• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat kecemburuan mahasiswa USD yang berpacaran ditinjau dari durasi hubungan pacaran dan tingkat kepercayaan diri - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Tingkat kecemburuan mahasiswa USD yang berpacaran ditinjau dari durasi hubungan pacaran dan tingkat kepercayaan diri - USD Repository"

Copied!
158
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh : Jeanita Deli Widjaja

069114065

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh : Jeanita Deli Widjaja

069114065

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

vii

Jeanita Deli Widjaja

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mengetahui sumbangan durasi hubungan pacaran dan tingkat kepercayaan diri bagi tingkat kecemburuan mahasiswa USD yang berpacaran. Subyek penelitian ini adalah 130 orang mahasiswa USD Yogyakarta yang sedang menjalani hubungan pacaran lawan jenis. Koefisien reliabilitas skala kecemburuan sebesar 0,956 dan koefisien skala kepercayaan diri sebesar 0,950. Hasil analisis data dengan menggunakan analisis regresi ganda menyatakan bahwa probababilitas variabel durasi hubungan pacaran yang diperoleh adalah 0,669 (p > 0,05), artinya Ho diterima sedangkan probabilitas variabel tingkat kepercayaan diri adalah 0,022 (p < 0,05), artinya Ho ditolak. Kesimpulan dari penelitian ini adalah durasi hubungan pacaran terbukti tidak signifikan menyumbang tingkat kecemburuan pada mahasiswa USD yang berpacaran sedangkan tingkat kepercayaan diri terbukti signifikan menyumbang tingkat kecemburuan pada mahasiswa USD yang berpacaran. Koefisien determinasi yang diperoleh sebesar (R2) = 0,040. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan diri memberi sumbangan sebesar 4,0% bagi tingkat kecemburuan.

(9)

viii

Jeanita Deli Widjaja

ABSTRACT

The purpose of this study was to know the contribution of relationship’s duration and self confidence level for jealousy level in college students relationship. The subjects are 130 students of Sanata Dharma University who are in heterosexual relationship. Reliability coefficient for Jealousy Scale is 0,956 and Self Confidence Scale is 0,950. The result which utilized double regression analysis showed that the probability of relationship’s duration variable is 0,669 (p>0,05) and the probability of self confidence level is 0,022 (p<0,05). In conclusion, relationship’s duration is not proof significantly contributes to jealousy level, while self confidence level is proof significantly contributes to jealousy level in college students relationship. Determinant coefficients (R2 = 0,040) showed that self confidence contributes for 4,0 % toward jealousy level.

(10)
(11)

x

Puji syukur dan terima kasih penulis sampaikan kepada Allah Bapa atas

karunia dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “Tingkat Kecemburuan Mahasiswa USD yang Berpacaran Ditinjau dari

Durasi Hubungan Pacaran dan Tingkat Kepercayaan Diri Hubungan”. Skripsi ini

ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Psikologi dari Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini bukanlah suatu hal yang

mudah. Banyak pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan sehingga

penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Oleh karena itu,

penulis mengucapkan terima kasih dan mempersembahkan karya ini kepada

semua yang telah meninggalkan jejak di hati penulis:

1. Allah Bapa, Tuhan Yesus, Bunda Maria, Santa Theresia, dan malaikat

pelindungku yang selalu menyertai hari-hariku dengan segala kasih dan

berkat-Nya. Aku sangat mensyukuri hidup yang telah Kau berikan! ^_^

2. Papa dan Mama yang telah membentukku menjadi seorang fighter wanita

yang unik, Dede tersayang yang selalu membuatku tersenyum ceria pada

akhirnya. Kalian anugerah terindah dalam hidupku… Khusus untuk Oma,

akan ku upayakan agar impian Oma untuk melihatku diwisuda dan menikah

dapat terwujud… ^_^

3. Ibu Titik Kristiyani, M.Psi., selaku pembimbing skripsi saya. Terima kasih

(12)

xi

bimbinganmu yah Bu!

4. Ibu A. Tanti Arini S.Psi., M.Si. dan Ibu P. Henrietta P. D. A. D. S., S.Psi.,

M.Si. selaku penguji skripsi saya. Terima kasih Bu atas masukan, saran, dan

kritik yang membangun untuk penyempurnaan karya saya..

5. Ibu Dr. C. Siwi Handayani, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas

Sanata Dharma dan Bapak V. Didik Suryohartoko, S.Psi., M.Si., selaku Wakil

Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Terima kasih karena

telah mendorong mahasiswa agar melihat segala sesuatu dari sudut pandang

yang lain..

6. Ibu Sylvia Carolina MYM, S.Psi., M.Si., selaku Ketua Program Studi

Psikologi Universitas Sanata Dharma (saya doakan yang terbaik untuk Ibu dan

selamat menempuh hidup yang baru!)

7. Bapak Minta Istono, S.Psi., M.Si., selaku Wakil Program Studi Psikologi

Universitas Sanata Dharma dan dosen pembimbing akademik dari semester

ganjil 2006/2007 hingga semester genap 2008/2009 yang telah memberikan

nuansa keakraban dan tawa canda di fakultas ini... (pengalaman waktu lomba

di Maranatha sangat berkesan di hati saya Pak, hehe.. terutama saat keluar

masuk F.O. buat nemenin bapak hunting baju.. >,<)

8. Bapak H. Wahyudi, S.Psi., M.Si., selaku dosen pembimbing akademik sejak

semester ganjil 2009/2010 dan Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si. selaku

(13)

xii

komentarnya terhadap proposal penelitian saya. Terima kasih pula untuk

doanya, Mo.. (saya tahu pasti Romo mendoakan kami semua, hehe..)

10. Bapak Y. Agung Santoso, S.Psi., M.A. yang telah mau meluangkan waktu di

tengah kesibukannya untuk membantu saya dalam hal perhitungan statistik

(sudah bisa ditebak, haha..) Seperti yang pernah saya katakan sebelumnya

bahwa saya sungguh kagum pada semangat Bapak untuk terus belajar dan

berkarya…

11. Bapak Y. Heri Widodo, S.Psi., M.Psi., Psi. yang telah memberikan masukan

mengenai judul skripsi ini agar lebih ‘manis’ dibaca hehe.. Terima kasih Pak

atas sosokmu yang menginspirasi terutama dalam PPKM 1 dan 2.. Kata-kata

yang paling saya ingat adalah : cinta bukanlah soal memilih tapi bagaimana

kita menjalani pilihan itu…

12. Ibu Agnes Indar Etikawati, S.Psi., M.Si., Psi. yang banyak berelasi dengan

saya mulai dari relawan pasca gempa, lomba anak Dies Natalis, asisten tes

kognitif, dan lainnya hingga asisten di unit konseling Psikologi. Terima kasih

Bu untuk kepercayaan yang Ibu berikan pada saya. Saya amat

menghargainya...

13. Ibu Maria Laksmi Anantasari, S.Psi., M.Si. yang selalu dapat menjadi

’malaikat’ di hati banyak orang... Terima kasih yah Bu atas semua pelajaran

kehidupan yang Ibu sisipkan dalam materi perkuliahan... Syukur pada Tuhan

(14)

xiii

14. Dr. T. Priyo Widiyanto selaku pengampu mata kuliah Pendidikan Anak Luar

Biasa. Terima kasih Pak karena telah diingatkan bahwa kita memang

semestinya mensyukuri apapun keadaan kita karena bagaimanapun juga kita

beruntung memiliki kesempurnaan fisik untuk mendukung kita berkarya lebih

mulia lagi…

15. Bapak C. Wijoyo Adinugroho S.Psi. yang dulu sempat berelasi dengan saya

dalam kelompok relawan pasca gempa, Ibu M. M. Nimas Eki S., S.Psi., M.Si.,

Bapak Prof. A. Supratiknya, Bapak Y. Cahyo Widiyanto, S.Psi., M.Si., Ibu Dr.

Tjipto Susana, Ibu Dra. Lusia Pratidarmanastiti, M.Si., Ibu Kristiana

Dewayani, S.Psi., M.Si., Ibu Ratri Sunar Astuti S. Psi, M. Si., Bapak C. Siswa

Widyatmoko S.Psi., dan segenap dosen di Fakultas Psikologi USD yang

memiliki keunikan dan keahliannya masing-masing. Terima kasih Pak, Bu,

atas ilmu dan pengalaman yang telah dibagikan kepada saya. Semoga saya

dapat membagikan hal tersebut kepada orang lain sehingga kebaikan lebih

terasa di dunia ini.

