• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Hasil Penelitian

2. Analisis Kebutuhan Tenaga Keperawatan

a. Formula Hasil Lokakarya Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan Formula Hasil Lokakarya Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) yakni:

A x 52 minggu X 7 hari (TTxBOR)

TTP = + 25%

HKE (41 minggu) X JKE (40 / minggu)

Keterangan :

TTP = Tenaga paramedis perawat A = Jumlah jam perawatan / 24 jam TT = Tempat Tidur

BOR = Bed Occupancy Rate HKE = Hari Kerja efektif JKE = Jam Kerja efektif

⦿ Komponen A, adalah jumlah waktu perawatan yang dibutuhkan oleh pasien selama 24 jam

⦿ BOR, adalah prosentase rata-rata jumlah tempat tidur yang digunakan selama periode tertentu (satu semester/satu tahun)

⦿ Hari kerja efektif selama 41 minggu yang dihitung sebagai berikut :

= (365 –(52 hr minggu+12 hari libur nasional+ 12 cuti tahunan)

= 289 hari : 7 hari/mg

= 41 minggu

⦿ Jam erja efektif selama 40 jam perminggu yang dihitung sebagai berikut :

= Jika hari kerja efektif 6 hari, maka 40/6 = 6,6 - 7 jam perhari

= Jika hari kerja efektif 5 hari, maka 40/5 = 8 jam perhari

⦿ Komponen 25 %, yaitu tingkat produktivitas perawat diasumsikan hanya 75 % sehingga dikali 25 %.

Dari rumus tersebut di atas maka kebutuhan tenaga paramedis perawatan (tenaga keperawatan) untuk rawat inap di RSUD. Mamuju Utara sebelum dilakukan penambahan cadangan 25% adalah sebagai berikut ( Tabel 8 ):

Tabel 8. Jumlah Kebutuhan Tenaga Keperawatan Menurut Formula Hasil Lokakarya Persatuan Perawat Nasional Indonesia di Instalasi Rawat Inap RSUD Mamuju Utara Tahun 2012

No. Ruang Perawatan

BOR (%)

Jumlah TT

Jumlah Jam Perawatan

Pasien perhari

Jumlah Kebutuhan

N %

1 Perawatan I 24 16 20 17 57

2 Perawatan II 11 18 16 7 23

3 Perawatan III 7 20 16 6 20

Jumlah 30 100

Sumber: Data Primer

Tabel 8 di atas menunjukkan jumlah kebutuhan pasien sebelum dilakukan penambahan cadangan kebutuhan 25%, yaitu sebanyak 30 orang tenaga dengan jumlah terbanyak terdistribusi di ruang rawat inap perawatan I sebanyak 17 orang (57%), dan jumlah terkecil terdistribusi pada ruangan rawat inap perawatan III yaitu sebanyak 6 orang (20%).

Setelah dilakukan penambahan cadangan kebutuhan tenaga keperawatan sebanyak 25% yaitu kebutuhan diluar kegiatan keperawatan, maka hasil perhitungan total kebutuhan tenaga keperawatan berdasarkan perhitungan dengan menggunakan Formula Hasil Lokakarya Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) adalah sebagai berikut ( Tabel 9 ) : Tabel 9. Jumlah Kebutuhan Tenaga Keperawatan

Menurut Formula Hasil Lokakarya Persatuan Perawat Nasional Indonesia di Instalasi Rawat Inap RSUD Mamuju Utara Tahun 2012

No. Ruang Perawatan

Jumlah Kebutuhan

Cadangan 25%

Jumlah Kebutuhan Keseluruhan

N %

1. Perawatan I 17 4 21 55

2. Perawatan II 7 2 9 24

3. Perawatan III 6 2 8 21

Jumlah 38 100

Sumber: Data Primer

Tabel 9 di atas menunjukkan jumlah keseluruhan kebutuhan tenaga keperawatan menurut formula Hasil Lokakarya Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) setelah ditambahkan cadangan 25%, yaitu sebanyak 38 orang,

dengan jumlah kebutuhan terbesar yaitu di ruang rawat inap perawatan I sebanyak 21 orang (55%), sedangkan jumlah kebutuhan yang paling sedikit yaitu di ruang rawat inap perawatan III sebanyak 8 orang (21%).

