cekaman panas serius

bila suhu lingkungan lebih tinggi dari 32oC (Cooper & Washburn, 1998).

Cekaman panas dihasilkan dari adanya ketidakseimbangan (keseimbangan

negatif) antara jumlah panas yang dilepaskan dari tubuh ke lingkungan di

sekitarnya dengan jumlah panas yang dihasilkan tubuh (Lin et al. 2005). Selama

ayam mengalami cekaman, terjadi perubahan-perubahan fisiologis dan

metabolisme tubuh dalam upaya mempertahankan diri dengan pengembangan

sistem homeostasis yang ada, agar suhu tubuh berada pada kisaran normal.

Upaya-upaya tersebut berupa percepatan pengeluaran panas dengan perubahan

tingkah laku dan perubahan metabolisme tubuh (Roberts et al. 2002).

Cekaman panas (heat stress) menyebabkan penurunan pertumbuhan dan

tidak efisiennya penggunaan pakan pada ayam broiler (Donkoh 1989; Mashaly et

al. 2004). Penurunan pertumbuhan ini terkait dengan penurunan konsumsi pakan

selama ayam mengalami cekaman panas (McFarlane et al. 1989), sedangkan tidak

efisiennya penggunaan pakan diduga salah satu penyebabnya terkait dengan

terganggunya pertumbuhan saluran pencernaan. Pada ayam broiler yang

mengalami cekaman panas, villi pada duodenum dan yeyunum akan memendek

(Mitchell & Carlisle 1992). Komposisi zat dalam makanan dan zat aktif dalam

ekstrak tanaman tertentu dalam pakan dapat juga mempengaruhi pertumbuhan vili

usus (Jamroz et al. 2006).

Cekaman panas menyebabkan penurunan pertambahan bobot badan dan

gangguan pembentukan sel-sel darah putih (Cooper & Washburn 1998),

peningkatan sel-sel heterofil dan penurunan sel-sel limfosit sehingga rasio antara

heterofil dan limfosit meningkat (Aengwanich & Chinrasri, 2002; Bedanova et al.

2003), dan penurunan kadar hematokrit (Packed cell volume = PCV) (Altan et al.

2000). Peningkatan rasio heterofil:limfosit selalu digunakan sebagai indikator

yang akurat akibat cekaman panas yang kronis pada ayam (Bedanova et al. 2003).

Pada ayam yang mengalami cekaman panas, jalur utama untuk menjaga

keseimbangan suhu adalah pelepasan panas melalui penguapan air (evaporasi)

pada kulit dan saluran pernapasan dengan cara panting (Hoffman & Walsberg

1999; Ophir et al. 2002). Evaporasi terjadi dengan cara pelebaran pembuluh

perifer (vasodilatasi) sehingga darah lebih banyak membawa panas dari dalam

(40)

Pendahuluan 3

berperan dalam perangsangan vasodilatasi pembuluh darah adalah nitrat oksida

(NO). Nitrat oksida terbentuk dari asam amino arginin dan enzim nitrat oksida

sintase (NOS) yang berperan sebagai biokatalisatornya (Taylor & Bishop 1993;

Mori & Gotoh 2004). Dari 3 bentuk (isoform) NOS, iNOS diketahui banyak

berperan pada keadaan hewan menderita cekaman. Secara normal iNOS sangat

rendah kadarnya pada sel (Tedeschi et al. 2004). Aktivasi iNOS diinduksi oleh

beberapa jenis sitokin seperti interleukin 1 (IL-1) (Virag et al. 1998; Pitt & Croix

2002; Teng et al. 2002; Chen et al. 2004).

