• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Meningkatkan pemahaman dan kemampuan seseorang tentang menyimak bahasa Arab dan memberi masukan untuk proses mengajar istima’ di Depertemen Sastra Arab.

“Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan” (Sugiono, 2010: 2).

1.5.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif yang menggunakan data kuantitatif. Menurut Iskandar, (2009: 61) yaitu penelitian untuk memberikan uraian mengenai fenomena atau gejala sosial yang diteliti dengan mendeskripsikan tentang variabel mandiri.

Sesuai dengan teori yang digunakan dan yang akan diterapkan dalam langkah langkah-langkah metode kerja, peneliti akan memakai kuisioner tes kemampuan dengan data dari buku كيدي نيب تيبرعلا / Al’arabiyyatu baina yadaik/ yang digunakan untuk tes kemampuan terhadap mahasiswa bahasa Arab FIB USU stambuk 2012.

Adapun tahap-tahap yang akan dilakukan penulis yang akan digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Mendata mahasiswa Sastra Arab FIB USU stambuk 2012 yang telah lulusdalam mata kuliah menyimak.

2. Mencetak bahan tes kemampuan menyimak dari buku كيدي نيب ةيبرعلا

/Al’arabiyyatu baina yadaik/ BAB VIII (delapan) pelajaran ke-3 (tiga) dan 4 (empat).

3. Mengumpulkan mahasiswa Sastra Arab FIB USU tahun stambuk 2012 yang sudah terdata untuk mengikuti tes menyimak.

4. Membagikan kertas tes kemampuan kepada para mahasiswa yang mengikuti mata kuliah menyimak dimana para mahasiswa akan menjawab pertanyaan yang telah diperdengarkan pada kertas jawaban yang telah disediakan.

5. Mengumpulkan kertas tes kemapuan dan menganalis data yang diperoleh.

6. Menyusun hasil penelitian secara sistematis yang akan disajikan dalam bentuk skripsi.

1.5.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Departemen Bahasa Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.Waktu yang diberikan kepada mahasiswa Sastra Arab FIB USU dalam menjawab soal tes kemampuan adalah 2 menit.

1.5.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

a. Pengamatan atau Observasi

Menurut Kunandar, (2008: 143) pengamatan atau observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Pengamatan partisipatif dilakukan oleh orang yang terlibat secara aktif dalam proses pelaksanaan tindakan. Pengamatan ini dapat dilaksanakan dengan pedoman pengamatan (format, daftar cek), catatan lapangan, jurnal harian, observasi aktivitas di kelas, penggambaran interaksi dalam kelas, alat perekam elektronik, atau pemetaan kelas. Pengamatan sangat cocok untuk merekam data kualitatif, misalnya perilaku, aktivitas, dan proses lainnya. Catatan lapangan sebagai salah satu wujud dari pengamatan dapat digunakan untuk mencatat data kualitatif, kasus istimewa, atau untuk melukiskan suatu proses.

Tes adalah sejumlah pertanyaan yang disampaikan pada seseorang atau sejumlah orang untuk mengungkapkan keadaan atau tingkat perkembangan salah satu atau beberapa aspek psikologis di dalam dirinya. Aspek psikologis itu dapat berupa prestasi atau hasil belajar, minat, bakat, sikap, kecerdasan, reaksi motorik, dan berbagai aspek kepribadian lainnya (Kunandar, 2008: 186).

c. Metode Dokumentasi

Menurut Arikunto, (2006: 231) metode dekumentasi yaitu mencari data yang diperoleh melalui pengumpulan data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.

1.5.4 Teknik Analisis Data

Untuk memperoleh hasil yang diperlukan, penelitian ini digunakan tes yang berbentuk pilihan berganda sebanyak 20 soal (soal hanya diperdengarkan saja) dengan 3 pilihan jawaban yang ada pada lembar jawaban tes kemampuan.

Hasil tes ini secara umum akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa tersebut sangat baik, baik, sedang atau kurang.. Di dalam Panduan Program Penilaian Kelas (2006: 29) dikatakan bahwa: “Soal bentuk pilihan ganda diberi skor 1(satu) bagi setiap butir jawaban yang benar dan skor 0 (nol) bagi setiap butir soal yang salah”.

