UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Skripsi diajukan untuk memenuhi prasyarat untuk memperoleh
gelar sarjana psikologi
Disusun Oleh : Nenden Damayanti
102070025971
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
BERPACARAN MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat mencapai
gelar Sarjana Psikologi
Oleh :
Nenden Damayanti NIM : 102070025971
Di Bawah Bimbingan :
Pembimbing I Pembimbing II
Neneng Tati Sumiati, M.Si.,Psi Drs. Rachmat Mulyono, M.Si.,Psi NIP. 19730328 200003 2 003 NIP. 19650220 199903 1 003
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
(ATTACHMENT STYLE) DENGAN KECEMBURUAN PADA PASANGAN BERPACARAN MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 09 Agustus 2010. Skripsi ini telah
diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Psikologi.
Jakarta, 09 Agustus 2010
Sidang Munaqasyah
Dekan / Pembantu Dekan /
Ketua merangkap anggota, Sekretaris merangkap anggota,
Jahja Umar, Ph.D Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si NIP. 130 885 522 NIP. 1956 1223 198303 2 001
Anggota
Ikhwan Lutfi, M.Si.,Psi Neneng Tati Sumiati, M.Si.,Psi NIP. 1973010 200501 1 006 NIP. 19730328 200003 2 003
Motto
Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia
menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri supaya
kamu cenderung dan merasa tentram
(QS Al-Ruum 30:21)
Cinta adalah melepaskan diri dari ketakutan
(Gerald Jampolsky)
Keberanian seseorang makin terukur ketika dia sangat yakin
untuk rela dicintai
(Sigmund Freud)
Ingat selalu kebaikan orang lain kepada kita dan lupakanlah
kebaikan kita pada orang lain
(Ali bin Abi Thalib r.a)
Skripsi ini saya persembahkan kepada
bapak dan ibu tercinta
serta keluarga, saudara dan sahabat
ABSTRAKSI
(A) Fakultas Psikologi
(B) Agustus 2010 M / Syaban1431 H
(C) Nenden Damayanti
(D) Hubungan Antara Tipe Kelekatan (Attachment Style) Dengan Kecemburuan Pada Pasangan Berpacaran Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
(E) xiii + 85 halaman + Lampiran
Berkembangnya saling ketergantungan dalam hubungan percintaan dan memasuki tahapan hubungan yang semakin erat, pada satu sisi menjawab kebutuhan emosional satu sama lain. Di sisi lain, dapat berarti bentangan masalah yang menimbulkan ketegangan-ketegangan, antara lain kecemburuan. Salah satu yang mempengaruhi kecemburuan adalah perbedaan pandangan seseorang tentang hubungan percintaan dan ancaman yang ada.
Pada tipe kelekatan orang dewasa, yang menyatakan pandangan adanya perbedaan keistimewaan dari suatu hubungan yang akrab/intim termasuk didalamnya reaksi cemburu terhadap ancaman kehilangan. Hubungan romantis biasanya menjadi hubungan attachment, individu dengan perbedaan kecemburuan biasanya tersambung dengan perbedaan pada perilaku attachment. Dengan kata lain kecemburuan merupakan perasaan yang bangkit ketika sebuah hubungan attachment itu terancam oleh orang ketiga. Untuk contoh bahwa cemburu diterima lebih terbuka pada individu tipe insecure, lalu pada tipe secure individu lebih senang memperlihatkan kecemburuan dengan marah (Sharpsteen & Kirkpatrick, 1997).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikansi hubungan antara tipe kelekatan dengan kecemburuan pada pasangan berpacaran mahasiswa fakultas Psikologi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik accidental
sampling dengan jumlah sampel sebanyak 65 mahasiswa dengan status
berpacaran. Pengumpulan data menggunakan model skala Likert, yang terdiri dari skala tipe kelekatan dengan 36 item, dan skala kecemburuan dengan 32 item. Reliabilitas pada skala kecemburuan adalah 0.841, dan pada skala tipe kelekatan adalah 0.788. Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan rumus korelasi Pearson Product Moment, diperoleh r-hitung (0.265) lebih besar dari r-tabel (0.250) pada signifikansi 0.05. hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan antara tipe kelekatan
(attachment style) dengan kecemburuan pada pasangan berpacaran
mahasiswa fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Diantara saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian ini untuk penelitian selanjutnya adalah untuk mendapatkan informasi mengenai
hubungan romantis baik itu tipenya, maupun kejadian-kejadian yang terjadi didalam baiknya menggunakan sampel yang telah memiliki hubungan cinta yang telah stabil, misalnya pada pasangan yang sudah menikah.
Kata kunci : Tipe kelekatan (attachment style), kecemburuan, mahasiswa berpacaran
(F) Daftar bacaan : 25 buku (1993-2010) + 10 jurnal + 3 internet + 1 skripsi
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala puji hanya bagi Allah SWT di setiap saat dan waktu. Dengan mengucap
rasa syukur kehadirat Ilahi Rabbi atas Rahmat dan Inayah-NYA penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam tetap tercurah kepada hamba yang
paling mulia di atas sekalian para hamba, Rasulullah SAW, beserta keluarga, para
sahabat serta orang-orang yang menjadi pengikutnya hingga akhir zaman.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini juga tidak dapat selesai tanpa
adanya bimbingan dan dukungan yang penuh ketulusan, baik secara moril maupun
materil dari semua pihak. Oleh karena itu, pantas penulis haturkan ucapan terima
kasih yang mendalam kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian
penelitian ini. Diantaranya kepada :
1) Dekan Fakultas Psikologi, Jahja Umar, Ph.D., Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si,
Pembantu dekan bidang akademik Fakultas Psikologi Para dosen dan segenap
civitas Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, atas segala ilmu,
dan pengalaman, serta kelancaran akademik yang telah diberikan kepada
penulis.
2) Dosen pembimbing I, Neneng Tati Sumiati, M.Psi, Psi dan dosen pembimbing
II, Drs. Rachmat Mulyono, M.Si, Psi. serta penguji I, Ikhwan Lutfi, M.Si, Psi
terima kasih atas kesabaran dan segala bimbingan yang telah diberikan kepada
penulis selama penyelesaian skripsi ini.
3) Dosen Pembimbing Akademik Abdul Rahman Shaleh, M.Si, terima kasih atas
dukungan tanpa henti untuk menyelesaikan tugas penulis.
4) Bapak dan Ibu tercinta, yang senantiasa sabar dan tabah untuk selalu memberi
dukungan baik materi maupun moral, doa yang tak henti juga kepercayaan
penuh untuk anak-anaknya, untuk teh Tuti, teh Ida, teh Lilis, a Asep, dan a
Ayep beserta keluarganya begitu berharga segala dukungan dan
kepercayaannya yang terus mendampingi penulis hingga akhir. Terima kasih
dan mohon maaf sebesar-besarnya keluargaku untuk segalanya.
5) Sri Nurhayati, Enur Nuraini, Eva Verawati, kak Mitri teman segala suka
dukaku, Ana, Udloh, Ai, Teteh, Ina, Athap, mba Ami, Neneng, Yoga, Chami,
Dwi, Rika, Hanana, Munajat, Rita dan seluruh teman-teman mahasiswa di
fakultas Psikologi UIN khususnya angkatan 2002/B, Ida, mba Mur, Nuri,
Murni, Linda para penghuni kosan pak Lubis Semanggi. Terima Kasih untuk
semua atas segala kebersamaannya.
6) Seluruh pihak yang tak tertera namun tanpa mengurangi rasa hormat telah
berjasa dan terlibat dalam penyelesaian skripsi ini.
