• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Analisis Karakteristik Pengusaha dan Usaha Mitra Binaan

Karakteristik mitra binaan yang dibahas dalam penelitian ini yaitu usia tingkat pendidikan, dan jumlah tanggunga n keluarga. Sedangkan untuk karakteristik usaha yang dijalankan oleh mitra binaan adalah penghasilan bersih dan pengalaman usaha. Karakteristik pengusaha dan usaha yang menjadi mitra binaan PT. Telkom Divre II Jakarta dijelaskan menggunakan analisis deskriptif melalui analisis crosstabulations dengan menggunakan software SPSS 13. Analisis crosstabulations ini menampilkan tabulasi silang antara pengembalian kredit dengan karakteristik pengusaha dan usaha mitra binaan pada (Daerah Telekomunikasi (Datel) Bogor, dimana dalam penelitian ini sampel yang digunakan untuk mewakili mitra binaan pada Datel Bogor sebanyak 66 pengusaha kecil.

Kredit yang diberikan oleh PT. Telkom Divisi Regional (Divre) II Jakarta kepada pengusaha kecil yang menjadi mitra binaan adalah kredit berjangka waktu dua tahun, yang dapat diangsur setiap satu bulan sekali sehingga mitra binaan dapat mengangsur pinjaman tersebut sebanyak 24 kali. Klasifikasi angsuran yang terdapat pada PT.Telkom Divre II Jakarta adalah lunas, lancar, kurang lancar, diragukan, dan macet. Dimana klasifikasi angsuran lunas dan lancar apabila pembayaran anggaran pokok dan bunga tepat waktu. Klasifikasi angsuran kurang lancar apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui satu hari dan belum melampaui 180 hari dari tanggal jatuh

tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama. Klasifikasi angsuran diragukan apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 360 hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama. Sedangkan klasifikasi angsuran macet apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 360 hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran sesuai dengan perjanjian yang telah disetuji bersama.

Dalam penelitian ini pengembalian kredit dibagi menjadi dua yaitu pengembalian kredit lancar dan tidak lancar. Unuk pengembalian kredit lancar terdiri dari klasifikasi angsuran lunas dan lancar, sedangkan pengembalian kredit tidak lancar terdiri dari klasifikasi angsuran kurang lancar, diragukan, dan macet. Berdasarkan hasil case prossesing summary menunjukkan bahwa dari 66 data tidak ada data yang hilang (missing), dengan ketepatan (valid) sebesar 100 persen (Lampiran 2).

5.1.1. Usia

Berdasarkan Gambar 5.1. usia yang menjadi mitra binaan PT. Telkom Divre II Jakarta pada Datel Bogor, paling muda berusia 24 tahun dan usia tertua 58 tahun. Besarnya jumlah usia termuda dan tertua adalah sebesar 1,52 persen. Sedangkan dari 66 mitra binaan yang dijadikan sampel, jumlah mitra binaan yang berusia 45 tahun lebih tinggi dibandingkan dengan mitra binaan lainnya dengan tingkat persentase yaitu sebesar 16,67 persen.

Gambar 5.1. Usia Mitra Binaan Datel Bogor PT.Telkom Divre II Jakarta Untuk mempermudah melihat pengembalian kredit berdasarkan usia mitra binaan maka usia mitra binaan dibagi menjadi enam kelas yaitu 24-29 tahun, 30-35 tahun, 36-41 tahun, 42-47 tahun, 48-53 tahun, dan 54-59 tahun. Berdasarkan Tabel 5.1. mayoritas usia pengusaha kecil yang menjadi mitra binaan pada Datel Bogor PT. Telkom Divre II Jakarta berusia 42-47 tahun yaitu sebesar 23 MB. Bila dilihat berdasarkan pengembalian kredit, pengusaha kecil yang berusia 42-47 memiliki tingkat pengembalian tidak lancar yaitu sebanyak 12 mitra binaan. Sedangkan pada usia 30-35 tahun memiliki pengembalian kredit lancar terbesar yaitu sebesar 10 mitra binaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mitra binaan yang berusia 30-35 tahun cenderung memiliki tanggung jawab yang besar untuk mengembalikan kredit dibandingkan dengan usia yang lainnya.

Tabel 5.1. Analisis Crosstabulation Usia dan Pengembalian Kredit Pengembalian Kredit

Usia (Tahun)

Tidak La ncar Lancar Total

24-29 2 4 6 30-35 5 4 9 36-41 5 10 15 42-47 12 11 23 48-53 6 3 9 54-59 2 2 4 Total 32 34 66 5.1.2. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan pengusaha kecil yang menjadi mitra binaan PT. Telkom Divre II Jakarta khususnya pada Datel Bogo r tergolong baik. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.2. mitra binaan paling rendah berpendidikan SD dan paling tinggi berpendidikan D3 dan S1 (Perguruan Tinggi). Dalam penelitian ini paling banyak mitra binaan berpendidikan sampai dengan SMA, dari 66 pengusaha kecil, yang berpendidikan SMA yaitu sebanyak 25 orang dan paling besar memiliki pengembalian kredit tidak lancar. Sedangkan jumlah terkecil mitra binaan yang berpendidikan akhir D3 dan S1 (perguruan tinggi), paling besar memiliki pengembalian kredit lancar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan bukanlah jaminan bahwa dengan semakin tinggi tingkat pendidikan pengusaha kecil maka pengembalian kreditnya semakin baik (lancar). Tabel 5.2. Analisis Crosstabulation Tingkat Pendidikan dan Pengembalian

Kredit

Pengembalian Kredit Tingkat Pendidikan

Tidak Lancar Lancar Total

SD 7 3 10

SMP 6 13 19

SMA 15 10 25

Perguruan Tinggi 4 8 12

5.1.3. Jumlah Tanggungan Keluarga

Berdasarkan Tabel 5.3. jumlah tanggungan keluarga yang dimiliki oleh pengusaha kecil yang menjadi mitra binaan PT. Telkom Divre II khusunya Datel Bogor berkisar antara satu sampai dengan enam orang. Mitra binaan paling besar memiliki jumlah tangggungan keluarga sebayak tiga orang dengan tingkat pengembalian kredit lancar terbesar. Sedangkan mitra binaan yang memiliki jumlah tanggungan keluarga sebanyak empat dan lima orang paling besar memiliki pengembalian kredit tidak lancar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan banyaknya jumlah tanggungan kelua rga mitra binaan maka pengembalian kreditnya semakin tidak lancar.

