• Tidak ada hasil yang ditemukan

Garis Kemiskinan

Gambar 3.1: Perkembangan Garis Kemiskinan Kabupaten Pulang Pisau, Provinsi Kalimantan Tengah dan Indonesia, 2013-2017 (rupiah/kapita/bulan)

Sumber : Susenas Maret 2013 – 2017, BPS

Pada di atas terlihat perkembangan garis kemiskinan di Kabupaten Pulang Pisau terus meningkat dari tahun ke tahun. Namun yang perlu

44

diperhatikan untuk kondisi Tahun 2017 adalah garis kemiskinan Kabupaten Pulang Pisau masih berada di bawah level Provinsi dan Nasional. Untuk menjaga Garis Kemiskinan agar tidak naik terlalu tinggi adalah menjaga harga berbagai macam kebutuhan yang dikonsumsi masyarakat. Dengan harga yang stabil maka masyarakat bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar. Dengan Garis Kemiskinan yang tidak terlalu tinggi masyarakat tidak terlalu sulit untuk keluar dari jeratan kemiskinan.

45 Persentase Penduduk Miskin (P0)

Gambar 3.2 : Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Pulang Pisau, Provinsi Kalimantan Tengah dan Indonesia, 2013 – 2017

Sumber : Susenas Maret 2013 – 2017, BPS

Pada grafik di atas terlihat bahwa persentase penduduk miskin di Kabupaten Pulang Pisau berada di bawah persentase penduduk miskin Provinsi Kalimantan Tengah. Selain itu itu persentase penduduk miskin Kabupaten Pulang Pisau juga jauh di bawah persentase penduduk miskin nasional. Secara umum persentase penduduk miskin di Kabupaten Pulang Pisau sudah menurun, namun terjadi sedikit kenaikan pada Tahun 2015. Hal ini diduga berhubungan dengan penurunan harga karet yang

46

mengakibatkan penghasilan masyarakat menurun. Pada tahun 2015 harga karet anjlok sampai level Rp5.000,- per kilogram. Hal ini sangat berpengaruh terhadap masyarakat Kabuapaten Pulang Pisau karena perkebunan karet di Kabupaten Pulang Pisau merupakan salah satu lapangan pekerjaan yang banyak dikerjakan oleh masyarakat Pulang Pisau.

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)

Gambar 3.3 : Indeks Kedalaman Kemiskinan Kabupaten Pulang Pisau, Provinsi Kalimantan Tengah dan Indonesia, 2013 – 2017

Sumber : Susenas Maret 2013 – 2017, BPS

Pada grafik di atas terlihat bahwa indeks kedalaman kemiskinan di Kabupaten Pulang Pisau secara umum lebih rendah dibandingkan dengan

47 angka Kalimantan Tengah dan Nasional. Hal ini berarti rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan jaraknya lebih dekat dibanding angka Kalimantan Tengah dan Nasional.

Untuk menjaga Indeks Kedalaman Kemiskinan dapat dilakukan dengan menjaga harga-harga kebutuhan masyarakat agar tetap stabil sehingga garis kemiskinan tidak melebar/menjauh dari rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin. Selaun itu bantuan-bantuan yang tepat sasaran dapat membantu memperkecil indeks kedalaman kemiskinan.

48

Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

Gambar 3.4 : Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kabupaten Pulang Pisau, Provinsi Kalimantan Tengah dan Indonesia

Sumber : Susenas Maret 2013 – 2017, BPS

Pada grafik di atas terlihat bahwa Indeks Keparahan Kemiskinan di Kabupaten Pulang Pisau sangat fluktuatif. Walaupun fluktuiatif, secara umum angkanya masih di bawah angka Provinsi Kalimantan Tengah dan Nasional. Indeks Keparahan Kemiskinan memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin.

49 Untuk menjaga kestabilan Indeks Keparahan Kemiskinan tidak hanya dengan menjaga stabilitas harga dan memberikan bantuan-bantuan kepada masyarakat miskin. Semua hal yang kita lakukan tersebut harus merata pada semua lapisan masyarakat agar masyarakat miskin tersebut pengeluarannya tidak terlalu timpang.