Semoga Allah meridhoi dan memberikan pahala yang tak henti-hentinya
sebagai balasan atas segala kebaikan dan bantuan yang diberikan kepada penulis.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya akan kekurangan
dan ketidaksempurnaan. Harapan penulis, semoga skripsi ini memberi manfaat,
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi seluruh pembaca. Amin
Terima Kasih
Jakarta, Agustus 2010
Penulis
Nenden Damayanti
DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Halaman Persetujuan ... ii
Halaman Pengesahan ... iii
Motto ... iv
Abstrak ... v
Kata Pengantar ... vii
Daftar Isi ... ix
Daftar Tabel... xii
BAB 1 PENDAHULUAN ...1 – 15 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 12
1.2.1 Pembatasan masalah ... 12
1.2.2 Perumusan masalah ... 13
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 13
1.3.1 Tujuan penelitian ... 13
1.3.2 Manfaat penelitian ... 14
1.4 Sistematika Penulisan ... 14
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA ... 16 – 43 2.1. Kecemburuan ... .16
2.1.1. Pengertian Kecemburuan ... .16
2.1.2 Faktor-faktor Kecemburuan ... 17
2.1.3 Komponen/Aspek kecemburuan ... 20
2.1.4 Proses Kecemburuan ... 22
2.1.5 Tipe-tipe Kecemburuan………... 24
2.1.6 Gender dan kecemburuan…………... ... 25
2.2 Attachment/kelekatan……… ……….. 26
2.2.1 Pengertian Attachment/Kelekatan.………... 26
2.2.2 Model Mental Kelekatan ………...……….. 29
2.2.3 Tipe Kelekatan/ Attachment Style………... 32
2.3 Kecemburuan, Tipe Kelekatan/Attachment Style Dan Hubungan Romantis……….. 36
2.4 Kerangka Berpikir... 39
2.5 Hipotesis ... . 43
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ... 44-62 3.1 Jenis Penelitian ... 44
3.1.1. Pendekatan dan metode penelitian ... 44
3.2 Variabel Penelitian ………. 44
3.2.1 Definisi konseptual ... 45
3.2.2 Definisi operasional variable ………. 45
3.3 Pengambilan Sampel……… 46
3.3.1 Populasi dan sampel……… 46
3.3.2 Teknik pengambilan sampel ... 47
3.4 Teknik pengumpulan data... 48
3.4.1 Metode dan instrumen pengumpulan data ... 48
3.4.2 Skala Kecemburuan... 49
3.4.3 Skala Tipe kelekatan ... 53
3.5 Teknik analisis data ... 59
3.6 Prosedur penelitian ……….. 61
3.6.1 Persiapan ……….. 61
3.6.2 Pelaksanaan ………. 61
3.6.3 Pengolahan data ………. 61
BAB 4 PRESENTASI DAN ANALISIS DATA ... 63-79 4.1 Gambaran Umum Responden ... 63
4.1.1 Berdasarkan Usia ………. 63
4.1.2 Berdasarkan Tingkat Semester ……… 64
4.1.3 Berdasarkan lama hubungan ……… 64
4.2 Deskripsi Data penelitian ………. 65
4.2.1 Deskripsi Skor Statistik Responden……….. 65
4.2.2 Deskripsi Statistik Tipe Kelekatan dan Kecemburuan …. 66 4.2.3 Deskripsi Statistik Hubungan Tipe Kelekatan (Attachment Style) dengan Kecemburuan ………..68
4.3 Uji Hipotesis ……… 71
4.4 Pembahasan Hasil ... 76
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN ... 79-86
5.1. Kesimpulan ... 78
5.2. Diskusi ... 78
5.3. Saran ... 84
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Gambar 1 Skema Proses Hubungan Tipe Kelekatan Dengan Kecemburuan.... 55
Tabel 3. 1 Skor alternatif jawaban kategori pernyataan kecemburuan... 50
Tabel 3.2 Blue print kecemburuan try out ………...50
Tabel 3.3 Blue print kecemburuan penelitian……... 52
Tabel 3.4 Skor alternatif jawaban pada kategori pernyataan Tipe Kelekatan/Attachment style ... 54
Tabel 3.5. Blue print attachment style try out... 55
Tabel 3.6. Blue print attachment style penelitian……... 57
Tabel 4.1. Jumlah sampel terpilih... 63
Tabel 4.2 Gambaran umum responden berdasarkan rentang usia ... 64
Tabel 4.3 Gambaran umum responden berdasarkan tingkat semester ... 64
Tabel 4.4 Gambaran umum responden berdasarkan lama hubungan... 65
Tabel 4.5 Deskripsi statistik Kecemburuan dan Tipe Kelekatan ……… 65
Tabel 4.6 Deskripsi Statistik Secure, Avoidant, dan Ambivalent ……………. 66
Tabel 4.7 Deskripsi Data penelitian Tipe kelekatan (Attachment style) ……..67
Tabel 4.8 Deskripsi Skor Kategori Avoidant, Secure, dan Ambivalent………. 67
Tabel 4.9 Deskripsi Data Penelitian Kecemburuan ……….68
Tabel 4..10 Deskripsi Skor Kategori Kecemburuan………... 68
Tabel 4.11 Aman/secure * kecemburuan Crosstabulation ……… 68
Tabel 4.12 Menghindar/Avoidant * kecemburuan Crosstabulation ………….. 69
Tabel 4.13 Cemas/Ambivalent * kecemburuan Crosstabulation……… 70
Tabel 4.14 Uji Hipotesis Tipe Kelekatan dan Kecemburuan ……… 72
xiv
Tabel 4.15 Korelasi Kecemburuan dengan secure, avoidant dan ambivalent…73
Tabel4.16 Korelasi Parsial secure terhadap avoidant dan ambivalent ……… 74
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Usia 18-24 merupakan usia rata-rata para mahasiswa menjalani kehidupan
di kampus. Bloom (dalam Saragih dan Irmawati, 2000 ) menyatakan bahwa dalam
kehidupan di kampus mahasiswa menghadapi berbagai permasalahan, baik itu
permasalahan yang berhubungan dengan perkuliahan itu sendiri ataupun
permasalahan dengan kehidupan sosial mereka.
Dengan semua permasalahan yang dihadapi mahasiswa di kampus, akan
lebih baik jika mahasiswa mempunyai teman dekat untuk menolong mereka
mengatasi segala tekanan. Ditemukan pada mahasiswa yang memiliki tingkat
pergaulan yang tinggi dikampus memiliki derajat lebih tinggi dalam hal
dukungan/dorongan, keterlibatan dan prestasi di perguruan tinggi (Berger dalam
Pham, 2009).
Salah satu hubungan pertemanan yang biasa dijalani oleh mahasiswa
diantaranya adalah berpacaran. Bird Melville (1994, dalam Nisa, 2010)
menyatakan bahwa pacaran adalah pertemuan-pertemuan antara dua orang yang
sama secara khusus diarahkan untuk menjalin komitmen ke arah pernikahan. Pada
umumnya berpacaran yang serius akan bertujuan kejenjang pernikahan. Oleh
karena itu, masa berpacaran adalah masa untuk membangun suatu hubungan yang
kuat dengan saling menerima setiap kelebihan dan kekurangan pasangan kita.
Begitu juga hal mahasiswa berpacaran ini berlaku di universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta termasuk di fakultas Psikologi. Pada tahun 2008
berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Rizki Amaliah diperoleh hasil 32
dari 56 mahasiswi fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki
status berpacaran dengan rata-rata lama hubungan diatas 6 bulan dengan intensitas
pertemuan minimal 3 sampai 5 kali dalam seminggu.
Fenomena gaya berpacaran mahasiswa yang salah satunya adalah
menghabiskan waktu bersama dengan pasangan seperti pergi dan pulang dari
kampus bersama, makan bersama, jalan-jalan dan lainnya secara tak langsung
akan membuat suatu keterikatan dan ketergantungan satu pasangan terhadap
pasangan lainnya. Berkembangnya saling ketergantungan dalam hubungan
percintaan dan memasuki tahapan hubungan yang semakin erat, yang pada satu
sisi menjawab kebutuhan emosional satu sama lain, dan di sisi lain juga dapat
berarti bentangan masalah yang menimbulkan ketegangan-ketegangan. Hal yang
mungkin timbul seiring dengan berkembangnya komitmen antara lain selain
kecewa dan kebohongan, adalah cemburu (Widyarini, 2009). Sebagaimana
berdasarkan hasil penelitian oleh Knox dan Zusman (2009) terhadap 1319
mahasiswa Amerika diperoleh hasil 41,7% menyatakan dirinya sebagai orang
Kecemburuan merupakan kumpulan atau kerjasama dari berbagai macam
perbedaan kata-kata, pengertian, dan gambaran. Salah satunya Menurut Pines
(1998) kecemburuan adalah reaksi yang rumit dalam merespon ancaman yang
terlihat, dimana akan mengakhiri atau menghancurkan suatu hubungan yang
dianggap penting (dalam Demirtas dan Donmez, 2006). Hal serupa dikemukan
Clanton (1981) bahwa kecemburuan adalah reaksi protektif terhadap ancaman
yang hadir pada suatu hubungan yang berharga (dalam Hansen, 1985).
Dalam konteks hubungan romantis White dan Mullen (1989) mendefinisikan
kecemburuan sebagai pikiran, emosi, dan tindakan kompleks yang berasal dari
kehilangan akan (loss of), ancaman (threat to), harga diri (self-esteem) dan
keberlangsungan ataupun kualitas dari hubungan romantis. Penerimaan akan
kehilangan atau ancaman dihasilkan oleh persepsi akan potensi adanya
ketertarikan romantis antara salah satu pasangan dengan saingan ( dalam White,
1999). Hal senada diungkapkan Guerrero dan Anderson (1998), serta Teismann
dan Mosher (1978) yakni kecemburuan merupakan sebuah set dari emosi,
kognisi, dan respon-respon yang berasal dari sebuah penerimaan adanya ancaman
terhadap hubungan oleh saingan (Fleischmann et.al, 2005)
Secara relevan beberapa penelitian kecemburuan berfokus pada konstruksi
yang kompleks yang terjadi pada individu ketika menghadapi ancaman terhadap
hubungan atau pada sikap possesif. Kecemburuan terjadi pada ranah emosi
berkembang pada perilaku komunikatif (behavioral jealousy). Emotional jealousy
termasuk didalamnya menyiapkan sederet emosi seperti marah, perasaan tidak
aman, ketakutan, dan kesedihan (Pfeiffer dan Wong; dalam Bevan dan Lannuti,
2002). Cognitive jealousy diartikan sebagai pikiran-pikiran individu akan
kekhawatiran, kecurigaan, dan berkenaan dengan kemungkinan hubungan yang
dijalani pasangan dengan saingan. Behavioral jealousy diartikan sebagai
aksi/aktifitas detektif dan protektif, aksi detektif meliputi menanyakan, memeriksa
dan mencari keberadaan pasangan, dan aksi protektif mencakup pada strategi
untuk turun tangan memastikan bahwa tidak terjadi keakraban antara pasangan
dengan saingan (Pfeiffer dan Wong; dalam Hinde, 1997).
