• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggambaran Tokoh Utama dengan Menggunakan Metode Langsung (Telling)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Penggambaran Tokoh Utama dengan Menggunakan Metode Langsung (Telling)"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini, peneliti akan membahas, menguraikan, dan menganalisis diri, psikologis tokoh Zahrana sebagai tokoh utama di dalam novel Cinta Suci Zahrana karya Habiburrahman El Shirazy yang menggunakan pendekatan psikologi sastra. Pendekatan psikologi sastra digunakan untuk mengetahui psikologis tokoh utama yang berkaitan dengan kepribadian, konflik yang dialami, serta sikap yang diambil dalam meyelesaikan permasalah. Alat bantu yang digunakan dalam menganalisis psikologi tokoh Zahrana yakni dengan teori psikoanalisis milik Sigmud Freud. Novel Cinta Suci Zahrana yang kemudian novel tersebut disingkat menjadi CSZ.

Di dalam sebuah karya sastra tidak terlepas dari tokoh dan penokohan. Karena sebuah karya sastra akan lebih hidup dan penuh dengan imajinasi ketika di dalam cerita terdapat para tokoh yang membuatnya hidup. Penokohan dalam cerita tidak terlepas hubungannya dari tokoh. Sedangkan istilah tokoh menunjuk pada siapa pelaku cerita. Penokohan dapat juga dikatakan sebagai proses penampilan tokoh, sebagai pembawa peran watak tokoh dalam suatu cerita.

(2)

Selanjutnya, dalam novel Cinta Suci Zahrana karya Habiburrahman El Shirazy-pun terdapat berbagai macam jenis tokoh, beserta penokohannya. Penulis novel sangat ahli dalam menggambarkan peran tokoh yang lebih dari 10 tokoh dalam novel beserta karakteristiknya yang berbeda-beda. Karakteristik yang digambarkan oleh penulis disetiap tokoh dan berbeda di dalam novel, memiliki perwatakan berbeda-beda yang dipengaruhi oleh keadaan sosiologis dan psikologis para tokoh.

Lebih dari 10 tokoh yang terdapat di dalam novel Cinta Suci Zahrana yang pengarang gambarkan secara jelas, baik dimensi fisiologis, sosiologis dan juga dimensi psikologisnya, peneliti lebih memberikan batasan dalam pendeskripsian diri para tokoh yang terdapat di dalam novel. Batasan yang dilakukan oleh peneliti dalam menganalisis tokoh dalam novel Cinta Suci Zahrana yakni hanya dengan mendeskripsian diri tokoh utama di dalam novel, sedangkan tokoh pendukung lainnya tidak peneliti paparkan peranannya di dalam novel.

A.Pendeskripsian Diri dan Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel Cinta

Suci Zahrana

(3)

Selanjutnya analisis ini peneliti membagi beberapa teknik penggambaran yang digunakan oleh pengarang untuk menggambarkan diri tokoh Zahrana sebagai tokoh utama. Teknik penggambaran itu adalah teknik penggambaran tokoh secara langsung (Telling) dan teknik penggambaran tokoh secara tidak langsung (Showing).

Tokoh Zahrana diposisikan sebagai tokoh utama, karena tokoh Zahrana sebagai sentral cerita, dan selalu ada di berbagai segmen cerita yang pengarang gambarkan. Kehadiran tokoh Zahrana sebagai tokoh utama mengalami berbagai macam konflik yang disebabkan tokoh lainnya di dalam cerita.

1. Penggambaran Tokoh Utama dengan Menggunakan Metode Langsung (Telling)

Kedudukan tokoh Zahrana di dalam cerita yakni sebagai tokoh utama. Pendeskripsian diri tokoh Zahrana di dalam cerita, pengarang menggunakan teknik pendeskripsian yakni dengan cara langsung (telling). Teknik penggambaran diri tokoh dengan cara langsung adalah cara melukiskan diri tokoh secara langsung, yang dihadirkan oleh pengarang ke hadapan pembaca dengan tidak berbelit-belit, melainkan begitu saja dan langsung disertai deskripsi kehadirannya, yang berupa sikap, sifat, tingkahlaku, bahkan ciri fisiknya. Pendeskripsian tokoh Zahrana dilakukan oleh pengarang secara langsung yang dipaparkan dalam paragraf berikut.

(4)

beberapa hal yang ia merasa ia tidak harus mengikuti kemauan orang tuanya. Karena ia merasa bahwa hal itu sama sekali tidak mengganggu kedua orang tuanya dan jika ia mengikutinya ia merasa tidak menjadi dirinya sendiri (CSZ, 2011: 4-5).

Diri tokoh utama digambarkan oleh pengarang dalam bentuk uraian di atas yakni penggambaran bentuk fisiologis, dan psikologis. Tokoh Zahrana digambarkan sebagai tokoh yang sudah tidak anak-anak dan tidak remaja lagi, namun ia sudah berumur. Tokoh Zahrana selalu mengikuti keinginan orang tuanya. Pada kutipan tersebut terdapat adanya keinginan dalam diri Zahrana. Keinginan tersebut adalah Tokoh Zahrana ingin dilepas oleh orang tuanya, selayaknya seorang anak yang dimanja dan dibanggakan. Tokoh Zahrana telah berusaha menjadi anak yang berbakti dan hampir selalu mengikuti keinginan kedua orang tuanya, kecuali beberapa hal yang ia tidak harus mengikuti kemauan orang tuanya.

Petikan selanjutnya yang mendeskripsikan tokoh utama yang digambarkan oleh pengarang dengan menggunakan metode langsung.

Nalar kritisnya menguatkan dirinya, bahwa ia sama sekali tidak salah. Apa yang ia tempuh adalah sebuah kemajuan. Ia memiliki potensi besar dan ia harus mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya. Sudah tidak jamannya lagi perempuan diatur-atur oleh adat dan norma yang tidak ada patokan ilmiahnya. Ia bahkan masih harus menunda pernikahannya sampai meraih gelar doktornya. Setelah meraih penghargaan di Beijing akan sangat mudah baginya mendapatkan beasiswa S3 di luar negeri. Bahkan jika ia melamar S3 ke Tsinghua University pasti akan diterima dengan tangan terbuka (CSZ, 2011: 26).

(5)

Dikutipan paragraf tersebut juga terkandung penggambaran tokoh secara sosiologisnya yakni dengan adanya sebuah lingkungan sosial atau lingkungan masyarakat yang berada disekitar tokoh, adanya adat istiadat masa lampau yang mempengaruhi cara berfikir manusia dizaman dahulu yaitu bahwa zaman dahulu perempuan diatur oleh adat dan norma yang tidak ada patokan ilmiahnya, namun sekarang zaman telah berubah wanita tidak dapat lagi diatur-atur oleh norma dan adat istiadat yang terdapat di dalam masyarakat.

Secara psikologis pengarang menggambarkan tokoh Zahrana dengan sangat jelas dan lebih menonjol dibandingkan dengan penggambaran dimensi-dimensi lainnya. Secara psikologis tokoh Zahrana digambarkan sebagai wanita yang memiliki potensi dan memiliki keinginan yaitu untuk mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya.

Adapun paragraf yang menjelaskan diri Zahrana sebagai tokoh utama dengan menggunakan teknik langsung.

... Ia bertanya-tanya dalam hati, bukankah ia bersusah payah dan berjuang keras mengukir prestasi selama ini untuk membahagiakann kedua orang tuanya? Sebagai anak semata wayang ia tidak mau dimanja-manja. Ia belajar keras dan bekerja tiada henti siang dan malam demi mengangkat derajat kedua orang tuanya.

... Sebab ia tidak pernah kuliah di luar negeri. Ia murni produk dalam negeri. Menyelesaikan S1 di Fakultas Teknik UGM dan S2 di ITB (CSZ, 2011: 3).

(6)

negeri. Tokoh Zahrana menyelesaikan S1 di Fakultas Teknik UGM dan S2 di ITB.

2. Penggambaran Tokoh Utama dengan Menggunakan Metode Tidak Langsung (Showing)

Keberadaan tokoh Zahrana di dalam novel selalu berada di setiap segmen cerita. Dalam penggambaran diri yang dilakukan pengarang terhadap tokoh Zahrana bukan hanya secara langsung saja namun juga secara tidak langsung yakni dengan menggunakan teknik percakapan antara tokoh lain atau diri tokoh Zahrana yang disampaikan oleh tokoh lain. Hal ini dibuktikan pada petikan di bawah ini.

“Saya katakan anak itu mementingkan dirinya sendiri, kesenangannya sendiri. Yang ia pikirkan bagaimana meraih penghargaan ini, gelar ini dan itu, ngisi seminar ini dan itu. Itu saja yang ia pikirkan. Dia tidak pernah mikir kedua orang tuanya tak lama lagi akan mati. Kami semakin tua. Dan dia masih lajang saja, tidak juga berumah tangga. Sekarang ia sudah tua, tak ada yang datang lagi padanya. Orang-orang sudah menggunjingnya sebagai perawan tua. Beberapa kali kami ingatkan itu, ia malah bilang ‘Bapak dan Ibu ndak usah mikir omongan orang. Yang penting Zahrana tahu apa yang harus Zahrana lakukan dan Zahrana bahagia’. Kita ini hidup bermasyarakat bagaimana mungkin tidak memerhatiakn omongan orang” Jelas Bu Nuriyah panjang lebar (CSZ, 2011: 43-44).

(7)

di dalam penggala tersebut yaitu tokoh Zahrana yang digambarkan sudah tua. Secara sosiologisnya juga tergambarkan dalam petikan paragraf tersebut yakni orang-orang sudah menggunjingkannya sebagai perawan tua.

Bukan dalam petikan paragraf di atas saja yang menggambarkan tokoh utama dengan menggunakan metode tidak langsung, namun juga terdapat dalam petikan-petikan paragraf lain di dalam novel. Pendeskripsian diri tokoh Zahrana dengan metode tidak langsung dibuktikan berikut ini.

