C. Permasalahan Dan Tantangan Pengembangan Air Limbah 1. Identifikasi Permasalahan Air Limbah
7.4.1.2. Analisis Kebutuhan Air Limbah A. Analisis Kebutuhan
Analisis Kebutuhan komponen pengelolaan air limbah di Kabupaten Bengkalis terdiri dari:
1. Analisis non teknis
a. Analisis kebijakan dan kelembagaan
Sampai saat ini kebijakan yang mempayungi sektor pengelolaan air limbah sudah berupa perda dan perbup. Perumusan Norma Standar Pedoman dan Manual (NSPM) dan Standar Pelayanan Minimal (SPM) mutlak di perlukan dan disosialisasikan ke masyarakat sehingga masyarakat dapat memahami dan mengerti prosedur dalam penanganan air limbah di lingkungannya masing-masing.
Pemerintah daerah harus membentuk kelembagaan di tingkat masyarakat dalam urusan operasional dan perawatan serta menerbitkan mekanisme pelaksanaannya. Kondisi ini diberlakukan di setiap desa sehingga fasilitas pengelolaan air limbah berupa MCK, IPAL komunal
dapat terus berfungsi dan berkelanjutan. Bentuk kelembagaan bisa bekerjasama dengan pihak universitas, swastaw dan LSM.
Aspek sumberdaya juga harus di perhatikan terutama SDM Dinas dan SKPD yang terkait dengan sektor ini. Peningkatan SDM dapat dilakukan dengan peningkatan tingkat pendidikan personel serta pelatihan di tingkat nasional. Peningkatan SDM juga diarahkan kepada lembaga/organisasi masyarakat yang berperan penuh dalam pengelolaan air limbah dengan bekerjasama dengan stakeholder yang kompeten. Bentuk kerjasama ini harus difasilitasi oleh Pemda.
b. Analisis keuangan
Pengelolaan keuangan daerah Kabupaten Bengkalis diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bengkalis Nomor 11 Tahun 2007 tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah. Dalam RPJMD Tahun 2010-2015 bahwa program prioritas pembangunan pengelolaan air minum dan air limbah sejak tahun 2011 sudah menghabiskan biaya sebesar Rp. 37.598.065.725,- dan biaya Rp. 37.446.594.118,78,- pada tahun 2015. Adapun sumber pembiayaan berasal dari APBD an APBN dan untuk program berbasis masyarakat pendanaan juga berasal dari partisipasi masyarakat.
c. Partisipasi Masyarakat
Bentuk partisipasi masyarakat dalam program pembangunan pengelolaan air limbah masuk sebagai pembangunan air limbah perkotaan dan air limbah pedesaan. Untuk perkotaan partisipasi masyarakat terlihat dari adanya keterlibatan masyarakat dalam proyek pembangunan atau PNPM perkotaan. Sedangkan untuk pedesaan program pembangunan air limbah masuk sebagai program sanitasi masyarakat melalui program PAMSIMAS.
2. Analisis Teknis
a. Sistem setempat (on site) individual
Pengelolaan limbah manusia di kabupaten Bengkalis, khususnya limbah air bekas dilakukan secara individual pada masing-masing rumah tangga dan secara komunal memanfaatkan fasilitas umum, Sistem yang digunakan adalah “on site” (setempat). Untuk pemukiman penduduk
yang berada di dekat sungai, pada umumnya memanfaatkan sungai untuk keperluan mandi, cuci dan buang airnya.
Mengingat Kabupaten Bengkalis memiliki kondisi topografi yang relatif datar, terutama dipusat-pusat kota, memberikan kendala dalam penyaluran air limbah karena kemampuan penyaluran air limbah hanya dapat dalam jarak pendek, sehingga alternatif pengelolaan air limbah yang digunakan adalah on site system, yaitu sistem septic tank dan rembesan. Alternatif sistem septic tank yang akan diterapkan adalah :
• Sistem septic tank individual, yaitu pengelolaan air limbah dengan penggunaan septic tank pada rumah tipe besar di mana lahan yang tersedia cukup luas untuk pembangunan septic tank dan bidang rembesannya;
• Sistem septic tank komunal, yaitu pengelolaan air limbah dengan penggunaan 1 septik tank untuk beberapa rumah (6 – 10 rumah) perumahan pedesaan dimensi septic tank disesuaikan dengan jumlah kelompok pemakai.
Fasilitas pembuangan limbah manusia secara on site menggunakan tangki septik, cubluk dan dan sisanya menggunakan tempat terbuka atau sungai untuk fasilitas pembuangan air limbah manusianya. Pada sistem on site yang diterapkan umumnya adalah buangan tinja dialirkan ke cubluk atau tangki septik dan air bekas cuci mandi dialirkan ke saluran/drainase yang ada disekitarnya.