16. Mas Muji, Mas Gandung, Mbak Nanik, Mas Doni, dan Pak Gie yang juga

memberikan bantuan berarti serta iklim yang hangat pada saya. Semoga tetap

gembira dalam berkarya di fakultas Psikologi USD, hehe…

17. Staff Humas, BAA, dan terutama Perpustakaan Universitas Sanata Dharma

(terima kasih telah membuat saya betah dan serasa sedang berada di rumah

(15)

xiv

Khusus untuk Liem dan Herman (makasih koko-kokoku untuk kemauan

kalian dalam berbagi ilmu dan mau direpotkan oleh semua SMSku), Yaya,

Adel, Clare, Nessya, dan Vivin (I’m glad to know you.. miss you girls..) Mari

kita lanjutkan perjuangan kita masing-masing!

19. Semua teman-teman yang pernah berelasi denganku dalam panitia AKSI,

EKM, Scientific Day, Panggung Boneka, PPKM, EKSIS, asisten tes kognitif,

asisten penelitian SRL relawan pasca gempa, volunteer guru di SD Kanisius,

BEMF, dan workshop yang diadakan oleh unit konseling. Terima kasih atas

kerja sama yang berguna bagi pengembangan diriku..

20. Teman-teman Unit Konseling : Mbak Puput, Mbak Karen, Mbak Wira (terima

kasih atas canda tawanya!), Wayan, Erisa, Rara, Ike, Mas Yandu, Mbak Ika,

dan Mbak Ndoel. Mari benahi sistem internal unit konseling haha..

21. Semua anak-anak kos 99999 baik yang sudah keluar maupun masih ‘setia’

tinggal di sana… khususnya kak Ratih, kak Welly, kak Iin… terima kasih

sudah menjadi sosok ‘kakak’ dalam hidupku… Tak lupa untuk adik-adik

kosku yang membuat suasana kos menjadi lebih hidup dan lebih ‘rusuh’

hahaha…

22. Sahabat-sahabat terbaik dan terlamaku : Erica-Summer, Agnes-Autumn, dan

Deby-Spring… Terima kasih untuk kisah persahabatan kita dalam Season

(16)

xv

yang berikutnya, hehehe..

24. Kenalanku, Rm. Martin Suhartono. S.J., tante Lian dan Om Thay, tante Epi,

tante Remi, Om Agus, dan Kyana… Terima kasih atas penerimaannya

sehingga aku merasa nyaman untuk bergabung dalam keluarga besar kalian…

25. Seluruh subyek penelitian yang telah bersedia mengisi skala dalam skripsi ini.

26. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

27. Dan yang terakhir, spesial untuk Martinus Albertus Eko Budi Setiawan yang

tiada henti mendampingiku… Kamu memang akan jadi yang pertama

sekaligus yang terakhir... (kita harap demikian dan aku akan

mengupayakannya dengan melakukan bagianku ☺)

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna

menyempurnakan karya ini. Akhir kata, penulis berharap semoga karya ini dapat

bermanfaat bagi semua orang yang membacanya. Terima kasih.

Yogyakarta, 29 April 2010

(17)

xvi

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xvi

DAFTAR TABEL ... xx

DAFTAR BAGAN ... xxi

DAFTAR LAMPIRAN ... xxii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II. LANDASAN TEORI A. Mahasiswa Pada Masa Dewasa Dini 9 1. Pengertian Masa Dewasa Dini ... 9

2. Karakteristik Masa Dewasa Dini ... 10

a. Masa Pengaturan ... 10

b. Masa Bermasalah ... 10

c. Masa Ketegangan Emosi ... 11

(18)

xvii

1. Pengertian Hubungan Interpersonal ... 13

2. Ciri-ciri Hubungan Interpersonal ... 13

3. Jenis-jenis Hubungan Interpersonal ... 14

a. Hubungan Persahabatan ... 14

b. Hubungan Pacaran ... 15

c. Perbedaan Hubungan Persahabatan dan Hubungan Pacaran 17

4. Kedudukan Hubungan Pacaran Dalam Konteks Hubungan Interpersonal ... 18

5. Jenis-jenis Cinta ... 18

a. Cinta Romantis ... 18

b. Cinta Memiliki ... 19

c. Cinta Kawan Baik ... 19

d. Cinta Pragmatik ... 19

e. Cinta Altruistik ... 19

f. Cinta Main-main ... 19

g. Cinta Birahi ... 20

h. Cinta Persahabatan ... 20

i. Cinta Membara ... 20

C. Kecemburuan Dalam Pacaran 21 1. Pengertian Kecemburuan ... 22

2. Ciri-ciri Kecemburuan ... 23

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemburuan ... 24

a. Budaya ... 24

b. Usia ... 24

(19)

xviii

f. Jenis Kelamin ... 26

g. Kepuasan Hubungan ... 27

h. Daya Tarik Fisik Pasangan ... 28

D. Durasi Hubungan Pacaran ... 28

E. Kepercayaan Diri ... 29

1. Pengertian Kepercayaan Diri ... 29

2. Ciri-ciri Orang yang Memiliki Kepercayaan Diri ... 30

F. Prediksi Durasi Hubungan Pacaran dan Tingkat Kepercayaan Diri Bagi Tingkat Kecemburuan ... 31

1. Prediksi Durasi Hubungan Pacaran Bagi Tingkat Kecemburuan ... 31

2. Prediksi Tingkat Kepercayaan Diri Bagi Tingkat Kecemburuan ... 33

G. Hipotesis Penelitian ... 34

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 35

B. Identifikasi Variabel Penelitian ... 35

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 35

D. Alat Pengumpulan Data ... 37

E. Subyek Penelitian ... 39

F. Validitas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data ... 40

G. Rencana Uji Coba Alat Pengumpulan Data ... 41

H. Metode Analisis Data ... 41

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian dan Pelaksanaan Uji Coba Alat Ukur ... 42

(20)

xix

b. Skala Kepercayaan Diri ... 47

B. Pelaksanaan Penelitian ... 49

C. Hasil Penelitian ... 50

1. Deskripsi Data Penelitian ... 50

2. Analisis Data ... 57

a. Uji Asumsi ... 57

b. Uji Hipotesis ... 58

c. Hasil Penelitian Tambahan ... 60

D.Pembahasan ... 61

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 65

B. Keterbatasan Penelitian ... 66

C. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 68

(21)

xx

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Blue Print Skala Kecemburuan Sebelum Uji Coba ... 38

Tabel 2 Blue Print Skala Kepercayaan Diri Sebelum Uji Coba ... 39

Tabel 3 Blueprint Skala Kecemburuan Setelah Uji Coba ... 46

Tabel 4 Blueprint Skala Kepercayaan Diri Setelah Uji Coba …………. 48

Tabel 5 Karakteristik Subyek Berdasarkan Usia ... 50

Tabel 6 Karakteristik Subyek Berdasarkan Jenis Kelamin ... 51

Tabel 7 Karakteristik Subyek Berdasarkan Fakultas ……….,….... 51

Tabel 8 Karakteristik Subyek Berdasarkan Durasi Hubungan Pacaran .. 52

Tabel 9 Karakteristik Subyek Berdasarkan Jenis Hubungan …………. 53

Tabel 10 Karakteristik Subyek Berdasarkan Frekuensi Pacaran ……….. 54

Tabel 11 Kategorisasi Tingkat Kecemburuan ……….. 55

Tabel 12 Kategorisasi Tingkat Kepercayaan Diri ……… 56

Tabel 13 Mean Teoritik dan Empirik ………...… 56

(22)

xxi

DAFTAR BAGAN

Bagan 1 Prediksi Durasi Hubungan Pacaran Bagi Tingkat Kecemburuan 32

(23)

xxii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Skala Uji Coba ………. 72

(24)

1

A. Latar Belakang Masalah

Pengalaman-pengalaman dan tugas perkembangan baru selalu dialami

oleh tiap individu di sepanjang kehidupannya, tidak terkecuali mahasiswa

yang sedang berada pada masa remaja akhir menuju dewasa awal.

Pengalaman-pengalaman dan tugas perkembangan baru yang dimaksud yaitu

hal-hal yang berkaitan dengan lawan jenis seperti hubungan pacaran. Remaja

harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam hubungan yang

sebelumnya belum pernah ada (Hurlock, 1999).

Hubungan pacaran yang dijalani oleh mahasiswa umumnya bermula

dari perasaan cinta yang muncul di antara keduanya. Cinta yang cenderung

dialami oleh orang pada masa ini adalah jenis cinta romantis. Menurut

penelitian Berscheid, Otomo, & Snyder (dalam Santrock, 2002), lebih dari

separuh mahasiswa dan mahasiswi yang belum menikah dan terlibat dalam

hubungan cinta romantis menyebutkan pacar atau kekasihnya daripada

menyebut orang tua, saudara kandung, atau teman saat diminta untuk

mengidentifikasikan hubungan dekat mereka dengan orang lain. Hal ini

mengindikasikan bahwa pacar menjadi lebih penting bagi mereka daripada

keluarga atau teman. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa cinta romantis

(25)

akhir-dewasa awal. Dalam cinta romantis, terdapat beberapa emosi seperti

ketakutan, kemarahan, gairah, seksual, kesenangan, dan kecemburuan.

