BAB IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN
B. Analisis Kelayakan Pembiayaan Mikro Pada BRI Syariah Kcp. Ungaran
Beberapa hal penting yang menjadi pertimbangan yang harus dilakukan dalam pemberian pembiayaan dalam Unit Mikro Syariah dalam bank BRI Syariah untuk mengurangi resiko pada saat pemberian pembiayaan kepada calon nasabah yang mengajukan pembiayaan.
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan di BRI Syariah KCP Ungaran pada hari Jum‟at Febuari dengan Bapak Erwin salah satu
Account Officer Mikro (AOM) maka penulis mendapatkan beberapa analisis data yang berupa :
. Character
Analisa terhadap personalitas calon nasabah berupa karakter atau watak. Tujuannya adalah untuk mengetahui itikad baik dan kejujuran nasabah calon debitur untuk membayar kembali kredit yang di terimanya. Itikad baik ini tercermin dari keseharianya seperti sifatnya, kejujurannya, perilakunya, sosialisasi terhadap sekeliling dan lain-lain. Penilaian watak calon nasabah dapat diketahui dengan melihat calon nasabah dalam perkerjaanya apakah sering berpindah-pindah atau loyal dengan perusahaanya sama halnya dengan tempat tinggal. Analisa watak juga dapat diperiksa daftar Hitam Bank Indonesia (BI Checking) untuk melihat kolektibilitas pembiayaan/ tingkat kesehatan pembiayaan nasabah.
Selain itu dapat dicari juga penilaian karakter didapat pada saat SO/AOM wawancara dengan nasabah pada saat nasabah pertama kali berurusan dengan pihak bank dalam rangka pengajuan pembiayaan. Hal yang biasa ditanyakan yang berhubungan dengan karakter adalah seputar informasi keluarga, usaha, dan pekerjaan.
. Capacity
Analisis melihat kemampuan calon nasabah dalam membayar pembiayaan yang dapat dinilai dari aspek manajemenya, aspek kemampuan usaha, aspek sarana prasarana. Seperti contoh capacity
calon nasabah bapak Agung Suhardi yang ingin mengajukan pembiayaan Mikro iB dengan skim murabahah memiliki aspek manajemen merupakan karyawan berpenghasilan tetap sebagai petugas QC Preparasi kantor PT Prima Cahaya indobeverage, aspek kemampuan usaha bapak Agung Suhardi mempunyai kemampuan bayar pembiayaan bisa tercover dari gaji bulanan yang diterima oleh nasabah sebagai karyawan PT Prima Cahaya Indobeverage, serta aspek sarana prasarana yang dimiliki bapak Agung Suhardi adalah satu unit sepeda motor Honda supra X R sebagai transportasi dari kontrakan/kos ke kantor PT Prima Cahaya Indobeverage.
. Capital
Analisis berkaitan dengan modal atau kekayaan yang dimiliki calon nasabah untuk menjalankan dan memelihara kelangsungan usahanya. Adapun penilaian terhadap capital dapat diteliti berdasarkan aset, misalkan nasabah sudah memiliki perkerjaan yang tetap dan berjalan cukup lama tahun, maka jika terdapat penambahan aset berupa rumah, kendaraan bermotor atau penggunaannya untuk membuka usaha.
. Condition
Analisis keadaan sosial ekonomi suatu saat yang mungkin dapat mempengaruhi maju mundurnya usaha/pekerjaan calon nasabah. Penilaian terhadap kondisi ekonomi itu berpengaruh terhadap kegiatan
usaha/pekerjaan calon nasabah dan bagaimana nasabah mengatasinya atau mengantisipasi sehingga usahanya tetap hidup dan berkembang. Seperti contoh calon nasabah Bapak Agung Suhardi memiliki kondisi pekerjaan yang tetap dan berjalan selama tahun menjadi nilai plus bagi seorang karyawan perusahaan.
