• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA (PPS) NIZAM ZACHMAN DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH BERBASIS PRODUKSI PERIKANAN TANGKAP DI DKI JAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERAN PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA (PPS) NIZAM ZACHMAN DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH BERBASIS PRODUKSI PERIKANAN TANGKAP DI DKI JAKARTA"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA (PPS)

NIZAM ZACHMAN DALAM PERENCANAAN

PEMBANGUNAN WILAYAH BERBASIS PRODUKSI

PERIKANAN TANGKAP DI DKI JAKARTA

NANDA KRISALOISA SITEPU

MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2010

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Peran Palabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman dalam Perencanaan Pembangunan Wilayah Berbasis Produksi Perikanan Tangkap di DKI Jakarta adalah karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Oktober 2010

(3)

ABSTRAK

NANDA KRISALOSIA SITEPU, C44063361. Peran Pelabuhan Perikanan Samudara (PPS) Nizam Zachman dalam Perencanaan Pembangunan Wilayah Berbasis Produksi Perikanan Tangkap di DKI Jakarta. Dibimbing oleh DINARWAN

Perencanaan produksi perikanan laut DKI Jakarta dengan memperhatikan hasil analisis tabel input-output DKI Jakarta merupakan hal yang sangat penting dilakukan agar produksi perikanan DKI Jakarta tidak merugikan pihak-pihak yang terkait dalam operasi penangkapan. Penelitian ditujukan untuk merencanakan kebutuhan produksi perikanan laut DKI Jakarta dalam upaya mengantisipasi perkembangan jumlah penduduknya dan menganalisis peran PPS Nizam Zachman Jakarta dalam upaya memberikan pelayanan terhadap perkembangan produksi perikanan laut wilayah DKI Jakarta. Analisis data menggunakan analisis tabel input-output DKI Jakarta dan analisis deskriptif untuk menganalisis Peran PPS Nizam Zachman Jakarta dalam upaya memberikan pelayanan terhadap perkembangan produksi perikanan laut wilayah DKI Jakarta. Perubahan produksi perikanan laut DKI Jakarta yang harus dicapai akibat peningkatan jumlah penduduk dari tahun 2006-2010 adalah sebesar 4.468.863,04 kg atau 4.468,9 ton, dimana dinas perikanan DKI Jakarta harus meningkatkan produksi perikanan laut wilayah DKI Jakarta dari 119.382,2 ton ditahun 2006 menjadi 123.851,1 ton pada tahun 2010 dan peran Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman dalam upaya memberikan pelayanan terhadap perkembangan produksi perikanan tangkap wilayah DKI Jakarta adalah sebagai tempat penampungan hasil produksi perikanan dari wilayah-wilayah lain di luar wilayah DKI Jakarta. Produk hasil penampungan tersebut merupakan produk hasil perikanan yang akan diekspor.

(4)

©

Hak cipta IPB, Tahun 2010

Hak cipta dilindungi Undang-Undang

1) Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber :

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah;

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

2) Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB.

(5)

PERAN PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA (PPS)

NIZAM ZACHMAN DALAM PERENCANAAN

PEMBANGUNAN WILAYAH BERBASIS PRODUKSI

PERIKANAN TANGKAP DI DKI JAKARTA

NANDA KRISALOISA SITEPU

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Perikanan pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2010

(6)

Judul Skripsi : Peran Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman dalam Perencanaan Pembangunan Wilayah Berbasis Produksi Perikanan Tangkap di DKI Jakarta. Nama : Nanda Krisaloisa Sitepu

NRP : C44063361

Mayor : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Disetujui : Pembimbing

Ir. Dinarwan, MS NIP: 19630823 198803 1 002

Diketahui :

Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc NIP: 19621223 198703 1 001

(7)

KATA PENGANTAR

Skripsi merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pada Departeman Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Judul skripsi yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan bulan Februari 2010 sampai dengan April 2010 adalah “Peran Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman dalam Perencanaan Pembangunan Wilayah Berbasis Produksi Perikanan Tangkap di DKI Jakarta”.

Penelitian Lapangan dilakukan di PPS Nizam Zacman Jakarta yang bertujuan untuk hasil melihat prediksi dan perencanaan kebutuhan permintaan produk perikanan laut DKI Jakarta akibat terjadinya peningkatan jumlah penduduk serta menganalisis kapasitas daya tampung Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman dalam upaya mengantipasi adanya perencanaan produksi perikanan laut tersebut.

Hasil perencanaan produksi perikanan laut yang bersumber pada analisis data dari tabel input-output DKI Jakarta tahun 2006 dikombinasikan dengan data produksi perikanan laut yang direalisasikan pencapaiannya oleh Dinas perikanan DKI Jakarta. Kesesuaian pencapaian data perencanaan produksi perikanan laut dengan kondisi rillnya akan berdampak pada penyesuaian target-target nilai ekonominya.

Penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak yang memerlukannya.

Bogor, Oktober 2010

(8)

UCAPAN TERIMAKASIH

Dengan segala kerendahan hati, saya mengucapkan terimakasih kepada: 1. Ir. Dinarwan, Ms selaku dosen pembimbing karena bimbingan dan arahanyalah

penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

2. Dr. Rosa Yusfiandayani, S.Pi selaku dosen penguji dan Dr.Ir. Moh. Imron, M.Si selaku komisi pendidikan yang telah banyak memberikan saran dalam perbaikan skripsi.

3. Kedua orangtuaku Bapak dan alm. Bunda tercinta terimakasih buat doa-doa dan semangatnya terkhusus buat alm. Bunda terimakasih pengorbanannya serta adik-adikku Dea Chrisalemisa Sitepu dan Monalisa Sitepu terimakasih buat dukungan dan kasih sayangnya.

4. Mutiara Sitepu yang senantiasa mendoakanku dan menjadi pengobat keluh kesahku, terimakash buat pengertian, dukungan semangat yang diberikan serta terimakasih sudah menjadi teladan yang baik buat penulis.

5. Sahabat-sahabat penulis Ira Angelia Sinaga, Kak Sherly Valentina, Mba Lala dan Mato Cona terimaksih telah mendengarkan keluh kesah penulis dan semangat yang diberikan buat penulis.

6. “Gank baby” Indah, Shinta dan Cumi terimaksih buat kebersamaannya di PSP 43, penulis banyak belajar dari kalian.

7. Teman seperjuang PSP angkatan 43, terimakasih atas keceriaan dan kebersamaan kalian selama ini “Ga ‘ ada Lo ga’ Rame”!!!

Penulis tidak dapat membalas kebaikan yang telah diberikan, kiranya Tuhan yang memberkati dan memberikan balasan atas bantuan yang telah diberikan. Amin.

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kabanjahe-Sumatra Utara pada tanggal 7 Desember 1987 dari Bapak Mburak Sitepu dan Alm Ibu Mariana br Ginting. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. 

Pendidikan formal penulis dimulai di SD Sint Yoseph Kabanjahe selama 6 tahun dan lulus tahun 1999. Penulis melanjutkan di SLTP Negeri 1 Kabanjahe selama 3 tahun dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan studi ke SMA Negeri 1 Kabanjahe dan lulus pada tahun 2006 dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk (USMI) IPB. Penulis di terima di Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007 setelah satu tahun melewati Tingkat Persiapan Bersama (TPB) di IPB.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di organisasi dan kepanitiaan seperti menjadi anggota dari Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (HIMAFARIN) dan menjadi bendahara II dalam organisasi kerohanian Kristen (Youth of Nation Ministry) tahun 2006-2007. Dalam rangka menyelesaikan studi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, penulis melakukan penelitian dengan judul ”Peran Pelabuhan Perikanan Samudara (PPS) Nizam Zachman dalam Perencanaan Pembangunan Wilayah Berbasis Produksi Perikanan Tangkap di Daerah Khusus Ibukota Jakarta”.

(10)

x

 

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Tujuan Penelitian ... 2 1.3 Manfaat Penelitian ... 3 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap ... 4 2.2 Pelabuhan Perikanan ... 6

2.3 Fungsi dan Peranan Pelabuhan ... 7

2.4 Aktivitas Kepelabuhanan Pelabuhan Perikanan ... 8

2.5 Tabel Input-Output ... 9

2.6 Keterkaitan antar Sektor Input-Output ... 13

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 16

3.2 Bahan dan Alat ... 16

3.3 Metode Penelitian ... 16

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 16

3.5 Analisis Data ... 17

4 KEADAAN UMUM DAERAH DAN LOKASI PENELITIAN 4.1 Profil Wilayah DKI Jakarta ... 22

4.2 Kependudukan DKI Jakarta ... 23

4.3 Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman Jakarta ... 24

4.3.1 Lokasi Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman Jakarta ... 24

4.3.2 Sejarah dan perkembangan Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman Jakarta ... 25

4.3.3 Unit pengelolaan PPS Nizam Zachman Jakarta ... 27

4.3.4 Unit pelaksana teknis PPS Nizan Zachman Jakarta ... 28

4.3.5 Perum pelaksana PPS Nizam Zachman cabang Jakarta ... 29

4.4 Keadaan Umum Perikanan Tangkap di PPSNZJ. ... 30

4.4.1 Fasilitas Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman Jakarta ... 30

4.4.2 Unit penangkapan ikan ... 32

4.4.3 Produksi ikan yang didaratkan di PPS Nizam Zacman Jakarta .. 36

(11)

xi

 

4.6 Produksi ikan DKI Jakarta ... 39

5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Tabel Input-Output Wilayah DKI Jakarta ... 41

5.1.1 Tabel Input-Output (satuan produksi) ... 41

5.1.2 Matriks koefisien input/teknologi (a) ... 41

5.1.3 Matriks kebalikan (Inverse Matrix (I-A)-1) ... 42

5.1.4 Sektor (departemen) teknis yang harus memiliki target kerja positif ... 42

5.1.5 Proyeksi perencanaan produksi perikanan DKI Jakarta hingga tahun 2010 ... 43

5.1.6 Peran PPS Nizam Zachman terhadap hasil proyeksi perencanaan produksi perikanan DKI Jakarta yang didapatkan dari database Tabel Input-Output ... 44

