• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.7 Analisis Kelayakan Finansial Pendirian Industri CDS

Salah satu aspek yang paling berpengaruh dalam analisis kelayakan suatu usaha adalah aspek kelayakan finansial, sehingga aspek kelayakan finansial seringkali dijadikan satu-satunya tolok ukur kuantitatif penentuan layak tidaknya suatu usaha dikembangkan. Beberapa aspek finansial yang biasa dianalisis adalah periode pengembalian investasi (Payback Period), Internal Rate of Return, Break Even Point, Net Present Value dan Profitability Index. Dalam perhitungan aspek- aspek tersebut, digunakan data-data dan asumsi-asumsi berdasarkan data primer dan sekunder.

4.7.1. Data dan asumsi-asumsi yang digunakan

Data yang digunakan merupakan data primer yang diperoleh secara langsung, sedangkan untuk data-data yang tidak dapat diperoleh secara langsung, maka digunakan asumsi-asumsi dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Berikut di bawah ini adalah asumsi-asumsi yang digunakan.

a. Kredit investasi dan modal kerja dalam bentuk rupiah b. Proporsi pendanaan 30% dana sendiri dan 70% kredit c. Tingkat suku bunga bank 10%

d. Nilai kurs 1US$ = Rp 9.000,00

e. Jangka waktu kredit investasi selama 5 tahun Jangka waktu kredit modal kerja selama 2 tahun

f. Bahan baku yang digunakan adalah gliserol kasar hasil samping proses produksi biodiesel jarak pagar

g. Produksi gliserol : 40% per ton gliserol kasar Produksi pupuk K3PO4 : 20% per ton gliserol kasar Produksi FFA : 40% per ton gliserol kasar

Produksi CDS : 33,33 ton CDS per ton gliserol kasar h. Harga beli gliserol kasar : Rp. 0 ,- / kg

Harga jual CDS : Rp. 20.000,- / kg Harga jual K3PO4 : Rp. 2.000,- / kg Harga jual FFA : Rp. 1.000,- / kg

i. Biaya produksi dan harga jual produk naik 5% setiap tahun hingga tahun ke-6. Kenaikan ini dilakukan untuk mengantisipasi perubahan harga akibat inflasi. 4.7.2. Aspek teknologi

Teknologi yang digunakan dalam proses produksi CDS dengan komponen gliserol hasil samping produksi biodiesel jarak pagar terbagi ke dalam dua bagian yaitu teknologi peningkatan kemurnian gliserol kasar hasil samping produksi biodiesel jarak pagar dan teknologi formulasi CDS. Diagram alir kedua tahapan tersebut dapat dilihat pada Lampiran 10. Perhitungan neraca massa produksi CDS dengan basis perhitungan dalam satu hari ( satu kali produksi) digunakan untuk mendapatkan informasi volume bahan pada proses produksi. Neraca massa produksi CDS dapat dilihat pada Lampiran 11 sedangkan diagram instrumen dan pemipaan serta tata letak ruangan produksi, ruang penyimpanan dan kantor dapat dilihat pada Lampiran 12.

4.7.3. Perkiraan biaya dan rencana sumber dana

Kebutuhan dana pendirian industri CDS kapasitas 50 ton / tahun terdiri dari biaya proyek (Project Cost) dan modal kerja yang diperoleh dari kredit perbankan dan dana sendiri. Secara keseluruhan besarnya dana untuk investasi proyek dan modal kerja ditambah IDC (Interest During Construction) mencapai Rp 213.610.000,- yang terdiri dari biaya proyek ditambah IDC Rp 125.848.000,- dan biaya modal kerja Rp 87.762.000,-. Rincian dana investasi dan modal kerja pembangunan industri CDS disajikan pada Tabel 11, sedangkan rincian masing- masing aspek proyek ditampilkan pada Lampiran 13.

