• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara tipe kelekatan ( attachment style) dengan kecemburuan pada pasangan berpacaran mahasiswa fakultas Psikologi Unversitas Negeri Islam (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara tipe kelekatan ( attachment style) dengan kecemburuan pada pasangan berpacaran mahasiswa fakultas Psikologi Unversitas Negeri Islam (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

Skripsi diajukan untuk memenuhi prasyarat untuk memperoleh

gelar sarjana psikologi

Disusun Oleh : Nenden Damayanti

102070025971

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

BERPACARAN MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat mencapai

gelar Sarjana Psikologi

Oleh :

Nenden Damayanti NIM : 102070025971

Di Bawah Bimbingan :

Pembimbing I Pembimbing II

Neneng Tati Sumiati, M.Si.,Psi Drs. Rachmat Mulyono, M.Si.,Psi NIP. 19730328 200003 2 003 NIP. 19650220 199903 1 003

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

(ATTACHMENT STYLE) DENGAN KECEMBURUAN PADA PASANGAN BERPACARAN MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 09 Agustus 2010. Skripsi ini telah

diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Psikologi.

Jakarta, 09 Agustus 2010

Sidang Munaqasyah

Dekan / Pembantu Dekan /

Ketua merangkap anggota, Sekretaris merangkap anggota,

Jahja Umar, Ph.D Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si NIP. 130 885 522 NIP. 1956 1223 198303 2 001

Anggota

Ikhwan Lutfi, M.Si.,Psi Neneng Tati Sumiati, M.Si.,Psi NIP. 1973010 200501 1 006 NIP. 19730328 200003 2 003

(4)

Motto

Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia

menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri supaya

kamu cenderung dan merasa tentram

(QS Al-Ruum 30:21)

Cinta adalah melepaskan diri dari ketakutan

(Gerald Jampolsky)

Keberanian seseorang makin terukur ketika dia sangat yakin

untuk rela dicintai

(Sigmund Freud)

Ingat selalu kebaikan orang lain kepada kita dan lupakanlah

kebaikan kita pada orang lain

(Ali bin Abi Thalib r.a)

Skripsi ini saya persembahkan kepada

bapak dan ibu tercinta

serta keluarga, saudara dan sahabat

(5)

ABSTRAKSI

(A) Fakultas Psikologi

(B) Agustus 2010 M / Syaban1431 H

(C) Nenden Damayanti

(D) Hubungan Antara Tipe Kelekatan (Attachment Style) Dengan Kecemburuan Pada Pasangan Berpacaran Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

(E) xiii + 85 halaman + Lampiran

Berkembangnya saling ketergantungan dalam hubungan percintaan dan memasuki tahapan hubungan yang semakin erat, pada satu sisi menjawab kebutuhan emosional satu sama lain. Di sisi lain, dapat berarti bentangan masalah yang menimbulkan ketegangan-ketegangan, antara lain kecemburuan. Salah satu yang mempengaruhi kecemburuan adalah perbedaan pandangan seseorang tentang hubungan percintaan dan ancaman yang ada.

Pada tipe kelekatan orang dewasa, yang menyatakan pandangan adanya perbedaan keistimewaan dari suatu hubungan yang akrab/intim termasuk didalamnya reaksi cemburu terhadap ancaman kehilangan. Hubungan romantis biasanya menjadi hubungan attachment, individu dengan perbedaan kecemburuan biasanya tersambung dengan perbedaan pada perilaku attachment. Dengan kata lain kecemburuan merupakan perasaan yang bangkit ketika sebuah hubungan attachment itu terancam oleh orang ketiga. Untuk contoh bahwa cemburu diterima lebih terbuka pada individu tipe insecure, lalu pada tipe secure individu lebih senang memperlihatkan kecemburuan dengan marah (Sharpsteen & Kirkpatrick, 1997).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikansi hubungan antara tipe kelekatan dengan kecemburuan pada pasangan berpacaran mahasiswa fakultas Psikologi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik accidental

sampling dengan jumlah sampel sebanyak 65 mahasiswa dengan status

berpacaran. Pengumpulan data menggunakan model skala Likert, yang terdiri dari skala tipe kelekatan dengan 36 item, dan skala kecemburuan dengan 32 item. Reliabilitas pada skala kecemburuan adalah 0.841, dan pada skala tipe kelekatan adalah 0.788. Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan rumus korelasi Pearson Product Moment, diperoleh r-hitung (0.265) lebih besar dari r-tabel (0.250) pada signifikansi 0.05. hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan antara tipe kelekatan

(attachment style) dengan kecemburuan pada pasangan berpacaran

mahasiswa fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Diantara saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian ini untuk penelitian selanjutnya adalah untuk mendapatkan informasi mengenai

(6)

hubungan romantis baik itu tipenya, maupun kejadian-kejadian yang terjadi didalam baiknya menggunakan sampel yang telah memiliki hubungan cinta yang telah stabil, misalnya pada pasangan yang sudah menikah.

