Usulan kedua sehubungan dengan defect karena kerusakan mesin, yaitu dengan analisis kelayakan investasi mesin. Ada beberapa pertimbangan, yaitu mempertahankan menggunakan mesin lama dengan semua konsekuensinya, memodifikasi mesin lama sehingga diharapkan akan dapat memperbaiki kinerja mesin atau membeli mesin baru. Mesin baru di sini memiliki spesifikasi yang hampir sama dengan mesin baru yang sudah dimiliki perusahaan saat ini. Ketiga alternatif pilihan tersebut akan dihitung dengan menggunakan metode-metode analisis kelayakan investasi, untuk mengetahui investasi manakah yang paling menguntungkan perusahaan.
Untuk itu, dilakukan wawancara dengan pihak perusahaan yang diwakili oleh kepala produksi Hollowframe, sehingga diperoleh data seperti pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.17. Tabel Informasi Data Mesin Kriteria Mesin Lama Modifikasi Mesin
Lama Mesin Baru Harga Investasi 0 180.000.000 400.000.000 Maintenance Cost (bln) 1.000.000 700.000 100.000
Hasil Produksi (bulan) 12.000 batang 16.000 batang 24.000 batang Harga Penjualan/batang Rp. 40.000 Rp. 40.000 Rp. 40.000
Umur Mesin 10 tahun 10 tahun 10 tahun Depresiasi (thn) 0 18.000.000 40.000.000
Banyak Lembur/shift 16X 11X 0
Biaya Lembur/shift Rp. 90.000 Rp. 90.000 Rp. 90.000
Analisis kelayakan yang akan dilakukan akan diukur dengan menggunakan metode Incremental Rate of Return, metode NPW, dan metode payback period. Untuk MARR di sini diasumsikan 12%, sesuai dengan suku bunga kredit.
• Metode Incremental Rate of Return
Metode ini digunakan untuk mencari tahu investasi mana yang terbaik di antara ketiga alternatif investasi pada tabel 4.17.
1. Mesin Lama
Tabel 4.18. ini berisikan tabel cash flow untuk mesin lama, yaitu:
Tabel 4.18. Tabel Cash Flow Mesin Lama Tahun Pengeluaran (Rupiah) Total Biaya
(Rupiah)
Pendapatan (Rupiah)
Cash flow (Rupiah) B.Maintenance B. Lembur
0 12.000.000 17.280.000 29.280.000 0 - 29.280.000 1-10 12.000.000 17.280.000 29.280.000 5.760.000.000 + 5.730.720.000
Perhitungan dengan Incremental Rate of Return:
PW Cost = PW Benefit
Rp. 29.280.000 + Rp. 29.280.000 (P/A, i, 10) = Rp. 5.760.000.000 (P/A, i, 10) Rp. 29.280.000 = Rp. 5.730.720.000 (P/A, i, 10)
(P/A, i, 10) = 0.005109305637
i lebih besar dari 60%
Investasi ini layak untuk dijalankan karena i lebih besar dari MARR (MARR = 12%)
2. Modifikasi Mesin Lama
Tabel 4.19. ini berisikan tabel cash flow untuk modifikasi mesin lama, yaitu:
Tabel 4.19. Tabel Cash Flow Modifikasi Mesin Lama
Tahun Modifikasi Mesin Lama (Rupiah) Total Biaya (Rupiah)
Pendapatan (Rupiah)
Cash flow (Rupiah) B. investasi B.Maintenance B. Depresiasi B. Lembur
0 180.000.000 0 0 0 180.000.000 0 -180.000.000
1-10 0 8.400.000 18.000.000 11.880.000 38.280.000 7.680.000.000 + 7.649.720.000
Apabila dihitung dengan Incremental Rate of Return:
PW Cost = PW Benefit