. Collateral
Analisis jaminan yang diberikan calon nasabah sebagai ganti apabila naabah tidak mampu membayar kewajibanya pada saat mengajukan pembiayaan. Jaminan yang diberikan hendaknya melebihi jumlah pembiayaan yang diajukan, jaminan juga harus diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi suatu masalah atau kendala, maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan. Jaminan yang dapat digunakan dalam pembiayaan adalah :
a. Fotokopi SHM/SHGB/IMB/PBB untuk pembiayaan dengan jaminan rumah
b. Fotokopi BPKB/STNK/Faktur pembelian untuk pembiayaan jaminan kendaraan bermotor
Bank BRI Syariah memerlukan jaminan yang digunakan dengan tujuan agar nasabah pengelola dan tidak melakukan kesalahan pengelolaan, kelalaian atau penyimpangan oleh pihak nasabah pengelola dana seperti penyelewengan dan penyalahgunaan yang mengakibatkan kerugian.
Jaminan ini akan disita oleh bank syariah jika ternyata timbul kerugian akibat kesalahan pengelolaan, kelalaian dan penyimpangan oleh pihak nasabah pengelola dana seperti penyelewengan, kecurangan dan penyalahgunaan untuk kemudian akan dicairkan oleh pihak bank dengan tujuan mengembalikan dana yang dipinjam nasabah. Penilainan jaminan/agunan dalam pembiayaan unit mikro bank BRI Syariah yaitu
a. Penilaian tanah dan atau bangunan
) Perkiraan nilai atas jaminan tanah, yang dimaksud dengan “nilai pasar wajar” adalah nilai hasil appraisal atas jaminan yang diberikan berdasarkan kondisi harga pasar/nilai wajar. ) Jaminan berupa tanah kosong dalam kondisi produktif, apabila
tanah dalam kondisi tidak produktif maka hanya dapat dinilai sebesar dari nilai pasaran tersebut.
) Tanah kosong dengan luas ≥ m Nilai Financing To Value
(FTV) Ratio maksimal adalah dari nilai pinjaman dan
tanah kosong luas ≤ m Nilai maksimal FTV adalah
dari nilai pinjaman.
) Perkiraan nilai atas bangunan diluar kios/los dan sejenisnya. Untuk produk iB, apabila jaminan bangunan tidak ada IMB nya, maka nilai bangunan dinilai sesuai pasar berlaku setelah dikurangi nilai penyusutan bangunan.
Tabel .
Nilai penyusutan produk iB
Umur
Bangunan Nilai bangunan/M (ada IMB) ≥ - tahun
Nilai pasar atas bangunan berlaku pada saat itu
≥ - tahun Merupakan selisih hasil perhitungan dari nilai pasar dengan nilai penyusutan
(depresiasi) sebesar dari nilai pasar dari bangunan (nilai pasar x )
≥ -
tahun Merupakan selisih hasil perhitungan dari nilai pasar dengan nilai penyusutan (depresiasi) sebesar dari nilai pasar dari bangunan (nilai pasar x )
≥ -
tahun Merupakan selisih hasil perhitungan dari nilai pasar dengan nilai penyusutan (depresiasi) sebesar dari nilai pasar dari bangunan (nilai pasar x )
≥ -
tahun Merupakan selisih hasil perhitungan dari nilai pasar dengan nilai penyusutan (depresiasi) sebesar dari nilai pasar dari bangunan (nilai pasar x )
≥ -
tahun Merupakan selisih hasil perhitungan dari nilai pasar dengan nilai penyusutan (depresiasi) sebesar dari nilai pasar dari bangunan (nilai pasar x )
Sumber: Surat Persetujuan Prinsip Pembiayaan BRIS
Studi kasus pembiayaan KPR mikro pada bank BRI Syariah untuk pembelian rumah tinggal dengan pengajuan pembiayaan Rp, . . dan uang muka Rp. . . yang jangka waktu Thn/ bulan dengan jaminan tanah seluas m dan bangunan yang m
Luas tanah = m
Nilai pasar tanah = Rp. . .
Nilai bangunan adalah = ( x . . ) = Rp.
Luas Bangunan = m
Umur bangunan = tahun
Nilai pasar bangunan = Rp. . .
Nilai bangunan adalah =( x x . . ) = Rp.
Total jaminan = Rp.
Dengan total jaminan melebihi pengajuan pemberian pembiayaan maka untuk keputusan pemberian keputusan pembiayaan di ACC. Melalui analisis kelayakan pembiayaan yang sudah memenuhi persyaratan :
Harga beli rumah = Rp. . . Margin = Rp. . .