Tabel 10. Selisih Jumlah Kebutuhan Tenaga Keperawatan Menurut Formula Hasil Lokakarya Persatuan Perawat Nasional Indonesia di Instalasi Rawat Inap RSUD Mamuju Utara Tahun 2012

No. Ruang Perawatan

Jumlah Tenaga yang Tersedia

Jumlah Kebutuhan

Sesuai Formula

PPNI

Selisih Jumlah Kebutuhan

1 Perawatan I 12 21 9

2 Perwatan II 7 9 2

3 Perawatan III 6 8 2

Jumlah 25 38 13

Sumber : Data Primer

Dari tabel 10 di atas dapat dilihat bahwa ruangan perawatan yang paling banyak membutuhkan tenaga perawatan berdasarkan analisis formula hasil lokakarya persatuan perawat nasional indonesia ( PPNI ) adalah ruangan perawatan I sebanyak 21 orang perawat denganjumlah selisih yang ada yaitu 9 orang, sedangkan ruangan perawatan III membutuhkan jumlah tenaga perawat paling sedikit yaitu sebanyak 8 orang tenaga dengan jumlah selisih yang ada 2 orang tenaga. Secara umum jumlah kebutuhan perawat menurut formula hasil lokakarya persatuan perawat nasional

indonesia ( PPNI ) sebanyak 38 orang perawat. Perbandingan jumlah tenaga perawat yang tersedia dengan kebutuhan tenaga perawat berdasarkan formula hasil lokakarya persatuan perawat nasional indonesia ( PPNI ) dapat dilihat pada gambar grafik 1 berikut ini :

Grafik 1. Perbandingan Jumlah Tenaga Yang Tersedia Dengan Kebutuhan Tenaga Keperawatan Berdasarkan Formula Hasil Lokakarya Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) di Instalasi Rawat Inap RSUD Mamuju Utara Tahun 2012

0 5 10 15 20 25

Perawatan I Perawatan II Perawatan III

tenaga yang tersedia Tenaga yang dibutuhkan

C. Pembahasan

Formula Hasil Lokakarya Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

Efektifitas dan efisiensi ketenagaan dalam keperawatan sangat ditunjang oleh pemberian asuhan keperawatan yang tepat dan kompetensi perawat yang memadai. Oleh karena itu, perlu kiranya dilakukan perencanaan yang strategis dan sistematis dalam memenuhi kebutuhan tenaga keperawatan. Perencanaan yang baik akan mempertimbangkan : klasifikasi klien berdasarkan ketergantungan, metode pemberian asuhan keperawatan, jumlah dan kategori tenaga keperawatan serta perhitungan jumlah tenaga keperawatan. Untuk itu diperlukan kontribusi dari manager keperawatan dalam menganalisis dan merencanakan kebutuhan tenaga keperawatan di suatu unit rumah sakit.

Dalam menentukan kebutuhan tenaga keperawatan harus memperhatikan beberapa faktor yang terkait beban kerja perawat, diantaranya seperti berikut :

a. Jumlah klien yang dirawat/hari/minggu/bulan/tahun dalam suatu unit

b. Kondisi atau tingkat ketergantungan klien c. Rata-rata hari perawatan klien

d. Pengukuran perawatan langsung dan tidak langsung e. Frekuensi tindakan yang dibutuhkan

f. Rata-rata waktu keperawatan langsung dan tidak langsung

g. Pemberian cuti

Berdasarkan data ketenagaan khususnya tenaga keperawatan yang ada di instalasi-ruang Rawat Inap , sampai dengan Desember 2012 di RSUD Mamuju Utara sebanyak 25 orang yang tersebar di semua ruang Rawat Inap yang ada di RSUD Mamuju utara ( Tabel 7 ).