Akhirnya ayahnya angkat bicara, “Nduk selama ini ayah dan ibu sudah mengalah. Mengikuti semua keinginanmu. Kami ingin kamu ke pesantren, kamu ingin ke SMA, kami ngalah. Kami ingin kamu lanjut ke IKIP di sini saja, biar tidak jauh dari kami berdua. Kamu ngotot kuliah di UGM Jogja meninggalkan kami, kami ngalah. Kami ingin kamu bahagia, kalau kamu bahagia maka kami bahagia. Meskipun mungkin kamu melihat bapakmu mungkin diam saja sama kamu. Tetapi sesungguhnya siang malam bapakmu ini selalu mendoakan kamu. Kamu adalah harta kami yang paling mahal. Kami ingin kamu ada di dekat kami kamu anak kami satu-satunya. Kalau kamu ngajar di Jogja, itu artinya kamu meninggalkan kami. Apa kamu tega meninggalkan ibumu yang kini sudah beranjak tua Nduk? Kalau kamu tetap ngotot ingin ngajar di Jogja, itu artinya kamu sendiri yang minta agra kami mengikhlaskan kamu, seolah-olah kami tidak memiliki anak lagi. Kami tidak bisa melarang, kamu sudah dewasa, bisa mikir dan menentukan langkah kamu. Hanya ya inilah kenyataannya.” (CSZ, 2011: 11-12).

(8)

paling mahal yang dimiliki oleh kedua orang tuanya. Menurut Pak Munajat, tokoh Zahrana telah dewasa maka dari itu Pak Munajat memberikan kebebasan untuk Zahrana memikirkan langkah hidupnya sendiri.

Adapun penggambaran diri tokoh Zahrana secara tidak langsung yang digambarkan oleh pengarang melalui pemikiran orang atau tokoh lain yakni Pak Sukarman. Hal tersebut dibuktikan pada penggalan berikut.

Pak Sukarman memasuki ruangannya sambil bersiul bahagia. Hari ini ia merasakan banyak keinginannya terkabul, dan banyak hal yang membuatnya bahagia. Yang paing membuatnya bahagia adalah ia merasa yakin akan menikah lagi setelah menduda satu tahun lamanya... Pikir Pak Sukarman

... Ketiga, Zahrana sudah sangat berumur. Ia tahu Zahrana adalah anak tunggal dan kedua orang tuanya sudah tua. Pasti kedua orang tuanya sudak mendesak Zahrana untuk segera menikah. Dan gadis yang sudah berumur dan cerdas seperti Zahrana justru tidak akan mudah menemukan jodoh yang benar-benar ideal. Yaitu yang umurnya sedikit di atasnya, sama pinternya, sama strata pendidikannya, ganteng, dan masih perjaka. Kalau ada yang seperti itu biasanya akan memilih gadis yang jauh lebih muda dan cantik. Yang masih di bawah tiga puluhan. Yang baru lulus dan masih segar. Dia tidak akan mencari yang seperti Zahrana yang sudah tiga puluh empat tahun (CSZ, 2011: 137-138).

Dari paparan paragraf di atas menunjukkan adanya penggambaran diri tokoh Zahrana yang dilakukan pengarang melalui pikiran tokoh lain yaitu tokoh Pak Sukarman. Tokoh Zahrana digambarkan sebagai wanita yang sudah berumur tiga puluh empat tahun, merupakan anak tunggal, cerdas, dan memiliki orang tua yang sudah tua. Keadaan diri Zahrana secara fisik digambarkan jelas oleh pengarang melalui pemikiran tokoh lain.

Lihatlah petikan-petikan paragraf berikut ini.

(9)

“Ini adalah hari bahagia kita semua, keluarga besar Fakultas Teknik. Terutama saya, sungguh saya merasa sangat bahagia. Saya benar-benar terkesima pada Bu Zahrana, oh maaf, maksud saya pada prestasi Bu Zahrana.” Kata Pak Sukarman.

Mendengar kalimat terakhir Pak Sukarman beberapa dosen tersenyum. Pak Sukarman kembali melanjutkan pidatonya,

“Semua yang menyaksikan liputan khusus pemberian penghargaan itu pasti sepakat dengan saya. Sungguh saya benar-benar terkesima mendengar pidato ilmiah Bu Zahrana, yang penuh kekuatan menyihir dan terpeukau melihat penampilan Bu Zahrana di atas mimbar terhormat itu... cantik dan anggun...” (CSZ, 2011: 98).

Dari petikan di atas menunjukkan adanya penggambaran diri tokoh Zahrana yang dilakukan oleh pengarang yakni dengan menggunakan teknik tidak langsung. Penggambaran diri Zahrana, diungkapkan oleh Pak Sukarman dalam pidato penyambutan Zahrana setelah kembali dari Beijing, China. Zahrana digambarkan sebagai wanita yang mempesona, cantik dan anggun, serta berprestasi. Penggambaran diri Zahrana tersebut merupakan penggambaran dari segi fisiologinya.

Kembali diri tokoh Zahrana digambarkan oleh pengarang secara tidak langsung. Hal ini dibuktikan pada petikan paragraf berikut ini.

“Ck..ck..ternyata ada juga ya orang Indonesia yang pinternya mengalahkan orang Jepang.” Celetuk Mbak Mar.

“Tidak hanya itu, nanti Mbak Rana juga akan tampak betapa hebatnya dia. Aku baca dikoran Mbak Rana meraih penghargaan tingkat dunia di Beijing mengalahkan banyak arsitektur luar negeri.” Sahut seorang remaja putri berkaos biru muda (CSZ, 2011: 73).

(10)

pintar dan hebat, karena telah meraih penghargaan tingkat dunia di Beijing mengalahkan banyak arsitektur luar negeri.

B.Kajian Psikoanalisis, Konflik dan Sikap pada Tokoh Utama dalam Novel

Cinta Suci Zahrana

Dalam novel Cinta Suci Zahrana karya Habiburrahman El Shirazy yang menentukan tokoh Dewi Zahrana atau Zahrana sebagai tokoh utama. Penggambaran tokoh utama yang dilakukan oleh pengarang dibuat lengkap, dan sentral di dalam novel. Hal ini dikarenakan tokoh Zahrana selalu ada di setiap bagian cerita dan diposisikan sebagai pusat cerita. Pengarang pun tidak lupa memberikan beberapa konflik yang dirasakan oleh tokoh Zahrana sebagai tokoh utama. Konflik atau permasalahan yang dihadirkan penulis menambah kemenarikan cerita.

(11)

Di bawah ini terdapat adanya analisis kepribadian tokoh utama, serta konflik yang dialami, dan sikap yang dilakukan oleh tokoh utama untuk menyelesaikan, atau pun menghindar dari konflik yang dialaminya.

1. Ragam Konflik dan Sikap Tokoh Utama dalam Novel Cinta Suci Zahrana

Berbagai macam konflik yang menyerang psikis tokoh utama yakni Dewi Zahrana yang terdapat di dalam novel Cinta Suci Zahrana karya Habiburrahman El Shirazy. Konflik batin yang ia rasakan yakni masih bersangkutan dengan belum kunjungnya jodoh yang oleh tokoh Zahrana. Bukan hanya belum kunjungnya jodoh yang sesuai dengan keinginan Zahrana saja sebagai penimbul konflik psikis, namun juga datangnya lamaran dari Pak Sukarman yang membuatnya semakin tertekan.

Berbagai macam konflik yang dirasakan Zahrana, menyebabkan timbulnya sikap atau tindakan untuk mengurangi problematika yang dirasakannya. Dalam garis besar konflik, Freud membaginya menjadi empat macam yakni Approach-approach conflict, Approach avoidance conflict, Avoidance-avoidance conflict, Double approach Avoidance-avoidance conflict. Keempat jenis konflik tersebut dialami oleh tokoh utama.

(12)

a. Jenis Konflik Approach-Approach Conflict pada Diri Tokoh Utama dan Sikap yang Dilakukan dalam Menghadapi Konflik

Dalam diri Zahrana terjadi berbagai macam konflik yang menekan psikisnya. Konflik yang terjadi di dalam diri Zahrana disebabkan oleh adanya tekanan dari tokoh-tokoh lain. Jenis konflik Approach-approach conflict juga dialami oleh tokoh Zahrana. Hal ini dibuktikan pada petikan paragraf-paragraf berikut ini.

Apakah langkah yang ia tempuh salah? Nalar kritisnya menguatkan dirinya, bahwa ia sama sekali tidak salah. Apa yang ia tempuh adalah sebuah kemajuan. Ia memiliki potensi yang dimilikinya. Sudah tidak jamannya lagi perempuan diatur-atur oleh adat dan norma yang tidak ada patokan ilmiahnya. Ia bahkan masih harus menunda pernikahannya sampai meraih gelar doktornya. Setelah meraih penghargaan di Beijing akan sangat mudah baginya mendapatkan beasiswa S3 di luar negeri. Bahkan jika ia melamar S3 ke Tsinghua University pasti akan diterima dengan tangan terbuka.

Tetapi satu sisi nuraninya menegurnya, bahwa ia adalah perempuan yang egois. Kenapa juga tidak segera sadar bahwa umurnya sudah melewati kepala tiga. Siapa bilang norma masyarakat tidak ada patokan ilmiahnya? Ada. Ketika masyarakat menyebut seseorang sebagai perawan tua, itu tidak semata-mata ejekan. Tetapi sebenarnya itu adalah peringatan tanda sayang. Dunia kedokteran sudah menentukan usia produktif perempuan. Idealnya perempuan menikah sebelum usia tiga puluh tahun. Sehingga aman melahirkan keturunan (CSZ, 2011: 26-27).

(13)

keinginan paling dalam yang dari dulu ia inginkan. Sedangkan menikah juga keinginannya tetapi tidak terlalu penting dari pada meraih gelar doktornya. Meskipun menikah merupakan keinginannya pula, tetapi ia masih memilih untuk melanjutkan studinya untuk meraih gelar doktornya.

Dalam petikan di atas, adanya sebuah pembelaan diri, dan anggapan bahwasannya norma tidak memiliki patokan ilmiah yang akurat. Baginya tidak lagi zamannya perempuan diatur-atur oleh norma-norma yang berlaku, karena sekarang merupakan masa yang modern. Perempuan juga dapat berkarir seperti laki-laki.