Harga jual = Rp.
Maka perhitungan angsuran Per Bulan yang harus dibayarkan oleh nasabah sebesar total jaminan dibagi jangka waktu : Total jaminan = Rp.
Jangka Waktu = Thn / Bulan
= Rp.
Tabel .
Nilai penyusutan produk iB
Umur
Bangunan Nilai bangunan/M (ada IMB)
Nilai bangunan/M
(tanpa IMB) khusus mikro
iB ≥ - tahun Nilai pasar atas bangunan berlaku pada
saat itu
dari nilai bangunan/m yang
ada IMB sesuai dengan masing-masing umur
bangunan ≥ - tahun Merupakan selisih hasil perhitungan dari
nilai pasar dengan nilai penyusutan (depresiasi) sebesar dari nilai pasar dari bangunan (nilai pasar x ) ≥ -
tahun Merupakan selisih hasil perhitungan dari nilai pasar dengan nilai penyusutan (depresiasi) sebesar dari nilai pasar dari bangunan (nilai pasar x ) ≥ -
tahun Merupakan selisih hasil perhitungan dari nilai pasar dengan nilai penyusutan (depresiasi) sebesar dari nilai pasar dari bangunan (nilai pasar x ) ≥ -
tahun Merupakan selisih hasil perhitungan dari nilai pasar dengan nilai penyusutan (depresiasi) sebesar % dari nilai pasar dari bangunan (nilai pasar x ) ≥ -
tahun Merupakan selisih hasil perhitungan dari nilai pasar dengan nilai penyusutan (depresiasi) sebesar dari nilai pasar dari bangunan (nilai pasar x )
Sumber: Surat Persetujuan Prinsip Pembiayaan BRIS
Khusus untuk produk iB, apabila luas bangunan fisik > dari luas bangunan yang tercantum dalam IMB, maka nilai jaminan yang dapat dihitung berdasarkan luas fisik bangunan maksimum sebesar dari perluasan bangunan terhadap luas bangunan berdasarkan IMB.
Contoh studi kasus pada calon nasabah yang mengajukan pembiayaan mikro pada BRI Syariah KCP Ungaran untuk mengembangkan usaha bus pariwisata untuk membeli unit bus adiputro dengan harga Rp. . . dengan jaminan bangunan gudang parkiran dengan luas bangunan m tanapa IMB perhitungan perkiraan nilai bangunan untuk produk iB adalah:
Luas bangunan = m
Umur bangunan = tahun
Nilai pasar bangunan = Rp. . .
Nilai perkiraan bangunan adalah = x ( x x . . ) = Rp. . . b. Penilaian kion/los/dasaran/lapak dan sejenisnya
Kios yang dijadikan jaminan digunakan sebagai tempat usaha calon nasabah. Bila kios tersebut hanya digunakan sebagai gudang penyimpanan barang, maka nilai pasar jaminan kios tersebut hanya dapat dinilai sebesar dari nilai pasar wajar.
c. Penilaian kendaraan (mobil dan sepeda motor) ) Penilaian Mobil
a) Pengecekan mobil ke SAMSAT untuk pembiayaan mikro iB dan wajib blokir untuk plafond > Rp. juta
b) Pengecekan mobil ke SAMSAT untuk pembiayaan mikro iB jika pembiayaan > RP. juta
c) Nilai jaminan kendaraan mengacu kepada ketentuan yang berlaku
) Penilaian sepeda motor
a) Nilai jaminan kendaraan mengacu kepada ketentuan yang berlaku
b) Apabila jenis kendaraan tidak terdapat dalam ketentuan yang berlaku, maka penilaian menggunakan harga pasar wajar di daerah tersebut
. Syariah
Analisi aspek syariah diterapkan untuk melihat apakah bidang usaha calon anggota pembiayaan tidak bertentangan dengan prinsip syariah, mengkaji apakah kebutuhan pembiayaan telah sesuai dengan jenis pembiayaan yang berdasarkan prinsip syariah dan bukan termasuk usaha yang dilarang menurut hukum negara.