Menurut buku Panduan Pengembangan Program Penilaian Kelas yang dikeluarkan Depdiknas tahun 2006 untuk mengetahui tingkat kemampuan dapat digunakan teknik analisis sebagai berikut:

TK = B x 100 contoh perhitungan : TK 17 x 100 = 85 N 20

Dimana : TK : Tingkat Kemampuan B : Jumlah jawaban yang benar N : Jumlah butir soal

Untuk menentukan tingkat kemampuannya, nilai dibuat dalam table range sebagai berikut :

No Nilai Tingkat Kemampuan

1 80-100 Sangat Baik 2 70-79 Baik 3 60-69 Sedang 4 0-59 Kurang        

Menurut Badrujaman dan Hidayat, (2010: 143) untuk menghitung persentase setiap topik masalah dengan rumus :

Jumlah masalah yang dipilih x 100%

20

Konversi % pada klasifikasi sebagai berikut :

0% : Baik

1% - 10% : Cukup Baik

11% - 25% : Cukup

26% - 50% : Kurang

51%-100% : Kurang Sekali

Sesuai dengan keputusan Rektor Universitas Sumatera Utara tentang peraturan akademik program sarjana tahun 2009 keberhasilan prestasi Mahasiswa digolongkan sebagai berikut :

NILAI PRESTASI BOBOT PRESTASI GOLONGAN PRESTASI

A 4,00 Sangat Baik B+ 3,50 Baik B 3,00 Baik C+ 2,50 Cukup C+ 2,00 Cukup D 1,00 Kurang E 0,00 Gagal    

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

“Kemampuan menyimak merupakan bagian yang penting dan tidak dapat diabaikan dalam pengajaran berbahasa, terutama bila tujuan penyelenggaraannya adalah penguasaan kemampuan berbahasa selengkapnya.Dalam pengajaran bahasa semacam itu, perkembangan dan tingkat penguasaan kemampuan menyimak perlu dipantau dan diukur melalui penyelenggaraan tes menyimak” (Djiwandono, 1996: 55).

Tarigan 1986: 28 mengatakan bahwa menyimak adalah adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran ataupun bahasa lisan Tujuan umum dalam menyimak adalah untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang hendak disampaikan sang pembicara melalui ujaran. Di samping tujuan umum tersebut terdapat pula tujuan khusus, yang menyebabkan aneka ragam dalam menyimak, ragam dalam menyimak itu, yaitu:

A. Menyimak Ekstensif

Menyimak ekstensif (extensive listening) adalah sejenis kegiatan menyimak yang mengenai hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas terhadap suatu ujaran, tidak perlu di bawah bimbingan langsung dari seorang guru (Tarigan 1986: 35). Menurut KBBI ekstensif ialah bersifat menjangkau secara luas (http://kbbi.web.id/, diakses 7 september 2013).

Broughton (dalam Tarigan 1986: 37) mengatakan bahwa guru sendiri merupakan sumber modal dalam bercerita. Karena salah satu dari tujuan menyimak ekstensif adalah menyajikan kembali bahan lama dengan cara baru, maka kerap kali baik sekali bila hal ini dilakukan dengan pertolongan pita-pita otentik yang merekam pembicaraan dalam masyarakat. Yang jauh lebih efektif serta meyakinkan adalah kutipan-kutipan dari ujaran yang nyata dan hidup. Pada umumnya, sumber yang paling baik bagi berbagai

Dawson (dalam Tarigan 1980: 37-38) membagi menyimak ekstensif terdiri atas :

a. Menyimak sosial (social listening) atau menyimak konversasional (conversational listening) ataupun menyimak sopan (courteous listening) biasanya berlangsung dalam situasi-situasi sosial tempat orang-orang mengobrol atau bercengkrama mengenai hal-hal yang menarik perhatian semua orang yang hadir dan saling mendengarkan satu sama lain untuk membuat response-responsiyang wajar terhadap apa-apa yang dikemukakan. Contoh : Menyimak secara sopan santun dengan penuh perhatian terhadap suatu percakapan dalam situasi sosial agar mendapatkan informasi yang dimaksud.

b. Menyimak sekunder (secondary listening) adalah sejenis menyimak secara kebetulan (casual listening) dan secara ekstensif (extensive listening).Contoh : menyimak pada musik yang mengiringi ritme atau tarian-tarian rakyat di sekolah dan pada acara-acara radio yang terdengar sayup-sayup sementara kita menulis surat pada seorang teman di rumah.

