• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kebijakan Tayangan Berita Patroli

BAB IV ANALISA KEBIJAKAN REDAKSIONAL INDOSIAR

C. Analisis Kebijakan Tayangan Berita Patroli

Pada bab ini peneliti akan menganalisis kebijakan redaksi pada penayangan program patroli. Produk jurnalisme (berita), tidak dapat dipisahkan dari kebijakan redaksional yang ada dalam newsroom, termasuk penghayatan nilai-nilai jurnalisme yang dianut oleh redaktur dan jurnalis di lapangan. Kebijakan redaksi adalah pedoman (baik tertulis maupun tidak tertulis), yang menjadi buku suci redaksi dalam mengelola news room (mulai dari menentukan isu liputan, angle liputan, memilih narasumber, penugasan, sampai format tulisan dan sebagainya). Dengan kata lain, kebijakan redaksi (editorial policy) merupakan kaidah bagi setiap langkah operasional pemberitaan.3

Kebijakan Redaksional (Editorial Policy) bisa disebut juga sebagai ketentuan yang disepakati oleh redaksi media massa tentang kriteria berita

3

Sumber:http://buntomi.wordpress.com/2007/03/06/menelaah-kebijakan-redaksi-pers-medan-dalam-memberitakan-isu-hivaids/(diakses 06 Maret 2007)

atau tulisan yang boleh dan tidak boleh dimuat atau disiarkan, juga kata, istilah, atau ungkapan yang tidak boleh dan boleh dipublikasikan, sesuai dengan visi dan misi media.

Kebijakan redaksi juga ditentukan oleh pemilik lembaga media massa yang bersangkutan. Setiap lembaga media massa ada pemiliknya dan dia memiliki berbagai kepentingan yang harus dijaga, seperti kepentingan bisnis, politik dan sosial.4

Dan kebijakan redaksi yang dibahas disini adalah kebijakan redaksional Indosiar dalam penayangan berita Patroli. Sebagai tayangan program berita, Patroli harus patuh pada rambu-rambu kode etik jurnalistik, UU pokok pers dan juga Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS).

Dalam menjalankan tugasnya, stasiun televisi mempunyai kebijakan redaksinya sendiri agar penayangan programnya mengacu pada peraturan yang ada. Di Indonesia saat ini banyak organisasi wartawan. Karena itu, kode etik jurnalistik juga berbagai macam, antara lain kode etik jurnalistik televisi Indonesia, kode etik wartawan Indonesia, dan kode etik jurnalistik Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).

Dan yang dibahas di sini adalah kode etik jurnalistik televisi Indonesia yang terdiri atas 5 bab dan 14 pasal. Dalam kode etik ini antara lain ditegaskan bahwa jurnalis televisi Indonesia menyajikan berita secara akurat, jujur dan berimbang dengan mempertimbangkan hati nurani (Pasal 3). Kemudian dikatakan bahwa jurnalis televisi Indonesia tidak menerima suap dan

4

57 menyalahgunakan profesinya (Pasal 4).5

Etika media massa yang juga menonjol dan amat penting peranannya dalam perkembangan media massa di Indonesia adalah etika penyiaran. Peraturan yang dikategorikan sebagai etika penyiaran di sini adalah Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran yang dibuat oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) berdasarkan Keputusan KPI Nomor 009/SK/KPI/8/2004.

Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran dikategorikan sebagai etika karena menurut L.J.van Apeldoorn semua peraturan yang mengandung petunjuk bagaimana manusia hendaknya bertingkah laku, jadi peraturan-peraturan yang menimbulkan kewajiban-kewajiban bagi manusia disebut etika. Karena itu, etika meliputi peraturan-peraturan tentang agama, kesusilaan, hukum, dan adat.

Selain itu Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran dikategorikan sebagai etika, karena ada satu faktor mendasar yang tidak dipenuhi oleh peraturan itu untuk disebut peraturan hukum, yaitu bahwa Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran tidak pasti bisa dilaksanakan, sedang salah satu ciri peraturan hukum ialah bahwa ia harus pasti bisa dilaksanakan. Itulah yang disebut kepastian hukum.6

Pelanggaran etika biasanya membawa konsekuensi atau sanksi sosial. Penilaian akhir atas pelanggaran kode etik jurnalistik biasanya dilakukan oleh dewan pers. Sanksi atas pelanggaran kode etik jurnalistik dilakukan oleh organisasi wartawan dan atau perusahaan pers. Dalam konteks ini,

5

Ibid.,h.136

6

pelanggaran etika bisa mendatangkan kerugian media di mata publik. Sebagai contoh, ketidakakuratan berita dalam suatu media menyebabkan media tersebut harus melakukan ralat, dan ini sedikit banyaknya akan mengurangi kredibilitas media bersangkutan di mata publik. Sebagaimana sudah diungkapkan, pada gilirannya media akan kehilangan audiens.

