• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.4 Analisis Kenyamanan

Hasil penelitian ini selain mengetahui perbedaan ikim mikro antar struktur vegetasi RTH (pohon, semak dan rumput) pada empat kawasan berbeda, di analisis pula tingkat kenyamanan yang ditentukan dari hasil pengukuran iklim mikro pada keempat kawasan tersebut. Suhu udara dan kelembaban udara sangat berpengaruh terhadap aktivitas pengguna kawasan. Lingkungan yang nyaman dapat dirasakan pengguna untuk memenuhi kebutuhan fisik pengguna. Untuk menyatakan rasa nyaman tersebut secara kuantitatif maka diperlukan pengukuran THI (Temperature Humidity Indeks). Berikut adalah tabel pengukuran kenyaman struktur vegetasi pada empat kawasan yang berbeda.

Tabel 12 Hasil Pengukuran THI (Temperature Humidity Indeks)

No. Kawasan Struktur Vegetasi Faktor THI Kategori Suhu Udara (ºC) RH (%) THI 1. Taman Kota

Pohon 30,3 61,0 27,9 Tidak Nyaman

Semak 34,2 55,7 31,2 Tidak Nyaman

Rumput 35,2 55,0 32,0 Tidak Nyaman

2. CBD

Pohon 31,9 58,7 29,3 Tidak Nyaman

Semak 34,3 52,8 31,1 Tidak Nyaman

Rumput 35,7 51,7 32,2 Tidak Nyaman

3. Perumahan

Pohon 34,0 58,1 31,2 Tidak Nyaman

Semak 34,7 57,0 31,7 Tidak Nyaman

Rumput 37,7 51,0 34,0 Tidak Nyaman

4. Industri

Pohon 33,9 58,4 31,1 Tidak Nyaman

Semak 34,6 57,2 31,6 Tidak Nyaman

Rumput 37,9 51,0 34,2 Tidak Nyaman

Tabel di atas menunjukkan nilai Temperature Humidity Indeks (THI) dari struktur vegetasi RTH (pohon, semak dan rumput) di empat kawasan berbeda yaitu kawasan taman kota, CBD, perumahan dan industri. Pada tabel di atas terlihat bahwa semua struktur RTH pada empat kawasan tergolong kategori tidak nyaman. Hal ini disebabkan karena suhu udara pada semua kawasan berkisar antara 30,3 ºC- 37,9 ºC, sedangkan untuk kelembaban udara disemua kawasan berkisar antara 51,0 – 61,0 persen. Selain itu, pengukuran iklim mikro dilakukan pada saat tengah hari yaitu pada pukul 12.30-13.00 WIB sehingga tidak nyaman bagi pengunjung. Suatu tempat dikategorikan nyaman bila memilki nilai THI 21 sampai 27, jika > 27 maka dikategorikan tidak nyaman. Pada tabel, struktur

69

vegetasi yang memilki nilai THI paling rendah adalah pohon mahoni pada kawasan taman kota.

Nilai THI pohon mahoni pada kawasan taman kota adalah 27,9 mendekati kategori nyaman. Hal ini dikarenakan pada kawasan taman kota masih di dominasi oleh vegetasi sehingga menyebabkan pohon mahoni pada kawasan ini mampu mereduksi suhu dan merendahkan nilai THI. Nilai THI tertinggi terdapat pada kawasan industri di atas rumput dengan nilai 34,2. Hal ini disebabkan karena pada kawasan industri, aktivitas yang dilakukan cenderung menimbulkan panas dan polutan, vegetasi rumput pada kawasan ini pun tidak dapat mereduksi suhu udara dengan baik sehingga tingkat kenyamanan pada vegetasi rumput cenderung sangat rendah bila dibandingkan dengan THI pada vegetasi pohon dan semak yang sedikit lebih tinggi. Tingkat kenyamanan paling baik secara keseluruhan di setiap kawasan rata-rata berada pada struktur vegetasi pohon. Pohon dapat meningkatkan aktivitas evapotranspirasi sehingga dapat menurunkan suhu udara dan menaikkan kelembaban udara disekitarnya. Selain itu, pohon memiliki tajuk yang berfungsi menyebarkan sinar matahari yang masuk sehingga suhu udara di bawah naungan pohon lebih rendah bila dibandingkan dengan vegetasi yang lain.

Berbeda halnya dengan semak yang memilki nilai THI lebih rendah bila dibandingkan dengan nilai THI pada rumput. Pada semak, masih terdapat naungan, sehingga kemampuan evapotransipirasinya masih cenderung tinggi bila dibandingkan dengan rumput. Pada rumput tidak terdapat naungan, sehingga sinar matahari yang masuk tidak dapat disebarkan yang dapat mengakibatkan penyerapan sinar tersebut cenderung lebih cepat sehingga suhu udara pada rumput cenderung lebih panas dan tidak nyaman. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa vegetasi semak masih lebih nyaman bila dibandingkan dengan vegetasi rumput yang tanpa naungan.