Kata kunci : Tipe kelekatan (attachment style), kecemburuan, mahasiswa berpacaran

(F) Daftar bacaan : 25 buku (1993-2010) + 10 jurnal + 3 internet + 1 skripsi

(7)

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Segala puji hanya bagi Allah SWT di setiap saat dan waktu. Dengan mengucap

rasa syukur kehadirat Ilahi Rabbi atas Rahmat dan Inayah-NYA penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam tetap tercurah kepada hamba yang

paling mulia di atas sekalian para hamba, Rasulullah SAW, beserta keluarga, para

sahabat serta orang-orang yang menjadi pengikutnya hingga akhir zaman.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini juga tidak dapat selesai tanpa

adanya bimbingan dan dukungan yang penuh ketulusan, baik secara moril maupun

materil dari semua pihak. Oleh karena itu, pantas penulis haturkan ucapan terima

kasih yang mendalam kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian

penelitian ini. Diantaranya kepada :

1) Dekan Fakultas Psikologi, Jahja Umar, Ph.D., Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si,

Pembantu dekan bidang akademik Fakultas Psikologi Para dosen dan segenap

civitas Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, atas segala ilmu,

dan pengalaman, serta kelancaran akademik yang telah diberikan kepada

penulis.

2) Dosen pembimbing I, Neneng Tati Sumiati, M.Psi, Psi dan dosen pembimbing

II, Drs. Rachmat Mulyono, M.Si, Psi. serta penguji I, Ikhwan Lutfi, M.Si, Psi

terima kasih atas kesabaran dan segala bimbingan yang telah diberikan kepada

penulis selama penyelesaian skripsi ini.

3) Dosen Pembimbing Akademik Abdul Rahman Shaleh, M.Si, terima kasih atas

dukungan tanpa henti untuk menyelesaikan tugas penulis.

4) Bapak dan Ibu tercinta, yang senantiasa sabar dan tabah untuk selalu memberi

dukungan baik materi maupun moral, doa yang tak henti juga kepercayaan

penuh untuk anak-anaknya, untuk teh Tuti, teh Ida, teh Lilis, a Asep, dan a

Ayep beserta keluarganya begitu berharga segala dukungan dan

(8)

kepercayaannya yang terus mendampingi penulis hingga akhir. Terima kasih

dan mohon maaf sebesar-besarnya keluargaku untuk segalanya.

5) Sri Nurhayati, Enur Nuraini, Eva Verawati, kak Mitri teman segala suka

dukaku, Ana, Udloh, Ai, Teteh, Ina, Athap, mba Ami, Neneng, Yoga, Chami,

Dwi, Rika, Hanana, Munajat, Rita dan seluruh teman-teman mahasiswa di

fakultas Psikologi UIN khususnya angkatan 2002/B, Ida, mba Mur, Nuri,

Murni, Linda para penghuni kosan pak Lubis Semanggi. Terima Kasih untuk

semua atas segala kebersamaannya.

6) Seluruh pihak yang tak tertera namun tanpa mengurangi rasa hormat telah

berjasa dan terlibat dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga Allah meridhoi dan memberikan pahala yang tak henti-hentinya

sebagai balasan atas segala kebaikan dan bantuan yang diberikan kepada penulis.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya akan kekurangan

dan ketidaksempurnaan. Harapan penulis, semoga skripsi ini memberi manfaat,

khususnya bagi penulis dan umumnya bagi seluruh pembaca. Amin

Terima Kasih

Jakarta, Agustus 2010

Penulis

Nenden Damayanti

(9)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Persetujuan ... ii

Halaman Pengesahan ... iii

Motto ... iv

Abstrak ... v

Kata Pengantar ... vii

Daftar Isi ... ix

Daftar Tabel... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ...1 – 15 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 12

1.2.1 Pembatasan masalah ... 12

1.2.2 Perumusan masalah ... 13

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 13

1.3.1 Tujuan penelitian ... 13

1.3.2 Manfaat penelitian ... 14

1.4 Sistematika Penulisan ... 14

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA ... 16 – 43 2.1. Kecemburuan ... .16