Namun, pelanggaran etika juga bisa mendatangkan konsekuensi atau sanksi legal. Pelanggaran hak-hak pribadi narasumber bisa membuat narasumber menyomasi media. Jika tuntutan dalam somasi itu tak dipenuhi, narasumber bisa membawa kasus ini ke pengadilan.7

Di dunia penyiaran, penyajian berita dapat dilakukan oleh penyiar berita maupun oleh reporter. Paling ideal adalah jika seorang penyiar berita bertindak sekaligus sebagai reporter, yang lazim disebut sebagai newscasters. Akan tetapi tidak semua reporter dapat menjadi penyiar berita, sedangkan semua penyiar berita dapat menjadi reporter. Untuk menjadi penyiar berita, seorang reporter harus memiliki persyaratan khusus di bidang penampilan dan volume suara.8

Untuk menegakkan ketentuan hukum yang diataur dalam undang-undang penyiaran maka diatur pula sanksi terhadap pelanggaran ketentuan itu. Selain itu undang-undang penyiaran juga mengatur ketentuan pidana bagi yang melanggar ketentuan hukum yang ditetapkan dalam undang-undang ini. Ketentuan pidana dalam UU No: 24 Tahun 1997 jauh lebih rinci dari pada ketentuan pidana alam UU No: 32 Tahun 2002. Mungkin ini karena UU No: 24 Tahun 1997 dibuat di zaman Orde Baru yang otoriter, sedang UU No: 32

7

Usman Ks, Television News Reporting & Writing, Penerbit Ghalia Indonesia, 2009.h.104

8

J.B Wahyudi, Dasar-Dasar Jurnalistik Radio dan Televisi, PT Pustaka Utama Grafiti, 1996.h.33

59 Tahun 2002 dibuat di era reformasi yang lebih demokratis.9

Tayangan kekerasan di media televisi, akhir-akhir ini tidak hanya dijumpai dalam tayangan sinetron atau film-film cerita lepas yang diangkat atas dasar sebuah sekenario. Kini tayangan kekerasan itu sudah merambah ke program-program berita, sebagai tayangan yang hanya didasarkan atas laporan sebuah fakta dan data, tanpa opini maupun improvisasi. Berita televisi sebagai program yang hanya didasarkan atas temuan fakta dan data yang benar-benar terjadi, merupakan program yang harus dijaga tingkat kepercayaannya di mata publik. Sebab tayangan ini akan memiliki pengaruh yang besar bagi mereka. Adegan kekerasan yang selama ini ditayangkan dalam program berita ternyata

lebih “berbahaya” dari pada program lain seperti film atau sinetron. Jika

dalam tayangan film atau sinetron kekerasan itu bisa dijelaskan, sebagai sebuah adegan atas tuntutan sebuah skenario, sementara pada program berita, adegan kekerasan itu betul-betul nyata dan terjadi di suatu tempat. Tayangan kekerasan dalam berita televisi telah melanggar batas-batas ketentuan dalam undang-undang, aturan kode etik jurnalistik dan kode etik penyiaran, bahkan menyimpang dari Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS) yang ditetapkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).

Kemerdekaan pers merupakan sarana terpenuhinya hak asasi manusia untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi. Dalam mewujudkan kemerdekaan pers, wartawan Indonesia menyadari adanya tanggung jawab sosial serta keberagaman masyarakat.

9

Guna menjamin tegaknya kebebasan pers serta terpenuhinya hak-hak masyarakat diperlukan suatu landasan moral/etika profesi yang bisa menjadi pedoman operasional dalam menegakkan integritas dan profesionalitas wartawan. Atas dasar itu, wartwawan Indonesia menetapkan Kode Etik: 1. Wartawan Indonesia menghormati hak masyarakat untuk memperoleh

informasi yang benar.

2. Wartawan Indonesia menempuh tata cara yang etis untuk memperoleh dan menyiarkan informasi serta memberikan identitas kepada sumber informasi.

