II. TINJAUAN PUSTAKA
2.6 Analisis Kelayakan dan Pengembangan Usaha
Kelayakan menurut aspek-aspek kelayakan usaha, meliputi : (a) aspek teknis, (b) aspek manajemen operasi, (c) aspek pemasaran, (d) aspek sosial dan (e) aspek finansial.
1) Aspek Teknis
Aspek ini berkenaan dengan proses pembangunan usaha secara teknis dan operasional setelah proyek dijalankan. Aspek tersebut menyangkut faktor produksi (input) dan hasil produksi (ouput) yang akan menguji hubungan- hubungan teknis yang mungkin dalam suatu usaha (Husnan dan Suwarsono, 2000). Analisis aspek teknis meliputi penentuan kapasitas produksi (skala usaha) yang merupakan volume atau jumlah satuan usaha yang dihasilkan selama satuan waktu tertentu, penentuan lokasi usaha, bahan baku dan pembantu serta pendukung lainnya, pemilihan teknologi, penggunaan mesin dan peralatan.
2) Aspek manajemen operasi
Analisis manajemen operasional perusahaan meliputi kebutuhan tenaga kerja, bentuk dan struktur organisasi serta spesifikasi jabatan dalam perusahaan. Analisis kebutuhan tenaga kerja didasarkan pada kebutuhan pada proses produksi manajemen dan proses administrasi. Struktur formal organisasi dapat membantu menjelaskan wewenang tugas dan tanggung jawab manajemen (Kadariah dan Gray, 1999).
3) Aspek pemasaran
Analisis terhadap aspek pasar dan pemasaran pada suatu usaha, ditujukan untuk mendapatkan gambaran tentang (a) potensi pasar bagi produk yang tersedia untuk masa yang akan datang. Permintaan dan penawaran produk pada masa yang akan datang, dihitung menggunakan metode peramalan; (b) pangsa pasar yang dapat diserap oleh usaha tersebut dari keseluruhan pasar potensial serta perkembangan pangsa pasar tersebut dimasa mendatang (Husnan dan Suwarsono, 2000).
Strategi pemasaran adalah logika pemasaran dan berdasarkan itu unit usaha diharapkan dapat mencapai sasaran-sasaran pemasarannya. Pada
dasarnya, strategi pemasaran memberikan arah dalam kaitannya dengan peubah-peubah seperti segmentasi pasar, identifikasi pasar sasaran,
positioning, unsur bauran pemasaran dan biaya bauran pemasaran (Tjiptono, 1999).
4) Aspek sosial
Aspek sosial berkenaan dengan dampak sosial yang lebih luas dari investasi yang diusulkan, seperti penyediaan, pengaruh terhadap lingkungan dan pemerataan pendapatan.
5) Aspek finansial
Aspek ini mengukur manfaat ekonomis bagi proyek itu sendiri atau sering disebut manfaat finansial. Manfaat analisis finansial untuk mengetahui apakah kegiatan usaha mampu memenuhi kewajiban finansial ke dalam atau ke luar perusahaan, serta mendatangkan keuntungan yang layak bagi perusahaan atau pemiliknya.
Analisis finansial adalah suatu analisis yang membandingkan antara biaya- biaya dengan manfaat (benefit) untuk menentukan apakah suatu proyek akan menguntungkan selama umur proyek. Suatu usaha dapat dinilai layak apabila memberikan keuntungan finansial.
2.6.2 Analisis Finansial
finansial dalam persiapan dan analisis proyek menerangkan pengaruh- pengaruh finasial dari suatu proyek yang diusulkan terhadap peserta yang tergabung di dalamnya. Salah satu cara untuk melihat kelayakan finansial adalah dengan mentode Cash Flow Analysis.
Metode tersebut dilakukan setelah komponen-komponen biaya dan manfaat tersebut dikelompokkan dan diperoleh nilainya. Komponen- komponen tersebut dikelompokkan menjadi dua, yaitu manfaat atau penerimaan (benefit; inflow) dan biaya atau pengeluaran (cost; outflow). Selisih antara keduanya disebut manfaat bersih (net benefit), untuk tingkat investasi menggunakan beberapa kriteria penilaian kelayakan yaitu; Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) (Gittinger, 1996).
32
Analisis finansial dilakukan untuk melihat apakah usaha yang dijalankan tersebut layak atau tidak dengan melihat kriteria-kriteria investasi yaitu (a) Pay Back Period (PBP), (b) Net B/C, (c) Break Even Point (BEP), (d) NPV dan (e) IRR.
