• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.3. Metode dan Pengolahan

4.3.1. Analisis Kelayakan Finansial

Untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha penyulingan nilam digunakan alat ukur kelayakan finansial melalui pendekatan Net Present Value (NPV),

Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period (PP).

4.3.1.1. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) adalah manfaat bersih sekarang yang diperoleh selama umur proyek. Dengan demikian, NPV merupakan selisih antara nilai sekarang (present value) dari manfaat (benefit) dari biaya (cost) pada tingkat suku bunga tertentu.

Secara sistematis, NPV dirumuskan sebagai berikut (Kadariah,1999):

Keterangan :

Bt = penerimaan usaha penyulingan nilam yang merupakan perkalian antara harga minyak nilam dengan jumlah minyak nilam yang dihasilkan pada tahun ke-t

Ct = biaya usaha penyulingan nilam pada tahun ke-t. Biaya ini terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional.

i = tingkat suku bunga yang ditetapkan. n = umur ekonomis usaha penyulingan nilam.

Kriteria kelayakan finansial berdasarkan NPV, yaitu:

1) NPV > nol, berarti usaha penyulingan nilam layak untuk dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh lebih besar daripada biaya.

32 2) NPV = nol, berarti secara finansial usaha penyulingan nilam mengembalikan nilai yang sama sebesar modal sosial Opportunities Cost faktor produksi normal.

3) NPV < nol, berarti usaha penyulingan nilam tidak layak untuk dilaksanakan karena hanya akan mendatangkan kerugian.

4.3.1.2. Internal Rate of Return (IRR)

IRR merupakan presentase tingkat pengembalian investasi yang diperoleh selama umur proyek. IRR berupa tingkat suku bunga yang menjadikan nilai NPV suatu investasi sama dengan nol. IRR juga merupakan tingkat rata-rata keuntungan intern tahunan bagi perusahaan dan biasanya dinyatakan dalam satuan persen.

Biasanya dalam menentukan nilai IRR (dicari nilai i-nya) tidak dapat dipecahkan secara langsung, namun dilakukan dengan cara interpolasi (mencoba- coba). Prosedurnya adalah sebagai berikut (Kadariah,1999):

1) Dipilih nilai discount rate i yang dianggap dekat dengan nilai IRR yang benar, lalu hitung NPV dari arus benefit dan biaya.

2) Jika hasil NPV tersebut negatif, hal ini berarti nilai percobaan i terlalu tinggi (benefit di waktu yang akan dating di-discount rate dengan terlalu berat yang membuat present value biaya melebihi present value benefit). Jadi dipilih nilai percobaan i baru yang lebih rendah.

3) Jika yang terjadi adalah sebaliknya, hasil present value tersebut positif, hal ini berarti percobaan i terlalu rendah (benefit di waktu yang akan dating belum di-discount dengan berat untuk disamakan dengan present value

biaya). Jadi dipilih nilai percobaan i baru yang lebih tinggi.

4) Nilai discount rate pada percobaan pertama dilambangkan dengan i1 dan i2 untuk percobaan kedua. Nilai percobaan pertama untuk NPV dilambangkan dengan NPV1 dan NPV2 untuk percobaan kedua., asalkan salah satu dari kedua perkiraan NPV tidak terlalu jauh dari nol (yang merupakan nilai NPV yang benar apabila i=IRR), maka perkiraan IRR yang dekat akan diperoleh dengan menggunakan persamaan berikut ini:

33 Keterangan:

i’ = discount rate yang menghasilkan NPV positif i “ = discount rate yang menghasilkan NPV negatif NPV’ = nilai bersih sekarang yang bernilai positif NPV” = nilai bersih sekarang yang bernilai negatif

Kriteria kelayakan berdasarkan IRR, yaitu:

a) IRR > tingkat suku bunga yang ditetapkan, berarti investasi penyulingan nilam layak untuk dilaksanakan.

b) IRR = tingkat suku bunga yang ditetapkan, berarti investasi penyulingan nilam tidak menguntungkan dan tidak merugikan juga.

c) RR < tingkat suku bunga yang ditetapkan, berarti investasi penyulingan nilam tidak layak untuk dilaksanakan.