2.1.1. Pengertian Kecemburuan ... .16

(10)

2.1.2 Faktor-faktor Kecemburuan ... 17

2.1.3 Komponen/Aspek kecemburuan ... 20

2.1.4 Proses Kecemburuan ... 22

2.1.5 Tipe-tipe Kecemburuan………... 24

2.1.6 Gender dan kecemburuan…………... ... 25

2.2 Attachment/kelekatan……… ……….. 26

2.2.1 Pengertian Attachment/Kelekatan.………... 26

2.2.2 Model Mental Kelekatan ………...……….. 29

2.2.3 Tipe Kelekatan/ Attachment Style………... 32

2.3 Kecemburuan, Tipe Kelekatan/Attachment Style Dan Hubungan Romantis……….. 36

2.4 Kerangka Berpikir... 39

2.5 Hipotesis ... . 43

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ... 44-62 3.1 Jenis Penelitian ... 44

3.1.1. Pendekatan dan metode penelitian ... 44

3.2 Variabel Penelitian ………. 44

3.2.1 Definisi konseptual ... 45

3.2.2 Definisi operasional variable ………. 45

3.3 Pengambilan Sampel……… 46

3.3.1 Populasi dan sampel……… 46

3.3.2 Teknik pengambilan sampel ... 47

(11)

3.4 Teknik pengumpulan data... 48

3.4.1 Metode dan instrumen pengumpulan data ... 48

3.4.2 Skala Kecemburuan... 49

3.4.3 Skala Tipe kelekatan ... 53

3.5 Teknik analisis data ... 59

3.6 Prosedur penelitian ……….. 61

3.6.1 Persiapan ……….. 61

3.6.2 Pelaksanaan ………. 61

3.6.3 Pengolahan data ………. 61

BAB 4 PRESENTASI DAN ANALISIS DATA ... 63-79 4.1 Gambaran Umum Responden ... 63

4.1.1 Berdasarkan Usia ………. 63

4.1.2 Berdasarkan Tingkat Semester ……… 64

4.1.3 Berdasarkan lama hubungan ……… 64

4.2 Deskripsi Data penelitian ………. 65

4.2.1 Deskripsi Skor Statistik Responden……….. 65

4.2.2 Deskripsi Statistik Tipe Kelekatan dan Kecemburuan …. 66 4.2.3 Deskripsi Statistik Hubungan Tipe Kelekatan (Attachment Style) dengan Kecemburuan ………..68

(12)

4.3 Uji Hipotesis ……… 71

4.4 Pembahasan Hasil ... 76

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN ... 79-86

5.1. Kesimpulan ... 78

5.2. Diskusi ... 78

5.3. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(13)

DAFTAR TABEL

Gambar 1 Skema Proses Hubungan Tipe Kelekatan Dengan Kecemburuan.... 55

Tabel 3. 1 Skor alternatif jawaban kategori pernyataan kecemburuan... 50

Tabel 3.2 Blue print kecemburuan try out ………...50

Tabel 3.3 Blue print kecemburuan penelitian……... 52

Tabel 3.4 Skor alternatif jawaban pada kategori pernyataan Tipe Kelekatan/Attachment style ... 54

Tabel 3.5. Blue print attachment style try out... 55

Tabel 3.6. Blue print attachment style penelitian……... 57

Tabel 4.1. Jumlah sampel terpilih... 63

Tabel 4.2 Gambaran umum responden berdasarkan rentang usia ... 64

Tabel 4.3 Gambaran umum responden berdasarkan tingkat semester ... 64

Tabel 4.4 Gambaran umum responden berdasarkan lama hubungan... 65

Tabel 4.5 Deskripsi statistik Kecemburuan dan Tipe Kelekatan ……… 65

Tabel 4.6 Deskripsi Statistik Secure, Avoidant, dan Ambivalent ……………. 66

Tabel 4.7 Deskripsi Data penelitian Tipe kelekatan (Attachment style) ……..67

Tabel 4.8 Deskripsi Skor Kategori Avoidant, Secure, dan Ambivalent………. 67

Tabel 4.9 Deskripsi Data Penelitian Kecemburuan ……….68

Tabel 4..10 Deskripsi Skor Kategori Kecemburuan………... 68

Tabel 4.11 Aman/secure * kecemburuan Crosstabulation ……… 68

Tabel 4.12 Menghindar/Avoidant * kecemburuan Crosstabulation ………….. 69

Tabel 4.13 Cemas/Ambivalent * kecemburuan Crosstabulation……… 70

Tabel 4.14 Uji Hipotesis Tipe Kelekatan dan Kecemburuan ……… 72

(14)