c. Menyimak estetik (aesthetic listening) ataupun yang disebut menyimak apresiatif (apprecional listening) adalah fase terakhir dari kegiatan menyimak kebetulan. Contoh : Menyimak musik, puisi, pembacaan bersama, atau drama radio dan rekaman-rekaman. d. Menyimak pasif adalah penyerapan suatu ujaran tanpa upaya sadar

yang biasanya menandai upaya-upaya kita pada saat belajar dengan kurang teliti, tergesa-gesa, menghapal luar kepala, berlatih santai, serta menguasai sesuatu bahasa. Sebenarnya otak kita bukan main aktifnya dalam mendaftarkan bunyi-bunyi, bau-bauan, dan bentuk-bentuk, rupa-rupa, walaupun pada saat kita tidur nyenyak.

B. Menyimak Intensif

Kalau menyimak ekstensif lebih diarahkan pada kegiatan menyimak secara lebih bebas dan lebih umum serta tidak perlu di bawah bimbingan para guru, maka menyimak intensif diarahkan pada suatu kegiatan yang jauh lebih diawasi, dikontrol terhadap satu hal tertentu (Tarigan 1986: 40). Menurut KBBI intensif ialah secara sungguh-sungguh dan terus-menerus dulu mengerjakan sesuatu hingga memperoleh hasil yang maksimal (http://kbbi.web.id/diakses 7 september 2013).

Tarigan (1980: 42-53) mengemukakan jenis-jenis menyimak yang termasuk kedalam menyimak intensif ini adalah menyimak kritis, menyimak konsentratif, menyimak kreatif, menyimak eksploratif, menyimak interogatif, dan menyimak selektif; dan akan diperbincangkan satu per satu berikut ini:

a. Menyimak kritis (critical listening) adalah sejenis kegiatan menyimak yang berupa untuk mencari kesalahan atau kekeliruan bahkan juga butir-butir yang baik dan benar dari ujaran seorang pembicara, dengan alasan-alasan yang kuat yang dapat diterima oleh akal sehat. Pada umumnya menyimak kritis lebih cenderung meneliti di mana letak kekurangan, kekeliruan, ketidaktelitian yang terdapat dalam ujaran atau pembicaraan seseorang. Anderson (1972:70) dalam Tarigan (1980: 43) kegiatan-kegiatan yang masuk dalam menyimak kritis yaitu:

 Memperhatikan kebiasaan-kebiasaan ujaran yang tepat, kata, pemakaian kata, dan unsur kalimatnya.

 Menentukan alasan “mengapa”.

 Memahami aneka makna petunjuk konteks.

 Membedakan fakta dari fantasi, yang relavan dari yang tidak relavan.

 Membuat keputusan-keputusan.

 Menemukan jawaban bagi masalah tertentu.

 Menentukan mana informasi baru atau informasi tambahan bagi suatu topik.

 Menafsirkan, menginterpretasikan ungkapan, idiom, dan bahasa yang belum, belum lazim dipakai.

 Bertindak objektif dan evaluatif untuk menentukan keaslian, kekurangtelitian serta kekeliruan.

b. Menyimak konsentratif (consentrative listening) sering juga disebut a study-type listening atau menyimak yang merupakan sejenis telaah. Kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam menyimak konsentratif ini adalah:

 Mengikuti petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam pembicaraan.

 Mencari dan merasakan hubungan-hubungan, seperti kelas, tempat, kualitas, waktu, urutan serta sebab-akibat.

 Mendapatkan atau memperoleh data butir-butir informasi tertentu.

 Memperoleh pemahaman dan pengertian yang mendalam.

 Merasakan serta menghayati ide-ide sang pembicara, sasaran maupun pengorganisasiannya.

 Memahami urutan-urutan ide-ide sang pembicara.

 Mencari dan mencatat fakta-fakta penting.

c. Menyimak kreatif (creative listening) adalah sejenis kegiatan dalam menyimak yang dapat mengakibatkan kesenangan rekonstruksi imajinatif para penyimak terhadap bunyi, penglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan kinestetik yang disarankan atau dirangsang

 Membangun atau merekonstruksikan imaji-imaji visual dengan baik, sementara menyimak.

 Menyesuaikan atau mengadaptasikan imaji dengan pikiran imajinatif untuk menciptakan karya baru dalam tulisan, lukisan dan pementasan.