Tabel 11 Rincian dana investasi dan modal kerja pembangunan industri CDS

No Uraian Nilai (Rp)

1. Nilai Proyek

¤ Bangunan dan Peralatan Proses 9.830.000

¤ Kendaraan 96.700.000 ¤ Biaya Perizinan. 10.500.000 ¤ DED dan Pengawasan/permeliharaan Peralatan

Selama Konstruksi 585.000

43

No Uraian Nilai (Rp)

IDC 8.233.000

Nilai Proyek Total 125.848.000

2 Modal Kerja 87.762.000

TOTAL 213.610.000

Sumber pembiayaan proyek adalah kredit perbankan dan modal sendiri dengan DER (Debt Equity Ratio) 70% : 30%, dimana 70% dana diperoleh dari kredit dan 30% dana diperoleh dari modal sendiri.

a. Sumber Dana Proyek (Project Cost)

Dana yang diperoleh dari kredit perbankan dan modal sendiri adalah sebagai berikut : 1. Kredit investasi : Rp 82.331.000,- IDC : Rp 8.233.000,- --- + Jumlah : Rp 90.564.000,- 2. Modal sendiri : Rp 35.285.000,- b. Sumber Dana Modal Kerja

Dana yang diperoleh dari kredit perbankan dan modal sendiri adalah sebagai berikut :

1. Kredit modal kerja : Rp 61.433.000,- 2. Modal Sendiri : Rp 26.328.000,-

--- + Rp 87.762.000,-

Proyeksi modal kerja dihitung berdasarkan kebutuhan sebagai berikut : 1. Account receiveble/piutang usaha selama 30 hari

2. Inventory/persediaan produk dan persediaan bahan baku selama 10 hari 3. Acount payable/hutang usaha selama 30 hari.

4.7.4. Biaya Produksi

Komponen biaya produksi meliputi biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel terdiri dari biaya bahan baku, bahan kimia, biaya utilitas dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya tetap meliputi biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya pemeliharaan dan perawatan, overhead dan administrasi, biaya pemasaran, depresiasi dan biaya bunga bank. Besarnya biaya operasional tahun 1 kapasitas 75%, tahun ke 2 kapasitas 90% dan tahun 3 kapasitas 100% dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Kebutuhan biaya operasional

Jenis Biaya Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3

Biaya Variabel Total (Rp) 431.513.000 519.514.000 590.933.000

Biaya Tetap Total (Rp) 384.713.000 399.815.000 416.745.000

Biaya Produksi Total (Rp) 816.226.000 919.329.000 1.007.678.000

HPP per ton (Rp) 11.507.000 11.545.000 11.819.000

4.7.5. Proyeksi Laba /Rugi

Analisis proyeksi laba/rugi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar laba yang diperoleh dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Hasil proyeksi rugi laba menunjukkan bahwa industri CDS dapat menghasilkan laba pada tahun pertama dengan kapasitas 75% sebesar Rp 44.788.000,- (negatif) pada tahun kedua dengan kapasitas 90% sebesar Rp 19.948.000,- dan pada tahun ketiga dengan kapasitas 100% sebesar Rp 66.928.000,-. Hal ini menunjukkan bahwa industri CDS mulai menghasilkan keuntungan pada tahun ke-2, sedangkan pada tahun pertama, industri CDS masih belum menghasilkan keuntungan yang positif (lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan). Proyeksi biaya produksi, penerimaan dan net income industri CDS dapat dilihat pada Tabel 13 dan lebih rinci pada Lampiran 14.

Tabel 13 Proyeksi laba / rugi industri CDS sampai tahun ke - 15

Tahun Penerimaan (x Rp 1000) Biaya Produksi (x Rp 1000) Laba Operasi (x Rp 1000) Pajak (x Rp 1000) Laba Bersih (x Rp 1000) Tahun-1 752.243 816.225 (63.983) (19.195) (44.788) Tahun-2 947.826 919.328 28.497 8.549 19.948 Tahun-3 1.103.289 1.007.678 95.611 28.683 66.928 Tahun-4 1.158.453 1.054.886 103.567 31.070 72.497 Tahun-5 1.216.376 1.104.545 111.831 33.549 78.282 Tahun-6 1.277.195 1.150.257 126.938 38.081 88.857 Tahun-7 1.277.195 1.150.257 126.938 38.081 88.857 Tahun-8 1.277.195 1.150.257 126.938 38.081 88.857 Tahun-9 1.277.195 1.150.257 126.938 38.081 88.857 Tahun-10 1.277.195 1.150.257 126.938 38.081 88.857 Tahun-11 1.277.195 1.150.257 126.938 38.081 88.857 Tahun-12 1.277.195 1.150.257 126.938 38.081 88.857 Tahun-13 1.277.195 1.150.257 126.938 38.081 88.857 Tahun-14 1.277.195 1.150.257 126.938 38.081 88.857 Tahun-15 1.277.195 1.150.257 126.938 38.081 88.857 Rata-rata 1.196.676 1.093.682 102.994 30.898 72.096