Prinsip yang dilakukan oleh BRI Syariah KCP Ungaran sudah sesuai dengan prinsip analisis kelayakan bank syariah yaitu tidak hanya menerapkan C (Character, Capital, Capacity, Condition, dan Collateral) tetapi juga mencantumkan analisa syariah yang menjadi objek halal atau tidaknya kebutuhan yang diajukan dan usaha yang dilakukan calon nasabah. Karena yang menjadi pembeda antara bank syariah dengan bank konvensional pada umumnya adalah riba samapi bagi hasil dan halal sampai haramnya barang yang menjadi objek pembiayaan yang dilakukan. C. Analisis Penanganan Pembiayan Bermasalah
. Tahapan Monitoring Collection
a. Proses collection dimulai sejak H- jatuh tempo pembayaran angsuran nasabah sampai dengan nasabah membayar seluruh kewajibanya.
b. Tahapan proses collection terdiri dari early collection, soft collection, hard collection, back end collection dan kategori nasabah no hope.
) Early collection adalah tahapan proses collection yang
dilakukan nasabah sejak H- sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran sebagai system peringatan awal.
) Soft collection adalah tahapan collection yang dilakukan
kepada nasabah yang sudah terlambat sejak H+ tanggal jatuh tempo melakukan pembayaran angsuran sampai dengan hari keterlambatan hari.
) Hard collection adalah tahapan collection yang dilakukan kepada nasabah yang sudah terlambat melakukan pembayaran angsuran sejak keterlambatan hari sampai dengan keterlambatan hari.
) Back End Collection adalah tahapan collection yang dilakukan
kepada nasabah yang sudah terlambat melakukan pembayaran angsuran lebih dari hari sampai kolektibitas . Jika dapat dilakukan lelang akan diupayakan melalui proses lelang agunan pembiayaan nasabah.
) Nasabah No Hope adalah tahapan collection dimana kondisi nasabah tidak lagi dapat ditagih pembayaran angsuranya dikarenakan tidak diketahui lagi keberadaannya. Hal itu didukung dengan:
a) Nasabah tidak diketahui keberadaanya selama hari. b) Surat keterangan dari pihak berwenang (RT/RW/Kades)
yang menerangkan bahwa nasabah tidak bertempat tinggal di lingkungan tersebut.
c) Surat keterangan yang menerangkan lokasi usaha.
d) Bukti hasil konfirmasi dari tetangga tempat tinggal/tempat usaha nasabah.
Tabel
Proses hari collection
Sumber: Surat Persetujuan Prinsip Pembiayaan BRIS
Dalam tahapan collection semua team mikro melakukan collection dari berbagai masa kemunduran pembayaran dimana tahapan ini menjadi proses awal strategi penanganan pembiayaan bermasalah dari faktor kesalahan pihak bank dalam analisis maupun pihak nasabah yang efektif karena secara langsung pihak bank bertemu secara langsung dengan nasabah yang mengajukan pembiayaan dan dapat memantau usaha nasabah yang sedang dijalaninya. Tahapan colledction yang diterapkan oleh BRI Syariah secara umum sebagai strategi penangananan pembiayaan bermasalah akan tetapi dalam pelaksanaanya BRI Syariah KCP Ungaran dalam tahapan collection tidak seperti yang diterapkan karena petugas
Proses pada hari ke- -7 -1 H 1 30 31 60 61 90 >90 1. Early Collection b. kunjungan ke nasabah(RO/UH) 2. Soft Collection (RO/UH/FC/Colls/Cm) 3. Hard Collection (RO/UH/FC, COLLD, CM, MMM, PINCA, CALL Mgt KP) 4. Litigasi Collection (RO/UH/FC/COLLS/C M/MMM/PIMCA, Coll Mgt KP) 5. NO Hope Team Collection a.kontak via tlp (RO)
memiliki kepercayaan tersendiri kepada nasabah yang datang mengujungi secara langsung merasa kasihan dan hanya memberi pemberitahuan apabila pembayaran angsuran atau pinajam sudah dalam jatuh tempo.
