• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel Cinta Suci Zahrana Kajian Psikoanalisis (id, ego, super ego)

Sebagaimana telah disebutkan dalam landasan teori, bahwa dalam diri seseorang terdapat dorongan atau implus-implus yang mempengaruhi psikis seseorang. Freud menjelaskan dalam teorinya bahwa kepribadian dapat diikhtisarkan dalam rangka struktur, dinamika, dan perkembangan kepribadian. Struktur kepribadian terdiri dari tiga sistem yaitu id (das es) yaitu aspek biologis, ego (das ich) yaitu aspek psikologis, dan super ego (das ueber ich) aspek sosiologis.

Perilaku manusia pada hakikatnya merupakan hasil interaksi substansi dalam kepribadian manusia id, ego, dan super ego yang ketiganya selalu bekerja, jarang salah satu di antaranya terlepas atau bekerja sendiri. Serta masing-masing mempunya fungsi, sifat, komponen, prinsip kerja, dinamika sendiri-sendiri namun ketiganya berhubungan dengan rapatnya sehingga sukar (tidak mungkin) untuk memisah-misahkan pengaruhnya terhadap tingkah laku manusia, tingkah laku selalu merupakan hasil sama dari ketiga aspek itu (Suryabrata, 2002: 124-125).

Dalam hal ini akan diklasifikasikan dorongan ataupun impul-implus yang mempengaruhi kepribadian tokoh Zahrana sebagai tokoh utama di dalam novel. Dorongan ataupun impul-implus dibuktikan dalam petikan paragraf berikut.

a. Dorongan Id yang Mempengaruhi Timbulnya Dorongan Ego atau Super Ego dalam Diri Tokoh Utama

Das Es atau Id adalah aspek biologis yang merupakan sistem asli dalam kepribadian, dari sini aspek kepribadian yang lain tumbuh. Id berisikan hal-hal yang dibawa sejak lahir dan menjadi pedoman id dalam berfungsi adalah menghindarkan diri dari ketidakenakan dan mengejar kenikmatan. Latipun (2008: 73) menjelaskan bahwa, Freud berpandangan bahwa prinsip kerja id adalah prinsip kesenangan (pleasure principles). Id selalu mencari kesenangan dan menghindari rasa sakit atau rasa tidak nyaman. Tempat id ini ada pada alam bawah sadar dan secara langsung berpengaruh terhadap perilaku seseorang tanpa disadari. Suryabrata (2002:125) mengutip pendapat Freud yang menyebutkan juga realitas psikis yang sebenar-benarnya (the true psychic reality), oleh karena das Es itu merupakan dunia batin atau subjektif manusia, dan tidak mempunyai dorongan hubungan langsung dengan dunia obyektif.

Dalam diri tokoh Zahranapun terdapat Id atau Das Es yang kemunculannya disebabkan oleh faktor-faktor interen maupun eksteren. Dari munculnya dorongan Id dalam diri tokoh utama, menyebabkan adanya perubahan-perubahan emosi, sikap yang mempengaruhi psikis tokoh Zahrana sebagai tokoh utama. Adanya dorongan Id yang terjadi pada diri Zahrana dibuktikan pada paragraf berikut ini.

“Ada apa sebenarnya Bu?” ibunya terus menangis. Hatinya jadi luluh. Tanpa ia sadari air matanya meleleh. Setelah agak lama, ibunya bercerita, “kasihan bapakmu Nduk. Sudah tua. Tak lama lagi juga pensiun. Bapakmu tadi dimarahi habis-habisan oleh atasannya. Dikata-katai dengan kata-kata yang tidak selayaknya. Dihina sehina-hinanya. Tetapi bapakmu tidak bisa berbuat apa-apa. Satu bulan ini sudah tiga kali bapakmu dihina. Tadi itu yang ketiga”.

“Dihina bagaimana Bu?”. “Pokoknya dihina sehina-hinanya.” “Apa kesalahan Bapak Bu?”

“Karena kemarin ijin tidak masuk kerja. Padahal yang lain kata bapakmu bisa ijin tidak masuk kerja. Khusus untuk bapakmu seolah tidak boleh ijin. Sebab hanya dia yang bisa disuruh-suruh. Hanya dia yang pendidikannya paling rendah.”

“Sekarang bapak di mana?”

“Sedang menjalankan tugas dari atasanya. Sebab atasannya mengancam jika bapakmu membantah maka akan diusulkan pensiun dini. Kalau pensiun dini maknanya ia tidak akan mendapatkan gaji pensiun penuh.”