(14)

Adapun tindakan pertahanan ego yang dilakukan oleh tokoh Zahrana adalah tindakan reaksi formasi. Tindakan reaksi formasi adalah tindakan yang diakibatkan adanya implus yang diikuti kecenderungan berlawanan dengan tendensi yang ditekan. Perilaku tokoh Zahrana yang digambarkan oleh pengaran sesuai dengan manusia yang berada di lingkungan masyarakat nyata.

b. Jenis Konflik Approach Avoidance Conflict pada Diri Tokoh Utama dan Sikap yang Dilakukan dalam Menghadapi Konflik

Dalam kehidupan tokoh Zahrana yang dideskripsikan oleh pengarang secara berlebihan juga mengandung jenis konflik Approach avoidance conflict yang mempengaruhi psikis tokoh Zahrana. Serta mempengaruhi tindakan-tindakan yang diambil untuk terlepas dari konflik tersebut. Ada pun pembuktian jenis konflik Approach avoidance conflict yang terdapat di dalam novel.

Tetapi apalah arti semua penghargaan dan ucapan selamat itu jika tidak juga bisa membahagiakan kedua orang tuanya. Ia masih ingat betul wajah ayahnya yang dingin saat pamit. Ayahnya hanya bilang “yah, kalau sudah selesai segera pulang.” Ibunya sedikit lebih ramah, tetapi terasa dingin juga, “Hati-hati ya”. Ia sebenarnya berharap ayah dan ibunya melepasnya dengan rasa bangga, bahkan ikut mengantarnya sampai Bandara Internasional Adi Sumarno Solo. Meskipun ia sudah tidak anak-anak dan tidak remaja lagi, bahkan ia sudah sangat berumur, tetapi ia ingin dilepas kedua orang tuanya layaknya seorang anak yang dimanja dan lagi-lagi dibanggakan. Ia telah menjadi anak yang baik, anak yang berbakti kepada orang tuanya. Apakah baktinya selama ini masih kurang?” (CSZ, 2011: 4).

(15)

keberangkatannya ke Beijing, untuk mendapatkan penghargaan prestisius bertaraf internasional yang diberikan oleh Universitas Tsinghua. Seharusnya penghargaan itu menjadi sebuah kebahagian yang tidak terkira karena mampu membuat nama bangsa Indonesia semakin terkenal ditataran internasional. Sedangkan motif negatifnya adalah ketika tokoh Zahrana berangkat menuju Beijing untuk menerima penghargaan kedua orang tuanya bersikap dingin, bahkan bersikap tidak peduli. Penghargaan yang seharusnya mampu membuat siapapun bangga, namun baginya kabahagian dan rasa bangga itu tidak ia rasakan. Itulah yang menyebabkan mengapa tokoh Zahrana merasa tidak senang.

Perubahan emosi timbul pada diri Zahrana yang disebabkan oleh faktor eksteren atau dipengaruhi oleh faktor di luar diri tokoh Zahrana. Faktor eksteren tersebut adalah tokoh Pak Munajat dan Bu Nuriyah yang sebagai orang tua tokoh Zahrana.

Adanya dorongan ego yang terjadi di dalam diri Zahrana, menciptakan adanya sebuah tindakan pertahanan. Tindakan pertahanan ego tersebut adalah agresi atau lebih tepatnya mengalami retrogressive behavior yakni sebuah perilaku seseorang yang mirip seperti anak kecil. Pertahanan ego tersebut dibuktikan pada kutipan di atas yang menunjukkan tokoh Zahrana menginginkan untuk tetap dimanja oleh kedua orang tuanya, keinginan untuk tetap dimanja dan dibanggakan hadir dalam batin Zahrana. Sedangkan ia sudah tidak lagi menjadi anak kecil yang harus selalu dimanja dan diperhatikan.

(16)

inginkan dari kedua orang tuanya. Dari tidak terpenuhi keinginannya menimbulkan adanya sebuah konflik yang terjadi di dalam batin Zahrana. Tindakan lanjutan yang tercipta dari rasa tidak nyaman yang dirasakan Zahrana yaitu dengan menimbulkan sikap keraguan atas sikapnya selama ini, dan menimbulkan pertanyaan apakah baktinya terhadap orang tua kurang.

Selanjutnya dalam petikan paragraf di bawah ini. Terdapat pula konflik yang menyerang psikis tokoh utama. Konflik psikis tersebut disebabkan oleh tokoh lain dalam cerita yakni tokoh Pak Munajat yang dalam cerita sebagai ayah kandung tokoh Zahrana.

... Keinginannya adalah masuk Fakultas Kedokteran UI, UGM, UNDIP atau UNS. Ia utarakan pada kedua orangtuanya. Ibunya sangat antusias mendengarnya.

“Wah Pak, kalau rana jadi dokter mulia kita Pak. Oh senangnya kalau punya anak dokrter.” Mata ibunya berbinar-binar.

Tetapi ayahnya menanggapi dengan dingin, “senang-senang, gak dipikir biayanya dari mana! Mbok yo uteke dienggo ojo perasaanne wae sing dienggo!”

Mendengar kalimat ayahnya itu ia lalu mawas diri dan berpikir bahwa untuk menembus masuk Fakultas Kedokteran UI dan UGM ia sangat yakin bisa, tetapi setelah masuk biayanya dari mana. Dari kakak kelas yang sudah dua tahun di Fakultas Kedokteran, ia tahu bahwa biaya pendidikan di Fakultas Kedokteran memang besar. Biaya praktiknya juga maha...

... maka ia menemukan tantangannya dan ia memilih meneruskan kuliah di Fakultas Teknik UGM, Jurusan Arsitektur. Ayahnya kurang setuju, tetapi ia tetap maju dan memberikan seribu alasan sehingga kemauannya diamini sang ibu. (CSZ, 2011: 5-6).

(17)

yakni bahwa ia ingin melanjutkan studinya ke Fakultas Kedokteran UGM (Universitas Gajah Mada) atau UI (Universitas Indonesia) dan ia merasa mampu untuk masuk ke Fakultas Kedokteran yang diinginkannya itu. Sedangkan motif negatif yang tercipta adalah ketika ia menyadari biaya yang diperlukan untuk meneruskan studinya di Fakultas Kedokteran sangatlah mahal. Kedua motif tersebut mempengaruhi psikologis Zahrana yang kemudian menciptakan konflik batin di dalam dirinya. Selain konflik yang memuat motif postif dan negatif yang terjadi pada diri Zahrana, juga adanya perubahan sikap yang dilakukannya untuk mempertahankan ego yakni dengan melakukan tindakan rasionalisasi.

Tindakan rasionalisasi terbentuk karena adanya dorongan ego yang membuat rasa tidak nyamanan dalam diri Zahrana. Tindakan rasionalisasi adalah tindakan yang memiliki dua tujuan utama yakni pertama untuk mengurangi kekecewaannya ketika Zahrana gagal mencapai tujuannya yaitu untuk meneruskan studi ke Fakultas Kedokteran. Tujuan kedua ialah membentuk motif yang lebih dapat diterima oleh masyarakat di lingkunganya atas perilaku tokoh Zahrana. Tindakan rasionalisasi yang dilakukannya adalah dengan tidak meneruskan keinginannya untuk kuliah di Fakultas Kedokteran UI atau pun UGM. Maka Zahrana memilih untuk meneruskan studinya ke Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur UGM.

(18)

masyarakat nyata yakni sama, namun yang membedakannya adalah cara pendeskripsian sikap yang dilakukan pengarang terhadap tokoh Zahrana sangat berlebihan.

Perubahan-perubahan emosi yang terjadi pada diri Zahrana tergambarkan dengan jelas oleh pengarang. Perubahan-perubahan emosi yang terjadi dalam diri tokoh Zahrana, berawal dari kesedihan dan kekecewaan karena tidak terpenuhi keinginannya untuk melanjutkan studi ke Fakultas Kedokteran. Kemudian berubah menjadi sebuah kesadaran bahwa biaya untuk studi di Fakultas Kedokteran sangatlah mahal. Serta adanya pengambilan sikap tegas yang dilakukan Zahrana yakni bersikap memilih melanjutkan studi ke Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur UGM. Perubahan-perubahan emosi inilah tercerminkan dari dunia nyata yang pengarang lihat, bahwa keputusan-keputusan individu dapat berubah-ubah.

Prestasi demi prestasi telah diperoleh Zahrana. Ia membuktikan bahwa dirinya lebih baik dari pada mahasiswa lainnya. Pembuktian tersebut terdapat pada paragraf berikut ini.

(19)

... Ia merasa tidak salah memilih kuliah di Fakultas Teknik UGM, Jurusan Arsitektur (CSZ, 2011: 9-10).

(20)

Tindakan represi merupakan tindakan yang bertugas mendorong keluar implus-implus id yang tidak diterima, dari alam sadar dan kembali ke alam bawah sadar. Tindakan represi yang dilakukan Zahrana yakni dengan tindakan pembelaan diri bahwa ia tidak melakukan kesalahan telah mengambil jurusan arsitektuk di Fakultas Teknik UGM, serta telah menunjukkan kemampuannya yang ditunjukan dengan prestasi-prestasi yang ia dapatkan.

Konflik psikis yang dirasakan oleh Zahrana tidak berhenti ketika ia diwisuda, namun masih berkelanjutan dalam keadaan dan kondisi tokoh Zahrana yang berbeda. Hal ini dibuktikan dalam paragraf berikut ini.

Dua bulan setelah ia diwisuda ia mendapat panggilan dari UGM untuk ikut mengajar. Ia ditawari jadi asisten dosen. Ia langsung menghadap Dekan Fakultas Teknik. Dari Dekan ia mendapatkan penejalasan bahwa ia diproyeksikan untuk menjadi dosen dan akan dikirim ke Belanda untuk mengambil S2, itu jika ia bersedia.

Dengan penuh rasa bahagia ia ceritakan semua keberuntungan yang menghampirinya kepada ayah dan ibunya. Tetapi tanggapan mereka berdua jauh dari yang ia duga. Ibunya malah berkaca-kaca sedih, bukan bahagia. Tak ada yang keluar dari mulut ibunya tercinta. Akhirnya ayahnya angkat bicata.

... Kalau kamu tetap ngotot ingin mengajar di Jogja, itu artinya kamu sendiri yang meminta agar kami mengikhlaskan kamu, seolah-olah kami tidak memiliki anak lagi.

Kalimat ayahnya itu menusuk kesadarannya. Ia terhenyak sesaat. Kalimat ayahnya terasa mengiris dadanya.