. Pelunasan fasilitas pembiayaan seluruhnya atau sebagian a. Pelunasan dipercepat seluruhnya
) Pelunasan dipercepat seluruhnya dalam rangka penyelesaian pembiayaan bermasalah dapat dilakukan untuk nasabah (terutama jika nasabah kurang dapat dipercaya) dengan diarahkan melakukan pelunasan seluruh fasilitas pembiayaan sekaligus termasuk kewajiban pokok yang belum jatuh tempo. ) Pemberian potongan (muqosah) keringanan pembayran margin
untuk pelunasan dipercepat seluruhnya harus berdasarkan permohonan nasabah dan memdapat persetujuansesuai kewenangan dan ketentuan berlaku .
) Pemberian muqosah tidak dapat dilakukan atas pokok pembiayaan melainkan hanya dapat dilakukan terhadap margin.
) Ketentuan keringanan pembiayaan margin ini berlaku baik untuk nasabah intracomptable (masih dalam pembukuan bank) maupun extracomptable (sudah hapus buku –write off)
b. Pelunasan dipercepat sebagian
Permohonan pelunasan dipercepat sbagian kewajiban yang dilakukan guna memperbaiki kewajiban perbulan/mempersingkat
jangka waktu pembiayaan diperkenankan, yang bertujuan antara lain:
a) Penyelesaian tunggakan pembiayaan
b) Menurunkan outstanding pembiayaan sehingga menurunkan resiko pembiayaan
c) Menurunkan jumlah agunan pembiayaan sehingga sesuai dengan kapasitas pembayaran nasabah
Dalam Strategi penanganan pembiayaan bermasalah mikro dengan cara pelunasan dipercepat sebagian atau seluruhnya hampir sama yang di terapkan pada bank secara umum akan tetapi dalam penerapan strategi ini calon nasabah dalam posisi benar-benar dalam keadaan kurang baik dengan analisis capacity petugas dalam strategi awal collection.
. Restrukturisasi pembiayaan
Restrukturisasi dilaksanakan dalam upaya menghindari resiko kerugian bank dan untuk menjaga kualitas pembiayaanya bank dapat melakukan restrukturisasi pembiayaan agar nasabah yang mengalami penurunan kemampuan pembayaran angsuran tetapi masih memiliki prospek usaha dan/memiliki kemampuan bayar tetap dapat menyelesaikan kewajibanya sesuai kemampuanya.
a. Jenis restrukturisasi dapat dilakukan antara lain:
) Penjadwalan kembali (rescheduling) yaitu perubahan jadwal pembayaran kewajiban nasabah/jangka waktunya.
) Persyaratan kembali (reconditioning) yaitu perubahan sebagian atau seluruh persyaratan pembiayaan, anntara lain: perubahan jadwal pembayaran, jumlah angsuran, jangka waktu, pemberian potongan sepanjang tidak menambah sisa kewajiban nasabah yang harus dibayarkan kepada bank.
) Penataan kembali (restructuring) yaitu perubahan persyaratan pembiayaan tidak terbatas pada rescheduling/ reconditioning, antara lain meliputi penambahan dana fasilitas pembiayaan di bank, konversi akad pembiayaan, konversi pembiayaan menjadi surat berharga syariah berjangka waktu menengah/menjadu pernyertaan modal sementara pada perusahaan nasabah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Tabel
Jenis Restructuring Pembiayaan Jenis
Pembiayaan
Jenis Restructuring
Resceduling Reconditioning Restructuring
Murabahah √ √ √ Musyarakah √ √ √ Mudharabah √ √ √ Qard √ √ Ijarah/ Ijarah Muthahiya Bitamlik √ √ √ Ijarah multijasa √ √
Sumber: Surat Persetujuan Prinsip Pembiayaan BRIS
b. Dalam restrukturisasi dimana dapat penambahan fasilitas, maka penambahan tersebut tidak dapat digunakan untuk membayar tunggakan margin/biaya lainya.
Pada strategi restrukturisasi penanganan pembiayaan bermasalah dilakukan oleh petugas apabila calon nasabah mengalami kemunduran dalam pembayaran angsuran selama kurang lebih bulan dilakukan tahap pertama yaitu penjadwalan kembali tanggal pembayaran dengan keterangan tidak sesuai dengan pengeluaran keungan calon nasabah yang mengalami perubahan, apabila dalam tahapan selanjutnya apabila nasabah masih mengalami kemunduran pembayaran angsuran maka dilakukan tahap persyaratan kembali jumlah pembayaran angsuran yang harus dibayarkan oleh nasabah, sampai ketahapan penataan kembali apabila dengan tahapan penjadwalan dan persyaratan masih mengalami kemunduran pembiayaan.
