• Tidak ada hasil yang ditemukan

3) PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

6.2.3. Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan

Analisis kebutuhan Program dan Kegiatan untuk sektor PBL oleh Kab/Kota, hendaknya mengacu pada Lingkup Tugas DJCK untuk sector PBL yang dinyatakan pada Permen PU No. 8 Tahun 2010.

a. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman

Dengan kegiatan yang terkait adalah penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK), pembangunan prasarana dan sarana lingkungan permukiman tradisional dan bersejarah, pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM), dan pemenuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan.

RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan)

Terdapat beberapa kawasan yang mendesak dan perlu disusun dokumen Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) yang merupakan simpul kawasan strategis kabupaten (KSK) antara lain :

• Kawasan Hutan Lindung Bukit Betabuh

• Kawasan Suaka Margasatwa Bukit Rimbang – Bukit Baling • Kawasan Kota Lubuk Jambi

• Kawasan Muara Lembu • Kawasan Perhentian Luas

• Kawasan Perkebunan Sawit di Kecamatan Singingi Hilir, Kuantan Tengah, Kuantan Mudik, dan Kecamatan Benai

• Kawasan Pariwisata

RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran

RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran seperti yang dinyatakan dalam Permen PU No. 26 tahun 2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, bahwa Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan adalah sistem yang terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupun terbangun pada bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan lingkungannya terhadap bahaya kebakaran. Penyelenggaraan sistem

proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungannya. RISPK terdiri dari Rencana Sistem Pencegahan Kebakaran dan Rencana Sistem Penanggulangan Kebakaran di Kabupaten/Kota untuk kurun waktu 10 tahun. RISPK memuat rencana kegiatan pencegahan kebakaran yang terdiri dari kegiatan inspeksi terhadap ancaman bahaya kebakaran pada kota, lingkungan bangunan dan bangunan gedung, serta kegiatan edukasi pencegahan kebakaran kepada masyarakat dan kegiatan penegakan Norma, Standar, Pedoman dan Manual (NSPM). RISPK juga memuat rencana tentang penanggulangan kebakaran yang terdiri dari rencana kegiatan pemadaman kebakaran serta penyelamatan jiwa dan harta benda.

Berdasarkan permasalahan dan tantangan sektor PBL di Kabupaten Kuantan Singingi, terkhusus Kegiatan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK), maka hasil analisa adalah :

1) Masalah Kebakaran belum menjadi isu utama di Kws. Perkotaan di Kab. Kuantan Singingi, namun tetap harus memperhatikan Prasarana dan Sarana Hidran Kebakaran

2) Pembangunan PSD Proteksi Kebakaran belum terlaksana secara optimal karena belum adanya dokumen perencanaan secara komprehensif

Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional/Bersejarah

Pendekatan yang dilakukan dalam melaksanakan Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional adalah:

1. Koordinasi dan sinkronisasi dengan Pemerintah Daerah;

2. Pendekatan Tridaya sebagai upaya pemberdayaan terhadap aspek manusia, lingkungan dan kegiatan ekonomi masyarakat setempat; 3. Azas "berkelanjutan" sebagai salah satu pertimbangan penting untuk

menjamin kelangsungan kegiatan;

4. Rembug warga dalam upaya menggali sebanyak mungkin aspirasi masyarakat, selain itu juga melakukan pelatihan keterampilan teknis dalam upaya pemberdayaan masyarakat.

Berdasarkan permasalahan dan tantangan sektor PBL di Kabupaten Kuantan Singingi, terkhusus Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional/ Bersejarah, maka hasil analisa sektor PBL adalah :

1) Perlunya Revitalisasi Kawasan potensial guna mengatasi penurunan fungsi Kawasan Kota akibat kurangnya sarana dan prasarana pendukung di Kawasan :

Kawasan Desa Wisata (Koto Sentajo & Pangkalan Indarung)

Kawasan Upacara Adat dan Kesenian Tradisional (Pacu Jalur

– Teluk Kuantan & Perahu Baganduang – Lubuk Jambi)

Kawasan Tambang Batu Bara Peninggalan Jepang (Logas) 2) Perlu adanya koordinasi lintas sektoral terkait penanganan

kawasan-kawasan tradisional/bersejarah seperti Dinas Pariwisata, Bappeda, Dinas PU, dsb.

Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Analisa kebutuhan Program dan Kegiatan juga mengacu pada Permen PU No. 01 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. Khusus untuk sektor PBL, SPM juga terkait dengan SPM Penataan Ruang dikarenakan kegiatan penataan lingkungan permukiman yang salah satunya melakukan pengelolaan kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan. Standar SPM terkait dengan sektor PBL sebagaimana terlihat pada tabel 6.16, yang dapat dijadikan acuan bagi Kabupaten/Kota untuk menyusun kebutuhan akan sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan.