Rp. 180.000.000 + Rp. 38.280.000 (P/A, i, 10) = Rp. 7.680.000.000 (P/A, i, 10) Rp. 180.000.000 = Rp. 7.641.720.000 (P/A, i, 10)
(P/A, i, 10) = 0.023554906
i lebih besar dari 60%
Investasi ini layak untuk dijalankan karena i lebih besar dari MARR (MARR = 12%)
3. Mesin Baru
Tabel 4.20. ini berisikan tabel cash flow untuk mesin baru, yaitu:
Tabel 4.20. Tabel Cash Flow Mesin Baru
Tahun Mesin Baru (Rupiah) Total Biaya (Rupiah)
Pendapatan (Rupiah)
Cash flow (Rupiah) B. investasi B.Maintenance B. Depresiasi
0 400.000.000 0 0 400.000.000 0 -400.000.000
1-10 0 1.200.000 40.000.000 41.200.000 11.520.000.000 + 11.478.800.000
Apabila dihitung dengan Incremental Rate of Return:
PW Cost = PW Benefit
Rp. 400.000.000 + Rp. 41.200.000 (P/A, i, 10) = Rp. 11.520.000.000 (P/A, i, 10) Rp. 400.000.000 = Rp. 11.478.800.000 (P/A, i, 10)
(P/A, i, 10) = 0.034846848
i lebih besar dari 60%
Investasi ini layak untuk dijalankan karena i lebih besar dari MARR (MARR = 12%)
Semakin kecil nilai (P/A, i, 10), maka akan semakin tinggi nilai i yang didapatkan. Karena ketiga alternatif investasi di atas layak untuk dijalankan (i >
MARR), maka dilakukan perhitungan secara increment. Tabel 4.21. ini berisi data
yang perlukan untuk perhitungan increment urut dimulai dari perolehan i yang terbesar dan semakin ke kanan semakin kecil, yaitu:
Tabel 4.21. Tabel Data Increment untuk perhitungan Incremental Rate of Return
Mesin Lama Modifikasi Mesin
Lama Mesin Baru
Increment A (Modifikasi Mesin Lama - Mesin Lama)
Increment B (Mesin Baru-Modifikasi Mesin
Lama) Investasi Rp. 29.280.000 Rp. 180.000.000 Rp. 400.000.000 Rp. 150.720.000 Rp. 300.000.000
Annual
Benefit Rp. 5.730.720.000 Rp. 7.649.720.000 Rp.11.478.800.000 Rp. 1.919.000.000 Rp. 3.829.080.000 Annual
Cost Rp. 29.280.000 Rp. 38.280.000 Rp. 41.200.000 Rp. 9.000.000 Rp. 2.920.000
Incremental Rate of Return A:
PW Cost = PW Benefit
Rp. 150.720.000 + Rp. 9.000.000 (P/A, i, 10) = Rp. 1.919.000.000 (P/A, i, 10) Rp. 150.720.000 = Rp. 1.910.000.000 (P/A, i, 10)
(P/A, i, 10) = 0.078910994
i lebih besar dari 60%.
Incremental Rate of Return B:
PW Cost = PW Benefit
Rp. 300.000.000 + Rp. 2.920.000 (P/A, i, 10) = Rp. 3.829.080.000 (P/A, i, 10) Rp. 300.000.000 = Rp. 3.826.160.000 (P/A, i, 10)
(P/A, i, 10) = 0.078407594
i lebih besar dari 60%.
Nilai (P/A, i, 10) yang terkecil dimiliki oleh increment B. Maka dari itu, investasi yang dipilih adalah incremental rate of return B, dengan increment mesin baru – modifikasi mesin lama. Karena increment yang digunakan (mesin baru – modifikasi mesin lama), maka mesin baru lebih diunggulkan daripada mesin lama.
Karena itu dari hasil perhitungan dengan metode incremental rate of return
diperoleh investasi menggunakan mesin baru akan lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan alternatif investasi lainnya.
