• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kelayakan Biopelet Bungkil Biji Jarak sebagai Pengganti Bahan Bakar Minyak Tanah

D. Kadar Abu

2. Analisis Kelayakan Biopelet Bungkil Biji Jarak sebagai Pengganti Bahan Bakar Minyak Tanah

Nilai kalor minyak tanah = 10.500 kal/gram Asumsi berat jenis minyak tanah = 0,9 gram/cm3

Berat 1 liter minyak tanah = 0,9 gram/cm3 x 1.000 cm3

= 900 gram

Nilai kalor rata-rata biopelet bungkil biji jarak = 4.914 kal/gram Perbandingan nilai kalor minyak tanah : nilai kalor biopelet = 10.500 kal/gram : 4.914 kal/gram = 2,14

Sehingga untuk menghasilkan nilai kalor yang setara dengan 1 liter minyak tanah dibutuhkan biopelet sebanyak :

900 gram x 2,14 = 1.926 gram = 1,926 Kg.

Dari perhitungan perbandingan nilai kalor diatas, dapat dilihat bahwa biopelet memungkinkan untuk dijadikan bahan bakar subtitusi dari minyak tanah. Harga 1 liter minyak tanah di pasaran saat ini adalah Rp. 3.500,-/liter (Desember 2008), sedangkan harga jual biopelet sebesar Rp. 800,-/Kg.

43 V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian didapat hasil, bahwa meskipun hasil interaksi kedua faktor perlakuan, yaitu faktor sludge dan faktor tapioka semuanya tidak menghasilkan perbedaan yang nyata, tetapi dengan adanya kombinasi dapat lebih memperbaiki beberapa nilai parameter yang diharapkan. Adanya kombinasi

sludge 6% dan tapioka 3%, ternyata dapat meningkatkan nilai kalori

pembakarannya menjadi 4914 Kkal/kg, berarti dengan adanya kombinasi perlakuan ini dapat meningkatkan nilai kalori pembakaran sebesar 5,62% dari nilai kalori yang dimiliki oleh biopelet bungkil jarak murni (kontrol). Begitu juga untuk kadar karbon terikat, kombinasi sludge 6% dan tapioka 1% dapat

meningkatkan kadar karbon terikatnya sebesar 24,41% dari nilai kadar karbon terikat kontrol, kombinasi perlakuan ini mempunyai nilai kadar karbon terikat sebesar 20,59%.

Penambahan bahansludge dan tapioka memberikan pengaruh yang kurang

baik terhadap parameter kadar air, kadar zat terbang dan kadar abu, walaupun pengaruhnya relatif kecil. Penambahan bahansludge 6% dan tapioka 1% ternyata meningkatkan kadar air hingga 1,68% dari nilai kadar air kontrol. Penambahan

sludge 6% dan tapioka 3% menurunkan nilai zat terbang hingga 3,01% dari nilai kontrolnya. Dan adanya pengaruh penambahan bahan sludge dan tapioka juga memberikan peningkatan kadar abu, kombinasisludge 2% dan tapioka 5% adalah yang mempunyai kadar abu yang terendah.

Secara keseluruhan, walaupun pengaruh interaksi tidak nyata, dapat disimpulkan bahwa dengan adanya kombinasi perlakuan sludge dan tapioka tertentu dapat menghasilkan biopelet yang mempunyai kualitas yang semakin baik.

Hasil dari analisis finansial yaitu NPV sebesar 223.881.458, dan IRR sebesar 16,13%. Dari kedua kriteria tersebut, maka secara umum usaha ini dinyatakan layak untuk dilaksanakan. Sedangkan dari hasil analisis sensitivitas, ternyata usaha ini termasuk usaha yang sangat sensitif, terutama terhadap perubahan harga jual.

44 B. Saran

Untuk penelitian selanjutnya dapat dicobakan kombinasi bungkil jarak pagar dengan bahan-bahan tambahan lainnya, yang dapat meningkatkan kualitas parameter-parameter yang penting dari biopelet, terutama parameter nilai kalori pembakaran, mengingat sifat nilai kalor pembakaran yang bersifat aditif.

45 DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, K. 1991. Energi dan Elektrifikasi Pertanian. Proyek Peningkatan Perguruan Tinggi IPB, Bogor.

[AK] Amandus Kahl GmbH & Co. 2007. Wood Peleting Plants. http://www. akahl.de/inc/opendoc.php?id=191&type=t_documents. [7 April 2007]. Anonim. 2007b. Wood Pelets. www.wikipedia.com. [7 April 2007].

Bergman R. dan J. Zerbe. 2004. Primer on Wood Biomass for Energy. USDA Forest Service, State and Private Forestry Technology Marketing Unit Forest Products Laboratory. Madison, Wisconsin.

[CCRE] CADDET Centre for Renewable Energy. 2000. Biopelets Replace Oil in a District Heating System. Technical Brochure No.109. CADDET Centre for Renewable Energy. Oxfordshire, United Kingdom.