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengurangi pengaruh suhu panas

pada pemeliharaan ayam broiler, baik aspek eksternal seperti pengembangan

disain kandang dan pemasangan instalasi penyejuk maupun internal tubuh ayam

seperti pengaturan pemberian pakan berupa suplementasi mikronutrient (vitamins

dan mineral) (Abu-Dieyeh 2006; Lin et al. 2006). Penelitian-penelitian tentang

penanganan aspek internal tubuh ayam telah banyak menjadi perhatian peneliti.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa suplementasi mikronutrient dilaporkan dapat

mengurangi dampak cekaman panas pada ayam, tetapi efek pemberiannya hanya

bersifat simptomatis, tidak berefek langsung pada kenyamanan ayam. Pemberian

tersebut lebih mengarah kepenggantian senyawa-senyawa yang hilang dan efek

antioksidan pada saat terjadi cekaman

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian bahan tanaman

obat dapat dimanfaatkan sebagai antistres pada ayam broiler. Aspek yang banyak

menjadi kajian adalah efek pemberian ekstrak tanaman pada performans produksi

daging maupun produksi telur (Roy et al 1996; Dhal et al. 1997; Narayanswamy

et al. 2004; Setiaji & Sudarman 2006; Kusnadi et al. 2006). Aspek kajian yang

lebih mendalam terkait mekanisme kerja masih belum banyak dilaporkan. Potensi

pemanfaatan bahan asal tanaman obat sangat besar, mengingat Indonesia memiliki

kekayaan biodeversitas yang luas.

Di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) telah lama diketahui ada sejenis

tanaman yang biasa digunakan sebagai obat tradisionil dalam bahasa Aceh disebut

jaloh (bak sijalŏh). Dari hasil identifikasi, tanaman tersebut sejenis dengan Salix

sp, dari famili Salicaceae, yaitu Salix tetrasperma Roxb. Pada beberapa daerah di

NAD, tumbuhan jaloh ini biasanya digunakan oleh masyarakat sebagai obat

(41)

Pendahuluan 4

telah lama diketahui, terutama di negara-negara Eropa dan Asia sebagai obat pada

manusia (Fiebich & Chrubasik 2004). Sayangnya, sejak ditemukannya aspirin dan

dapat dibuat secara sintetik, penelitian khasiat ekstraksi Salix spp jarang

dilakukan. Pembahasan tentang aktivitas ekstraksi Salix spp selalu mengacu ke

hasil penelitian asam salisilat (aspirin) (Vane 2000; Long et al. 2001).

Tanaman Salix spp telah terbukti sebagai bahan obat antipiretik

(Chrubasik et al. 2000; Fabricant & Farnsworth 2001), antiinflamasi (Fiebich &

Chrubasik 2004; Khayyal et al. 2005), dan antioksidan (Kahkonen et al. 1999).

Analisis dan penentuan kandungan senyawa pada tanaman salix yang telah

dilaporkan umumnya diekstraksi dengan etanol atau larutan yang bersifat polar

lainnya (Kammerer et al. 2005). Hasil analisis pada beberapa spesies Salix

(seperti Salix alba; S. daphnoides, S. purpurea, S. matsudana) umumnya mengandung senyawa glikosida, seperti salisin. Selain itu, diidentifikasi juga

beberapa senyawa terpen, flavonoid, dan beberapa jenis steroid (Chrubasik et al.

2001; Du et al 2004; Zheng et al. 2005; Kammerer et al. 2005). Kajian terakhir

menunjukkan bahwa senyawa bioaktif pada ekstrak beberapa jenis tanaman salix

dapat bekerja menghambat aktivitas enzim siklooksigenase (Marz & Kemper

2002; Zheng et al. 2005) dan pelepasan tumor nekrosis faktor-alpha (TNF-α),

interleukin-1 beta (IL-1 ), serta IL-6 (Fiebich & Chrubasik 2004).

Diduga bahwa peran ekstrak tanaman jaloh dalam mengurangi dampak

cekaman panas pada ayam broiler berkaitan dengan peran enzim nitrat oksida

sintase tipe indusibel (iNOS = inducible nitrate oxide synthase) untuk proses

vasodilatasi sehingga terjadi peningkatan pelepasan panas tubuh melalui

evaporasi. Penelitian ke arah ini pada ayam broiler yang mengalami cekaman

panas belum ditemukan. Oleh karena itu, dirumuskan suatu kerangka pemikiran

untuk mengkaji penggunaan ekstrak kulit batang jaloh untuk mengurangi dampak

cekaman panas pada ayam broiler.

Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mempelajari penggunaan ekstrak

kulit batang jaloh (Salix tetrasperma Roxb) dalam upaya mengurangi dampak

cekaman panas pada ayam broiler sehingga dapat memperbaiki performans dan

(42)

Pendahuluan 5

adalah menentukan jenis fraksi ekstrak kulit batang jaloh yang dapat mengurangi

dampak cekaman panas, dosis efektif, kandungan senyawa kimia ekstrak jaloh,

dan mempelajari kemungkinan jalur mekanisme kerjanya.

Untuk mencapai tujuan tersebut, dilakukan 3 tahap pelaksanaan penelitian.

Ketiga tahap pelaksanaan penelitian tersebut adalah tahap pertama penentuan

jenis fraksi ekstrak kulit batang jaloh yang dapat digunakan untuk mengurangi

dampak cekaman panas. Tahap kedua adalah penentuan dosis efektif ekstrak

n-heksan kulit batang jaloh (EHJ). Tahap ketiga adalah penentuan jalur mekanisme

kerja EHJ dengan melihat ekspresi iNOS pada jaringan paru. Selain itu dilakukan

juga analisis kandungan senyawa di dalam EHJ dengan menggunakan GC-MS.

Dari ke-3 tahapan pelaksanaan penelitian dan analisis kandungan senyawa EHJ

tersebut, laporan hasil penelitian disertasi ini dibuat dalam 5 subjudul artikel.

Hipotesis Penelitian

1. Ekstrak kulit batang jaloh (Salix tetrasperma Roxb) dapat mengurangi

dampak cekaman panas pada ayam broiler.

2. Ekstrak n-heksan kulit batang jaloh efektif bekerja mengurangi dampak

cekaman panas pada dosis 10 mg/kg bobot badan.

3. Kandungan utama senyawa dalam EHJ adalah asam-asam lemak.

4. Mekanisme kerja ekstrak n-heksan kulit batang jaloh mengurangi dampak

cekaman panas terjadi melalui aktivasi enzim iNOS pada jaringan paru.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan menemukan jenis tanaman obat yang dapat

digunakan untuk mengurangi kerugian akibat cekaman panas pada ayam broiler,

terutama di musim kemarau. Selain itu, penelitian ini juga berupaya menggali dan

memanfaatkan sumber hayati tanaman obat yang terdapat di tanah air guna

memperbaiki produktivitas ayam broiler dalam upaya meningkatkan produktivitas

(43)

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Jaloh

Jaloh (Jalŏh atau Sijalŏh) dalam bahasa Aceh merupakan sebutan untuk

suatu jenis tumbuhan perdu dari famili Salicaceae, yaitu Salix tetrasperma Roxb.

Jaloh merupakan tumbuhan subtropis daerah Asia, terutama India dan Cina.

Penyebaran tanaman ini ke daratan Indonesia adalah melalui Semenanjung

Malaysia. Penyebaran tanaman jaloh di Indonesia terbatas hanya pada beberapa

wilayah di Pulau Sumatera (bagian Utara dan Tengah), di Pulau Jawa (Jawa

Tengah dan Jawa Barat bagian Utara), Pulau Madura, dan beberapa daerah di

Pulau Lombok, Sumbawa, Sumba serta Flores (Burkill 1935; VanSteenis 1976).

Jaloh mempunyai nama daerah antara lain Kapeh-kapeh (Minangkabau),

Dalu-dalu atau Dĕdalu (Melayu), Anyang atau Kayu Anyang (Madura dan Jawa)

[image:43.595.168.454.378.586.2]

(Clercq & Greshoff 1909).

Gambar 1. Pohon, bunga, dan daun tanaman jaloh (Salix tetrasperma Roxb)

Tumbuhan ini berupa pohon yang hidup di daerah berawa dan mempunyai

tinggi berkisar 3 sampai 10 m. Daun bagian bawahnya berwarna putih, pinggir

bergerigi, panjang 4-10 cm dan lebar 1-2,5 cm. Permukaan kulit batang bagian

luarnya yang muda mengkilap berwarna cokelat tua atau agak kehijauan,

sedangkan kulit batang yang tua terlihat kasar. Gambar daun dan bunga jaloh

(44)

Tinjauan Pustaka 7

Magnoliophyta; kelas: Magnoliopsida; subklas: magnoliidae; ordo: Salicales;

famili: Salicaceae; genus: Salix; spesies: Salix tetrasperma Roxb. Sinonim

tanaman ini Salix azaolana Blanco atau Salix horsfieldiana Miquel (Hanum,

1997).