“Orang itu kurang ajar sekali Bu. Biar Rana datangi ya!”

Prestasi demi prestasi ia raih, termasuk mahasiswi teladan tingkat nasional. Namanya dikenal banyak orang di kampusnya, baik dosen, mahasiswa maupun karyawan (CSZ, 2011: 7-9).

Dari percakapan antara tokoh Zahrana dengan Bu Nuriyah tersebut, menimbulkan kesedihan yang dialami oleh tokoh Zahrana. Kesedihan tersebut dipengaruhi oleh tokoh lain dalam cerita yakni Bu Nuriyah, sebagai tokoh bantu yang digambarkan oleh penulis sebagai ibu dari tokoh Zahrana. Kesedihan yang dirasakan oleh Zahrana dikarenakan adanya implus atau pengaruh dari id. Id merupakan dorongan yang berasal dari alam bawah sadarnya dan mempengaruhinya untuk marah, karena penghinaan yang terjadi pada ayahnya. Penghinaan tersebut dilakukan oleh kepala kantor tempat ayahnya bekerja.

Kesedihan yang dialaminya berubah menjadi kemarahan yang tidak dapat dihindari lagi. Kemudian adanya perubahan emosi dalam diri Zahrana.

Perubahan emosi tersebut adalah dari rasa sedih yang berubah menjadi kemarahan. Perubahan emosi ini dipengaruhi oleh egonya yang timbul akibat faktor dari luar kesadaran diri Zahrana. Berita ayahnya dihina oleh atasannya, diceritakan oleh Bu Nuriyah kepada Zahrana yang selanjutnya mempengaruhi pola pikir pada diri Zahrana. Keadaan itu menunjukkan adanya perubahan sikap, dan tindakan yang dilakukan tokoh Zahrana. Perubahan-perubahan sikap tersebut, oleh pengarang digambarkan secara berlebihan. Peristiwa penghinaan yang dialami oleh ayah Zahrana, digunakan oleh tokoh Zahrana sebagai pemantik semangatnya agar tetap menjadi yang terbaik diakademisnya, menunjukkan bahwa ia merupakan individu yang dapat diperhitungkan kualitasnya, hal itu dibuktikan dengan berbagai prestasi yang diraihnya selama dibangku kuliah.

Petikan paragraf tersebut, bukan hanya perubahan sikap yang dialami tokoh Zahrana. Tetapi adanya perubahan impuls yang mempengaruhi psikisnya, yaitu dari dorongan id berubah menjadi dorongan super ego yang terjadi. Kemudian perubahan tersebut membuat perubahan rasa yang terjadi yakni dari rasa sedih menjadi rasa marah. Hal ini membuktikan dengan jelas bahwa perubahan emosi yang terjadi pada tokoh Zahrana disebabkan oleh tokoh lain.

Dalam kejadian yang dialami Zahrana itu, timbul adanya sebuah tindakan pertahanan ego yang disebut represi. Tindakan represi yang timbul diakibatkan adanya perubahan sikap atau situasi psikologis tokoh Zahrana dari kesedihan menjadi kemarahan, kemudian berubah kembali menjadi sebuah tekad yang kuat untuk menunjukkan bahwa ia tidak akan gagal untuk membanggakan orang tuanya. Perubahan-perubahan emosi yang terjadi di dalam diri Zahrana, membuat

psikisnya semakin kuat. Konflik batin pun tak luput tercipta dalam diri Zahrana. Konflik batin yang dialami Zahrana yakni timbul akibat penghinaan tokoh lain terhadap sosok ayah yang sangat ia hormati dan sayangi.

Kemudian kutipan paragraf berikut ini yang menggambarkan kembali dorongan id yang dialami oleh tokoh Zahrana.

Kalimat ayahnya itu menusuk kesadarannya. Ia terhenyak sesaat. Kalimat ayahnya terasa mengiris dadanya.

“Kalau kamu tetap ngotot ingin mengajar di Jogja, itu artinya kamu sendiri yang meminta agar kami mengikhlaskan kamu, seolah-olah kami tidak memiliki anak lagi”. Itu bahasa halus, bahwa ayah dan ibunya tidak akan menganggap dirinya sebagai anaknya lagi jika nekat mengajar di Jogja. Sangat halus tapi tajam, tajam tapi halus. Tetapi entah mengapa ia tidak bisa berdalih dan berdalil apa-apa kali ini. Ia sama sekali tidak punya alasan yang kuat seperti sebelum-sebelumnya

... Dengan berat hati, ia memutuskan untuk tidak mengambil tawaran langka itu. Dekan dan para dosennya berusaha membujuknya dan memikirkan baik-baik peluang emas ini, tetapi ia lebih memilih membahagiakan kedua orangtuanya daripada asyik dengan kebahagiaannya sendiri. Ia berharap Allah akan memberikan gantinya yang lebih baik(CSZ, 2011: 12-14).