50

Perbandingan dengan Kabupaten Lain

Gambar 3.5: Persentase Penduduk Miskin Berdasarkan Kabupaten di Provinsi Kalimantan Tengah, 2017

Sumber : Susenas Maret 2017, BPS

Pada grafik di atas terlihat bahwa persentase penduduk miskin di Kabupaten Pulang Pisau cukup baik jika dibandingkan dengan semua kabupaten di Provnsi Kalimantan Tengah. Kabupaten Pulang Pisau menempati urutan ke-6 terendah jika dibandingkan semua kabupaten lain di Provinsi Kalimantan Tengah. Hal ini sudah cukup bagus dan perlu ditingkatkan lagi program-program pengentasan kemiskinan yang sudah dilakukan oleh pemerintah.

51 Gambar 3.6: Indeks Kedalaman Kemiskinan Berdasarkan Kabupaten di

Provinsi Kalimantan Tengah, 2017

Sumber : Susenas Maret 2017, BPS

Pada gambar di atas terlihat bahwa indeks kedalaman kemiskinan Kabupaten Pulang Pisau berada di urutan 8 terkecil se-Kalimantan Tengah.

Hal ini menjadi perlu menjadi perhatian karena rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan cukup tinggi. Perlu langkah yang tepat seperti pengendalian harga kebutuhan pokok, serta bantuan-bantuan yang tepat sasaran kepada masyarakat miskin.

52

Gambar 3.7: Indeks Keparahan Kemiskinan Berdasarkan Kabupaten di Provinsi Kalimantan Tengah, 2017

Sumber : Susenas Maret 2017, BPS

Pada grafik di atas terlihat bahwa Indeks Keparahan Kemiskinan Kabupaten Pisau termasuk 5 besar paling besar dari seluruh kabupaten di Provinsi Kalimantan Tengah. Hal ini merupakan hal yang harus diperhatikan karena mengindikasikan bahwa ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin cukup besar. Langkah yang harus dilakukan adalah program-program kemiskinan yang dilaksanakan harus merata ke seluruh lapisan masyarakat sehingga hal ini dapat menurunkan indeks keparahan kemiskinan.

53 3.2 GINI RATIO

Mengurangi kesenjangan antar daerah telah menjadi salah satu isu kebijakan utama di Indonesia. Pemerintah telah berusaha untuk mengurangi kesenjangan melalui program-programnya. Misalnya, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM Mandiri), percepatan daerah tertinggal, daerah perbatasan, daerah konflik, daerah pasca bencana dan puncaknya pada tahun 2011, Indonesia meluncurkan MP3IE (Masterplan Percepatan dan Perluasaan Ekonomi Indonesia) yang mengandung butir-butir yang ditargetkan akan dicapai Indonesia hingga tahun 2025.

Distribusi pendapatan merupakan salah satu aspek kemiskinan yang penting karena pada dasarnya merupakan ukuran kemiskinan relatif.

Tingginya ketimpangan pendapatan atau kemiskinan relatif, berarti kebijakan pembangunan belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Koefisien Gini (Gini Ratio) merupakan salah satu indikator yang memberikan gambaran tingkat ketimpangan pendapatan suatu wilayah.

Koefisien gini Kabupaten Pulang Pisau pada tahun 2017 adalah sebesar 0,2948, yang berarti bahwa Pulang Pisau termasuk dalam kategori wilayah yang memiliki tingakt “ketimpangan rendah” (G < 0,3), dimana terdapat ketimpangan pendapatan antar penduduk namun dengan tingkat kesenjangan yang rendah. Angka gini ratio tersebut tercatat lebih rendah 0,0455 dibanding koefisien gini pada tahun 2016 yakni sebesar 0,3403. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan pemerataan pendapatan, meskipun relatif kecil. Selain itu, pada tahun 2017 koefisien gini kabupaten Pulang

54

Pisau juga berada di rangking ke-3 terendah se-Kalimantan Tengah. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerataan pendapatan di kabupaten Pulang Pisau dapat dikatakan sudah cukup baik jika dibandingkan Kabupaten Kota lainnya, bahkan lebih baik dari Kalimantan Tengah yang koefisien gininya sebesar 0,3426.

Gambar 3.8. Koefisien Gini Kalimantan Tengah dan Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2010-2017

Sumber: BPS Prov. Kalimantan Tengah

Dengan nilai gini ratio yang relatif mendekati ambang skala ketimpangan sedang (G = 0,3) maka diharapkan pemerintah tetap mengarahkan pembangunannya dengan berpihak pada masyarakat kelas bawah. Kebijakan pembangunan yang berpihak pada masyarakat kelas bawah diharapkan akan mampu memberdayakan mereka hingga mampu

0

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Kalimantan Tengah Pulang Pisau

55 meningkatkan tingkat kesejahteraannya. Pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi tanpa menghiraukan pemerataan maka akan menimbulkan resiko sosial yang cukup rawan di masa mendatang.