Selain cinta romantis, dalam hubungan pacaran, terdapat jenis cinta

yang lain yaitu cinta membara. Clark & Collins (dalam Baron & Byrne, 2005)

menyatakan bahwa orang yang sedang mengalami cinta membara biasanya

bereaksi berlebihan, menggelora, menghabiskan energi untuk memikirkan

pacarnya atau terobsesi terhadap pacarnya, dan hanya dapat sedikit

memikirkan hal lainnya.

Cinta membara dapat berujung pada cinta memiliki. Orang yang

terlibat dalam bentuk cinta memiliki merasakan pengalaman emosi yang kuat,

mudah cemburu, dan sangat terobsesi pada pacarnya. Biasanya mereka sangat

tergantung kepada pacarnya sehingga takut tersisih (Freedman, Peplau, &

Sears, 1988).

Selain cinta romantis, cinta membara, cinta memiliki, dapat pula

muncul cinta birahi dalam hubungan pacaran. Cinta birahi biasanya

merupakan hasil perpaduan antara cinta romantis dan cinta memiliki. Bercheid

& Walter melukiskan cinta birahi sebagai keadaan emosi yang

menggebu-gebu antara lain perasaan seksual, perasaan lembut, rasa nyeri, kecemasan,

perasaan lega, altruisme, dan kecemburuan (Freedman, Peplau, & Sears,

1988).

Kecemburuan merupakan salah satu pengalaman yang biasanya

dialami oleh mahasiswa yang terjalin dalam hubungan pacaran. Ketika

(26)

mengendalikan dirinya untuk tetap berpikir jernih. Pikirannya dikuasai oleh

hal-hal negatif dan kecurigaan terhadap pacarnya. Perasaannya pun menjadi

buruk dan menjadi sangat terobsesi kepada pacarnya. Hal ini menyebabkannya

kurang dapat berkonsentrasi dan bersemangat melakukan tanggung jawabnya

sebagai mahasiswa. Akibatnya, aktivitas lain seperti mengikuti kuliah,

menyelesaikan tugas-tugas kuliah, dan berelasi dengan teman-teman menjadi

terbengkalai. Hal ini tentunya amat mengganggu prestasi akademik dan relasi

sosial mahasiswa.

Dampak kecemburuan yang lebih parah yaitu terjadinya tindak

kriminal seperti aksi teror, melabrak pihak ketiga yang dicurigai, bahkan

sampai pembunuhan. Seperti yang diungkapkan oleh Felson (dalam Firestone,

Firestone, Catlett 2006), ancaman kehilangan pacar akibat hadirnya pihak

ketiga dalam suatu hubungan seringkali menimbulkan kecemburuan yang

berlebihan. Hal ini memicu munculnya pikiran pribadi yang merusak sehingga

dapat berujung pada pikiran untuk melukai diri atau bunuh diri. Selain itu,

timbul pula keinginan kuat untuk balas dendam yang mungkin berakibat pada

perilaku kasar atau bahkan pembunuhan.

Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh peneliti kepada 28 orang

mahasiswa di salah satu PTS di Yogyakarta pada tanggal 10 Oktober 2008,

’kecemburuan’ merupakan istilah yang familiar dengan keseharian mahasiswa

yang sedang berpacaran, tidak terkecuali mahasiswa PTS tersebut.

Menurut mereka, arti kecemburuan terkait dengan iri hati, perasaan

(27)

posesif, takut tersaingi, dan cinta. Mereka menyatakan bahwa penyebab

kecemburuan adalah iri hati, perasaan kekurangan dari diri sendiri, tidak

memperoleh perhatian yang diinginkan, egois, terlalu sensitif, terlalu cinta,

orang ketiga, pikiran negatif, dan kecurigaan.

Akibat dari kecemburuan meliputi perasaan negatif (kesal, marah,

sedih, takut), hati tidak tenang, pikiran negatif, persaingan, pertengkaran,

posesif, putus hubungan, dan melukai diri sendiri. Dalam menindaklanjuti

perasaan cemburu tersebut, ada beberapa mahasiswa yang hanya sampai pada

tahap kognitif dan emosi semata seperti diam dalam hati, berusaha berpikir

positif, memotivasi diri, suasana hati menjadi buruk, dan menangis. Beberapa

lainnya menyatakan bahwa mereka tidak sekedar mengalami kecemburuan

dari aspek kognitif dan emosi, tapi juga telah melibatkan aspek behavioral

seperti mencari informasi terkait dengan orang ketiga, berbicara dengan pacar

dan orang ketiga, memukul tembok, marah-marah, mendiamkan pacar,

melakukan koping stres dengan menyendiri dan tidur.

Implikasi jangka panjang dari kecemburuan sampai sejauh itu dan

merugikan diri sendiri serta orang lain. Hal ini menarik untuk ditelusuri lebih

jauh karena implikasi jangka panjang tersebut seringkali tidak disadari oleh

pasangan mahasiswa.

Menurut Aune dan Comstock (dalam Demirtas & Donmez, 2006),

kecemburuan merupakan salah satu perasaan yang paling kuat, lazim, dan

(28)

Faturochman, 2006) menyatakan bahwa kecemburuan terjadi ketika perasaan

negatif muncul pada relasi romantis dua orang karena kehadiran orang ketiga.

Mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kecemburuan, Demirtas

& Donmez (2006) menemukan bahwa kecemburuan merupakan variabel yang

multidimensional. Faktor-faktor yang mampu memprediksi kecemburuan

adalah jenis kelamin, usia, durasi hubungan, status pernikahan, harga diri,

trauma masa lalu, kepuasan hubungan, dan strategi koping (Demirtas &

Donmez, 2006).

Terkait dengan durasi hubungan pacaran, Knox (1999) mengemukakan

bahwa ketika durasi hubungan meningkat, kecemburuan menurun. Buunk

(dalam Demirtas & Donmez, 2006) juga menemukan hubungan yang negatif

antara kecemburuan dan lamanya hubungan. Semakin lama pasangan menjalin

hubungan romantis, maka semakin rendah tingkat kecemburuannya. Hal ini

diperkuat oleh pernyataan Bercheid (dalam Freedman, Peplau, & Sears, 1988)

bahwa sejalan dengan waktu, masing-masing pihak mulai memahami bahwa

pacar mereka tidak sesempurna yang mereka bayangkan. Pasangan ini mulai

mengembangkan bentuk interaksi yang rutin dan pola kehidupan bersama

menjadi semakin mantap.

Di sisi lain, Bercheid juga berpendapat bahwa sejalan dengan

berlanjutnya hubungan dalam waktu yang lama dan tumbuhnya

interdependensi, potensi timbulnya emosi yang kuat akan semakin meningkat.

(29)

yang telah berlangsung lama adalah ancaman karena salah seorang terlibat

dalam hubungan dengan orang lain.

Berdasarkan hasil penelitian Knox (1999) dan Buunk (dalam Demirtas

& Donmez, 2006), dapat diketahui bahwa durasi hubungan pacaran

memprediksi tingkat kecemburuan. Namun, Bercheid (dalam Freedman,

Peplau, & Sears, 1988) memiliki pendapat yang berbeda dari Knox (1999) dan

Buunk (dalam Demirtas & Donmez, 2006). Oleh karena itu, peneliti ingin

mengetahui apakah durasi hubungan pacaran benar-benar mampu

memprediksi tingkat kecemburuan.

Salah satu hasil penelitian Demirtas & Donmez adalah tingkat

kecemburuan meningkat ketika harga diri berkurang. McIntosh (dalam Knox,

1999) menemukan bahwa seseorang yang memiliki harga diri yang rendah

cenderung memiliki perasaan tidak aman yang tinggi. Hal ini menyebabkan

semakin tingginya kecenderungan untuk cemburu. Senada dengan penelitian

McIntosh, Knox (1999) menemukan bahwa individu yang merasa lebih aman

cenderung mengalami kecemburuan yang sedikit berkurang. Berdasarkan

uraian tersebut mengenai prediksi harga diri bagi tingkat kecemburuan

tersebut, peneliti ingin mengetahui apakah kepercayaan diri juga mampu

memprediksi tingkat kecemburuan.