Kecemburuan bisa muncul disebabkan oleh faktor eksternal berupa
kecenderungan pada perilaku pasangan yang mengikat yang bisa diinterpretasikan
sebagai suatu ketertarikan emosional maupun seksual pada orang lain atau sesuatu
yang lain dan kurangnya ketertarikan emosional maupun seksual pada pasangan
utama. Selain itu kecemburuan dipengaruhi juga oleh faktor internal berupa
kecenderungan pada karakteristik tiap individu yang menempatkan mereka pada
perasaan-perasaan cemburu, perilaku yang membebaskan dari pasangan.
Contohnya termasuk menjadi kurang percaya, memiliki self esteem yang rendah,
semakin tingginya keterlibatan dan ketergantungan terhadap hubungan, dan tidak
menerima keberadaan pasangan alternatif (Pines, 1992; dalam Knox dan Schacht,
Intensitas hubungan memiliki pengaruh juga terhadap kecemburuan ,
contohnya, menurut Mathes dan Severa (1981) kecemburuan lebih umum terjadi
pada individu yang sedang jatuh cinta, yang sangat bergantung secara emosional,
dan pasangannya yang kurang memberikan waktu, uang dan emosi (White, 1981).
Berbagai penemuan tersebut konsisten dengan teori evolutionary dalam konsep
kecemburuan sebagai pelindung pasangan, ungkapan dari komitmen, atau usaha
untuk mendapatkan pertanda dari salah satu pasangan (Guerrero dalam
Fleischmann et.al., 2005).
Inti yang paling mendekati pada kecemburuan adalah lebih kepada perasaan
emosional dan perilaku yang timbul ketika hubungan yang berharga terancam
oleh saingan. Dalam kecemburuan dibutuhkan sebuah segitiga hubungan sosial
antara tiga karakter yaitu; orang yang cemburu, orang yang bersama dengan
individu yang berkeinginan cemburu dalam hubungan (pasangan), dan orang yang
mengancam akan mengambil tempat orang yang cemburu dalam hubungan
dengan pasangan (pesaing) (Kazdin, 2000). Selain itu kecemburuan berhubungan
dengan kehilangan kasih sayang, penolakan, kecurigaan, perasaan tidak aman dan
kecemasan (Perreti dan Pudowski; dalamFleischmann et.al., 2005). Bisa juga
pandangan seseorang tentang hubungan percintaan dan ancaman yang ada saling
mempengaruhi. Orang yang memandang hubungan secure, membutuhkan
ancaman yang sangat kuat untuk dapat membuatnya cemburu. Namun, bagi
individu yang merasa insecure pada suatu hubungan, kecemburuan bisa timbul
Para akademis telah menguji kecemburuan secara mendasar, faktor-faktor
yang mengantar pada kecemburuan, dan hasil dari kecemburuan dalam berbagai
konteks dan tipe dari hubungan interpersonal. Fenomena studi yang luas ini telah
diujikan dalam hubungannya pada variasi yang lebih luas dari faktor psikologis
termasuk insecurity, low self-esteem (White, 1981; Melamed, 1991), emotional
dependence (Mathes dan Severa, 1981; Buunk, 1982; White dan Mullen, 1989),
dan trust (Ellis dan Weinstein, 1986) dan adult romantic jealousy (Sharpsteen dan
Kirkpatrick, 1997).
Jika kembali pada faktor cemburu yang dipengaruhi oleh cara pandang
terhadap hubungan dan ancaman yang ada, memilki konsep terkait dengan tipe
kelekatan khususnya tipe kelekatan orang dewasa, yang menyatakan adanya
perbedaan pandangan keistimewaan dari suatu hubungan yang akrab/intim
termasuk didalamnya perbedaan reaksi cemburu terhadap ancaman kehilangan
(Sharpsteen & Kirkpatrick, 1997).
Dalam teori kelekatan cinta terlihat sebagai bentuk dasar dari kelekatan,
kedekatan, ikatan emosional yang terus menerus, yang berakar semenjak masa
bayi (Hazan dan Shaver, 1987; Shaver, 1984; Shaver, Hazan, dan Bradshaw,
1988), para peneliti menganggap bahwa cinta romantis dan kelekatan antara bayi
Attachment/kelekatan merupakan ikatan emosional yang terus menerus,
termasuk kecenderungan untuk mencari dan memelihara kedekatan paada orang
tertentu, terutama ketika mendapat tekanan (Potter-Efron, 2005). Sedangkan
kelekatan pada orang dewasa didefinisikan sebagai kecenderungan yang stabil
pada individu untuk berusaha keras mencari dan memelihara kedekatan dengan
seseorang atau orang tertentu/khusus yang memberikan potensi subjektif rasa
aman dan terlindungi terhadap fisik maupun psikis (Berman dan Sperling; dalam
Potter-Efron, 2005). Hendrick menambahkan kelekatan pada dewasa sebagai
kelekatan romantis yang diartikan sebagai perilaku yang melibatkan kedekatan
dan ikatan dengan seorang pasangan romantis (McGuirk dan Pettijohn, 2008).
Bowbly (dalam Bush, 1991) menyatakan bahwa fungsi dari attachment
adalah memelihara kedekatan pada figur attachment. Hasil observasinya
mengatakan bahwa ketika figur attachment ada individu merasa senang dan
merasakan aman. Jika hubungan attachment terancam maka timbul kecemasan,
protes dan berusaha membangun kembali hubungan (Bush, 1991).
Selain itu kelekatan juga berperan dalam kehidupan emosi manusia. Dimana
kebanyakan emosi yang biasanya timbul terjadi selama pembentukan,
pemeliharaan, ketidak teraturan dan pembaharuan pada hubungan attachment.
Pembentukan pada ikatan dijabarkan sebagai jatuh cinta, pemeliharaan ikatan
sebagai mencintai seseorang, dan kehilangan pasangan sebagai kesengsaraan
kecemasan dan benar-benar kehilangan memberikan penderitaan ketika pada
situasi ini menimbulkan kemarahan (Fraley dan Shaver, 2000).
Mikulincer dan Horesh (1999) mengasumsikan bahwa orang-orang yang
berbeda pola kelekatannya memiliki kecenderungan berpikir, merasakan, dan
bertindak secara spesifik didalam hubungan mereka. Sehingga paling tidak
sebagian gaya kelekatan seseorang memiliki efek pada perilaku yang disebabkan
oleh perbedaan dalam persepsi sosial dan perbedaan kemampuan mengatur efek
(Mikulincer dan Sheffi, 2000; dalam Baron dan Byrne, 2005). Dengan kata lain
tipe kelakatan/attachment style didefinisikan sebagai suatu tingkah laku hubungan
antara dua orang dan bukan suatu sifat yang diberikan kepada bayi oleh orang
yang memberi perhatian. Tipe kelekatan ini merupakan jalan dua arah antara bayi
dan orang yang memberi perhatian yang harus responsif satu sama lain dan
masing-masing harus mempengaruhi tingkah laku orang lain (Semiun, 2006).
Perbedaan utama antara kelekatan pada orang dewasa dengan kelekatan pada
bayi adalah bahwa sistem perilaku lekat pada orang dewasa saling timbal balik.
Dengan kata lain pasangan orang dewasa tidak ditugaskan atau menset aturan
mengenai figur lekat, kedua perilaku dan pelayanan kelekatan sebagi figur lekat
seharusnya (Crowell dan Treboux, 1995).
Dipengaruhi oleh berbagi permasalahan yang ada dalam hubungan
yang dapat berbeda-beda antara pasangan yang satu dengan yang lain. Tipe
kelekatan ini akhirnya menentukan keberhasilan atau kegagalan suatu hubungan
romantis. Studi tentang tipe kelekatan orang dewasa secara umum partisipan
dikelompokkan kedalam salah satu dari tiga kategori, berdasarkan laporan self
mereka yaitu secure, avoidant dan ambivalent. Partisipan juga ditanyai tentang
pengalaman masa anak-anak mereka dengan orang tua, masa lalu mereka dan
sejarah hubungan romantis mereka serta kepuasaan. Penelitian mencoba
menghubungkan laporan self tipe kelekatan responden untuk melaporkan tentang
hubungan personal mereka (Mischel dkk, 2004).