Dari data paragraf di atas, menggambarkan di dalam diri Zahrana kembali adanya sebuah dorongan id yang menyebabkan adanya sebuah kesadaran atas kejujuran ayahnya, bahwa ia anak satu-satunya. Sikap yang dilakukan oleh kedua orang tuanya dibenarkan oleh akal sehatnya yang kemudian menyebabkan Zahrana mengambil keputusan untuk tetap di Semarang, menemani ayah dan ibunya. Pengambilan sikap yang dilakukan Zahrana ini memiliki alasan yakni memilih untuk membahagiakan kedua orang tuanya daripada asyik dengan kebahagiaannya sendiri, serta adanya sebuah harapan yang terselip dalam hatinya bahwa ia berharap semoga Allah SWT akan memberikan gantinya yang lebih

baik. Dari dorongan id yang membuahkan sebuah kesadaran, dan merubah pemikirannya membuatnya semakin sadar bahwa ia memang sangat dibutuhkan oleh kedua orang tuanya. Meskipun dari dorongan id yang timbul dalam diri Zahrana menimbulkan sebuah emosi yang terjadi yang diakibatkan timbulnya dorongan super ego. Dorongan super ego berupa kesedihan yang mendalam. Tetapi kesedihan tersebut berubah menjadi sebuah kesadaran diri, dan kali ini ia tidak bisa membantah, dan berdalil untuk membuktikan bahwa kesempatan yang diberikan oleh UGM untuknya sebuah kesempatan yang menarik. Berbeda seperti sebelum-sebelumnya ketika ia masih dapat memberikan alasan kepada kedua orang tuanya.

Ketika Zahrana sudah berada di Beijing, China. Ia merasa senang membaca SMS yang datang dari Nina, Mahasiswinya. Rasa senang itu timbul akibat adanya dorongan id yang terjadi di dalam diri Zahrana. Berikut ini kutipan paragraf di dalam novel yang mendukung penjelasan tersebut.

Zahrana tersenyum. Sejuk rasanya membaca sms dari para mahasiswa yang begitu tulus menghormati dan mencintai dirinya. Dengan bahasa bloko apa adanya, bahasa Nina malah sangat bertempat di hatinya. Tak ada pujian yang menggombal dan menjilat. Agak gaul tapi tidak kehilangan keanggunannya. Biasa saja tapi tidak mengurangi rasa hormat. Terbayang wajah Nina yang selalu cerah dan tersenyum kepadanya termasuk wajah teman-temannya yang tadi siang ikut mengantar dirinya ke Bandara Internasional Adi Sumarno, Surakarta (CSZ, 2011: 57).

Selanjutnya pada kutipan di atas masih menunjukkan adanya dorongan id yang terjadi di dalam diri Zahrana. Dorongan id ini menimbulkan rasa bahagia dan rasa nyaman yang disebabkan oleh SMS dari Nina, mahasiswanya. Ia merasa nyaman dengan isi dari SMS tersebut. Zahrana merasa isi SMS dari Nina begitu

tulus menghormati dan mencintainya. Terasa gaul namun tidak menghilangkan keanggunannya, serta tidak adanya pujian yang menggombal dan menjilat. Dari dorongan id yang terjadi dalam diri Zahrana, menciptaka adanya sebuah tindakan proyektif untuk menyalurkan keinginan dari dorongan id tersebut. Hal ini dibuktikan dalam penggalan berikut.

Dalam hati ia mendoakan para mahasiswanya itu, semuanya sukses dan jadi orang yang berhasil kelak. Lebih berhasil dari dirinya. Ia pernah mendengar kalimat yang indah dari salah satu guru SMA dulu, “Guru yang berhasil dari dirinya. Itulah guru sejati.” Ia berharap bisa mengantarkan mahasiswanya meraih prestasi internasional melebihi dirinya (CSZ, 2011: 57).