Distribusi perawat terbanyak di ruangan perawatan I sebanyak 12 orang (48%) dan paling sedikit terdistribusi pada ruangan perawatan III sebanyak 6 orang (24%)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan tenaga perawat berdasarkan Formula Penghitungan Hasil Lokakarya Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) adalah sebanyak 38 orang tenaga, maka ruangan perawatan yang paling banyak membutuhkan tenaga perawatan adalah ruangan perawatan I sebanyak 21 orang perawat, sedangkan ruangan yang paling sedikit membutuhkan tenaga perawat adalah ruang perawatan III yaitu 8 orang tenaga perawat. Secara umum jumlah kebutuhan perawat menurut Formula Penghitungan Hasil Lokakarya Persatuan Perawat Nasional Indonesia ( PPNI ) sebanyak 38 orang tenaga perawat.

Jumlah tenaga yang tersedia saat ini apabila dibandingkan dengan hasil penghitungan kebutuhan tenaga perawat, masih tidak sesuai yaitu masih dibutuhkan penambahan tenaga perawat di semua

ruangan. Perhitungan kebutuhan menurut Formula Penghitungan Hasil Lokakarya Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), sehingga apabila dibandingkan dengan jumlah tenaga yang tersedia saat ini masih terjadi selisih jumlah tenaga keperawatan yaitu sebesar 13 tenaga tenaga.

Penghitungan jumlah tenaga keperawatan dengan menggunakan formula PPNI sedikit bebeda dari penghitungan jumlah tenaga keperawatan lainnya. Penghitungan berdasarkan formula PPNI ini menggunakan beberapa input beban kerja seperti waktu perawatan yang dibutuhkan pasien per-hari, jumlah tempat tidur (TT), angka pemanfaatan TT (BOR), jumlah hari kerja efektif, serta jumlah jam kerja efektif bagi tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien. Sehingga metode ini lebih bisa memperhitungkan kebutuhan tenaga perawat dengan tidak secara umum tetapi melibatkan unsur-unsur pengukuran beban kerja. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan metode/formula ini diperoleh jumlah kebutuhan tenaga perawat sebanyak 38 orang setelah mendapatkan penambahan cadangan kebutuhan sebesar 25%.

Angka statistik ini apabila dibandingkan dengan jumlah tenaga yang tersedia saat ini masih sangat jauh dari kecukupan tenaga yaitu masih terjadi selisih 13 orang tenaga perawat.

Berdasarkan hasil penghitungan dengan formula Penghitungan Hasil Lokakarya Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI),

menunjukkan terjadi kekurangan tenaga keperawatan disemua ruangan rawat inap khususnya pada ruang perawatan I terjadi kekurangan yang yaitu 9 tenaga perawat, sedangkan untuk ruangan perawatan II dan III mengalami kekurangan tenaga sebanyak masing-masing 2 orang tenaga keperawatan.

Selisih atau kesenjangan yang terjadi apabila tidak segera di tanggulangi akan mengakibatkan penambahan beban kerja tenaga khususnya tenaga keperawatan, yang pada akhirnya akan menurunkan kualitas pelayanan dan berakibat pada penurunan kepuasan pelanggan/pasien.