Alasan pentingnya meneliti faktor-faktor yang memprediksi tingkat

kecemburuan adalah agar mahasiswa dapat semakin memahami dirinya dalam

menjalin hubungan pacaran dan mengurangi kadar kecemburuannya dalam

(30)

Durasi hubungan pacaran dan tingkat kepercayaan diri diduga sebagai

faktor-faktor yang memprediksi tingkat kecemburuan. Oleh karena

kecemburuan bersifat kompleks dan dipengaruhi oleh banyak faktor, peneliti

tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai prediksi durasi hubungan pacaran

dan tingkat kepercayaan diri bagi tingkat kecemburuan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti merumuskan

masalah penelitian sebagai berikut : ”Seberapa besar prediksi durasi hubungan

pacaran dan tingkat kepercayaan diri bagi tingkat kecemburuan pada

mahasiswa USD yang berpacaran?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah memprediksi tingkat kecemburuan

mahasiswa USD yang berpacaran melalui durasi hubungan pacaran dan

tingkat kepercayaan diri.

D. Manfaat Penelitian

a. Secara Teoritis

Penelitian ini menyumbang teori-teori Psikologi Kepribadian

(faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan perilaku manusia),

Psikologi Perkembangan (tahap-tahap perkembangan mahasiswa pada usia

(31)

individu dengan pacarnya dan pihak ketiga sebagai saingan). Hasil

penelitian ini dapat dijadikan sumbangan ilmiah untuk peneliti lain yang

ingin menyelidiki permasalahan yang sama sehingga dapat

menyempurnakan hasil penelitian yang dilakukan.

b. Secara Praktis

Penelitian ini dapat menjadi bahan refleksi bagi masyarakat

maupun pasangan mahasiswa atas mitos, stereotipe, dan kecenderungan

kecemburuan yang selama ini terjadi terkait dengan durasi hubungan

(32)

9

BAB II Dasar Teori

A. Mahasiswa Pada Masa Dewasa Dini

Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi setelah

berhasil menyelesaikan tugas pendidikannya di SLTA. Lazimnya, mahasiswa

berada pada masa remaja akhir atau masa dewasa dini. Dalam penelitian ini,

subyek penelitian adalah mahasiswa yang berada pada masa dewasa dini.

1. Pengertian Masa Dewasa Dini

Menurut Santrock (2002) masa awal dewasa (early adulthood)

ialah periode perkembangan yang bermula pada akhir usia belasan tahun atau

awal usia dua puluhan tahun dan yang berakhir pada usia tiga puluhan

tahun. Ini adalah masa pembentukan kemandirian pribadi dan ekonomi,

masa perkembangan karir, dan bagi banyak orang, masa pemilihan

pasangan, belajar hidup dengan seseorang secara akrab, memulai keluarga,

dan mengasuh anak-anak.

Menurut Hurlock (1999), masa dewasa dini dimulai saat manusia

berusia 18 hingga kira-kira 40 tahun. Masa ini merupakan periode bagi

orang dewasa untuk menyesuaikan diri terhadap pola-pola kehidupan baru

dan harapan-harapan sosial baru serta siap menerima kedudukan dalam

(33)

2. Karakteristik Masa Dewasa Dini

Menurut Hurlock (1999), terdapat beberapa karakteristik masa

dewasa dini, antara lain :

a. Masa Pengaturan

Masa pengaturan merupakan masa dimana wanita dan pria muda

mulai mengatur hidupnya secara mandiri termasuk mengenai

pekerjaan dan pasangan hidup. Masa dewasa dini identik dengan

penerimaan tanggung jawab sebagai orang dewasa. Berpacaran

seringkali dijalani oleh pria dan wanita muda. Biasanya, mereka

berganti-ganti pacar agar dapat memilih pasangan hidup yang dirasa

paling sesuai. Hal ini dilakukan untuk mencoba berbagai pola

kehidupan agar memperoleh kepuasan dan kebahagiaan sepanjang

hidup. Maka, tahap perkembangan ini identik dengan salah satu tugas

perkembangan masa dewasa dini yaitu memilih seorang teman hidup.

b. Masa Bermasalah

Dalam tahun-tahun awal masa dewasa, banyak masalah baru dan

berbeda yang harus dihadapi seseorang. Dalam tahun-tahun sejak usia

dewasa secara hukum sampai usia tiga puluh tahun, kebanyakan

laki-laki dan wanita berupaya menyesuaikan diri dalam kehidupan

perkawinan, peran sebagai orang tua, dan karir mereka. Berbagai

(34)

karena masalah-masalah tersebut memerlukan waktu serta energi

untuk diatasi.

c. Masa Ketegangan Emosi

Perubahan tanggungjawab dan peran yang baru dalam identitas

yang baru pula seringkali menimbulkan kebingungan dan ketegangan

emosi bagi kaum dewasa dini. Bila individu tidak mampu mengatasi

masalah-masalah utama dalam kehidupan mereka, seringkali mereka

terganggu secara emosi bahkan dapat berujung pada tindakan ekstrim

yaitu memikirkan atau mencoba bunuh diri. Hal ini terjadi bila

kepribadian individu belum matang sehingga keadaan emosinya

menjadi tidak stabil.

3. Tugas-tugas Perkembangan Masa Dewasa Dini

Menurut Santrock (2002), tugas perkembangan baru pada masa

dewasa dini adalah membentuk relasi yang akrab dengan orang lain.

Menurut Hurlock (1999), orang dewasa diharapkan dapat memainkan

peran baru (seperti peran pencari nafkah, pembentukan keluarga) dan

mengembangkan sikap-sikap baru sesuai dengan tugas-tugas baru ini.

Adapun tugas-tugas perkembangan masa dewasa dini yang dipusatkan

pada harapan-harapan masyarakat adalah :

a. Mendapatkan suatu pekerjaan

(35)

c. Belajar hidup bersama dengan suami atau isteri membentuk sebuah

keluarga

d. Membesarkan anak-anak

e. Mengelola sebuah rumah tangga

f. Menerima tanggung jawab sebagai warga negara

g. Bergabung dalam suatu kelompok sosial yang cocok

Erikson (dalam Santrock, 2002) mengungkapkan bahwa tugas

perkembangan pada masa awal dewasa adalah pembentukan relasi intim

dengan orang lain. Keintiman digambarkan sebagai penemuan diri sendiri

pada diri orang lain. Saat seorang dewasa awal mampu membentuk relasi

akrab yang intim dengan orang lain, ia akan mencapai keintiman. Bila

tidak, isolasi akan terjadi.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa

masa dewasa dini merupakan masa penghubung antara masa remaja

menuju masa dewasa madya. Tugas perkembangan masa dewasa dini

ditekankan pada penyesuaian pribadi dan sosial. Orang-orang yang berada

pada masa dewasa dini harus menyesuaikan diri dengan pekerjaan dan karir

mereka. Di samping itu, mereka juga harus menyesuaikan diri dengan

lawan jenis dalam hubungan berpacaran menuju ke arah yang lebih serius

(36)

B. Berpacaran Sebagai Salah Satu Bentuk Hubungan Interpersonal

Berpacaran dilakukan oleh orang muda untuk memenuhi salah satu

tugas perkembangan pada masa dewasa dini, yaitu memilih seorang teman

hidup. Hubungan pacaran dalam usia dewasa dini merupakan salah satu

bentuk hubungan interpersonal yang terbentuk di antara wanita dan pria.

Berikut penjelasan mengenai hubungan interpersonal dan kedudukan

hubungan pacaran dalam konteks hubungan interpersonal :

1. Pengertian Hubungan Interpersonal

Hubungan interpersonal adalah suatu hubungan yang mencirikan

proses-proses yang timbul sebagai hasil dari interaksi individu dengan

individu lainnya (Chaplin, 2005). Effendi (1984) mengemukakan bahwa

isi dari hubungan interpersonal bukan sekedar komunikasi biasa, bukan

hanya merupakan suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain, tetapi

hubungan ini mengandung unsur-unsur kejiwaan yang mendalam (dalam

Sukmono, 2000).

2. Ciri-ciri Hubungan Interpersonal

Menurut Verdeber & Verdeber, hubungan interpersonal memiliki

beberapa ciri-ciri, yaitu :

a. Kepercayaan yaitu sikap berani untuk saling memberi dan menerima,

empati, dan jujur di antara orang yang terlibat dalam proses

(37)

b. Suportif yaitu sikap yang membangun dan mengurangi sikap

pertahanan diri dalam komunikasi.

c. Sikap terbuka yaitu menilai pesan secara obyektif, dengan

menggunakan data dan keajegan logika serta berorientasi pada isi

(dalam Sukmono, 2000).

3. Jenis-jenis Hubungan Interpersonal

Terdapat beberapa jenis hubungan interpersonal antar manusia, di

antaranya hubungan persahabatan dan hubungan pacaran. Berikut uraian

mengenai hubungan persahabatan dan hubungan pacaran :

a. Hubungan Persahabatan

Umumnya, persahabatan timbul karena adanya persamaan. Kurth

mengemukakan persahabatan adalah suatu hubungan antar pribadi

yang intim sebagai suatu kesatuan (dalam Ahmadi, dkk., 1991).

