PROYEKSI KEBUTUHAN SAMBUNGAN AIR MINUM
D. Analisis Kebutuhan Program
Kebutuhan program penyediaan dan pengelolaan air minum di Kabupaten Kudus didasari oleh beberapa pertimbangan :
1) Kebutuhan akan penyediaan air minum.
Apabila jumlah penduduk yang pelayanan air minumnya mengandalkan sumber air dari sungai (4,89%), hujan (0,25%) dan lain-lain (27,62%) diasumsikan belum terlayani air minum, karena tidak memenuhi standar kualitas dan atau kontinyuitas, maka tingkat pelayanan air minum di Kabupaten Kudus adalah sebesar 67,23%, dengan 20,06% dilayani sistem perpipaan dan 47,17% dilayani non perpipaan. Pelayanan air minum sistem non perpipaan juga masih diragukan kontinyuitasnya, terutama pada musim kemarau. Dengan pertimbangan ini maka kebutuhan penyediaan air minum di masa mendatang diperhitungkan terhadap tingkat pelayanan air minum sistem perpipaan, baik yang dikelola oleh PDAM maupun non-PDAM.
Prioritas utama penyediaan air minum adalah pada daerah yang termasuk rawan air seperti didaerah Kec. Dawe, Gebog, Undaan, sebagian Kec. Jekulo. Hal ini dilihat karena kondisi geografi tanahnya yang memang sulit untuk mendapatkan sumber air.
2) Kondisi ekonomi masyarakat.
Rata–rata masyarakat di Kabupaten Kudus merupakan masyarakat yang tingkat pendapatannya rendah, yang membuat kemampuan masyarakat untuk mengakses air bersih yang dikelola oleh PDAM menjadi terbatas. Untuk memecahkan permasalahan ini maka diperlukan program penyediaan air bersih yang terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah. Program penyediaan air bersih secara partisipatif merupakan alternatif. Masyarakat dilibatkan penuh dalam seluruh proses penyediaan dan pelayanan air minum, mulai dari perencanaan,
Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya
IV- 113
pengoperasian sampai pemeliharaannya. Pemerintah cukup memberikan bantuan stimulan investasi awal.
3) Kondisi lingkungan.
Dilihat dari struktur geologi tanah dan peta hidrologi terutama pada daerah sekitar lereng gunung Muria yang mempunyai potensi air tanah dalam yang cukup besar dengan kualitas yang cukup baik, maka pengambilan air baku yang berasal dari sumur dalam merupakan alternatif yang paling memungkinkan untuk penyediaan air minum di Kabupaten Kudus. Sedangkan sistem operasi yang digunakan dalam transmisi air bersih adalah sistem gravitasi dan sistem pemompaan.
4) Kemampuan Pemerintah Daerah.
Anggaran Pemerintah Kabupaten Kudus yang terbatas menentukan prioritas program yang akan dipilih dalam penyediaan air minum. Penyediaan air minum pada daerah yang rawan air bersih menjadi prioritas utama. Selanjutnya, program peningkatan pelayanan air bersih perpipaan diarahkan melalui program yang partisipatif.
E. Rekomendasi
1) PROGRAM PARTISIPATIF
Program pembangunan prasarana dan sarana dasar air minum yang berbasis masyarakat (seperti PAMSIMAS) pada:
- Desa miskin dan rawan air,
- Ibukota Kecamatan (IKK) yang belum mempunyai sistem pelayanan air minum,
- Permukiman padat dan permukiman kumuh (UWSSP dan WSSP)
- Kawasan RSH/Rusuna.
2) AIR BAKU
- Penambahan sumur dalam
3) UNIT PRODUKSI
- Pembuatan IPA Baru dan perpipaan Transmisi 4) UNIT DISTRIBUSI
- Pengadaan/pemasangan Meter Induk di unit distribusi
- Penggantian pipa-pipa tua yang efisiensinya rendah secara bertahap
- Penggantian meter air pelanggan (SR) secara bertahap
- Normalisasi jaringan distribusi (perbaikan jaringan ) 5) ASPEK MANAJEMEN
- Reklasifikasi pelanggan
Laporan Akhir
4.4.3. Usulan Rencana Program/Kegiatan
4.4.3.1. Sistem Prasarana yang Diusulkan Sektor Air Minum A. Sistem Non – Perpipaan
Sistem non perpipaan dikelola langsung oleh masyarakat dengan cara konvensional, yaitu berupa sumur gali/dangkal maupun mengambil air sungai. Daerah yang banyak menggunakan sistem ini adalah daerah yang dialiri aliran sungai atau mata air. Ada juga yang memakai sumur atau air tanah karena kedalamannya rendah. Atau dengan menampung air hujan karena kondisi geografisnya yang tidak menguntungkan. Sistem ini lebih cocok bila diterapkan di permukiman pedesaan yang lahan terbangun dan tingkat pencemarannya masih kecil. Sumber air yang dapat digunakan tentunya harus sesuai dengan syarat – syarat kesehatan.