Metode penghitungan ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. kelebihannya yaitu mampu memperhitungkan beban kerja yang terkait dengan pemberian pelayanan, seperti angka pemanfaatan TT (BOR) yaitu sangat terkait dengan rata-rata jumlah pasien yang dirawat dalah satu hari. Sehingga semakin tinggi angka pemanfaatan TT dengan jumlah TT yang tinggi, jumlah tenaga yang diperlukan pun akan semakin meningkat. Begitu pula dengan waktu atau jam perawatan pasien dalam 24 jam. Waktu perawatan yang cukup lama akan menaikkan beban kerja tenaga kesehatan khususnya perawat sehingga perlu penambahan tenaga. kelemahan metode perhitungan ini yaitu hanya dapat menghitung kebutuhan tenaga keperawatan di ruang rawat inap, tetapi tidak dapat di gunakan

untuk menghitung kebutuhan tenaga di UGD dan poliklinik. kelemahan lain yakni tidak dapat menghitung jenis tenaga yang dibutuhkan.

Hasil perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan dengan menggunakan formula hasil lokakarya persatuan perawat nasional indonesia (PPNI) lebih besar dibandingkan dengan hasil perhitungan dengan metode lain seperti formula Gillies dan Douglash. Hal ini disebabkan karena metode ini memperhitungkan cadangan kebutuhan 25%. dimana merupakan cadangan kebutuhan untuk kegiatan non-keperawatan maupun absensi tenaga yang tidak memenuhi waktu kerja efektif.

Dari hasil perhitungan di atas, menunjukkan bahwa RSUD Mamuju Utara masih mengalami kekurangan tenaga keperawatan.

Untuk menanggulangi kekurangan tersebut terdapat 2 (dua) alternatif yang dapat dilakukan oleh pihak manajerial rumah sakit, yaitu:

mengangkat tenaga paramedis keperawatam menjadi pegawai, dan atau mengangkat tenaga paramedis keperawatan sebagai tenaga kontrak atau honorer.

Kepala seksi pelayanan dan perawatan ketika di wawancarai oleh peneliti tentang keadaan tenaga keperawatan baik jumlah maupun jenisnya, mengatakan bahwa tenaga keperawatan yang ada di RSUD. Mamuju Utara saat ini dilihat dari perbandingan jumlah tempat tidur dan ketersediaan tenaga, belum sesuai. Akan tetapi apabila dibandingkan dengan angka kunjungan pasien per-hari sudah

memenuhi target dalam artian perbandingan perawat : pasien = 1 : 1, namun apabila di hubungkan dengan beban kerja yang di tanggung oleh setiap petugas maka dari pihak manajerial merasa bahwa tenaga keperawatan yang tersedia saat ini masih belum memenuhi kebutuhan oleh karena tingkat ketergantungan yang berbeda dari setiap pasien.

Berdasarkan wawancara peneliti dengan beberapa tenaga perawat yang ada di Instalasi Rawat Inap RSUD Mamuju Utara diperoleh informasi bahwa sering terdapat kesalahan pelaksanaan tugas diantara tenaga perawat, baik dalam pelayanan khususnya pelayanan keperawatan, maupun dalam melaksanakan tugas administratif seperti keterlambatan pencatatan, pelaporan dan seperti, waktu shift yang tidak teratur, tugas pokok yang begitu banyak serta kurangnya tenaga menjadi faktor pemicu keadaan tersebut. Dimana dalam setiap shif baik pagi,siang maupun malam hanya ada satu tenaga perawat PNS yang bertugas ( ini hampir tiap hari terjadi pada perawatan II dan III ).

Analisis-analisis tentang kebutuhan ketenagaan juga sudah dilakukan akan tetapi masih tetap berpegang pada model perencanaan bottom-up yaitu masih menggunakan pertimbangan-pertimbangan yang sesuai dengan usulan-usulan dari bawah (kepala-kepala ruangan) yang nota bene lebih mengetahui tentang kondisi ketenagaan yang ada di ruangan perawatan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sub bidang kepegawaian RSUD Mamuju Utara, penentuan kebutuhan tenaga ruang perawatan tidak menggunakan standar /perhitungan tertentu.

Kepala ruangan menentukan kebutuhan tenaga perawat berdasarkan pengamatan sehari-hari saja, jika dirasa perawat yang ada tidak dapat melayani semua pasien dengan baik maka dibutuhkan tambahan tenaga.