Berdasarkan tabel 3.1, secara umum koefisien gini pada tahun 2017 yang tersebar di kabupaten/kota yang berada di Provinsi Kalimantan Tengah termasuk kategori ketimpangan sedang/moderat, hal ini digambarkan oleh rata-rata kabupaten/kota yang memiliki koefisien gini >

0,3, begitu juga dengan kondisi tahun 2016. Hanya terdapat tiga kabupaten yang masih termasuk kategori sebagai ketimpangan rendah, yaitu kabupaten Seruyan, Katingan, dan Pulang Pisau.

56

Tabel 3.1. Koefisien Gini Menurut Kabupaten Kota di Provinsi Kalimantan Tengah , 2016-2017

Sumber: BPS Prov. Kalimantan Tengah

Pada Tabel 3.1 terlihat bahwa koefisien gini kabupaten/kota pada tahun 2016-2017 terletak antara 0,2528-0,3787 tetapi angkanya

57 berfluktuasi sehingga trennya sulit disimpulkan secara meyakinkan. Dalam konteks ini pendapat sebagian para ahli yang merujuk pengalaman negara-negara maju dapat dijadikan sebagai acuan. Para ahli menetapkan secara kasar rentang antara 0,25 (khas bagi negara-negara Eropa Utara) dan 0,40 (khas bagi Amerika Serikat, Prancis, Jerman dan Inggris) sebagai semacam batas aman dari suatu distribusi pendapatan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tingkat ketimpangan kabupaten kota di Kalimantan Tengah, termasuk kabupaten Pulang Pisau masih dalam “batas aman”.

Pola distribusi pendapatan masyarakat yang didasarkan pada hasil perhitungan koefisien gini hanya bisa menggambarkan tingkat pemerataan pendapatan secara umum, tetapi belum menjelaskan besarnya porsi yang diterima oleh kelompok berpendapatan rendah/miskin dari keseluruhan pendapatan wilayah. Dengan menggunakan ukuran yang dikembangkan oleh Pusat Penelitian Bank Dunia dan Lembaga Studi Pembangunan Universitas Sussex, kita akan mendapatkan gambaran lebih jelas mengenai masalah ketidakadilan (inequality) melalui indikator yang disebut relative inequality atau biasa disebut dengan kriteria Bank Dunia. Relative Inequality diartikan sebagai ketimpangan dalam distribusi pendapatan yang diterima oleh berbagai golongan masyarakat.

Sesuai dengan penjelasan pada Bab sebelumnya, berdasarkan Kriteria Bank Dunia, indikator kesenjangan pendapatan diukur dengan menghitung persentase pendapatan penduduk dari 40 persen penduduk yang berpendapatan terendah dibandingkan dengan total pendapatan

58

seluruh penduduk. Semakin besar persentase pendapatan yang dinikmati oleh kelompok ini menunjukkan distribusi pendapatan di wilayah tersebut semakin merata. Pada tahun 2017, 40 persen penduduk berpenghasilan terendah di Kabupaten Pulang Pisau menikmati bagian pendapatan sebesar 22,36 persen dari total pendapatan masyarakat. Berdasarkan kriteria yang sudah dijelaskan sebelumnya, pendapatan penduduk pada kelompok ini persentasenya masih lebih dari 17 persen, sehingga masih dikategorikan pada distribusi pendapatan dengan ketimpangan rendah (low inequality).

Sementara itu, kelompok kaya menguasai 39,45 persen pendapatan di Pulang Pisau.

Tabel 3.2. Distribusi Pendapatan Menurut Kabupaten Kota dan Kriteria Bank Dunia, 2017

59

Sumber: BPS Prov. Kalimantan Tengah

Secara umum distribusi pendapatan antara kelompok berpenghasilan menengah dan kelompok berpenghasilan tinggi di kabupaten/kota provinsi Kalimantan Tengah tidak terlalu jauh perbedaan persentasenya. Kabupaten Kotawaringin Timur, Kapuas, Barito Selatan,

60

Barito Utara, Sukamara, Murung Raya, Palangka Raya, dan juga Pulang Pisau adalah kabupaten/kota yang pendapatan masyarakatnya lebih banyak dikuasai oleh 20 persen kelompok berpendapatan tinggi. Dari total 14 kabupaten/kota yang ada di Kalimantan Tengah, distribusi pendapatan kelompok 20 persen yang berpengasilan tinggi di 8 kabupaten/kota tersebut memiliki porsi diatas 39 persen, ini menunjukkan bahwa kurang dari 61 persen pendapatan di wilayah tersebut terdistribusi untuk 80 persen penduduk kelompok lainnya.