... Itu bahasa halus, bahwa ayah dan ibunya tidak akan menganggap dirinya sebagai anaknya lagi jika nekat mengajar di Jogja. Sangat halus tapi tajam, tajam tapi halus. Tetapi entah mengapa ia tidak bisa berdalih dan berdalil apa-apa kali ini. Ia sama sekali tidak punya alasan yang kuat seperti sebelum-sebelumnya

... dengan berat hati, ia memutuskan untuk tidak mengambil tawaran langka itu (CSZ, 2011: 12).

(21)

Teknik Universitas Gajah Mada (UGM) sekaligus ditawari beasiswa untuk melanjutkan setudi S2-nya ke luar negeri, suatu rezki yang berlimpah baginya, namun setelah diutarakan dan dirundingkan bersama kedua orang tuanya, hasilnya bahwa kedua orang tuanya tidak setuju dengan keinginan Zahrana. Orang tuanya tidak setuju bila Zahrana mengajar di Jogja. Hal ini menimbiulkan kekecewaan sekaligus konflik batin yang melanda Zahrana. Konflik batin yang dialami Zahrana yakni konflik Approach avoidance conflict. Jenis konflik Approach avoidance conflict merupakan jenis konflik psikis yang dialami individu karena menghadapi dua situasi yang masing-masing mengandung motif negatif dan motif positif yang sama kuat. Hal ini dibuktikan oleh kata-kata ayah Zahrana yang sangat membuat Zahrana semakin sedih, yakni pilihan yang diberikan oleh ayahnya untuk mengambil tawaran mengajar di UGM dan mendapatkan beasiswa S2 ke luar negeri, atau ayah dan ibunya akan menganggap tidak memiliki anak lagi atau dalam artian Zahrana tidak akan dianggap anak mereka lagi bila menerima tawaran tersebut. Pilihan yang diajukan ayahnya sangat membuat psikologis Zahrana tertekan. Konflik yang terjadi pada diri Zahrana ini menimbulkan sebuah pengambilan sikap yang dewasa oleh Zahrana meskipun dengan berat hati. Sikap yang diambil oleh Zahrana adalah dengan tidak menerima tawaran mengajar di Fakultas Teknik UGM dan tetap berada di Semarang.

(22)

ditimbulkan. Untuk mengurangi kekecewaannya ia mengajar di Universitas Mangunkarsa. Semarang. Ia tidak ingin dianggap durhaka karena memilih untuk meninggalkan kedua orang tuanya, hanya untuk sebuah akademik.

Selanjutnya ketika rasa cemas, sedih, bimbang melanda diri Zahrana yaitu ketika ia dilamar oleh Pak Sukarman. Lamaran tersebut ia ceritakan kepada Lina sahabatnya. Kejadian itu dipaparkan pada penggalan percakapan di bawah ini.

“Aku ingin curhat tentang masalah yang sedang aku hadapi.” “Boleh.”

“Aku sedang cemas, takut dan bimbang Lin.” “Kenapa?”

“Aku dilamar”

“Lho seharusnya kau senang dong ada yang melamar kamu, bukan malah cemas dan takut.”

“Masalahnya ini yang melamar aku Pak Karman. Kau tahu kan siapa Pak Karman.”

“Inna lillahi wa ilaihi raaji’iun.” Ucap Lina sepontan begitu tahu siapa yang melamar Zahrana. “Kalau dia yang melamar kamu wajar kau takut. Sebab musibah ada dihadapanmu. Tetapi kau tidak perlu bimbang kurasa. Sikap yang harus kau ambil sudah jelas kok. Kenapa bimbang? Lanjut Lina.

“Ini menyangkut keinginan kedua orang tua agar aku segera menikah. Juga aku agak pakewuh menolak lamaran itu karena yang menyampaikan lamaran itu Bu Merlin yang aku segani. Kalau menurut Wati, kau ingat kan Wati teman kita yang kini jadi istri lurah itu?”

“Ya ingat. Bagaimana menurut Wati?”

“Menurut dia aku terima saja. Anggap saja niatnya dakwah. Siapa tahu setelah menikah dengan aku Pak Karman jadi baik. Begitu menurut Wati. Menurut kamu bagamana Lin? Aku perlu pendapatmu. Aku sungguh bingung dan cemas.”(CSZ, 2011: 163-164).

(23)

mengandung motif positif dan motif negatif yang sama kuat. Kedua keadaan yang mengandung motif positif dan motif negatif tersebut yaitu, pertama motif positif yang terkandung di dalam konflik ini ialah Zahrana dilamar, meskipun tanpa dipungkiri keadaan Zahrana yang ingin segera menikah juga merupakan keinginan dari kedua orang tuanya. Ketika sebuah lamaran datang kepadanya, ternyata lamaran tersebut dari Pak sukarman yang disampaikan oleh Bu Merlin dan Zahrana merasa tidak enak kapada Bu Merlin jika menolak lamar tersebut, karena Zahrana sangat menghormati Bu merlin. Kedua yakni motif negatif yang kuat. Motif negatif tersebut adalah ketika lamaran datang kepadanya, lamaran tersebut dari Pak Sukaraman yang tak lain merupakan pimpinannya sendiri di tempat ia mengajar. Pak Sukarman seorang dekan fakultas Teknik, Universitas Mangunkarsa.

Kedua motif yang terdapat pada diri Zahrana berbeda, namun sangat kuat menimbulkan kecemasan. Kecemasan tersebut yakni kecemasan real, yang merupakan kecemasan atau ketakutan individu terhadap bahaya-bahaya nyata yang berasal dari dunia luar. Kecemasan real tersebut diakibatkan oleh adanya lamaran yang datang dari Pak Sukarman.

(24)

dalam diri Zahrana yakni adanya sebuah kecemasan, kebingungan, dan kesedihan yang mendalam.

Ada pula, konflik yang disebabkan oleh tokoh lain yang dialami Zahrana. Konflik tersebut disebabkan oleh kedua orang tuanya, yang memaksa Zahrana untuk segera menikah. Hal ini dibuktikan dalam paragraf di bawah ini.

“Buatlah kami bangga kamu menikah dengan orang yang terhormat dan terpandang, sehingga penantian kamu tidak sia-sia.” Kalimat itu terus terngiang-ngiang dalam telinga, dada dan pikirannya. Jelas sekali kedua orang tuanya menginginkan ia menerima lamaran itu.

Matanya berkaca-kaca. Kalau tidak ada kekuatan iman dalam dada ia mungkin telah memilih sirna dari dunia. Ujian yang ia derita sangat berbeda dengan orang-orang seusianya. Banyak yang memandangnya sukses. Hidup bolehlah disebut berkecukupan. Punya pekerjaan yang terhormat dan bisa dibanggakan. Bagaimana tidak, ia mampu meraih gelar master teknik dari sebuah institut teknologi paling bergengsi di negeri ini. Dan kini ia dipercaya duduk dalam jajaran pengajar tetap di universitas swasta terkemuka di ibukota Propinsi Jawa Tengah: Semarang.” (CSZ, 2011: 183-184).

Petikan paragraf tersebut, menjelaskan adanya emosi dan harapan dari kedua orang tua Zahrana yang mempengaruhi psikis tokoh Zahrana. Kalimat dari orang tuanya itu sangat tajam dan menusuk kesadarannya. Bahwa adanya harapan berupa ujaran dari kedua orang tua Zahrana yang menginginkan agar Zahrana untuk segera menikah dengan orang terhormat dan terpandang. Hal itu menunjukkan bahwa orang tua Zahrana menginginkan Zahrana untuk menerima pinangan Pak Sukarman.

(25)

situasi yang masing-masing mengandung motif positif dan motif negatif yang sama-sama kuat. Motif positif yang terdapat di dalam konflik yakni keinginan kedua orang tua Zahrana yang menginginkan anaknya untuk segera menikah, serta membuat mereka bangga. Orang tua Zahrana, menginginkan Zahrana untuk menikah dengan laki-laki yang terhormat dan juga terpandang dengan tujuan agar penantian Zahrana selama ini tidaklah sia-sia. Sedangkan motif negatif yang terdapat di dalam konflik yakni kesedihan yang dirasakan oleh Zahrana.

Zahrana merasakan sedih, karena Pak Sukarmanlah yang datang untuk meminangnya. Laki-laki yang dimata Zahrana, merupakan laki-laki yang tidak bermoral yang datang kepadanya. Hatinya tidak dapat menerima Pak Sukarman untuk menjadi suaminya, tetapi kedua orang tuanya menginginkan sebaliknya. Tangis yang terjadi pada diri Zahrana merupakan tindakan untuk meringankan beban di dalam dadanya. Tindakan tersebut merupakan tindakan represi.

Tindakan represi merupakan tindakan pertahanan diri dari konflik yang merupakan tindakan menekan rasa tidak nyaman yang disebabkan oleh id yang terjadi di dalam alam sadarnya untuk kembali ke dalam alam bawah sadarnya.

Kesedihan yang mendalam dirasakan oleh Zahrana. Penyesalan demi penyesalan kini ia rasakan. Kesedihan dan penyesalan ia rasakan karena ia telah banyak membuang kesempatan begitu saja. Kesempatan yang datang kepadanya yakni kesempatan untuk menyempurnakan agamanya, banyak laki-laki yang berdatangan kepadanya untuk meminang Zahrana, namun masih ia tolak. Kesedihan dan penyesalan tersebut tampak pada kutipan berikut.

(26)

bimbang harus memutuskan apa nanti. Ia sudah sangat tahu siapa yang akan datang. Dan sebenarnya ia juga sudah tahu apa yang sudah harus ia putuskan. Nurani, akal sehat, dan suara hati paling dalam sudah menolak pinangan itu. Tak ada pilihan lain. Tak ada kompromi. Ia harus bersabar meniti jalan panjang sampai ia menemukan pendamping hidup yang ia harapkan. Tapi bagaimana ia harus kembali memberikan pemahaman kepada ayah-ibunya yang mulai renta? Ayah dan ibunya yang sepertinya sudah terpikat oleh pesona semu Haji Sukarman yang hendak memperisti dirinya. Bagaimana ia harus memberikan pengertian kepada mereka berdua? (CSZ, 2011: 187).