• Metode NPW (Net Present Worth)
Metode ini untuk memiliki fungsi yang sama yaitu untuk melihat investasi mana yang paling menguntungkan. Berikut adalah perhitungannya:
1. Mesin Lama
NPW = PW of benefit – PW of cost
= Rp. 32.544.000.000 - Rp. 194.712.000
= Rp. 32.349.288.000
2. Modifikasi Mesin Lama
NPW = PW of benefit – PW of cost
= Rp. 43.392.000.000 - Rp. 396.282.000
= Rp. 42.995.718.000
3. Mesin Baru
NPW = PW of benefit – PW of cost
= Rp. 65.088.000.000 - Rp. 632.780.000
= Rp. 64.455.220.000
Dari hasil perhitungan di atas, didapatkan bahwa investasi yang paling menguntungkan adalah investasi mesin baru di mana tingkat profit yang diperoleh paling tinggi jika dibandingkan dengan lainnya dan perbedaannya cukup signifikan.
• Metode pay back period
Metode terakhir yang digunakan adalah metode payback period, yaitu metode yang digunakan untuk menghitung waktu yang dibutuhkan untuk pengembalian modal. Payback period akan dihitung dengan memperhitungkan bunga, di mana bunga diasumsikan sesuai dengan bunga kredit yaitu 12%.
Untuk mesin lama, tidak dilakukan perhitungan payback period karena tidak memiliki investasi awal.
1. Modifikasi Mesin Lama
Uniform Annual Benefit = PW Benefit Modifikasi Mesin Lama = Rp. 43.392.000.000
Cost = PW Cost Modifikasi Mesin Lama = Rp. 396.282.000
Benefit
Uniform Annual Benefit = PW Benefit Mesin Baru = Rp. 65.088.000.000 Cost = PW Cost Mesin Baru = Rp. 632.780.000
Benefit
Apabila ditinjau dengan menggunakan metode payback period, maka pengembalian modal yang paling cepat adalah invetasi modifikasi mesin lama, akan tetapi perbedaannya tidak terlalu signifikan yaitu sebesar 0.01 bulan.
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan empat metode kelayakan investasi, tiga dari empat metode perhitungan kelayakan investasi (incremental rate of return, rasio benefit-cost, metode NPW) menghasilkan investasi yang lebih menguntungkan adalah investasi mesin
baru, sedangkan perhitungan dengan metode payback period, hasilnya lebih baik investasi modifikasi mesin lama, akan tetapi karena perbedaannya tidak terlalu signifikan (0.01 bulan), maka usulan yang dipilih adalah dengan membeli mesin baru.
4.6. Implementasi dan Analisis Usulan Perbaikan
Berdasarkan masukkan dari perusahaan, usulan yang memungkinkan untuk dilakukan implementasi, yaitu usulan penggunaan form perawatan mesin, sedangkan usulan yang lain belum dapat diimplementasikan karena membutuhkan biaya yang besar dan masih membutuhkan pertimbangan dari pemilik perusahaan.
Proses implementasi yang dilakukan adalah dengan melakukan sosialisasi penggunaan form perawatan mesin kepada operator dan kepala regu, di mana operator berlaku sebagai pelaksana dan kepala regu yang melakukan kontrol kinerja operator, membuat rekapan tiap minggunya, melakukan follow-up untuk bagian maintenance dan kepala produksi seperti yang telah dijelaskan pada gambar 4.4.
Form ini telah diimplementasikan selama ± 3 minggu di mana kegiatan produksi dilakukan dengan menggunakan mesin baru saja. Selama waktu implementasi, kegiatan produksi berjalan lancar dan tidak ada defect Hollowframe yang disebabkan oleh kerusakan mesin (persentase defect karena kerusakan mesin mencapai 0%). Hal tersebut berdampak pada pemenuhan target produksi yang dapat tercapai tanpa harus mengadakan jam lembur. Hal ini juga berarti, bahwa dengan tercapainya tingkat kecacatan 0%, maka terdapat peningkatan produktivitas untuk kriteria persentase defect, kriteria persentase jam lembur dan produktivitas tenaga kerja. Berdasarkan hasil wawancara dengan operator, penggunaan form ini juga membantu mengingatkan operator untuk selalu melakukan pemeriksaan rutin pada mesin-mesin produksi. Selain itu, form ini juga dapat melengkapi dokumentasi perusahaan sehubungan dengan perawatan mesin.