5.2 Produksi Perikanan Laut Pencapaian Dinas Perikanan DKI Jakarta .... 45

6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 46

6.2 Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 47

(12)

xii

 

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Ilustrasi tabel input-output (3×3) sektor ... 18

2. Pertumbuhan penduduk DKI Jakarta tahun 2003-2008 ... 23

3. Fasilitas di PPS Nizam Zachman Jakarta ... 30

4. Jumlah kapal masuk berdasarkan ukuran kapal (GT) ke PPS Nizam Zachman Jakarta Periode 2004-2008 ... 33

5. Jumlah alat tangkap yang ada di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2004-2008 ... 34

6. Jumlah tenaga kerja di PPSNZ tahun 2005 ... 34

7. Jumlah nelayan berdasarkan alat tangkap di PPSNZJ tahun 2002-2004 ... 35

8. Jumlah produksi ikan yang didaratkan di PPZNZJ tahun 2004-2008 ... 37

9. Distribusi hasil pemasaran di PPS Nizam Zachman tahun 2007-2008 ... 39

10. Jumlah produksi perikanan tangkap DKI Jakarta tahun 2004-2008 ... 39

(13)

xiii

 

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Kerangka umum tabel input-output ... 17 2. Peta lokasi PPS Nizam Zachman Jakarta ... 24 3. Struktur organisasi unit pelaksana teknis PPSNZ ... 29 4. Komposisi spesies dominan yang didaratkan di PPS Nizam Zachman

Jakarta tahun 2008 ... 37 5. Grafik produksi ikan yang didaratkan di PPS Nizam Zachman Jakarta ... 38 6. Grafik produksi ikan DKI Jakarta tahun 2004-2008 ... 40

(14)

xiv  

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Foto udara PPSNZJ ... 50 2. Lay out PPSNZJ ... 51 3. Volume Produksi Perikanan Tangkap DKI Jakarta Menurut Jenis Ikan

tahun 2004-2008 ... 52 4. Tabel Input-Output (Leontief invers) ... 54 5. Kode sektor-sektor produksi dalam tabel input-output DKI Jakarta 2006 .. 55

(15)

1

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor Perikanan merupakan sektor yang dapat diandalkan dan bertahan dalam krisis ekonomi saat ini jika dikelola dengan baik. Sub sektor perikanan tangkap pada khususnya mampu mencukupi kebutuhan ikan daerah lokal maupun menjadi produk ekspor dan memberikan keuntungan yang cukup tinggi. Untuk itu sektor perikanan membutuhkan pelabuhan perikanan sebagai prasarana dan sarana untuk memanfaatkan sumberdaya ikan secara optimal. Pelabuhan perikanan adalah pelabuhan khusus yang penggunaannya sebagai pangkalan untuk kegiatan penangkapan ikan yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas sejak ikan didaratkan sampai ikan didistribusikan (Lubis, 2006). Oleh karena itu prasarana dan sarana yang menunjang aktivitas penangkapan dan penanganan ikan sangat perlu dikelola oleh pelabuhan perikanan.

Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang otonomi daerah telah memberikan kewenangan yang luas kepada daerah untuk mengelola sumberdaya alam (SDA), sumberdaya manusia (SDM), dan sumberdaya buatan (SDB) yang berada di wilayahnya masing-masing dan bertanggung jawab dalam pemeliharaan kelestarian daerah tersebut. Aset sumberdaya alam yang berharga tersebut termasuk perikanan, karena laut Indonesia masih menyimpan potensi sumberdaya perikanan laut baik dari segi kuantitas maupun diversitas sehingga perikanan dapat memberikan kontribusi dalam pembangunan wilayah setempat.

Daerah Khusus Ibukota Jakarta merupakan provinsi yang memiliki potensi perikanan tangkap karena wilayahnya yang dekat ataupun berbatasan dengan Laut Jawa, DKI Jakarta juga memiliki pelabuhan yaitu Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman. Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman adalah sebuah pelabuhan perikanan yang terletak di Jakarta bagian Utara. Pelabuhan tersebut berhadapan langsung dengan Laut Jawa yang kaya akan sumberdaya alamnya sehingga tingkat aktivitas penangkapan sangat tinggi terjadi di daerah ini.

Salah satu fungsi pelabuhan perikanan adalah menampung hasil produksi perikanan laut di wilayahnya. DKI Jakarta yang memiliki potensi sumberdaya laut

(16)

2 yang dapat dimanfaatkan tentunya memiliki perencanaan produksi untuk perikanan lautnya, terlebih wilayah tersebut didukung dengan adanya Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman yang merupakan pelabuhan perikanan terbaik di Indonesia karena selain memiliki fasilitas yang lengkap, letak PPS Nizam Zachman sangat strategis untuk penangkapan. Salah satu perangkat dalam perencanaan pembangunan wilayah yang terkait dengan aspek produksi (barang dan jasa) adalah adanya Tabel Input-Output yang diproduksi oleh lembaga yang berkompeten dalam perencanaan pembangunan daerah yaitu BAPEDA (BAPENAS di level nasional)

DKI Jakarta tentunya telah memiliki Tabel Input-Output yang dikeluarkan oleh BAPEDA DKI Jakarta atau dari BAPENAS. Berdasarkan Tabel Input-Output tersebut perlu kiranya dibuat perencanaan produksi pada sektor perikanan laut dalam upaya pemanfaatan sumberdaya perikanan laut dan pemanfaatan prasarana dan sarana pelabuhan perikanannya akibat terjadinya perubahan permintaan akan produk-produk perikanan laut.

Perubahan permintaan produk-produk perikanan laut tersebut sebagai akibat adanya perubahan jumlah penduduk yang semakin meningkat relatif setiap tahunnya. Dalam upaya mengantisipasi perkembangan jumlah penduduk DKI Jakarta maka digunakanlah data Tabel Input-Output wilayah DKI Jakarta agar dapat diambil keputusan terhadap perencanaan produksi dalam mengantisipasi kenaikkan jumlah penduduk DKI Jakarta. Sehubungan dengan kepentingan tersebut dilakukanlah penelitian ini.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Merencanakan kebutuhan produksi perikanan laut DKI Jakarta dalam upaya mengantisipasi perkembangan jumlah penduduknya;

2. Menganalisis peran PPS Nizam Zachman Jakarta dalam upaya memberikan pelayanan terhadap perkembangan produksi perikanan laut wilayah DKI Jakarta.

(17)

3

1.3 Manfaat

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai sumber informasi bagi pemerintah daerah dan instansi setempat yang terkait dalam penentuan kebijakan pembangunan perikanan dan memberikan informasi perkembangan kontribusi perikanan tangkap terhadap pertumbuhan produksi wilayah DKI Jakarta.

(18)

4

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perikanan Tangkap

Perikanan tangkap adalah kegiatan yang mencakup penangkapan/ pengumpulan hewan dan tanaman air yang hidup di air laut/perairan umum secara bebas. Perikanan tangkap merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa elemen atau subsistem yang saling berkaitan dan mempengaruhi satu dengan yang lainnya atau disebut dengan sistem agribisnis perikanan tangkap. Elemen yang saling berkaitan dan mempengaruhi satu dengan yang lainnya disebut dengan komponen perikanan tangkap (Monintja,2001 vide Milasari,2008).

Perikanan merupakan harapan masa depan untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa Indonsia melalui pemanfaatan sumberdaya dengan optimal. Oleh karena itu pembangunan perikanan tangkap sangat penting karena perikanan merupakan salah satu sektor pembangunan kelautan yang berperan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, memperluas kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nelayan, perbaikan gizi, meningkatkan kesempatan usaha dan meningkatkan devisa melalui peningkatan ekspor dan penurunan impor (Dahuri,1998 vide Milasari,2008).

Kualitas dan kuantitas sumberdaya perikanan sebagai sasaran dari kegiatan perikanan tangkap sangat dipengaruhi oleh kondisi perairan sebagai tempat hidupnya. Ketersedian atau stok ikan secara alami di perairan merupakan salah satu faktor pembatas dalam peningkatan produktivitas usaha kegiatan penangkapan, sedangkan jumlah tangkapan yang diperbolehkan adalah 80% dari potensi lestari (Dahuri,2002b vide Milasari,2008).

Pembangunan perikanan tangkap bersifat kompleks sehingga dalam pengelolaannya membutuhkan perhatian khusus karena memiliki karekteristik tersendiri (Simatupang,2001 vide Milasari,2008) yaitu : 1) Sumberdaya perikanan merupakan milik bersama (common resources) dan akses eksploitasi sebagai akibat dari entry nelayan yang terlalu banyak. 2) Sumberdaya perikanan dan kelautan umumnya dapat pulih sampai tingkat maksimum eksploitasi tertentu (maximum harvest). Intensitas panen yang terlalu tinggi dapat mengancam keberlanjutan stok sumberdaya perikanan. 3) Usaha dibidang kelautan dan

(19)

5 perikanan mengandung ekternalitas kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan perikanan dapat mempengaruhi profitabilitas perusahaan lainnya atau kualitas lingkungan alam sekitarnya.

Telah dilihat pula bahwa praktek yang demikian itu mengakibatkan rusaknya sumberdaya hayati laut, seperti gejala overfishing, rusaknya terumbu karang akibat penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan dan bertangggunng jawab. Melalui UU No 22/1999 tentang otonomi daerah pemerintah daerah kini memiliki otoritas yang lebih besar dalam pengelolaan sumberdaya laut dan perikanan seperti diketahui bahwa selama rezim pengelolaan bersifat terbuka (open acces).