Dalam kutipan tersebut tokoh Zahrana mengalami konflik yang disebut Approach avoidance conflict yakni merupakan konflik psikis yang dialami individu karena dalam waktu yang bersamaan menghadapi situasi yang mengandung motif positif dan motif negatif yang sama-sama kuat. Motif positif yang terdapat di dalam konflik ini yakni mengenai keputusannya yang telah bulat untuk menolak Haji Sukarman untuk menjadi suaminya. Sedangkan motif negatif yang tercipta yaitu kebingungan yang melanda Zahrana untuk menyampaikan pengertian, serta pemahaman kepada kedua orang tuanya yang telah terpengaruh dan terpesona oleh pesona semu Pak Sukarman. Dari konflik yang tercipta tersebut menimbulkan tindakan atau sikap yang diambil oleh Zahrana yakni dengan bersabar meniti jalan yang panjang dalam menghadapi hidupnya. Tindakan ini merupakan tindakan peratahanan diri berupa tindakan represi.

Kesedihan dan kecemasan masih melanda diri Zahrana. Kesedihan tersebut mengenai jodoh yang belum kunjung ia dapatkan. Kesedihan yang dirasakan oleh Zahrana diceritakan dalam novel seperti berikut.

(27)

“Ya Ilahi jika aku punya dosa, ampunilah dosaku. Cukupkanlah ujian-Mu. Aku mohon mudahkanlah jalanku menyempurnakan separo agamaku sesuai syariat-Mu. Mudahkan diriku menyempurnakan ibadah kepada-Mu”(CSZ, 2011: 238).

Pada paragraf di atas menunjukkan adanya konflik batin yang dirasakan oleh tokoh utama yaitu Zahrana. Penggalan paragraf tersebut mendeskripsikan konflik batin yang sedang dialami oleh Zahrana. Konflik batin yang dialami merupakan jenis konflik Approac avoidance conflict. Jenis konflik ini menyerang psikis individu, karena dalam waktu yang bersamaan mengahadapi situasi yang mengandung motif positif dan motif negati sama kuat. Dalam konflik yang dialami oleh Zahrana yaitu memiliki motif positif dan motif negatif. Adapun motif positif berisikan, bahwa Zahrana telah bertemu dengan laki-laki penjual kerupuk keliling yang melintas di depan rumahnya. Keadaan ini bermuatan motif positif. Tetapi dalam konflik yang dialami oleh Zahrana juga bermuatan motif negatif, yakni mengenai penjual krupuk yang ia temui, merupakan penjual krupuk yang telah berumur. Sosok laki-laki tua yang pantasnya sebagai ayahnya, bukan sebagai suaminya. Kedua motif yang terdapat di dalam konflik tersebut membuat psikis Zahrana semakin tertekan. Bukan hanya motif yang bermuatan positif dan negatif sama kuat yang dirasakan oleh Zahrana, namun juga perubahan emosi yang membuatnya semakin tertekan di dalam menghadapi permasalahan ini.

(28)

Kecemasan ini timbul diakibatkan adanya sebuah kebingungan dan keresahan yang menimpa psikis Zahrana. Kebingungan karena hanya penjual kerupuk berusia lanjut yang ia jumpai. Kesedihan timbul karena akibat tekanan yang terjadi di dalam pemikirannya, dan menerka-nerka apakah salahnya hingga ia diberikan cobaan seberat yang ia rasakan saat ini. Dan ia memohon kepada Sang Pencipta yakni Allah SWT, agar diampuni dosanya, dan dicukupkan ujian untuknya agar dapat menjalankan perintah agamanya ialah menikah.

Tekanan yang menghantam psikisnya membuat tokoh Zahrana melakukan tindakan pertahanan diri dari konflik yang dilakukannya yakni tindakan sublimasi. Tindakan sublimasi yang dilakukan oleh Zahrana ialah dengan mempasrahkan semua nasib, hidupnya kepada Tuhan, dengan meminta ampunan atas segala dosa yang telah diperbuatnya, dan meminta untuk dicukupkan segala ujian yang diberikan kepadanya, serta meminta kemudahan kepada-Nya untuk memudahkan jalannya untuk menyempurnakan setengah agamanya yaitu dengan menikah dan membangun sebuah keluarga dengan laki-laki yang ia inginkan.

c. Jenis Konflik Avoidance-Avoidance Conflict pada Diri Tokoh Utama dan Sikap yang Dilakukan dalam Menghadapi Konflik

(29)

Tubuh Zahrana menggigil mendengar kata-kata Bu Merlin, ia berusaha menguasai dirinya. Kalau orang lain yang menyampaikan lamaran itu ia bisa lebih tenang. Tetapi ini yang melamarnya adalah Pak Sukarman melalui Bu Merlin. Ia kaget luar biasa. Pak Karman yang beberapa hari yang lalu baru saja menerima lamaran untuk putrinya, dan sudah menetapkan tanggal pernikahan putrinya kini melamarnya untuk dijadikan istrinya. Sesungguhnya ia ingin marah tetapi yang ada di hadapannya adalah Bu Merlin yang ia hormati. Kalau yang mengatakan itu bukan Bu Merlin ia mungkin langsung akan mengungkapkan emosinya saat itu juga. Tampaknya Pak Sukarman sangat jeli dalam memilih orang yang diutusnya untuk menyampaikan maksudnya (CSZ, 2011: 125).

Dari penggalan di atas menunjukkan adanya sebuah konflik yang terjadi di dalam diri Zahrana. Konflik tersebut yakni jenis konflik Avoidance-avoidance conflict yaitu jenis konflik psikis yang dialami oleh individu karena menghadapi dua motif yang sama-sama negatif, dan sama-sama kuat. Kedua motif negatif yang menyebabkan konflik pada diri Zahrana yakni mengenai kedatangan Bu Merlin yang menbawakan amanat berisikan pesan lamaran dari Pak Sukarman. Bagi Zahrana lamaran yang datang kepadanya dari Pak Sukarma, merupakan musibah, dan sangat tidak diduga. Sosok Pak Sukarman baginya, merupakan manusia atau laki-laki yang tidak memiliki moralitas yang baik. Padahal Pak Sukarman baru saja menerima lamaran untuk putrinya, kini Zahrana yang mendapatkan lamaran dari Pak Sukarman. Kedua motif bermuatan negatif ini pun mempengaruhi perubahan-perubahan emosi yang mebuat psikis Zahrana semakin tertekan.

(30)

Tindakan represi merupakan tindakan yang dilakukan oleh individu untuk mendorong keluar implus-implus id yang menyebabkan rasa tidak nyaman itu kembali ke alam bawah sadarnya.

Tindakan represi yang dilakukan Zahrana yakni dengan diam dan memendam kemarahannya, karena ia tidak ingin kemarahannya terhadap Pak Sukarman, ia lampiaskan kepada Bu Merlin yang sangat ia hormati. Namun dalam diri Zahrana adanya sebuah rasa kagum atas kejelian Pak Sukarman yang memilih Bu Merlin untuk menyampaikan lamarannya.

Konflik demi konflik datang menghampiri Zahrana. Konflik tersebut menekan psikisnya. Ia menyesali apa yang selama ini ia lakukan. Ia sedih atas sikap penolakannya dulu terhadap laki-laki yang melamarnya. Kesedihan ini tergambar pada paragraf berikut ini.

Akhir-akhir ini, ada satu hal yang ia tangisi setiap malam. Setiap kali bermunajat kepada Sang Pencipta siang dan malam. Ia menangisi takdirnya yang belum juga berubah. Takdir sebagai perawan tua yang belum juga menemukan jodohnya. Dalam keseharian ia tampak biasa dan ceria. Ia bisa menyembunyikan derita dan sedihnya dengan sikap tenangnya.

Ia terkadang menyalahkan dirinya sendiri kenapa tidak menikah sejak masih duduk di S.1 dahulu? Kenapa tidak berani menikah ketika si Gugun yang diam-diam ternyata mati-matian mencintainya ... (CSZ, 2011: 184).

(31)

negatif yang sama-sama kuat. Konflik yang bermuatan motif negatif tersebut yakni Zahrana merasakan kesedihan yang mendalam, yang selalu hadir dan ia tangisi setiap malam. Hal ini dikarenakan takdirnya sebagai perawan tua yang belum kunjung menemukan jodohnya. Ia menyesali tindakan dan sikap penolakan yang dulu ia lakukan terhadap laki-laki yang datang untuk melamarnya. Ia terlalu berkonsentrasi dengan karir akademisnya yang membuatnya kini menyandang setatus perawan tua.

Dari konflik yang tercipta di dalam diri Zahrana menimbulkan adanya tindakan pertahanan diri yang dilakukannya. Tindakan tersebut yakni dengan bersikap wajar seperti biasanya, dan tetap ceria seakan-akan tidak mempunyai masalah. Ia menyembunyikan derita dan kesedihan batinnya dengan sikap tenangnya. Tindakan tersebut merupaka tindakan rasionalisasi yang merupakan tindakan pertahanan diri dari kekecewaan dan kesedihan yang melanda psikis individu, serta bersikap wajar agar dapat diterima oleh masyarakat.

d. Jenis Konflik Double Approach Conflict pada Diri Tokoh Utama dan Sikap yang Dilakukan dalam Menghadapi Konflik.

Jenis konflik Double approach conflict juga dialami oleh tokoh utama. Jenis konflik ini merupakan konflik batin yang terjadi akibat adanya motif negatif dan motif positif yang sama kuat. kedua motif tersebut yang menyebabkan konflik Double approach conflict dalam diri Zahrana terjadi. Konflik tersebut diwujudkan dalam paragraf-paragraf di bawah ini.

(32)

bukan ya kepemimpinan Pak Sukaraman. Tetapi setiap teringat kedua orang tuanya dan teringat Bu Merlin dan teman-teman dosennya yang baik-baik ia bisa kuat bertahan. Prinsipnya selama ia tidak diganggu Pak Sukarman maka ia bertahan. Tetapi apa yang terjadi sekarang?

Ia malah dilamar Pak Sukarman. Ia benar-benar tidak bisa tidur malam itu. Ia bahkan tidak percaya dirinya dilamar Pak Sukarman. Ia sebelumnya tidak pernah memikirkan hal itu. Tidak pernah terpikir dirinya dilamar Pak Sukarman.