Penggunaan Tanaman Jaloh sebagai Bahan Obat Tradisional. Penggunaan tanaman Salix spp sebagai bahan obat tradisonal telah lama

diketahui, terutama di negara-negara Eropa dan Asia. Dalam dunia farmasi,

beberapa spesies Salix (seperti S. alba dan S. purpurea) telah populer diketahui

karena dari ekstrak tumbuhan inilah asal mula ditemukannya aspirin (Bowman &

Rand 1980; Vane 2000). Di kawasan Semanjung Malaysia, tanaman salix ini telah

lama dimanfaatkan sebagai obat penurun panas (antipiretik) pada kasus demam

(Burkill 1935). Di beberapa daerah di Aceh (NAD), jaloh ini biasanya digunakan

sebagai obat penurun panas. Pemanfaatannya tidak hanya sebagai bahan obat pada

manusia tetapi juga pada ternak. Menurut Daniel et al. (2001) di beberapa daerah

di India dan China, Salix spp digunakan sebagai obat tonik dan gangguan pada

saluran pencernaan.

Beberapa hasil penelitian uji klinis menunjukkan pemberian ekstrak

tanaman salix efektif untuk mengurangi rasa sakit, seperti pada kasus reumatik

dan sakit otot punggung (Chrubasik et al. 2000; Fabricant & Farnsworth 2001).

Pada umumnya, ekstrak tanaman Salix spp selalu dimanfaatkan sebagai

antiinflamasi, analgesik, dan juga antipiretik (Fiebich & Chrubasik 2004; Khayyal

et al. 2005) dan sebagai antioksidan (Kahkonen et al. 1999). Penelitian terakhir

menunjukkan bahwa pemberian ekstrak Salix spp terbukti efektif untuk mencegah

kejadian trombus dan arterosklerosis (Zheng et al. 2005), sebagai bahan obat

untuk lipolisis (Zhang et al. 2000; Han et al. 2003), antinosiseptif (Marz &

Kemper 2002), antileukemia (El-Shemy et al. 2003), dan antikarsinogenik pada

kulit (Sultana & Saleem 2004).

Komposisi Senyawa Bioaktif Tanaman Jaloh. Dalam ekstrak tumbuhan

Salix spp terkandung berbagai senyawa kimia, antara lain golongan glukosida.

Salah satu golongan glukosida sebagai kandungan aktifnya adalah salisilat yang

merupakan prekursor salisin dan turunan-turunannya (Chrubasik et al. 2001).

(45)

Tinjauan Pustaka 8

salikortin, dan diglukosida salisin. Secara in vitro salikortin dan beberapa salisilat

lainnya, seperti tremulasin dan asetil salixortin (yang mengandung

1-hidroksi-6-okso-2-sikloheksena-1-karbonil), sangat labil dan mudah didegradasi menjadi

salisin, tetapi sangat lambat didegradasi bila dalam keadaan utuh di dalam

tanaman (Ruuhola 2000).

Ada beberapa senyawa salisilat yang dapat mengalami reaksi reversibel

untuk pembentukan salisin, seperti salikortin, salisin diglukosida, dan salsisil

alkohol serta melalui pembentukan zat antara seperti 2-O-asetilsalisin dan

tremuloidin. Kandungan kimia salisin pada tanaman salix bergantung pada

spesies, sebagai contoh pada S. purpurea kandungan salisinnya mencapai 3

sampai 8,5%, sedangkan pada S. alba hanya 0,5 sampai 1% (Bone & Morgan

2002).