Ciri-ciri hubungan persahabatan adalah:

1) Menghargai satu sama lain sebagai pribadi yang unik, bukan

karena keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari persahabatan

itu.

2) Lebih menekankan pada kualitas yang obyektif satu sama lain.

3) Saling bertukar barang tidak didasarkan pada nilai ekonomis tapi

pada kesukaan, harapan, keinginan di antara mereka.

4) Menekankan pada keunikan pribadi masing-masing dan selalu

(38)

b. Hubungan Pacaran

Hubungan yang lebih intim daripada persahabatan adalah

hubungan pacaran. Pada awalnya, wanita dan pria saling tertarik, jatuh

cinta, dan berpacaran. Cinta merupakan salah satu bentuk terpenting

dari ketertarikan antar pribadi yang mengarahkan wanita dan pria pada

hubungan pacaran. Pada dasarnya cinta terdiri dari 4 elemen utama

yaitu pengertian, kepercayaan, kerja sama, dan pernyataan kasih

sayang. Keempat elemen ini harus dimiliki oleh kedua pihak, bukan

hanya sepihak saja. Berikut penjelasan mengenai 4 elemen utama

tersebut :

1) Pengertian

Saling pengertian berarti memiliki gambaran atau pengetahuan

mengenai hal-hal yang disenangi maupun yang tidak disenangi

pasangannya. Pengertian di sini kadang-kadang menuntut

pengorbanan. Orang menekan keinginannya sendiri demi

pengertian atas pasangannya.

2) Kepercayaan

Kepercayaan merupakan harapan dan keyakinan seseorang

bahwa perkataan dan perbuatan pasangannya itu benar atau nyata.

Kedua belah pihak harus selalu menjaga kepercayaan pasangannya.

3) Kerjasama

Arti kerjasama adalah interaksi antara seseorang dengan

(39)

tujuan bersama. Mereka dikatakan saling mencintai bila keduanya

memiliki kesediaan untuk saling bekerja sama dan membantu.

4) Pernyataan kasih sayang

Hal ini bersifat menyempurnakan ketiga elemen sebelumnya.

Pernyataan kasih sayang ini dapat berupa :

(a) Kata-kata, misalnya : sayangku, cintaku, manisku, dan

sebagainya

(b)Perbuatan, misalnya : menepuk halus, menggandeng, mencium,

memeluk, dan sebagainya.

Terkait dengan elemen-elemen utama dalam hubungan pacaran

tersebut, ada pula model segitiga cinta dari Sternberg. Tiga komponen

dasar tersebut adalah :

1) Keintiman

Merupakan kedekatan yang dirasakan oleh dua orang dan

kekuatan dari ikatan yang menahan mereka bersama. Pasangan

yang memiliki derajat keintiman yang tinggi, memedulikan

kesejahteraan dan kebahagiaan satu sama lain, dan mereka saling

menghargai, menyukai, bergantung, dan memahami satu sama lain.

2) Nafsu

(40)

3) Keputusan/komitmen

Merepresentasikan faktor kognitif seperti keputusan bahwa

Anda mencintai dan ingin bersama dengan pasangan dan juga

komitmen untuk mempertahankan suatu hubungan.

Ketika ketiga sudut dari segitiga sama-sama kuat dan

seimbang, hasilnya adalah cinta sempurna. Cinta ini dinyatakan

sebagai bentuk cinta yang ideal, namun sangat sulit untuk dicapai

(dalam Baron, 2005).

c. Perbedaan Hubungan Persahabatan dan Hubungan Pacaran

Terdapat beberapa perbedaan antara hubungan persahabatan

dan hubungan pacaran, antara lain :

1) Tujuan hubungan pacaran lebih jauh daripada hubungan

persahabatan yaitu untuk memenuhi salah satu tugas

perkembangan masa dewasa dini (memilih teman hidup). Dalam

hubungan pacaran, orang memiliki pemikiran mengenai cinta dan

kemungkinan pernikahan suatu saat nanti.

2) Ketertarikan seksual dan keintiman fisik dalam hubungan pacaran

lebih terlihat daripada hubungan persahabatan.

3) Dari perspektif pengamat dari luar, orang yang berpacaran dapat

tampak tidak realistis. Penekanan pada hal yang positif membuat

pasangan sulit untuk membayangkan bahwa hubungan dapat

(41)

seberapa lama hubungan akan berlangsung lebih tidak akurat

daripada peramalan orang dekatnya (dalam Baron, 2005).

4. Kedudukan Hubungan Pacaran Dalam Konteks Hubungan Interpersonal

Hubungan pacaran merupakan salah satu hubungan yang

mendalam karena interaksi dan ketertarikan antar individu mengandung

unsur-unsur kejiwaan yang mendalam. Hal ini berkaitan erat dengan

tujuan dari hubungan pacaran, yaitu memilih teman hidup dalam rangka

memenuhi salah satu tugas perkembangan masa dewasa dini. Cinta

merupakan hal yang menentukan dalam hubungan pacaran karena

mengarahkan wanita dan pria pada hubungan pacaran. Interaksi yang

tampak dari hubungan pacaran yaitu ketertarikan seksual, keintiman fisik,

dan derajat keintiman.

5. Jenis-jenis Cinta

Para peneliti telah mengidentifikasikan beberapa cara yang bisa

digunakan untuk mendefinisikan kata ’cinta’ (dalam Freedman, Peplau, &

Sears, 1988; dalam Baron, 2005). Berikut jenis-jenis cinta yang

dikemukakan tersebut :

a. Cinta Romantis

Cinta yang ditandai oleh pengalaman-pengalaman emosi. Biasanya

merupakan cinta pada pandangan pertama. Hal yang penting dalam

(42)

b. Cinta Memiliki

Orang yang terlibat dalam bentuk cinta ini merasakan pengalaman

emosi yang kuat, mudah cemburu, sangat terobsesi pada orang yang

dicintai. Biasanya, mereka sangat tergantung pada orang yang dicintai

sehingga dia takut tersisih.

c. Cinta Kawan Baik

Merupakan bentuk cinta yang mengutamakan keakraban yang

menyenangkan (bijaksana, hangat, dan sarat dengan rasa

persaudaraan). Cinta ini biasanya tumbuh perlahan-lahan dan dimulai

dari sebuah persahabatan, saling berbagi, dan mengungkapkan diri

secara bertahap.

d. Cinta Pragmatik

Menurut Lee (dalam Freedman, Peplau, & Sears, 1988), cinta ini

menuntut adanya pasangan yang serasi, memiliki hubungan yang

berjalan baik, dan dapat saling memuaskan kebutuhan-kebutuhan dasar

atau praktis mereka.

e. Cinta Altruistik

Ciri utama dari cinta ini adalah adanya perhatian, keinginan untuk

selalu memberikan sesuatu, dan selalu siap memaafkan kesalahan

pasangannya.

f. Cinta Main-main

Tidak ada hubungan yang mampu bertahan lama. Biasanya akan

(43)

g. Cinta Birahi

Cinta birahi biasanya merupakan hasil perpaduan cinta romantis

dan cinta memiliki. Oleh Bercheid dan Walter, cinta birahi dilukiskan

sebagai keadaan emosi yang menggebu-gebu, nafsu yang tidak

terkendalikan, perasaan yang lembut, kecemasan dan perasaan lega,

altruisme dan kecemburuan, yang muncul bersama dalam suatu

kegalauan perasaan. Elemen lain dari cinta birahi adalah perasaan

terhanyut bersama orang lain.

h. Cinta Persahabatan

Terjadi dari perpaduan cinta pragmatik dan cinta kawan baik. Cinta

persahabatan diartikan sebagai afeksi yang kita rasakan terhadap

seseorang yang kehidupannya saling berjalin dengan kehidupan kita

(Berscheid & Walter, 1978). Kelley (1983) mengatakan cinta

persahabatan akan tumbuh perlahan-lahan sehingga kedua pihak

mempunyai kesempatan untuk mengembangkan hubungan yang

memuaskan (dalam Freedman, Peplau, dan Sears, 1988).

i. Cinta Membara

Melibatkan reaksi emosi yang intensif dan seringkali tidak realistik

terhadap orang lain. Orang yang mengalami emosi ini biasanya

menginterpretasikannya sebagai cinta sejati, sementara pengamat dari

luar akan lebih menamainya kegilaan. Clark & Collins (1993)

mengatakan bahwa orang yang sedang dilanda cinta terobsesi dengan

(44)

Terdapat pula rasa takut yang berulang-ulang dalam diri seseorang

bahwa sesuatu dapat terjadi untuk mengakhiri hubungannya (dalam

Baron, 2005).