3. Wartawan Indonesia menghormati asas praduga tak bersalah, tidak mencampurkan fakta dengan opini, berimbang dan selalu meneliti kebenaran informasi, serta tidak melakukan plagiat.

4. Wartawan Indonesia tidak menyiarkan informasi yang bersifat dusta, fitnah, sadis, dan cabul, serta tidak menyebut identitas korban kejahatan susila.

5. Wartawan Indonesia tidak menerima suap, dan tidak meyalahkan profesi. 6. Wartawan Indonesia memiliki Hak Tolak, menghargai ketentuan embargo,

informasi latar belakang dan off the record sesuai kesepakatan.

7. Wartawan Indonesia segera mencabut dan meralat kekeliruan dalam pemberitaan serta melayani Hak Jawab.

Pengawasan dan penetapan sanksi atas pelanggaran kode etik ini sepenuhnya diserahkan kepada jajaran pers dan dilaksanakan oleh organisasi yang dibentuk untuk itu.10

10

61 Dalam penayangannya redaksi punya kebijakan agar penayangan Patroli harus mengacu pada aturan yang ada. Program apa pun yang di produksi divisi news harus sesuai dengan kebijakan redaksi tidak terkecuali program Patroli. Kebijakan redaksi itu dibuat atas dasar usulan yang diajukan ke forum rapat. Dari forum rapat kemudian direstui oleh pimpinan news.

Hasil temuan lapangan menunjukkan, para pekerja bidang pemberitaan televisi (Produser, Reporter, Juru kamera dan Editor), telah memahami kode etik tersebut. Mereka berusaha menerapkan kode etik tersebut dalam tayangan berita televisi yang dibuatnya.

Namun, meski sudah berupaya menayangkan berita secara

professional, tak urung program Patroli juga pernah “terpeleset” dan dianggap

melanggar rambu-rambu atas sebuah penayangan. Komisi Penyiaran Indonesia beberapa kali melayangkan teguran, misalnya terkait munculnya gambar kekerasan (misalnya saat tawuran). Sejauh ini belum pernah terjadi keluhan pemirsa atau complain nara sumber yang sangat berat hingga berujung ke ranah hukum dan membuat program Patroli dilarang mengudara.

Semua berita adalah informasi, tetapi tidak semua informasi adalah berita, karena berita adalah informasi yang mengandung nilai berita yang telah diolah sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada pada ilmu jurnalistik, dan sudah disajikan kepada khlayak melalui media massa periodik, baik cetak maupun elektronik.

Realitas di tengah masyarakat, seperti peristiwa, pendapat, masalah hangat, dan masalah unik akan menghasilkan fakta, dan hanya uraian fakta

yang mengandung nilai berita serta yang sudah disajikan melalui media massa periodik yang dapat disebut sebagai berita.11

Dengan adanya penayangan Patroli juga diharapkan jadi pembelajaran bagi masyarakat agar tidak melakukan tindak kejahatan, karena dampak kejahatan yang dibuat harus ditanggung oleh pelaku, misalnya dijatuhi hukuman. Penayangan program Patroli juga menjadi cerminan kondisi riil di masyarakat yang sudah selayaknya jadi perhatian seluruh pihak, termasuk pemerintah dan aparat penegak hukum.

Jadi dalam hal ini Kebijakan redaksi sangat berpengaruh karena kebijakan redaksi merupakan salah satu unsur yang penting dalam pemberitaan, baik sebagai sikap redaksi yang menjadi pertimbangan untuk menyiarkan atau tidak menyiarkan suatu peristiwa atau pernyataan maupun sikap redaksi yang dituangkan dalam bentuk tajuk rencana.

Kebijakan redaksi itu juga penting untuk menyikapi suatu peristiwa karena dalam dunia pemberitaan yang penting bukan saja peristiwa, tetapi juga sikap terhadap peristiwa itu sendiri. Kalau suatu media massa tidak memiliki kebijakan redaksi, maka dapat dipastikan beritanya tidak akan konsisten, karena ia tidak mempunyai pendirian dalam memberitakan suatu peristiwa, ia menjadi seperti keranjang sampah yang dapat memuat apa saja.

Media massa yang beritanya tidak konsisten itu tidak akan mendapat kredibilitas yang tinggi di mata khalayak. Padahal besar tidaknya pengaruh suatu media massa tidak semata-mata pada jumlah oplahnya atau banyaknya pendengar atau penontonnya, tetapi juga kredibilitasnya.

