• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kasus Kartel SMS Terkait Undang-Undang Anti Monopoli

TAHUN 1999 DALAM KASUS KARTEL SMS

D. Analisis Kasus Kartel SMS Terkait Undang-Undang Anti Monopoli

Hukum persaingan usaha adalah hukum yang mengatur tentang interaksi perusahaan atau pelaku usaha di pasar, sementara tingkah laku perusahaan ketika berinteraksi dilandasi atas motif-motif ekonomi. Oleh karena itu, untuk memahami apa dan bagaimana hukum persaingan usaha berjalan dan dapat mencapai tujuan utamanya, maka diperlukan pemahaman mengenai konsep dasar ekonomi yang dapat menjelaskan rasionalitas munculnya perilaku-perilaku perusahaan di pasar. Persaingan usaha merupakan ekspresi kebebasan yang dimiliki setiap individu dalam rangka bertindak untuk melakukan transaksi perdagangan di pasar. Persaingan usaha diyakini sebagai mekanisme untuk dapat mewujudkan efisiensi dan kesejahteraan masyarakat. Bila persaingan dipelihara secara konsisten, akan tercipta kemanfaatan bagi masyarakat konsumen, yaitu berupa pilihan produk yang bervariatif dengan harga pasar

serta dengan kualitas tinggi.15 Sebaliknya, bila persaingan dibelenggu oleh

peraturan-peraturan atau dihambat oleh perilaku-perilaku usaha tidak sehat dari perilaku pasar yang hanya memikirkan keuntungan diri semata, maka akan

14

Ahmad Kaylani, Ada Kartel di Tanjung Priok, (Kompetisi Media berkala KPPU, 2008), h. 11.

15

Irna Nurhayati, Kajian Hukum Persaingan Usaha : Kartel Antara Teori dan Praktik,(Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 30-No2, 2011), h. 6.

muncul dampak kerugian pada konsumen sebagai imbas dari kegiatan usaha tidak sehat. Hukum persaingan usaha atau hukum anti monopoli diperlukan tidak hanya dalam rangka menjamin kebebasan untuk bertindak seluas mungkin bagi pelaku usaha, tetapi juga menentukan garis pembatas antara pelaksanaan kebebasan pelaku usaha tersebut dengan penyalahgunaan kebebasaannya itu (freedom paradox). Maka dari itu hukum anti monopoli membangun kerangka kerja dalam upaya mengatur keseimbangan kepentingan diantara para pelaku usaha, juga keseimbangan kepentingan pelaku usaha dengan kepentingan masyarakat atau konsumen. Agar hukum anti monopoli dapat terjaga keharmonisan kepentingan diantara pelaku usaha dengan masyarakat, maka hukum anti monopoli harus dapat menjaga efektivitas dari persaingan usaha. Hal ini patut diperhatikan karena seringkali kebijakan persaingan usaha justru mengancam persaingan dengan aturan-aturan yang membelenggu dan menghambat persaingan. Ancaman persaingan usaha lainnya selain kebijakan, juga datang dari para pelaku usaha sendiri yang secara sengaja melakukan

berbagai strategi bisnis yang menghambat persaingan.16

Tidak dapat disangkal bahwa cara yang ampuh untuk mengendalikan persaingan bisnis adalah dengan cara mengaturnya dalam suatu Undang-Undang Anti Monopoli yang sudah ada di Indonesia yaitu Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999. Pelaksanaan hukum antimonopoli ini bertujuan untuk mencegah adannya pemborosan yang menyebabkan pasar tidak menjadi

16

77

efisien.17 Ketidakefisienan ini dibidang ekonomi khususnya disebabkan karena

terjadi persaingan usaha yang tidak sehat, sehingga dapat menyebabkan dampak yang buruk bagi konsumen sebagai pihak yang paling dirugikan.

Untuk mencegah terjadinya monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999 mencegah para pelaku usaha untuk membuat perjanjian tertentu dengan pelaku usaha lainnya. Larangan tersebut merupakan larangan terhadap keabsahan obyek perjanjian. Dengan demikian berarti setiap perjanjian yang dibuat dengan obyek perjanjian berupa hal-hal yang dilarang oleh Undang-Undang adalah batal demi hukum, dan karenanya tidak dapat dilaksanakan oleh para pelaku usaha yang menjadi subyek

perjanjian tersebut.18 Terkait dengan hal ini, perjanjian kartel sms yang

dilakukan oleh enam operator pada periode 2004 sampai 2008 melanggar pasal 5 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 dan tentunya melanggar pasal 11 Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999 mengenai kartel. Dengan adanya Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999 Tentang Anti Monopoli bukanlah semata-mata memenuhi tuntutan dari berbagai pihak seperti dikemukakan terdahulu, tetapi juga yang lebih utama adalah sebagai landasan hukum dalam upaya menciptakan iklim berusaha yang sehat dan kompetitif, sehingga perilaku

17

Munir Fuady, Hukum Anti Monopoli Menyongsong Era Persaingan Sehat, (Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 1999), h.30.

18

Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Anti Monopoli, (Jakarta, RajaGrafindo Persada, 2002), h. 23-24

pelaku usaha yang anti persaingan dapat dicegah bahkan dikenakan sanksi secara jelas dan tegas. Tujuan dari undang-undang ini pun agar terciptanya iklim usaha yang sehat, kondusif, dan kompetitif sehingga tidak akan terjadi

kegiatan usaha tidak sehat.19

Berkaitan dengan ini dalam Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 dijelaskan bahwa praktik monopoli adalah pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi atau pemasaran atas barang atau jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan umum. Maka hal ini kaitannya dengan kasus kartelisasi bisnis sms yang dilakukan oleh keenam operator seluler juga telah melanggar Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010.