Penggalan data di atas menjelaskan adanya tindakan proyeksi untuk memenuhi dorongan id dalam diri Zahrana. Tindakan proyeksi tersebut yaitu dengan mendoakan dalam hati agar semua para mahasiswanya sukses dan menjadi orang yang berhasil kelak, lebih berhasil dari dirinya.

Lihatlah paragraf berikut.

Baru kali ini ia mendapatkan SMS yang begitu panjang dari Pak Sukarman, dekan di Fakultas Teknik. Ia bisa menerima sms itu, tetapi ia merasa kurang nyaman ketika beberapa kali Pak Sukarman memanggilnya dengan Bu Zahrana yang cantik. Ia merasa ada rayuan gombal di sana. Ia malah merasa itu seperti pelecehan bukan pujian. Ia lebih suka dipanggil Bu Zahrana saja, atau Bu Zahrana yang kami hormati akan terasa lebih elegan (CSZ, 2011: 56).

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Zahrana mendapatkan SMS dari dekannya di Fakultas Teknik Universitas Mangunkarsa yakni Pak Sukarman, ada rasa rasa tidak nyaman yang dirasakan oleh tokoh Zahrana ketika membaca SMS dari pimpinannya tersebut. Hal ini disebabkan oleh adanya kata-kata yang kurang sopan dan tidak elegan menurut Zahrana yakni kata ‘Ibu Zahrana yang cantik’.

Rasa tidak nyaman tersebut tercipta dari dorongan id yang mempengaruhi sikap yang diambil Zahrana. Sikap yang diambil tersebut untuk lari dari rasa tidak nyaman itu dan menuju sebuah kenyamanan yaitu dengan membaca beberapa SMS lain yang masuk ke ponselnya yakni dari mahasiswinya dan dari Lina sahabatnya. Tindakan tersebut merupakan pengaruh dari adanya dorongan ego yang terdapat di dalam diri tokoh Zahrana.

Setelah membaca beberapa SMS yang masuk dalam ponselnya ia sebagai umat muslim yang taat beribadah melakukan kegiatan beribadah. Kutipan paragraf berikut ini yang membuktikan ungkapan tersebut.

Selesai shalat Zahrana ingin membaca ulang teks pidato bahasa Inggris yang telah ia siapkan. Ia cari teks itu di tas cangklongnya. Ia kaget. Tidak ada! Ia cari di kopernya, tidak ada juga. Ia cari lebih teliti lagi di tas dan kopernya. Hasilnya sama; tidak ada! Ia heran, kok bisa? Padahal seingat dia teks pidato itu sudah ia masukkan ke tasnya dalam stof map. Tetapi ia tidak menemukan teks itu. Yang ia temukan adalah print out beberapa tulisan ilmiahnya. Ia bingung. Ia harus bagaimana? Apakah besok ia akan pidato tanpa teks saja? Ia tidak percaya diri jika pidato tanpa teks. Bahasanya bisa tidak tertata dengan baik. Ia akan berpidato di level panggung internasional. Tiba-tiba ia tersentum. Teks itu ada filenya di laptopnya (CSZ, 2011: 60).

Pada kutipan di atas kembali menegaskan bahwa Zahrana mengalami keresahan, kebingungan, dan rasa cemas yang melanda dirinya. Kecemasan, keresahan, dan kebingungan yang ia rasakan disebabkan adanya dorongan id yang mempengaruhi alam bawah sadarnya. Ia takut bila tidak menggunakan teks bahasa yang digunakan dalam berpidato tidaklah tertata dengan rapih. Hilangnya teks pidato bahasa inggrisnya membuatnya semakin resah. Padahal seingatnya

teks pidato tersebut telah dia masukkan kedalam tasnya. Namun yang terdapat di dalam tasnya hanyalah tulisan-tulisan ilmiahnya saja.

Selanjutnya ketika ia teringat bahwa softcopy pidato bahasa Inggris masih ada di dalam laptopnya. Adanya sebuah kelegaan yang melanda diri Zahrana. Teringat hal itu rasa nyaman menjalari batinnya. Rasa nyaman itu pula disebabkan oleh dorongan ego yang terjadi di dalam diri Zahrana.

Dorongan id yang terjadi di dalam diri Zahrana, semakin membuat psikisnya tertekan. Ketika ia masih berada di Beijing, China. Ia merasakan adanya keresahan yang disebabkan oleh dorongan id, akibat dari tindakannya yang kurang teliti yaitu mengenai teks pidatonya yang hilang. Ia tidak mau mempermalukan dirinya juga martabat bangsanya. Adanya sebuah keinginan mendasar dalam diri Zahrana untuk menemukan cara agar ia tidak mempermalukan martabat dirinya dan bangsanya. Kejadian ini dibuktikan pada paragraf berikut.