Zahrana mencoba sholat istikharah. Lina yang dulu mengajarinya sholat istikharah. Setelah sholat ia berharap bisa tidur nyenyak. Kenyataannya ia tetap tidak bisa tidur sampai azan subuh berkumandang. Ia berdoa agar Allah membukakan baginya jalan keluar yang terang (CSZ, 2011: 141).

(33)

konflik yang menekan psikis individu, dengan melakukan tindakan menekan implus-implus yang menyebabkan rasa tidak nyaman yang terjadi di dalam diri individu. Menekan rasa tidak nyaman yang tercipta di alam sadar, kemudian ditekan menuju alam bawah sadar yang menggunakan perantara kegiatan lain yakni Zahrana melakukan sholat istikharah, di dalam sholatnya ia memohon kepada Allah SWT untuk dibukakan jalan keluar baginya dari permasalahan yang sedang dialami.

2. Analisis Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel Cinta Suci Zahrana Kajian Psikoanalisis (id, ego, super ego)

Sebagaimana telah disebutkan dalam landasan teori, bahwa dalam diri seseorang terdapat dorongan atau implus-implus yang mempengaruhi psikis seseorang. Freud menjelaskan dalam teorinya bahwa kepribadian dapat diikhtisarkan dalam rangka struktur, dinamika, dan perkembangan kepribadian. Struktur kepribadian terdiri dari tiga sistem yaitu id (das es) yaitu aspek biologis, ego (das ich) yaitu aspek psikologis, dan super ego (das ueber ich) aspek sosiologis.

(34)

Dalam hal ini akan diklasifikasikan dorongan ataupun impul-implus yang mempengaruhi kepribadian tokoh Zahrana sebagai tokoh utama di dalam novel. Dorongan ataupun impul-implus dibuktikan dalam petikan paragraf berikut.

a. Dorongan Id yang Mempengaruhi Timbulnya Dorongan Ego atau Super Ego dalam Diri Tokoh Utama

Das Es atau Id adalah aspek biologis yang merupakan sistem asli dalam kepribadian, dari sini aspek kepribadian yang lain tumbuh. Id berisikan hal-hal yang dibawa sejak lahir dan menjadi pedoman id dalam berfungsi adalah menghindarkan diri dari ketidakenakan dan mengejar kenikmatan. Latipun (2008: 73) menjelaskan bahwa, Freud berpandangan bahwa prinsip kerja id adalah prinsip kesenangan (pleasure principles). Id selalu mencari kesenangan dan menghindari rasa sakit atau rasa tidak nyaman. Tempat id ini ada pada alam bawah sadar dan secara langsung berpengaruh terhadap perilaku seseorang tanpa disadari. Suryabrata (2002:125) mengutip pendapat Freud yang menyebutkan juga realitas psikis yang sebenar-benarnya (the true psychic reality), oleh karena das Es itu merupakan dunia batin atau subjektif manusia, dan tidak mempunyai dorongan hubungan langsung dengan dunia obyektif.

(35)

“Ada apa sebenarnya Bu?” ibunya terus menangis. Hatinya jadi luluh. Tanpa ia sadari air matanya meleleh. Setelah agak lama, ibunya bercerita, “kasihan bapakmu Nduk. Sudah tua. Tak lama lagi juga pensiun. Bapakmu tadi dimarahi habis-habisan oleh atasannya. Dikata-katai dengan kata-kata yang tidak selayaknya. Dihina sehina-hinanya. Tetapi bapakmu tidak bisa berbuat apa-apa. Satu bulan ini sudah tiga kali bapakmu dihina. Tadi itu yang ketiga”.

“Dihina bagaimana Bu?”. “Pokoknya dihina sehina-hinanya.” “Apa kesalahan Bapak Bu?”

“Karena kemarin ijin tidak masuk kerja. Padahal yang lain kata bapakmu bisa ijin tidak masuk kerja. Khusus untuk bapakmu seolah tidak boleh ijin. Sebab hanya dia yang bisa disuruh-suruh. Hanya dia yang pendidikannya paling rendah.”

“Sekarang bapak di mana?”

“Sedang menjalankan tugas dari atasanya. Sebab atasannya mengancam jika bapakmu membantah maka akan diusulkan pensiun dini. Kalau pensiun dini maknanya ia tidak akan mendapatkan gaji pensiun penuh.”

“Orang itu kurang ajar sekali Bu. Biar Rana datangi ya!”

Prestasi demi prestasi ia raih, termasuk mahasiswi teladan tingkat nasional. Namanya dikenal banyak orang di kampusnya, baik dosen, mahasiswa maupun karyawan (CSZ, 2011: 7-9).

Dari percakapan antara tokoh Zahrana dengan Bu Nuriyah tersebut, menimbulkan kesedihan yang dialami oleh tokoh Zahrana. Kesedihan tersebut dipengaruhi oleh tokoh lain dalam cerita yakni Bu Nuriyah, sebagai tokoh bantu yang digambarkan oleh penulis sebagai ibu dari tokoh Zahrana. Kesedihan yang dirasakan oleh Zahrana dikarenakan adanya implus atau pengaruh dari id. Id merupakan dorongan yang berasal dari alam bawah sadarnya dan mempengaruhinya untuk marah, karena penghinaan yang terjadi pada ayahnya. Penghinaan tersebut dilakukan oleh kepala kantor tempat ayahnya bekerja.

(36)

Perubahan emosi tersebut adalah dari rasa sedih yang berubah menjadi kemarahan. Perubahan emosi ini dipengaruhi oleh egonya yang timbul akibat faktor dari luar kesadaran diri Zahrana. Berita ayahnya dihina oleh atasannya, diceritakan oleh Bu Nuriyah kepada Zahrana yang selanjutnya mempengaruhi pola pikir pada diri Zahrana. Keadaan itu menunjukkan adanya perubahan sikap, dan tindakan yang dilakukan tokoh Zahrana. Perubahan-perubahan sikap tersebut, oleh pengarang digambarkan secara berlebihan. Peristiwa penghinaan yang dialami oleh ayah Zahrana, digunakan oleh tokoh Zahrana sebagai pemantik semangatnya agar tetap menjadi yang terbaik diakademisnya, menunjukkan bahwa ia merupakan individu yang dapat diperhitungkan kualitasnya, hal itu dibuktikan dengan berbagai prestasi yang diraihnya selama dibangku kuliah.

Petikan paragraf tersebut, bukan hanya perubahan sikap yang dialami tokoh Zahrana. Tetapi adanya perubahan impuls yang mempengaruhi psikisnya, yaitu dari dorongan id berubah menjadi dorongan super ego yang terjadi. Kemudian perubahan tersebut membuat perubahan rasa yang terjadi yakni dari rasa sedih menjadi rasa marah. Hal ini membuktikan dengan jelas bahwa perubahan emosi yang terjadi pada tokoh Zahrana disebabkan oleh tokoh lain.

(37)

psikisnya semakin kuat. Konflik batin pun tak luput tercipta dalam diri Zahrana. Konflik batin yang dialami Zahrana yakni timbul akibat penghinaan tokoh lain terhadap sosok ayah yang sangat ia hormati dan sayangi.

Kemudian kutipan paragraf berikut ini yang menggambarkan kembali dorongan id yang dialami oleh tokoh Zahrana.

Kalimat ayahnya itu menusuk kesadarannya. Ia terhenyak sesaat. Kalimat ayahnya terasa mengiris dadanya.

“Kalau kamu tetap ngotot ingin mengajar di Jogja, itu artinya kamu sendiri yang meminta agar kami mengikhlaskan kamu, seolah-olah kami tidak memiliki anak lagi”. Itu bahasa halus, bahwa ayah dan ibunya tidak akan menganggap dirinya sebagai anaknya lagi jika nekat mengajar di Jogja. Sangat halus tapi tajam, tajam tapi halus. Tetapi entah mengapa ia tidak bisa berdalih dan berdalil apa-apa kali ini. Ia sama sekali tidak punya alasan yang kuat seperti sebelum-sebelumnya

... Dengan berat hati, ia memutuskan untuk tidak mengambil tawaran langka itu. Dekan dan para dosennya berusaha membujuknya dan memikirkan baik-baik peluang emas ini, tetapi ia lebih memilih membahagiakan kedua orangtuanya daripada asyik dengan kebahagiaannya sendiri. Ia berharap Allah akan memberikan gantinya yang lebih baik(CSZ, 2011: 12-14).

(38)

baik. Dari dorongan id yang membuahkan sebuah kesadaran, dan merubah pemikirannya membuatnya semakin sadar bahwa ia memang sangat dibutuhkan oleh kedua orang tuanya. Meskipun dari dorongan id yang timbul dalam diri Zahrana menimbulkan sebuah emosi yang terjadi yang diakibatkan timbulnya dorongan super ego. Dorongan super ego berupa kesedihan yang mendalam. Tetapi kesedihan tersebut berubah menjadi sebuah kesadaran diri, dan kali ini ia tidak bisa membantah, dan berdalil untuk membuktikan bahwa kesempatan yang diberikan oleh UGM untuknya sebuah kesempatan yang menarik. Berbeda seperti sebelum-sebelumnya ketika ia masih dapat memberikan alasan kepada kedua orang tuanya.

Ketika Zahrana sudah berada di Beijing, China. Ia merasa senang membaca SMS yang datang dari Nina, Mahasiswinya. Rasa senang itu timbul akibat adanya dorongan id yang terjadi di dalam diri Zahrana. Berikut ini kutipan paragraf di dalam novel yang mendukung penjelasan tersebut.

Zahrana tersenyum. Sejuk rasanya membaca sms dari para mahasiswa yang begitu tulus menghormati dan mencintai dirinya. Dengan bahasa bloko apa adanya, bahasa Nina malah sangat bertempat di hatinya. Tak ada pujian yang menggombal dan menjilat. Agak gaul tapi tidak kehilangan keanggunannya. Biasa saja tapi tidak mengurangi rasa hormat. Terbayang wajah Nina yang selalu cerah dan tersenyum kepadanya termasuk wajah teman-temannya yang tadi siang ikut mengantar dirinya ke Bandara Internasional Adi Sumarno, Surakarta (CSZ, 2011: 57).

(39)

tulus menghormati dan mencintainya. Terasa gaul namun tidak menghilangkan keanggunannya, serta tidak adanya pujian yang menggombal dan menjilat. Dari dorongan id yang terjadi dalam diri Zahrana, menciptaka adanya sebuah tindakan proyektif untuk menyalurkan keinginan dari dorongan id tersebut. Hal ini dibuktikan dalam penggalan berikut.