. Agunan Yang Diambil Alih (AYDA)
Adalah aktiva yang diperoleh bank, baik melalui pelelangan sebagian atau seluruh agunan yang dibeli bank, melalui pelelangan maupun diluar pelelangan, berdasarkan pemberian kuasa untuk menjual dari pemilik agunan dengan kewajiban untuk dicairkan.
Pengambilan jaminan oleh bank adalah upaya terakhir yang dilakukan dalam rangka membatasi pembiayaan bermasalah dengan cara pengambil alihan barang yang menjadi jaminan/barang yang bukan jaminan milik nasabah/penjamin yang dijadikan sebagai jaminan tambahan/jaminan lainya.
. Pengambil alihan atau Penyerahan Jaminan Sukarela, Penjualan Jaminan Secara Bersama, Dan Lelang Hak Tanggungan.
Apabila nasabah tidak lagi kooperatif dalam melakukan pengembalian fasilitas pembiayaan yang telah di berikan oleh bank, maka akan ditempuh upaya penjualan asset/jaminan yang dijadikan agunan pembiayaan baik secara sukarela (inisiatif dari nasabah) maupun penyelesaian melalui jalur hukum untuk mengeksekusi agunan pembiayaan.
a. Pengambil alihan atau penyerahan jaminan sukarela
) Apabila keterlambatan telah mencapai hari dan berdasarkan penilaian, nasabah sudah tidak sanggup melakukan pengembalian pembiayaan dan tidak berupaya melunasi kewajibannya secara bertahap, serta usaha penjualan jaminan bersama tidak berhasil, maka negosiasi dan bank dapat meminta dengan baik kepada nasabah untuk melakukan penyerahan jaminan secara sukarela kepada BRI Syariah yang selanjutnya jaminan tersebut dijual untuk dijadikan sumber pengembalian pembiayaan. Dengan kesepakatan antara bank dengan nasabah apabila hasil penjualan dari jaminan yang diambil alih tidak mencukupi kewajiban nasabah, maka keuntungan tersebut tetap menjadi kewajiban nasabah untuk membayar dan wajib melakukan penilaian ulang terhadap jaminan
) Penyerahan agunan sukarela harus dilakukan dengan sangat selektif, yaitu harga untuk kondisi atau kasus dimana.
a) Bank kesulitan untuk melakukan penjualan agunan dikarenakan keberadan nasabah atau penjamin diragukan b) Iktikad nasabah diragukan
c) Melakukan penjualan sesegera mungkin untuk menghindari pengeluaran biaya pemeliharaan atas asset yang dalam mengelola bank tersebut.
) Penyerahan agunan sukarela harus pula mempertimbangkan kemudahan penjualan agunan atau asset yang diserahkan. b. Penjualan jaminan secara bersama
Maka meminta dengan baik kepada nasabah untuk melakukan penjualan jaminan secara bersama-sama secara tertulis dan memastikan harga jual yang pantas untuk dijadikan sumber pengembalian pembiayaan.
c. Penyelesaian pembiayaan melalui Eksekusi Hak Tanggungan (EHT)
) Penyelesaian pembiayaan bermasalah melalui EHT dapat dilakukan secara langsung ke kantor lelang atau KPKNL. Apabila nasabah tidak lagi kooperatif dalam melakukan pengembalian pembiayaan dari pihak bank telah memberikan jangka waktu penyelesaian yang telah ditentukan maka akan ditempuh upaya hokum untuk mengeksekui jaminan guna untuk mempercepat proses eksekusi, dapat dilakukan kerjasama dengan pihak-pihak sebagai berikut :
a) Balai lelang swasta (BLS).
b) Kantor pelayanan kekayaan Negara adan lelang cara ke bila BLS ridak mau melakukan proses lelang yang diajukan.
c) Pengadilan negri bila semua tidak dapat dilakukan.