xiv

Tabel 4.15 Korelasi Kecemburuan dengan secure, avoidant dan ambivalent…73

Tabel4.16 Korelasi Parsial secure terhadap avoidant dan ambivalent ……… 74

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Usia 18-24 merupakan usia rata-rata para mahasiswa menjalani kehidupan

di kampus. Bloom (dalam Saragih dan Irmawati, 2000 ) menyatakan bahwa dalam

kehidupan di kampus mahasiswa menghadapi berbagai permasalahan, baik itu

permasalahan yang berhubungan dengan perkuliahan itu sendiri ataupun

permasalahan dengan kehidupan sosial mereka.

Dengan semua permasalahan yang dihadapi mahasiswa di kampus, akan

lebih baik jika mahasiswa mempunyai teman dekat untuk menolong mereka

mengatasi segala tekanan. Ditemukan pada mahasiswa yang memiliki tingkat

pergaulan yang tinggi dikampus memiliki derajat lebih tinggi dalam hal

dukungan/dorongan, keterlibatan dan prestasi di perguruan tinggi (Berger dalam

Pham, 2009).

Salah satu hubungan pertemanan yang biasa dijalani oleh mahasiswa

diantaranya adalah berpacaran. Bird Melville (1994, dalam Nisa, 2010)

menyatakan bahwa pacaran adalah pertemuan-pertemuan antara dua orang yang

sama secara khusus diarahkan untuk menjalin komitmen ke arah pernikahan. Pada

umumnya berpacaran yang serius akan bertujuan kejenjang pernikahan. Oleh

(16)

karena itu, masa berpacaran adalah masa untuk membangun suatu hubungan yang

kuat dengan saling menerima setiap kelebihan dan kekurangan pasangan kita.

Begitu juga hal mahasiswa berpacaran ini berlaku di universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta termasuk di fakultas Psikologi. Pada tahun 2008

berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Rizki Amaliah diperoleh hasil 32

dari 56 mahasiswi fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki

status berpacaran dengan rata-rata lama hubungan diatas 6 bulan dengan intensitas

pertemuan minimal 3 sampai 5 kali dalam seminggu.

Fenomena gaya berpacaran mahasiswa yang salah satunya adalah

menghabiskan waktu bersama dengan pasangan seperti pergi dan pulang dari

kampus bersama, makan bersama, jalan-jalan dan lainnya secara tak langsung

akan membuat suatu keterikatan dan ketergantungan satu pasangan terhadap

pasangan lainnya. Berkembangnya saling ketergantungan dalam hubungan

percintaan dan memasuki tahapan hubungan yang semakin erat, yang pada satu

sisi menjawab kebutuhan emosional satu sama lain, dan di sisi lain juga dapat

berarti bentangan masalah yang menimbulkan ketegangan-ketegangan. Hal yang

mungkin timbul seiring dengan berkembangnya komitmen antara lain selain

kecewa dan kebohongan, adalah cemburu (Widyarini, 2009). Sebagaimana

berdasarkan hasil penelitian oleh Knox dan Zusman (2009) terhadap 1319

mahasiswa Amerika diperoleh hasil 41,7% menyatakan dirinya sebagai orang

(17)

Kecemburuan merupakan kumpulan atau kerjasama dari berbagai macam

perbedaan kata-kata, pengertian, dan gambaran. Salah satunya Menurut Pines

(1998) kecemburuan adalah reaksi yang rumit dalam merespon ancaman yang

terlihat, dimana akan mengakhiri atau menghancurkan suatu hubungan yang

dianggap penting (dalam Demirtas dan Donmez, 2006). Hal serupa dikemukan

Clanton (1981) bahwa kecemburuan adalah reaksi protektif terhadap ancaman

yang hadir pada suatu hubungan yang berharga (dalam Hansen, 1985).