Penentuan jumlah tenaga kesehatan hususnya perawat memerlukan perencanaan yang matang. Hal ini dapat dilakukan jika para kepala ruangan mengetahui cara menghitung kebutuhan tenaga berdasarkan berbagai metode yang ada. Untuk itu sebaiknya pihak manajemen rumah sakit mengadakan pelatihan tentang penentuan kebutuhan tenaga kesehatan agar para kepala ruangan mempunyai dasar /pegangan untuk menentukan berapa kebutuhan tenaga perawat yang dibutuhkan.

Selanjutnya, ketika di tanyakan mengenai upaya atau kebijakan yang ditempuh oleh pihak manajerial dalam kaitannya dengan penanganan masalah kekurangan tenaga baik dari segi kuantitas maupun kualitas ketenagaan, dijelaskan bahwa dari segi kuantitas, telah dilakukan usulan kepada direktur rumah sakit untuk penambahan tenaga yang selanjutnya di teruskan pada pemerintah daerah dengan realisasi berupa penambahan tenaga keperawatan sebagai tenaga honorer/kontrak.

Rekruitmen sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil) belum dapat sepenuhnya terealisasi oleh karena terbentur pada masalah tidak adanya formasi penerimaan/rekruitmen PNS selama dua tahun terakhir. Kebijakan penanggulangan ketersediaan tenaga dari segi kualitas juga sudah dilakukan melalui peningkatan profesionalitas tenaga berupa pendidikan dan pelatihan tenaga baik tenaga medis maupun tenaga keperawatan. Selain itu, tenaga yang akan di rekrut terlebih dahulu akan diseleksi melalui beberapa tes seperti tes keahlian, psikologi, dsb. lebih lanjut ketika di tanyakan mengenai kemungkinan adanya pengaruh program jamkesmas dan jampersal yang sudah berlaku di RSUD Mamuju Utara terhadap peningkatan angka kunjungan yang kemungkinan akan berpengaruh terhadap pelayanan, dalam hal ini di jawab tegas, bahwa kemungkinan-kemungkinan tersebut sangat kecil untuk dapat terjadi oleh karena sudah semakin mudahnya akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dengan cara gratis di tiap-tiap pelayanan tingkat dasar (puskesmas) setempat, sehingga hanya masyarakat yang memang butuh untuk penanganan yang lebih lanjutlah yang akan memanfaatkan pelayanan lanjutan (Rumah Sakit).

Hal ini juga dikaitkan dengan pengaruh sosial budaya setempat dimana terdapat budaya malu atau enggan berobat (memanfaatkan pelayanan kesehatan), sampai sudah terpapar gejala penyakit yang cukup serius. Hal ini tidak akan mendorong peningkatan angka

kunjungan yang cukup berarti akan tetapi akan meningkatkan beban kerja tenaga kesehatan khususnya untuk perawatan darurat dan perawata-perawatan di unit-unit intensif care.

Masih kurangnya ketersediaan tenaga paramedis keperawatan seperti yang diperlihatkan dari hasil perhitungan-perhitungan di atas, juga dapat berpengaruh pada penilaian kepuasan pasien.

Ketidakpuasan pasien ini juga dikaitkan dengan keteraturan pelayanan perawat (pemeriksaan nadi, suhu tubuh dan sejenisnya), ketermpilan perawat dalam melayani (menyuntik, mengukur tensi, dll), pertolongan yang sifatnya pribadi (mandi, menyuapi makanan, dll), pertolongan perawat untuk duduk, berdiri dan berjalan, serta terhadap kurangnya penjelasan perawat atas tindakan yang akan ia lakukan

Tenaga keperawatan sebagai tenaga kesehatan terbesar dengan karakteristik asuhan keperawatan yang konstan, kontinyu, koordinatif dan advokatif, yaitu bekerja secara dekat dan terus menerus dengan komunitas yang membutuhkan bantuan pada semua tatanan pelayanan kesehatan. Sehingga dirasa perlu sejumlah perawat yang kompeten untuk memberikan asuhan keperawatan dan bekerja dalam tim kesehatan pada tiap tatanan dan tingkat pelayanan kesehatan, terutama untuk mensukseskan program kesehatan nasional yang memberikan manfaat optimal kepada masyarakat.