Cook A. 2007. Efficiency and Economic Advantages of Bulk Delivery of Biomass Pelet Fuel for Space Heating. Pelet Fuels Institute. Arlington, Virginia.

Douard F. 2007. Challenges in the Expanding French Pelet Market. ITEBE Pelet 2007 Conference. Wels, Austria.

El Bassam N. dan P. Maegaard. 2004. Integrated Renewable Energy or Rural

Communities. Planning guidelines, Technologies and Applications.

Elsevier. Amsterdam.

Grover V. I., V. K. Grover dan W. Hogland. 2002. Recovering Energy from Waste: Various Aspects. Eds. Science Publishers Inc. Enfield, USA.

Hambali E. dan S. Mujdalipah. 2006. Peningkatan Nilai Ekonomis Jarak Pagar Sebagai Bahan Baku Biodiesel. Makalah Workshop Pendirian Kebun Benih Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn.) Bersertifikat. Pusat Penelitian

Surfaktan dan Bioenergi LPPM-IPB. Bogor.

Hambali E, A. Suryani, H. Dadang, H. Hanafie, I. K. Reksowardojo, M. Rivai, M. Ihsanur, P. Suryadarma, S. Tjitrosemito, T. H. Soerawidjaja, T. Prawitasari, T. Prakoso dan W. Purnama. 2006. Jarak Pagar Tanaman Penghasil Biodiesel. Penebar Swadaya. Jakarta

Hendra D. dan S. Darmawan. 2000. Pembuatan Briket Arang dari Serbuk Gergajian Kayu dengan Penambahan Tempurung Kelapa. Buletin Penelitian Hasil Hutan Vol. 18 No. 1 pp 1 – 9. Bogor.

[HEZO] Holz Energie Zentrum Olsberg GmbH. 2006. Heating with Pelets Save The Environment. Holz Energie Zentrum Olsberg GmbH. Olsberg, Jerman. Hill J, E. Nelson, D. Tilman, S. Polasky dan D. Tiffany. 2006. Environmental,

Economic, and Energetic Costs and Benefits of Biodiesel and Ethanol Biofuels. PNAS vol. 103 no. 30.

46 Huege F. R. dan K. D. Ingram. 2006. Briquetting of Lime Based Products with

Carbon Based Additives. United States Patent Organization.

Jonsson A. 2006. Planning for Increased Bioenergy Use – Strategies for Minimising Environmental Impacts and Analysing the Consequences. Licentiate thesis Swedish University of Agricultural Sciences no. 13 ISSN 1651-0720 Year: 2006. Uppsala, Swedia.

Leach G. dan M. Gowen. 1987.Household Energy Handbook: An Interim Guide and Reference Manual. World Bank Technical Paper No. 67, The World Bank. Washington, D.C.

Manurung R. 2006. Community Development Jatropha, A Promising Plant. Presentasi Bio Technology Research Center. Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Palz W. dan J. Coombs. 1985.Energy from Biomass. 3rd Edition. Elsevier Aplied

Science. London.

[PFI] Pelet Fuel Institute. 2007a. Pelets: Industry Specifics. http://www. peletheat.org/3/industry/IndustrySpecifics.html. [8 Maret 2007].

[PFI] Pelet Fuels Institute. 2007b. The Wider World of Pelet Fuel.www. peletheat. org. Arlington, Vancouver. [8 Maret 2007].

Ramsay W. S. 1982.Energy from Forest Biomass. Ed. Academic Press, Inc.. New

York.

Saptoadi H. 2006. The Best Biobriquette Dimension and its Particle Size. The 2nd Joint International Conference on “Sustainable Energy and Environment (SEE 2006)”21-23 November 2006. Bangkok, Thailand.

Siemers W. 2006. Prospects for Biomass and Biofuels in Asia. The 2nd Joint International Conference on “Sustainable Energy and Environment (SEE 2006)” C-031 (O) 21-23 November 2006. Bangkok, Thailand.

Soerawidjaja T. H. 2005. Proses Produksi Minyak Jarak Pagar. Departemen Teknik Kimia dan Kelompok Riset Biodiesel, Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Sudrajat R. dan S. Soleh. 1994. Petunjuk Teknis Pembuatan Arang Aktif. Badan

Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor.

[TFDU] Teagasc Forestry Development Unit. 2006. Wood Energy from Farm Forests A Basic Guide. Teagasc Forestry Development Unit. Ireland. www.teagasc.ie. [5 Maret 2007].

[VE] Västernorrland Energikontor. 2006. Renewable Energy in Västernorrland. http://www.energi kontoret.nu//. [22 Desember 2006].

White L. P. dan L. G. Paskett. 1981.Biomass as Fuel. Academic Press. London. Yamada K, M. Kanada, Q. Wang, K. Sakamoto, I. Uchiyama, T. Mizoguchi dan

Y. Zhou. 2005. Utility of Coal-Biomass Briquette for Remediation of Indoor Air Pollution Caused by Coal Burning in Rural Area, in China. Proceedings: Indoor Air 2005-3671.

Lampiran 1. Prosedur Uji Nilai Kalor Pembakaran dan Analisa Proksimat

Dokumen terkait