C. Kecemburuan Dalam Pacaran

Dalam hubungan pacaran, interaksi dan ketertarikan antara pria dan

wanita mengandung unsur-unsur kejiwaan yang mendalam. Cinta merupakan

hal yang menentukan dalam hubungan pacaran. Ketika pria dan wanita jatuh

cinta dan menjalin hubungan pacaran, ketertarikan seksual dan keintiman fisik

muncul. Kemudian, ketika kedua belah pihak mulai menginginkan kedekatan

fisik maupun psikologis terus menerus, mereka menjadi saling tergantung satu

sama lain, apalagi bila mereka telah memikirkan kemungkinan pernikahan

suatu saat nanti. Hal ini menyebabkan orang terobsesi dengan yang

dicintainya dan hanya dapat sedikit memikirkan hal yang lain. Saat seseorang

sangat terobsesi terhadap pacarnya, kecemburuan terhadap pihak ketiga

terjadi. Hal ini disebabkan oleh rasa takut yang berulang-ulang bahwa sesuatu

dapat terjadi untuk mengakhiri hubungannya dengan pacarnya.

Dengan kata lain, seseorang menjadi takut tersisih ketika pacarnya

mengalami kedekatan dengan pihak ketiga atau menunjukkan perhatian dan

ketertarikannya kepada pihak ketiga. Jenis cinta yang amat berhubungan

dengan kecemburuan adalah cinta memiliki, cinta membara, dan cinta birahi.

Kecemburuan semakin muncul dalam pacaran saat seseorang berada pada

(45)

emosi. Dalam hal ini, emosi seseorang terganggu atau tidak stabil sehingga

kecemburuan yang dirasakan kepada pihak ketiga semakin kuat.

1. Pengertian Kecemburuan

Menurut Pines (dalam Demirtas, 2006), kecemburuan adalah reaksi

kompleks dalam merespon sebuah ancaman yang dapat mengakhiri atau

menghancurkan sebuah hubungan yang dianggap penting. Aune dan

Comstock (dalam Demirtas, 2006) menyatakan bahwa kecemburuan

merupakan salah satu perasaan yang paling kuat, lazim, dan menjemukan

dalam hubungan yang intim. Menurut Buunk dan Bringle (dalam

Demirtas, 2006), kecemburuan merupakan reaksi perasaan yang tidak

menyenangkan dalam suatu hubungan, antara individu, pasangan

sebelumnya, dan orang ketiga. White menyatakan bahwa kecemburuan

dianggap sebagai hasil dari rendahnya harga diri dan perasaan

berkekurangan atau ketidakcukupan (dalam Demirtas, 2006).

Menurut DeSteno and Salovey (dalam Demirtas, 2006),

kecemburuan adalah keadaan suasana hati yang menyimpang dan muncul

ketika hubungan yang dianggap penting sebenarnya menghancurkan atau

beresiko, dan digolongkan sebagai perasaan marah, ketidakbahagiaan, dan

rasa takut. Hal ini muncul ketika hubungan yang dianggap penting

sebenarnya menghancurkan atau beresiko. Parrot & Smith (dalam

Faturochman, 2006) menyatakan bahwa kecemburuan terjadi ketika

perasaan negatif muncul pada relasi romantis dua orang karena kehadiran

(46)

kecemburuan diartikan sebagai suatu sikap negatif yang disebabkan oleh

kasih sayang yang diperlihatkan pacar seseorang kepada pihak ketiga.

Seperti yang dapat dimengerti dari seluruh definisi di atas,

kecemburuan bukanlah sebuah konsep yang sederhana, melainkan

kombinasi dari perasaan dan reaksi. Oleh karena itu, kecemburuan lebih

layak dinilai sebagai sebuah pengalaman multidimensional dan

multifaktorial seperti yang dinyatakan Mathes; Pines; White (dalam

Demirtas, 2006).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa kecemburuan merupakan

kombinasi dari perasaan dan reaksi tidak menyenangkan yang kompleks,

di antaranya yaitu perasaan marah, ketidakbahagiaan, dan rasa takut.

Secara keseluruhan, kecemburuan merupakan keterkaitan proses emosi,

kognitif, dan behavioral. Kecemburuan dalam hubungan pacaran adalah

reaksi negatif yang dialami seseorang terhadap kehadiran orang ketiga

dalam hubungannya dengan pacarnya. Dalam hal ini, kecemburuan

menyangkut individu yang bersangkutan dan pasangannya saat ini serta

orang ketiga.

2. Ciri-ciri Kecemburuan

Berdasarkan teori-teori yang diungkapkan tokoh-tokoh di atas,

dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri kecemburuan yang khas adalah merasa

terancam oleh pihak ketiga yang masuk ke dalam hubungannya dengan

(47)

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemburuan

a. Budaya

Budaya memegang peranan penting untuk memprediksi

kecemburuan karena mempengaruhi karakteristik pribadi dan perilaku.

Beberapa teori penting menyatakan bahwa kecemburuan bersifat

universal dan hadir di semua budaya tetapi ada perbedaan kebudayaan

dalam level, tipe dan dimensi lainnya (Demirtas & Donmez, 2006).

b. Usia

Menurut Schmookler & Bursik (2007), subyek yang masih duduk di

bangku kuliah memiliki tingkat kecemburuan yang lebih tinggi

daripada orang yang lebih tua. Hal senada juga ditemukan dalam

penelitian yang dilakukan oleh Demirtas & Donmez (2006). Dalam

penelitian tersebut, ditemukan adanya hubungan yang negatif antara level

kecemburuan dengan usia. Hal ini juga senada dengan pendapat

Sullivan (dalam Demirtas & Donmez, 2006) yang mengatakan bahwa

kecemburuan berkurang seiring bertambahnya usia dan kematangan.

c. Status Hubungan

Buunk (dalam Demirtas & Donmez, 2006) mengatakan bahwa

orang-orang yang belum menikah lebih cemburu daripada individu

yang telah menikah. Kemudian, perempuan yang telah menikah

(48)

belum menikah. Namun, perempuan yang telah menikah lebih

cemburu daripada laki-laki yang telah menikah. Menikah merupakan

kontrak sosial yang mengikat dua orang untuk hidup bersama dan hal

ini sangat sulit untuk dipisahkan. Konsekuensinya, individu yang

telah menikah memiliki jaminan yang sangat besar bahwa hubungan

mereka akan aman melawan saingan.

d. Durasi Hubungan

Durasi hubungan merupakan salah satu faktor penyebab

kecemburuan. Menurut Knox (1999), data dari berbagai studi yang

menjadi literatur kecemburuan menyatakan bahwa hubungan dengan

durasi pendek (di bawah 1 tahun) lebih mudah goyah daripada durasi

yang lama (di atas 1 tahun). Ketika durasi hubungan meningkat,

kecemburuan menurun. Pasangan yang berada dalam hubungan durasi

pendek dilaporkan cenderung mengalami tingkat kecemburuan yang

lebih tinggi. Bordeaux (2009) menemukan bahwa individu yang

sedang menjalani hubungan pacaran 6 bulan hingga 1 tahun lebih

cemburu daripada mereka yang menjalani hubungan pacaran kurang

dari 6 bulan dan mereka yang menjalani hubungan pacaran 1 tahun

atau lebih lama. Buunk (dalam Demirtas & Donmez, 2006) menemukan

hubungan yang negatif antara kecemburuan dan lamanya hubungan.

Semakin lama pasangan menjalin hubungan romantis maka semakin

(49)

e. Kepercayaan Diri

Kepercayaan diri juga berpengaruh terhadap kecemburuan.

Menurut White, kecemburuan dianggap sebagai hasil dari rendahnya

harga diri dan perasaan berkekurangan atau ketidakcukupan (dalam

Demirtas & Donmez, 2006). Orang yang memiliki perasaan

berkekurangan biasanya tidak percaya diri. Demirtas & Donmez

(2006) menemukan bahwa tingkat kecemburuan meningkat ketika

harga diri berkurang. McIntosh (dalam Knox, 1999) menemukan

bahwa seseorang yang memiliki harga diri yang rendah cenderung

memiliki perasaan tidak aman yang tinggi. Hal ini menyebabkan

semakin tingginya kecenderungan untuk cemburu. Konsisten dengan

penelitian McIntosh, Knox menemukan bahwa individu yang merasa

lebih aman cenderung mengalami kecemburuan yang sedikit

berkurang.