Pembangunan usaha perikanan tangkap dapat diwujudkan melalu kebijakan dan program yang berdasarkan pada pendekatan sistem usaha perikanan tangkap. Pendekatan tersebut menerangkan bahwa ada lima kebijakan yang dapat ditempuh untuk merealisasikan tujuan industri perikanan tangkap (Dahuri,2002b vide Milasari 2008), yaitu : 1) Optimalisasi tingkat penangkapan ikan sesuai potensi lestari pada setiap wilayah perikanan; 2) Penanganan dan pengolahan hasil perikanan; 3) Transportasi dan pemasaran hasil perikanan; 4) Pengembangan prasarana dan sarana; 5) Sistem kemitraan usaha perikanan secara terpadu dan saling menguntungkan.

Kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan pada dasarnya memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakat, terutama di daerah psisir. Oleh karena itu, kelestarian sumberdaya harus dipertahankan sebagai landasan utama untuk mencapai kesejahteraan tersebut. Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan diharapkan tidak menyebabkan rusaknya fishing graund, spawning graund, maupun nursery graund ikan. Selain itu, tidak merusak hutan mangrove, terumbu karang dan padang lamun yang memiliki keterkaitan ekologis dengan ikan. Selain itu, aspek kelestarian juga berkaitan dengan kegiatan monitoring, controlling, dan surveillance terhadap ketersediaan sumberdaya ikan termasuk kondisi lingkungan perairan laut dan pencemaran (Satria et al, 2002 vide Milasari,2008).

Oleh karena itu, solusi jangka pendek yang diperlukan saat ini adalah disusunnya suatu kerangka umum atau perencanaan yang dapat dijadikan

(20)

6 pegangan dan petunjuk bagi pemerintah dalam meregulasi pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap. Perencanaan perikanan yang harus diwujudkan adalah sebuah sistem agribisnis perikanan yang tangguh, yaitu dapat mensejahterakan para pelakunya (terutama nelayan). Berkontribusi secara signifikan bagi pertumbuhan ekonomi wilayah dan mampu memelihara kelestarian sumberdaya ikan serta lingkungannya. Dengan demikian akan terwujud sebuah sektor perikanan yang terpadu.

2.2 Pelabuhan Perikanan

Pelabuhan peikanan merupakan pusat perpaduan antara aktivitas pendaratan, perdagangan dan pendistribusian ke daerah konsumen sehingga pelabuhan perikanan selain harus menjamin kebutuhan kapal-kapal yang berlabuh dan mendarat juga harus menjamin hasil tangkapan yang didaratkan agar tetap dalam kualitas yang baik.

Menurut keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : KEP.10/MEN/2004, pelabuhan perikanan diklasifikasikan menjadi : pelabuhan perikanan samudera (tipe A), pelabuhan perikanan nusantara (tipe B), pelabuhan perikanan pantai (tipe C) dan pangkalan pandaratan ikan (tipe D). Adapun kriteria pelabuhan perikanan samudera yaitu :

1) Melayani kapal perikanan yang melakukan perikanan di laut territorial, Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, dan laut lepas;

2) Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 60 GT;

3) Panjang dermaga sekurang-kurangnya 300 m, dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 3 m;

4) Mampu menampung sekurang-kurangnya 100 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 6000 GT kapal perikanan sekaligus; 5) Ikan yang didaratkan sebagian untuk tujuan ekspor, terdapat industri

perikanan.

Kriteria Pelabuhan Perikanan Nusantara (tipe B) adalah : 1) Melayani kapal perikanan berukuran 15-16 GT;

(21)

7 3) Melayani kapal ikan yang beroperasi di perairan ZEEI dan perairan

nasional;

4) Jumlah ikan yang didaratkan ± 40-50 ton atau 8000-15000 ton/tahun. Kriteria Pelabuhan Perikanan Pantai (tipe C) adalah :

1) Melayani kapal perikanan berukuran 5-15 GT;

2) Dapat menampung 50 buah kapal atau 500 GT sekaligus;

3) Melayani kapal ikan yang beroperasi di perairan pantai dan lepas pantai; 4) Jumlah ikan yang didaratkan ± 15-20 ton/hari atau 4000 ton/ tahun. Kriteria Pangkalan Pendaratan Ikan (tipe D) adalah :

1) Melayani kapal berukuran kecil sampai 10 GT;

2) Jumlah ikan yang didaratkan ± 10 ton/hari atau 2000 ton/tahun; 3) Melayani kapal perikanan yang beroperasi di perairan pantai.

Pengklasifikasian pelabuhan perikanan dimaksudkan untuk mempermudah dalam pengelolaan dan pengembangan pelabuhan. Selain itu untuk memperkirakan besarnya kebutuhan-kebutuhan yang berhubungan dengan pengembangannya, baik itu kebutuhan prasarana dan sarana maupun industri perikanan yang berada di sekitar wilayah pelabuhan guna mendukung aktivitas perikanan di pelabuhan tersebut.

2.3 Fungsi dan Peranan Pelabuhan

Fungsi dan peranan pelabuhan perikanan menurut Ditjen. Perikanan, (1982) adalah sebagai berikut :

1) Sebagai pusat pengembangan masyarakat nelayan dan pertumbuhan ekonomi perikanan, pengembangan agribisnis dan agroindustri;

2) Pusat pelayanan tambat dan labuh kapal perikanan;

3) Tempat pendaratan ikan hasil tangkapan dan hasil pembudidayaan; 4) Tempat pelayanan kegiatan operasional kapal-kapal perikanan; 5) Pusat pelaksanaan pembinaan mutu hasil perikanan;

6) Pusat pemasaran hasil perikanan;

7) Tempat pengembangan usaha industri perikanan dan pelayanan ekspor; 8) Tempat pelaksanaan pengawasan, penyuluhan dan pengumpulan data

(22)

8 Sedangkan Ditjen. Perikanan (1982), mengelompokkan peranan pelabuhan perikanan menjadi tiga, yaitu :

1) Sebagai pusat untuk aktivitas Industri, yaitu : (1) Tempat mendaratkan ikan hasil tangkapan dan

(2) Tempat untuk mempersiapkan operasi penangkapan ikan (mempersiapkan alat tangkap, bahan bakar, air, perbaikan kapal dan istirahat bagi anak buah kapal).

2) Sebagai pusat distribusi, yaitu :

(1) Tempat transaksi jual beli ikan,

(2) Terminal untuk mendistribusikan ikan, dan (3) Pusat pengelolaan hasil laut.

3) Sebagai pusat kegiatan masyarakat nelayan, yaitu : (1) Pusat kehidupan masyarakat nelayan,

(2) Pusat pembangunan ekonomi masyarakat nelayan, dan

(3) Pusat lalu lintas dan jaringan informasi antar nelayan maupun dengan masyarakat luar.

2.4 Aktivitas Kepelabuhanan Pelabuhan Perikanan

Aktivitas di suatu pelabuhan perikanan berdasarkan fungsinya, menurut Ditjen. Perikanan (1985) adalah :

1) Aktivitas yang berkaitan dengan produksi, yaitu : (1) Tambat labuh kapal-kapal perikanan; (2) Bongkar muat hasil tangkapan;

(3) Penyaluran perbekalan kapal dan awak kapal; (4) Pemeliharaan kapal dan awak kapal;

(5) Pemeliharaan alat perikanan.

2) Aktivitas yang berkaitan dengan pengawetan, pengolahan, dan pemasaran yaitu :

(1) Penanganan hasil (handling); (2) Pelelangan ikan;

(3) Pengepakan;

(23)

9 (5) Pengolahan;

(6) Pengawetan/pembekuan; (7) Tempat transaksi jual beli ikan.

3) Aktivitas pembinaan dan pengembangan masyarakat perikanan, yaitu : (1) Penyuluhan;

(2) Pengaturan (perijinan, keamanan, dan pengawasan); (3) Pengumpulan data statistik perikanan;

(4) Pembinaan perkoperasian dan profesi nelayan;

(5) Pusat lalu lintas dan jaringan informasi antar nelayan maupun dengan masyarakat luar.

2.5 Tabel Input-Output

Model I-O diperkenalkan pertama kali oleh Wassily Leontief pada tahun 1930-an, yang kemudian mendapat hadiah Nobel tahun1973. Melalui model I-O dapat ditunjukkan seberapa besar aliran keterkaitan antarsektor dalam suatu perekonomian. Input produksi dari sektor A misalkan, merupakan output sektor B, dan sebaliknya input dari sektor B merupakan output dari sektor A yang pada akhirnya keterkaitan antar sektor akan menyebabkan keseimbangan antara penawaran dan permintaan dalam perekonomian. Dari hubungan ekonomi yang sederhana ini jelaslah kelihatan pengaruh yang bersifat timbal balik antara dua sektor tersebut. Hubungan inilah yang dikatakan hubungan input-output.

Analisis I-O merupakan suatu metode yang secara sistematis mengukur hubungan timbal balik diantara beberapa sektor dalam sistem ekonomi yang kompleks.

Dalam model I-O pengaruh interaksi ekonomi dapat diklasifikasikan kedalam tiga jenis yaitu : (1) Pengaruh langsung, (2) pengaruh tidak langsung, dan (3) Pengaruh total. Pengaruh langsung atau direct effect merupakan pengaruh yang secara langsung dirasakan oleh suatu sektor yang outputnya digunakan sebagai input dari produksi sektor yang bersangkutan sedangkan pengaruh tidak langsung atau indirect effect menunjukkan pengaruh tidak langsung yang dirasakan oleh suatu sektor yang outputnya tidak digunakan oleh sektor yang bersangkutan dan pengaruh total (total effect) adalah pengaruh secara

(24)

10 keseluruhan dalam perekonomian dimana sektor yang bersangkutan berada (Daryanto & Hafizrianda, 2010).

Tabel Input-Output adalah suatu tabel dalam bentuk matriks yang menggambarkan transaksi barang dan jasa serta menunjukkan keterkaitan setiap sektor dalam perekonomian pada saat tertentu. Mengingat pentingnya Tabel Input-Output dalam rangka menunjang kebijaksanaan daerah maka pada skala regional perlu melakukan Penyusunan Tabel Input-Output (Anonim 2008).

Besarnya ketergantungan suatu sektor tertentu terhadap sektor yang lain ditentukan oleh input yang digunakan dalam proses produksi maupun besarnya output yang dialokasikan untuk memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir. Dengan demikian pengembangan suatu sektor tidak akan tercapai apabila tidak didukung oleh sektor lain. Adapun kegunaan (Anonim 2008) dari tabel Input-Output adalah sebagai berikut :

1) Memperkirakan dampak permintaan akhir dan perubahannya terhadapa berbagai Output sektor produksi, nilai tambah, impor, permintaan pajak, kebutuhan tenaga kerja dan sebagainya;

2) Memproyeksikan variabel-variabel ekonomi makro pada butir (a) diatas; 3) Mengamati komposisi penyediaan dan penggunaan barang atau jasa

sehingga mempermudah analisis tentang kebutuhan impor dan kemungkinan subsitusinya;

4) Menganalisis perubahan harga, di mana perubahan biaya input mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung keadaan perubahan harga output;

5) Menilai tingkat keserasian data statistik serta kelemahan-kelemahannya, sehingga landasan perbaikan, penyempurnaan dan pengembangan sistem statistik lebih lanjut;

6) Memberikan petunjuk mengenai sektor-sektor yang mempunyai pengaruh terkuat terhadap pertumbuhan ekonomi serta sektor-sektor yang peka terhadap pertumbuhan ekonomi daerah/wilayah.

Sedangkan menurut Tarigan (2007) manfaat/kegunaan Tabel Input-Output adalah :

(25)

11 1) Menggambarkan kaitan antar sektor sehingga memperluas wawasan terhadap perekonomian wilayah. Perekonomian wilayah bukan lagi sebagai kumpulan sektor-sektor melainkan satu sistem yang berhubungan. Perubahan pada salah satu sektor akan langsung saling mempengaruhi keseluruhan sektor walaupun perubahan itu akan terjadi secara bertahap;

2) Dapat meramalkan pertumbuhan untuk mengetahui daya menarik (backward linkage) dari setiap sektor sehingga memudahkan dalam menetapkan sektor yang dapat dijadikan sebagai sektor strategis dalam perencanaan pembangunan wilayah;

3) Dapat meramalkan pertumbuhan ekonomi dan kenaikan tingkat kemakmuran jika permintaan akhir dari suatu sektor diketahui akan meningkat. Hal ini dapat dianalisis melalui kenaikan input antara dan kenaikan input primer yang merupakan nilai tambah (kemakmuran);

4) Sebagai salah satu alat analisis dalam perencanaan pembangunan ekonomi wilayah karena dapat melihat permasalahan secara komprehensif;

5) Dapat digunakan sebagai bahan untuk menghitung kebutuhan tenaga kerja dan modal dalam perencanaan pembangunan ekonomi wilayah, jikalau input-nya dinyatakan dalam bentuk tenaga kerja modal.

Dengan demikian Tabel Input-Output memiliki keunggulan analisis sebagai perangkat analisis perencanaan pembangunan, sebab perencanaan sektoral dengan menggunakan Tabel Input-Output dapat dilakukan secara sendiri-sendiri dan sangat menonjolkan korelasi (hubungan) dan keterkaitan antara sektor dalam perekonomian. (Anonim 2008).

Dalam Tabel Input-Output terdapat beberapa variabel yaitu output, input antar, input primer (nilai tambah), permintaan akhir dan impor). Output adalah nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh sektor-sektor ekonomi dan biasanya dinotasikan dengan X (Xi atau Xj). Ada tiga jenis produksi yang dicakup dalam penyusunan Output setiap sektor (Anonim 2008), yaitu :

1) Produk utama adalah produk yang memiliki nilai atau kuantitas paling dominan diantara produk-produk yang dihasilkan;

(26)

12 2) Produk ikutan adalah produk yang secara otomatis terbentuk pada saat

menghasilkan produk utama. Teknologi yang digunakan untuk mendapatkan produk utama dan produk ikutan merupakan teknologi tunggal;

3) Produk sampingan adalah produk yang dihasilkan sejalan dengan produk utama tetapi menggunakan teknologi yang berbeda.

Input antara adalah penggunaan berbagai barang dan jasa oleh suatu sektor dalam kegiatan produksi. Barang dan jasa tersebut berasal dari produksi sektor-sektor lain dan juga produksi sendiri. Barang-barang yang digunakan sebagai input antara biasanya habis sekali pakai, seperti bahan baku, bahan penolong, dan sejenisnya. Dalam Tabel Input-Output penggunaan input antara yang berasal dari produksi sektor i yang digunakan oleh sektor j dalam rangka menghasilkan output Xi. Jumlah Xi disebut sebagai total input antara sektor J. Input antara dinilai dengan dua jenis harga. Input antara atas dasar harga pembeli yang menggunakan harga beli konsumen sebagai dasarnya dan input antara atas dasar harga produsen pengguna yang menggunakan harga pabrik sebagai dasarnya (Anonim 2008).

Input primer atau nilai tambah merupakan balas jasa yang diciptakan/diberikan kepada faktor-faktor produksi yang berperan dalam proses produksi. Balas jasa tersebut mencakup upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tidak langsung.

Permintaan akan barang dan jasa dibedakan antara permintaan oleh sektor-sektor produksi yang disebut permintaan antara dan permintaan oleh konsumen yang disebut permintaan akhir. Dalam Tabel Input-Output, permintaan akhir mencakup pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok, ekspor dan impor. Adapun asumsi-asumsi keterbatasan dalam Model Input-Output adalah :

1) Keseragaman (Homogenity)

Setiap sektor hanya memproduksi satu jenis barang dan jasa dengan susunan input tunggal (seragam) dan tidak ada subsitusi otomatis terhadap input atau output sektor yang berbeda.

(27)

13 2) Penjumlahan (Additivity)

Suatu asumsi bahwa total efek dari kegiatan produksi berbagai sektor merupakan penjumlahan dari efek pada masing-masing kegiatan secara terpisah.

3) Kesebandingan (Proportionality)

Suatu prinsip dimana hubungan output dan input pada setiap sektor produksi merupakan fungsi linear, artinya suatu sektor akan berubah sebanding dengan berubahnya total output sektor tersebut.

Selain asumsi-asumsi tersebut diatas, Tabel I-O sebagai metode analisis kuantitatif memiliki beberapa kelemahan, yaitu :

1) Koefisien input atau koefisien teknis dan teknologi yang digunakan dalam proses produksi diasumsikan tetap konstan selama periode analisis atau proyeksi. Akibatnya perubahan kuantitas dan harga input akan selalu sebanding dengan perubahan kuantitas harga output;

2) Besarnya biaya yang harus dikeluarkan dalam penyusunan tabel input-output dengan menggunakan metode non survey;

3) Semakin banyak agregasi yang dilakukan terhadap sektor-sektor yang ada akan menyebabkan semakin besar pula kecenderungan pelanggaran terhadap asumsi homogenitas dan akan semakin banyak informasi ekonomi yang terperinci tidak tertangkap dalam analisisnya.

2. 6 Keterkaitan Antar Sektor dalam Input-Output

Model Input Output dapat digunakan sebagai alat pengambil keputusan dalam merencanakan pembangunan sektoral. Dari hasil analisis Input-Output bisa diputuskan sektor-sektor mana saja yang dijadikan sebagai leading sector atau sektor pemimpin dalam pembangunan ekonomi. Dengan memfokuskan pembangunan pada sektor-sektor yang menjadi pemimpin maka target pertumbuhan ekonomi yang diharapkan dapat dicapai dengan lebih baik. Suatu sektor yang terindikasi sebagai pemimpin dianggap memiliki kemampuan daya sebar dan kepekaan yang sangat tinggi dalam suatu perekonomian, sehingga efek yang diberikannya bersifat ganda. Disatu sisi sektor tersebut dapat mendorong permintaan agregat (agregate demand) yang lebih tinggi, dan disisi lain bisa

(28)

14 meningkatkan penawaran (aggregate supply) untuk pemenuhan kebutuhan domestic (Daryanto & Hafizrianda, 2010).

Adanya penggunaan input antara yang berasal dari output sektor produksi lain dan penggunaan input primer seperti tenaga kerja dan modal, membuat suatu sektor produksi menjadi terintegrasi dengan sektor-sektor lainnya dalam suatu perekonomian. Untuk melihat jelas bagaimana integrasi perekonomian itu terjadi kita bisa menggunakan model Input-Output yang dapat merefleksikan hubungan atau keterkaitan antarsektor (intersectoral). Hubungan ini merupakan hubungan saling ketergantungan satu dengan yang lainnya, dimana Output dari suatu sektor produksi merupakan input bagi sektor produksi lainnya, begitu pula sebaliknya. Karena itu perubahan output suatu sektor produksi akan mempengaruhi pula output dari suatu sektor produksi yang lain.

Keterkaitan antar sektor dapat dibagi menjadi (Daryanto & Hafizrianda, 2010), (1) keterkaitan langsung kebelakang, (2) keterkaitan langsung ke depan, (3) Daya sebar ke depan dan (4) daya sebar ke belakang. Atas dasar keterangan-keterangan ini, pejabat perencana dapat menentukan pengaruh suatu perubahan dalam suatu sektor terhadap semua sektor lain dalam perokonomian, dengan demikian mereka dapat menyusun rencana yang sesuai dengan itu. Keterkaitan antar sektor merupakan salah satu syarat yang harus dimiliki oleh growth pole dalam perkembangan ekonomi. Growth pole tersebut harusnya lebih mengacu pada suatu sektor yang bisa menyebar dalam berbagai aktivitas sektor produksi, Sehingga mampu menggerakkan ekonomi secara keseluruhan. Sektor semacam ini umumnya memiliki ciri-ciri (Daryanto & Hafizrianda, 2010) :

1) Perkembangannya relatif cepat;

2) Industrinya relatif besar untuk memberikan dampak langsung dan tidak langsung;

3) Memiliki keterkaitan tinggi antar industry; dan 4) Inovatif.

Suatu sektor yang memiliki cirri-ciri semacam diatas bisa dijadikan sebagai sektor pemimpin (leading sector) atau sektor kunci (key sector) dalam pembangunan ekonomi suatu daerah, karena ia paling efektif berperan sebagai motor penggerak dalam pembangunan daerah secara berkesinambungan

(29)

15 (sustainability). Dengan demikian, tampak sudah menjadi tugas yang penting bagi perencana pembangunan untuk menentukan sektor mana yang bisa menjadi sektor pemimpin tersebut (Daryanto & Hafizrianda, 2010).

Metode Input-Output dapat digunakan untuk melihat sektor-sektor apa saja yang bisa menjadi sektor pemimpin dalam pembangunan daerah. Sektor-sektor tersebut dapat dideteksi dengan empat cara, yaitu :

1) Suatu sektor dianggap sebagai suatu kunci apabila mempunyai kaitan ke belakang (backward linkage) dan kaitan ke depan (fordward linkage) yang relatif tinggi;

2) Suatu sektor dianggap sebagai sektor kunci apabila menghasilkan output bruto yang relatif tinggi, sehingga mampu mempertahankan final demand yang relatif tinggi pula;

3) Suatu sektor dianggap sebagai sektor kunci apabila mampu menghasilkan penerimaan bersih devisa yang relatif tinggi; dan

4) Suatu sektor dianggap sebagai sektor kunci apabila mampu menciptakan lapangan kerja yang relatif tinggi.

(30)

16

3 METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian lapangan dilaksanakan pada bulan Februari 2010 sampai April 2010 di PPS Nizam Zachman Jakarta.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan alat yang digunakan adalah komputer, kamera dan alat tulis.

3.3 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus (case study). Kasus dalam penelitian ini adalah kasus perencanaan pembangunan wilayah DKI Jakarta yang difokuskan pada perencanaan produksi perikanan DKI Jakarta. Data mentah perencanaan produksi perikanan diperoleh dari Tabel Input-Output DKI Jakarta tahun 2006 dan dari data produksi ikan hasil tangkapan selama lima tahun terakhir (tahun 2004-2008) yang diproduksi oleh Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman Jakarta dan Dinas Perikanan DKI Jakarta

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penulisan ini sebagian besar berasal dari tabel I-O DKI Jakarta yang diperoleh dari BAPENAS Jakarta. Data sekunder yang diperoleh digunakan dengan tujuan untuk mengetahui jumlah produksi ikan di PPS Nizam Zachman dan wilayah DKI Jakarta. Data tersebut diambil dari pihak Dinas Perikanan PPS Nizam Zachman dan Dinas Perikanan DKI Jakarta. Adapun data sekunder yang diperlukan meliputi data jumlah armada penangkapan dan data jumlah alat tangkap, serta data jumlah nelayan yang masing-masing data tersebut berada dalam kurun waktu lima tahun terakhir (tahun2004-2008).

(31)

17

3.5 Analisis Data

Proses Analisis merupakan pemahaman seluruh informasi yang terdapat pada suatu kasus, menganalisis situasi untuk mengetahui isu apa yang sedang terjadi dan memutuskan tindakan apa yang harus segera dilakukan untuk memecahkan suatu permasalahan. Dari data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis untuk meramalkan jumlah permintaan/kebutuhan ikan selama lima tahun kedepan dan apakah PPS Nizam Zacman mampu untuk memenuhinya. Pada penelitian ini data dianalisis dengan menggunakan alat analisis sebagai berikut : 1. Analisis data untuk perencanaan produksi perikanan laut di wilayah DKI

Jakarta digunakan alat analisis Tabel Input-Output. Kerangka Umum Tabel Input-Output dapat dilihat pada Gambar 1

I II

( n × n ) ( n × m )

Transaksi antar sektor/kegiatan Permintaan akhir dan impor

III IV ( p × n ) ( p × n ) Input primer

Gambar 1 Kerangka Umum Tabel Input-Output

Kerangka umum Tabel Input-Output terdiri atas empat kuadran yaitu : Kuadran I : Menunjukkan arus barang dan jasa yang dihasilkan dan digunakan

oleh sektor-sektor ekonomi dalam proses produksi. Transaksi yang terjadi pada kuadran I lebih dikenal sebagai transaksi antara (intermediate transaction);

Kuadran II : Menunjukkan permintaan akhir (final demand) dan impor, serta menggambarkan penyediaan barang dan jasa. Permintaan akhir terdiri atas konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok dan ekspor;

Kuadran III : Menunjukkan input primer sektor-sektor produksi berupa upah/gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tidak langsung neto;

(32)

18 Kuadran IV : Memperhatikan input primer yang langsung didistribusikan ke

sektor-sektor permintaan akhir. Informasi ini digunakan dalam Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE). Dalam penyusunan Tabel Input-Output kuadran ini tidak disajikan.

Tiap kuadran tersebut di atas dinyatakan dalam bentuk matriks. Kuadran I yang berukuran matriks n × n menunjukkan banyaknya sektor yang dihitung menurut klasifikasi sektor dengan memperhatikan kegiatan ekonomi yang dianggap potensial di wilayah/daerah, Untuk memberikan gambaran tentang Tabel Input-Output dengan menyederhanakan suatu sistem ekonomi menjadi tiga sektor produksi, atau disebut juga Tabel Input-Output (3×3) sektor, adapun tabel ilustrasi input-output dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Ilustrasi Tabel Input-Output (3×3) sektor Alokasi

Output

Susunan Input

Permintaan Antara Permintaan Akhir Jumlah Output Sektor Produksi Sektor 1 Produksi 2 3 X11 X12 X13 F1 X1 X21 X22 X23 F2 X2 X31 X31 X33 F3 X3

Jumlah Input Primer V1 V2 V3 Jumlah Input X1 X2 X3

Pada garis horizontal atau baris, isian-isian angka memperhatikan bagaimana output suatu sektor dialokasikan, sebagian untuk memenuhi permintaan antara (intermediate demand) sebagian lagi dipakai untuk memenuhi permintaan akhir (final demand). Permintaan antara adalah permintaan terhadap barang dan jasa yang digunakan untuk proses lebih lanjut pada sektor produksi. Sedangkan permintaan akhir adalah permintaan untuk konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal dan ekspor. Isian angka menurut garis vertikal atau kolom, menunjukkan pemakaian input antara maupun input primer yang disediakan oleh sektor-sektor lain untuk pelaksanaan produksi. Setiap angka satu sel dalam sistem ,matriks tersebut mempunyai pengertian ganda. Misalnya di kuadran pertama yaitu transaksi antara (permintaan antara dan input antara). Dilihat secara horizontal angka tersebut merupakan alokasi output suatu sektor

(33)

19 lainnya. Pada waktu yang bersamaan dilihat secara vertikal merupakan input dari suatu sektor yang diperoleh dari sektor lainnya. Gambaran di atas menunjukkan bahwa susunan angka-angka dalam bentuk matriks memperlihatkan suatu jalinan yang terkait (interdependent) di antara beberapa sektor i, outputnya berjumlah X1, dialokasikan secara baris sebanyak X11, X12, X13 berturut-turut kepada sektor 1, 2, dan 3 sebagai permintaan antara, serta sebanyak F1 untuk memenuhi permintaan akhir. Output X2 dan X3 masing-masing dari sektor 2 dan 3, alokasinya dapat diperiksa dengan cara yang sama.

Alokasi output itu secara keseluruhan dapat dituliskan dalam bentuk persamaan aljabar sebagai berikut :

X11 + X12 + X13 + F1 = X1

X21 + X22 + X23 + F2 = X2……… (1) X31 + X32 + X33 + F3 = X3

Secara umum persamaan di atas dapat dirumuskan kembali : 3

Xij + Fi =Xi ………. (2) j=i

Untuk i = 1, 2, 3

Dimana Xij adalah banyaknya output sektor i yang dipergunakan sebagai input sektor j, dan Fi adalah permintaan akhir terhadap sektor i. Isian secara vertical atau kolom terutama di sektor produksi, menunjukkan struktur input suatu sektor. Dengan persamaan tersebut dirumuskan sebagai berikut :

X12 + X12 + X13 + V1 = X1

X21 + X22 + X23 + V2 = X2……… (3) X31 + X32 + X33 + V3 = X3

Dan dapat dirumuskan kembali menjadi : 3

Xij + Vj =Xi ………. (4) j=i

Untuk j = 1, 2, 3

Dimana Vj adalah input primer (nilai tambah) dari sektor j.

Dalam analisis input-output sistem persamaan tersebut memegang peranan penting sebagai dasar analisis ekonomi yang akan dibuat. Apabila aij = Xij/Xj (aij = koefisien input) atau Xij = aijXj, maka persamaan (1) dapat disubsitusi menjadi :

(34)

20 a11X11 + a12X12 + a13X13 + F1 = X1

a21X21 + a22X22 + a23X23 + F2 = X2……… (5) a31X31 + a32X32 + a33X33 + F3 = X3

Dalam bentuk persamaan matriks, persamaan (5) akan menjadi : a11 a12 a13 X1 F1 X1

a21 a22 a23 X2 F2 X2 a31 a32 a33 X2 F3 X3 A X + F = X AX + F = X F = X – AX F = X [I – A] F I X atau X = (I - A) -1 × F ……… (6) Dari persamaan (6) ini terlihat bahwa output mempunyai hubungan fungsional akhir dengan (I–A)-1 sebagai koefisien arahnya yang selanjutnya disebut sebagai matriks pengganda output dan menjadi dasar pengembangan Tabel Input-Output.

Salah satu pengembangan Tabel Input-Output melalui (I–A)-1 adalah analisis produksi. Dengan menggunakan matriks penggandaan dapat menilai efek sistem produksi akhir waktu tertentu. Dengan matriks penggandaan ini kiranya bermanfaat untuk memecahkan permintaan akhir serta input primer agar memperlihatkan bagaimana dampak permintaan dari berbagai sektor terhadap sistem produksi, akan tetapi perlu diingatkan bahwa peran dasar dari matriks penggandaan (I–A)-1 adalah untuk menyajikan perkiraan-perkiraan mengenai tingkat output di setiap sektor produksi yang diperlukan untuk mensuplai suatu tertentu dari permintaan akhir baik untuk keperluan langsung maupun tidak langsung, sehingga memungkinkan untuk menilai dampak yang terjadi kepada setiap sektor produksi sebagai dalil dalam perubahan komponen akhirnya, seperti kenaikkan dalam pengeluaran pemerintah atau suatu perubahan dalam permintaan

(35)

21 konsumen, yang mengikuti variasi tingkat perpajakan atau pembatasan-pembatasan kredit.

2. Analisis Peran PPS Nizam Zachman Jakarta dalam upaya memberikan pelayanan terhadap perkembangan produksi perikanan laut wilayah DKI Jakarta dilakukan secara deskriptif.

(36)

 

22

4 KEADAAN UMUM DAERAH DAN LOKASI PENELITIAN

4.1 Profil Wilayah DKI Jakarta

Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibu kota negara Indonesia. Jakarta terletak di bagian barat laut Pulau Jawa. Dulunya pernah dikenal dengan nama Sunda Kelapa (sebelum 1527), Jayakarta (1527-1619), Batavia, Betawi, atau Jacatra (1619-1942), dan Djakarta (1942-1972). Jakarta terdiri dari dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter di atas permukaan laut dan secara geografis DKI Jakarta terletak antara 1060 22’ 42" BT - 1060 58’ 18" BT dan -50 19’ 12" LS s - -60 23’ 54" LS.

Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta adalah 7.659,02 km2, terdiri dari daratan seluas 662,33 km2, termasuk 110 pulau di Kepulauan Seribu, dan lautan seluas 6.997,50 km2. Provinsi DKI Jakarta terbagi menjadi 5 wilayah kotamadya dan satu kabupaten administratif, yakni: Kotamadya Jakarta Pusat dengan luas 47,90 km2, Jakarta Utara dengan luas 142,20 km2, Jakarta Barat dengan luas 126,15 km2, Jakarta Selatan dengan luas 145,73 km2, dan Kotamadya Jakarta Timur dengan luas 187,73 km2, serta Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu dengan luas 11,81 km2. Di sebelah utara membentang pantai sepanjang 35 km yang menjadi tempat bermuaranya 13 buah sungai dan 2 buah kanal. Di sebelah selatan dan timur berbatasan dengan Kota Depok, Kabupaten Bogor dan Bekasi, sebelah barat dengan Tangerang, serta di sebelah utara dengan Laut Jawa.

Wilayah Jakarta termasuk daerah tropis beriklim panas dengan suhu udara maksimum berkisar 32,7°C-34,°C pada siang hari dan suhu udara minimum berkisar 23,8°C-25,4°C pada malam hari. Jakarta mengalami puncak musim penghujan pada bulan Januari dan Februari dengan rata-rata curah hujan 350 milimeter dan puncak musim kemarau pada bulan Agustus dengan rata-rata curah hujan 60 milimeter. Rata-rata curah hujan sepanjang tahun 237,96 mm, selama periode 2002-2006 curah hujan terendah sebesar 122,0 mm terjadi pada tahun 2002 dan tertinggi sebesar 267,4 mm terjadi pada tahun 2005, dengan tingkat kelembaban udara mencapai 73,0-78,0 persen dan kecepatan angin rata-rata mencapai 2,2 m/detik-2,5 m/detik.

(37)

 

23

4.2 Kependudukan DKI Jakarta

Jakarta merupakan salah satu kota di Indonesia dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Hal ini disebabkan bukan saja karena tingkat kelahiran namun juga karena perpindahan penduduk. Perpindahan penduduk ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya faktor “pendorong” dan faktor “penarik”. Infastruktur dan pembangunan yang ada di Jakarta merupakan faktor “penarik” sedangkan kondisi sosial dan ekonomi yang rendah merupakan faktor “pendorong” bagi kaum migran untuk bermigrasi ke Jakarta, Oleh karena itu perpindahan penduduk merupakan salah satu faktor yang berperan dalam pertambahan penduduk di DKI Jakarta. Adapun tingkat pertumbuhan penduduk dari tahun 2003-2008 dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2 Pertumbuhan Penduduk DKI Jakarta tahun 2003-2008 Tahun Jumlah penduduk Laju pertumbuhan

penduduk (%) 2003 8603776 - 2004 8725630 1,41 2005 8842346 1,33 2006 8979716 1,55 2007 9064591 0,94 2008 9146181 0,90

Sumber : Jakarta dalam angka 2009

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk DKI Jakarta dari tahun 2003-2008 mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dengan laju pertumbuhan penduduk yang fluktuatif. Jumlah penduduk DKI Jakarta tahun 2008 sebanyak 9,14 juta jiwa dengan luas wilayah 662.33 km2 berarti kepadatan penduduknya mencapai 13,8 ribu/km2, sehingga menjadikan Provinsi ini sebagai wilayah terpadat penduduknya di Indonesia. Tahun 2006 merupakan laju pertumbuhan penduduk yang tertinggi di DKI Jakarta yaitu sebesar 1,55 % sedangkan laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2007-2008 mengalami penurunan dari 0,94% menjadi 0,90% hal ini mungkin disebabkan oleh pengaruh ditingkatkannya program KB di DKI Jakarta.

(38)

 

24

4.3 Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman Jakarta

4.3.1 Lokasi Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman Jakarta

Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta terletak di Muara Baru (Teluk Jakarta), Kecamatan Penjaringan, Jakarta utara. Barada pada -6025’ LS dan 10605’ BT. Luas areal secara keseluruhan ± 98 ha. Luas tersebut dibagi ke dalam tiga areal yaitu kawasan industri 48 ha, areal fasilitas perum dan UPT PPSNZJ 20 ha dan kolam pelabuhan 40 ha. Letak pelabuhan ini berbatasan langsung dengan Laut Jawa (Teluk Jakarta) di sebelah utara, Pelabuhan Sunda Kelapa di sebelah timur, Penjaringan di sebelah selatan dan Pantai Seruni kawasan Waduk Pluit di sebelah barat. Dilihat dari lokasinya posisi PPS Nizam Zachman Jakarta sangat strategis karena berada di ibukata Republik Indonesia dan merupakan salah satu pelabuhan perikanan terbaik di Indonesia. Peta lokasi PPS Nizam Zachman dapat dilihat pada Gambar 2.

Keterangan : -6025’ LS - 10605’ BT

(39)

 

25

4.3.2 Sejarah dan perkembangan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta

Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta merupakan Unit Pelaksana Teknis Departemen Kelautan dan Perikanan yang berada di bawah dan bertangggung jawab kepada Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Pelabuhan Perikanan Samudera Jakarta (PPSJ) diresmikan pada tanggal 17 Juli 1984, semula PPSJ berbentuk Project Management Unit (PMU) seiring dengan berkembangnya kebutuhan pemakai jasa khususnya dibidang perikanan, maka pada tahun 1990 dibentuk Perum Prasarana Perikanan Samudera yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab melaksanakan pelayanan kepada masyarakat dengan mengusahakan fasilitas–fasilitas pelabuhan perikanan yang bersifat komersial.

Adapun tahap-tahap pembangunan PPSNZJ adalah :

1) Pembangunan Tahap I (5 Maret 1980-31 Desember 1982)

Pekerjaan pembangunan ini meliputi pembangunan fasilitas dasar yaitu pengerukan kolam pelabuhan, dermaga, penahan gelombang (Breakwater), lampu navigasi, turap reklamasi tanah.

2) Pembangunan Tahap II (22 Maret 1982-31 Maret 1984)

Pembangunan Tahap ini meliputi pembangunan fasilitas fungsional yaitu gedung pelelangan ikan, cold storage, pabrik es, kantor pelabuhan, dermaga tempat bongkar muat ikan, mesin-mesin pendingin, pembangkit listrik, galangan kapal dan sarana-sarana pelengkap lainnya.

3) Pembangunan Tahap III (1984-1988)

Pembangunan sistem rantai dingin sebagai fasilitas penunjang. Fasilitas yang dibangun adalah pos polisi, jalan kompleks PPS Nizam Zachman, perkantoran, hotel, mesjid, pertokoan dan tempat proses ikan. Pada tahun 1988-1992 dibangun perpanjangan dermaga (150 m), perluasan cold storage, kantor cabang Perum PPS Nizam Zachman Jakarta, gedung pemasaran ikan, tempat penginapan, dua transit sheeds, MCK, dan industri pengolahan ikan.

4) Pembangunan Tahap IV (1984-1997)

Pembangunan tahap IV lebih ditujukan pada peningkatan kebersihan dan hygienitas di kawasan pelabuhan guna meningkatkan mutu produksi hasil perikanan, pengantisipasian jumlah kapal yang semakin meningkat, dan

(40)

 

26 pemberian pelayanan jasa yang lebih baik pada konsumen. Pekerjaan pada tahap ini meliputi :

1) Fasilitas pelabuhan, seperti : pembersih air kolam, perbaikan reventment, reklamasi, pembuatan dermaga dengan kedalaman 7,5m pengerukan kolam pelabuhan, perbaikan tanah kawasan pelabuhan, dan pengadaan slipways.

2) Bangunan dan Sarana lainnya, antara lain : rehabilitasi gedung TPI, pembangunan kantor UPT, menara kontrol, kamar mandi dan WC, perbaikan bangunan yang ada, jalan, tempat parkir, penghijauan, drainase, penanganan limbah, instansi air laut, penampungan sampah, instalasi listrik dan penerangan jalan, suplai air dari penampungan, dan tempat perbaikan jaring dan penjenuran.

3) Perlengkapan sarana seperti box sampah, battery forklit, dissel forklift, crane, truck, dan komputer.

Adapun pembangunan PPS Nizam Zachman Jakarta bertujuan untuk : 1) Menciptakan kondisi lingkungan yang bersih dan sehat;

2) Memberikan pelayanan yang cepat dan tepat waktu sesuai keinginan pengguna jasa;

3) Memberikan kesempatan yang sama kepada pengguna jasa pelabuhan didalam memperoleh fasilitas pelayanan; dan

4) Melakukan pengaturan terhadap kapal-kapal perikanan serta pemakai jasa lainnya didalam kawasan pelabuhan sesuai dengan lahan peruntukkanya. Visi Pelabuhan Perikanan Samudera, merupakan bagian integral dari Visi Departemen Kelautan dan Perikanan. Visi ini merupakan kesepakatan bersama antara seluruh staf, instansi terkait dan swasta yang beroperasional di kawasan pelabuhan. Adapun Visi PPS Nizam Zachman Jakarta adalah :

“Terwujudnya Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta sebagai pusat pertumbuhan dan pengembangan ekonomi perikanan terpadu.“ Sedangkan misi PPS Nizam Zachman adalah :

1) Menciptakan lapangan kerja dan iklim usaha yang kondusif; 2) Pemberdayaan masyarakat perikanan;

(41)

 

27 4) Menyediakan data dan informasi perikanan; dan

5) Meningkatkan pengawasan dan pengendalian sumberdaya perikanan Tujuan pembangunan yang hendak dicapai dalam operasional PPS Nizam Zachman merupakan penjabaran dan penjelasan dari tugas pokok dan fungsi serta misi yang sudah ditetapkan. Adapun tujuan pembangunan PPS Nizam Zachman adalah :

1) Mengembangkan skala usaha industri perikanan dengan lingkungan yang mendukung;

2) Meningkatkan peran serta masyarakat perikanan yang berkaitan dengan lingkungan dan diversifikasi usaha perikanan;

3) Mengembangkan sistem pengolahan hasil perikanan;

4) Mengembangkan sistem perolehan data dan informasi perikanan;

5) Mengembangkan sistem pengawasan dan pengendalian sumberdaya perikanan;

6) Pemberdayaan SDM;

7) Mengembangkan sarana/fasilitas pelabuhan; 8) Mengembangkan sistem administrasi keuangan.

4.3.3 Unit Pengelolaan PPS Nizam Zachman Jakarta

Pelabuhan Perikanan merupakan satu lingkungan kerja sehingga dalam pengelolaanya PPS Nizam Zachman Jakarta juga melibatkan instansi-instansi dan kelembagaan yaitu : Dinas Peternakan, Dinas Perikanan dan Kelautan Jakarta Utara, Dinas Bea dan Cukai, Dinas Imigrasi, Satuan Pengaman Angkatan Laut dan perusahaan-perusahaan swasta nasional.

PPS Nizam Zachman Jakarta dipimpin oleh seorang kepala pelabuhan. Kepala Pelabuhan membawahi bagian tata usaha, bidang Pengembangan, bidang Tata Operasional dan Kelompok Jabatan Fungsional. Unit Pengawasan Sumberdaya Ikan (WASDI) merupakan kelompok Jabatan Fungsional di PPS Nizam Zachman Jakarta sejak tahun 1995 yang bertugas memantau sumberdaya ikan, kapal perikanan yang masuk dan keluar dermaga PPS Nizam Zachman Jakarta, namun kelompok Jabatan fungsional lainnya belum dibentuk.

(42)

 

28 Semakin berkembangnya kebutuhan pemakai jasa pelabuhan maka April 1992 PMU PPS Nizam Zachman Jakarta diubah status dan fungsinya menjadi dua badan terpisah yaitu Unit Pelaksana Teknis (UPT) PPS Nizam Zachman Jakarta dan Perum Pelabuhan Perikanan Samudera (Perum PPS)

4.3.4 Unit Pelaksana Teknis PPS Nizam Zachman Jakarta

Unit Pelaksana Teknis (UPT) PPS Nizam Zachman Jakarta dipimpin oleh seorang kepala UPT . Fungsi yang dijalankan oleh UPT PPS Nizam Zachman Jakarta dalam melaksanakan tugasnya adalah sebagai berikut (UPT PPSNZJ) :

1) Perencanaan, pengembangan, pemeliharaan serta pemanfaatan sarana pelabuhan perikanan;

2) Pelayanan teknis kapal perikanan dan kesyahbandaran perikanan;

3) Koordinasi pelaksanaan urusan keamanan, ketertiban dan pelaksanaan kebersihan kawasan pelabuhan perikan;

4) Pengembangan dan fasilitas pemberdayaan masyarakat perikanan;

5) Pelaksanaan fasilitas dan koordinasi di wilayahnya untuk peningkatan produksi, distribusi dan pemesanan hasil perikanan;

6) Pelaksanaan pengawasan penangkapan, penanganan, pengolahan, pemasaran dan mutu hasil perikanan;

7) Pelaksanaan pengumpulan, pengelolaan dan penyajian data statistik perikanan;

8) Pengembangan dan pengolahan sistem informasi dan publikasi hasil riset; 9) Pemantauan wilayah pesisir dan fasilitas wisata bahari; dan

10) Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

Susunan organisasi UPT PPS Nizam Zachman Jakarta dapat dilihat pada Gambar 3.

(43)

 

29 Gambar 3 Struktur organisasi unit pelaksana teknis PPSNZJ.

4.3.5 Perum Prasarana PPS Nizam Zacman Cabang Jakarta

Perum Prasarana PPS Nizam Zachman memiliki kantor pusat di PPS Nizam Zachman Jakarta Muara baru. Perum ini membawahi Sembilan cabang lainnya seperti PPS Jakarta, PPN Pekalongan, PPS Belawan, PPN Berondong, PPP Pemangkat, PPP Tarakan, PPP Prigi dan PPP Banjarmasin. Perum ini merupakan suatu usaha yang bersifat menyediakan pelayanan bagi kepentingan umum sekaligus mencari keuntungan.

Adapun tujuan Perum Prasarana ini adalah :

1) Meningkatkan pendapatan masyarakat nelayan melalui penyediaan dan perbaikan sarana dan prasarana pelabuhan perikanan;

2) Mengembangkan wiraswata perikanan serta untuk mendorong usaha industri perikanan dan pemasaran hasil perikanan;

3) Memperkenalkan dan mengembangkan teknologi pengolahan hasil perikanan dan sistem rantai dingin dalam bidang perikanan; dan

4) Menumbuh kembangkan kegiatan ekonomi perikanan sebagai komponen kegiatan nelayan dan masyarakat perikanan.

Perum PPS cabang Jakarta ini bertanggung jawab untuk mengelola beberapa fasilitas komersil di kawasan PPS Nizam Zachman Jakarta. Beberapa fasilitas

Kepala Pelabuhan

Bagian Tata Usaha

Kelompok Jabatan Fungsional

Sub Bagian Umum Sub Bagian Keuangan Bidang Tata Operasional

Bidang Pengembangan

Seksi Kesyahbandaran Seksi Pemasaran dan Informasi Seksi tata

Pelayanan Seksi Sarana

(44)

 

30 tersebut yaitu cold storage, tanah indusri, fasilitas tambat labuh, telepon umum, listrik, fasilitas penyediaan air, bengkel kapal dan dock.

4.4 Keadaan Umum Perikanan Tangkap di PPS Nizam Zachman Jakarta 4.4.1 Fasilitas Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman

Sarana atau fasilitas yang disediakan PPS Nizam Zachman Jakarta terdiri dari fasilitas pokok, dimana fasilitas ini berfungsi untuk menjamin keamanan dan kelancaran kapal, fasilitas fungsional untuk menunjang aktivitas di pelabuhan dan fasilitas penunjang yang berfungsi memberikan kenyamanan dalam melakukan aktivitas di pelabuhan. Sarana atau fasilitas yang terdapat di PPS Nizam Zachman Jakarta dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Fasilitas di PPS Nizam Zachman Jakarta

No. Nama Fasilitas Volume

1 2 3 4 5 6 7 8 1 a. Fasilitas Pokok Breakwater Revetment

Dermaga dan Jetty Kolam Pelabuhan a. Luas kolam pelabuhan b. Lebar mulut kolam c. Kedalaman

Alur Pelayaran

a. Panjang alur pelayaran b. Lebar alur pelayaran c. Kedalaman Jalan a. Panjang Jalan b. Lebar Jalan Drainase/ Saluran - Terbuka a. Panjang b. lebar -Tertutup a. Panjang b. Lebar Pagar keliling a. Panjang b. Lebar b. Fasilitas Fungsional

Pemasaran Hasil Tangkapan a. TPI b. PPI 1.041 m2 3.210m2 24.773 m2 40 ha 400.000 m2 184,6 m 6 m 530 m 60 m -7,5 m 15.620 m 0.8 m 15.620 m 0.8 m 409 m 0,6 m 3.791 m 2 m 3.182 m2 9.856 m2

(45)