Tantangan yang dihadapi oleh perawat saat ini yaitu bekerja tanpa persiapan pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk

dapat menganalisis secara kritis masalah kesehatan dan membuat keputusan yang tepat. Ini diperberat dengan sistem pendukung yang kurang memadai, kondisi kerja yang kurang kondusif (keterbatasan jumlah dan peningkatan beban kerja). Selain itu, sistem rujukan serta perencanaan pemulangan pasien yang dirawat di rumah sakit ke rumah yang kurang efisien dan efektif.

Tenaga keperawatan (staffing) yang tidak memadai dalam tatanan pelayanan kesehatan telah mencapai proporsi krisis di semua wilayah. Fakta menunjukkan bahwa kondisi krisis dan terpuruknya ketenagaan keperawatan ini telah mengakibatkan meningkatnya jumlah hari rawat di rumah sakit, angka kesakitan dan kematian serta kasus kelalaian yang sebenarnya dapat dicegah. penetapan kebijakan perlu memperhatikan masalah diatas dalam merencanakan sumber daya manusia kesehatan secara komprehensif dan menetapkan rasio perawat dan pasien yang memadai pada semua tatanan atau sarana kesehatan.

Safe staffing tidak hanya berarti jumlah dan jenis tenaga keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan kepada klien, tapi meliputi: beban kerja, lingkungan kerja, kompleksitas pasien, tingkat keterampilan staf, kombinasi tenaga keperawatan, efisiensi dana dan keterkaitannya dengan hasil pada pasien dan perawat bahkan mencakup elemen keselamatan pasien.

Hubungan antara jumlah kematian dengan jumlah jam kerja RN (Registered Nurse) per pasien dalam sehari dapat dilihat melalui hasil survai PPNI 2006, dimana peningkatan beban kerja perawat dari empat orang pasien menjadi enam orang mengakibatkan 14%

peningkatan kematian pasien yang dirawat dalam 30 hari pertama sejak dirawat di rumah sakit. Sebaliknya, peningkatan jumlah jam kerja RN per pasien terbukti menurunkan frekuensi pasien jatuh dan meningkatkan kepuasan pasien, manajemen nyeri terhadap pasien (Sovie & Jawad, 2001).

Selain berhubungan dengan kondisi dan pelayanan terhadap pasien (konsumen), jumlah perawat juga berhubungan dengan kondisi kesehatan perawat (Sheward, et.al, 2005) dimana perawat yang bekerja lembur terus menerus atau bekerja tanpa dukungan yang memadai cenderung untuk banyak tidak masuk kerja dengan kondisi kesehatan yang buruk. Dari beberapa kuisioner kupuasan kerja yang di berikan kepada beberapa orang tenaga perawat membenarkan hal tersebut. Sering mengalami stress kerja, sering merasa pusing, lelah, tidak ada istirahat karena beban kerja terlalu tinggi dan menyita waktu, gaji rendah tanpa insentif yang memadai. dan lain sebagainya.

