• Tidak ada hasil yang ditemukan

Terdapat dua macam perekat yang biasa digunakan dalam pembuatan briket, yaitu perekat yang berasap (tar, molase, danpitch), dan perekat yang tidak berasap (pati dan dekstrin tepung beras). Untuk briket yang digunakan di rumah tangga sebaiknya memakai bahan perekat yang tidak berasap (Abdullah, 1991).

Menurut White dan Paskett (1981) bahan perekat ditambahkan kedalam biopelet untuk meningkatkan keteguhan tekan, diantaranya bitumen, resin dan gum. Ramsay (1982) menambahkan bahwa penambahan perekat juga bertujuan untuk meningkatkan ikatan antar partikel, memberikan warna yang seragam dan juga memberikan bau yang harum.

Biji Jarak (50 Kg) Minyak (11,82 Kg) Air (0,038 Kg) Bungkil (33,43 Kg) Loss (1,57 Kg) Minyak jarak+Sludge (15 Kg)

Gambar 7. Neraca massa pengolahan biji jarak Sludge+Minyak

18 Tapioka merupakan bahan yang sering digunakan sebagai perekat dalam pembuatan briket karena mudah didapat dan harganya yang relatif murah. Kelemahan penggunaan tapioka sebagai perekat yaitu akan sedikit berpengaruh pada penurunan nilai kalor produk dibandingkan bahan bakunya, selain itu produk yang dihasilkan kurang tahan terhadap kelembaban. Hal ini disebabkan tapioka memiliki sifat dapat menyerap air dari udara. Kadar perekat yang tinggi juga dapat menurunkan mutu briket akibat timbulnya asap. Penambahan optimal perekat sebaiknya tidak lebih dari 5% (Sudrajat dan Soleh 1994). Huege dan Ingram (2006) menambahkan bahwa jumlah perekat yang dianjurkan adalah 0,5–5% b/b total campuran.

Tepung tapioka merupakan hasil ekstraksi pati ubi kayu yang telah mengalami proses pencucian secara sempurna serta dilanjutkan dengan pengeringan. Tepung tapioka hampir seluruhnya terdiri dari pati. Ukuran granula pati tapioka berkisar antara 5-35 mikron. Pati ubi kayu terdiri dari molekul amilosa dan amilopektin yang jumlahnya berbeda-beda tergantung jenis patinya (Ma’arifet al., 1984).

Tabel 4. Komposisi kimia tapioka

Komposisi Tapioka

Kalori (per 100 gram) 146

Karbohidrat (%) 88,2 Protein (%) 1,1 Lemak (%) 0,5 Air (%) 9,1 Calcium (mg/100 gr) 84,0 Phosphor (mg/100 gr) 125,0 Ferrum (mg/100 gr) 1,0 Vitamin B1 (mg/100 gr) 0,4 Vitamin C (mg/100 gr) 0 Sumber : Suryani (1987) F. Nilai Kalor Pembakaran

Pembakaran adalah proses oksidasi eksotermal yang berlangsung cepat dan terjadi terutama pada fase gas, kecuali pembakaran karbon terikat pada fase

19 padatan. Untuk bahan bakar padat, komposisi utama bahan bakar harus diubah menjadi fase gas dengan kontak tertutup dalam udara yang mengandung molekul oksigen. Agar berlangsung cepat dan sempurna, temperatur harus cukup tinggi untuk memudahkan penyalaan dan menghasilkan putaran. Kelebihan udara dibutuhkan untuk memperbanyak oksigen yang kontak dengan molekul bahan bakar (Ramsay 1982).

White dan Paskett (1981) menyatakan bahwa bahan bakar memiliki senyawa kimia yang bereaksi dengan sumber panas. Pada umumnya, bahan bakar mengandung karbon dan hidrogen yang bereaksi dengan oksigen menghasilkan oksigen dan uap air. Karbon dan hidrogen memiliki kandungan panas yang berbeda, kalor bakar karbon adalah 34,4 GJ/ton sedangkan kalor bakar hidrogen adalah 141,9 GJ/ton.

Menurut Grover et al. (2002), parameter utama pengukuran kualitas bahan

bakar biomassa dihitung dari nilai kalor yang dimilikinya. Palz (1985). menambahkan bahwa nilai kalor suatu bahan bakar menandakan energi yang secara kimia terikat di bahan bakar dengan lingkungan standar. Standar tersebut berupa temperatur, keadaan air (uap atau cair) dan hasil pembakaran (CO2, H2O dan lain-lain).