Dalam konteks hubungan romantis White dan Mullen (1989) mendefinisikan

kecemburuan sebagai pikiran, emosi, dan tindakan kompleks yang berasal dari

kehilangan akan (loss of), ancaman (threat to), harga diri (self-esteem) dan

keberlangsungan ataupun kualitas dari hubungan romantis. Penerimaan akan

kehilangan atau ancaman dihasilkan oleh persepsi akan potensi adanya

ketertarikan romantis antara salah satu pasangan dengan saingan ( dalam White,

1999). Hal senada diungkapkan Guerrero dan Anderson (1998), serta Teismann

dan Mosher (1978) yakni kecemburuan merupakan sebuah set dari emosi,

kognisi, dan respon-respon yang berasal dari sebuah penerimaan adanya ancaman

terhadap hubungan oleh saingan (Fleischmann et.al, 2005)

Secara relevan beberapa penelitian kecemburuan berfokus pada konstruksi

yang kompleks yang terjadi pada individu ketika menghadapi ancaman terhadap

hubungan atau pada sikap possesif. Kecemburuan terjadi pada ranah emosi

(18)

berkembang pada perilaku komunikatif (behavioral jealousy). Emotional jealousy

termasuk didalamnya menyiapkan sederet emosi seperti marah, perasaan tidak

aman, ketakutan, dan kesedihan (Pfeiffer dan Wong; dalam Bevan dan Lannuti,

2002). Cognitive jealousy diartikan sebagai pikiran-pikiran individu akan

kekhawatiran, kecurigaan, dan berkenaan dengan kemungkinan hubungan yang

dijalani pasangan dengan saingan. Behavioral jealousy diartikan sebagai

aksi/aktifitas detektif dan protektif, aksi detektif meliputi menanyakan, memeriksa

dan mencari keberadaan pasangan, dan aksi protektif mencakup pada strategi

untuk turun tangan memastikan bahwa tidak terjadi keakraban antara pasangan

dengan saingan (Pfeiffer dan Wong; dalam Hinde, 1997).

Kecemburuan bisa muncul disebabkan oleh faktor eksternal berupa

kecenderungan pada perilaku pasangan yang mengikat yang bisa diinterpretasikan

sebagai suatu ketertarikan emosional maupun seksual pada orang lain atau sesuatu

yang lain dan kurangnya ketertarikan emosional maupun seksual pada pasangan

utama. Selain itu kecemburuan dipengaruhi juga oleh faktor internal berupa

kecenderungan pada karakteristik tiap individu yang menempatkan mereka pada

perasaan-perasaan cemburu, perilaku yang membebaskan dari pasangan.

Contohnya termasuk menjadi kurang percaya, memiliki self esteem yang rendah,

semakin tingginya keterlibatan dan ketergantungan terhadap hubungan, dan tidak

menerima keberadaan pasangan alternatif (Pines, 1992; dalam Knox dan Schacht,

(19)

Intensitas hubungan memiliki pengaruh juga terhadap kecemburuan ,

contohnya, menurut Mathes dan Severa (1981) kecemburuan lebih umum terjadi

pada individu yang sedang jatuh cinta, yang sangat bergantung secara emosional,

dan pasangannya yang kurang memberikan waktu, uang dan emosi (White, 1981).

Berbagai penemuan tersebut konsisten dengan teori evolutionary dalam konsep

kecemburuan sebagai pelindung pasangan, ungkapan dari komitmen, atau usaha

untuk mendapatkan pertanda dari salah satu pasangan (Guerrero dalam

Fleischmann et.al., 2005).

Inti yang paling mendekati pada kecemburuan adalah lebih kepada perasaan

emosional dan perilaku yang timbul ketika hubungan yang berharga terancam

oleh saingan. Dalam kecemburuan dibutuhkan sebuah segitiga hubungan sosial

antara tiga karakter yaitu; orang yang cemburu, orang yang bersama dengan

individu yang berkeinginan cemburu dalam hubungan (pasangan), dan orang yang

mengancam akan mengambil tempat orang yang cemburu dalam hubungan

dengan pasangan (pesaing) (Kazdin, 2000). Selain itu kecemburuan berhubungan

dengan kehilangan kasih sayang, penolakan, kecurigaan, perasaan tidak aman dan

kecemasan (Perreti dan Pudowski; dalamFleischmann et.al., 2005). Bisa juga

pandangan seseorang tentang hubungan percintaan dan ancaman yang ada saling

mempengaruhi. Orang yang memandang hubungan secure, membutuhkan

ancaman yang sangat kuat untuk dapat membuatnya cemburu. Namun, bagi

individu yang merasa insecure pada suatu hubungan, kecemburuan bisa timbul

(20)

Para akademis telah menguji kecemburuan secara mendasar, faktor-faktor

yang mengantar pada kecemburuan, dan hasil dari kecemburuan dalam berbagai

konteks dan tipe dari hubungan interpersonal. Fenomena studi yang luas ini telah

diujikan dalam hubungannya pada variasi yang lebih luas dari faktor psikologis

termasuk insecurity, low self-esteem (White, 1981; Melamed, 1991), emotional

dependence (Mathes dan Severa, 1981; Buunk, 1982; White dan Mullen, 1989),

dan trust (Ellis dan Weinstein, 1986) dan adult romantic jealousy (Sharpsteen dan

Kirkpatrick, 1997).

