• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENUTUP

4.2 Saran

Melihat hasil dan kesimpulan dari penelitian, telah diketahui bahwa mahasiswa mampu dalam menjawab tes menyimak. Namun masih ada sebagian yang kurang dalam menjawab tes ini. Melihat hal tersebut, penulis memberikan saran agar seluruh mahasiswa mampu menjawab seluruh tes kemampuan menyimak. Yaitu dengan cara :

1. Menggunakan media yang membantu proses belajar mengajar menyimak.

2. Memperkaya kosa kata bahasa Arab

DAFTAR PUSTAKA

Al-ghulayaini, Syekh Mustafa. 2000. Jami’ud Durusil Arabiyah. Beirut: Maktabatul Asriyah.

Arikunto. S. 1992. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta; Penerbit Rineka Citra.

Arikunto. S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta; Penerbit Rineka Citra.

Badrujaman, Aip dan Dede Rahmat Hidayat. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Trans Info Media.

Depertemen Pendidikan Nasional. 2006. Panduan Program Penilaian Kelas. Jakarta.

Depertemen Pendidikan Nasional Universitas Sumatera Utara. 2009. Peraturan Akademik Program Sarjana (S1) Universitas Sumatera Utara. Medan.

Djiwandono, M. Soenardi. 1996. Tes Bahasa Dalam Pengajaran. Bandung : Penerbit ITB.

Hamid, H.M. Abdul. 2010. Mengukur Kemampuan Bahasa Arab. Malang. UIN-MALIKI PRESS (Anggota IKAPI).

Rahman, Abdul Bin Ibrahim Fauzan DKK. 2004. Al’arabiyah Baina Yadaik. Riyadh.

Rosyidi, Abdul Wahab.Media Pembelajaran Bahasa Arab. Malang. UIN-MALIKI PRESS (Anggota IKAPI)

Samsuri. 1994. Analisis Bahasa. Jakarta : Erlangga.

Sugiono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung. Alfabeta

Tanjung, Bahdon. Nur, Ardial. 2005. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: Prenada Media

Tarigan, H.G. 1986. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Bahasa. Bandung : Angkasa.

Uhlenbeck, E.M. 1980. Ilmu Bahasa (Diterjemahkan oleh Alma E. Almanar). Djambatan.

Wikipedia. 2013. Penelitin Kuantitatif. http://id.m.wikipedia.org/wiki/Penelitian- Kuantittif

Winarno, Surakhmad. 1990. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik. Bandung Tarsito.

Data Hasil Penelitian

Nilai Mahasiswa

No Populasi Score Nilai Keterangan

1 1 19 95 Sangat Baik 2 2 17 85 Sangat Baik 3 3 17 85 Sangat Baik 4 4 17 85 Sangat Baik 5 5 17 85 Sangat Baik 6 6 16 80 Sangat Baik 7 7 16 80 Sangat Baik 8 8 16 80 Sangat Baik 9 9 16 80 Sangat Baik 10 10 15 75 Baik 11 11 15 75 Baik 12 12 15 75 Baik 13 13 15 75 Baik 14 14 15 75 Baik 15 15 15 75 Baik 16 16 15 75 Baik 17 17 15 75 Baik 18 18 14 70 Baik 19 19 14 70 Baik 20 20 14 70 Baik 21 21 14 70 Baik 22 22 13 65 Sedang 23 23 13 65 Sedang 24 24 12 60 Sedang 25 25 12 60 Sedang 26 26 12 60 Sedang 27 27 12 60 Sedang

Persentase Tingkat Kemampuan

Persentase Tingkat Kesulitan

Kategori Tingkat Kemampuan Jumlah Orang Persentase

Sangat Baik 9 27,27%

Baik 12 36,36%

Sedang 7 21,21%

Kurang 5 15,15%

Kategori Tingkat Kesulitan Jumlah Orang Persentase

Cukup Baik 1 3,03%

Cukup 16 48,48%

Kurang 12 36,36%

ABSTRAK

Citra Gandhini Putri, 2013. Analisis Kemampuan Menyimak Mahasiswa Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan: Program Studi Sastra Arab, Fakultas Ilmu BudayaUSU.

Medan. Program Studi Sastra Arab, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara

Penelitian ini membahas tentang kemampuan menyimak mahasiswa sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Menurut Rosyidi (2009: 62) kemampuan berbahasa secara konvensional dianggap meliputi empat jenis kemampuan. Keempat kemampuan berbahasa tersebut adalah kemampuan meyimak (istima’), berbicara (kalam), membaca (qira’ah), dan menulis (kitabah). Permasalahan yang diteliti adalah bagaimana kemampuan menyimak mahasiswa Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara serta berapa persentase kesulitan menyimak tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan menyimak mahasiswa Program Studi Sastra Arab USU yang mempengaruhi kesuksesan dalam belajar menyimak Bahasa Arab dan mengetahui persentase kesulitan yang dialami mahasiswa dalam belajar menyimak Bahasa Arab.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 27,27% responden mencapai kategori tingkat kemampuan sangat baik, 36,36% responden mencapai kategori tingkat kemampuan baik, 21,21% mencapai kategori tingkat kemampuan sedang, 15,15% mencapai kategori tingkat kemampuan kurang. Persentase kesulitan menunjukkan bahwa 3,03% responden mengalami tingkat kesulitan cukup baik, 48,48% responden mengalami tingkat kesulitan cukup, 36,36% responden mengalami tingkat kesulitan kurang, 12,12% responden mengalami tingkat kesulitan kurang sekali.

                     

يديرجت ةروص

, تفي يد غ ا تج

ع ي ك يب علا غلامسق ا لا تساا دقنع لي حتل .

يب علا غ لا مسق : اديم يل شلا م س عم جب ف ق لا

يل شلا م س عم جب ف ق لا علا ي ك

م س عم جب ف ق لا ع ي ك يب علا غ لامسق . اديم

يل شلا

ف ق لا ع ي ك يب علا غ لا مسق ا لا تساا دق نع ثح ي ثح لا ا ھ

) دشا ق . يل شلا م س عم جب

:

سقأ عب ا نم تي م تلا دق (

. ب ت لا ھم , أ قلا ھم , م تلا ھم , تساا ھميھو

ا دق نع ثح ي ثح لا ا ھ

ف ق لا ع ي ك يب علا غ لا مسق ا لا تسا

. تساايف ب عصلا يل شلا م س عم جب

ي ك يب علا غ لا مسق يف ا لا تساا دق ف ع ل ثح لا ا ھ نم فادھأا

غ لا ف تساا سا دلا هح جن ا لا ث تي يل شلا م س عم جب ف ق لا ع

لا

. يب علا غ لا تساا سا دلا ف ا ل ب عصلا س لاف عيلو يب ع

ھ ع ثح لا تن ث ح لا دجو

,

و , ت م دق مھيدلو ني ج لا %

,

و , ديج دقمھيدلني ج لا %

,

و , ل قم دقمھيدل %

,

مھيدل %

ع دي ب عصلا س لا . ل ق م دق

,

, ديج ب عصلا ق فني ج لا %

,

, ل قم ب عصلا ق فني ح لا %

,

, صق ن ب عصلا ق فني ح لا

,

. ادج صق ن ب عصلا ق فني ج لا

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Menurut Samsuri (1994: 4) bahasa tidak terpisahkan dari manusia dan mengikuti di dalam setiap pekerjaannya. Mulai saat bangun pagi-pagi sampai jauh malam waktu ia beristirahat, manusia tidak lepasnya memakai bahasa. Pada waktu manusia kelihatan tidak berbicara, pada hakekatnya ia masih juga memakai bahasa, karena bahasa ialah alat yang dipakainya untuk membentuk pikiran dan perasaannya, keinginan dan perbuatan-perbuatan, alat yang dipakainya untuk mempengaruhi dan dipengaruhi, dan bahasa adalah dasar pertama-tama dan paling berurat-berakar dari masyarakat manusia. Bahasa adalah tanda yang jelas dari kepribadian, yang baik maupun buruk, tanda yang jelas dari keluarga dan bangsa, tanda yang jelas dari budi kemanusiaan. Dari pembicaraan seseorang kita dapat menangkap tidak saja keinginannya, tetapi juga motif keinginannya, latar belakang pendidikannya, pergaulannya, adat istiadatnya, dan lain sebagainya.

Bahasa menurut Ghulayaini (Juz 1, 2000: 7) adalah sebagai berikut :

مھدص قم نع ق لك ھب عي فلا ھ غ لا

/Al-lugatu hiya alfāzun yu’abbiru bihā kullu qaumin ‘an

maqāşidihim/`Bahasa adalah lafal-lafal yang digunakan oleh setiap orang (kaum) dalam menyampaikan kehendak mereka`.

Ditinjau dari segi bentuknya bahasa dapat dibedakan menjadi bahasa lisan dan bahasa tulisan. Menurut Unlenbeck (1980: 9) bahasa lisan tidak hanya percakapan saja, tetapi yang penting juga tanggapannya yakni pengamatan dan interpretasi dari yang dibicarakan, mendengar, atau lebih tepatnya, memahami bahasa. Dua pemahaman bahasa telah menjadi pusat perhatian para ahli bahasa karena sifatnya yang utama itu. Di samping itu ada dua bentuk sejajar yang juga merupakan turunan dari bentuk percakapan dan pemahaman bahasa, yakni menulis dan membaca. Dua bentuk

Kemampuan berbahasa mengacu kepada kemampuan yang berhubungan dengan penggunaan bahasa dalam komunikasi nyata sehari-hari. Dengan kemampuan berbahasa, seseorang dapat mengungkapkan pikiran danisi hatinya kepada orang lain, yang merupakan tujuan pokok penggunaan bahasa sebagai bentuk berkomunikasi. Kemampuan berbahasa mengacu kepada kemampuan yang berhubungan dengan penggunaan bahasa dalam komunikasi nyata sehari-hari. Dengan kemampuan berbahasa, seseorang dapat mengungkapkan pikiran danisi hatinya kepada orang lain, yang merupakan tujuan pokok penggunaan bahasa sebagai suatu bentuk berkomunikasi. Kemampuan berbahasa memungkinkan orang untuk melakukan komunikasi dengan orang lain, terlepas dengan ada tidaknya pengetahuan tentang teori dan seluk beluk bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi itu (Djiwandono, 1986: 1).

Menurut Rosyidi (2009: 62) kemampuan berbahasa secara konvensional dianggap meliputi empat jenis kemampuan. Keempat kemampuan berbahasa itu adalah:

1. Kemampuan menyimak (Istima’), untuk memahami bahasa yang digunakan secara lisan,

2. Kemampuan berbicara (Kalam), untuk mengungkapkan diri secara lisan,

3. Kemampuan membaca (Qira’ah), untuk memahami bahasa yang diungkapkan secara tertulis,

4. Kemampuan menulis (Kitabah), untuk mengungkapkan diri secara tertulis.

Chaer (dalam Hamid 2010:42) mengatakan bahwa bahasa merupakan wujud yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, sehingga daapat dikatakan bahasa adalah milik manusia yang muncul dalam segala aspek dan kegiatan manusia yang muncul dalam segala aspek dan kegiatan manusia. Berbahasa merupakan kegiatan manusia dalam memproduksi dan meresepsi bahasa itu, yang dimulai dari enkode (menyampaikan pesan dalam bentuk lain seperti menyampaikan berita dalam bentuk sandi) semantik dalam otak pembicara dan berujung pada dekode (pengubahan informasi dari bentuk sandi dan sebagainya kedalam bahasa yang dikenal) semantik dalam otak pendengar.

Thua’imah (dalam Hamid 2010: 43) mengatakan bahwa menurut hasil penelitian ahli psikologi, memori manusia terbagi ke dalam dua bagian yaitu memori jangka panjang dan memori jangka pendek. Dari hasil beberapa percobaan, tingkat kemampuan orang dewasa menyimpan melalui indera pendengaran dan tanpa disertai tes terhadap apa yang telah didengar hanya mencapai kurang lebih 20%, sedangkan kemampuan menyimpan memori disertai tes

terhadap apa yang telah didengar mencapai kurang lebih 28%. Seperti halnya hasil penelitian lain, menunjukkan bahwa mahasiswa hanya mampu memahami bagian awal dari suatu pembicaraan yang telah didengar. Artinya kemampuan otak dalam menyimpan memori pendengaran sangat terbatas khususnya tanpa adanya tes untuk menguji daya ingat tersebut.

Hal ini menunjukkan tetap pentingnya pelaksanaan tes mendengar (ikhtibar al-istima’). Tes kemampuan mendengar bahasa Arab sangat penting dilakukan, dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keterampilan siswa dalam mendengar bahasa Arab. Melalui tes ini siswa akan merasa bahwa meskipun tes ini hanya mengukur kemampuan mendengar, tetapi mereka juga tetap membutuhkan penguasaan terhadap unsur bahasa Arab yang lainnya seperti mufradat, qawaid dan ashwat. Penguasaan siswa terhadap kosakata (mufradat) serta tatabahasa (qawa’id) berkontribusi besar dalam membantu siswa dalam mencapai keterampilan mendengar secara maksimal. (Hamid, 2010: 43-44)

Peneliti memilih judul yang berhubungan dengan menyimak karena menyimak merupakan salah satu mata kuliah yang terdapat pada semester I dan II di Departemen Sastra Arab FIB USU. Dengan adanya mata kuliah menyimak tersebut peneliti ingin menganalisis kemampuan menyimak mahasiswa stambuk 2012. Alasan peneliti memilih mahasiswa stambuk 2012 karena mereka baru mengikuti mata kuliah menyimak tersebut. Alasan peneliti ingin mengukur kemampuan menyimak bahasa Arab dengan cara memperdengarkan rekaman suara yang berisi kalimat-kalimat berupa cerita yang diakhiri dengan sebuah pertanyaan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kemampuan mahasiswa dalam menjawab soal tes menyimak. Adapun tes yang diberikan sebanyak 20 yang diambil dari buku كيدي نيب ةيبرعلا/Al’arabiyyatu baina yadaik/ yang setiap soalnya mempunyai pembahasan yang berbeda-beda. soal yang hanya diperdengarkan saja dan mahasiswa menjawab dengan memilih salah satu

dan bab XIV (empat belas) dengan judul ةرمعلا و جحلا/al-hajju wal’umratu/ pelajaran pertama halaman 316 sebanyak 5 soal. Pemilihan judul yang berbeda-beda hanya untuk memperkaya soal saja.

1.2Rumusan Masalah

Agar penelitian ini tidak menyimpang dari pokok bahasan, maka diperlukan adanya batasan masalah yang meliputi :

1. Bagaimana kemampuan mahasiswa Sastra Arab FIB USU stambuk 2012 pada tes kemampuan menyimak?

2. Berapa persentase kesulitan mahasiswa Sastra Arab FIB USU stambuk 2012 dalam melakukan tes kemampuan menyimak?

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui kemampuan Mahasiswa Sastra Arab FIB USU stambuk 2012 pada tes kemampuan menyimak.

2. Untuk mengetahui persentase kesulitan Mahasiswa Sastra Arab FIB USU stambuk 2012 dalam melakukan tes kemampuan menyimak.

1.4Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Meningkatkan pemahaman dan kemampuan seseorang tentang menyimak bahasa Arab dan memberi masukan untuk proses mengajar istima’ di Depertemen Sastra Arab.

2. Untuk menambah daftar referensi bacaan perpustakaan Departemen Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya USU berkaitan menyimak dalam bahasa Arab.

“Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan” (Sugiono, 2010: 2).

1.5.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif yang menggunakan data kuantitatif. Menurut Iskandar, (2009: 61) yaitu penelitian untuk memberikan uraian mengenai fenomena atau gejala sosial yang diteliti dengan mendeskripsikan tentang variabel mandiri.

Sesuai dengan teori yang digunakan dan yang akan diterapkan dalam langkah langkah-langkah metode kerja, peneliti akan memakai kuisioner tes kemampuan dengan data dari buku كيدي نيب تيبرعلا / Al’arabiyyatu baina yadaik/ yang digunakan untuk tes kemampuan terhadap mahasiswa bahasa Arab FIB USU stambuk 2012.

Adapun tahap-tahap yang akan dilakukan penulis yang akan digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Mendata mahasiswa Sastra Arab FIB USU stambuk 2012 yang telah lulusdalam mata kuliah menyimak.

2. Mencetak bahan tes kemampuan menyimak dari buku كيدي نيب ةيبرعلا

/Al’arabiyyatu baina yadaik/ BAB VIII (delapan) pelajaran ke-3 (tiga) dan 4 (empat).

3. Mengumpulkan mahasiswa Sastra Arab FIB USU tahun stambuk 2012 yang sudah terdata untuk mengikuti tes menyimak.

6. Menyusun hasil penelitian secara sistematis yang akan disajikan dalam bentuk skripsi.

1.5.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Departemen Bahasa Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.Waktu yang diberikan kepada mahasiswa Sastra Arab FIB USU dalam menjawab soal tes kemampuan adalah 2 menit.