 Mencapai penyelesaian atau pemecahan masalah-masalah sekaligus memeriksa dan menguji hasil-hasil pemecahan atau penyelesaian tersebut.

d. Menyimak eksploratif, meyimak yang bersifat menyelidik atau exploratory listening adalah sejenis kegiatan menyimak intensif dengan maksud dan tujuan menyelidiki sesuatu lebih terarah dan lebih sempit. Dalam kegiatan menyimak seperti ini sang penyimak menyiagakan perhatiannya untuk menjelajahi serta menemukan:

 Hal-hal baru yang menarik perhatian

 Informasi tambahan mengenai suatu topik

 Isyu, pergunjingan, atau buah mulut yang menarik.

e. Menyimak interogatif (interrogative listening) adalah sejenis kegiatan menyimak intensif yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dan pemilihan butir-butir dari ujaran sang pembicara, karena sang penyimak akan mengajukan sebanyak pertanyaan. Dalam kegiatan menyimak interogatif ini sang penyimak mempersempit serta mengarahkan perhatiannya pada pemerolehan informasi dengan cara menginterogasi atau menanyai sang pembicara (Dawson 1963: 153 dalam Tarigan 1986: 48).

f. Merdhana (1987: 32) menyatakan bahwa menyimak selektif (selective listening) adalah menyimak suatu wacana yang disertai dengan seleksi tertentu terhadap kebahasaannya di samping terhadap isi pesan itu. Dalam menyimak selektif penyimak mungkin berhadapan dengan pesan-pesan yang tidak perlu.

Penelitian ini termasuk dalam salah satu kategori menyimak intensif yaitu menyimak konsentratif (consentrative listening) yang dikemukakan Tarigan sebagaimana tertera pada halaman 7-8.

Salah satu soal dalam penelitian adalah sebagai berikut :

. س لا لا يتخ ببجأ مث ,ل جلا لٳع تسا

/istami’ ilal jumali, śumma ajib bi ikhtiyār kalimatil munāsibati/ `Dengarkan kalimat berikut, kemudian jawab dan pilihlah jawaban yang sesuai`.

`dua burung` /aṭṭayarāni/

ا ي لا-أ -

`bangunan` /alhandasatu/

سد ھلا

`dokter` /aṭṭib/

ب لا

-`ilmu-ilmu' /al’ulumu/

علا-أ

`apotek` /aṣṣaydalatu/

لديصلا

`pendidikan` /attarbiyatu/

يب تلا-

Dalam tes ini peneliti mengambil salah satu contoh soal dari BAB VIII (delapan) pelajaran ke-4 (empat) dalam buku كيدي نيب ةيبرعلا /Al’arabiyyatu baina yadaik/ kemudian dibuat dalam bentuk kuisioner. Dan soal hanya diperdengarkan saja. Kemudian mahasiswa yang mengikuti tes memilih salah satu jawaban yang benar, lalu dari ketiga pilihan jawaban yang sudah ada di lembar jawaban, mahasiswa memilih dengan cara melingkarinya. Dari tes di atas jawaban yang benar adalah nomor 1(satu) C dan nomor 2(dua) C.

Khaliq dalam Hamid (2010: 44-47) membagi tes kemampuan mendengar bahasa Arab menjadi dua bagian yaitu: tes bunyi bahasa (Ikhtibar al-Ashwat) dan tes memahami teks yang didengar (fahm al-masmu’). Berikut ini beberapa bentuk tes yang dapat digunakan dalam mengukur kemampuan mendengar bahasa Arab.

a) Menyimak dan membaca (al-istima’ wa al-qiraah)

Di sini mahasiswa diminta untuk menjawab pertanyaan yang diperdengarkan dengan memilih salah satu jawaban yang dibaca pada lembar jawaban. Sebagai contoh, seorang dosen membacakan pertanyaan dan para mahasiswa mendengarkannya, kemudian para mahasiswa diminta untuk menjawabnya dengan cara memilih jawaban yang benar dari jawaban-jawaban yang telah disediakan pada lembar jawaban yang dapat mereka baca. Seperti pada contoh berikut:

Dosen membacakan pertanyaan berikut:

...ي عت علا ھ : " يعأايفين ھتلا س لا تي

/yatabādalul muslimūnattahānī fīl a’yādi : hażihil ‘ibārati ta’niy…/ `para muslim bergantian mengucapkan selamat Idul Fitri : ungkapan ini…`

Pertanyaan tersebut tidak tertulis dalam lembar jawaban mahasiswa, hanya diperdengarkan saja. Sedangkan pilihan jawaban tertulis pada lembar jawaban kemudian mahasiswa diminta untuk membacanya dan menjawabnya.