Penilaian pasien terhadap kondisi rumah sakit (mutu baik atau buruk) merupakan gambaran kualitas rumah sakit seutuhnya berdasarkan pengalaman subjektif individu pasien. Penilaian pasien terhadap mutu rumah sakit bersumber dari pengalaman pasien. Aspek

pengalaman pasien rumah sakit, dapat diartikan sebagai suatu perlakuan atau tindakan pihak rumah sakit yang sedang atau pernah dijalani, dirasakan, dan ditanggung oleh seseorang yang membutuhkan pelayanan kesehatan rumah sakit.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa tenaga perawat di suatu rumah sakit masih kurang dibandingkan yang dibutuhkan dengan menggunakan berbagai formula. Penelitian Wimala (2009) di rumah sakit Bhakti Asih Brebes menyatakan bahwa kebutuhan tenaga perawat dengan formula Gillies sebanyak 51 orang, standar tenaga perawat di Rumah sakit menurut Depkes sebanyak 73 orang, dan formula hasil lokakrya persatuan perawat nasional indonesia (PPNI) sebanyak 162 orang.

Saat ini di ruang rawat inap Pinus, Cemara dan palem masih kekurangan tenaga perawat. Penelitian ini menggunakan metode Gillies karena jumlah kebutuhan perawatnya paling mendekati kondisi jumlah perawat di rumah sakit Bhakti Asih Brebes.

Penelitian Wulandari (2011) di RSUD Bendan kota Pekalongan menemukan bahwa kebutuhan tenaga perawat berdasarkan formula Douglas dibutuhkan 23 perawat, berdasarkan formula Gillies dibutuhkan 31 perawat dan berdasarkan formula hasil lokakarya persatuan perawat nasional indonesia ( PPNI) dibutuhkan 32 perawat.

Perhitungan kebutuhan tenaga perawat berdasarkan kategori pasien dirasa lebih akurat, sehingga dapat digunakan sebagai dasar

perencanaan tenaga perawat. Pada penelitian ini kebutuhan perawat dengan menggunakan formula Douglas sebanyak 23 orang, paling minimal dibandingkan metode perhitungan lain.

Penelitian Nasuha dan Gustaman (2009) di RSUD Kota Banjar menyatakan bahwa terdapat 20 perawat atau kurang 8 perawat dari perawat yang ada menurut formula hasil Lokakarya persatuan perawat nasional indonesia ( PPNI ), menurut formula Gillies 16 perawat atau kurang 4 perawat dari tenaga perawat yang ada dan menurut formula Nina adalah 24 perawat atau kurang 12 perawat dari tenaga perawat yang ada. Dengan menggunakan ketiga metode perhitungan kebutuhan perawat pada dasarnya menunjukan bahwa jumlah tenaga perawat di ruang Anggrek RSUD Kota Banjar harus ditambah, kesenjangan yang paling mencolok adalah bila membandingkan antara jumlah perawat yang ada sekarang dengan hasil perhitungan metode Nina dengan jumlah selisih sebanyak 16 orang tenaga perawat, sedangkan bila dibandingkan dengan hasil Lokakarya persatuan perawat nasional indonesia (PPNI) Keperawatan sebanyak delapan orang dan dengan metode Gillies sebanyak tujuh orang tenaga perawat. Dalam penelitian ini menyarankan menggunakan metode Gillies sebagai patokan dalam menentukan jumlah perawat karena jumlah kebutuhan paling sedikit dibandingkan dengan metode perhitungan lainnya.

Berdasarkan hasil penelitian ini dengan penelitian lain dapat disimpulkan bahwa setiap rumah sakit dapat menggunakan berbagai metode perhitungan kebutuhan tenaga perawat disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan rumah sakit. Manajemen rumah sakit dapat menggunakan formula hasil lokakarya persatuan perawat nasional indonesia (PPNI) dalam menghitung kebutuhan tenaga perawat jika memperhitungkan jumlah kunjungan serta lama perawatan per pasien.

juga dapat digunakan apabila kemampuan dan sumber daya untuk perencanaan personel terbatas, jenis, tipe dan volume pelayanan kesehatan relatif stabil serta cukup efektif dalam penanggulangan terjadinya lonjakan kasus oleh karena memperhitungkan daya tampung rawatan inap secara full (total terpakai) yang dapat terjadi sewaktu-waktu.

Dokumen terkait