Pada saat ini kasus penyakit yang ditimbulkan karena lemahnya pengelolaan limbah manusia masih relatif sedikit, namun ini bukanlah masalah sepele karena jika dibiarkan berlarut-larut, yang menanggung akibatnya adalah masyarakat yang berada disekitar limbah manusia itu sendiri.
Dari beberapa permasalahan di atas guna peningkatan pelayanan sangat dibutuhkan sekali sarana dan prasarana pengelolaan air limbah manusia seperti : Pengadaan Mobil Tinja, Pembangunan IPLT, Pembangunan MCK dan Penyuluhan.
Tabel 5.31
Proyeksi Volume Air Limbah Kabupaten Bengkalis Tahun 2014 – 2031
Deskripsi Standar dan
Asumsi Satuan 2014 2019 2024 2031
Populasi Orang 655.102 771.984 909.721 1.072.032
Kebutuhan Air
Bersih liter/org 68.556.424 80.788.126 95.202.303 112.188.149
Volume Grey Water 80% liter/org 54.845.139 64.630.501 76.161.842 89.750.519 Volume Black
Water 20% liter/org 13.711.285 16.157.625 19.040.461 22.437.630
Total Air Kotor liter/hari 68.556.424 80.788.126 95.202.303 112.188.149
Sumber: Hasil Analisis, 2015
b. Sistem off site
Sistem pengelolaan air limbah dengan sistem off site adalah sistem pengelolaan yang tidak membutuhkan lahan di tempat sebagai tangki septiknya. Melainkan air limbah rumah tangga di salurkan melalui jaringan pipa pembuangan dari rumah ke rumah atau bangunan lainnya yang menuju ke satu instalasi pengolahan air limbah. Umumnya sistem ini menggunakan IPAL (instalasi Pengolahan Air Limbah) sebelum di buang ke saluran pembuangan primer (sungai, laut dan lain-lain). Umumnya sistem ini jarang di gunakan pada kawasan permukiman, melainkan kawasan tertentu seperti industri dan sebagainya.
Tabel 5.32
Analisis Kebutuhan dan Target Pencapaian Daerah
No Uraian Kondisi Eksisitng Tahun Kebutuhan
2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020
A Peraturan terkait sektor air limbah
Ketersediaan Peraturan bidang Air
Limbah (Perda, Pergub, Perwali dst)
B Kelembagaan Bentuk organisasi Ketersediaan tata laksana (Tupoksi, SOP, dll)
Koordinasi antar SKPD sudah berjalan dengan baik, tetapi masih ditemui rendahnya
No Uraian Kondisi Eksisitng Kebutuhan Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020 keterpaduan perencanaan dan implementasi kegiatan. Kualitas dan kuantitas
SDM Kurangnya pendidikan tingkat SDM yang memadai, terutama pada Dinas yang menangani permasalahan sektor ini.
C Pembiayaan
Sumber pembiayaan (APBD Prov/ Kab/kota/ swasta/ masya-rakat/ dll)
Pembiayaan pembagian
persentase antara APBN dan APBD Untuk berbasis masyarakat
pembiayaan antara APBN, APBD dan partisipasi
masyarakat Tarif Retribusi Belum ada Realisasi penarikan
retribusi (%terhadap target)
Belum ada D Peran swasta dan
masyarakat
(Sudah ada/belum ada/ bentuk kontribusi, dll)
Peran masyarakat sudah ada dalam bentuk PAMSIMAS dengan kontribusi 20% berupa tenaga kerja dan material E Sistem Setempat (on
site)
Ketersediaan dan
kondisi IPLT Tidak ada 1 - - - - Tingkat cakupan
Pelayanan IPLT
10% 10% 10% 10% 10% Ketersediaan dan
kondisi Truk tinja Tidak ada 3 3 3 3 3 Biaya O&P - - - - - Kualitas efluen IPLT
(BOD dan COD) …...Mg/lit ……….Mg/lit - - - - - Ketersediaan
Sistempengolahan air limbah skala kecil/ kawasan/ komunitas
Tidak ada data 3 - - - -
F Sistem Terpusat (off site)
Tidak ada - - - - - Ketersediaan dan
kondisi IPAL Tidak ada - - - - - Kapasitas IPAL ……….M3 - - - - - Tingkat cakupan
Pelayanan IPAL (% dari target) - - - - - Biaya O&P - - - - -
7.4.2. Persampahan
7.4.2.1. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan