• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembiayaan Usaha Perikanan Tangkap di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman, Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pembiayaan Usaha Perikanan Tangkap di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman, Jakarta"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBIAYAAN USAHA PERIKANAN TANGKAP

DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA (PPS) NIZAM

ZACHMAN, JAKARTA

ISAMUDDIN

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

▸ Baca selengkapnya: judul skripsi perikanan yang mudah

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi berjudul “Pembiayaan Usaha Perikanan Tangkap di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman, Jakarta” adalah karya saya sendiri, dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, 10 Maret 2014

(3)

ABSTRAK

ISAMUDDIN. Pembiayaan Usaha Perikanan Tangkap di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman, Jakarta. Dibimbing oleh TRI WIJI NURANI dan NIMMI ZULBAINARNI.

Usaha penangkapan ikan membutuhkan modal untuk pembiayaan operasional usahanya. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan biaya trip penangkapan ikan dan menilai kelayakan usaha dari sisi perbankan untuk diberikan pinjaman modal oleh pihak bank. Metode survei digunakan untuk meninjau permasalahan yang ada, dengan pemilihan responden secara purposive sampling. Analisis dilakukan terhadap biaya total, siklus operasi (OC) dan siklus konversi kas (CCC) serta evaluasi kredit. Pembiayaan yang ada berasal dari modal mandiri dan pinjaman (kredit atau kongsi). Pinjaman sesama nelayan (kongsi) dilandaskan pada perjanjian dan kepercayaan (trust). Biaya operasional per tahun long line sebesar Rp 2.212.800.000, purse seine sebesar Rp 1.624.600.000, dan bouke ami sebesar Rp 1.770.360.000. Besarnya biaya tersebut berdasarkan jenis alat tangkap, ukuran GT kapal, dan lamanya hari melaut. Siklus operasi long line per tahun sebanyak 1-2 trip, purse seine 3-4 trip, dan bouke ami 5-6 trip. Nilai CCC yang diperoleh positif yaitu long line 185 hari, purse seine 105 hari, dan bouke ami 65 hari mengindikasikan perusahaan butuh pinjaman modal. Manajemen produksi diperlukan untuk efisiensi. CCC berkurang maka biaya berkurang sebanyak jumlah hari dikalikan biaya trip per hari (a). Jika perusahaan meminjam modal bank, maka biaya berkurang dan laba meningkat sebanyak (a) dikalikan suku bunga berlaku. Evaluasi angka kredit long line mencapai 79.07, purse seine 78.33, dan 76.00 untuk bouke ami. Perusahaan dinyatakan layak mendapatkan pinjaman modal dari bank.

(4)

ABSTRACT

ISAMUDDIN. The Financing of Fisheries Capturing Exertion at Nizam Zachman Ocean Fishing Port, Jakarta. Supervised by TRI WIJI NURANI and NIMMI ZULBAINARNI.

Fishing businesses need capital to finance its business operations. The aim of this study is to formulate the cost of fishing trips and to review the feasibility for a loan granted by the bank. Tha survey methods used to review the issues, is the selection of respondents by purposive sampling. The analysis is based on the total cost, the operating cycle (OC) and cash conversion cycle (CCC) and credit evaluation. Existing funding comes from independent capital and loans (credit or fellow fisherman). The loans fellow fishermen (partnership) is based on agreements and beliefs grounded. The operational costs per year for long line, purse seine, and bouke ami is IDR 2.212.800.000, IDR 1.624.600.000, IDR 1.770.360.000. The amount of fee is based on the type of fishing gear, boats GT size, and how frequent they go to sea. Operating cycle of long line per year is 1-2 trip, purse seine 3-4 trip, and bouke ami 5-6 trip. The CCC value is positive, that is 185 days for long line, purse seine 105 days, and ami bouke 65 days. This value indicates that each companies need capital loan. It is illustrated that the reduction of CCC reduces the cost as much as the days multiplied by the cost per day (a). If the company borrows capital from the bank, then the costs are reduced and profits increased by (a) multiplied by the applicable rate. The evaluation of credit number for long line is 79.07, purse seine 78.03, and bouke ami 76.00. The result is that company are declared eligible to get loan from the bank.

(5)
(6)

PEMBIAYAAN USAHA PERIKANAN TANGKAP

DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA (PPS) NIZAM

ZACHMAN, JAKARTA

ISAMUDDIN

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(7)
(8)

Judul Skripsi : Pembiayaan Usaha Perikanan Tangkap di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman, Jakarta

Nama : Isamuddin

NIM : C44080004

Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Disetujui oleh

Dr Ir Tri Wiji Nurani, MSi Dr Nimmi Zulbainarni, SPi, MSi Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Budy Wiryawan, MSc Ketua Departemen

(9)
(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi dengan judul

“Pembiayaan Usaha Perikanan Tangkap di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS)

Nizam Zachman, Jakarta” ini dapat diselesaikan. Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, terutama kepada:

1) Dr Ir Tri Wiji Nurani, MSi dan Dr Nimmi Zulbainarni, SPi, MSi selaku dosen pembimbing atas saran serta bimbingannya selama proses penyusunan dari awal hingga skripsi ini selesai;

2) Ibunda tercinta (Ibu Maryana) atas kasih sayang serta doanya tak kenal henti dan dukungan semangat selalu serta Ayahanda (Bapak Akmad Khair);

3) Retno Muninggar, SPi, ME sebagai dosen penguji dan komisi pendidikan Departemen PSP Dr Yopi Novita, SPi, MSi yang telah memberikan saran; 4) Staff pengajar Departemen PSP FPIK-IPB atas ilmu yang kalian telah berikan

selama ini;

5) Dr Ir Bustami Mahyuddin, MM selaku Kepala PPS Nizam Zachman Jakarta dan Ibu Lia Anggia M selaku Kepala Seksi Pemasaran dan Informasi UPT Kalsum (adik) dan Noval Alwini (adik) atas doa dan dukungannya;

7) Ibu Suzinil Majid dan Drs Herry Zulkarnain, MPd beserta Satari, SPd atas doa dan dukungannya selama saya kuliah dari awal sampai selesai;

8) Amy, Yasinta, Cut, Imelda, Nova, Rheka, Jessy, Eka H, Izza, Ocid, Jhon, Fahrul, Desima, Adit, Charis, Reza (Zabao), Didin PSP42, Merta PSP43, Ike PSP43, Rena MSP45, Dwi THP45 dan seluruh PSP45 atas saran dan dukungan semangatnya serta sudah menjadi tempat sharing selama ini; 9) Bapak Zulfa dan Ibu Vina yang sudah membantu dalam masalah

administrasi.

Akhir kata penulis menyadari bahwa apa yang tertulis dalam skripsi ini masih banyak kekurangan. Kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan skripsi ini akan selalu penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Bogor, 10 Maret 2014

(11)

DAFTAR ISI

Pembiayaan Operasional Penangkapan Ikan ... 10

Sumber Pembiayaan... 10

Tahapan Pembiayaan ... 11

Pendapatan Nelayan ... 12

Alokasi Biaya Operasional Penangkapan Ikan ... 13

Manajemen Kas ... 14

Siklus operasi ... 14

Siklus konversi kas ... 14

Biaya total operasional penangkapan ikan ... 14

Manajemen Produksi Penangkapan Ikan yang Efisien ... 14

Evaluasi Kredit Kelayakan Pemberian Pinjaman Modal ... 15

(12)

DAFTAR TABEL

1. Perhitungan angka kredit ... 5

2. Total angka kredit ... 6

3. Frekuensi kunjungan kapal berdasarkan jenis alat tangkap 2008-2012 .... 6

4 Ukuran GT kapal perikanan di PPS Nizam Zachman Jakarta ... 7

5 Jumlah ABK di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2012 ... 8

6 Volume produksi darat / bulan PPS Nizam Zachman Jakarta, 2012 ... 10

7 Pendapatan per trip nelayan di PPS Nizam Zachman Jakarta... 13

8 Komponen biaya operasional penangkapan ikan / trip / alat tangkap ... 13

9 Perhitungan angka kredit pada long line ... 15

10 Perhitungan angka kredit pada purse seine ... 15

11 Perhitungan angka kredit pada bouke ami ... 16

DAFTAR GAMBAR 1. Jumlah alat tangkap di PPS Nizam Zachman Jakarta 2011-2012 ... 7

2. Kelompok umur nelayan di PPS Nizam Zachman Jakarta ... 8

3. Tingkat pendidikan nelayan di PPS Nizam Zachman Jakarta ... 9

4. Volume produksi laut / alat tangkap PPS Nizam Zachman Jakarta ... 9

5. Skema pembiayaan perikanan tangkap di PPS Nizam Zachman Jakarta . 11

6. Arus keuangan pembiayaan operasional penangkapan ikan ... 12

DAFTAR LAMPIRAN 1 Peta Layout PPS Nizam Zachman Jakarta ... 23

2 Harga Ikan di PPS Nizam Zachman Jakarta 2012 ... 25

3 Harga Ikan di PPS Nizam Zachman Jakarta 2013 ... 25

4 Nelayan Responden di PPS Nizam Zachman Jakarta ... 26

5 Biaya Perbekalan ... 27

6 Biaya Operasional Penangkapan Ikan per Alat Tangkap... 28

7 Perhitungan Siklus Operasi ... 29

8 Perhitungan Siklus Konversi Kas ... 30

9 Perhitungan Biaya Operasional Penangkapan Ikan per Tahun ... 31

10 Perhitungan Pendapatan Nelayan Purse Seine... 32

11 Perhitungan Pendapatan Nelayan Long Line ... 34

12 Perhitungan Pendapatan Nelayan Bouke Ami ... 34

13 Tarif Tambat dan Labuh ... 35

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Berdasarkan UU No. 31 Tahun 2004 tentang perikanan, perikanan adalah seluruh kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu bisnis perikanan. Sedangkan menurut Hempel dan Pauly (2004) dalam Fauzi (2010), bahwa perikanan adalah kegiatan eksploitasi sumberdaya hayati dari laut. Maka berdasarkan definisi tersebut membatasi pada perikanan laut karena perikanan memang semula berasal dari kegiatan berburu yang harus dibedakan dari kegiatan budidaya. Perikanan laut atau perikanan tangkap merupakan salah satu sektor industri dari hulu ke hilir yang merupakan sumber penghasilan bagi masyarakat pesisir atau masyarakat nelayan. Potensi perikanan dan kelautan negara ini cukup melimpah, tetapi sumberdaya yang melimpah tersebut belum dapat dimanfaatkan dengan maksimal oleh seluruh stake holder perikanan yang ada.

Perikanan tangkap dengan potensi sumberdaya yang besar juga membutuhkan biaya yang besar dalam pemanfaatannya. Pembiayaan atau permodalan merupakan hal yang sangat penting untuk melaksanakan kegiatan penangkapan ikan. Biaya yang dimiliki digunakan untuk pengadaan barang investasi ataupun untuk modal kerja (biaya trip operasional penangkapan ikan). Menurut Sutomo (2012) sumber pembiayaan usaha perikanan tangkap dapat berasal dari modal mandiri nelayan, modal dari lembaga keuangan dalam bentuk kredit dan lainnya, dan modal yang berasal dari hibah pemerintah. Pembiayaan yang diperoleh dalam bentuk pinjaman atau kredit dari perbankan diperoleh nelayan dengan proses yang panjang dan syarat yang sulit, yaitu menyediakan jaminan yang dibutuhkan oleh bank. Sehingga banyak nelayan menemukan kendala dalam mengakses permodalan dari perbankan.

Bank biasanya mengharapkan jaminan berupa sertifikat tanah, rumah, gedung, dan lainnya yang tidak bergerak, sedangkan nelayan umumnya mempunyai kapal atau perahu yang sifatnya bergerak sehingga berpeluang untuk hilang atau tenggelam. Sekalipun mereka memiliki rumah tetapi mereka tidak memiliki sertifikat. Bank menerima kapal yang dimiliki oleh nelayan untuk dijadikan agunan dengan syarat kapal tersebut dilengkapi asuransi. Sedangkan pihak asuransi enggan memberikan jaminan perlindungan terhadap kapal nelayan. Dengan alasan sifatnya yang mudah rusak atau mudah hilang kapal tersebut. Selain itu perbankan menilai usaha perikanan merupakan sektor yang memiliki resiko tinggi (high risk). Hal inilah yang menjadi faktor masih rendahnya pengucuran skim kredit perbankan untuk sektor perikanan. Sehingga sampai saat ini pembiayaan merupakan salah satu permasalahan yang belum dapat diselesaikan pada sektor perikanan khususnya perikanan tangkap.

(14)

pembiayaan yang digunakan oleh nelayan dalam menjalankan usahanya. Serta untuk memperoleh keterangan mengenai faktor kesulitan yang dihadapi dalam mengakses pinjaman permodalan dari perbankan. Penelitian ini berlokasi di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman Jakarta dengan pertimbangan bahwa status pelabuhan dan tingkat kemajuan pelabuhan tersebut apakah dapat menjamin kemudahan dalam akses serta proses pembiayaan bagi nelayan yang ada di sana.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1) Memformulasikan manajemen pembiayaan pada kegiatan usaha perikanan tangkap di PPS Nizam Zachman, Jakarta.

2) Menilai kelayakan usaha untuk diberi pinjaman modal oleh lembaga keuangan atau bank.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan solusi mengenai kemudahan dalam akses permodalan atau pembiayan dari perbankan pada usaha perikanan tangkap khususnya yang ada di PPS Nizam Zachman Jakarta.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari-April 2013 di PPS Nizam Zachman, Muara Baru, Jakarta.

Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei yaitu metode yang digunakan untuk mendapatkan gambaran atau deskripsi objek yang akan diteliti. Permasalahan ditinjau dari dua aspek yakni teknis dan ekonomi. Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan langsung serta wawancara dengan responden di lapangan. Selain itu juga data dikumpulkan melalui metode studi literatur baik dari studi terdahulu ataupun dari data statistik Unit Pelaksana Teknis (UPT) PPS Nizam Zachman Jakarta.

Data yang Dikumpulkan

(15)

mencakup unit penangkapan ikan (nelayan, kapal, dan alat tangkap), dan produksi hasil tangkapan ikan (jenis dan jumlah). Data yang dikumpulkan terkait aspek ekonomi yaitu mencakup biaya operasional dan sumber pembiayaan. Data dari responden diperoleh melalui wawancara dengan terlebih dahulu dilakukan sampling. Sampling dilakukan secara purposive yaitu sampel diambil dengan beberapa pedoman yang dipertimbangkan yakni tujuan, sedangkan jumlah dan ukuran sampel tidak terlalu dipersoalkan.

Sampel yang dijadikan responden dalam penelitian ini terdiri dari: 1) UPT PPS Nizam Zachman (2 orang);

2) Nelayan dari tiga jenis alat tangkap @ 5 kapal (@ 10 orang / alat tangkap); 3) Nelayan pemilik long line, purse seine, dan bouke ami (@ 1 orang);

4) Pedagang ikan (3 orang);

5) Perum PPPS Nizam Zachman Jakarta (2 orang);

6) Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) (1 orang); 7) Syahbandar dan docking(@ 2 orang).

Analisis Data

Adapun analisis yang dilakukan mencakup analisis efisiensi manajemen kas dan analisis kredit yaitu sebagai berikut:

Analisis Efisiensi Manajemen Kas

Manajemen kas bertujuan untuk mengatur keluar dan masuknya keuangan dalam proses pembiayaan kegiatan penangkapan ikan. Manajemen kas dilaksanakan dengan harapan terciptanya pengelolaan pembiayaan yang tepat agar tidak terjadi kekurangan atau pemborosan alokasi biaya. Analisis ini mencakup:

1. Siklus operasi (Operation Cycle)

Siklus operasi (Operation Cycle) adalah waktu yang diperlukan mulai dari adanya pengeluaran untuk membeli bahan baku dan membayar tenaga kerja untuk keperluan proses produksi sampai diperolehnya uang kas yang didapat dari penjualan produk akhir.

Siklus operasi dihitung dengan rumus (Sjahrial, 2012):

OC = AAI + ACP

Keterangan:

AAI = Average Age of Inventory (rata-rata umur persediaan) ACP = Average Collection Periode (rata-rata periode penagihan)

2. Siklus konversi kas (Cash Conversion Cycle)

(16)

jumlah hari dalam siklus operasi perusahaan dikurangi rata-rata periode pembayaran liabilitas dagang.

Siklus konversi kas dihitung dengan rumus (Sjahrial, 2012):

CCC = OC – APP

Keterangan:

OC = Siklus operasi (Operation Cycle) APP = weight average payment periode

Jika hasil perhitungan CCC = positif (+) maka perusahaan harus menggunakan sumber pembiayaan tidak spontan seperti:

1) Pinjaman jangka pendek tanpa jaminan misalnya liabilitas dagang;

2) Sumber pembiayaan dengan jaminan misalnya: kredit modal kerja dari bank.

3. Biaya total (Total Cost)

Biaya total adalah biaya variabel/operasional yang dikeluarkan selama satu tahun untuk operasional penangkapan ikan.

Biaya total dihitung dengan rumus (Zulbainarni, 2012):

Dari persamaan tersebut dapat diturunkan rumus untuk menghitung biaya total penangkapan ikan.

TC = c . E

Keterangan:

TC (Total Cost) : total biaya (Rp)

c : biaya variabel pada bulan m (Rp) E : usaha penangkapan pada bulan m (trip)

Analisis Kredit

Analisis kredit bertujuan untuk menilai kelayakan pemilik kapal yang ada di PPS Nizam Zachman Jakarta untuk dapat atau tidak diberikan pinjaman oleh pihak perbankan. Hasil dari analisis dapat dijadikan acuan pihak bank dalam pengucuran skim kreditnya. Analisis ini mencakup:

1. Analisis deskriptif evaluasi kredit

Penilaian kredit yang dilakukan oleh pihak kreditor selaku pemilik modal dapat dilakukan dengan metode metode analisis 5C dalam Kasmir (2008), yaitu sebagai berikut:

(17)

(2) Capacity (kapasitas) pelanggan, kemampuan pelanggan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban kreditnya diluar pelaksanaan arus kas;

(3) Capital (modal) pelanggan, cadangan keuangan pelanggan;

(4) Colleteral (jaminan) yang disediakan, suatu asset yang disediakan sebagai jaminan apabila pelanggan gagal untuk dapat membayar kewajibannya; (5) Condition (kondisi) usaha, keadaan ekonomi secara umum yang akan

mempengaruhi kegiatan usaha perusahaan pelanggan.

2. Pemberian angka kredit

Pemberian angka kredit merupakan proses perhitungan suatu peringkat angka untuk seorang pelanggan yang didasarkan pada informasi yang dikumpulkan. Kredit yang kemudian diberikan atau ditolak didasarkan pada hasil angka tersebut. Angka tersebut merupakan prosedur yang dihasilkan dalam bentuk angka untuk mengukur keseluruhan kemampuan si peminjam dalam membayar kredit, yaitu dengan pembobotan rata-rata data keuangan dan karakteristik kredit (Sjahrial, 2012).

Berdasarkan Tabel 1 dapat dihitung besarnya total angka kredit sesuai enam karakteristik yang ada dengan langkah yaitu sebagai berikut:

1. Memberikan penilaian angka antara 0 s/d 100 pada kolom dua dari tiap point karakteristik. Semakin tinggi nilai yang diberikan menunjukan persepsi terhadap karakteristik tersebut semakin baik begitu sebaliknya;

2. Kolom tiga dari tiap karakteristik diberikan penilaian angka antara 0.00 s/d 1.00. Diberikan nilai angka tertinggi pada karaktersik yang memiliki prioritas tertinggi (skala prioritas), dimana pada kolom tiga ini seluruh nilai yang diberikan berjumlah 1.00;

3. Lalu kalikan tiap baris kolom 2 dengan baris kolom 3 untuk menentukan nilai bobot angka, dan seluruh nilai bobot angka dijumlahkan dan didapatkan total angka kredit;

4. Langkah terakhir berikan penilaian kelayakan berdasarkan total angka kredit yang didapat.

Tabel 1 Perhitungan angka kredit

Karakteristik keuangan dan kredit Angka ( o s/d

Lamanya di alamat terakhir

Lamanya di pekerjaan terakhir

Total angka kredit 1.00

Sumber : Sjahrial (2012)

(18)

Tabel 2 Total angka kredit

Dapat diberikan kredit tetapi terbatas, jika pelaksanaannya baik setelah satu tahun dapat diberikan kredit-kredit sesuai standar kredit

Ditolak

Bila standar kredit perusahaan 75, maka debitur tersebut bisa mendapat kredit. Sumber: Sjahrial (2012)

HASIL

Keadaan Perikanan Tangkap di PPS Nizam Zachman Jakarta

Unit Penangkapan Ikan

Jumlah kapal di PPS Nizam Zachman Jakarta tercatat mengalami fluktuasi. Berdasarkan data statistik UPT PPS Nizam Zachman Jakarta pada Tabel 3 menunjukan kapal masuk mengalami fluktuasi dari tahun 2008-2012. Selama tahun 2008-2012 tercatat jumlah kapal yang masuk pelabuhan rata-rata sebanyak 3624 unit dengan peningkatan rata-rata sebesar 5.67%. Frekuensi kapal masuk pada tahun 2012 mengalami peningkatan 4.76% dari tahun 2011. Kapal tersebut didominasi kapal bouke ami dan purse seine dengan peningkatan rata-rata masing-masing sebesar 11.62% dan 28.57%. Pada tahun 2012 jumlah kapal long line sebesar 749 unit. Kapal tersebut menurun sebanyak 118 unit dari tahun sebelumnya. Sedangkan jumlah kapal pancing cumi dan hand line yaitu 18 unit. Jumlah terendah kapal bubu yaitu nol atau tidak ada kapal bubu yang masuk ke dalam pelabuhan.

Tabel 3 Frekuensi kunjungan kapal berdasarkan jenis alat tangkap 2008-2012

Jenis Alat Tangkap Tahun

2008 2009 2010 2011 2012

(19)

Berdasarkan informasi yang diperoleh kapal-kapal tersebut ber-fishing base di PPS Nizam Zachman Jakarta, terkecuali kapal milik asing yang hanya mendaratkan hasil tangkapannya. Ukuran GT kapal penangkapan ikan yang ada memiliki sebaran ukuran yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, kapal long line dan purse seine memiliki ukuran rata-rata di atas 100 GT yaitu masing-masing 101 GT dan 121 GT (Tabel 4). Sedangkan kapal bouke ami yaitu memiliki ukuran rata-rata 60 GT yang didominasi oleh kapal ukuran di bawah 50 GT.

Tabel 4 Ukuran GT kapal perikanan di PPS Nizam Zachman Jakarta

Kapal Purse Seine Long Line Bouke Ami

Sumber: Data primer yang diolah

Alat penangkapan ikan yang digunakan di PPS Nizam Zachman Jakarta yaitu long line, purse seine, drift gill net (gill net), bouke ami, pancing cumi, hand line, dan bubu. Alat tangkap pada tahun 2012 berjumlah 3470 unit atau meningkat 4.43% dari tahun 2011. Alat tangkap tersebut didominasi oleh alat tangkap long line (20.03%), bouke ami (39.25%), dan purse seine (32.39%). Hal inilah yang menyebabkan penelitian ini terfokus pada ketiga alat tangkap tersebut. Alat tangkap lain jumlahnya semakin menurun dari tahun sebelumnya seperti gill net, pancing cumi, dan hand line. Pada tahun 2012 alat tangkap bubu tidak digunakan oleh nelayan di PPS Nizam Zachman Jakarta (Gambar 1).

(20)

Masyarakat nelayan merupakan satu kesatuan dalam sistem perikanan tangkap bersama kapal perikanan dan alat penangkapan ikan. Jumlah anak buah kapal (ABK) yang ada di PPS Nizam Zachman Jakarta dapat dilihat pada Tabel 5. Tiap kapal perikanan membutuhkan jumlah nelayan yang berbeda sesuai jenis alat tangkap dan ukuran GT kapal yang dioperasikan.

Tabel 5 Jumlah ABK di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2012

Jenis Alat Penangkapan Ikan Jumlah

Bubu 0

Sumber: Laporan tahunan 2012, PPS Nizam Zachman Jakarta (2013)

Alat tangkap long line membutuhkan sekitar 13-15 orang nelayan, alat tangkap bouke ami sekitar 11-14 orang, dan alat tangkap purse seine sekitar 30-35 orang nelayan. Berdasarkan hasil sampling nelayan di PPS Nizam Zachman Jakarta mengenai umur, bahwa sebanyak 37% (11 orang) berada pada kisaran umur 20-30 tahun. Pada kisaran umur 31-40 tahun dan 41-50 tahun berjumlah masing-masing 10 orang (33%) dan 5 orang (17%) nelayan. Ada sebanyak 4 orang nelayan (13%) berumur kurang dari 20 tahun dan tak ada satu pun dari 30 orang nelayan responden memiliki umur di atas 50 tahun. Dapat disimpulkan bahwa lebih dari 50% atau sebanyak 26 orang nelayan responden berada pada kisaran umur produktif (Gambar 2).

Gambar 2 Kelompok umur nelayan di PPS Nizam Zachman Jakarta

Untuk tingkat pendidikan nelayan diketahui bahwa sebanyak 15 orang (50%) nelayan responden hanya mengenyam pendidikan sampai tingkat sekolah dasar (SD). Tiga orang nelayan (10%) bahkan tidak pernah mengenal dunia pendidikan (tidak sekolah/TS). Pendidikan hingga SMP sebanyak 7 orang (23%)

(21)

dan SMA 5 orang nelayan (17%), dan tak satupun dari 30 responden nelayan yang berpendidikan hingga tingkat perguruan tinggi (Gambar 3). Hal ini dapat disimpulkan bahwa masih rendahnya taraf pendidikan di kalangan nelayan yang ada di PPS Nizam Zachman Jakarta.

Gambar 3 Tingkat pendidikan nelayan di PPS Nizam Zachman Jakarta

Produksi Perikanan

Hasil tangkapan ikan (HTI) yang didaratkan di PPS Nizam Zachman Jakarta lebih dari 90% tidak melalui proses pelelangan, tetapi langsung masuk ke perusahan untuk diolah ataupun diekspor. Terkecuali hasil tangkapan gill net yang dilakukan pelelangan. Untuk kapal tujuan penangkapan cumi-cumi, hanya 30% yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPS Nizam Zachman Jakarta, sedangkan sisanya mendaratkan hasil tangkapannya di PPI Muara Angke. Berdasarkan data statistik UPT PPS Nizam Zachman Jakarta produksi perikanan tangkap PPS Nizam Zachman Jakarta berasal dari penangkapan ikan di laut dan ikan yang masuk pelabuhan lewat jalur darat.

Gambar 4 Volume produksi laut / alat tangkap PPS Nizam Zachman Jakarta, 2012

Total volume produksi perikanan pada tahun 2012 sebesar 214.807.37 ton

(22)

187.403.28 ton. Pada tahun 2010-2012 volume produksi rata-rata meningkat sebesar 0.62%. Untuk volume produksi laut pada tahun 2010 meningkat sebesar 104.47% dan pada tahun 2011 hanya meningkat sebesar 18.33% dari tahun sebelumnya. Volume produksi laut pada tahun 2012 sebesar 104.854.60 ton. Pada tahun 2012 terjadi penurunan sebesar 2.18% (Gambar 4). Produksi laut tertinggi pada tahun 2012 yaitu purse seine sebesar 58% (60.207.96 ton). Long line sebesar 16.152 ton (15%) dan bouke ami yaitu sebesar 13.740.01 ton (13%). Produksi terendah yaitu pancing cumi sebesar 168.62 ton dan hand line sebesar 113.97 ton.

Tabel 6 Volume produksi darat / bulan PPS Nizam Zachman Jakarta, 2012

Bulan Produksi Jumlah (Ton)

Januari 10.839.26

Sumber: UPT PPS Nizam Zachman Jakarta (2013)

Untuk volume produksi darat pada periode 2008-2012 rata-rata meningkat sebesar 15.08%. Volume produksi tertinggi terjadi pada tahun 2012 sebesar 109.952.77 ton dan terendah pada tahun 2008 sebesar 67.495.21 ton. Berdasarkan Tabel 6 produksi tertinggi pada bulan Juni yaitu sebesar 12.194.39 ton sedangkan produksi terendah sebesar 5.907.39 ton pada bulan Agustus

Pembiayaan Operasional Penangkapan Ikan

Untuk dapat melaksanakan kegiatan operasional penangkapan ikan nelayan harus menyediakan sejumlah biaya yang dibutuhkan. Biaya operasional digunakan untuk membeli semua perbekalan atau logistik yang dibutuhkan untuk trip melaut.

Sumber Pembiayaan

(23)

harus disertai asuransi. Di lain sisi pihak asuransi tidak ingin memberikan perlindungan atas barang yang dijadikan agunan tersebut. Dengan alasan kapal nelayan merupakan barang yang bersifat mudah rusak atau hilang akibat ombak. Selain itu responden mengatakan bank enggan memberikan pinjaman modal, karena bank menilai usaha pada sektor ini dianggap memiliki resiko yang tinggi.

Tidak ada tidak ada

Ada agunan terpenuhi tidak ada agunan

Gambar 5 Skema pembiayaan perikanan tangkap di PPS Nizam Zachman Jakarta

Apabila modal yang dibutuhkan dari lembaga keuangan atau bank tidak didapatkan, para pemilik kapal memperoleh modal dari pemilik kapal lain yang memiliki modal lebih. Pinjaman modal dari pemilik kapal lain ini dinamakan kongsi (Gambar 5). Kongsi dilandaskan pada perjanjian dan kepercayaan. Tidak hanya itu, kongsi berlangsung dikarenakan faktor kekerabatan dan adanya hubungan kerja yang sudah lama terjalin. Dari wawancara juga diperoleh informasi bahwa satu pemilik kapal dapat memiliki beberapa armada penangkapan ikan. Dimana hasil penjualan dari hasil trip kapal yang satu digunakan untuk menutupi biaya operasional kapal yang lain. Begitu sebaliknya, karena keterbatasan modal dalam satu kapal dapat dibiayai oleh dua orang atau lebih pemilik modal.

Tahapan Pembiayaan

Modal kerja yang dimiliki nelayan digunakan untuk biaya operasional. Biaya operasional dialokasikan untuk pembelian perbekalan melaut. Setelah dilakukan penangkapan diperoleh hasil yang didaratkan secara langsung oleh kapal tersebut atau dengan kapal pengangkut. HTI didaratkan di dermaga pelabuhan lalu ditimbang beratnya dan disortir berdasarkan jenis dan ukuran (Gambar 6). Pembayaran hasil penjualan ikan tersebut dilakukan secara tunai

Persiapan

Modal/Biaya Pinjaman Modal

Modal Mandiri Bank/Lembaga

Keuangan Lainnya

Kongsi/Nelayan Pemilik

Lainnya

Pembelian Barang Investasi

(24)

(cash) ataupun ditangguhkan yang akan dibayarkan dua hari atau maksimal satu minggu setelah adanya transaksi penjualan. Hasil penjualan tersebut akan dibagi sesuai dengan proporsi kesepakatan yang telah disetujui di awal antara pemilik kapal, kapten kapal (tekong), dan ABK. Penerimaan bersih yang diterima oleh pemilik kapal akan digunakan untuk biaya operasional trip berikutnya atau digunakan untuk operasional kapal lain (Gambar 6).

Gambar 6 Arus keuangan pembiayaan operasional penangkapan ikan

Pendapatan Nelayan

Tiap perusahaan penangkapan ikan di PPS Nizam Zachman Jakarta memiliki sistem pembayaran upah yang berbeda sesuai dengan jenis alat tangkap yang digunakan. Ada sistem bagi hasil dan ada juga sistem gaji. Sistem bagi hasil diterapkan pada perikanan purse seine, sedangkan sistem gaji diterapkan pada perikanan long line dan bouke ami. Nelayan dalam satu kapal yang sama mendapatkan upah yang berbeda sesuai dengan tugas dan keahliannya. Berdasarkan pada Tabel 7 diketahui bahwa nelayan yang tidak memiliki tugas tambahan memperoleh pendapatan berkisar antara Rp 1.280.000-Rp 9.600.000, sedangkan nelayan yang memiliki tugas tambahan seperti tekong, wakil tekong, kepala kamar mesin (KKM), wakil KKM, memiliki penghasilan yang jauh lebih besar yaitu berkisar antara Rp 10.000.000-Rp 35.000.000. Pendapatan rata-rata per trip ABK pada long line yaitu sekitar Rp 5.580.000, purse seine sekitar Rp 1.950.000, sedangkan bouke ami sekitar Rp 1.040.000. Untuk tekong biasanya memperoleh bagi hasil pada kisaran antara Rp 20.000.000-Rp 60.000.000 yaitu

Penerimaan Bersih Modal/Biaya

HTI Perbekalan Melaut

Penjualan HTI Penangkapan Ikan

Lelang dan Cash

(25)

biasanya rata-rata sekitar Rp 30.000.000. Sedangkan pada sistem gaji, gaji ABK per hari pada long line sebesar antara Rp 28.000-Rp 35.000, bouke ami sebesar antara Rp 15.000-Rp 20.000. Selain pendapatan dari bagi hasil nelayan memperoleh tambahan pendapatan dari hasil memancing selama kegiatan operasional penangkapan ikan berkisar antara Rp 2.000.000-Rp 7.000.000.

Tabel 7 Pendapatan per trip nelayan di PPS Nizam Zachman Jakarta

Nelayan Purse Seine Long Line Bouke Ami

1 3.500.000 8.000.000 1.280.000

2 1.500.000 6.000.000 1.600.000

3 10.000.000 21.000.000 1.850.000

4 4.000.000 9.600.000 2.850.000

5 1.500.000 6.300.000 3.000.000

6 3.000.000 6.100.000 20.000.000

7 3.050.000 7.000.000 2.500.000

8 31.500.000 13.000.000 3.250.000

9 35.000.000 9.000.000 3.000.000

10 1.800.000 9.000.000 3.500.000

Sumber: Data primer yang diolah

Alokasi Biaya Operasional Penangkapan Ikan

Biaya operasional penangkapan ikan per trip tiap kapal berbeda sesuai dengan jenis alat tangkap, ukuran GT kapal, dan lama trip melaut. Berdasarkan Tabel 8 diketahui tiap kapal penangkapan ikan membutuhkan jumlah biaya yang besar untuk solar dan ini merupakan komponen terbesar dalam biaya operasional penangkapan ikan. Biaya untuk solar mencapai 54.9% untuk long line, purse seine 60.94%, dan bouke ami mencapai 74.31%. Untuk long line juga dibutukan biaya cukup besar untuk penyediaan umpan yaitu sekitar 24.4% dari proporsi total biaya operasional penangkapan ikan.

Tabel 8 Komponen biaya operasional penangkapan ikan per trip per alat tangkap

Komponen Purse Seine Long Line Bouke Ami

Es - - -

Garam - - -

Ransum 70.000.000 120.000.000 60.000.000

Umpan - 270.000.000 -

Air tawar 4.800.000 9.600.000 2.400.000

Solar 247.500.000 607.500.000 202.500.000

Oli 7.600.000 7.600.000 7.600.000

Upah ABK 68.250.000 83.700.000 14.560.000

Adm. & lain-lain 6.000.000 6.000.000 6.000.000

Tambat Labuh 2.000.000 2.000.000 2.000.000

Jumlah 406.150.000 1.106.400.000 295.060.000

Sumber: Data primer yang diolah

(26)

trip long line membutuhkan biaya operasional sebesar Rp 1.106.400.000, purse seine sebesar Rp 406.150.000, dan bouke ami sebesar Rp 295.060.000.

Manajemen Kas

Manajemen kas adalah pengelolaan keuangan dalam kegiatan pembiayaan operasional penangkapan ikan untuk mengatur arus pendapatan dan pengeluaran per trip selama satu tahun. Pengelolaan keuangan diperlukan untuk mengalokasikan sejumlah biaya yang telah disediakan. Adanya manajemen dalam pembiayaan diharapkan terciptanya efisiensi dengan tujuan tidak terjadinya pemborosan dan tepat sasaran dalam pengalokasian biaya yang ada.

Siklus operasi (OC)

Kapal long line beroperasi dalam satu trip membutuhkan waktu antara 6-10 bulan. Sedangkan untuk purse seine antara 3-4 bulan dan bouke ami antara 50-60 hari (dua bulan). Waktu yang dibutuhkan dari adanya pengeluaran untuk membeli perbekalan dan membayar upah nelayan sampai diperolehnya penerimaan yang didapat dari penjualan HTI untuk long line yaitu 187 hari, purse seine 107 hari, dan bouke ami 67 hari. Berdasarkan hasil perhitungan OC diketahui bahwa dalam satu tahun long line beroperasi sebanyak 1-2 trip, purse seine 3-4 trip, dan bouke ami sebanyak 5-6 trip. Banyaknya jumlah trip dalam satu tahun ini akan terkait dengan perhitungan jumlah biaya operasional yang dibutuhkan selama satu tahun.

Siklus konversi kas (CCC)

Waktu yang dibutuhkan antara pembayaran untuk perbekalan dan penerimaan atas pembayaran dari penjualan HTI pada perusahaan penangkapan (CCC) dengan long line yaitu 185 hari, purse seine 105 hari dan bouke ami 65 hari. Nilai positif CCC mengindikasikan bahwa ketiga perusahaan tersebut membutuhkan pinjaman modal.

Biaya total operasional penangkapan ikan

Berdasarkan hasil perhitungan siklus operasi, dapat dihitung besarnya biaya operasional yang dikeluarkan selama satu tahun. Dengan cara biaya operasional per trip dikalikan jumlah trip selama satu tahun. Sehingga didapat biaya total (TC) per tahun sebesar Rp 2.212.800.000 untuk long line, purse seine sebesar Rp 1.624.600.000 dan untuk bouke ami membutuhkan biaya sebesar Rp 1.770.360.000.

Manajemen Produksi Penangkapan Ikan yang Efisien

(27)

bank dengan suku bunga 12%, maka biaya berkurang dan laba meningkat sebesar Rp 7.274.959 untuk long line, Rp 5.341.151 untuk purse seine, dan Rp 5.820.362 untuk bouke ami.

Evaluasi Kredit Kelayakan Pemberian Pinjaman Modal

Evaluasi kredit telah dilakukan terhadap tiga pemilik kapal penangkapan ikan yang ada di PPS Nizam Zachman Jakarta. Masing-masing jenis alat tangkap pada penelitian ini dipilih satu pemilik kapal untuk dijadikan responden dalam evaluasi. Satu pemilik kapal dari alat tangkap long line, purse seine, dan bouke ami. Jumlah responden dalam evaluasi ini diasumsikan mewakili keadaan di lapangan. Hal ini dilakukan karena sulitnya menemui responden untuk mendapatkan informasi (non-cooperative), serta keterbatasan waktu, dana dan tenaga pada saat penelitian di lapangan.

Evaluasi pada perusahaan penangkapan ikan dengan long line, bobot tertinggi yaitu 0.20 diberikan pada kepemilikan rumah. Lamanya di pekerjaan terakhir diberikan bobot 0.13 yaitu bobot terendah. Untuk tingkat pendapatan diberikan penilaian angka 80 dengan bobot 0.19. Bobot angka tertinggi yaitu 17 untuk kepemilikan rumah (Tabel 9).

Tabel 9 Perhitungan angka kredit pada long line

Karakteristik keuangan dan kredit Angka ( o s/d 100)

Sumber: Data primer yang diolah

Evaluasi pada purse seine, angka tertinggi yaitu 85 diberikan pada tingkat pendapatan. Referensi kredit, riwayat pembayaran, dan lamanya di alamat terakhir diberikan bobot 0.15 (Tabel 10). Bobot angka tertinggi yaitu 16.80 untuk kepemilikan rumah dan terendah untuk lamanya di alamat terakhir yaitu 10.50.

Tabel 10 Perhitungan angka kredit pada purse seine

Karakteristik keuangan dan kredit Angka ( o s/d 100)

(28)

Evaluasi bouke ami yaitu bobot terendah untuk referensi kredit yaitu 0.14 sedangkan 0.21 bobot tertinggi yang diberikan pada kepemilikan rumah. Nilai bobot angka riwayat pembayaran mendapat skor terendah yaitu 10.50 sedangkan kepemilikan rumah mendapat bobot angka tertinggi yaitu 16.80 (Tabel 11).

Tabel 11 Perhitungan angka kredit pada bouke ami

Karakteristik keuangan dan kredit Angka ( o s/d 100)

Sumber: Data primer yang diolah

Ketiga perusahaan penangkapan ikan tersebut layak untuk diberikan kredit atau pinjaman modal dari pihak bank. Karena skor angka kredit yang telah dihitung melebihi acuan standar angka 65 yaitu mencapai skor 79.07 untuk long line, purse seine 78.33 dan 76.00 skor untuk bouke ami.

PEMBAHASAN

Kapal perikanan di PPS Nizam Zachman Jakarta mengalami fluktuasi dikarenakan terjadinya peralihan dalam penggunaan alat tangkap. Penurunan jumlah kapal long line dikarenakan menurunnya HTI tuna yang berimbas pada hari operasi yang semakin lama karena daerah penangkapan yang semakin jauh. Alat tangkap lain yang jumlahnya ikut menurun yaitu pancing cumi, gill net, bubu, dan hand line juga karena terjadi peralihan usaha ke alat tangkap lain yang dinilai masih menguntungkan dari sisi ekonomi, seperti purse seine dan bouke ami. Hal ini menyebakan banyak pemilik kapal mengalihkan usahanya ke purse seine dan bouke ami dan purse seine. Sehingga jumlah ke dua alat tangkap ini meningkat. Hal ini pun berpengaruh terhadap jumlah nelayan dari tiap alat tangkap. Nelayan akan beralih ke alat tangkap lain yang banyak dioperasikan di PPS Nizam Zachman Jakarta. Alat tangkap long line membutuhkan sekitar 13-15 orang nelayan, purse seine sekitar 30-35 orang nelayan, dan bouke ami 11-14 orang nelayan. Sedangkan menurut hasil penelitian Widiastuti (2010), alat tangkap long line > 30 GT membutuhkan sekitar 15 orang nelayan, sedangkan alat tangkap purse seine membutuhkan sekitar 30 orang nelayan.

(29)

penyaluran kredit pada sektor UMKM adalah karena ketiadaannya agunan (collateral). Selain itu pihak bank membutuhkan agunan barang yang disertai asuransi. Menurut Ashari (2009) tidak sampainya kredit kepada petani/nelayan diakibatkan terbatasnya agunan yang dimiliki dan avalis atau guarantor kredit di pasar finansial. Apabila tidak didapat dari modal bank maka modal diperoleh dari kerabat, istilah tersebut dinamakan kongsi. Kongsi dilakukan atas faktor kekerabatan yang dekat dan kepercayaan satu sama lain. Modal ini digunakan untuk saling menutupi biaya operasional kapal yang satu dengan yang lainnya. Di mana hasil pendapatan dari penjualan HTI dari kapal yang telah mendarat setelah trip penangkapan ikan, akan digunakan oleh kapal lain yang akan trip pergi melaut bilamana kekurangan ataupun ketiadaan biaya operasional yang dibutuhkan. Karena banyaknya permasalahan pembiayaan yang dihadapi oleh nelayan maka perlu dilakukan manajemen pembiayaan penangkapan ikan untuk mengalokasikan dengan tepat biaya apa saja yang dibutuhkan.

Manajemen pembiayaan dilakukan untuk meminimalisir pembengkakan biaya operasional dan mengefisienkan biaya yang dikeluarkan serta untuk evaluasi kebutuhan trip berikutnya. Selain itu dapat mengatur besarnya pengeluaran untuk biaya operasional penangkapan ikan serta pemasukan dari penjualan HTI. Seperti yang dijelaskan dalam Bank Indonesia (2008) bahwa manajemen pembiayaan usaha perikanan bertujuan untuk mengelola arus kas masuk dan keluar. Manajemen pembiayaan diharapkan dapat meminimalisir kerugian atau menekan resiko yang akan terjadi serta memperoleh manfaat (benefit) yang sebesar-besarnya. Haluan et al. (2006) menjelaskan bahwa pada perusahaan penangkapan ikan yang modern, keuangan perusahaan dikelola sesuai dengan tahapan manajemen yang sudah dibuat sebelumnya. Tahapan tersebut meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan perbaikan bila terjadi penyimpangan. Keputusan yang berkaitan dengan keuangan yaitu: keputusan mengenai investasi, pembelanjaan, dan pembagian deviden.

Besarnya biaya operasional penangkapan ikan ditentukan berdasarkan jumlah perbekalan yang disesuaikan dengan jumlah ABK dan lama hari melaut. Apabila terjadi kekurangan ketika kapal berada di tengah laut perbekalan akan dipasok dari darat yang dibawa oleh kapal pengangkut. Umumnya perbekalan kapal long line lebih banyak jika dibandingkan dengan kapal purse seine dan kapal bouke ami, karena kapal long line membutuhkan waktu trip yang lebih lama dikarenakan daerah penangkapan ikan yang semakin jauh. Menurut Zulbainarni (2012) bahwa perbedaan biaya penangkapan disebabkan oleh berbedanya jarak penangkapan dari fishing base. Biaya operasional per trip long line sebesar Rp 1.106.400.000, purse seine sebesar Rp 406.150.000, dan bouke ami sebesar Rp 295.060.000. Sedangkan biaya total per tahun yang dibutuhkan untuk operasional penangkapan ikan dengan long line sebesar Rp 2.212.800.000, purse seine sebesar Rp 1.624.600.000 dan untuk bouke ami membutuhkan biaya sebesar Rp 1.770.360.000. Biaya tersebut didominasi untuk solar yaitu untuk long line mencapai 54.9%, purse seine 60.94%, dan untuk bouke ami 74.31%. Kebutuhan solar merupakan komponen dengan porsi terbesar dari biaya penangkapan ikan (Zulbainarni, 2012).

(30)

nilai CCC yang dihasilkan positif, ini mengindikasikan bahwa perusahaan membutuhkan modal dari pinjaman, baik itu pinjaman jangka pendek yaitu liabilitas dagang atau pinjaman dengan jaminan yaitu pinjaman modal dari bank atau lembaga (Sjahrial, 2012). Ketiga perusahaan penangkapan ikan tersebut layak untuk diberikan kredit atau pinjaman modal dari pihak bank dengan skor angka kredit yang telah dihitung untuk long line mencapai 79.07, purse seine 78.33 dan bouke ami 76.00. Biasanya ketidaklayakan dari sisi perbankan disebabkan masih rendahnya jaminan pelaku usaha kepada perbankan. Sedangkan dari segi analisis relatif layak dan menguntungkan (Suara pembaruan dalam Indonesia Eximbank News, 2009).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah:

1) Penangkapan ikan per tahun membutuhkan biaya total (TC) Rp 2.212.800.000 pada long line untuk 1-2 trip. Purse seine membutuhkan biaya total sebesar Rp 1.624.600.000 untuk 3-4 trip. Sedangkan biaya total yang dibutuhkan oleh bouke ami sebesar Rp 1.770.360.000 untuk 5-6 trip.

2) Usaha perikanan yang ada layak secara perbankan, dengan nilai skor angka evaluasi kredit yaitu long line 79.07, purse seine 78.33 dan 76.00 untuk bouke ami.

Saran

Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini yaitu:

1) Perlunya manajemen pembiayaan serta bantuan modal dari perbankan untuk mengatasi masalah pembiayaan usaha penangkapan ikan di PPS Nizam Zachman Jakarta;

2) Perlunya penelitian lebih lanjut tentang sumber pembiayaan di PPS Nizam Zachman Jakarta dalam hal ini yaitu mengenai kongsi.

DAFTAR PUSTAKA

Ashari. 2009. Optimalisasi Kebijakan Kredit Program Sektor Pertanian di Indonesia. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian. 7 (1): 21-42.

[BI] Bank Indonesia. 2008. Pola Pembiayaan Usaha Kecil Pancing Ulur Berumpon. Jakarta (ID): BI.

(31)

Haluan J, Nurani TW, Wisudo SH, Wiyono ES, Mustarudin. 2006. Manajemen Operasi; Teori dan Praktek pada Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Bogor (ID): Departemen PSP FPIK-IPB.

Kasmir. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta (ID): PT. Raja Grafindo Persada. hlm 96-119.

[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2009. Peta Pelabuhan [Internet]

.[diunduh 2014 Maret 10]. Tersedia pada:

http://www.kkp.go.id/pelabuhan/index.php/welcome/peta_pelabuhan/pv11/ 133/

[PPSNZ UPT] PPS Nizam Zachman, Unit Pelaksana Teknis. 2012. Buku Statistik 2011. Jakarta (ID): PPS Nizam Zachman Jakarta.

[PPSNZ UPT] PPS Nizam Zachman, Unit Pelaksana Teknis. 2013. Buku Statistik 2012. Jakarta (ID): PPS Nizam Zachman Jakarta.

[PPSNZ UPT] PPS Nizam Zachman, Unit Pelaksana Teknis. 2013. Laporan Tahunan 2012. Jakarta (ID): PPS Nizam Zachman Jakarta.

Sjahrial, D. 2012. Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta (ID): Mitra Wacana Media. hlm 139-140, 170-171.

Sutomo, Purbayanto A, Simbolon D, Mustarudin. 2012. Pola Implementasi Co-Management Perikanan Tangkap di Palabuhanratu. Buletin PSP. 20 (1): 61-70.

Suara Pembaruan. 2009. September 1-15. Kerja Sama BI dan DKP Majukan UMKM Perikanan. Indonesia Eximbank News: hlm 7.

Widiastuti, A. 2010. Kinerja Operasional Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta [skripsi]. Bogor (ID): Departemen PSP FPIK-IPB.

Yarman, A. 2009. Perilaku Perbankan dalam Menawarkan Kredit UMKM pada Program Kredit Usaha Rakyat. Jurnal Kebijakan Ekonomi. 4 (2):182-196. Zulbainarni, N. 2012. Teori dan Praktik Pemodelan Bioekonomi dalam

(32)
(33)
(34)

Lampiran 1 Peta Layout PPS Nizam Zachman Jakarta

(35)

Lanjutan lampiran 1 Peta Layout PPS Nizam Zachman Jakarta KETERANGAN PETA:

A: PT. Brosco B: PT. Bonecom

C: PT. Kurnia Mina Sejahtera D: Pintu Masuk

E: Pusat Pemasaran Ikan F: Kolam Pembersih Air Laut G: Bangunan Perbengkelan 14: PT. Luxe Utama Indonesia 15: PT. Jakarta Servistama C 16: PT. Luki Rejeki Abadi 17: PT. Lola Mina

18: Bumi Argo Lestari 19: PT. Durian Sari Wangi 20: PT. Mitra Mina Segara 21: PT. Gabungan Era Mandiri 22: PT. Intimas Surya

23: PT. Lautan Bahari 24: PT. Unggul Mina Lestari 25: PT. Benua Agri Sejahtera 26: PT. Lucky Samudera

27: PT. Panggung Enterprise LTD 28: PT. Bonecom

29: PT. Sandimas Akuatek 30: PT. Sinar Samudera Makmur

31: PT. Tridaya Eramina Bahari 32: PT. Red Ribbon Indonesia Corp 33: PT. Benua Agri Sejahtera 34: PT. Sembilan Timur Jaya 35: PT. Sinar MalalugisMakmur 36: PT. Daya Mulur Karetindo 37: PT. Cilacap SF Indonesia 38: PT. Tuna Pertama Rezeki 39: PT. DANAO MATANO P.R 40: PT. Subindo Perintis

41: PT. Indoboga Jaya Makmur 42: PT. Karya Cipta Bayu Mina Pra 43: PT. Philip Sea Food Industri 44: PT. Panutan Minasaba 45: Wisma Mina

46: PT. Muara Baru Center 47: Balai Pertemuan Nelayan 48: PT. Karya Cipta Mina Jaya 49: Tempat Pelelangan Ikan 50: Cold Storage

51: Ice Factory 52: Ruang Mesin

53: Kantor Perum PPS Pusat 54: Perum PPS Cabang Jakarta 55: Kantor UPT

56: R. Processing & Cold Storage 57: PT. Alam Jaya

58: PT. Olimpia Fishing Industri 59: PT. Proskuneo Kadarusma

60: Unit Pengelolaan Limbah (UPL)

(36)

Lampiran 2 Harga Ikan di PPS Nizam Zachman Jakarta 2012

Spesies ikan Harga ikan per kg (Rp)

Tuna 23.000

Sumber: Data sekunder yang diolah dari UPT PPS Nizam Zachman Jakarta (2012)

Lampiran 3 Harga Ikan di PPS Nizam Zachman Jakarta 2013

Spesies ikan Harga ikan per kg (Rp)

Tuna 10 up 25.500

Baby tuna kualitas 1 (bagus) 19.000

Baby tuna kuliatas 2 (jelek) 15.000

Layang 12.500

Layang umpan 15.000

Marlin 30 up 26.000

Marlin 30 down 24.000

Lemuru 9.000

(37)

Lampiran 4 Nelayan Responden di PPS Nizam Zachman Jakarta

Muhamad Sodik Pemalang 40 Sambilan SMP

Long Line

(38)

Lampiran 5 Biaya Perbekalan

Solar

Kapal purse seine X menghabiskan 60 KL untuk trip ke 1 pada tahun 2012 (25 KL subsidi; 35 KL nonsubsidi).

Harga / liter: subsidi= Rp 4.500 dan nonsubsidi= Rp 9.000 Maka besarnya biaya untuk solar yaitu:

Biaya solar = (25000 x Rp 4.500) + (35000 x Rp 9.000)

= Rp 112.500.000 + Rp 315.000.000 = Rp 427.500.000

Umpan

Kapal long line Y membutuhkan 1000 kies ikan lemuru dan cumi @ 15000 ekor selama 4 kali untuk dijadikan umpan selama trip 10 bulan pada tahun 2013.

Harga lemuru per kies (10 kg) = Rp 150.000 dan

Harga cumi / ekor = Rp 2.500

(39)

Lampiran 6 Biaya Operasional Penangkapan Ikan per Alat Tangkap

Komponen Satuan Harga (Rp) Jumlah Biaya (Rp)

Purse Seine

Es balok - - -

Solar kilo liter 4.500 & 9.000 40 247.500.000

Air tawar ton 200.000 24 4.800.000

Ransum 70.000.000

Minyak liter - - -

Oli liter 19.000 400 7.600.000

Tambat labuh - - - 2.000.000

Jumlah - - - 331.900.000

Long Line

Es balok - - -

Solar kilo liter 4.500 & 9.000 80 607.500.000

Air tawar ton 200.000 48 9.600.000

Ransum 120.000.000

Minyak liter - - -

Umpan kies & ekor 150.000 & 2.500 800 kies dan 60.000 ekor

270.000.000

Oli liter 19.000 400 7.600.000

Tambat labuh - - - 2.000.000

Jumlah - - - 1.016.700.000

Bouke Ami

Es balok - - -

Solar kilo liter 4.500 & 9.000 35 202.500.000

Air tawar ton 200.000 12 2.400.000

Ransum 60.000.000

Minyak liter - - -

Oli liter 19.000 400 7.600.000

Tambat labuh - - - 2.000.000

Jumlah 274.500.000

(40)

Lampiran 7 Perhitungan Siklus Operasi (OC)

1) Long Line

Diketahui: waktu operasional penangkapan ikan pada long line dari mulai berangkat sampai mendarat kembali ke pelabuhan sebanyak 180 hari (AAI). Pembayaran penjualan HTI maksimal 7 hari (ACP), Maka siklus operasi pada long line yaitu:

OC = AAI + ACP OC = 180 + 7 OC = 187 hari

2) Purse Seine

Diketahui: waktu operasional penangkapan ikan pada purse seine dari mulai berangkat sampai mendarat kembali ke pelabuhan sebanyak 100 hari (AAI). Pembayaran penjualan HTI maksimal 7 hari (ACP), Maka siklus operasi pada purse seine yaitu

OC = AAI + ACP OC = 100 + 7 OC = 107 hari

3) Bouke Ami

Diketahui: waktu operasional penangkapan ikan pada bouke ami dari mulai berangkat sampai mendarat kembali ke pelabuhan sebanyak 60 hari (AAI). Pembayaran penjualan HTI maksimal 7 hari (ACP), Maka siklus operasi pada bouke ami yaitu

OC = AAI + ACP OC = 60 + 7 OC = 67 hari

(41)

Lampiran 8 Perhitungan Siklus Konversi Kas

1) Long Line

Diketahui: nilai OC pada long line yaitu 187 hari, dengan pembayaran untuk perbekalan (APP) yaitu 2 hari, maka nilai CCC pada long line yaitu:

CCC = OC – APP CCC = 187 – 2 CCC = 185 hari

2) Purse Seine

Diketahui: nilai OC pada purse seine yaitu 107 hari, dengan pembayaran untuk perbekalan (APP) yaitu 2 hari, maka nilai CCC pada purse seine yaitu:

CCC = OC – APP CCC = 107 – 2 CCC = 105 hari

3) Bouke Ami

Diketahui: nilai OC pada bouke ami yaitu 67 hari, dengan pembayaran untuk perbekalan (APP) yaitu 2 hari, maka nilai CCC pada bouke ami yaitu:

CCC = OC APP CCC = 67 – 2 CCC = 65 hari

(42)

Lampiran 9 Perhitungan Biaya Operasional Penangkapan Ikan per Tahun

1) Long Line

Diketahui: biaya operasional per trip (c) = Rp 1.106.400.000 dan jumlah trip per tahun sebanyak 2 x trip (E). Maka TC:

Jawab:

TC = Rp 1.106.400.000 x 2 trip

TC = Rp 2.212.800.000

2) Purse Seine

Diketahui: biaya operasional per trip (c) = Rp 406.150.000 dan jumlah trip per tahun sebanyak 4 x trip (E). Maka TC:

Jawab:

TC = Rp 406.150.000 x 4 trip

TC = Rp 1.624.600.000

3) Bouke Ami

Diketahui: biaya operasional per trip (c) = Rp 295.060.000 dan jumlah trip per tahun sebanyak 6 x trip (E). Maka TC:

Jawab:

TC = Rp 295.060.000 x 6 trip

(43)

Lampiran 10 Perhitungan Pendapatan Nelayan Purse Seine

Contoh I. Studi kasus Kapal Purse Seine A Dihitung berdasarkan: hasil penjualan HTI

Jumlah ABK = 35 orang (60 bagian)

Biaya operasional = Rp 500.000.000

Jumlah HTI = 80 ton = 80000 kg

Harga jual ikan per kg = Rp 10.000

Hasil penjualan = jumlah HTI x harga jual ikan per kg = 80000 kg x Rp 10.000

= Rp 800.000.000

Keuntungan = hasil penjualan – biaya operasional = Rp 800.000.000 – Rp 500.000.000 = Rp 300.000.000

Bagi hasil dengan tekong = 10% dari keuntungan

= 10% Rp 300.000.000 = Rp 30.000.000

Keuntungan setelah dikurangi bagi hasil = Rp 300.000.000 – Rp 30.000.000 = Rp 270.000.000

Hasil ini dibagi dua sama besar, yaitu 50% untuk pemilik kapal dan 50% sisanya untuk bagi hasil ABK.

Pendapatan ABK = 50 % keuntungan setelah dikurangi bagi hasil = 50 % Rp 270.000.000

= Rp 135.000.000

Pendapatan ABK per bagian =

= Rp 2.250.000 per bagian

Contoh II. Studi kasus Kapal Purse Seine B Upah ABK dihitung berdasarkan jumlah HTI:

Jumlah ABK = 34 orang (70 bagian)

HTI = 100 ton = 100000 kg

HTI dihargai = Rp 1.000 per kg

Maka, pendapatan ABK per bagian =

(44)

Lanjutan Lampiran 10 Perhitungan Pendapatan Nelayan Purse Seine

=

= Rp 1.428.571 atau Rp 1.450.000 per bagian

Catatan: apabila HTI yang didapat lebih dari 150 kg, maka harga ikan per kg dihargai oleh pemilik kapal sebesar Rp 1.200

Pendapatan tambahan/premi = Rp 10.000–Rp 15.000 per ton, jika: jumlah HTI 100 ton, maka premi sebesar:

100 ton X Rp 10.000 per ton = Rp 1.000.000 100 ton X Rp 15.000 per ton = Rp 1.500.000

Contoh III. Studi kasus Kapal Purse Seine C

Jumlah ABK = 35 orang (70 bagian)

Apabila HTI:

1. Berjumlah < 80ton, maka per bagian ABK mendapat Rp 800.000 2. Berjumlah 100 ton, maka per bagian ABK mendapat Rp 1.000.000

Pendapatan kapten kapal = 3 bagian + Rp 200 per kg x jumlah HTI

Contoh :

misalkan jumlah HTI sebanyak 100 ton, maka:

Pendapatan tekong = 3 bagian + Rp 2.00 per kg x jumlah HTI

Pendapatan tekong = 3 x Rp 1.000.000 + Rp 2.00 per kg x 100000 kg = Rp 3.000.000 + Rp 20.000.000

= Rp 23.000.000

(45)

Lampiran 11 Perhitungan Pendapatan Nelayan Long Line

Pendapatan ABK pada kapal long line dihitung berdasarkan gaji harian. Masing-masing kapal memiliki besaran gaji yang berbeda. Data hasil wawancara di lapangan, per hari nelayan kapal long line mendapatkan gaji pada kisaran antara Rp 28.000–Rp 35.000.

Contoh 1.Studi kasus Kapal Long Line A, B, dan C

Jumlah ABK = 15 orang

1 trip = 6 - 10 bulan ( 180 - 300 hari)

Gaji / hari = Rp 30.000 (Kapal A), Rp 28.000 (Kapal B), dan Rp 35.000 (Kapal C)

Gaji ABK dalam 1 trip = jumlah hari dalam 1 trip X gaji per hari = 180 X Rp 35.000 = Rp 6.300.000 (Kapal A) = 180 X Rp 28.000 = Rp 5.040.000 (Kapal B) = 180 X Rp 30.000 = Rp 5.400.000 (Kapal C)

Berdasarkan hasil perhitungan pada Kapal A, B, dan C diperoleh rata-rata bahwa dalam satu trip nelayan ABK long line mendapatkan gaji sebesar Rp 5.580.000.

Lampiran 12 Perhitungan Pendapatan Nelayan Bouke Ami

Pendapatan ABK pada kapal bouke ami dihitung berdasarkan gaji harian seperti pada long line. Data hasil wawancara di lapangan, per hari nelayan bouke ami mendapatkan gaji pada kisaran Rp 15.000–Rp 20.000.

Contoh 1. Studi kasus Kapal Bouke Ami A, B, dan C

Jumlah ABK = 14 orang

1 trip = 2 bulan (50-60 hari)

Gaji / hari = Rp 15.000 (Kapal A), Rp 17.000 (Kapal B), dan Rp 20.000 (Kapal C)

Gaji ABK dalam 1 trip = jumlah hari dalam 1 trip X gaji per hari = 60 X Rp 15.000 = Rp 900.000 (Kapal A) = 60 X Rp 17.000 = Rp 1.020.000 (Kapal B) = 60 X Rp 20.000 = Rp 1.200.000 (Kapal C)

Berdasarkan hasil perhitungan pada Kapal A, B, dan C diperoleh rata-rata bahwa dalam satu trip nelayan ABK bouke ami mendapatkan gaji sebesar Rp 1.040.000.

(46)

Lampiran 13 Tarif Tambat dan Labuh

Dihitung berdasarkan: lama hari, posisi kapal, dan panjang kapal.

Dermaga barat Tambat

Hari ke- 1-10 = Rp 3.000 Hari ke- >10 = Rp 4.500

Tender

Hari ke- 1-10 = Rp 1.500 Hari ke->10 = Rp 2.250

Dermaga timur Tambat

Hari ke- 1 = Rp 3.000 Hari ke- 2-9 = Rp 5.000 Hari ke- >10 = Rp 7.500

Tender

Hari ke- 1 = Rp 1.500 Hari ke- 2-9 = Rp 2.500 Hari ke- >10 = Rp 3.750

Istilah penyebutan posisi kapal di dermaga

Tambat: Posisi 1 (terdekat/paling merapat dengan dermaga) Tender: Posisi 2, 3, 4, dan seterusnya dari kapal pertama

Contoh:

Sebuah kapal memiliki dimensi volume L X B X D = 16 X 5 X 3. Kapal tersebut tambat di dermaga timur PPS Nizam Zachman Jakarta selama 25 hari (20 hari di kolam dermaga + 5hari docking) dan berada pada posisi paling pinggir atau menempel di dermaga, maka besarnya tarif yang harus dibayar:

Diketahui: lama hari = 25 hari, panjang kapal = 16 m, posisi kapal = posisi 1 (tambat) di dermaga timur.

Maka:

Tarif Tambat = lama hari x panjang kapal x biaya per hari sesuai posisi kapal

Hari pertama = 1 x 16 x Rp 3.000 = Rp 48.000 Hari ke- 2-9 = 8 x 16 x Rp 5.000 = Rp 640.000 Hari ke- 10-20 = 11 x 16 x Rp 7.500 = Rp 1.320.000

Total = Rp 48.000 + Rp 640.000 + Rp 1.320.000 = Rp 2.080.000

(47)

Lampiran 14 Evaluasi Kredit Nelayan dari Staff UPT PPS Nizam Zachman Jakarta dan Asosiasi Tuna Indonesia (ASTUIN)

1a. Evaluasi kredit pada long line

Karakteristik keuangan dan kredit Angka ( o s/d

Sumber: Data primer yang diolah penilaian dari Staff UPT PPS Nizam Zachman Jakarta

Pemberian skor: 88.50 (layak diberikan pinjaman modal)

1b. Evaluasi kredit pada long line

Karakteristik keuangan dan kredit Angka ( o s/d

Sumber: Data primer yang diolah penilaian dari ASTUIN

(48)

Lanjutan lampiran 14 Evaluasi Kredit Nelayan dari Staff UPT PPS Nizam Zachman Jakarta dan Asosiasi Tuna Indonesia (ASTUIN)

2. Evaluasi kredit pada purse seine

Karakteristik keuangan dan kredit Angka ( o s/d

Sumber: Data primer yang diolah penilaian dari Staff UPT PPS Nizam Zachman Jakarta

Pemberian skor: 89.50 (layak diberikan pinjaman modal)

3. Evaluasi kredit pada bouke ami

Karakteristik keuangan dan kredit Angka ( o s/d

Sumber: Data primer yang diolah penilaian dari Staff UPT PPS Nizam Zachman Jakarta

(49)
(50)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 04 November 1988 dari pasangan Bapak Akhmad Khair dan Ibu Maryana yang merupakan anak ke delapan dari 12 bersaudara. Penulis lulus dari SMA Negeri 11 Bekasi pada tahun 2008 dan pada tahun yang sama diterima sebagai mahasiswa pada Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).

Selama kuliah penulis pernah menjadi assisten praktikum pada mata kuliah Avertebrata Air pada semester ganjil tahun ajaran 2010-2011. Selain itu juga aktif mengajar di lembaga bimbingan belajar pada mata pelajaran sains tingkat SD, Matematika dan IPA tingkat SMP, dan mata pelajaran matematika tingkat SMA IPA-IPS/SMK di Sentral Edukatif Bogor dan SMA Negeri 11 Kota Bekasi pada tahun ajaran 2011-2013. Untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul

Gambar

Tabel 3 Frekuensi kunjungan kapal berdasarkan jenis alat tangkap 2008-2012
Tabel 4 Ukuran GT kapal perikanan di PPS Nizam Zachman Jakarta
Gambar 2 Kelompok umur nelayan di PPS Nizam Zachman Jakarta
Gambar 3 Tingkat pendidikan nelayan di PPS Nizam Zachman Jakarta
+7

Referensi

Dokumen terkait

P SURABAYA 03-05-1977 III/b DOKTER SPESIALIS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH RSUD Dr.. DEDI SUSILA, Sp.An.KMN L SURABAYA 20-03-1977 III/b ANESTESIOLOGI DAN

Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia dirumuskan karena, diharapkan mampu menjadikan: (1) siswa dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan,

EVALUASI KETENGGANGAN PADI GOGO TERHADAP CEKAMAN ALUMINIUM DAN EFISIENSI PENGGUNAAN NITROGEN.. Oleh

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jamu “DNR” mempunyai efek antidiare pada mencit putih jantan yang dibuat diare dengan minyak jarak dilihat dari semua parameter kecuali bobot feses

UNIVERSITAS MUSLIM NUSANTARA AL WASHLIYAH FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM.. PROGRAM

Pendewasaan usia perkawinan perspektif maqasid syariah ini sesuai dengan harapan pemerintah yang diselenggarakan Oleh Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional

20 Tahun 2003 menyebutkan Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan dasar, menengah dan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui baik atau tidak baik persepsi siswa Sekolah Dasar Negeri 149 Tokinjong Kabupaten Sinjai tentang dongeng.. Jenis