1) Pay Back Period (PBP)
PBP adalah waktu yang diperlukan untuk mengembalikan investasi awal (Newman, 1990). Perhitungan PBP ini dilengkapi dengan rasio keuntungan dan biaya dengan nilai sekarang. Jika nilai perbandingan keuntungan dengan biaya lebih besar atau sama dengan 1, maka proyek tersebut dijalankan karena tidak akan merugi.
PBP adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas (Umar, 1997), dapat dinotasi sebagai berikut :
PBP = n + m
(B n+1– C n+1 )
Keterangan :
n = periode investasi pada saat nilai akhir kumulatif B t– C t negative terakhir
m = nilai kumulatif B t– C t negative terakhir
B n+1 = nilai sekarang penerimaan bruto pada akhir tahun n + 1
C n+1 = nilai sekarang biaya bruto tahun n + 1
2) Net B/C
Bet B/C adalah perbandingan jumlah nilai bersih sekarang yang positif dengan jumlah nilai bersih sekarang yang negative. Angka ini menunjukkan tingkat besarnya tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu satuan. Jika diperoleh nilai net B/C > 1, maka proyek layak dilaksanakan, tetapi jika nilai B/C < 1, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan (rugi).
Menurut Gittiger (1996), Net B/C merupakan perbandingan jumlah nilai bersih sekarang yang positif dengan jumlah nilai bersih sekarang yang negative. Angka ini menunjukkan tingkat besarnya tambahan manfaat pada setiap tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu satuan dinotasikan sebagai berikut :
Net B/C = n
Σ
t=0 Bt - Ct (1 + i)t nΣ
t=0 Ci – Bi (1 + i)t Keterangan :Bt = benefit bruto pada tahun ke – t (Rp) Ct = benefit bruto pada tahu ke – t (Rp) n = umur ekonomis usaha (tahun) i = tingkat suku bunga (%)
t = periode investasi (1 = 1,2,3…n) 3) Break Even Point (BEP)
BEP adalah suatu gambaran kondisi penjualan produk yang harus dicapai untuk mencapai titik impas. Proyek dikatakan impas jika jumlah hasil penjualan produknya pada suatu periode tertentu sama dengan jumlah biaya yang ditanggung sehingga proyek tersebut tidak menderita kerugian, tetapi juga tidak memperoleh laba. Jika hasil akhir penjualan produk tidak dapat melampaui titik tersebut maka proyek yang bersangkutan tidak dapat memberikan laba (Sutojo, 1996).
BEP = Biaya Tetap 1 - Biaya Variabel
Total Penerimaan
(Untuk Bt - Ct > 0 )
34
4) Net Present Value (NPV)
NPV menunjukkan keuntungan yang akan di peroleh selama umur investasi, merupakan jumlah nilai penerimaan arus tunai pada waktu sekarang dikurangi biaya yang dikeluarkan selama waktu tertentu. Kriteria NPV sebagai berikut :
a) NPV > 0, maka proyek menguntungkan dan layak dilaksanakan
b) NPV = 0, maka proyek tidak untung dan juga tidak rugi (manfaat diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan sehingga pelaksanaan proyek berdasarkan penilaian subyektif pengambilan keputusan)
c) NPV < 0, maka proyek rugi dan lebih baik tidak dilaksanakan
Keterangan :
Bt = benefit bruto pada tahun ke – t (Rp) Ct = benefit bruto pada tahu ke – t (Rp) n = umur ekonomis usaha (tahun) i = tingkat suku bunga (%)
t = periode investasi (1 = 1,2,3…n) 5) Internal Rate of Return (IRR)
IRR menunjukkan persentase keuntungan yang sudah diperoleh atau investasi bersih dari suatu proyek, atau tingkat diskonto yang dapat membuat arus penerimaan bersih sekarang dari investasi (NPV) sama dengan nol. Jika nilai IRR lebih besar dari tingkat diskonto, maka proyek layak untuk dilaksanakan sedangkan jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat diskonto maka proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan.
NPV = n
Σ
t=0 Bt - nΣ
t=0 Ct (1 + i)t (1 + i)t NPV = nΣ
t=0 Bt - Ct (1 + i)tFormulasi yang digunakan dalam menghitung IRR adalah:
i* = i + NPV1 (i2– i1 )
NPV1– NPV2
Keterangan :
NPV1 = nilai NPV yang positif (Rp)
NPV2 = nilai NPV yang negatif (Rp)
i1 = discount rate nilai NPV yang positif (%)
i2 = discount rate nilai NPV yang negatif (%) i* = IRR (%)