11

J.B Wahyudi, Dasar-Dasar Jurnalistik Radio dan Televisi, PT.Pustaka Utama Grafiti, 1996.hlm.27

63 Selain peristiwa itu menarik dan penting yang terjadi dikehidupan masyarakat sehari-hari itu sangat banyak, sehingga tidak memungkinkan semua peristiwa itu disiarkan. Karena itu, harus disaring dan untuk menyaringnya harus ada dasar pertimbangan yang ditetapkan bersama oleh pengelola lembaga media massa yang menyiarkan berita. Karena itu, disiarkan tidaknya suatu peristiwa tidak semata-mata karena menarik dan pentingnya suatu peristiwa dan pernyataan itu, tetapi juga karena sesuai tidaknya kebijaksanaan redaksi suatu lembaga media massa yang menyiarkan peristiwa itu.12

Program berita Patroli merupakan tayangan berita kriminalitas yang mendapat respon baik di tengah masyarakat. Program Patroli selalu berusaha menjadi program televisi terkemuka dengan tayangan berkualitas, kreatif, dan didukung oleh sumber daya manusia yang handal dan berorientasi maju, menjadi trensetter dengan ide orisinil, mengutamakan kepuasan pemirsa, serta peduli terhadap lingkungan sekitar.

Tak terbantahkan dan tak terbendungkan lagi bahwa perkembangan industri siaran televisi sudah sangat pesat perkembangannya, hingga tak seorang pun mampu membendung laju siaran televisi kecuali dengan mematikan pesawat TV dan berhenti menonton.13

Program acara televisi News inilah yang di era sekarang menarik perhatian khalayak, para pemilik stasiun televisi bertarung memperebutkan jam tayang. Semuanya dalam rangka merebut perhatian penonton, dan mendapatkan rating tinggi. Akhirnya muncul jargon baru bahwa selain acara

12

Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, (Ciputat:Kalam Indonesia, 2005).h 150

13

Anton Mabruri KN, Manajemen Produksi Program Acara TV Format Acara Non-Drama,News,Sport, PT.Grasindo,2013.h.15

musik dan lain-lain ternyata acara berita pun sekarang telah menjadi komoditas baru bagi industri televisi, yang hingga kini belum mampu ada yang mengontrol.

Berita televisi senantiasa mengandung dua unsur, yaitu gambar dan narasi. Namun demikian, kekuatan berita televisi terletak pada gambar. Narasi bersifat mendukung atau menjelaskan gambar. Jangan menuliskan narasi secara persis sama dengan gambar, jangan menuliskan narasi yang tidak ada gambarnya. Jika harus menuliskan narasi yang tak ada gambarnya, tulislah narasi atau itu pada lead.

Meski kekuatan berita televisi ada pada gambar, seorang wartawan tidak boleh mengabaikan narasi. Banyak gambar yang membutuhkan narasi untuk menjelaskannya. Karena itu, jangan anggap enteng menulis narasi.

Confusius berkata, “Easy writing, hard listening. Hard writing, easy

listening.” Jika seorang wartawan menulis narasi berita televisi secara “asal -asalan”, pemirsa akan sulit mendengar atau mencernanya. Sebaliknya, jika seorang wartawan sunguh-sungguh ketika menulis narasi, pemirsa akan lebih mudah mendengar, mencerna atau memahaminya. Dengan begitu, berita televisi merupakan perpaduan antara gambar dan narasi. Namun, dalam memadukan keduanya, narasi harus mengikuti atau berdasarkan pada gambar, inilah yang disebut write to pictures. Agar dapat menerapkan prinsip write to pictures, seorang wartawan harus mem preview gambar sebelum menulis berita televisi.14

Walaupun sebenarnya jika diperhatikan, tayangan-tayangan berita

14

65 tersebut hampir semuanya seragam. Artinya, kalau masyarakat menonton

“Liputan 6” pada prinsipnya sama saja dengan menonton “Topik: ANTV”, atau “Seputar Indonesia: RCTI”, “Kabar: TV One”, “Patroli: Indosiar”, “Reportase: Trans TV”, “Redaksi: Trans 7, “Berita Global: Global TV”, “Metro News: Metro TV”, “Lintas 5: TPI (sekarang MNC tv) dll. Pada saat itulah tayangan berita di televisi hanya menjadi kontinitas yang menjemukan. Karena sifatnya yang straight news (info sesaat), maka sering berita-berita di

televisi menjadi kurang lengkap. Orang hanya mendengar berita “anu”. Sementara “ada apa di balik berita anu” tidak dijelaskan. Situasi ini menjadi

perhatian para kreator televisi untuk mencoba membuat tayangan program acara yang lebih bersifat depth reporting (laporan mendalam) berupa investigasi.15