Dijelaskan pula bahwa persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi atas barang atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha. Dalam kasus kartelisasi bisnis sms keenam operator ini melakukan kegiatan usaha tidak sehat dengan cara membuat perjanjian penetapan harga dan membuat kegiatan kartel agar dapat mempengaruhi harga atas barang atau jasa di pasar yang dikuasai oleh mereka. Peran KPPU dalam

19

Hermansyah, Pokok-Pokok Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, (Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 56.

79

kasus ini sangat penting, karena lembaga ini yang bisa mengawasi transaksi para pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan usaha nya dan dapat memutuskan apabila ditemukan pelaku usaha yang menjalankan kegiatan usaha tidak sehat atau terlarang. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 juga sudah dijelaskan yakni mengenai Komisi Pengawas Persaingan Usaha sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang

80 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Penerapan Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999

terhadap kasus kartelisasi bisnis sms yang dilakukan oleh sejumlah operator belum berjalan sesuai harapan, disebabkan bahwa pelaku usaha yang melakukan tindakan kartelisasi bisnis sms belum membayar ganti kerugian kepada konsumen yang dirugikan. Meskipun konsumen menjadi pihak yang lemah dalam kegiatan usaha, tetapi keberadaan konsumen dinilai tetap penting untuk menggerakan roda perekonomian. Diharapkan pula agar pelaku usaha dan konsumen mempunyai hubungan yang sehat, sehingga dapat menciptakan iklim usaha yang kondusif.

2. Penerapan Undang-Undang Anti Monopoli Nomor 5 Tahun 1999 terhadap

kasus kartelisasi bisnis sms yang dilakukan oleh sejumlah operator melanggar pasal 5 yakni terkait perjanjian penetapan harga dan pasal 11 yakni terkait kegiatan kartelisasi. Ke enam operator seluler yang melakukan tindak kartelisasi bisnis sms telah diputuskan bersalah dan dikenakan sanksi berupa denda kepada Negara sebesar lima puluh dua milyar rupiah oleh KPPU dalam putusannya No. 26/KPPU-L/2007. Dalam kegiatan usaha yang

81

dilakukan oleh para pelaku usaha untuk mencegah hal-hal yang dapat merugikan orang lain peran dan wewenang KPPU diharapkan sebagai alat pengontrol agar para pelaku usaha tidak melakukan kegiatan usaha yang dilarang sesuai dengan Undang-Undang Anti Monopoli Nomor 5 Tahun 1999.

3. Hukum perlindungan konsumen dan hukum persaingan usaha anti monopoli

merupakan dua hal yang saling berhubungan dan saling mendukung. Harga murah, kualitas tinggi dan pelayanan yang baik merupakan tiga hal yang fundamental bagi konsumen dan persaingan merupakan cara yang terbaik untuk menjaminnya. Peran lembaga BPSK dan KPPU juga harus bisa bersinergi dalam menangani masalah-masalah yang melibatkan antara konsumen dan pelaku usaha. Oleh karena itu, Undang-Undang Perlindungan Konsumen harus sejalan atau saling mendukung dengan Undang-Undang Anti Monopoli agar tercipta keharmonisan system dalam bidang ekonomi nasional.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini ada beberapa hal yang ingin disarankan penulis, diantaranya adalah :

1. Pemberlakuan Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 ditujukan untuk melindungi konsumen terhadap produsen. Sebelum lahirnya undang-undang ini dalam kegiatan usaha pihak konsumen merupakan pihak yang lemah. Dalam kegiatan usaha saat ini pihak konsumen harus lah

menjadi konsumen yang cerdas karena saat ini pihak konsumen telah dilindungi oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia dan dibawah undang-undang perlindungan konsumen pula dibentuk instansi Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen. Jika konsumen dirugikan oleh para pelaku usaha atau produsen bisa langsung melapor ke instansi tersebut untuk menyelesaikan permasalahan yang ada terutama untuk melindungi para konsumen.

2. Disamping itu pelaku usaha atau produsen dalam menjalankan kegiatan usaha nya juga telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Anti Monopoli. Agar para pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan usahanya bisa dibatasi dan tidak berbuat sewenang-wenangnya hanya demi mementingkan keuntungan semata. Diharapkan agar para pelaku usaha juga memperhatikan hak-hak para konsumen dalam kegiatan usaha agar tercipta keseimbangan dan kenyamanan dalam ekonomi nasional. Untuk mengawasi dan memutuskan para pelaku usaha dalam berkegiatan usaha telah dibentuk KPPU agar para pelaku usaha tidak melanggar undang-undang dalam berkegiatan usaha.

3. Peran BPSK dan KPPU perlu bersinergi dalam memberantas kegiatan usaha tidak sehat atau yang dilarang dan juga agar konsumen tidak mengambil kesempatan atau berbuat curang dalam hal ini yang dikarenakan telah dilindungi dalam UUPK, karena perlindungan konsumen dan juga persaingan usaha anti monopoli merupakan dua hal yang saling berhubungan dan berkaitan.

83

DAFTAR PUSTAKA