1.5.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

a. Pengamatan atau Observasi

Menurut Kunandar, (2008: 143) pengamatan atau observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Pengamatan partisipatif dilakukan oleh orang yang terlibat secara aktif dalam proses pelaksanaan tindakan. Pengamatan ini dapat dilaksanakan dengan pedoman pengamatan (format, daftar cek), catatan lapangan, jurnal harian, observasi aktivitas di kelas, penggambaran interaksi dalam kelas, alat perekam elektronik, atau pemetaan kelas. Pengamatan sangat cocok untuk merekam data kualitatif, misalnya perilaku, aktivitas, dan proses lainnya. Catatan lapangan sebagai salah satu wujud dari pengamatan dapat digunakan untuk mencatat data kualitatif, kasus istimewa, atau untuk melukiskan suatu proses.

Tes adalah sejumlah pertanyaan yang disampaikan pada seseorang atau sejumlah orang untuk mengungkapkan keadaan atau tingkat perkembangan salah satu atau beberapa aspek psikologis di dalam dirinya. Aspek psikologis itu dapat berupa prestasi atau hasil belajar, minat, bakat, sikap, kecerdasan, reaksi motorik, dan berbagai aspek kepribadian lainnya (Kunandar, 2008: 186).

c. Metode Dokumentasi

Menurut Arikunto, (2006: 231) metode dekumentasi yaitu mencari data yang diperoleh melalui pengumpulan data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.

1.5.4 Teknik Analisis Data

Untuk memperoleh hasil yang diperlukan, penelitian ini digunakan tes yang berbentuk pilihan berganda sebanyak 20 soal (soal hanya diperdengarkan saja) dengan 3 pilihan jawaban yang ada pada lembar jawaban tes kemampuan.

Hasil tes ini secara umum akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa tersebut sangat baik, baik, sedang atau kurang.. Di dalam Panduan Program Penilaian Kelas (2006: 29) dikatakan bahwa: “Soal bentuk pilihan ganda diberi skor 1(satu) bagi setiap butir jawaban yang benar dan skor 0 (nol) bagi setiap butir soal yang salah”.

Menurut buku Panduan Pengembangan Program Penilaian Kelas yang dikeluarkan Depdiknas tahun 2006 untuk mengetahui tingkat kemampuan dapat digunakan teknik analisis sebagai berikut:

TK = B x 100 contoh perhitungan : TK 17 x 100 = 85 N 20

Dimana : TK : Tingkat Kemampuan B : Jumlah jawaban yang benar N : Jumlah butir soal

Untuk menentukan tingkat kemampuannya, nilai dibuat dalam table range sebagai berikut :

No Nilai Tingkat Kemampuan

1 80-100 Sangat Baik 2 70-79 Baik 3 60-69 Sedang 4 0-59 Kurang            

Menurut Badrujaman dan Hidayat, (2010: 143) untuk menghitung persentase setiap topik masalah dengan rumus :

Jumlah masalah yang dipilih x 100%

20

Konversi % pada klasifikasi sebagai berikut :

0% : Baik

1% - 10% : Cukup Baik

11% - 25% : Cukup

26% - 50% : Kurang

51%-100% : Kurang Sekali

Sesuai dengan keputusan Rektor Universitas Sumatera Utara tentang peraturan akademik program sarjana tahun 2009 keberhasilan prestasi Mahasiswa digolongkan sebagai berikut :

NILAI PRESTASI BOBOT PRESTASI GOLONGAN PRESTASI

A 4,00 Sangat Baik B+ 3,50 Baik B 3,00 Baik C+ 2,50 Cukup C+ 2,00 Cukup D 1,00 Kurang E 0,00 Gagal

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

“Kemampuan menyimak merupakan bagian yang penting dan tidak dapat diabaikan dalam pengajaran berbahasa, terutama bila tujuan penyelenggaraannya adalah penguasaan kemampuan berbahasa selengkapnya.Dalam pengajaran bahasa semacam itu, perkembangan dan tingkat penguasaan kemampuan menyimak perlu dipantau dan diukur melalui penyelenggaraan tes menyimak” (Djiwandono, 1996: 55).