Kawasan taman kota memilki nilai THI paling rendah yaitu berkisar 29,7- 32,0. Hal ini karena pada taman kota masih didominasi oleh vegetasi sehingga memiliki nilai THI yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kawasan lainnya. Kawasan CBD memiliki nilai THI masih lebih rendah bila dibandingkan dengan kawasan perumahan yaitu berkisar antara 29,3-32,2, hal ini disebabkan karena kemampuan vegetasi dalam hal mereduksi suhu udara lebih tinggi dibandingkan

kawasan perumahan dan industri. Selain itu, pada kawasan CBD, dipengaruhi arah pergerakan angin yang berhembus 180º yang menyebabkan kawasan ini menjadi lebih sejuk. Kawasan perumahan memilki nilai THI berkisar antara 31,2

– 34,0. Hal ini dikarenakan lokasi perumahan dekat dengan kawasan industri dan minim RTH sehingga kenyamanan pada perumahan ini masih tergolong rendah dan bahkan memilki nilai THI yang tidak jauh berbeda dengan kawasan industri.

Nilai THI tertinggi terdapat pada kawasan industri dengan nilai THI berkisar antara 31,1 – 34,2. Hal ini dikarenakan pada kawasan industri aktivitas produksi cenderung menimbulkan panas dan polusi sehingga menyebabkan rasa tidak nyaman pengguna bila berada terlalu lama pada kawasan ini. Selain itu, bangunan dan pabrik yang mendominasi lingkungan industri menyebabkan semakin panasnya kawasan industri artinya kawasan industri paling tidak nyaman dibandingkan dengan tiga kawasan lain yaitu taman kota, CBD dan perumahan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya nilai THI selain dari faktor lingkungan seperti arah pergerakan udara dan lokasi pengambilan data, juga disebabkan oleh kemampuan tiap jenis struktur vegetasi (pohon, semak dan rumput) dalam mereduksi suhu dan meningkatkan kelembaban udara berbeda- beda, maka dari itu perlu diperhatikan jenis pemilihan struktur jenis vegetasi pada masing-masing kawasan tersebut. Sebagai contoh, kawasan industri yang termasuk kedalam kategori paling tidak nyaman membutuhkan vegetasi penyerap polutan, peredam bising dan vegetasi peneduh agar kualitas udara dan tingkat kenyaman pada kawasan ini sedikit lebih baik.

BAB VI PENUTUP

6.1Kesimpulan

Berdasarkan tujuan dan hasil penelitian maka dapat di ambil beberapa kesimpulan antara lain :

1. hasil interpretasi dan klasifikasi citra landsat 7 +ETM path/row 122/64 akuisisi tanggal 28 Agustus dan 13 September 2011 menyatakan bahwa penutupan lahan kota Jakarta berdasarkan tiga klasifikasi penutupan lahan yaitu untuk ruang terbangun sebesar 88,63 persen, untuk ruang terbuka hijau sebesar 10,03 persen yang terdiri dari ruang terbuka hijau publik dan privat, dan sisanya merupakan badan air dengan luasan sebesar 1,34 persen dari seluruh luas wilayah kota Jakarta, sedangkan menurut UU No. 26 Tahun 2007 pasal 29 ayat 2 tentang ruang terbuka hijau menyatakan bahwa proporsi ruang terbuka hijau ideal adalah minimal 30 persen dari total keseluruhan kota, sehingga dapat disimpulkan di kota Jakarta keberadaan ruang terbuka hijau masih sangat kurang bagi kawasan kota apalagi dengan tingkat kepadatan penduduk yang cukup tinggi.

2. berdasarkan hasil pengukuran iklim mikro yang dilakukan pada empat land use yang berbeda yaitu pada taman kota, CBD, perumahan dan industri, hasil penelitian ini membuktikan hipotesis yang menyatakan bahwa ada perbedaan nilai rata-rata suhu dan kelembaban udara pada pohon, semak dan rumput. Struktur vegetasi pohon lebih efektif mereduksi suhu udara 0,7ºC-4,9ºC lebih tinggi dibandingkan dengan struktur vegetasi semak dan rumput. Struktur vegetasi pohon yang memiliki tajuk bulat dan pola percabangannya lebih rapat, tinggi pohon sedang antara 6-10 m serta berfungsi menaungi terbukti lebih efektif meningkatkan kenyamanan di daerah sekitarnya. Oleh karena itu, disusunlah suatu rekomendasi RTH berupa pemilihan struktur jenis dan karakteristik vegetasi yang sesuai pada masing-masing kawasan untuk meningkatkan kenyamanan dan menciptakan kondisi lingkungan yang lebih baik.