Ia tidak mau mempermalukan dirinya sendiri, juga martabat bangsanya. Ia harus menemukan cara. Baginya harga diri yang berkaitan dengan kehormatan ilmiah adalah segala-galanya. Zahrana berfikir keras. Akhirnya ia sampai pada suatu tekad: ia akan menyampaikan pidatonya tanpa teks. Pidato yang telah ia siapkan akan ia hafal diluar kepala, persis seperti saat ia dulu lomba pidato bahasa Inggris saat masih SMA (CSZ, 2011: 61).

Petikan paragraf di atas menjelaskan bahwa adanya dorongan id dan super ego yang terjadi pada diri Zahrana secara bersamaan. Kedua dorongan tersebut menciptakan sebuah pilihan sikap yakni ia akan berpidato tanpa teks. Dorongan id yang terjadi di dalam diri Zahrana membuat adanya sebuah penyesalan, dan kesedihan karena ia kurang mempersiapkan pidatonya. Tetapi dari dorongan super

egonyalah ia sadar, bahwa ia tidak ingin mempermalukan dirinya sendiri dan bangsanya karena ketidaksiapannya, maka dari itu ia menghafalkan pidatonya yang terdapat di dalam laptopnya. Dari dorongan super ego membuatnya merasa nyaman.

Dalam paragraf-paragraf selanjutnya masih menggambarkan dorongan id yang terjadi pada diri Zahrana yang juga disebabkan oleh faktor eksteren. Hal tersebut dibuktikan pada paragraf berikut ini.

“Aku juga sebenarnya sudah memikirkannya Lin. Tapi sekarang di umurku yang sudah tiga puluh empat tahun, pemuda mana yang mau denganku?” (CSZ, 2011: 107).

Pada paragraf tersebut lebih menjelaskan adanya dorongan id yang terjadi dalam diri Zahrana yang menimbulkan adanya kesadaran atas keadannya yang sudah tidak muda lagi. Zahrana sadar diumurnya yang sudah lebih dari tiga puluh tahun, laki-laki mana yang mau dengannya. Sedangkan kesadarannya itu menimbulkan kesedihan yang mendalam pada diri Zahrana.

Ketika sampai di rumah, ia menemui orang tuanya dan berbicara kepada ayahnya. Zahrana menanyakan sikap ayahnya mengenai penghargaan yang Zahrana dapatkan dari China. Ia bersikap seperti seorang anak kecil yang masih ingin dimanja, sedangkan umurnya tidak dapat disebut masih muda. Nada suaranya yang merajuklah membuktikan sikapnya yang ingin selalu dimanja oleh kedua orang tuanya. Hal itu dibuktikan pada paragraf di bawah ini.

Zahrana lalu jongkok dan berkata dengan nada merajuk pada ayahnya, “Masak Bapak nggak senang saya mendapatkan penghargaan? Dari luar negri lagi. Di kampus tadi saya mendapatkan sambutan khusus lho pak.” Pak Munajat baru membalikan badan memandang Zahrana.

“Sampai kapan kamu senang-senang sama kaya begituan terus?” Zahrana tertegun mendapat jawaban tajam bapaknya.

“Pak, penghargaan yang saya terima’kan kebanggaan keluarga juga. Inggih tho pak?”

“O, gitu, to? Nyatanya semakin kamu terkenal, dapat banyak penghargaan, malah semakin bikin malu orang tua!Kamu bangga, kami malu!” (CSZ, 2011: 114).

Selanjutnya pada petikan paragraf di atas tokoh Zahrana mengalami perubahan sikap yang ditimbulkan oleh dorongan id yang terjadi dalam diri tokoh utama. Dari dorongan id tersebut menciptakan adanya sikap seperti anak kecil yang ingin selalu dimanja. Tindakan seperti anak kecil yang dilakukan oleh tokoh Zahrana merupakan tindakan retrogressive behavior atau tindakan seseorang yang sudah berusia dewasa, tetapi bertindak seperti anak kecil. Sikapnya yang seperti anak kecil itu atau sikap merajuknya mendapatkan tanggapan yang tidak menyenangkan dari ayahnya, lebih tepatnya tidak ditanggapi. Karena tidak ditanggapi sikap manjanya itu, maka terjadilah peralihan emosi yakni dari manja menjadi sebuah kesedihan yang melanda hati Zahrana. Hal ini disebabkan oleh ayahnya merasa tidak senang bila Zahrana lebih mementingkan mengejar prestasi atau akademiknya saja dan tidak mementingkan untuk membangun sebuah keluarga. Dengan sikap ayahnya yang dingin dan marah terhadapnya, membuat perubahan sikap yang terjadi pada diri Zahrana yakni dari sikap manja menjadi sedih. Dorongan id yang terjadi dalam diri Zahrana menimbulkan kesedihan yang sangat mendalam.