Sumber air tidak dipilih apabila memiliki kriteria sebagai berikut :
- pH : di atas 9,5 dan dibawah 5,5
- Ec : di atas 1000 ms/cm
- Warna : kuat
- Bau : kuat
- Rasa : sangat asin atau sangat berasa
- Suhu : diatas 45º C
Sistem non perpipaan yang dimanfaatkan secara komunal dapat menggunakan air tanah dalam yang ditampung di penampungan air, akan tetapi penggunaan air tanah yang telah tercemar, harus dilengkapi dengan instalasi pengolahan air.
B. Sistem Perpipaan
Sistem perpipaan akan efisien bila melayani kawsan permukiman yang teratur dan mengelompok. Sumber air minum diambil dari mata air, air permukaan atau sumur dalam.
1) Sistem Perpipaan PDAM
Sistem perpipaan PDAM memerlukan debit paling tidak 10 lt/dtk untuk pengambilan air dari sumur dalam. Jarak unit produksi dengan daerah pela-anan ditentukan pada daerah masing masing. PDAM saat ini mempunyai 25 sumur produksi untuk memenuhi kebutuhan air pada daerah setempat.
Penentuan jenis sumber yang dipilih harus mempertimbangkan beberapa hal berikut :
a. Kuantitas dan kualitas sumber air (diukur pada musim hujan dan kemarau) Kualitas air baku mengacu pada PP No 82 Tahun 2002
b. Kemudahan dalam konstruksi unit air baku c. Keamanan operasional
d. Biaya dalam pengolahan air dan perawatan unit produksi e. Potensi pencemaran terhadap sumber air
f. Kemudahan dalam memperbesar kapasitas unit air baku di masa mendatang
- Apabila hasil analisa kualitas air baku tidak memenuhi standar baku mutu kualitas air minum, maka dibutuhkan instalasi pengolahan air baku ( IPA)
- Unit air baku merupakan bangunan yang digunakan untuk mengambil air baku dari sungai, terdiri atas bar screen, saluran intake dan pintu air
- Bak pengumpul berfungsi untuk menampung air baku sebelum ditransmisikan ke instalasi pengolahan.
Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya
IV- 115
Unit transmisi yang digunakan adalah dengan pipa. Pipa yang digunakan yaitu pipa PVC DN 150 mm menjangkau ke masyarakat. Sistem pengaliran dengan memakai sistem pompa dan gravitasi. Hal–hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan jalur transmisi:
- Mencari jalur yang terpendek sehingga dapat menekan biaya
- Menghindari hambatan sehingga tidak diperlukan pembuatan jembatan pipa, tunnel, pompa, cut and cover, dan crossing dengan infrastrukstur lain, misalnya rel kereta api
- Mencari lokasi yang mudah untuk melakukan kontrol karena hal ini penting di dalam operasi dan pemeliharaan jaringan transmisi
- Mempermudah peletakan infrastruktur sistem transmisi misalnya untuk sistem transmisi yang menggunakan pipa, blow off
Instalasi Pengolahan Air Baku (IPA) diperlukan apabila hasil analisa kualitas air baku tidak memenuhi standar baku kualitas air minum. Pengolahan air minum terdiri atas parameter fisik (warna, kekeruhan, total suspended solid, dll), parameter kimia (besi, mangan, zat organic, dsb) parameter biologis ( Total Colidan Fecal Coli)
Lokasi unit produksi akan mempengaruhi unit distribusi penyediaan air minum. Penentuan unit produksi perlu mempertimbangkan hal – hal berikut :
- Topografi wilayah pelayanan
- Kondisi geologi dan hidrologi
- Kondisi sanitasi lingkungan
- Aman dari bencana alam seperti banjir dan gempa bumi
- Merupakan lokasi yang memiliki akses yang baik
- Jarak antara daerah pelayanan dengan unit air baku
2) Sistem Perpipaan Non-PDAM
Pada sistem perpipaan non-PDAM, yang diprioritaskan melayani perdesaan yang rawan air minum, jaringan perpipaan biasanya terbatas pada masing-masing desa. Pengelolanya dibentuk dan dilakukan oleh penduduk pengguna air minum itu sendiri. Sumber mata air atau sumur dalam yang diambil debitnya paling tidak 3 lt/dtk.
C. Usulan dan Prioritas Program