3. berdasarkan nilai THI (Temperature Humidity Indeks), semua land use baik taman kota, CBD, perumahan dan industri dikategorikan tidak nyaman karena rata-rata berada pada nilai > 27. Pada taman Suropati, taman dikelilingi oleh bangunan sehingga pergerakan udara yang masuk menjadi terhambat. Oleh karena itu, direkomendasikan penambahan vegetasi pada bangunan dengan cara membuat vertical garden agar kondisi iklim mikro pada taman Suropati dapat diperbaiki sehingga menjadi nyaman. Pada kawasan CBD, minimnya RTH dan polusi dari kendaraan bermotor menyebabkan nilai THI yang tinggi sehingga direkomendasikan penyediaan RTH berbentuk linier sepanjang jalan untuk mengefektifkan pemanfaatan lahan yang sempit.

4. kawasan perumahan memiliki RTH yang sangat minim. Salah satu upaya memperbaiki kualitas iklim mikro pada kawasan perumahan guna meningkatkan kenyamanan pengguna adalah dengan menyediakan taman lingkungan yang baik dengan penanaman vegetasi pohon paling mendominasi yang dikombinasikan dengan semak dan rerumputan untuk menyeimbangkan dan menyelaraskan antara bangunan dan lingkungan juga memiliki nilai estetika. Pada kawasan industri, tingginya tingkat pencemaran udara yang dihasilkan dari proses produksi sehingga direkomendasikan suatu penataan lanskap yang baik, dengan memperluas area hutan kota yang sudah ada dan menanam vegetasi pohon penyerap pencemar dalam jumlah yang banyak untuk mendapakan udara kawasan yang sehat.

6.2Saran

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut mengenai analisis kemampuan RTH bergerombol maupun RTH berbentuk linier dalam mengurangi permasalahan lingkungan dengan metode yang lebih baik lagi sehingga dapat tercipta suatu kawasan kota yang nyaman.

73

DAFTAR PUSTAKA

[BAPEDA] Badan Pemerintah Daerah. 2010. Revisi Rencana Tata Ruang dan Wilayah DKI Jakarta. Jakarta : Bapeda DKI Jakarta.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2007. DKI Jakarta dalam Angka. Jakarta :BPS. [DPU] Departemen Pekerjaan Umum. 2008. Pedoman Penyediaan dan

Pemanfaatn Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. [5 September 2012].

Anonim.2011. Peta Jakarta. dalam www.google.com/images. Diakses pada 25 Juli 2012.

Anonim.2010. Central Business Distric.http://en.wikipedia.org/wiki/central business distric. Diakses pada [15 September 2012]

Asteriani, Febby.2005. Analisis Peringkat Faktor-Faktor Pemilihan Lokasi Ruko Pandang Pengguna dan Pengembang Ruko di Kota Pekanbaru [Tesis] MPKD. UGM. Yogyakarta.

Budiharjo, E. 2005.Tata Ruang Perkotaan. Bandung : PT Alumni.

Dahlan E.N. 2004.Membangun Kota Kebun (Garden City) Bernuansa Hutan Kota.Bogor: IPN Press.

Dirdjojuwono R.W. 2004. Kawasan Industri Indonesia. Bogor: Pustaka Wirausaha Muda.

Fandheli C., Muhammad. 2009. Prinsip-Prinsip Dasar Menkonservasi Lanskap. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Handoko.1995. Klimatologi Dasar. Jakarta : Pustaka Jaya

Indriyanto.2006. Ekologi Hutan. Cetakan I. Jakarta : Bumi Aksara

Irwan Z. D.2005. Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Joga, N. ,Ismaun, I.2011.RTH 30% Resolusi (kota) Hijau. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Kartasapoetra A.G. 2004. Klimatologi: Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Karyono, T. H. 2010. Green Architecture Pengantar Pemahaman Arsitektur Hijau di Indonesia. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Chiara JD, Koppelman LE. 1975. Kriteria Perencanaan dan Perancangan Kota. Newyork : Regional Plan Association, Inc.

Lakitan B. 2002. Dasar-Dasar Klimatologi. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Lillesand T, Kiefer R. 1990. Remote Sensing and Image Interpretation.US

America: John Wiley & Sons.

Purwadhi S. 2001. Interpretasi Citra Digital. Jakarta: PT Grasindo.

Rustiadi E. dkk. 2009. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Jakarta: Crestpent Press dan Yayasan Obor Indonesia.

Sarwono J. 2009. Statistik itu Mudah. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Sukawi. 2008. Taman Kota dan Upaya Penguranagan Suhu Lingkungan Perkotaan (Studi Kasus Kota Semarang) [Skripsi]. Universitas Diponegoro.

Dokumen terkait