  31 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Navigasi Pelayaran dan Komunikasi a. Rambu-rambu pelayaran b. Lampu Suar c. Mercuar d. Line telepon e. Radio SSB f. Internet g. Menara pengawas Layanan Air Bersih a. Penampung air

b. Instalasi Jaringan air laut

Layanan Es a. Pabrik Es Layanan Listrik

a. Mesin genset (2 unit) b. PLN

c. Rumah genset Layanan Bahan Bakar a. SPBU

b. SPBB

Pemeliharaan kapal dan alat penangkapan ikan

a. Dock/Slipway b. Bengkel

c. Gudang Peralatan Perkantoran

a. Kantor Instansi (UPT) b. Kantor Industri c. Kantor bersama d. Kantor pengurus kapal Fasilitas transportasi 1

a. Kendaraan dinas roda empat b. Kendaraan dinas roda dua c. Alat berat

d. Kapal Tunda

Fasilitas Transportasi II

a. Garansi alat berat + workshop b. Halte bis

Pengolahan Limbah

a. Instalansi pengolahan limbah b. Tempat pembuangan sampah

Fasilitas penanganan dan pengujian hasil mutu perikanan

a. Gedung pengepakan b. Tempat pengolahan ikan

c. Tempat penyimpanan ikan segar d. Cold storage

e.Tempat pendaratan tuna (TLC)

2 unit 2 unit 3 unit 2 unit 1 unit 1 unit 1 unit 2 unit 1 unit 2 unit 100 kVA; 200 kVA 197 kVA 40 m2 1 unit 4 unit 2 unit 1 unit 2 unit 1.131,4 m2 79 unit 349,5 m2 96 m2 5 unit 16 unit 12 unit 1 unit 270 m2 27 m2 6.575 m2 1500 m2 420 m2 16 unit 22 unit 14 unit 28 unit

(46)

  32 1. 2. 3. c. Fasilitas Penunjang

Balai pertemuan nalayan Pengolahan pelabuhan a. Mess karyawan (2 unit) b. Pos Jaga

c. Pos pelayanan terpadu d. Mess loligo

e. Mess operator 1 dan gudang f. Mess operator II

Sosial dan umum

a. Kios nelayan, toko/toserda b. Klinik kesehatan c. MCK (12 unit) d. Mushola (2 unit) e. Mesjid (1 unit) 243,75 m2 121 m2; 121 m2 8 unit 601,55 m2 249 m2 252,2 m2 250 m2 1.157,75 m2 101 m2 439 m2 150,53 m2 441 m2 Sumber : Profile PPSNZJ 2008

4.4.2 Unit Penangkapan Ikan

Unit penangkapan ikan merupakan suatu kesatuan teknis yang mendukung dalam operasi penangkapan ikan. Unit tersebut terdiri dari kapal/perahu, alat tangkap, dan nelayan.

1. Kapal

Pada Umumnya jenis armada penangkapan ikan yang ada di PPS Nizam Zachman adalah kapal motor yang terdiri dari kapal yang berukuran < 10 GT sampai dengan > 200 GT, dengan alat tangkap dikelompokkan menjadi dua, yakni tuna dan non tuna. Kelompok tuna yaitu kegiatan penangkapan ikan yang menggunakan alat tangkap Longline dengan tujuan utama penangkapan adalah ikan tuna seperti yellow fin, big eye, albacore dan cakalang, selain itu juga jenis black marlin, meka, layaran dan cucut. Kelompok alat tangkap non tuna terdiri dari gill net, payang, purse seine, jaring tangsi (jaring rampus), muroami, dan fish net dengan tujuan utama penangkapan adalah ikan tongkol, tenggiri dan cumi-cumi.

Bahan kapal terbagi menjadi tiga jenis yaitu kayu, fiber dan besi. Kapal kayu umumnya terdiri dari kapal-kapal tradisional sedangkan kapal fiber dan besi digunakan oleh kapal tuna (long line) meskipun ada juga yang mengunakan kapal kayu.

(47)

 

33 Armada penangkapan dengan ukuran < 30 GT merupakan kapal-kapal tradisional dengan daerah penangkapan berada di Laut Jawa meliputi perairan Utara Jawa sampai perairan Selatan Kalimantan, dan hasil tangkapannya dipasarkan untuk tujuan lokal. Sedangkan armada penangkapan dengan ukuran > 30 GT merupkan kapal-kapal industri penangkapan ikan yang memiliki daerah penangkapan ikan hingga mencapai perairan Samudera Hindia meliputi perairan Barat Sumatera dan perairan Selatan Jawa dan hasil tangkapan yang diperoleh dipasarkan untuk tujuan ekspor. Jumlah kapal di PPS Nizam Zachman dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Jumlah kapal masuk berdasarkan ukuran kapal (GT) ke PPS Nizam Zachman Jakarta Periode 2004-2008

Tahun Gross Tonnase (GT) Total

< 10 10-20 21-30 31-50 51-100 101-200 > 200 2004 407 221 1.394 214 863 1.430 107 4.636 2005 270 169 1.388 229 1.043 1.407 92 4.598 2006 110 138 1.104 268 933 1.141 99 3.793 2007 97 146 1.199 221 757 1.048 60 3.528 2008 36 100 1.066 236 755 1.019 64 3.276

Sumber : Laporan statistik 2008 PPSNZJ

Berdasarkan tabel diatas, komposisi jumlah kapal yang masuk ke PPS Nizam Zachman Jakarta berdasarkan ukuran kapal (GT) pada tahun 2004-2008 didominasi oleh kapal yang berukuran 21-30 GT sebanyak 6.151 unit kemudian kapal yang berukuran 101-200 GT merupakan kapal terbanyak ke-dua yang masuk ke PPS Nizam Zachman Jakarta yaitu sebesar 6.045 unit. Kecenderungan penurunan kapal yang masuk ke PPS Nizam Zachman dikarenakan naiknya harga BBM, meningkatnya kebutuhan perbekalan untuk melaut dan daerah penangkapan ikan yang semakin jauh sehingga membutuhkan biaya yang besar untuk melaut oleh karena itu hanya nelayan tertentu yang dapat melaut,

2. Alat Tangkap

Alat tangkap yang terdapat di PPS Nizam Zachman Jakarta yaitu gillnet, bubu, purse seine, long line, life nets, dan pengangkut. Jenis alat tangkap yang terbanyak jumlahnya adalah longline dengan hasil tangkapan utamanya adalah ikan tuna. Adapun jumlah alat tangkap yang terdapat di PPS Nizam Zachman Jakarta dapat dilihat pada Tabel 5.

(48)

 

34 Tabel 5 Jumlah alat tangkap yang ada di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun

2004-2008

Tahun

Jenis alat tangkap

Total Bubu Jaring angkat Jaring insang Purse seine Long line Lainnya Pengangkut 2004 65 250 1.654 22 2.073 16 556 4.636 2005 22 351 1.330 401 1.925 18 551 4.598 2006 12 348 1.022 828 1.086 34 463 3.793 2007 13 496 986 672 938 36 387 3.528 2008 9 507 653 727 792 22 566 3.276

Sumber : Laporan statistik 2008 PPSNZJ

Berdasarkan tabel di atas memperlihatkan bahwa jumlah perkembangan alat tangkap di PPS Nizam Zachman dari tahun 2004-2008 selama periode tersebut alat tangkap yang mendominasi adalah long line dan gillnet. Secara umum perkembangan alat tangkap tersebut mengalami penurunan.

3. Tenaga Kerja dan Nelayan

Pelabuhan merupakan salah satu sentra lapangan pekerjaan melalui kegiatan industri perikanan dan industri penangkapannya. Perindustrian di PPS Nizam Zachman berpengaruh positif dalam membuka lapangan pekerjaan di Pelabuhan. Perkembangan kedua industri ini mendorong masyarakat untuk saling terlibat. Jumlah tenaga kerja di PPS Nizam Zachman dapat dilihapat pada Tabel 6.

Tabel 6 Jumlah tenaga kerja di PPSNZJ tahun 2005

Uraian Jumlah (Orang)

A. Instansi Pemerintah/ BUMN 1. UPT PPSNZJ

2. Perum PPS

3. Proyak PPSNZJ/Konsultan 4. Instansi Terkait

B. Sektor Usaha (Formal) C Sektor Informal Jumlah (Orang) 420 71 270 - 79 24.614 13.631 38.665 Sumber : Darmawan 2006

Tabel di atas menunjukkan bahwa penyerapan tenaga kerja terbanyak barasal dari sektor usaha (formal) yaitu sebesar 24.614 orang. Sektor usaha tersebut membuka lapangan kerja di bidang industri penangkapan ikan, koperasi,

Gambar

Gambar 1  Kerangka Umum Tabel Input-Output
Gambar 2  Peta Lokasi PPS Nizam Zachman Jakarta.
Tabel 3 Fasilitas di PPS Nizam Zachman Jakarta
Tabel 6  Jumlah tenaga kerja di PPSNZJ tahun 2005
+5

Referensi

Dokumen terkait

Akad nikah merupakan lambang kerelaan dan kesiapan suami istri memikul segala konsekuensi yang diakibatkan oleh akad nikah, manakala suatu sebab sudah dilakukan

Inovasi “Satu Data” pada PPSNZJ, merupakan rangkaian proses yang panjang guna meningkatkan kinerja PPSNZJ, diawali dengan pengaturan zonasi bongkar di PPSNZJ

Dengan melihat besarnya potensi Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta (PPSNZJ) baik dari sektor pendapatan perikanan provinsi maupun usaha industri

Hal tersebut dapat terjadi karena didukung oleh tingkat pencapaian yang cukup tinggi pada tahun 2008 oleh PPS Nizam Zachman Jakarta yang terdiri dari nilai parameter

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Sampah Operasional Kapal Perikanan dan Strategi Penanggulangannya di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta”

memutakhirkan kebijakan peningkatan mutu pelayanan farmasi komunitas dan farmasi rumah sakit; (2) Melindungi aspek kesehatan masyarakat dengan mempertimbangkan

Kemudian sesudah masa tujuh tahun itu, akan datang tujuh tahun yang amat sulit akibat terjadinya paceklik diseluruh negeri yang menghabiskan apa yang kamu simpan