Tarigan 1986: 28 mengatakan bahwa menyimak adalah adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran ataupun bahasa lisan Tujuan umum dalam menyimak adalah untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang hendak disampaikan sang pembicara melalui ujaran. Di samping tujuan umum tersebut terdapat pula tujuan khusus, yang menyebabkan aneka ragam dalam menyimak, ragam dalam menyimak itu, yaitu:

A. Menyimak Ekstensif

Menyimak ekstensif (extensive listening) adalah sejenis kegiatan menyimak yang mengenai hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas terhadap suatu ujaran, tidak perlu di bawah bimbingan langsung dari seorang guru (Tarigan 1986: 35). Menurut KBBI ekstensif ialah bersifat menjangkau secara luas (http://kbbi.web.id/, diakses 7 september 2013).

Broughton (dalam Tarigan 1986: 37) mengatakan bahwa guru sendiri merupakan sumber modal dalam bercerita. Karena salah satu dari tujuan menyimak ekstensif adalah menyajikan kembali bahan lama dengan cara baru, maka kerap kali baik sekali bila hal ini dilakukan dengan pertolongan pita-pita otentik yang merekam pembicaraan dalam masyarakat. Yang jauh lebih efektif serta meyakinkan adalah kutipan-kutipan dari ujaran yang nyata dan hidup. Pada umumnya, sumber yang paling baik bagi berbagai aspek menyimak ekstensif adalah rekaman-rekaman yang dibuat oleh guru sendiri karena dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan yang hendak dicapai. Rekaman-rekaman tersebut dapat memanfaatkan berbagai sumber, seperti dari siaran radio dan televisi.

Dawson (dalam Tarigan 1980: 37-38) membagi menyimak ekstensif terdiri atas :

a. Menyimak sosial (social listening) atau menyimak konversasional (conversational listening) ataupun menyimak sopan (courteous listening) biasanya berlangsung dalam situasi-situasi sosial tempat orang-orang mengobrol atau bercengkrama mengenai hal-hal yang menarik perhatian semua orang yang hadir dan saling mendengarkan satu sama lain untuk membuat response-responsiyang wajar terhadap apa-apa yang dikemukakan. Contoh : Menyimak secara sopan santun dengan penuh perhatian terhadap suatu percakapan dalam situasi sosial agar mendapatkan informasi yang dimaksud.

b. Menyimak sekunder (secondary listening) adalah sejenis menyimak secara kebetulan (casual listening) dan secara ekstensif (extensive listening).Contoh : menyimak pada musik yang mengiringi ritme atau tarian-tarian rakyat di sekolah dan pada acara-acara radio yang terdengar sayup-sayup sementara kita menulis surat pada seorang teman di rumah.

c. Menyimak estetik (aesthetic listening) ataupun yang disebut menyimak apresiatif (apprecional listening) adalah fase terakhir dari kegiatan menyimak kebetulan. Contoh : Menyimak musik, puisi, pembacaan bersama, atau drama radio dan rekaman-rekaman. d. Menyimak pasif adalah penyerapan suatu ujaran tanpa upaya sadar

yang biasanya menandai upaya-upaya kita pada saat belajar dengan kurang teliti, tergesa-gesa, menghapal luar kepala, berlatih santai, serta menguasai sesuatu bahasa. Sebenarnya otak kita bukan main aktifnya dalam mendaftarkan bunyi-bunyi, bau-bauan, dan bentuk-bentuk, rupa-rupa, walaupun pada saat kita tidur nyenyak.

B. Menyimak Intensif

Kalau menyimak ekstensif lebih diarahkan pada kegiatan menyimak secara lebih bebas dan lebih umum serta tidak perlu di bawah bimbingan para guru, maka menyimak intensif diarahkan pada suatu kegiatan yang jauh lebih diawasi, dikontrol terhadap satu hal tertentu (Tarigan 1986: 40). Menurut KBBI intensif ialah secara sungguh-sungguh dan terus-menerus dulu mengerjakan sesuatu hingga memperoleh hasil yang maksimal (http://kbbi.web.id/diakses 7 september 2013).

a. Menyimak kritis (critical listening) adalah sejenis kegiatan menyimak yang berupa untuk mencari kesalahan atau kekeliruan bahkan juga butir-butir yang baik dan benar dari ujaran seorang pembicara, dengan alasan-alasan yang kuat yang dapat diterima oleh akal sehat. Pada umumnya menyimak kritis lebih cenderung meneliti di mana letak kekurangan, kekeliruan, ketidaktelitian yang terdapat dalam ujaran atau pembicaraan seseorang. Anderson (1972:70) dalam Tarigan (1980: 43) kegiatan-kegiatan yang masuk dalam menyimak kritis yaitu:

 Memperhatikan kebiasaan-kebiasaan ujaran yang tepat, kata, pemakaian kata, dan unsur kalimatnya.