45

4.7.6. Indikator Kelayakan

Analisis kelayakan finansial pendirian industri CDS yang menggunakan gliserol hasil samping produksi biodiesel jarak pagar dinilai dengan menggunakan konsep nilai uang yang didapatkan dari proyek (future value) pada nilai uang bersih saat kini (Net Present Value, NPV) dengan menggunakan tingkat faktor terdiskon tertentu. Nilai NPV pada tingkat persentase faktor terdiskon tertentu yang memberikan nilai nol (0) dinamakan Internal Rate of Return (IRR). Nilai IRR yang lebih besar dari tingkat suku bunga (discount factor) dan Nilai NPV yang lebih besar dari nol serta net B/C yang lebih besar dari 1 serta beberapa parameter kelayakan lainnya merupakan indikasi bahwa industri CDS dengan skala produksi 50 ton/tahun layak didirikan.

Kriteria investasi untuk industri CDS kapasitas 50 ton/tahun dengan tingkat bunga 10% dan perhitungan project life time selama 15 tahun diperoleh NPV (Net Present Value) positif Rp 283.831.000,-, IRR (Internal Rate of Return) lebih besar dari 10% yaitu 21,49%, Pay Back Period (PBP) selama 7,2 tahun, Net B/C lebih besar dari 1 yaitu 2,04 rata-rata Return on Investment (ROI) 57,29% dan rata-rata Return on Equity (ROE) 117,01%. Kriteria kelayakan investasi pendirian industri CDS dengan kapasitas produksi 50 ton/tahun dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Kriteria kelayakan investasi pendirian industri CDS

Uraian Nilai Project Cost (Rp) 117.615.000 IRR (%) 21,49 NPV (Rp) 283.831.000 ROI (%) 57,29 ROE (%) 117,01 PBP (tahun) 7,2 Net B/C 2,04 4.7.7. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat seberapa jauh proyek dapat dilaksanakan mengikuti perubahan harga, baik biaya produksi maupun harga jual produk ataupun kelemahan estimasi hasil produksi. Analisis sensitivitas dilakukan

pada dua skenario. Skenario I kenaikan harga beli bahan baku sementara biaya investasi dan penjualan tetap; skenario II penurunan harga jual produk sementara biaya investasi dan harga bahan baku tetap.

(a) Kenaikan Harga Beli Bahan Baku

Industri CDS yang didirikan merupakan bagian dari industri biodiesel yang sudah ada, sehingga kelayakan finansial industri CDS tidak sensitif terhadap gliserol karena harga gliserol adalah Rp 0,- apalagi gliserol hanya digunakan sebagai bahan tambahan pada formula CDS. Kelayakan finansial industri CDS sensitif terhadap harga polimer, dimana kenaikan harga polimer lebih dari 14,58% akan menyebabkan industri menjadi tidak layak. Kriteria kelayakan pada kenaikan harga polimer disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15 Analisis sensitivitas kenaikan harga bahan baku (Polimer PVA)

Change (%) PVA (Rp) IRR (%) NPV (xRp1000) ROI (%) ROE (%) PBP (Thn) Net B/C Ave BEP (xRp1000) 0,00 80.000 21,49 283.831 57,29 117,01 7,2 2,04 977.725 14,58 91.664 10,00 39 26,33 53,77 12,3 1,00 1.086.469

(ii) Penurunan Harga Jual

Analisis sensitivitas penurunan harga jual produk (CDS) menunjukkan bahwa proyek masih layak pada penurunan harga CDS 4,90%, penurunan harga CDS lebih besar dari 4,90% menyebabkan industri CDS menjadi tidak layak. Kriteria kelayakan pada penurunan harga jual produk disajikan pada Tabel 16.

Tabel 16 Analisis sensitivitas penurunan harga produk (CDS)

Change (%) CDS (Rp) IRR (%) NPV (xRp1000) ROI (%) ROE (%) PBP (Thn) Net B/C Ave BEP (xRp1000) 0,00 20.000 21,49 283.831 57,29 117,01 7,2 2,04 977.725 - 4,90 19.020 10.00 15 25,60 53,40 12,3 1,00 1.035.789

4.7.8. Resiko portofolio dan mitigasi resiko

Investasi pada industri CDS sama seperti investasi pada industri lainnya mengandung resiko. Alternatif termudah untuk meminimalkan resiko adalah dengan cara menempatkan dana investasi tidak pada satu produk saja melainkan pada beberapa produk. Strategi melakukan penyebaran

47

investasi pada banyak produk ini disebut dengan membentuk portfolio investasi. Tujuan pembentukan portofolio adalah mengurangi kerugian investasi yang mungkin timbul pada suatu sarana investasi dengan menutupnya menggunakan keuntungan yang diperoleh dari sarana investasi yang lain.