f. Jenis Kelamin

Penelitian Edlund (2006) menunjukkan adanya perbedaan

kecemburuan antara laki dan perempuan. Hal ini tampak saat

laki-laki dan perempuan merespon adanya ketidaksetiaan. Laki-laki-laki dan

perempuan memperlihatkan adanya perbedaan yang signifikan dalam

merespon pengalaman ketidaksetiaan. Laki-laki lebih merespon

ketidaksetiaan seksual daripada ketidaksetiaan emosional dan

(50)

hal ini, Buss dan para koleganya (dalam Friedman & Schustack, 2008)

menemukan bahwa laki-laki mudah mengembangkan kecemburuan

seksual yang tinggi sedangkan perempuan mudah mengembangkan

kecemburuan emosional yang tinggi. Laki-laki mudah menjadi berang

dan lebih tertekan ketika mendengar berita pasangannya mungkin

terlibat dan menikmati relasi seksual yang bergairah dengan laki-laki

lain. Di sisi lain, perempuan memiliki kecemasan dalam hal kelekatan

emosional dan lebih tertekan karena pasangannya jatuh cinta secara

mendalam dengan perempuan lain. Di sisi lain, Demirtas & Donmez

(2006) menemukan bahwa jenis kelamin tidak memberikan

sumbangan bagi tingkat kecemburuan. Hal ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Pines and Aronson (1983) dan Pines and

Freidman (1998).

g. Kepuasan Hubungan

Merujuk pada teori interaksi sosial, individu yang memiliki

tingkat kepuasan yang lebih tinggi merasa kehilangan ketika suatu

hubungan berakhir. Semakin mereka memperoleh keuntungan dari

hubungan tersebut, mereka merasa lebih cemburu. Menurut

pendekatan transaksional, kecemburuan muncul sebagai sebuah hasil

dari bahaya kehilangan atau menurunnya penghargaan yang diperoleh

(51)

h. Daya Tarik Fisik Pasangan

Menurut Demirtas & Donmez (2006), semakin meningkat daya

tarik fisik pasangan, level kecemburuan meningkat. Alasannya adalah

daya tarik fisik tersebut dirasa menjadi ancaman bagi individu yang

bersangkutan.

D. Durasi Hubungan Pacaran

Durasi hubungan pacaran merupakan frekuensi waktu atau lamanya

suatu hubungan berlangsung. Durasi hubungan pacaran berkaitan erat dengan

tahap awal hubungan pacaran dan tahap-tahap selanjutnya. Tahap awal

hubungan pacaran biasanya dicirikan oleh adanya emosi yang ekstrim

sedangkan pada tahap selanjutnya ditandai oleh ketenangan dan kelunakan

emosi. Bercheid (dalam Freedman, Peplau, & Sears, 1988) berpendapat bahwa

sejalan dengan waktu, hal-hal yang pada mulanya terasa baru dan

mengejutkan dalam suatu hubungan, perlahan-lahan akan memudar.

Masing-masing pihak mulai memahami bahwa pacar mereka tidak sesempurna yang

mereka bayangkan. Pasangan ini mulai mengembangkan bentuk interaksi

yang rutin dan pola kehidupan bersama menjadi semakin mantap.

Di sisi lain, Bercheid juga berpendapat bahwa sejalan dengan

berlanjutnya hubungan dan tumbuhnya interdependensi, potensi timbulnya

emosi yang kuat akan semakin meningkat. Situasi yang dapat membangkitkan

emosi yang kuat dalam suatu hubungan yang telah berlangsung lama adalah

(52)

Semakin kuat ketergantungan kita pada orang lain, semakin besar pengaruh

orang tersebut dalam kehidupan kita. Namun, berlawanan dengan kenyataan

itu, karena pasangan yang sudah membina hubungan untuk waktu yang cukup

lama telah belajar untuk menata pola kegiatan mereka, biasanya frekuensi dari

emosi yang kuat menjadi rendah.

E. Kepercayaan Diri

1. Pengertian Kepercayaan Diri

Menurut Bandura (dalam Baron, 2004), kepercayaan diri adalah

rasa percaya terhadap kemampuan diri dalam menyatukan dan

menggerakkan motivasi dan semua sumber daya yang dibutuhkan, dan

memunculkannya dalam tindakan yang sesuai dengan apa yang harus

diselesaikan, atau sesuai tuntutan tugas. Konsep kepercayaan diri yang

dikemukakan oleh Neill (dalam Rini, 2002) yaitu keyakinan seseorang

terhadap penilaiannya atas kemampuannya sendiri dan perasaan seseorang

akan kepantasan untuk berhasil. Kepercayaan diri itu adalah kombinasi

dari harga diri dan efikasi diri.

Harga diri berkaitan dengan sikap terhadap diri sendiri, yaitu

sejauh mana seseorang mempunyai perasaan positif terhadap dirinya dan

sejauh mana seseorang meyakini adanya sesuatu yang bernilai,

bermartabat, atau berharga di dalam dirinya.

Efikasi diri adalah sejauh mana seseorang mempunyai keyakinan

(53)

menangani persoalan dengan hasil yang bagus. Ini merujuk pada

kompetensi seseorang untuk melakukan sebuah tugas, mencapai tujuan,

mengatasi hambatan atau menghadapi kegagalannya.

2. Ciri-ciri Orang yang Memiliki Kepercayaan Diri

Menurut Rini (2002), beberapa ciri atau karakteristik individu yang

mempunyai rasa percaya diri yang proporsional, di antaranya adalah :

a. Percaya akan kompetensi/kemampuan diri, hingga tidak membutuhkan

pujian, pengakuan, penerimaan, ataupun rasa hormat orang lain

b. Tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis demi diterima

oleh orang lain atau kelompok

c. Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain – berani

menjadi diri sendiri

d. Punya pengendalian diri yang baik (tidak bergantung pada suasana

hati dan emosinya stabil)

e. Memiliki memiliki kontrol dan motivasi dari dalam dirinya

(memandang keberhasilan atau kegagalan tergantung dari usaha diri

sendiri dan tidak mudah menyerah pada nasib atau keadaan serta

tidak tergantung/mengharapkan bantuan orang lain)

f. Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang

(54)

g. Memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri sehingga ketika

harapan itu tidak terwujud, ia tetap mampu melihat sisi positif dirinya

dan situasi yang terjadi.

Taylor (2009) pun mengemukakan bahwa ciri-ciri dari orang yang

percaya diri adalah :

a. Merasa santai, aman, dan nyaman

b. Yakin kepada diri sendiri

c. Tidak percaya bahwa orang lain selalu lebih baik

d. Melakukan yang terbaik

e. Menetapkan tujuan yang dapat dicapai

f. Tidak melihat ada jurang yang lebar ketika membandingkan diri

dengan orang lain

g. Tidak agresif karena merasa tidak aman

h. Memiliki kesadaran ada kemungkinan gagal dan salah dalam

melakukan sesuatu

i. Merasa aman dengan diri sendiri dan tidak khawatir dengan apa yang

orang lain pikirkan

j. Memiliki keberanian untuk mencapai apa yang diinginkan

F. Prediksi Durasi Hubungan Pacaran dan Tingkat Kepercayaan Diri Bagi Tingkat Kecemburuan

(55)

Bagan 1

Prediksi Durasi Hubungan Pacaran Bagi Tingkat Kecemburuan

Durasi suatu hubungan pacaran memprediksi tingkat kecemburuan.

Ketika mahasiswa menjalin hubungan pacaran dalam durasi yang lama,

hal-hal yang pada mulanya terasa baru dan mengejutkan dalam suatu

hubungan, perlahan-lahan akan memudar. Melalui interaksi yang rutin dan

mendalam antara seorang mahasiswa dan pacarnya, masing-masing pihak

mulai memahami bahwa pacar mereka tidak sesempurna yang mereka

bayangkan. Kemudian, kedua belah pihak dapat semakin menerima dan

memahami kelebihan maupun kekurangan satu sama lain. Dengan

demikian, pola kehidupan bersama terbentuk dan menjadi semakin

menetap dan mantap karena kedua belah pihak telah memiliki cukup

banyak waktu untuk belajar mengenal karakter masing-masing dan menata Durasi Hubungan

Pacaran Lama

Pola kehidupan bersama terbentuk dan

menjadi semakin menetap dan mantap

Tidak mudah cemburu ketika

(56)

pola kegiatan mereka. Hal ini menyebabkan hubungan pacaran tersebut

memiliki kestabilan emosi di dalamnya. Di samping itu, keintiman,

kepercayaan pada pasangan, dan komitmen cenderung meningkat.

Dengan pola kehidupan bersama yang telah menetap dan mantap

tersebut, mahasiswa ini merasa aman dalam berelasi dengan pacarnya

maupun orang lain atau pihak ketiga. Adapun pihak ketiga yang dimaksud

adalah lawan jenis pacarnya, baik orang yang dikenal maupun orang yang

tidak dikenal. Oleh karena itu, ia cenderung tetap mempercayai pacarnya

ketika mengetahui kedekatan pacarnya dengan pihak ketiga. Maka, ia

tidak mudah cemburu ketika pihak ketiga muncul.