 Menentukan alasan “mengapa”.

 Memahami aneka makna petunjuk konteks.

 Membedakan fakta dari fantasi, yang relavan dari yang tidak relavan.

 Membuat keputusan-keputusan.

 Menemukan jawaban bagi masalah tertentu.

 Menentukan mana informasi baru atau informasi tambahan bagi suatu topik.

 Menafsirkan, menginterpretasikan ungkapan, idiom, dan bahasa yang belum, belum lazim dipakai.

 Bertindak objektif dan evaluatif untuk menentukan keaslian, kekurangtelitian serta kekeliruan.

b. Menyimak konsentratif (consentrative listening) sering juga disebut a study-type listening atau menyimak yang merupakan sejenis telaah. Kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam menyimak konsentratif ini adalah:

 Mengikuti petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam pembicaraan.

 Mencari dan merasakan hubungan-hubungan, seperti kelas, tempat, kualitas, waktu, urutan serta sebab-akibat.

 Mendapatkan atau memperoleh data butir-butir informasi tertentu.

 Memperoleh pemahaman dan pengertian yang mendalam.

 Merasakan serta menghayati ide-ide sang pembicara, sasaran maupun pengorganisasiannya.

 Memahami urutan-urutan ide-ide sang pembicara.

 Mencari dan mencatat fakta-fakta penting.

c. Menyimak kreatif (creative listening) adalah sejenis kegiatan dalam menyimak yang dapat mengakibatkan kesenangan rekonstruksi imajinatif para penyimak terhadap bunyi, penglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan kinestetik yang disarankan atau dirangsang oleh apa-apa yang disimaknya (Dawson 1963:153 dalam Tarigan 1986: 46). Anderson (1972:70) dalam Tarigan (1980: 46) mengungkapkan kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam menyimak kreatif yaitu:

 Menghubungkan atau mengasosiasikan makna-makna dengan segala jenis pengalaman menyimak.

 Membangun atau merekonstruksikan imaji-imaji visual dengan baik, sementara menyimak.

 Menyesuaikan atau mengadaptasikan imaji dengan pikiran imajinatif untuk menciptakan karya baru dalam tulisan, lukisan dan pementasan.

 Mencapai penyelesaian atau pemecahan masalah-masalah sekaligus memeriksa dan menguji hasil-hasil pemecahan atau penyelesaian tersebut.

d. Menyimak eksploratif, meyimak yang bersifat menyelidik atau exploratory listening adalah sejenis kegiatan menyimak intensif dengan maksud dan tujuan menyelidiki sesuatu lebih terarah dan lebih sempit. Dalam kegiatan menyimak seperti ini sang penyimak menyiagakan perhatiannya untuk menjelajahi serta menemukan:

 Hal-hal baru yang menarik perhatian

 Informasi tambahan mengenai suatu topik

 Isyu, pergunjingan, atau buah mulut yang menarik.

e. Menyimak interogatif (interrogative listening) adalah sejenis kegiatan menyimak intensif yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dan pemilihan butir-butir dari ujaran sang pembicara, karena sang penyimak akan mengajukan sebanyak pertanyaan. Dalam kegiatan menyimak interogatif ini sang penyimak mempersempit serta mengarahkan perhatiannya pada pemerolehan informasi dengan cara menginterogasi atau menanyai sang pembicara (Dawson 1963: 153 dalam Tarigan 1986: 48).

f. Merdhana (1987: 32) menyatakan bahwa menyimak selektif (selective listening) adalah menyimak suatu wacana yang disertai dengan seleksi tertentu terhadap kebahasaannya di samping terhadap isi pesan itu. Dalam menyimak selektif penyimak mungkin berhadapan dengan pesan-pesan yang tidak perlu.

Penelitian ini termasuk dalam salah satu kategori menyimak intensif yaitu menyimak konsentratif (consentrative listening) yang dikemukakan Tarigan sebagaimana tertera pada halaman 7-8.

Salah satu soal dalam penelitian adalah sebagai berikut :

. س لا لا يتخ ببجأ مث ,ل جلا لٳع تسا

/istami’ ilal jumali, śumma ajib bi ikhtiyār kalimatil munāsibati/ `Dengarkan

Dokumen terkait