Hazan dan Shaver (1987), memaparkan tiga tipe kelekatan yang terdiri dari
secure dengan ciri memiliki kesiapan untuk berhubungan erat, merasa nyaman
bergantung terhadap pasangan, dan tidak ada kekhawatiran bahwa pasangan akan
meninggalkannya. kemudian avoidant dengan ciri tidak nyaman dalam
kedekatan/keintiman dan kurang percaya terhadap pasangan, sulit mengizinkan
diri sendiri untuk bergantung pada pasangan, gugup ketika orang lain terlalu
dekat. Dan ambivalent memiliki ciri-ciri mempersepsikan pasangan terlalu jauh,
bahwa pasangan tidak mencintai, dan ingin meninggalkan, ingin meleburkan diri
sepenuhnya dengan pasangan, merasa pasangan tidak menginginkan kedekatan
sebesar keinginannya. Ketiga tipe tersebut merupakan adaptasi dari tiga kategori
yang dikemukakan oleh Ainsworth yang dibuat sebagai dasar gambaran dari
pengaturan perbedaan individu dalam hal bagaimana orang dewasa berpikir,
berpendapat bahwa ketiga tipe tersebut mempunyai kualifikasi untuk
membedakan tipe romantis atau ikatan yang diperbaharui (Fraley dan Shaver,
2000).
Sekitar 56% orang dewasa yang bertipe kelekatan aman, ditemukan
mereka memiliki kepuasan yang paling besar dan paling berkomitmen terhadap
hubungan dibanding dengan tipe kelekatan lain (Shaver dkk, 1988; dalam Pistole,
Clark, & Tubbs, 1995; dalam Strong, 2003). 23- 24% orang dewasa bertipe
kelekatan avoidant (Hazan dan Shaver, 1987) Dan sebanyak 19-20% orang
dewasa diidentifikasi sebagai tipe anxious-ambivalent (Shaver dkk, 1988; dalam
Pistole, Clark, & Tubbs, 1995; dalam Strong, 2003).
Penelitian yang bersifat replikasi kemudian dilakukan di berbagai negara
seperti Amerika, Israel dan sebagainya, antara lain Trust (Mikuliner, 1990),
Depresi dan distress (Buren&Cooley, 2002), Self (Mikuliner, 1995), Kepribadian
(Heaven dkk, 2004) ada pun di Indonesia ada tipe kelekatan berkaitan dengan
gaya hubungan romantis (Helmi, 1992) dan Gaya berpacaran pada remaja
(Sulistiyani, 2002).
Menurut Santrock (1999), cinta romantis sangat penting diantara para
mahasiswa. Penelitian tentang cinta juga lebih banyak menggunakan mahasiswa
sebagai subjek penelitiannya (Brigham, 1986; Brehm, 1992; Santrock, 1999;
Taylor dkk, 2000 dalam Saragih dan Irmawati, 2000). Oleh karena hal tersebut
penelitian Rizki Amaliah yang menyatakan 32 dari 56 mahasiswi fakultas
Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki status berpacaran dengan
rata-rata lama hubungan diatas 6 bulan dengan intensitas pertemuan minimal 3
sampai 5 kali dalam seminggu. selanjutnya peneliti memilih untuk fokus pada
subjek mahasiswa psikologi yang berstatus berpacaran.
Hasil dari penelitian-penelitian mengenai tipe kelekatan pada orang dewasa
diatas dapat ditarik kesimpulan umum yaitu, pertama tipe kelekatan pada masa
anak-anak tampaknya bermanfaat untuk menjelaskan gaya interaksi sosial pada
masa dewasa. Kedua orang dewasa dengan tipe kelekatan berbeda akan
mempunyai kualitas hubungan romantis yang berbeda pula. Ketiga perbedaan tipe
kelekatan berakar dari model kognisi diri dan orang lain.
Cemburu sering dijabarkan sebagai suatu ungkapan yang terjadi ketika
seorang individu merasa takut kehilangan pasangan mereka dan sistem kelekatan
bekerja berasal dari tiga golongan kejadian yang terfokus pada kehilangan
(Sharpsteen &Kirkpatrick, 1997). Dua dari tiga golongan kejadian itu adalah
adanya kecemburuan. Pertama salah satu cara untuk mengaktifkan sistem
attachment/kelekatan adalah melalui perpisahan dengan figur lekat dan kedua
ancaman berpisah dengan figur lekat. Perpisahan dari pasangan individu bisa jadi
menyebabkan timbulnya sistem kelekatan mereka, dan tipe mereka akan
kelekatan dipicu oleh kejadian sama, penerimaan fungsi yang sama, dan termasuk
emosi yang sama (Sharpsteen & Kirkpatrick, 1997).
Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas, maka penulis tertarik untuk
meneliti bagaimana Tipe kelekatan dengan Kecemburuan pada Pasangan Berpacaran Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta”.
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah 1.2.1 Pembatasan Masalah
Agar pembatasan masalah lebih terarah, maka diperlukan pembatasan pada
ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas guna menghindari adanya salah
pengertian sehingga tidak menyimpang ke masalah lain. Karena itu pokok
bahasan dari penelitian ini dapat diberi penjeasan sebagai berikut :
1. kecemburuan disini adalah reaksi kompleks berupa emosi, pikiran dan
perilaku yang disebabkan kemungkinan atau adanya ancaman dari orang
ketiga terhadap hubungan berharga yang sedang dijalani. Aspek emosi
diukur sebagai respon apa yang mereka rasakan ketika didalam situasi
yang menimbulkan kecemburuan. Aspek kognisi mengukur bagaimana
variasi pemikiran mereka yang mengarah pada kecurigaan pada pasangan.
Dan aspek perilaku mengukur bagaimana keterikatan mereka terhadap
2. tipe kelekatan (Attachment style) adalah perbedaan individu dalam hal
bagaimana berpikir, merasa, dan bertindak dalam suatu hubungan romantis
yang dipengaruhi oleh berbagi permasalahan yang ada dalam hubungan
romantis. Dimana perbedaan ini dimasukkan dalam tiga kategori yaitu
secure dengan ciri memiliki kesiapan untuk berhubungan erat, merasa
nyaman bergantung terhadap pasangan, dan tidak ada kekhawatiran bahwa
pasangan akan meninggalkannya. kemudian avoidantdengan ciri tidak
nyaman dalam kedekatan/keintiman dan kurang percaya terhadap
pasangan. Dan ambivalent memiliki ciri-ciri mempersepsikan pasangan
terlalu jauh, bahwa pasangan tidak memcintai, dan ingin meninggalkan.
3. Mahasiswa dalam penelitian ini adalah mahasiswa reguler fakultas
Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang
berpacaran
1.2.2 Perumusan masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara tipe kelekatan (attachment style)
dengan kecemburuan pada pasangan berpacaran mahasiswa fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta?”
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Mengetahui signifikansi hubungan antara tipe kelekatan
pada pasangan berpacaran mahasiswa di fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini dibagi dua, yaitu manfaat teoritis dan manfaat
praktis
• Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan dari teori psikologi pada umumnya, dan khususnya
psikologi sosial dan kepribadian berdasarkan tipe kelekatan pada
mahasiswa dengan dampak kecemburuan terhadap hubungan.
• Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai
tipe kelekatan dengan kecemburuan pasangan berpacaran pada
mahasiswa.
1.4 Sistematika penulisan
Pada penulisan laporan penelitian ini, penulis menggunakan Pedoman
Penyusunan dan Penulisan Skripsi yang dikeluarkan oleh Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun sistematika
Bab 1 Pendahuluan
Pada bab ini penulis akan menyampaikan uraian latar belakang
masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, sistematika penulisan.
Bab 2 Kajian Pustaka
Pada bab ini penulis akan membicarakan tentang landasan teori yang
berkaitan dengan masalah penelitian yang digunakan untuk melihat
permasalahan yang diteliti, meliputi teori tentang kecemburuan, teori
tipe kelekatan, kerangka berpikir, dan hipotesa
Bab 3 Metodologi Penelitian
Pada bab ini penulis akan mengemukakan tentang metode penelitian
yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian, meliputi pendekatan
penelitian dan metode penelitian, definisi konseptual dan definisi
operasional variabel, populasi dan sampel, teknik pengambilan
sampel, metode dan instrumen penelitian, teknik uji instrumen
penelitian, teknik analisa data, dan prosedur penelitian.
Bab 4 Hasil Penelitian
Pada bab 4 ini penulis mengemukakan tentang gambaran umum
responden penelitian, deskripsi skor responden, dan uji hipotesis.
Bab 5 Kesimpulan, diskusi, dan saran
Pada bab ini penulis mengemukakan kesimpulan yang diperoleh dari
hasil penelitian, diskusi dan saran-saran yang perlu diperhatikan
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini akan dipaparkan teori-teori pendukung yang berkaitan dengan
tipe kelekatan (Attachment style) dan kecemburuan. Secara rinci, bab ini akan
mengulas mengenai teori tipe kelekatan, teori kecemburuan, tipe kelekatan,
kecemburuan dan hubungan romantis, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.