Apabila kondisi ini dapat terus dipertahankan, maka tingkat produktivitas Hollowframe akan mengalami peningkatan karena berdasarkan data selama ± 3 minggu dengan menggunakan mesin baru, telah terjadi peningkatan
pada tiga kriteria produktivitas Hollowframe (kriteria persentase defect, persentase jam lembur dan produktivitas tenaga kerja). Selain itu, hal ini juga mendukung usulan analisa kelayakan investasi yaitu membeli mesin baru. Walaupun mesin baru masih belum dimiliki oleh perusahaan, tetapi kinerja mesin baru yang diusulkan hampir sama dengan mesin baru yang sudah dimiliki oleh perusahaan bahkan ada kemungkinan untuk lebih baik dari mesin baru yang telah dimiliki perusahaan. Jika dilihat dari performance mesin baru selama ini, tingkat kerusakan dan tingkat defect karena mesin baru memang sedikit, sehingga dapat disimpulkan selama periode 2008 – 2009, kontribusi terbesar kecacatan karena mesin kemungkinan disebabkan karena mesin lama. Dengan membeli mesin baru, maka permasalahan yang dihadapi selama penggunaan mesin lama (jumlah defect karena kerusakan mesin, frekuensi mesin rusak, jam lembur, dll) akan berkurang, sehingga dapat meningkatkan tingkat produktivitas untuk kriteria-kriteria produktivitas Hollowframe di mana hal tersebut akan berdampak pada peningkatan tingkat produktivitas Hollowframe perusahaan secara keseluruhan.
Pengukuran produktivitas untuk periode implementasi dimulai dengan melakukan pengumpulan data selama waktu implementasi ± 3 minggu. Data tersebut dapat dilihat pada tabel 4.22. berikut ini:
Tabel 4.22. Data bulan Juni 2009
Data Banyak Jumlah Produksi Baik 17979 batang
Jumlah Produksi Total 18000 batang Target Produksi 18000 batang Jumlah Defect Total 21 batang Jumlah Defect krn Mesin 0 batang Jumlah Defect krn Bahan Baku 21 batang
Jam Kerja 120 jam
Jam Lembur 0 jam
Dari data di atas, akan dihitung tingkat produktivitas untuk bulan Juni 2009 selama ± 3 minggu, tabel 4.23. berikut adalah data rasio untuk tiap-tiap kriteria produktivitas, yaitu:
Tabel 4.23. Tabel Data OMAX bulan Juni 2009 Kriteria Rasio Efektivitas Produksi 1.00
Persentase Defect 0.001 Produktivitas Tenaga Kerja 149.8
Persentase Lembur 0
Perhitungan indeks produktivitas untuk bulan Juni 2008 menggunakan data mulai dari periode Januari 2008 – Mei 2009 dengan data pembanding (current performance) adalah produktivitas terbaik selama periode 2008 – 2009 yaitu bulan Mei 2008. Hasil perhitungan produktivitas bulan Juni 2009 adalah sebesar 148.9% yang berarti produktivitas Juni 2009 lebih tinggi dari produktivitas Mei 2008 (produktivitas tertinggi selama periode 2008 – 2009) sebesar 148.9%. Hal ini merupakan pencapaian terbaik selama Januari 2008 – Juni 2009. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 15.
Hasil perhitungan ini mendukung usulan untuk membeli mesin baru, karena dengan menggunakan mesin baru dapat meningkatkan produktivitas perusahaan dengan mengurangi jumlah kecacatan dan juga jumlah lembur perusahaan seperti yang ditunjukkan pada produktivitas bulan Juni 2009.