Tabel 6.16 SPM Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

No Jenis Pelayanan Dasar Standar Pelayanan Minimal Waktu Pencapaian Keterangan Indikator Nilai (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Penataan Bangunan dan Lingkungan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Terlayaninya masyarakat dalam pengurusan IMB di kabupaten/ kota. 100 % 2014 Sumber : DPU Harga Standar Bangunan Gedung Negara (HSBGN) Tersedianya pedoman Harga Standar Bangunan Gedung Negara di kabupaten/ kota. 100 % 2014 Sumber : DPU

2 Penataan Ruang Penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik Tersedianya luasan RTH public sebesar 20% dari luas wilayah kota/ kawasan perkotaan.

100% 2021 Sumber : RTRW Kuansing

Berdasarkan Data Eksisting dan statistic , maka hasil perhitungan capaian kinerja SPM bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan adalah :

1. Penataan Bangunan dan Lingkungan , terdiri dari jenis pelayanan dasar : a. Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

Adalah meningkatnya jumlah bangunan gedung yang memiliki Izin Mendirikan Bangunan Gedung (IMB) di kabupaten/kota untuk memenuhi ketentuan administratif dan ketentuan teknis bangunan gedung sesuai dengan fungsinya guna mewujudkan bangunan yang andal serta terwujudnya kepastian hukum dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Pelaksanaan Izin Mendirikan Bangunan Gedung (IMB) di kabupaten/kota di daerah diatur lebih lanjut dengan Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung yang substansinya mengikuti Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (UUBG) dan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (PPBG).

b. Harga Standar Bangunan Gedung Negara

Adalah tersedianya Harga Satuan Bangunan Gedung Negara (HSBGN) di

kabupaten/kota sehingga mendukung pencapaian sasaran

penyelenggaraan bangunan gedung melalui penyediaan HSBGN yang wajar dan dapat dipertanggungjawabkan.

b. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara Kegiatan penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara meliputi:

1. Menguraikan kondisi bangunan gedung negara yang belum memenuhi persyaratan keandalan yang mencakup (keselamatan, keamanan, kenyamanan dan kemudahan);

2. Menguraikan kondisi Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara;

Untuk dapat melakukan pendataan terhadap kondisi bangunan gedung dan rumah negara perlu dilakukan pelatihan teknis terhadap tenaga pendata HSBGN, sehingga perlu dilakukan pendataan kegiatan pembinaan teknis penataan bangunan gedung.

Pendataan bangunan gedung dan rumah negara di kabupaten Kuantan Singingi perlu dikoordinasikan kembali, mengingat sistem tata tertib administrasi masih belum sinkron antar pengelola masing-masing.

c. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan Kegiatan penanggulangan kemiskinan dari sektor PBL di Kabupaten Kuantan Singingi terbagi dalam 3 (tiga) sektor, antara lain : P2KP, PPIP dan Pamsimas.

Tabel 6.17 Kebutuhan Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

No Uraian Unit Tahun

2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Ket (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

I Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman 1 Ruang Terbuka

Hijau (RTH) M2 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 2 Ruang Terbuka M2 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000

3 PSD Unit 5 5 5 5 5

4 PS Lingkungan Unit 2 2 2 2 2

5 HSBGN Laporan 4 4 4 4 4 Per triwulan

6 Pelatihan Teknis Tenaga Pendata HSBGN Laporan 1 1 1 1 1 7 Lainnya

II Kegiatan Pengelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara 1 Bangunan Fungsi Hunian Unit - - - - - 2 Bangunan Fungsi Keagamaan Unit - - - - - 3 Bangunan Fungsi Usaha Unit - - - - - 4 Bangunan Fungsi Sosial Budaya Unit - - - - - 5 Bangunan Fungsi Khusus Unit - - - - - 6 Bintek Pembangunan Gedung Negara Laporan - - - - - 7 Lainnya - - - - -

III Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan

2 PAMSIMAS Paket 47 50 50 50 50 1 Tahun Perencanaan 6.2.4. Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan PBL

Program-Program Penataan Bangunan dan Lingkungan, terdiri dari: a. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman;

b. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara; c. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan. Untuk penyelenggaraan program-program pada sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL) maka dibutuhkan Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria) yang mencakup antara lain rencana kegiatan rinci, indikator kinerja, komitmen Pemda dalam mendukung pelaksanaan kegiatan melalui penyiapan dana pendamping, pengadaan lahan jika diperlukan, serta pembentukan kelembagaan yang akan menangani pelaksanaan proyek serta mengelola aset proyek setelah infrastruktur dibangun.