2.1 Kecemburuan
2.1.1 Pengertian Kecemburuan
Secara tata bahasa kata kecemburuan (jealousy) diambil dari bahasa Perancis
jalousie, dibentuk dari kata jaloux (jealous) berasal dari bahasa latin zelosus (full
of zeal), yang berasal dari bahasa yunani zelosus yang berarti fervour
(menyala-nyala), warmth (memanas), ardour (panas perasaan) atau keinginan yang intens
(Buss, 2000).
Menurut Encyclopedia Of Psychology (2000) kecemburuan merupakan
emosi, perasaan dan perilaku yang timbul ketika hubungan yang bernilai terancam
oleh saingan.
Pines (1998) menyebutkan kecemburuan adalah reaksi yang rumit dalam
merespon ancaman yang terlihat, dimana akan mengakhiri atau menghancurkan
suatu hubungan yang dianggap penting (Demirtas dan Donmez, 2006). Hampir
senada dengan teori dikemukakan oleh Clanton (1981) yang menyebutkan bahwa
kecemburuan adalah reaksi protektif untuk menghadapi ancaman pada hubungan
yang berharga (dalam Hansen, 1985).
White dan Mullen (1989) melengkapi dengan mendefinisikan kecemburuan
sebagai ”a complex thoughts, emotions, and actions that follows the loss of, or
threat to, self-esteem and/or existence or quality of the romantic relationship”
Yang diterjemahkan pikiran, emosi, dan tindakan kompleks yang berasal dari
kehilangan akan (loss of), ancaman (threat to) terhadap harga diri (self-esteem)
dan keberlangsungan ataupun kualitas dari hubungan romantis (dalam White,
1999).
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kecemburuan
merupakan reaksi emosi, pikiran dan perilaku sebagai respon dari adanya
ancaman terhadap suatu hubungan yang dianggap penting atau berharga, dimana
disini ancaman tersebut adalah orang ketiga pada suatu hubungan romantis.
2.1.2 Faktor-faktor Kecemburuan
Kecemburuan bisa muncul disebabkan oleh faktor-faktor berikut :
1. faktor eksternal
faktor eksternal cenderung pada perilaku pasangan yang mengikat
a. Suatu ketertarikan emosional maupun seksual pada orang lain atau
sesuatu yang lain.
b. Kurangnya ketertarikan emosional maupun seksual pada pasangan
utama.
2. faktor internal
Menurut Pines (1992) faktor internal dari kecemburuan cenderung
pada karakteristik tiap individu yang menempatkan mereka pada
perasaan-perasaan cemburu, perilaku yang membebaskan dari pasangan. Contohnya
termasuk menjadi kurang percaya, memiliki self esteem yang rendah,
semakin tingginya keterlibatan dan ketergantungan terhadap hubungan,
dan tidak menerima keberadaan pasangan alternatif (dalam Knox dan
Schacht, 2010).
Penjelasan selanjutnya dari faktor internal adalah sebagai berikut :
a. Mistrust (ketidak percayaan), jika individu pernah dikhianati pada
hubungan sebelummya, individu tersebut kemungkinan akan belajar
untuk kurang mempercayai hubungan selanjutnya. Sebagaimana
kurang percaya itu berkembang dengan sendirinya dalam
kecemburuan.
b. Low self-esteem, individu yang memiliki self esteem rendah
menekankan untuk menjadi cemburu karena kurangnya rasa self-worth
dan mencintai mereka (Khanchandani, 2005 ; dalam Knox dan
Schacht, 2010). Perasaan tidak berharga mungkin mengkontribusi pada
kecurigaan bahwa orang lain lebih berharga.
c. Anxiety, secara umum individu yang mengalami kecemasan tertinggi
juga memperlihatkan kecemburuan yang lebih (Khanchandani, 2005
;dalam Knox dan Schacht, 2010).
d. Lack of perceived alternatives, individu yang tidak memiliki alternatif
pasangan lain atau tidak merasa tertarik lagi pada orang lain
kemungkinan cepat merasa cemburu. Mereka merasa demikian karena
jika mereka tidak menjaga pasangannya yang sekarang maka mereka
akan sendiri.
e. Insecurity, individu yang merasa tidak aman dalam hubungan dengan
pasangannya kemungkinan mengalami tingkat kecemburuan yang
tinggi. Khancandani (dalam Knox dan Schacht, 2010) menemukan
bahwa individu yang memiliki hubungan dengan jangka waktu
sebentar, yang kurang berkomitmen pada hubungan, dan yang kurang
merasa puas dengan hubungannya, biasanya lebih mudah untuk
cemburu.
Intensitas hubungan memiliki pengaruh juga terhadap kecemburuan,
contohnya, kecemburuan lebih umum terjadi pada individu yang sedang jatuh
cinta, yang sangat bergantung secara emosional (Mathes dan Severa dalam
uang dan emosi. Berbagai penemuan tersebut konsisten dengan teori evolutionary
dalam konsep kecemburuan sebagai pelindung pasangan, ungkapan dari
komitmen, atau usaha untuk mendapatkan pertanda dari salah satu pasangan
(White, 1981; Guerrero et.al., 2004 dalam Fleischmann et.al., 2005).
kecemburuan bisa berhubungan dengan kehilangan kasih sayang, penolakan,
kecurigaan, perasaan tidak aman dan kecemasan (Perreti dan Pudowski, dalam
Fleischmann et.al., 2005). Selain itu pandangan seseorang tentang hubungan
percintaan dan ancaman yang ada juga saling mempengaruhi. Orang yang
memandang hubungan secure, membutuhkan ancaman yang sangat kuat untuk
dapat membuatnya cemburu. Namun, bagi individu yang merasa insecure pada
suatu hubungan, kecemburuan bisa timbul meskipun ancamannya sangat lemah (
Aditya & Sarwono, 2009).
2.1.3 Komponen/Aspek Kecemburuan
Berdasarkan konsep analisa dari White (dalam Hinde, 1997), bahwa
kecemburuan berisi tiga komponen yaitu pikiran, perasaan dan perilaku. Pfeiffer
dan Wong (1989) menambahkan bahwa antara kognisi, afeksi, dan perilaku yang
terdapat pada kecemburuan tidak saling mengikuti satu sama lain, tetapi bisa juga
saling mensimulasi dan berinteraksi satu sama lain ( dalam Hinde, 1997).
Cognitive jealousy yang diartikan sebagai pikiran-pikiran individu akan
kekhawatiran, kecurigaan, dan berkenaan dengan kemungkinan hubungan yang
menyiapkan sederet emosi seperti marah, perasaan tidak aman, ketakutan, dan
kesedihan (Pfeiffer dan Wong 1989; dalam Bevan dan Lannuti, 2002). Hal sama
dikemukakan berdasarkan beberapa hasil penelitian bahwa kecemburuan
berkorelasi dengan perasaan-perasaan seperti marah, sedih, cemas, sakit hati,
terancam, merasa dikhianati, tertekan, bingung, tidak aman, tidak tertolong, malu,
ditolak, ketidak percayaan frustasi, dan iri (Guerrero dan Anderson, 1998; dalam
Brown dan Amatea, 2000). Behavioral jealousy diartikan sebagai aksi/aktifitas
detektif dan protektif, aksi detektif meliputi menanyakan, memeriksa dan mencari
keberadaan pasangan, dan aksi protektif mencakup pada strategi untuk turun
tangan memastikan bahwa tidak terjadi keakraban antara pasangan dengan
saingan (Pfeiffer dan Wong, 1989; Hinde, 1997). Adapun konsep
perilaku/tindakan pada cemburu adalah perilaku mengikuti secara protektif dan
bertindak menyelidiki. Sebagai contoh tindakkan protektif dengan cara turut serta
dalam kegiatan pasangan sebagai cara untuk memantau dan memastikan pasangan
tidak berinteraksi dengan pesaing (Pfeiffer & Wong, 1989). Spitzberg dan Eloy
(1995) memperkenalkan respon komunikasi (communicative responses) sebagai
bagian dari komponen dimensi kognisi pada cemburu. Terdapat dua belas tipe
respon komunikasi dan respon komunikasi yang telah dibagi dua, yaitu interactive
responses dan general responses. Interactive responses cenderung pada
komunikasi langsung (face to face communication) atau pasangan mengarahkan
komunikasi dengan bertanya pada pasangan tentang dimana keberadaannya dan
dengan siapa. General responses terdiri dari komunikasi eksternal (tidak seara
lain-lain) pasangan secara diam-diam/ tidak meminta izin. Respon komunikasi
(communicative responses) lainnya antara lain negative affect expression
(misalnya meperlihatkan raut wajah terluka), integrative communication
(misalnya, meminta maaf), distributive communication (misalnya, kekerasan
secara verbal), manipulation attempts (misalnya, mencibir), third party contact
(mengancam pesaing), dan surveillance behavior (misalnya, memata-matai)
(dalam Pfeiffer & Wong, 1989)
2.1.4 Proses Kecemburuan
Kecemburuan yang dialami seseorang melalui suatu proses dengan melalui
tahapan-tahapan. Menurut White ( Brehm, 1992; dalam Aditya & Sarwono, 2009)
proses kecemburuan melewati lima tahap dibawah ini :
1. Tahap awal (primary appraisal)
Saat seseorang merasakan adanya ancaman pada hubungan
percintaannya, maka dimulailah tahap ini. Tahap ini pula yang
menunjukkan ambang kecemburuan seseorang. Setiap orang memiliki
ambang kecemburuan yang berbeda-beda. Ambang kecemburuan
merupakan suatu titik ketika seseorang mulai cemburu.