Nilai kalor komponen tanaman sangat bervariasi dan akan meningkat dengan meningkatnya kandungan karbon di dalamnya. Energi yang tersimpan ini dapat tersedia dengan proses densifikasi bahan bakar, hal ini selain memudahkan transportasi juga dapat menghasilkan panas yang baik (Ramsay 1982).

Menurut Leach dan Gowen (1987), nilai kalor bahan bakar dihitung dengan dua basis yang berbeda yaitu

1. Nilai kalor bruto (Gross Heating Value = GHV) adalah energi total yang dilepaskan selama pembakaran didasarkan pada bobot bahan bakar. Nilai ini digunakan di UK, USA dan banyak negara berkembang.

2. Nilai kalor bersih (Net Heating Value = NHV) adalah energi yang tersedia

secara nyata selama pembakaran setelah dikurangi energi yang hilang akibat penguapan air. Nilai ini digunakan oleh penghitungan energi internasional.

Biomasa mengandung air dalam jumlah yang signifikan sehingga dapat menurunkan kandungan panas di dalamnya. Hal ini disebabkan adanya senyawa

20 oksigen. Biomassa mengandung oksigen yang dapat berikatan dengan karbon dan hidrogen. Bahan yang sudah sebagian teroksidasi atau ”terbakar” mengakibatkan berkurangnya sumber bahan bakar dalam bentuk karbon dan hidrogen (White dan Paskett 1981). Skema proses pembakaran biomassa dapat dilihat pada gambar 8.

Nilai kalor bruto berbanding terbalik dengan kadar abu suatu bahan, karena abu merupakan bahan yang tidak menghasilkan energi (El Bassam dan Maegaard 2004). Sedangkan menurut Ramsay (1982), nilai kalor bersih (NHV) adalah energi potensial yang terkandung dalam suatu bahan bakar. NHV diperoleh dari pengurangan energi bruto dengan energi yang hilang akibat penguapan air dan pemanasan lanjutan uap yang dihasilkan. Rumus umum perhitungan NHV adalah

NHV = GHV (1-MCT/100) – (Qvx MCT/100)

QV adalah panas yang dibutuhkan untuk penguapan dan pemanasan lanjut sejumlah air dan MCT adalah kadar air bahan tersebut pada suhu T. Ketika bahan bakar digunakan, energi bahan bakar tersebut dipindahkan ke tujuan akhir penggunaan dalam beberapa tahap. Kehilangan energi terjadi pada saat penggunaan dalam beberapa bentuk. Pengukuran efisiensi dan energi yang dipergunakan sangat tergantung pada tahap aliran panas tersebut diukur (Leach dan Gowen 1987). Efisiensi pembakaran adalah efisiensi yang diperoleh dari pengubahan energi kimia dari bahan bakar menjadi panas. Efisiensi ini dihitung hanya dari pembakaran yang sempurna pada ruang pembakaran (Bergman dan Zerbe 2004).

G. Analisis Finansial (www.score.org)

Analisis finansial Biopelet bungkil jarak pagar dilakukan dengan prosedur berdasarkan dasar perhitungan SCORE yang dimodifikasi. Secara umum prosedur

pembakaran

1. Panas

2. Pembentukan uap air dari hidrogen, termasuk panas laten penguapan

3. Penguapan air yang terkandung dalam bahan bakar, termasuk panas laten 4. CO2, CO, NOX, dll. = NHV = GHV Bahan bakar + udara:

Gambar 8. Proses pembakaran biomassa. Sumber: Leach dan Gowen (1987)

21 tersebut dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu penyusunan dan penilaian finansial. Prosedur penyusunan finansial terdiri dari:

a. Penetapan Asumsi dasar

Asumsi merupakan kondisi yang tidak dapat diperkirakan secara langsung dari kondisi riil sehingga harus diperkirakan dengan pendekatan terbaik. Asumsi yang digunakan dalam analisis finansial Biopelet bungkil jarak pagar adalah:

- Jangka waktu analisis

- Kapasitas produksi (termasuk kapasitas mesin dan pabrik) - Tingkat pertumbuhan industri

- Instrumen keuangan (MARR, Bunga pinjaman dan hipotek, waktu pinjaman dan hipotek, serta utang dan piutang)

b. Kebutuhan dana start-up

Kebutuhan dana start-up atau disebut juga kebutuhan investasi merupakan penetapan pos-pos pengeluaran investasi yang terdiri dari harta tetap dan modal operasional. Selain itu juga diperhitungkan sumber pendanaan yang dibutuhkan untuk investasi. Sumber pendanaan yang diperhitungkan adalah dana sendiri, investor luar, serta hutang dan pinjaman.