2. Prediksi Tingkat Kepercayaan Diri Bagi Tingkat Kecemburuan

Bagan 2

Prediksi Tingkat Kepercayaan Diri Bagi Tingkat Kecemburuan

Percaya Diri Tinggi

Memiliki Pemikiran Positif

Merasa aman

Tidak mudah cemburu ketika

(57)

Tingkat kepercayaan diri mahasiswa juga memprediksi tingkat

kecemburuan. Mahasiswa yang rasa percaya dirinya tinggi memiliki

pemikiran yang positif mengenai dirinya, pacarnya, dan orang lain atau

pihak ketiga (Lindenfield, 1997). Adapun pihak ketiga yang dimaksud

adalah lawan jenis pacarnya, baik orang yang dikenal maupun orang yang

tidak dikenal.

Mengenai relasinya dengan pacarnya dan orang lain atau pihak

ketiga, mahasiswa ini cenderung akan memandang mereka dari sisi

positifnya. Selain itu, ia juga percaya bahwa kebanyakan masalah dapat

diselesaikan sehingga ia tidak menyia-nyiakan tenaga dengan

mengkhawatirkan hasil yang negatif. Dengan pemikiran positif tersebut,

mahasiswa ini merasa aman dalam berelasi dengan pacarnya maupun

orang lain atau pihak ketiga. Oleh karena itu, ia memiliki pengendalian

diri yang baik ketika mengetahui kedekatan pacarnya dengan pihak ketiga.

Hal ini didukung oleh kontrol dan motivasi dari dalam dirinya. Maka, ia

tidak mudah cemburu ketika pihak ketiga muncul.

G. Hipotesis Penelitian

(i) Durasi hubungan pacaran memprediksi tingkat kecemburuan mahasiswa

USD yang berpacaran.

(ii) Tingkat kepercayaan diri memprediksi tingkat kecemburuan mahasiswa

(58)

35

BAB III Metode Penelitian

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

survei dengan arah korelasi. Penelitian survei adalah penelitian dengan tidak

melakukan perubahan (tidak ada perlakuan khusus) terhadap variabel-variabel

yang diteliti (Hasan, 2008). Penelitian korelasi merupakan penelitian yang

dilakukan untuk menggabungkan dua variabel atau lebih dan menjelaskan

hubungan kausal antara variabel-variabel tersebut melalui pengujian hipotesis

(Hasan, 2008). Pengukuran ini dapat dikenakan pada jumlah subyek yang

banyak dalam waktu cukup singkat.

B. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Prediktor = Durasi hubungan pacaran dan tingkat kepercayaan diri

2. Kriterium = Tingkat kecemburuan dalam hubungan pacaran

C. Definisi Operasional Variabel-variabel Penelitian

1. Kecemburuan Dalam Pacaran

Kecemburuan dalam pacaran adalah reaksi negatif yang dialami

mahasiswa terhadap kehadiran orang ketiga dalam hubungannya dengan

pacarnya. Dalam hal ini, kecemburuan yang memiliki aspek kognitif, aspek

(59)

kecemburuan. Adapun cara mengetahui tingkat kecemburuan subyek

adalah dengan melihat skor totalnya. Jawaban STS (Sangat Tidak Sesuai)

diskor 1, TS (Tidak Sesuai) diskor 2, S (Sesuai) diskor 3, dan SS (Sangat

Sesuai) diskor 4. Semakin tinggi skor totalnya, maka tingkat

kecemburuannya semakin tinggi pula.

2. Durasi Hubungan Pacaran

Durasi hubungan pacaran merupakan frekuensi waktu atau lamanya

suatu hubungan berlangsung. Durasi hubungan pacaran berkaitan erat

dengan tahap awal hubungan pacaran dan tahap-tahap selanjutnya. Durasi

hubungan pacaran diketahui dari pengisian identitas diri subyek pada

kuesioner. Adapun cara pengisiannya adalah subyek memilih salah satu

opsi dari tiga opsi yang tersedia yaitu <6 bulan (diskor 1), 6 bulan-1 tahun

(diskor 2), dan >1 tahun (diskor 3).

3. Kepercayaan Diri

Kepercayaan diri yaitu keyakinan mahasiswa terhadap penilaiannya

atas kemampuannya sendiri dan perasaan mahasiswa akan kepantasannya

untuk berhasil. Kepercayaan diri yang memiliki aspek kognitif, emosi, dan

behavioral akan diungkap dengan skala tingkat kepercayaan diri. Adapun

kepercayaan diri yang dimaksud adalah kepercayaan diri subyek saat ia

sedang mengalami hubungan pacaran tersebut. Cara mengetahui tingkat

(60)

(Sangat Tidak Sesuai) diskor 1, TS (Tidak Sesuai) diskor 2, S (Sesuai)

diskor 3, dan SS (Sangat Sesuai) diskor 4. Semakin tinggi skor totalnya,

maka tingkat kepercayaan dirinya semakin tinggi pula.

D. Alat Pengumpulan Data

Jenis pengumpulan data dalam penelitian ini adalah skala Psikologi

yang dibuat sendiri oleh peneliti. Peneliti menggunakan jenis Skala Likert

dalam mengukur tingkat kecemburuan dan tingkat kepercayaan diri

mahasiswa USD yang berpacaran. Jawaban subyek dinyatakan dalam empat

kategori, yaitu Sangat Tidak Sesuai (STS), Tidak Sesuai (TS), Sesuai (S),

Sangat Sesuai (SS), dimana tiap pilihan mencerminkan tingkat kecemburuan

yang ingin diungkap. Peneliti menggunakan empat pilihan dengan alasan

untuk menghindari adanya pilihan jawaban netral atau ragu-ra gu. Adapun

skala yang terdiri dari aitem favorabel tersebut meliputi :

1. Skala Tingkat Kecemburuan

Skala Tingkat Kecemburuan ini dibuat berdasarkan blue print di

(61)

Tabel 1

Blue Print Skala Kecemburuan Sebelum Uji Coba

Aspek

Skala Tingkat Kepercayaan Diri ini dibuat berdasarkan blue print

(62)

Tabel 2

Blue Print Skala Kepercayaan Diri Sebelum Uji Coba

Aspek Total

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa USD

Yogyakarta yang sedang menjalani hubungan pacaran lawan jenis, baik

perempuan maupun laki-laki dari fakultas apapun. Teknik pengambilan

sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel bertujuan

(63)

Yogyakarta yang sedang berada dalam tahap perkembangan dewasa dini dan

sedang mengalami hubungan pacaran lawan jenis. Jumlah sampelnya yaitu

150 orang agar lebih mewakili populasi.

F. Validitas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data

Untuk mengetahui apakah skala psikologi mampu menghasilkan data

yang akurat sesuai dengan tujuan ukurnya, diperlukan suatu pengujian validitas

(Azwar, 2007). Suatu alat ukur memiliki validitas yang tinggi apabila alat

tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang

sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran. Uji validitas alat ukur

dalam penelitian ini adalah menggunakan validitas isi (content validity),

yaitu validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan

analisis rasional (rational judgement), untuk melihat sejauh mana isi tes

mencerminkan atribut yang hendak diukur, sehingga alat tes tersebut harus

relevan dan tidak keluar dari batas tujuan ukur.

Validitas isi ini dilakukan dengan meihat sejauhmana item-item

tersebut dapat mencakup keseluruhan aspek yang hendak diukur. Jadi, aspek

komprehensif dan relevan harus diperoleh dalam pengukuran ini.

Reliabilitas adalah sejauh mana alat pengukuran dapat dipercaya, yaitu

sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan dengan

pengukuran kembali terhadap subyek yang sama (Azwar, 2007). Pendekatan

yang digunakan dalam perhitungan reliabilitas alat tes ini adalah koefisien

(64)

efisiensi yang tinggi karena hanya dilakukan satu kali pada sekelompok

subyek.

G. Rencana Uji Coba Alat Pengumpulan Data

Skala disebarkan kepada mahasiswa USD kampus Mrican sejumlah 100

orang, baik laki-laki maupun perempuan dengan syarat sedang berada dalam

tahap perkembangan dewasa dini dan sedang mengalami hubungan pacaran

lawan jenis. Penyebaran angket dilakukan di kampus USD karena peneliti

cukup mengenal lingkungan tersebut sehingga mempermudah kinerja peneliti

dalam mengumpulkan data. Selain itu, lingkungan kampus Mrican tidak jauh

berbeda dengan kampus Paingan yang akan menjadi data sebenarnya dalam

penelitian ini.

H. Metode Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini adalah Analisis Regresi

Sederhana (Supratiknya, 2000) yaitu mengukur prediksi variabel durasi

hubungan pacaran dan tingkat kepercayaan diri bagi tingkat kecemburuan

pada mahasiswa USD yang berpacaran. Dalam hal ini, peneliti melakukan uji

Gambar

Blue PrintTabel 1  Skala Kecemburuan Sebelum Uji Coba
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
+7

Referensi

Dokumen terkait