Berita Patroli umumnya lebih menayangkan berita kriminalitas, tayangan berita kriminalitas inilah yang membedakan berita Patroli dengan program berita lainnya. Konsep dari berita Patroli pun lebih mengutamakan peristiwa dan kasus kriminalitas yang dekat dengan masyarakat. Terbukti hingga saat ini Patroli masih menjadi tayangan berita kriminalitas nomor 1 (satu) berdasarkan data AC Nielsen.

Masyarakat banyak sekali menerima informasi setiap hari, misalnya: tetangga saya akan hajatan minggu depan, saudara saya masuk rumah sakit, para pekerja memperbaiki jalan yang rusak parah di lingkungan saya dan seterusnya. Namun apakah semua informasi tersebut adalah berita yang dapat disiarkan media massa. Dalam hal ini berita adalah informasi tetapi tidak

15

Anton Mabruri KN, Manajemen Produksi Program Acara TV Format Acara Non-Drama,News,Sport,PT.Grasindo,2013.h.33

semua informasi adalah berita. Lantas informasi seperti apa yang dapat dijadikan berita. Masyarakat dapat mendefinisikan bahwa berita adalah informasi yang penting dan atau menarik bagi khalayak audien.16

Sesuatu peristiwa, kejadian, gagasan dan fakta betapapun aktualnya, betapapun menariknya, betapapun pentingnya jika tidak dilaporkan atau diberitakan dan tidak disampaikan kepada umum untuk diketahui umum bukanlah berita.17

Secara ringkas dapat dikatakan bahwa berita adalah jalan cerita tentang peristiwa. Ini berarti bahwa suatu berita setidaknya mengandung dua hal, yaitu peristiwa dan jalan ceritanya. Jalan cerita tanpa peristiwa atau peristiwa tanpa jalan cerita tidak dapat disebut berita.

16

Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, Prenada Media Group, 2010.h.7

17

Sedia Willing Bagus, Jurnalistik Petunjuk Praktis Menulis Berita, CV.Mini Jaya Abadi,1996.h.19

67

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Konsep dari program Patroli itu lebih mengutamakan kasus dan peristiwa kriminalitas yang terjadi di tengah masyarakat. Namun yang menariknya program Patroli lebih dikenal sebagai tayangan berita kriminalitas, tayangan berita kriminalitas ini lah yang membedakan tayangan berita Patroli dengan tayangan program berita lainnya. Dalam menyusun konsep berita kriminalitas terlebih harus mempertimbangkan unsur 5W+1H serta kecepatan. Di tengah persaingan media massa yang ketat, kecepatan menjadi syarat penting dalam menyusun berita. Untuk memperoleh berita kriminalitas itu seorang jurnalis harus hunting dan reportase mencari sumber-sumber informasi tentang adanya kasus-kasus kriminalitas. Karena itu kedekatan dengan sumber-sumber berita menjadi penting. Secara khusus tidak ada kerjasama antara Patroli dengan tim kepolisian dalam arti hitam di atas putih bahwa tim Patroli dan kepolisisan menjalin kerjasama. Kerjasama yang terjalin adalah seperti nara sumber dan media massa pada umumnya. Dalam program Patroli tidak ada kriteria khusus untuk mendapatkan berita kriminalitas, yang paling penting berita tersebut mengandung unsur pelanggaran hukum pidana dan perdata. Namun yang perlu diingat program Patroli tidak selalu menayangkan berita kriminalitas, Patroli juga menayangkan berita beragam seperti banjir, kecelakaan, bencana, dan lain-lain. Dalam edisi ramadhan program Patroli menayangkan konsep yang berbeda dengan menambahkan ceramah atau

pesan-pesan ustadz di akhir segmen program Patroli. Namun pesan ustadz ini tidak seterusnya ditayangkan. Tetapi pesan atau ceramah ustadz ini hanya ditayangkan pada bulan Ramadhan, disesuaikan dengan kondisi yang terjadi di masyarakat dimana mayoritas penonton program Patroli adalah umat Islam. Pesan ustadz tersebut sifatnya sebagai bentuk untuk mengingatkan masyarakat bahwa kejahatan atau kriminalitas itu bukan untuk ditiru, tetapi untuk diambil hikmah dan langkah pencegahannya. 2. Stasiun televisi Indosiar memiliki kebijakan redaksi agar penayangan