أ

خآ لامھ ملك س لائ ھي

a./yahni`ul muslimūna kulla minhum lil ākhiri/ `orang-orang muslim mengucapkan selamat satu sama lain`

-م س لا خأ م س لادع سي

b./yusā`idul muslimu akhāhul muslimi/ `seorang muslim hendaknya

menolong saudara sesama muslim`.

-يحتلام س لاهيخأ ع م س لايق ي

c. /yalqī al- muslimu ‘ala akhīḥi muslimi attaḥiyyati/ `setiap muslim

saling mengucapkan salam diantara muslim`

Demikian juga dengan pertanyaan berikut ini: Dosen membacakan pertanyaan berikut:

لٳ ع ثيدحلاا ھ يف ."ءاودلاهل نا اٳءا ﷲ نا م" : س لا ق

...

/qālarrasūlu :“mā anzalallāḥu dā’a illā anzalalaḥu dawā’a”. fī

Pertanyaan tersebut tidak tertulis dalam lembar jawaban mahasiswa, hanya diperdengarkan saja. Sedangkan pilihan jawaban tertulis dalam lembar jawaban kemudian mahasiswa diminta untuk membacanya dan menjawabnya.

أ

-ءادلانعثح لا

a. /albaḥśu ‘anid dā’i / `pembahasan tentang penyakit

-لانعثح لا

فشتس

b./albaḥśu ‘anid mustasyfa/ `pembahasan tentang rumah sakit`

-ءاودلانعثح لا

c. /albaḥśu ‘anil dawā’i / `pembahasan tentang obat`

Dosen membacakan pertanyaan berikut:

وأيھف ,ني س لاد ع ي ع ل م دق ل"

سمو ,نيت قلا ل

... دقلا ن م حض ت علا ھ ." س لا

/”lilqudsi manzilatun ‘aẓīmatun ‘indal muslimīna, fahiya aw lal qibalataini, wamasrā arrasūli”ḥażihil ‘ibāratu tuwaḍḍiḥu makānatal qudsi../ `Al-qudsi adalah sebuah tempat suci bagi kaum muslimin dan merupakan kiblat yang pertama seperti yang disampaikan Rasul SAW : “ini (Al-qudsi tempat yang begitu suci..`

Pertanyaan tersebut tidak tertulis dalam lembar jawaban mahasiswa, hanya diperdengarkan saja. Sedangkan pilihan jawaban tertulis dalam lembar jawaban dan mahasiswa diminta untuk membacanya dan kemudian menjawabnya.

`agama` /addiniyatu/

ي يدلا -أ

`sejarah` /attārikhiyyatu/

ي ي تلا-

`para pedagang` /attijāriyyatu/

ي جتلا

-b). Dikte dan menyimak (al-imla wa al-istima)

Di sini mahasiswa diminta untuk mendengarkan sebuah teks bahasa Arab, kemudian didiktekan dengan dua atau satu kali pengulangan dan mahasiswa diminta untuk menulis apa yang didengar. Sebenarnya model ini lebih menekankan atas latihan mahasiswa untuk membedakan huruf-huruf yang pengucapan dan pelafalannya serupa dan mirip. Teks yang didiktekan bisa diambilkan dari ayat-ayat al-Quran, atau dari teks lain yang berbahasa Arab yang sesuai dengan materi yang akan diujikan.

c). Menyimak dan ingatan (al-istima wa al-dzakirah)

Pada jenis ini mahasiswa diminta untuk mendengarkan sebuah teks yang dibacakan oleh seorang dosen atau melalui tape kemudian mahasiswa diminta untuk menulis kembali teks tersebut dengan menggunakan redaksi atau bahasa mahasiswa. Tujuan tes jenis ini adalah mengukur kemampuan mahasiswa dalam memahami teks yang diperdengarkan dan daya ingat siswa.

Seperti pada contoh berikut:

ا ص ماععض مث آ قلا و ن ض لاتحت قفلا ھ ع تسا

ء خ وأ

/istami’ hażihil fiqrata taḥtal mauđū’i nuzūlul qur’āni şumma ḍa’ ‘alāmata şawābin aw khaṭa’in/ `dengarkan pokok pikiran pada judul turunnya Al-Qur’an kemudian beri tanda benar atau salah`.