c. Penetapan gaji dan upah

Penetapan gaji dan upah dilakukan untuk gaji dan upah manajemen serta tenaga kerja (termasuk bonus, asuransi dan pajak pendapatan) serta pemberian kompensasi bagi pemilik. Prosedur ini juga memperhitungkan persentase perubahan gaji dan upah tiap tahun.

d. Biaya operasi tetap

Biaya operasi tetap adalah biaya yang dibutuhkan suatu perusahaan untuk menjalankan dan mendukung proses operasi perusahaan namun tidak berpengaruh secara langsung terhadap proses produksi. Biaya-biaya tersebut diantaranya biaya iklan, bea dan abonemen, pengeluaran kantor, perbaikan dan perawatan , telepon dan komunikasi. Selain itu, biaya operasi tetap juga memperhitungkan biaya lain diantaranya penyusutan, bunga (baik bunga hutang komersil, hipotek dan kredit).

22 e. Perkiraan proyeksi penjualan

Perkiraan proyeksi penjualan diawali dengan penetapan harga produk per satuan kg dan biaya variabel yang dibutuhkan per satuan kg. dari perhitungan dua variabel tersebut diperoleh proyeksi penjualan per bulan dengan mempertimbangkan perubahan tingkat produksi per bulan selama jangka waktu analisis.

f. Penerimaan dan pengeluaran kas

Penerimaan dan pengeluaran kas merupakan penjelasan dari penerimaan piutang usaha dan pembayaran hutang usaha termasuk jangka waktu pelaksanaannya. Selain itu juga diperhitungkan asumsi plafond kredit, pajak pendapatan dan amortisasi biaya start-up.

Sedangkan prosedur penilaian finansial terdiri dari: a. Proyeksi laba rugi

Proyeksi laba rugi merupakan perhitungan terhadap pendapatan dan biaya penjualan produk. Dalam proyeksi ini juga diperhitungkan total gaji dan upah, total biaya usaha tetap serta biaya lain sehingga diperoleh pendapatan bersih usaha per bulan selama jangka waktu analisis.

b. Proyeksi arus kas

Tujuan proyeksi arus kas adalah melihat perubahan kas perubahan per satuan waktu. Pos-pos keuangan yang berpengaruh terhadap perubahan kas juga diperhitungkan diantaranya kas masuk (pendapatan dan piutang), kas keluar (investasi, operasional, dan kegiatan keuangan), serta perhitungan terhadap arus kas operasional.

c. Penyusunan neraca akhir (per akhir tahun)

Penyusunan neraca akhir merupakan penilaian terhadap keseimbangan aktiva dan kewajiban serta modal perusahaan. Perhitungan dilakukan per tahun serta dibandingkan neraca tiap tahun untuk melihat perubahan neraca perusahaan. d. Ikhtisar akhir tahun

Ikhtisar akhir tahun merupakan perhitungan pos-pos keuangan (pendapatan, biaya penjualan, laba kotor, biaya usaha tetap, dan biaya lain) untuk membandingkan distribusi besarannya.

23 e. Rasio keuangan

Rasio keuangan merupakan analisis terhadap likuiditas usaha, analisis keamanan (rasio hutang), analisis profitabilitas dan analisis efisiensi usaha. f. Analisis titik impas

Analisis titik impas digunakan untuk mengetahui target minimum penjualan yang dapat dicapai atau jumlah penerimaan yang harus diterima dalam jangka waktu tertentu.

g. Jadwal amortisasi

Amortisasi adalah pengurangan nilai aktiva tidak berwujud, seperti merek dagang, hak cipta, dan lain-lain, secara bertahap dalam jangka waktu tertentu pada setiap periode akuntansi. Pengurangan ini dilakukan dengan mendebit akun beban amortisasi terhadap akun aktiva.

Penjadwalan amortisasi merupakan penjadwalan pembayaran pinjaman dan hipotek dan berpengaruh langsung terhadap jumlah kewajiban usaha. Perhitungan amortisasi juga meliputi bunga pinjaman dan hipotek yang disyaratkan oleh pihak pemberi hutang dan hipotek.

h. Penilaian kuangan

Penilaian keuangan digunakan untuk memperkirakan usaha Biopelet sehingga terlihat tingkat kelayakannya. Penilaian ini digunakan untuk melihat nilai yang di luar batas.

i. Analisis sensitivitas

Analisis sensitivitas merupakan pengujian terhadap kondisi tidak ideal dalam perusahaan. Variabel uji yang digunakan adalah harga bahan baku dan harga jual produk. Parameter uji yang dilihat untuk penilaian adalah NPV dan IRR.

24 III. METODOLOGI

Dokumen terkait