Kriteria Kesiapan untuk sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan adalah: ➢ Fasilitasi RanPerda Bangunan Gedung

Kriteria Khusus:

Kabupaten/kota yang belum difasilitasi penyusunan ranperda Bangunan Gedung;

Komitmen Pemda untuk menindaklanjuti hasil fasilitasi Ranperda BG ➢ Penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis

Komunitas

Kriteria Khusus Fasilitasi Penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas:

Kawasan di perkotaan yang memiliki lokasi PNPM-Mandiri Perkotaan;

Pembulatan penanganan infrastruktur di lokasi-lokasi yang sudah ada PJM Pronangkis-nya;

Bagian dari rencana pembangunan wilayah/kota;

Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat;

Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan (RTBL) Kriteria Lokasi :

Sesuai dengan kriteria dalam Permen PU No.6 Tahun 2006;

Kawasan terbangun yang memerlukan penataan;

Kawasan yang dilestarikan/heritage;

Kawasan rawan bencana;

Kawasan gabungan atau campuran (fungsi hunian, fungsi usaha, fungsi sosial/ budaya dan/atau keagamaan serta fungsi khusus, kawasan sentra niaga (central business district);

Kawasan strategis menurut RTRW Kab/Kota;

Komitmen Pemda dalam rencana pengembangan dan investasi Pemerintah daerah, swasta, masyarakat yang terintegrasi dengan rencana tata ruang dan/atau pengembangan wilayahnya;

Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat;

Pekerjaan dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat.

Penyusunan Rencana Tindak Revitalisasi Kawasan, Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Permukiman Tradisional/Bersejarah

Rencana Tindak berisikan program bangunan dan lingkungan termasuk elemen kawasan, program/rencana investasi, arahan pengendalian rencana dan pelaksanaan serta DAED/DED.

Kriteria Umum:

Sudah memiliki RTBL atau merupakan turunan dari lokasi perencanaan RTBL (jika luas kws perencanaan > 5 Ha) atau;

Turunan dari Tata Ruang atau masuk dlm scenario pengembangan wilayah (jika luas perencanaan < 5 Ha);

Komitmen pemda dalam rencana pengembangan dan investasi Pemerintah daerah, swasta, masyarakat yang terintegrasi dengan Rencana Tata Ruang dan/atau pengembangan wilayahnya;

Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

Kriteria Khusus Fasilitasi Penyusunan Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan:

Kawasan diperkotaan yang memiliki potensi dan nilai strategis;

Bagian dari rencana pengembangan wilayah/kota;

Ada rencana pengembangan dan investasi pemda, swasta, dan masyarakat;

Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

Kriteria Khusus Fasilitasi Penyusunan Rencana Tindak Ruang Terbuka Hijau:

Ruang publik tempat terjadi interaksi langsung antara manusia dengan taman (RTH Publik);

Area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman baik alamiah maupun ditanam (UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang);

Dalam rangka membantu Pemda mewujudkan RTH public minimal 20% dari luas wilayah kota;

Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, masyarakat;

Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

Kriteria Khusus Fasilitasi Penyusunan Rencana Tindak Permukiman Tradisional Bersejarah:

Lokasi terjangkau dan dikenal oleh masyarakat setempat (kota/kabupaten);

Memiliki nilai ketradisionalan dengan ciri arsitektur bangunan yang khas dan estetis;

Kondisi sarana dan prasarana dasar yang tidak memadai;

Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat;

Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

Kriteria Fasilitasi Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK):

Ada Perda Bangunan Gedung;

Kota/Kabupaten dengan jumlah penduduk > 500.000 orang;

Tingginya intensitas kebakaran per tahun dengan potensi resiko tinggi

Kawasan perkotaan nasional PKN, PKW, PKSN, sesuai PP No.26/2007 tentang Penataan Ruang;

Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat;

Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

Kriteria dukungan PSD Untuk Revitalisasi Kawasan, RTH Dan Permukiman Tradisional/Ged Bersejarah:

Mempunyai dokumen Rencana Tindak PRK/RTH/Permukiman

Tradisional-Bersejarah;

Prioritas pembangunan berdasarkan program investasinya;

Ada DDUB;

Dukungan Pemerintah Pusat maksimum selama 3 tahun anggaran;

Khusus dukungan Sarana dan Prasarana untuk permukiman tradisional, diutamakan pada fasilitas umum/sosial, ruang-ruang publik yang menjadi prioritas masyarakat yang menyentuh unsur tradisionalnya;

Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat;

Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

Kriteria dukungan Prasarana dan Sarana Sistem Proteksi Kebakaran:

Memiliki dokumen RISPK yang telah disahkan oleh Kepala Daerah (minimal SK/peraturan bupati/walikota);

Memiliki Perda BG (minimal Raperda BG dalam tahap pembahasan dengan DPRD);

Memiliki DED untuk komponen fisik yang akan dibangun;

Ada lahan yg disediakan Pemda;

Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat;

Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

Kriteria Dukungan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung Dan Lingkungan:

Bangunan gedung negara/kantor pemerintahan;

Bangunan gedung pelayanan umum (puskesmas, hotel, tempat peribadatan, terminal, stasiun, bandara);

Ruang publik atau ruang terbuka tempat bertemunya aktifitas sosial masyarakat (taman, alun-alun);

Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

Dokumen terkait