) Penyelesaian pembiayaan bermasalah melalui EHT dilakukan dengan kondisi sebagai berikut:
a) Tidak dapat dihubungi. b) Melarikan diri.
c) Nasabah tidak memiliki iktikad.
d) Tidak bersedia menyerahkan jaminanya.
e) Negosiasi telah dilakukan secara maksimal dan persyaratan lelang sudah lengkap.
) Penyelesaian pembiayaan bermasalah melalui EHT merupakan alternative terakhir yang dipilih dalam proses pembiayaan bermasalah, mengingat pada prakteknya penyelesaian dengan cara ini membutuhkan waktu dan biaya yang cukup besar serta secara tidak langsung dapar mempengaruhi image bank secara keseluruhan.
Dari faktor kesengajaan nasabah atau ketidak sengajaan maka dalam mengatasi pembiayaan bermasalah dilakukan tahapan strategi penyerahan jaminan secara sukarela dalam BRI Syariah menjadi strategi penanganan yang terakhir apabila nasabah dalam
tahapan yang sudah diterapkan oleh pihak bank masih tidak dapat menyelesaikan permasalahan pembiayaan yang terjadi dengan sukarela. Dalam pelaksanaan tahapan pengambil alihan atau penyerahan jaminan sukarela, penjualan jaminan secara bersama, dan lelang hak tanggungan dengan hasil wawancara kepada pimpinan Unit Head Bapak Agus menjelaskan bahwa dalam tahapan ini tergantung plafon pembiayaanya apabila plafon pembiayaan masih dalam lingkup produk iB jaminan atau agunan yang diberikan masih bisa ditahan selama kurang lebih tahun dari jangka waktu akhir pembayaran angsuran, kalau plafond sudah memasuki produk iB dan iB maka agunan atau jaminan harus dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan selama kurang lebih - bulan masa pembayaran macet yang dilakukan oleh nasabah.
Jadi dalam pelaksanaanya masih sesuai dengan prosedur yang sudah diterapkan oleh pihak BRIS dengan ketentuan-ketentuan tambahan pada masing-masing produk plafon pembiayaan yang diajukan.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
. Analisa Alur Proses Pembiayaan Unit Mikro
Bank BRI Syariah dalam operasional pembiayaan Murabahah menggunakan prinsip kehati-hatian dalam mengambil keputusan kepada masing-masing calon nasabah pembiayaan. Alur proses pembiayaan
murabahah petugas SO awal yang melakukan prospek, dilanjutkan UFO
melakukan pemeriksaan terhadap hasil yang diberikan oleh SO, selanjutnya UH melakukan kunjungan ke nasabah untuk melakukan pengecekan karakter dan usaha nasabah dari hasil SO dan UFO. Petugas AFO memberi rekomendasi dari sisi risk. Setelah semua lolos persyaratan dilanjutkan ke MMM dan PINCAPEM untuk memberikan putusan pembiayaan dengan persetujuan PINCA. Tahap terakhir proses pencairan pembiayaan oleh SO dan memonitoring nasabah dalam melakukan angsuran hingga pelunasan.
. Analisis Kelayakan Pembiayaan Mikro Pada BRI Syariah Kcp. Ungaran
Pemberian kelayakan pembiayaan murabahah menggunakan analisa character, capacity, capital, condition, collateral dan syariah ( C+ S)
menjadi pertimbangan dalam pembiayaan Unit Mikro Syariah kepada calon nasabah dalam bank BRI Syariah untuk mengurangi resiko pada saat pemberian pembiayaan kepada calon nasabah.
. Analisis Penanganan Pembiayan Bermasalah
Cara untuk mengurangi pembiayaan bermasalah bank BRI Syariah menggunakan tahapan monitoring collection pada saat proses angsuran H- hari sampai dengan H> hari. Tahapan yang selanjutnya pelunasan fasilitas pembiayaan seluruhnya atau sebagian, apabila masih terjadi macet maka dilakukan restrukturisasi pembiayaan kepada nasabah. Apabila setelah dilakukan restrukturisasi pembiayaan juga belum mampu mengembalikannya maka pihak bank menggunakan Agunan Yang