ِدقلا يليف آ قلا ن

...

/nuzila al- qurānu fī lailatil qadri/ `diturunkan al-quran pada lailatil qadar`.

-م وأ يف آ قلا ن

...

/nuzila al- qur ānu fī awwali ramāḍāna/ `diturunkan al-quran pada awal ramadhan`.

ي فلأنم يخ دقلا يل

...

/lailatul qadri khairun min alfi yawmin/ `lailatil qadar lebih baik dari seribu hari`.

-م يايف دقلا يل

...

/lailatul qadri fī ayyati ramaḍāna/ `lailatil qadar berada pada bulan ramadhan`.

-دقلا يل لٳ ج ح يف لاسيل

...

/laisannāsu fīḥājati ilā lailatil qadri/ `bukanlah dari manusia kecuali mereka memiliki hajat (keinginan) di malam lailatul qadar`.

d) Mengidentifikasi bunyi

Mahasiswa diminta untuk mendengarkan dan mengidentifikasi bunyi bahasa tertentu yang ditentukan, seperti pada contoh berikut:

:أ قامثع تسا

/istami’ śumma iqra’/ `dengarkan kemudian bacalah`.

لدع دھ ش

/syāhidun ‘adilun/ `kesaksian yang adil`

ا

هلل ليبس يف

/fī sabīlillāḥi/ `di jalan Allah`    

قح دھ ش

/shāhidun ḥaqqun/ `kesaksian yang benar`       

 

قحلا ليبس يف

/fī sabīlil ḥaqqi/ `di jalan yang benar`

روز دح ش

/syāḥidun zaurin/ `kesaksian palsu`

    ماسٳا ليبس يف

/fī sabīlil islāmi/ `di jalan keselamatan`

 

e) Membedakan bunyi yang mirip

Mahasiswa diminta untuk mendengarkan rangkaian kalimat atau paragraf kemudian mahasiswa diminta untuk membedakan dua kata atau lebih yang memiliki bunyi yang mirip seperti pada contoh berikut.

:ف ت م وأهب شتم لقمث ع تسا

/istami’ śumma qabla mutasyābihu aw mukhtalifu/ `Dengarkan kemudian sebutkan sama atau berbeda`.

`pembantu` /khādimun/

خ

`ahli` /khabīrun/

ي خ

`hari` /yaumun/

ي

`aib` /’aibun

/بيع

`tambahan` /nā’ibun /

بئ ن

`orang yang memuji` /ḥamidun/

دم ح

`orang yang bergembira` /ḥabīrun/

ي ح

`tidur` /naumun/

ن

`tidak ada` /ghaybun/

بيغ

`orang yang bertaubat` /tā’iban/

بئ ت

f) Mengungkapkan kembali

Mahasiswa diminta untuk mendengarkan teks tertentu kemudian diminta mengungkapkan kembali apa yang telah diperdengarkan dengan bahasa mereka sendiri seperti contoh berikut:

: ھع ستيتلا علابتكا

/uktubul ‘ibāratallatī tasma’uhā/ `tulislah ungkapan yang kamu dengar`. -... -... -... ...

“Dari contoh tes mengukur kemampuan mendengar bahasa Arab di atas yang sering digunakan adalah jenis mendengarkan teks; baik berupa teks narasi atau teks dialog, kemudian mahasiswa diminta untuk menjawab pertanyaan yang akan mengukur kemampuan memahami teks yang didengarkannya. Alat ukur atau tes yang digunakan adalah jenis tes obyektif (shahih am khata, al-ikhtiyar min mutaddid, takmillah, dan lain-lainnya)” (Hamid, 2010: 47).

“Penggunaan tes obyektif untuk mengukur kemampuan mendengar bahasa Arab didasarkan pada kriteria tes yang baik yaitu validitas tes. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa tes dapat dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Agar kemampuan mahasiswa terukur dalam memahami teks yang didengarkannya, maka mahasiswa diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan teks tersebut melalui jawaban benar salah atau pilihan ganda, atau isian singkat” (Hamid, 2010: 48).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan salah satu jenis tes menyimak yang telah dikemukakan oleh Khaliq (dalam Hamid 2010: 44-47) yaitu mendengar dan membaca (al-istima’ wa al-qiraah). Di sini mahasiswa diminta untuk menjawab pertanyaan yang diperdengarkan dengan memilih salah satu jawaban yang dibaca pada lembar jawaban. Sebagai contoh, seorang dosen membacakan pertanyaan dan para mahasiswa mendengarkannya, kemudian para mahasiswa diminta untuk menjawabnya dengan cara memilih jawaban yang benar dari jawaban-jawaban yang telah disediakan pada lembar jawaban yang dapat mereka baca.