Dorongan id yang timbul pada diri Zahrana bukan hanya ditemukan dalam satu bagian cerita, namun ditemukan dibeberapa bagian cerita di dalam novel. Hal itu dibuktikan ketika Bu Merlin datang kepadanya untuk

menyampaikan lamaran Pak Sukarman. Kejadian tersebut dibuktikan pada paragraf di bawah ini.

Tubuh Zahrana menggigil mendengar kata-kata Bu Merlin, ia berusaha menguasai dirinya. Kalau orang lain yang menyampaikan lamaran itu ia bisa lebih tenang. Tetapi ini yang melamarnya adalah Pak Sukarman melalui Bu Merlin. Ia kaget luar biasa. Pak Karman yang beberapa hari yang lalu baru saja menerima lamaran untuk putrinya, dan sudah menetapkan tanggal pernikahan putrinya kini melamarnya untuk dijadikan istrinya. Sesungguhnya ia ingin marah tetapi yang ada di hadapannya adalah Bu Merlin yang ia hormati. Kalau yang mengatakan itu bukan Bu Merlin ia mungkin langsung akan mengungkapkan emosinya saat itu juga. Tampaknya Pak Sukarman sangat jeli dalam memilih orang yang diutusnya untuk menyampaikan maksudnya (CSZ, 2011: 125).

Pada paragraf di atas menunjukkan adanya implus yang terjadi pada diri Zahrana. Implus tersebut yakni id dan kemudian menimbulkan dorongan super ego yang ada dalam diri Zahrana dan mempengaruhi psikologis tokoh Zahrana. Rasa tidak nyaman yang dirasakan oleh Zahrana dikarenakan kedatangan Bu Merlin yang membawa berita atau amanah dari Pak Sukarman untuk Zahrana. Rasa tidak nyaman Zahrana tersebut didorong oleh implus id yang terjadi di bawah alam sadarnya. Bu Merlin memberitahukan Zahrana, melalui dirinya bahwa Pak Sukarman melamar Zahrana. Karena itulah dorongan id dalam dirinya timbul. Dorongan id yang terjadi pada diri Zahrana disebabkan oleh faktor tokoh lain, yang kemudian menimbulkan implus super ego yang terjadi pada diri Zahrana.

Timbulnya dorongan super ego mengubah ketakutan Zahrana menjadi sebuah kemarahan dalam diri Zahrana. Kemarahan yang timbul dari super ego menyebabkan rasa tidak nyaman pada diri Zahrana semakin bertambah, membuat

dorongan id pada diri Zahrana semakin ingin melarikan diri dari rasa tidak nyaman tersebut. Dari rasa tidak nyaman tersebut, timbulah tindakan pertahanan diri yakni tindakan proyeksi. Tindakan proyeksi merupakan tindakan untuk menghadapi situasi yang tidak menyenangan dengan mengalihkannya terhadap hal atau situasi yang dapat menyenangkan. Dalam hal ini tokoh Zahrana, melakukan tindakan menguasai emosi atau menguasai diri.

Tekanan demi tekanan mengahampiri psikologis tokoh Zahrana. Zahrana merasa problematika yang ia rasakan tidak dapat ia atasi. Permasalah yang menimpanya tersebut membuat hati Zahrana terasa perih. Maka dari itu sepanjang perjalanannya dari kampus hingga perumahan Tlogosari ia menangis. Kejadian ini dibuktikan pada kutipan berikut.

Sepanjang perjalanan dari kampus hingga perumahan Tlogosari air matanya menetes. Hatinya perih, ia ingin mendapatkan penyembuhan dari Lina, tapi berkali-kali ia menelpon tidak bisa nyambung sama sekali. Ia telpon ke toko bukunya, pegawai Lina mengatakan kalau Lina mendadak diminta menemani suaminya acara di Singapura. Biasanya Lina selalu

Dokumen terkait