Dalam hati ia mendoakan para mahasiswanya itu, semuanya sukses dan jadi orang yang berhasil kelak. Lebih berhasil dari dirinya. Ia pernah mendengar kalimat yang indah dari salah satu guru SMA dulu, “Guru yang berhasil dari dirinya. Itulah guru sejati.” Ia berharap bisa mengantarkan mahasiswanya meraih prestasi internasional melebihi dirinya (CSZ, 2011: 57).

Penggalan data di atas menjelaskan adanya tindakan proyeksi untuk memenuhi dorongan id dalam diri Zahrana. Tindakan proyeksi tersebut yaitu dengan mendoakan dalam hati agar semua para mahasiswanya sukses dan menjadi orang yang berhasil kelak, lebih berhasil dari dirinya.

Lihatlah paragraf berikut.

Baru kali ini ia mendapatkan SMS yang begitu panjang dari Pak Sukarman, dekan di Fakultas Teknik. Ia bisa menerima sms itu, tetapi ia merasa kurang nyaman ketika beberapa kali Pak Sukarman memanggilnya dengan Bu Zahrana yang cantik. Ia merasa ada rayuan gombal di sana. Ia malah merasa itu seperti pelecehan bukan pujian. Ia lebih suka dipanggil Bu Zahrana saja, atau Bu Zahrana yang kami hormati akan terasa lebih elegan (CSZ, 2011: 56).

(40)

Rasa tidak nyaman tersebut tercipta dari dorongan id yang mempengaruhi sikap yang diambil Zahrana. Sikap yang diambil tersebut untuk lari dari rasa tidak nyaman itu dan menuju sebuah kenyamanan yaitu dengan membaca beberapa SMS lain yang masuk ke ponselnya yakni dari mahasiswinya dan dari Lina sahabatnya. Tindakan tersebut merupakan pengaruh dari adanya dorongan ego yang terdapat di dalam diri tokoh Zahrana.

Setelah membaca beberapa SMS yang masuk dalam ponselnya ia sebagai umat muslim yang taat beribadah melakukan kegiatan beribadah. Kutipan paragraf berikut ini yang membuktikan ungkapan tersebut.

Selesai shalat Zahrana ingin membaca ulang teks pidato bahasa Inggris yang telah ia siapkan. Ia cari teks itu di tas cangklongnya. Ia kaget. Tidak ada! Ia cari di kopernya, tidak ada juga. Ia cari lebih teliti lagi di tas dan kopernya. Hasilnya sama; tidak ada! Ia heran, kok bisa? Padahal seingat dia teks pidato itu sudah ia masukkan ke tasnya dalam stof map. Tetapi ia tidak menemukan teks itu. Yang ia temukan adalah print out beberapa tulisan ilmiahnya. Ia bingung. Ia harus bagaimana? Apakah besok ia akan pidato tanpa teks saja? Ia tidak percaya diri jika pidato tanpa teks. Bahasanya bisa tidak tertata dengan baik. Ia akan berpidato di level panggung internasional. Tiba-tiba ia tersentum. Teks itu ada filenya di laptopnya (CSZ, 2011: 60).

(41)

teks pidato tersebut telah dia masukkan kedalam tasnya. Namun yang terdapat di dalam tasnya hanyalah tulisan-tulisan ilmiahnya saja.

Selanjutnya ketika ia teringat bahwa softcopy pidato bahasa Inggris masih ada di dalam laptopnya. Adanya sebuah kelegaan yang melanda diri Zahrana. Teringat hal itu rasa nyaman menjalari batinnya. Rasa nyaman itu pula disebabkan oleh dorongan ego yang terjadi di dalam diri Zahrana.

Dorongan id yang terjadi di dalam diri Zahrana, semakin membuat psikisnya tertekan. Ketika ia masih berada di Beijing, China. Ia merasakan adanya keresahan yang disebabkan oleh dorongan id, akibat dari tindakannya yang kurang teliti yaitu mengenai teks pidatonya yang hilang. Ia tidak mau mempermalukan dirinya juga martabat bangsanya. Adanya sebuah keinginan mendasar dalam diri Zahrana untuk menemukan cara agar ia tidak mempermalukan martabat dirinya dan bangsanya. Kejadian ini dibuktikan pada paragraf berikut.

Ia tidak mau mempermalukan dirinya sendiri, juga martabat bangsanya. Ia harus menemukan cara. Baginya harga diri yang berkaitan dengan kehormatan ilmiah adalah segala-galanya. Zahrana berfikir keras. Akhirnya ia sampai pada suatu tekad: ia akan menyampaikan pidatonya tanpa teks. Pidato yang telah ia siapkan akan ia hafal diluar kepala, persis seperti saat ia dulu lomba pidato bahasa Inggris saat masih SMA (CSZ, 2011: 61).

(42)

egonyalah ia sadar, bahwa ia tidak ingin mempermalukan dirinya sendiri dan bangsanya karena ketidaksiapannya, maka dari itu ia menghafalkan pidatonya yang terdapat di dalam laptopnya. Dari dorongan super ego membuatnya merasa nyaman.

Dalam paragraf-paragraf selanjutnya masih menggambarkan dorongan id yang terjadi pada diri Zahrana yang juga disebabkan oleh faktor eksteren. Hal tersebut dibuktikan pada paragraf berikut ini.

“Aku juga sebenarnya sudah memikirkannya Lin. Tapi sekarang di umurku yang sudah tiga puluh empat tahun, pemuda mana yang mau denganku?” (CSZ, 2011: 107).

Pada paragraf tersebut lebih menjelaskan adanya dorongan id yang terjadi dalam diri Zahrana yang menimbulkan adanya kesadaran atas keadannya yang sudah tidak muda lagi. Zahrana sadar diumurnya yang sudah lebih dari tiga puluh tahun, laki-laki mana yang mau dengannya. Sedangkan kesadarannya itu menimbulkan kesedihan yang mendalam pada diri Zahrana.

Ketika sampai di rumah, ia menemui orang tuanya dan berbicara kepada ayahnya. Zahrana menanyakan sikap ayahnya mengenai penghargaan yang Zahrana dapatkan dari China. Ia bersikap seperti seorang anak kecil yang masih ingin dimanja, sedangkan umurnya tidak dapat disebut masih muda. Nada suaranya yang merajuklah membuktikan sikapnya yang ingin selalu dimanja oleh kedua orang tuanya. Hal itu dibuktikan pada paragraf di bawah ini.

(43)

“Sampai kapan kamu senang-senang sama kaya begituan terus?” Zahrana tertegun mendapat jawaban tajam bapaknya.

“Pak, penghargaan yang saya terima’kan kebanggaan keluarga juga. Inggih tho pak?”

“O, gitu, to? Nyatanya semakin kamu terkenal, dapat banyak penghargaan, malah semakin bikin malu orang tua!Kamu bangga, kami malu!” (CSZ, 2011: 114).

Selanjutnya pada petikan paragraf di atas tokoh Zahrana mengalami perubahan sikap yang ditimbulkan oleh dorongan id yang terjadi dalam diri tokoh utama. Dari dorongan id tersebut menciptakan adanya sikap seperti anak kecil yang ingin selalu dimanja. Tindakan seperti anak kecil yang dilakukan oleh tokoh Zahrana merupakan tindakan retrogressive behavior atau tindakan seseorang yang sudah berusia dewasa, tetapi bertindak seperti anak kecil. Sikapnya yang seperti anak kecil itu atau sikap merajuknya mendapatkan tanggapan yang tidak menyenangkan dari ayahnya, lebih tepatnya tidak ditanggapi. Karena tidak ditanggapi sikap manjanya itu, maka terjadilah peralihan emosi yakni dari manja menjadi sebuah kesedihan yang melanda hati Zahrana. Hal ini disebabkan oleh ayahnya merasa tidak senang bila Zahrana lebih mementingkan mengejar prestasi atau akademiknya saja dan tidak mementingkan untuk membangun sebuah keluarga. Dengan sikap ayahnya yang dingin dan marah terhadapnya, membuat perubahan sikap yang terjadi pada diri Zahrana yakni dari sikap manja menjadi sedih. Dorongan id yang terjadi dalam diri Zahrana menimbulkan kesedihan yang sangat mendalam.

(44)

menyampaikan lamaran Pak Sukarman. Kejadian tersebut dibuktikan pada paragraf di bawah ini.

Tubuh Zahrana menggigil mendengar kata-kata Bu Merlin, ia berusaha menguasai dirinya. Kalau orang lain yang menyampaikan lamaran itu ia bisa lebih tenang. Tetapi ini yang melamarnya adalah Pak Sukarman melalui Bu Merlin. Ia kaget luar biasa. Pak Karman yang beberapa hari yang lalu baru saja menerima lamaran untuk putrinya, dan sudah menetapkan tanggal pernikahan putrinya kini melamarnya untuk dijadikan istrinya. Sesungguhnya ia ingin marah tetapi yang ada di hadapannya adalah Bu Merlin yang ia hormati. Kalau yang mengatakan itu bukan Bu Merlin ia mungkin langsung akan mengungkapkan emosinya saat itu juga. Tampaknya Pak Sukarman sangat jeli dalam memilih orang yang diutusnya untuk menyampaikan maksudnya (CSZ, 2011: 125).

Pada paragraf di atas menunjukkan adanya implus yang terjadi pada diri Zahrana. Implus tersebut yakni id dan kemudian menimbulkan dorongan super ego yang ada dalam diri Zahrana dan mempengaruhi psikologis tokoh Zahrana. Rasa tidak nyaman yang dirasakan oleh Zahrana dikarenakan kedatangan Bu Merlin yang membawa berita atau amanah dari Pak Sukarman untuk Zahrana. Rasa tidak nyaman Zahrana tersebut didorong oleh implus id yang terjadi di bawah alam sadarnya. Bu Merlin memberitahukan Zahrana, melalui dirinya bahwa Pak Sukarman melamar Zahrana. Karena itulah dorongan id dalam dirinya timbul. Dorongan id yang terjadi pada diri Zahrana disebabkan oleh faktor tokoh lain, yang kemudian menimbulkan implus super ego yang terjadi pada diri Zahrana.