program Patroli mengacu pada rambu-rambu yang ada. Kebijakan redaksi ini dibuat atas dasar usulan yang diajukan ke forum rapat. Dari forum rapat kemudian direstui oleh pimpinan news. Dalam hal ini kebijakan redaksi sangat penting untuk menyikapi suatu peristiwa karena dalam dunia pemberitaan yang penting bukan saja peristiwa, tetapi sikap terhadap peristiwa itu sendiri. Kalau suatu media massa tidak memiliki kebijakan redaksi, maka dapat dipastikan beritanya tidak akan konsisten, karena ia tidak mempunyai pendirian dalam memberitakan suatu peristiwa, ia menjadi seperti keranjang sampah yang dapat memuat apa saja.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam program berita Patroli di Indosiar, maka ada beberapa saran yang hendak peneliti sampaikan diantaranya:

1. Dalam penayangan program berita Patroli hendaknya lebih memperhatikan rambu-rambu yang berlaku serta Pedoman Perilaku

69

Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS). Agar bisa menayangkan berita secara profesional.

2. Dengan adanya tayangan berita kriminalitas pada program Patroli diharapkan agar bisa menjadi pembelajaran bagi masyarakat untuk tidak melakukan tindak kejahatan, karena dampak dari kejahatan yang dibuat itu sendiri harus dipertanggung jawabkan.

3. Penulis sedikit memberi masukan atau saran kepada team news Patroli Indosiar agar mampu mempertahankan tayangan yang berkualitas, teraktual, tajam dan terpercaya. Dan tetap menjadi tayangan berita kriminalitas nomor 1 (satu) berdasarkan data AC Nielsen.

70

Bagus, Sedia Willing. Jurnalistik Petunjuk Praktis Menulis Berita. CV.Mini Jaya Abadi, 1996.

Baksin, Askurifai. Jurnalistik Televisi Teori dan Praktik. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006.

Effendy, Uchjana, Onong. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. PT.Citra Aditya Bakti, 2003.

http://dampakmediaelektronikterhadapremaja.blogspot.com/2010/06/perkembang an-media-elektronik-televisi_16.html(diakses Juni 2010)

http://ikuii.files.wordpress.com/2008/02/handout-_2-konsep-dasar-kebijakan-media-massa.pdf(diakses Februari 2008)

http://my.opera.com/bandungpro/blog/2012/09/28/perkembangan-media-berita-televisi(diakses 28 September 2012)

http://pandri-16.blogspot.com/2012/01/sejarah-berdiri-televisi-indosiar.html (diakses Januari 2012)

http://pustaka.unpad.ac.id/archives/94087/(diakses September 2009)

http://nurul.blog.undip.ac.id/files/2009/09/kode-etik-jurnalistik-televisi-indonesia.pdf(diakses September 2009)

Irawan, Soeharto. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Rosdakarya, 2004.

KN, Mabruri, Anton. Manajemen Produksi Program Acara TV Format Acara Non-Drama, News, dan Sport. Jakarta: PT.Grasindo, 2013.

Ks, Usman. Television News Reporting & Writing. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2009.

Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Cetakan keduapuluh dua, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2006.

Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir. Prenada Media Group, 2010. Nurudin, Jurnalisme Masa Kini. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.2009.

Rohim, Syaiful. Teori Komunikasi: Perspektif, Ragam, dan Aplikasi. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009.

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta. 2010.

71 Kesebelas, Bandung: Alfabeta. 2010.

Sumber:http://buntomi.wordpress.com/2007/03/06/menelaah-kebijakan-redaksi-pers-medan-dalam-memberitakan-isu-hivaids/ (diakses 06 Maret 2007) Sumadiria, Haris, AS. Jurnalistik Indonesi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005.

Tebba, Sudirman. Hukum Media Massa Nasional. Penerbit Pustaka Irvan, 2007. Tebba, Sudirman. Jurnalistik Baru. Ciputat: Kalam Indonesia, 2005.

Tebba, Sudirman. Etika Media Massa Indonesia. Ciputat: Penerbit Pustaka Irvan,

Dokumen terkait