Pada 10 tahun terakhir ini penelitian tentang penggunaan dan kandungan

kimia tanaman Salix spp menunjukkan peningkatan, terutama pada ekstrak polar

(air dan etanol) dan semi polar (etil asetat). Hampir semua ekstrak asal Salix spp

mengandung senyawa glukosida, seperti salisin dan diglukosida salisin

(Chrubasik et al. 2001). Hasil penapisan dengan HPLC dan MS pada kulit batang

S. daphnoides, S. purpurea, dan persilangan S. purpurea × S. daphnoides

ditemukan beberapa senyawa bioaktif seperti saligenin, asam salisilat, isosalisin,

pikein, salidrosida, triandrin, salikosilsalicin, isosalipurposida, salipurposida,

naringenin-7-O-glukosida dan tremulasin (Kammerer et al. 2005). Pada daun S.

matsudana telah diisolasi juga beberapa senyawa seperti apigenin 7-O-β-D

-glukopiranuronida, luteolin 7-O-β-D-glukopiranuronida, m-hidroksi-benzil β-D

-glukosida, dan krisoeriol 7-O-β-D-glukopira-nuronida (Zheng et al. 2005). Hasil

identifikasi ekstrak kulit batang S. alba dengan menggunakan kromatografi cairan

kinerja tinggi menunjukkan ada tiga jenis senyawa utama flavonoid, yaitu

eriodiktiol, 5,7 dihidroksikromen 4-one, dan naringenin (Du et al. 2004).

Efek Farmakologi Senyawa Bioaktif Tanaman Jaloh. Penggunaan ekstrak tanaman Salix spp telah terbukti efektif sebagai obat antiinflamasi dan

antipiretik. Oleh sebab itu, dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ini

(46)

Tinjauan Pustaka 9

terkandung dalam ekstrak salix terkait dengan efeknya sebagai antiinflamasi dan

antipiretik.

Kajian efek ekstrak kulit batang salix sebagai antipiretik diketahui terjadi

melalui hambatan aktivitas enzim siklooksigenase (cyclooxigenase = COX) yang

merupakan enzim kunci yang diperlukan untuk menghidrolisis asam arakidonat

menjadi prostaglandin (Marz & Kemper 2002). Menurut Zheng et al. (2005)

selain menghambat aktivitas enzim COX, senyawa pada ekstrak salix juga

menghambat pembentukan asam 12-hidroks-5,8,10,14-ieikosatetraenoik

(12-HETE) dan tromboksan (Zheng et al. 2005). Hal ini diduga terkait dengan pengaruh ekstrak salix pada fungsi trombosit (Marz & Kemper 2002). Senyawa

aktif ekstrak salix terbukti juga bekerja melalui hambatan pelepasan tumor

necrosis factor-alpha (TNF-α), interleukin-1 beta (IL-1 ), dan IL-6 (Fiebich &

Chrubasik 2004). Peran ekstrak salix lainnya adalah mengurangi deposit lipid

yang terjadi melalui peningkatan pelepasan asam lemak bebas pada sel-sel lipid

dengan melibatkan hormon norepinefrin dan mengurangi absorbsi asam palmitat

pada membran usus kecil (Zhang et al. 2000; Han et al. 2003).

Ekstrak salix dapat bekerja sebagai antiinflamasi melalui pengurangan

kadar glutation tereduksi (G-SH), suatu senyawa yang mempunyai efek untuk

membatasi pembentukan peroksidasi lipid. Selain itu juga mengurangi

pembentukan malondialdehid yang berperan dalam proteksi tubuh terhadap stres

atau cekaman oksidatif-oksidatif (Khayyal et al. 2005). Sebagai antikarsinogenik

pada kulit, senyawa ekstrak salix diduga bekerja melalui hambatan pembentukan

sintesis DNA, hambatan ornitin dekarboksilase (ODC), dan xantin oksidase yang

ditimbulkan bahan karsinogenik dan juga aktivitas ekstrak salix sebagai

antioksidan (Sultana & Saleem 2004).

Pemberian ekstrak etanol ternyata efektif untuk menghancurkan sel-sel

tumor pada biakan selnya. Diduga efek destruksi ini terjadi melalui inaktivitasi

beberapa jenis enzim yang terlibat dalam pertumbuhan sel tumor, dengan cara

pengikatan senyawa aktif salix pada reseptor sel tumor (El-Shemy et al. 2003).