(45)

dorongan id pada diri Zahrana semakin ingin melarikan diri dari rasa tidak nyaman tersebut. Dari rasa tidak nyaman tersebut, timbulah tindakan pertahanan diri yakni tindakan proyeksi. Tindakan proyeksi merupakan tindakan untuk menghadapi situasi yang tidak menyenangan dengan mengalihkannya terhadap hal atau situasi yang dapat menyenangkan. Dalam hal ini tokoh Zahrana, melakukan tindakan menguasai emosi atau menguasai diri.

Tekanan demi tekanan mengahampiri psikologis tokoh Zahrana. Zahrana merasa problematika yang ia rasakan tidak dapat ia atasi. Permasalah yang menimpanya tersebut membuat hati Zahrana terasa perih. Maka dari itu sepanjang perjalanannya dari kampus hingga perumahan Tlogosari ia menangis. Kejadian ini dibuktikan pada kutipan berikut.

Sepanjang perjalanan dari kampus hingga perumahan Tlogosari air matanya menetes. Hatinya perih, ia ingin mendapatkan penyembuhan dari Lina, tapi berkali-kali ia menelpon tidak bisa nyambung sama sekali. Ia telpon ke toko bukunya, pegawai Lina mengatakan kalau Lina mendadak diminta menemani suaminya acara di Singapura. Biasanya Lina selalu mengirim kabar padanya, tetapi karena kali itu mungkin sangat mendadak sehingga tidak sempat memberitahu dirinya. Padahal ia sangat memerlukan Lina untuk mencurahkan segala isi hatinya. Ia ingin menangis dan paling enak kalau menangis di bahu Lina. Karena Lina tidak ada maka ia menelpon seorang teman lamanya. Tidak seakrab Lina tetapi cukup akrab, yaitu Wati yang kini menjadi istri Lurah Tlogosari Kulon (CSZ, 2011:129).

(46)

menemui Lina sahabatnya untuk mendapatkan nasihatnya. Kesedihan ini merupakan konflik batin yang dialami Zahrana yang disebabkan oleh adanya lamaran Pak Sukarman kepada dirinya.

Tekanan psikologis semakin kuat melanda tokoh Zahrana di dalam novel Cinta Suci Zahrana. Zahrana sebagai tokoh utama digambarkan oleh pengarang semakin tertekan psikisnya. Dalam petikan di atas menunjukkan tekanan-tekanan yang terjadi pada diri Zahrana. Ia tak ingin kecewa dan mengecewakan, maka dari itu ia merasa tertekan oleh keadaan yang membelenggu dirinya. Untuk mengurangi kesedihan yang ia rasakan, Zahrana melakukan tindakan pertahanan diri, yakni dengan melakukan tindakan rasionalisasi. Tindakan rasionalisasi adalah tindakan yang memiliki dua tujuan utama yakni tujuan pertamanya ialah tindakan yang dilakukan untuk mengurangi kekecewaan terhadap tujuan yang gagal dicapainya. Dalam petikan di atas menunjukkan adanya dua faktor yang mempengaruhi rasa kecewa itu timbul dalam diri Zahrana yang pertama yakni kekecewaan atas lamaran yang datang kepadanya yaitu lamaran dari Pak Sukarman. Kekecewaan yang kedua ialah ketika ia dalam keadaan sedih dan tertekan psikisnya, ia tidak dapat bertemu dengan Lina untuk mencurahkan kesedihannya dan bercerita tentang keadaan batinnya yang sedang tertekan. Tetapi ia tidak bisa menemui Lina, karena Lina sedang menemani suaminya ke Singapura.

(47)

Wati. Wati merupakan sahabat yang ia kenal, namun tidak seakrab seperti ia dengan Lina. Tindakan menemui Wati, merupakan tindakan rasionalisasi.

Kemudian paragraf di bawah ini yang masih menggambarkan adanya dorongan id dalam diri tokoh Zahrana.

Malam itu Zahrana tidak bisa tidur. Wajah Sukarman meneror dirinya. Di mana-mana ia seperti melihat wajah Sukarman yang memuakkannya. Akal sehatnya tidak mungkin bisa menerima Pak Sukarman. Tidak bisa. Meskipun ia berusaha mencerna dan menghayati kata-kata Wati bahwa jika Pak Karman taubat itu adalah dakwah dan dia dapat pahala.

Tetapi secara logikan apakah akan semudah itu Sukarman yang dimatanya tidak hanya kurang ajar tetapi sangat bejat akan berubah. Ia bahkan sudah haji. Ia sering mengikuti acara pengajian. Ia kalau ramadhan jadi panitia Tarawih Keliling para pejabat teras Propinsi Jawa Tengah. Tetapi mentalitas dan moralitas tidak terpujinya tetap ia pelihara dalam dirinya (CSZ, 2011: 139-140).

Paragraf di atas yang menunjukkan adanya keresahan, kecemasan, serta ketakutan mengenai diri Pak Sukarman yang dialami oleh tokoh Zahrana. Rasa keresahan, kecemasan serta ketakutannya itu disebabkan oleh adanya dorongan id yang terjadi di dalam diri Zahrana. Kecemasan yang timbul pada diri Zahrana merupakan kecemasan riel. Kecemasan riel merupakan kecemasan atau ketakutan individu terhadap bahaya-bahaya nyata yang berasal dari luar. Kecemasan riel yang terjadi ini merupakan kecemasan yang disebabkan oleh lamaran yang diajukan Pak Sukarman kepada dirinya. Zahrana tidak dapat menerima Pak Sukarman sebagai suaminya, karena moralitas yang dimiliki Pak Sukarman yang sangat rusak.

(48)

yang memiliki moral tidak baik dan memuakkan. Akal sehatnya tidak dapat menerima Sukarman sebagai pendamping hidupnya. Ia bersikeras menolak. Meskipun sudah adanya usaha untuk mencerna dan menghayati kata-kata Wati, bahwa jika Pak Sukarman taubat adalah dakwah dan dia dapat pahala, tetapi tetap saja ia tidak bisa menerima seseorang yang moralitasnya telah rusak seperti Pak Sukarman.

Bukan hanya permasalahan yang diakibatkan oleh lamaran Pak Sukarman kepada Zahrana saja, tetapi adanya tekanan dari kedua orang tuanya yang menginginkan ia segera menikah. Fakta cerita tersebut dideskripsikan pada paragraf di bawah ini.

“Buatlah kami bangga kamu menikah dengan orang yang terhormat dan terpandanng, sehingga penantian kamu tidak sia-sia.” Kalimat itu terus terngiang-ngiang dalam telinga, dada dan pikirannya. Jelas sekali kedua orang tuanya menginginkan ia menerima lamaran itu.

Matanya berkaca-kaca. Kalau tidak ada kekuatan iman dalam dada ia mungkin telah memilih sirna dari dunia. Ujian yang ia derita sangat berbeda dengan orang-orang seusianya. Banyak yang memandangnya sukses. Hidup bolehlah disebut berkecukupan. Punya pekerjaan yang terhormat dan bisa dibanggakan. Bagaimana tidak, ia mampu meraih gelar master teknik dari sebuah institut teknologi paling bergengsi di negeri ini. Dan kini ia dipercaya duduk dalam jajaran pengajar tetap di universitas swasta terkemuka di ibukota Propinsi Jawa Tengah: Semarang.” (CSZ, 2011: 183-184).

(49)

Keinginan dan kata-kata dari orang tuanya membuat kesedihan pada batin Zahrana. Kesedihan yang mendalam tersebut dikarenakan adanya dorongan id yang terjadi dalam diri Zahrana, namun dari kesedihan tersebut menimbulkan kekesalan dan kemarahan pada dirinya sendiri akibat tindakannya dimasa lalu.

Dari dorongan id yang kemudian menimbulkan dorongan super ego, menghasilkan rasa kesal dan marah pada batin Zahrana. Kemudian dorongan super ego dalam diri Zahrana yang mengakibatkan timbulnya rasa tidak setuju. Zahrana tidak setuju dengan pendapat kedua orang tuanya, mengenai makna hakiki kehidupan dan kesuksesan dalam hidup. Bagi Zahrana keberhasilan dalam sebuah hidup adalah berkecukupan, memiliki pekerjaan tetap dan terhormat serta dapat membanggakan seperti yang selama ini ia lakukan. Dorongan super egonya membela diri, bahwa selama ini ia telah membanggakan, memiliki pekerjaan yang layak, terhormat, mendapatkan penghargaan baik dari dalam maupun luar negeri. Bahkan namanya dikenal oleh seluruh orang karena kesuksesannya dalam akademik. Baginya ini cukup. Namun konsep hidup seperti itu belum cukup lengkap dan belum membanggakan jika belum berumah tangga, itu menurut pandangan orang tuanya. Meskipun pandangan orang tuanya dipungkiri oleh Zahrana, namun sejatinya hanya Zahrana sendiri yang mengetahui yang terbaik untuknya dan merasakan kesedihan yang sangat mendalam karena tekanan tersebut.

Selanjutnya paragraf berikut ini yang kembali memaparkan adanya dorongan id dalam diri Zahrana.

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari penelitian ini adalah durasi hubungan pacaran terbukti tidak signifikan menyumbang tingkat kecemburuan pada mahasiswa USD yang berpacaran sedangkan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatkan kemampuan menyimak pokok-pokok berita dengan menggunakan metode snowball throwling pada siswa kelas VIII A SMP

Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada.. seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar

[penjelasani barang dan jasa] sesuai persyaratan-persyaratan dalam dokumen lelang tersebut dengan jumlah harga _________________ [dalam huruf], __________________[dalam angka]

Perkenankanlah kami menyampaikan keterangan Presiden baik lisan maupun tertulis yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak terpisahkan atas Permohonan

A rough surface brought by plasma exposure would emphasize the electrical field so that the discharge with longer exposure time would more easily take place. Decrease

Dari segi penduduk Ruth mengetahui dan menyadari apa itu makanan bersih dan sehat, jika makanan yang ia beli tidak bersih dan sehat ia dapat menentukan solusi apa yang

Lembar observasi ini digunakan pada saat uji coba terbatas terhadap siswa untuk mengetahui keterlaksanaan tahapan inkuiri pada praktikum identifikasi kenaikan titik