Industri CDS dikembangkan dengan menyebarkan investasi pada tiga unit produk yaitu CDS, FFA dan kalium fosfat. Dengan tiga produk tersebut, investasi layak untuk dilakukan dengan nilai IRR 21,49% dan NPV Rp. 283.831.000,-. Analisis portofolio dilakukan untuk mengantisipasi resiko yang timbul apabila salah satu produk mengalami masalah seperti penurunan nilai jual dipasaran. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada saat produk CDS mengalami masalah, industri masih dapat melakukan proses produksi sampai pada tahap pemurnian gliserol dengan produk berupa gliserol 80%, FFA dan kalium fosfat walaupun tidak menghasilkan keuntungan sebesar yang diperoleh dari produk CDS. Disini terlihat bahwa produk yang menjadi kunci utama investasi adalah CDS. Hal ini disebabkan karena CDS merupakan produk yang memiliki harga jual paling tinggi dibandingkan dengan produk lainnya. Analisis sensitivitas fortofolio kombinasi produk disajikan pada Tabel 17.

Tabel 17 Analisis sensitivitas resiko portofolio kombinasi produk

No. Kriteria Kelayakan

CDS – FFA –

K3PO4 CDS FFA– K3PO4

1 NPV ( x Rp 1000) 283.831 266.454 - (3.075.278)

2 IRR (%) 21,49 20,82 -

3 Net B/C 2,04 1,97 -6,06

4 PBP (Tahun) 7,2 7,4 -2,5

Pada saat terjadi penurunan kapasitas produksi sebesar 8,74%, industri CDS masih layak. Ketika terjadi penurunan skala produksi di atas 8,74%, maka industri CDS menjadi tidak layak untuk didirikan. Berikut pada Tabel 18 ditampilkan analisis sensitivitas penurunan kapasitas produksi.

Tabel 18 Analisis sensitivitas penurunan kapasitas produksi

No. Kriteria Kelayakan

100% (50 ton/thn) 95% (47,5 ton/thn) 91,26% (45,63 ton/thn) 1 NPV ( x Rp 1000) 283.831 121.621 289 2 IRR (%) 21,49 15,16 10,01 3 Net B/C 2,04 1,43 1,00 4 PBP (Tahun) 7,2 9,5 12,3

4.7.9. Exposure resiko-resiko mata uang (Translation, Transaction dan Economical Exposures)

Perubahan nilai tukar (foreign exchange rate exposure) merupakan salah satu sumber ketidakpastian makroekonomi yang mempengaruhi perusahaan. Dengan adanya globalisasi, pasar semakin terbuka terhadap perdagangan dan teknologi, sehingga perusahaan akan terpengaruh secara langsung terhadap nilai tukar. Perubahan nilai tukar dapat mempengaruhi perusahaan melalui berbagai cara seperti perusahaan berproduksi di dalam negeri untuk kebutuhan penjualan domestik dan luar negeri (ekspor) serta perusahaan berproduksi dengan menggunakan bahan baku impor.

Dalam hal ini, pengaruh perubahan nilai tukar terhadap industri CDS dikarenakan sebagian bahan baku yang digunakan merupakan bahan- bahan yang harganya sensitif terhadap perubahan nilai tukar. Selama penggunaan gliserol sebagai bahan baku pembuatan CDS menggunakan gliserol kasar hasil samping produksi biodiesel dalam negeri, maka perubahan nilai tukar tidak terlalu berpengaruh. Pada saat gliserol yang digunakan merupakan gliserol teknis yang tersedia di pasaran, maka harga gliserol akan ikut terpengaruh oleh perubahan nilai tukar. Walaupun demikian, karena indikator kelayakan tidak dipengaruhi oleh perubahan harga gliserol, maka perubahan nilai tukar menjadi tidak berpengaruh terhadap kelayakan industri CDS.

Dokumen terkait