Dalam tahap awal ini, pandangan seseorang tentang hubungan
percintaan dan ancaman yang ada saling mempengaruhi. Orang yang
memandang hubungan secure, membutuhkan ancaman yang sangat kuat
insecure pada suatu hubungan, kecemburuan bisa timbul meskipun
ancamannya sangat lemah.
2. Tahap kedua (secondary appraisal)
Pada tahap kedua ini, individu berusaha untuk memahami situasi
dengan lebih baik dan berpkir mengenai cara mengatasi rasa cemburunya.
Namun, seringkali dalam tahap ini melibatkan pula pikiran catastrophic,
yaitu pengambilan kesimpulan secara ekstrem dan berdasarkan
kemungkinan yang terburuk. Contohnya adalah seseorang yang sedang
cemburu karena pasangannya tidak membalas SMS, dalam tahap ini
mengambil kesimpulan bahwa pasangannya sedang bermesraan dengan
orang lain padahal pasangannya tersebut sedang ada kegiatan yang tidak
dapat diganggu.
3. Tahap ketiga
Tahap ketiga ini melibatkan reaksi emosional. Seseorang yang sedang
mengalami kecemburuan biasanya tidak menyadari bahwa yang mereka
pikirkan adalah hal yang tidak rasional. Jenis-jenis emosi yang dirasakan
saat seseorang sedang mengalami kecemburuan antara lain adalah marah
terhadap pasangan dan/atau orang ketiga, cemas akan kehilangan
hubungan percintaannya, depresi, dan sedih akan kehilangan yang dialami.
4. Tahap keempat
Tahap keempat adalah tahap coping. Menurut Bryson (dalam Brehm,
1992), perilaku coping terhadap kecemburuan dapat dibagi ke dalam dua
Usaha ini dapat menghasilkan perilaku baik yang konstruktif maupun
destruktif. Contoh usaha yang konstruktif adalah membicarakan masalah
itu dan bersama-sama mencarikan jalan keluarnya sedangkan usaha yang
destruktif adalah menghindari konflik seolah-olah tidak ada masalah sama
sekali.
Kedua adalah usaha untuk mempertahankan self-esteem. Usaha ini
juga bersifat konstruktif namun bisa pula bersifat destruktif. Contoh usaha
yang bersifat konstruktif adalah memutuskan hubungan percintaan dengan
baik-baik sedangkan contoh usaha yang bersifat destruktif adalah
menyerang pasangan baik secara verbal maupun nonverbal.
5. Tahap kelima
Tahap kelima adalah hasil dari perilaku coping. Perilaku coping yang
konstruktif terhadap kecemburuan akan segera mengurangi rasa sakit yang
ditimbulkan oleh rasa cemburu dan berguna juga untuk efek jangka
panjang seperti kesejahteraan orang-orang yang terlibat dan kualitas
hubungan tersebut.
2.1.5 Tipe-tipe Kecemburuan
Bringle dan Buunk (Miller dkk, 2007 ; dalam Aditya & Sarwono, 2009),
menyatakan bahwa terdapat dua tipe kecemburuan (Aditya & Sarwono, 2009).
1. Reactive jealousy yang terjadi ketika seseorang menjadi sadar terhadap
tekanan yang actual pada suatu hubungan yang bernilai (Bringle & Buunk,
2. Suspicious jealousy terjadi ketika salah satu orang dari pasangan tidak
berbuat kesalahan dan salah seorang lainnya merasa curiga namun tidak
memiliki bukti (Bringle & Buunk, 1991; Miller dkk, 2007; dalam Aditya
& Sarwono, 2009). Suspicious jealousy menyebabkan rasa khawatir, tidak
percaya, waspada, dan tingkah laku memata-matai pasangan untuk
menguatkan hal-hal yang ia curigai.
2.1.6 Gender dan kecemburuan
Hubungan antara kecemburuan dan gender telah mendapat perhatian dari para
ahli, diantaranya adalah Pines dan Aronson (1983) yang meneliti tingkat
kecemburuan partisipan dengan sebuah skala dengan nilai 7, dan mereka
menemukan indikasi bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara laki-laki
dan perempuan di tingkatan kecemburuan. Hal tersebut menjelaskan perlunya
penelitian lebih lanjut untuk mengeneralisasikan keadaan tersebut, sampai
akhirnya beberapa studi menemukan perbedaan yang signifikan dalam reaksi
menghadapi cemburu dalam kajian gender (Buunk et al., 1991; Erber dan Erber,
2001; Shetel-Neuber, Byrson, dan Young, 1978). Penelitian-penelitian tersebut
memperlihatkan bahwa wanita lebih cenderung pada reaksi emosional dan
Selain itu hasil penelitian memperlihatkan bahwa wanita lebih pecemburu
dibanding pria (DeWeerth & Kalma, 1997 dalam Edalati & Redzuan, 2010).
Buunk (1984) wanita menjadi lebih cemburu dibanding pria ketika mereka
berpikir bahwa hubungan pernikahan mereka rusak. Dibanding pria, wanita lebih
menyukai membuat percobaan besar untuk mempertahankan hubungan ( Bryson,
1991). Wanita ketika cemburu memakai lebih banyak reaksi emotional
-stimulating position (DeWeerth & Kalma, dalam Edalati & Redzuan, 2010). Sheet
& Wolfe (2001) menemukan bahwa pria lebih cepat bereaksi dalam hal sexual
jealousy, dimana pria akan mengalami distress jika pasangannya melakukan
hubungan seksual dengan orang lain. Sementara wanita memperlihatkan lebih
kepada emotional jealousy (dalam Edalati & Redzuan, 2010). Selain itu wanita
akan mengalami distress saat pasangannya berbagi perhatian dengan orang lain,
meskipun pasangannya tersebut belum tentu melakukan hubungan seksual dengan
orang lain (Aditya & Sarwono, 2009).
2.2 Attachment/kelekatan
2.2.1 Pengertian Attachment/Kelekatan
Teori attachment dimulai dari sebuah seminar dengan judul “The Influence Of
Early Environment In The Development Of Neurosis And Neurotic Character”
yang diberikan oleh Jhon Bowbly (1907-1990) seorang psikiater di The British
Psychoanalytic Society pada tahun 1939. Setelah satu periode paper ini diperluas
menjadi tiga seri volume, attachment and loss (1969, [direvisi 1982], 1973, 1980)
dan The Secure Base (1988). Ditahun yang sama Ainsworth membantu
mengembangkan teori tersebut, lebih penting lagi mengadakan sebuah set metode
empiris yang sangat akurat untuk mempelajari proses attachment pada bayi.
Dalam kamus lengkap psikologi karangan JP Chaplin (2005) attachment
diartikan sebagai pelengketan, perkaitan, relasi, ikatan, tersangkut satu sama lain,
hubungan pelekatan, satu daya tarik atau ketergantungan emosional antara dua
orang.
Bowlby menyatakan bahwa atttachment adalah bentuk tingkah laku yang
dapat mengekal, ataupun mendapatkan individu lain (Hasan et.al, 2006).
Attachment/kelekatan merupakan ikatan emosional yang terus menerus yang
termasuk didalamnya kecenderungan untuk mencari dan memelihara kedekatan
dengan orang yang khusus/istimewa. Attachment/kelekatan juga disebutkan
sebagai suatu ikatan yang intens dan terus menerus yang secara biological berakar
dari fungsi perlindungan dari bahaya (Wilson, 2001; dalam Potter-Efron, 2005).
Menurut Flanagan (2003) attachment diartikan sebagai “An emotional bond
between two people especially mother and infant” atau sebuah ikatan emosional
antara dua orang, utamanya ibu dan anak. Cox (2001) menyebutkan kelekatan
sebagai sebuah ikatan emosional yang kuat dengan orang lain. Hendrick (2004)
yang melibatkan kedekatan fisik, yang secara tak langsung juga kedekatan afeksi
emosional (McGuirk dan Pettijhon, 2008).
Bowlby dan Ainsworth menambahkan attachment sebagai ikatan afektif yang
terus menerus yang dikarakteristikan oleh kecenderungan untuk mencari dan
memelihara kedekatan pada figur khusus, terutama ketika dibawah tekanan
(Colin, 1996).