61

62

63 BAB IV

KESIMPULAN

4.1 KESIMPULAN ANALISIS KEMISKINAN

Berdasarkan kajian data kemiskinan di Kabupaten Pulang Pisau, dapat disimpulkan bahwa angka kemiskinan di Kabupaten Pulang Pisau sudah cukup membaik sepanjang 5 tahun terakhir. Namun hal ini masih perlu ditingkatkan lagi. Berbagai macam cara yang dapat dilakukan adalah:

1. Meningkatkan infrastruktur di Pulang Pisau, terutama jalan darat. Hal ini sangat berpengaruh dalam mempengaruhi harga kebutuhan masyarakat. Akses yang mudah ke semua wilayah membuat harga-harga kebutuhan pokok menjadi lebih murah sehingga masyarakat bisa memenuhi sebagian besar kebutuhannya.

2. Meningkatkan fasilitas Pendidikan. Untuk jangka panjang Pendidikan sangat penting untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan Pendidikan yang lebih tinggi maka masyarakat lebih berkesempatan untuk memperoleh pekerjaan dengan penghasilan yang lebih tinggi. Selain itu dengan yang tinggi juga berpengaruh terhadap pola konsumsi masyarakat.

3. Memberikan bantuan langsung terhadap konsumsi terbesar yang paling besar dikonsumsi oleh masyarakat secara tepat

64

sasaran. Konsumsi tertinggi masyarakat adalah beras. Secara praktek pembagian rastra tidak tepat sasaran karena beberapa oknum aparat membagikannya secara merata. Pembagiannya tidak sesuai dengan nama penerima.

4. Menggalakkan kampanye anti rokok. Menurut hasil Susenas 2017 rokok adalah komoditas yang paling banyak dikonsumsi setelah beras. Padahal gizi dari rokok tersebut 0 kalori dan rentan menimbulkan berbagai macam penyakit. Seandainya pengeluaran rokok tersebut dialokasikan pada kebutuhan penting lain maka akan sangat berpengaruh terhadap penurunan angka kemiskinan.

4.2 KESIMPULAN ANALISIS GINI RATIO

Berdasarkan kajian indikator ketimpangan menggunakan gini ratio dan kriteria Bank Dunia, ketimpangan pendapatan yang terjadi di Kabupaten Pulang Pisau pada tahun 2017 tergolong rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa secara umum perbedaan pendapatan antara penduduk di masyarakat tidak terlalu lebar. Namun, dengan nilai gini ratio yang relatif mendekati ambang skala ketimpangan sedang, perlu diperhatikan oleh pembuat kebijakan pembangunan di Kabupaten Pulang Pisau. Akan menjadi lebih bijak apabila arah pembangunan lebih berorientasi ke pemberdayaan masyarakat kelompok pendapatan rendah.

65 LAMPIRAN

Tabel 5.1 Perkembangan Garis Kemiskinan Kabupaten Pulang Pisau, Provinsi Kalimantan Tengah dan Indonesia, 2013-2017 (rupiah/kapita/bulan)

Wilayah 2013 2014 2015 2016 2017

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Pulang Pisau 294.250 308.323 314.673 335.165 347.878

Kalimantan

Tengah 307.698 330.869 349.727 373.484 401.537

Indonesia 289.042 318.514 342.541 364.527 385.621

Tabel 5.2 Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Pulang Pisau, Provinsi Kalimantan Tengah dan Indonesia, 2013 – 2017

Wilayah 2013 2014 2015 2016 2017

Tabel 5.3 Indeks Kedalaman Kemiskinan Kabupaten Pulang Pisau, Provinsi Kalimantan Tengah dan Indonesia, 2013 – 2017

Wilayah 2013 2014 2015 2016 2017

66

Tabel 5.4 Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kabupaten Pulang Pisau, Provinsi Kalimantan Tengah dan Indonesia

Wilayah 2013 2014 2015 2016 2017

Tabel 5.5 Indikator Kemiskinan Menurut Kabupaten/Kota Di Kalimantan Tengah Pada Tahun 2017

Kabupaten/Kota

67

Dokumen terkait