Hasil uji sebagai antioksidan membuktikan bahwa dari 60 jenis tanaman pohon

yang biasa dipakai sebagai bahan obat, ternyata bahan ekstrak asal tanaman salix

(47)

Tinjauan Pustaka 10

Lipida pada Tanaman

Lipida pada tanaman merupakan unsur penting pembentukan dinding sel.

Padas tanaman kandungan lipid 5-10% bobot kering. Pada tanaman, umumnya

lipid banyak terdapat dalam biji, buah, dan daun (Ohlroggeav & Browseb 1995).

Pada biji tanaman umumnya banyak terdapat asam-asam lemak terutama asam

palmitat (asam heksadekanoat = C16), asam linoleat dan beberapa jenis sterol.

Asam palmitat merupakan asam lemak jenuh utama yang juga banyak terdapat

dalam daun (Harborne 1996). Umumnya, senyawa asam lemak dengan jumlah

C-16 dan C18 banyak ditemukan dalam buah, biji, daun, ataupun bunga. Pada akar

dan kulit batang tanaman relatif rendah (Ogunwande et al. 2006). Selain itu

ditemukan juga golongan asam lemak tak jenuh (C16:3 dan C18:3) dan biasanya

asam-asam lemak ini banyak ditemukan dalam biji-bijian ataupun buah (Robinson

1995; Dewick 2001). Banyaknya jenis asam lemak pada buah dan daun ini

mungkin terkait dengan aktivitas protektif terhadap hama dan pertumbuhan.

Beberapa jenis asam lemak memiliki efek pengaturan pertumbuhan (Robinson

1995). Lipida pada tanaman umumnya mengandung dalam jumlah besar asam

Gambar

Gambar 1. Pohon, bunga, dan daun tanaman jaloh (Salix tetrasperma Roxb)
Tabel 1  Kisaran suhu lingkungan yang direkomendasikan untuk produksi optimum pertumbuhan pada berbagai tingkat umur ayam broiler (sumber: Kuczynski 2002)
Gambar 2   Diagram zona suhu nyaman (thermoneutral zone) pada lingkungan pemeliharaan untuk optimasi produktivitas ayam (Adaptasi dari sumber: Graham 2002; Defra 2005)
Gambar 3 Jalur aktivasi hipotalamus-hipofisa-adrenal korteks pada keadaan menderita cekaman panas dan dampak utama yang ditimbulkannya serta jalur sekresi, metabolisme dan eskresi hormon kortisol (Adaptasi dari beberapa sumber: Elrom 2000b; Möst dan Palme
+7

Referensi

Dokumen terkait

〔商法四六四〕 粉飾決算を理由として、取締役に商法二六六条ノ三 第一項・第二項の責任が認められた事例 島原, 宏明Shimahara,

Universitas Kristen Satya Wacana, sekaligus sebagai pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan laporan penelitian ini.. Frederik Samuel Papilaya,

Banjir di DKI Jakarta adalah salah satu masalah yang belum terpecahkan hingga saat ini. Banjir tersebut disebabkan oleh terjadinya hujan ekstrem, oleh karena

Sesuai latar belakang dan segmentasi karya ini sendiri yaitu untuk anak-anak sekolah dasar, dalam hal ini penulis berupaya mewujudkan karya dengan pengemasan yang

Penelitian skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra (S.S) pada Departemen Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Tujuan iklan adalah mempersuasi penonton, persuasi dalam ILM sosialisasi pemilu oleh KPU versi “Generasi Pemilih Cerdas” di televisi ini bertujuan agar khalayak/audiens

Control social didalam surat kabar dapat terlihat pada penulisan tajuk rencana dalam menanggapi permasalahan – permasalahan yang terjadi dan berkembang yang merupakan

Pada tahap pelaksanaan, tim PENGABDIAN MULTI TAHUN 2020 akan melakukan pembuatan pestisida nabati, pembuatan pupuk produktif keong mas, desain alat pencacah keong mas,