Kelekatan pada orang dewasa didefinisikan sebagai kecenderungan yang
stabil pada individu untuk berusaha keras mencari dan memelihara kedekatan
dengan seseorang atau orang tertentu/khusus yang memberikan potensi subjektif
rasa aman dan terlindungi terhadap fisik maupun psikis (Berman dan Sperling;
dalam Potter-Efron, 2005). Hendrick menambahkan kelekatan pada dewasa
sebagai kelekatan romantis yang diartikan sebagai perilaku yang melibatkan
kedekatan dan ikatan dengan seorang pasangan romantis (McGuirk dan Pettijohn,
2008).
Dari definisi-definisi yang telah disebutkan dapat disimpulkan bahwa
attachment/kelekatan adalah kecenderungan yang stabil dari perasaan, pemikiran
dan perilaku untuk mencari dan memelihara kedekatan dengan seseorang atau
orang tertentu/khusus yang memberikan potensi subjektif rasa aman dan
2.2.2 Model Mental Lekat (Internal Working Model )
Merujuk pada Bowlby (1982) berdasarkan hubungan antara bayi dengan
pengasuh, bayi mengembangkan model lekat (internal working model). Yang
merupakan gambaran mental terhadap orang lain, self, atau terhadap hubungan
yang membimbing pada pengalaman dan perilaku selanjutnya (Mistchel et.al,
2003). Model mental lekat dapat dikonsep sebagai produk pengulangan
pengalaman hubungan kelekatan. Mereka berakar dari proses otak yang sama,
yang secara umum membentuk skema untuk mengatur dan memproses informasi
yang akan melampaui kapasitas kognisi (Fiske dan Taylor, 1991). Tidak seperti
skemata pada kognisi yang sederhana, bagaimanapun juga model mental lekat
adalah pemikiran yang memasukkan afeksi dan perlindungan sebaik sebagaimana
mendeskripsikan komponen kognitif (Betherton, 1985; Main et al., 1985). Model
mental lekat konsisten mengakumulasi pengetahuan mengenai self, figur lekat,
dan hubungan kelekatan. Berfungsi secara terpisah diluar dari kesadaran mereka
melengkapi individu dengan heuristic (cara memecahkan persoalan lewat
pengalaman) untuk mengantisipasi dan menginterpretasi perilaku dan intensitas
orang lain, utamanya figur lekat (Rothbard dan Shaver, 1994).
Simpson (1995 dalam Helmi, 1999) berpendapat bahwa sistem kelekatan
berevolusi secara adaptif sejalan dengan berkembangnya hubungan antar bayi
dengan pengasuh utama; dan akan membuat bayi bertahan untuk tetap dekat
dengan orang yang merawat dan melindunginya. Pengalaman kelekatan ini akan
berarti atau tidak berarti, apakah sebagai orang yang bergantung atau mandiri
pada orang (Helmi, 1999).
Anak yang memiliki model mental positif, merasakan kepuasaan akan
pengalaman dengan orang lain di sekeliling mereka yang mengembangkan model
mental satu sama lain sebagai keterlibatan dan saling memberi, dan menjadikan
diri mereka sebagai yang ahli dan berjasa dalam ikatan kasih sayang (Mischel
dkk, 2003).
Sementara bayi bertumbuh dan berinteraksi dengan orang lain di dalam
dan di luar keluarga, sikap dasar mengenai self tetap konstan, dan sikap dasar
mengenai pengasuh digeneralisasikan pada individu lain. Sebagai akibatnya,
interaksi kita dengan anggota keluarga, orang asing, teman sebaya, sahabat,
pasangan romantis, dan pasangan hidup, hingga derajat tertentu dipengaruhi oleh
apa yang kita pelajari pada masa awal bayi (Hazan & Shaver, 1990; dalam Baron
& Bryne, 2003).
Selama perkembangan sebelumnya, model mental cenderung
mengakomodasi (pengaturan untuk dirinya sendiri) untuk informasi baru
mengenai figur lekat, lingkungan sekitar dan self (Rothbard dan Shaver, 1994).
Model mental lekat dalam hubungan kelekatan merupakan konsep dari
berinteraksi antara anak dengan orang tua. Awalnya tipe kelekatan dapat
menggambarkan pengharapan akan perilaku orang tua dalam berbagai situasi.
Secara epat bayi mengintisarikan pengaharapan tersebut kedalam dalil mengenai
seberapa dekat hubungan bekerja dan seberapa berfungsi dalam kehidupan
sehari-hari dan dalam situasi yang menekan (Crowell dan Treboux, 1995).
Berdasarkan konseptualisasinya mengenai interaksi antara ibu dan anak dan
skema yang ada dipelajari, bowbly (1982) mengatakan bahwa bayi membentuk
satu dari tiga gaya kelekatan secure aman, insecure avoidant tidak aman
menghindar dan insecure ambivalent tidak aman cemas. Gaya yang sama ini dapat
diobservasi lebih jauh dari masa bayi pada interaksi antara ibu dan anak
(Ainsworth et al, 1978; dalam Baron dan Byren, 2003). Dalam paradigma
Ainsworth ibu dan anak diobservasi didalam situasi yang terkontrol, dan ibu
diinstruksikan untuk meninggalkan ruangan dalam waktu singkat pada dua
kesempatan dan mereka lalu kembali pada anak mereka. Ketiga gaya kelekatan
dapat diobservasi pada respon anak terhadap situasi tersebut. Anak-anak yang
secure/aman sedikit terganggu oleh ketidak hadiran ibu, namun dengan cepat
tenang saat ibunya kembali. Anak yang avoidant cenderung menolak ibu dan
menunjukkan kontrol serta kekangan emosi ketika mereka sekali lagi bersama
emosi. Anak yang ambivalent menunjukkan keadaan konflik mereka menangis
ketika dipisahkan dari ibunya, tetapi kembalinya ibu justru mendorong bayi untuk
2.2.3 Tipe Kelekatan/ Attachment Style
Berdasarkan konsep dasar dari pemikiran Bowlby, Ainsworth dan para
koleganya (1978) menciptakan penelitian paradigma yang dikenali sebagai situasi
asing (The strange situation), yang menimbulkan perilaku attachment pada bayi
melalui pengulangan perpisahan dengan figur lekat dan interaksi dengan orang
asing, dan juga menimbulkan perilaku menjelajah dengan memberikan mainan
yang menarik. Berdasarkan reaksi bayi terhadap perpisahan dan pertemuan
kembali pada situasi yang asing, Ainsworth dan kawan-kawan mengidenfikasi
tiga tipe dasar dari kelekatan, satu secure dan dua insecure (Rothbard dan Shaver,
1994).
Teori attachment/kelekatan diformulakan untuk menjelaskan tipe tertentu dari
perilaku, karakteristik yang tidak hanya pada bayi, ataupun anak-anak, tapi juga
remaja dan orang dewasa, hal tersebut yang mendasari konsep dasar
ketergantungan (dependency) dan ketergantungan yang berlebih (over
dependency) (Bowbly, 1988). Tipe kelekatan/attachment style didefinisikan
sebagai suatu tingkah laku hubungan antara dua orang dan bukan suatu sifat yang
diberikan kepada bayi oleh orang yang memberi perhatian. Tipe kelekatan ini
merupakan jalan dua arah bayi dan orang yang memberi perhatian harus responsif
satu sama lain dan masing-masing harus mempengaruhi tingkah laku orang lain
Tipe kelekatan lebih cenderung pada model mental utama dari kelekatan yang
menentukan perilaku manusia sebagai respon terhadap kenyatan atau bayangan
akan perpisahan dan pertemuan kembali dengan figur lekat mereka. Tipe
kelekatan merupakan ketentuan yang dibentuk melalui aksesbilitas dan respon
yang diberikan figur lekat, dan saling melengkapinya aspek pada self, semuanya
disampaikan dalam model lekat attachment atau internal working model (Berman
dan Sperling, 1994). Beberapa sumber menemukan dengan tipe kelekatan anak
dan beberapa darinya kemungkinan ada hingga dewasa. Studi tentang kelekatan
pada dewasa menganggap bahwa setiap invidu kemungkinan membawa dengan
mereka tipe kelekatan yang spesifik dalam hubungan disepanjang hidupnya (e.g
Fraley & Shaver, 1997; Kobak & Sceery, 1988; dalam Mischel dkk, 2003).
Satu penelitian memperlihatkan bahwa kita bisa membawa satu tipe kelekatan
untuk hidup; tipe ini memberi kita kecenderungan untuk menyikapi dengan yakin
dalam hubungan percintaan (Shaver dkk, 1988). Dalam penelitian lainnya peneliti
menemukan suatu kesatuan yang signifikan antara tipe kelekatan dengan kepuasan
dalam berhubungan (Brennan & Shaver, 1995; dalam Strong dkk, 2004).