4.3.1.3. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C merupakan besarnya tingkat tambahan manfaat dari setiap tambahan biaya sebesar satu rupiah. Net B/C dapat dirumuskan sebagai perbandingan antara nilai NPV yang bernilai positif (sebagai pembilang), dengan NPV yang bernilai negatif (sebagai penyebut). Untuk menghitung nilai Net B/C terlebih dahulu dihitung benefit bersih yang telah di-discount factor untuk setiap tahun t.

Secara umum rumus yang digunakan adalah sebagai berikut (Kadariah, 1999):

34 Keterangan:

Bt = penerimaan usaha penyulingan nilam yang diterima pada tahun ke- t.

Ct = biaya usaha penyulingan nilam yang dikeluarkan pada tahun ke-t. i = tingkat suku bunga yang ditetapkan.

n = umur ekonomis usaha penyulingan nilam. Kriteria kelayakan berdasarkan Net B/C, yaitu:

1) Net B/C > 1, maka investasi penyulingan nilam menguntungkan dan layak untuk dilaksanakan.

2) Net B/C = 1, maka investasi penyulingan tidak menguntungkan dan tidak merugikan.

3) Net B/C < 1, maka investasi penyulingan nilam tidak layak untuk dilaksanakan karena hanya mendatangkan kerugian.

4.3.1.4. Payback Period (PP)

Payback Period (PP) adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas. Metode Payback Period ini merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu (periode) pengembalian investasi suatu usaha. Secara sistematis adalah sebagai berikut:

Kriteria penilaiannya, yaitu jika payback period lebih pendek dari maksimum payback period-nya, maka usaha penyulingan nilam dapat diterima. Namun jika payback period lebih lama dari maksimum payback period-nya, maka usaha penyulingan nilam ditolak.

4.3.2. Metode Penyusutan Garis Lurus

Untuk menjaga kontinuitas usaha dari proyek yang direncanakan perlu dihitung besarnya biaya penyusutan pada setiap tahun. Sebuah perusahaan yang sehat pada umumnya mempunyai cadangan penyusutan/depresiasi untuk menjaga

35 kontinuitas dari kegiatan usaha, disamping menjaga kualitas produk dan memudahkan dalam mengikuti perubahan aset dengan adanya perubahan teknologi. Besar kecilnya biaya penyusutan tergantung pada harga aset, umur ekonomis, serta metode yang digunakan dalam penyusustan. Metode penyusutan yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penyusutan garis lurus. Secara matematis, rumus penyusutan garis lurus dirumuskan sebagai berikut (Ibrahim, 2003):

Keterangan:

P = jumlah penyusutan per tahun B = harga beli aset

S = nilai sisa

N = umur Ekonomis

4.3.3. Analisis Nilai Pengganti (Switching Value

Analisis nilai pengganti (switching value) digunakan untuk mengetahui seberapa besar perubahan pada nilai penjualan dan nilai variabel yang akan menghasilkan keuntungan normal, yaitu NPV sama dengan nol atau mendekati, IRR sama dengan tingkat suku bunga yang berlaku , dan Net B/C sama dengan 1.

Variabel yang akan dianalisis merupakan variabel yang dianggap signifikan dalam usaha penyulingan minyak nilam yang dilakukan oleh perusahaan, yaitu (1) jumlah minyak nilam yang dihasilkan, (2) tingkat harga minyak nilam, (3) tingkat harga nilam. Dengan analisis ini akan dicari jumlah minimum minyak nilam yang dihasilkan, tingkat harga penjualan minimum, dan biaya bahan baku (nilam) maksimum yang masih membuat usaha pengolahan ini layak untuk dijalankan.

Faktor yang dapat mempengaruhi penurunan jumlah minyak nilam yang diproduksi adalah penurunan pasokan bahan baku nilam akibat penurunan hasil panen. Hasil panen ini akan menurun jika terjadi perubahan pada kondisi agroklimat. Sedangkan faktor yang dapat menyebabkan harga nilam meningkat

36 yaitu adanya penurunan tingkat produksi hasil panen akibat adanya perubahan kondisi agroklimat.

Dokumen terkait