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Sejarah Singkat Departemen Sastra Arab

Departemen Sastra Arab dimulai dengan didirikannya pada tahun 1980 dengan status jurusan Bahasa Arab di bawah ketua dan Sekretaris jurusan Drs. H.T.Thabrani Harumy, L.c. dan Drs.H.Khairuddin Rangkuti.

Para staf pengajar pada awal mula berdiri yaitu terdiri dari dosen luar biasa yang direngkrut dari berbagai bidang disiplin ilmu yang berstatus alumni Timur Tengah. Mereka itu antara lain : Drs. Usman Serawi, M.A (Lc dari madinah), Chalik Massidin, M.A (alumni Baghdad Irak), Prof. DR H.Hasbballah Thaib, M.A tamatan dari Libia (1980-1990), DR. Sanusi Ahmad, M.A tamatan baghdad Irak (1980-1985), DR. Maimun Aqsha Lubis, Lc tamatan Madinah Saudia Arabia (1983-1985), DR. Ramli Wahid Simangunsong, M.A Madinah Saudi Arabia.

Pada tahun 1982 staf pengajar di program studi diangkat dosen tetap antara lain : Drs. Suwarto, M.Hum, Drs. Ibnu Santoso, M.Hum, (pindah tahun 1993 ke IKIP Yogyakarta), Drs. Sofyan (pindah pada tahun 1988 ke Unisba Bandung), Drs. Soleh (pindah tahun 1984 ke Pemda Bandung), Drs. Amir Ma’ruf, M.Hum (pindah tahun 1985).

Pada tahun 1984/1985 sesuai dengan SK. Dirjen DIKTI No.131/DIKTI/Kep.1984 Jurusan ini berubah status menjadi program studi bahasa Arab. Pada tahun 1987 status program studi ini kemudian diperbaharui dengan turunnya SK Dirjen DIKTI No.208/DIKTI/Kep.1996 tanggal 11 Juli 1986 dan berlaku sampai dengan saat ini.

Dalam perkembangannya Ketua Program Studi/Departemen telah dipimpin sejumlah 13 orang yang terdiri dari : Drs.H.T.Thabrani Harumy; Prof.T.Amin Ridwan, Ph.d; Dra. Hj. Masindan; Drs. Khairuddin Rangkuti; Prof. DR. H. Marjuni Rangkuti, M.A; Drs. Suwarto, M.Hum; Chalik Massidin, M.A;

Dra. Khairina Nst, M.S; Drs. Muhammad Syahnan, M.Ag; Dra. Rahlina Muskar, M.Hum; Drs. Aminullah, M.A, Ph.d; Dra. Khairawati, M.A., Ph.D; Dra. Pujiati, M.Soc.Sc., Ph.D. Demikian juga dengan Sekretaris Program Studi/Departemen berjumlah 11 orang yaitu : Drs. Khairuddin Rangkuti; Drs. Suwarto, M.Hum; Drs. Usman Serawi, M.A; Drs. Mahmud Khudri, M.Hum; Drs. Muhammad Syahnan; Drs. Bahrum Saleh Saragih, M.Ag; Dra. Khairina Nst, M.S; Dra Nursukma Suri, M.Ag; Dra. Rahlina Muskar Nst, M.Hum; Dra. Kacar Ginting, M.Ag; Dra. Fauziah,M.A.

Untuk meningkatkan mutu pendidikan staf pengajar oleh USU dianjurkan untuk mengikuti jenjang pendidikan yang lebih tinggi seperti S2 dan S3. Adapun alumni yang mengikuti jenjang pendidikan S2 dan S3 terdapat di berbagai universitas baik yang ada di dalam maupun luar negeri yaitu antara lain UGM, UIN Jakarta, USU, IAIN Medan, USM (Pulau Penang), UKM Malaysia, University Jamia Millia India, Aligarh Muslim University India.

Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan hubungan kerjasama kemitraan, penelitian atau pengkajian ilmiah dengan lembaga dalam dan luar

Dokumen terkait