Studi tentang tipe kelekatan orang dewasa secara umum partisipan
dikelompokkan kedalam salah satu dari tiga kategori, berdasarkan laporan self
mereka yaitu secure, avoidant dan ambivalent. Partisipan juga ditanyai tentang
pengalaman masa anak-anak mereka dengan orang tua, masa lalu mereka dan
menghubungkan laporan self tipe kelekatan responden untuk melaporkan tentang
hubungan personal mereka (Mischel dkk, 2004), dan berikut jenis hubungan yang
diperoleh :
Pertama pada tipe kelekatan aman/secure dewasa dijelaskan bahwa mereka
memiliki keluarga yang mendukung menjadi pribadi yang dapat dipercaya,
hangat, orang tua yang bahagia, bisa mentolerir perpisahan dengan pasangan,
dapat memberikan pasangan dukungan emosional ketika mereka
membutuhkannya, secara umum bentuk positif hubungan romantis, mempercayai
hubungan cinta romantis itu ada dan bisa berlangsung lama (Mischel dkk, 2004).
Sekitar 56% orang dewasa yang bertipe kelekatan aman, ditemukan mereka
memiliki kepuasan yang paling besar dan paling berkomitmen terhadap hubungan
dibanding dengan tipe kelekatan lain (Shaver dkk, 1988; dalam Pistole, Clark, &
Tubbs, 1995; dalam Strong, 2003).
Kedua tipe kelekatan menghindar/avoidant dewasa, dilaporkan mereka
memiliki hubungan keluarga yang jauh, memiliki jarak emosional dengan orang
tua, tidak merasa hangat, tidak dekat atau percaya pada orang tua, cenderung takut
akan keintiman, sulit menemukan komitmen secara emosional, tidak dapat
memberikan dukungan emosional yang tinggi pada pasangan, sinis terhadap cinta
romantis dan meragukannya dapat berlangsung lama (Mischel dkk, 2004)
Dan ketiga tipe kelekatan cemas/ambivalet dewasa dilaporkan mereka
memiliki hubungan romantis tapi tidak bertahan lama, mencemaskan, ketakutan
menyenangkan pasangan, tertekan dengan perpisahan dengan pasangan,
mempercayai bahwa jatuh cinta itu mudah tapi tidak akan berlangsung lama
(Mischel dkk, 2004) mempercayai bahwa orang lain tidak menginginkan
kedekatan seperti yang diinginkannya, mereka khawatir pasangan mereka tidak
benar-benar mencintainya dan akan meninggalkannya, mereka selalu
menginginkan penggabungan yang utuh dengan orang lain yang terkadang
membuat mereka ketakutan orang lain itu pergi, pengalaman mereka dalam cinta
sering terobsesi dan ditandai oleh hasrat untuk menguasai, memiliki tingkatan
tinggi pada ketertarikan seksual dan kecemburuan, biasanya hubungan mereka
bertahan sekitar 6 tahunan, dan sekitar 19-20% orang dewasa diidentifikasi
sebagai tipe anxious-ambivalent (Shaver dkk, 1988; dalam Pistole, Clark, &
Tubbs, 1995; dalam Strong, 2003).
Mikulincer dan Horesh (1999) mengasumsikan bahwa orang-orang yang
berbeda pola kelekatannya memiliki kecenderungan berpikir, merasakan, dan
bertindak secara spesifik didalam hubungan mereka. Sehingga paling tidak
sebagian gaya kelekatan seseorang memiliki efek pada perilaku yang disebabkan
oleh perbedaan dalam persepsi sosial dan perbedaan kemampuan mengatur efek
(Mikulincer dan Sheffi, 2000; dalam Baron dan Byrne, 2005). Inti elemen cinta
yang hadir sama pada anak maupun orang dewasa adalah kebutuhan untuk
merasakan secara emosional perasaan terlindungi dan aman. Ketika pasangan
merespon akan kebutuhan hal ini, orang dewasa akan memandang dunia sebagai
2.3 Kecemburuan, Tipe Kelekatan/Attachment Style Dan Hubungan Romantis
Kecemburuan biasanya berhubungan dengan hubungan romantis (White dan
Mullen, 1989), suatu kebiasaan kompleks yang sering berupa pengalaman
menyakitkan pada suatu hubungan (Sheets dan Wolfe, 2001). Dalam konteks
hubungan romantis White dan Mullen (1989) mendefinisikan kecemburuan
sebagai pikiran, emosi, dan tindakan kompleks yang berasal dari kehilangan akan
(loss of), ancaman (threat to), harga diri (self-esteem) dan keberlangsungan
ataupun kualitas dari hubungan romantis. Penerimaan akan kehilangan atau
ancaman dihasilkan oleh persepsi akan potensi adanya ketertarikan romantis
antara salah satu pasangan dengan saingan (dalam White, 1999).
Kecemburuan bisa muncul disebabkan oleh faktor eksternal berupa
kecenderungan pada perilaku pasangan yang mengikat yang bisa diinterpretasikan
sebagai suatu ketertarikan emosional maupun seksual pada orang lain atau sesuatu
yang lain dan kurangnya ketertarikan emosional maupun seksual pada pasangan
utama. Selain itu kecemburuan dipengaruhi juga oleh faktor internal berupa
kecenderungan pada karakteristik tiap individu yang menempatkan mereka pada
perasaan-perasaan cemburu, perilaku yang membebaskan dari pasangan.
Contohnya termasuk menjadi kurang percaya, memiliki self esteem yang rendah,
semakin tingginya keterlibatan dan ketergantungan terhadap hubungan, dan tidak
menerima keberadaan pasangan alternatif (Pines, 1992; dalam Knox dan Schacht,
Bryson (1991) menekankan kecemburuan sebagai sebuah kombinasi emosi
daripada sebagai satu emosi. Banyak peneliti berargumen bahwa kecemburuan
merupakan sejenis kekhawatiran akan ancaman pada hubungan (White dan
Mullen, 1989; dalam Edalati dan Redzuan, 2010).
Smith, Parrot, Gerrod, dan Edvard (1999) menjelaskan ketika salah satu
pasangan tertarik pada siapa saja yang dianggap menarik, salah satunya bisa
cemburu karena mereka ingin memelihara hubungan khusus dan berharga tersebut
sebagai hubungan yang penting untuk harga dirinya. Kecemburuan romantis
secara signifikan dan positif berhubungan dengan permintaan hubungan alternatif,
penerimaan informasi ancaman terhadap self dan hubungan romantis (Rydell,
McConnel, dan Bringle, 2004). Clanton (1981) berargumen bahwa fungsi
kecemburuan adalah untuk melindungi hubungan yang berharga. Kecemburuan
juga berhubungan dengan sisi gelap dari hubungan (dalam Buss, 2000). Hal
tersebut melibatkan tiga individu yaitu, cemburu, yang tersayang/pasangan, dan
saingan/pesaing (Parrot, 1991). Untuk kecemburuan yang hadir, salah satu
pasangan beresiko kehilangan cinta salah satu pasangan dan menderita karena
kehilangan orang dimilikinya. Guerrero dan kawan-kawan (2004) menekankan
bahwa wanita lebih menyukai mencari dukungan dari orang lain daripada pria,
berusaha untuk memperbaiki hubungan, meminta komitmen pada pasangan,
mengekspresikan efek negatif, memanfaatkan komunikasi integral menggunakan
bahasa verbal sebagai isyarat kepemilikan dalam merespon perasaan cemburu
Para psikolog telah tertarik mengenai ikatan attachment antar individu.
Mengikuti teori attachment yang dikemukan Bowbly (1980) perilaku kelekatan
(attachment behaviour) merupakan bentuk dari berbagai perilaku yang termasuk
didalamnya pencarian kedekatan seseorang dengan individu lainnya. Tujuan dari
perilaku adalah memelihara ikatan yang telah terbentuk dengan figur lekat.
Beberapa teori beragumentasi bahwa kelekatan membantu spesies untuk dapat
bertahan, dikatakan demikian karena kemampuan bayi untuk menghindari bahaya
dengan tetap dengan pengasuhnya. Walaupun biasanya berkembang untuk
menjelaskan hubungan bayi dengan pengasuh, tipe kelekatan juga bisa
dihubungkan dengan perkembangan hubungan romantis (Bowbly, 1980;
PistolShi, 2003; Oliver dan Shirkey, 2008).
Teori kelekatan membantu kita untuk memahami bagaimana hubungan orang
dewasa berkembang, permasalahan apa yang bisa terjadi padanya, dan apa yang
bisa dilakukan ketika permasalahan itu datang. Pada teori ini cinta dilihat sebagai
bentuk dari kelekatan, kedekatan, ikatan emosional yang terus menerus yang
ditemukan berakar dari semenjak bayi (Hazan dan Shaver, 1987; Shaver, 1984;
Shaver, Hazan dan Bradshaw, 1988; dalam Strong et al., 2003).
Diasumsikan bahwa orang-orang yang berbeda pola kelekatannya memiliki
kecenderungan berpikir, merasakan, dan bertindak secara spesifik didalam
hubungan mereka. Sehingga paling tidak sebagian gaya kelekatan seseorang