Tabel 5.3. Analisis Crosstabulation Jumlah Tanggungan Keluarga dan Pengembalian Kredit

Pengembalian Kredit Jumlah Tanggungan

Keluarga (Orang) Tidak Lancar Lancar Total

1 0 1 1 2 5 5 10 3 15 20 35 4 9 7 16 5 2 0 2 6 1 1 2 Total 32 34 66

5.1.4. Penghasilan Bersih Usaha

Berdasarkan Gambar 5.2. penghasilan bersih yang dimiliki oleh pengusaha kecil yang menjadi mitra binaan dalam penelitian ini paling kecil memiliki penghasilan bersih sebesar 250 ribu rupiah dan yang paling tinggi sebesar 60 juta rupiah. Penghasilan bersih usaha yang diperoleh oleh mitra binaan merupakan penghasilan yang didapat dari hasil usaha yang dijalankan setelah dikurangi

dengan biaya-biaya lainnya. Dari 66 sampel mitra binaan paling besar memiliki penghasilan bersih 15 juta dengan tingkat persentase sebesar 18,18 persen.

Gambar 5.2. Penghasilan Bersih Usaha Mitra Binaan Datel Bogor PT. Telkom Divre II Jakarta

Untuk mempermudah pengolahan dalam melihat penghasilan bersih yang diperoleh oleh mitra binaan dan pengembalian kredit, penghasilan bersih ini dibagi menjadi empat kelas yaitu < 2 juta, 2-10 juta, 11-19 juta, dan = 10 juta. Berdasarkan Tabel 5.3 penghasilan bersih yang dimiliki oleh pengusaha kecil paling banyak rata-rata berkisar antara 2-10 juta yaitu sebanyak 36 orang dan paling besar memiliki pengembalian kredit lancar. Berdasarkan jumlah mitra binaan yang memiliki penghasilan bersih < 2 juta yaitu 14 mitra binaan seluruhnya memiliki pengembalian kredit tidak lancar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tingginya penghasilan usaha yang diterima oleh pengusaha kecil maka semakin besar pula pengembalian kreditnya.

Tabel 5.3. Analisis Crosstabulation Penghasilan Bersih Usaha dan Pengembalian Kredit

Pengembalian Kredit Penghasilan (Juta

Rupiah)

Tidak Lancar Lancar

Total < 2 14 0 14 2-10 16 20 36 11-19 2 12 14 = 20 0 2 2 Total 32 34 66

Untuk mempermudah pengolahan dalam melihat penghasilan bersih usaha yang diperoleh oleh mitra binaan dan pengembalian kredit, penghasilan bersih ini dibagi menjadi empat kelas yaitu < 2 juta, 2-10 juta, 11-19 juta, dan = 10 juta. Berdasarkan Tabel 5.3. penghasilan bersih yang dimiliki oleh mitra binaan paling banyak rata-rata berkisar antara 2-10 juta yaitu sebanyak 36 orang dan paling besar memiliki pengembalian kredit lancar. Berdasarkan jumlah mitra binaan yang memiliki penghasilan bersih < 2 juta yaitu 14 mitra binaan seluruhnya memiliki pengembalian kredit tidak lancar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tingginya penghasilan usaha yang diterima oleh mitra binaan maka semakin besar pula pengembalian kreditnya.

5.1.5. Pengalaman Usaha

Rata-rata pengalaman usaha yang dimiliki oleh pengusaha kecil yang menjadi mitra binaan PT. Telkom Divre II Jakarta khususnya pada Datel Bogor ini memiliki pengalaman usaha antara dua sampai dengan lima tahun. Hal ini sesuai dengan ketentuan dari PT. Telkom Divre II Jakarta bahwa syarat untuk menjadi mitra binaan minimal memiliki pengalaman usaha selama satu tahun.

Berdasarkan Tabel 5.5. paling banyak pengusaha kecil memiliki pengalaman usaha selama dua tahun dengan jumlah 23 mitra binaan dan paling besar memiliki klasifikasi angsuran lancar. Mitra binaan yang memiliki pengalaman usaha tiga tahun paling besar memiliki pengembalian kredit tidak lancar. Sedangkan mitra binaan yang memiliki pengalaman usaha empat dan lima tahun paling besar memiliki pengembalian kredit lancar. Adapun yang menyebabkan mitra binaan yang memiliki pengalaman usaha yang besar, namun dalam pengembalian kreditnya tidak lancar hal ini dikarenakan adanya faktor eksternal yang menghambat kelancaran usaha yang dijalankan oleh mitra binaan. Faktor eksternal tersebut seperti kemarau panjang, hama, kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM), dan banjir.

Tabel 5.5. Analisis Crosstabulation Pengalaman Usaha dan Pengembalian Kredit

Pengembalian Kredit Pengalaman Usaha

(Tahun) Tidak Lancar Lancar Total

2 10 13 23

3 17 4 21

4 4 7 11

5 1 10 11

Total 32 34 66

Dokumen terkait