Jika kembali pada faktor cemburu yang dipengaruhi oleh cara pandang

terhadap hubungan dan ancaman yang ada, memilki konsep terkait dengan tipe

kelekatan khususnya tipe kelekatan orang dewasa, yang menyatakan adanya

perbedaan pandangan keistimewaan dari suatu hubungan yang akrab/intim

termasuk didalamnya perbedaan reaksi cemburu terhadap ancaman kehilangan

(Sharpsteen & Kirkpatrick, 1997).

Dalam teori kelekatan cinta terlihat sebagai bentuk dasar dari kelekatan,

kedekatan, ikatan emosional yang terus menerus, yang berakar semenjak masa

bayi (Hazan dan Shaver, 1987; Shaver, 1984; Shaver, Hazan, dan Bradshaw,

1988), para peneliti menganggap bahwa cinta romantis dan kelekatan antara bayi

(21)

Attachment/kelekatan merupakan ikatan emosional yang terus menerus,

termasuk kecenderungan untuk mencari dan memelihara kedekatan paada orang

tertentu, terutama ketika mendapat tekanan (Potter-Efron, 2005). Sedangkan

kelekatan pada orang dewasa didefinisikan sebagai kecenderungan yang stabil

pada individu untuk berusaha keras mencari dan memelihara kedekatan dengan

seseorang atau orang tertentu/khusus yang memberikan potensi subjektif rasa

aman dan terlindungi terhadap fisik maupun psikis (Berman dan Sperling; dalam

Potter-Efron, 2005). Hendrick menambahkan kelekatan pada dewasa sebagai

kelekatan romantis yang diartikan sebagai perilaku yang melibatkan kedekatan

dan ikatan dengan seorang pasangan romantis (McGuirk dan Pettijohn, 2008).

Bowbly (dalam Bush, 1991) menyatakan bahwa fungsi dari attachment

adalah memelihara kedekatan pada figur attachment. Hasil observasinya

mengatakan bahwa ketika figur attachment ada individu merasa senang dan

merasakan aman. Jika hubungan attachment terancam maka timbul kecemasan,

protes dan berusaha membangun kembali hubungan (Bush, 1991).

Selain itu kelekatan juga berperan dalam kehidupan emosi manusia. Dimana

kebanyakan emosi yang biasanya timbul terjadi selama pembentukan,

pemeliharaan, ketidak teraturan dan pembaharuan pada hubungan attachment.

Pembentukan pada ikatan dijabarkan sebagai jatuh cinta, pemeliharaan ikatan

sebagai mencintai seseorang, dan kehilangan pasangan sebagai kesengsaraan

(22)

kecemasan dan benar-benar kehilangan memberikan penderitaan ketika pada

situasi ini menimbulkan kemarahan (Fraley dan Shaver, 2000).

Mikulincer dan Horesh (1999) mengasumsikan bahwa orang-orang yang

berbeda pola kelekatannya memiliki kecenderungan berpikir, merasakan, dan

bertindak secara spesifik didalam hubungan mereka. Sehingga paling tidak

sebagian gaya kelekatan seseorang memiliki efek pada perilaku yang disebabkan

oleh perbedaan dalam persepsi sosial dan perbedaan kemampuan mengatur efek

(Mikulincer dan Sheffi, 2000; dalam Baron dan Byrne, 2005). Dengan kata lain

tipe kelakatan/attachment style didefinisikan sebagai suatu tingkah laku hubungan

antara dua orang dan bukan suatu sifat yang diberikan kepada bayi oleh orang

yang memberi perhatian. Tipe kelekatan ini merupakan jalan dua arah antara bayi

dan orang yang memberi perhatian yang harus responsif satu sama lain dan

masing-masing harus mempengaruhi tingkah laku orang lain (Semiun, 2006).

Perbedaan utama antara kelekatan pada orang dewasa dengan kelekatan pada

bayi adalah bahwa sistem perilaku lekat pada orang dewasa saling timbal balik.

Dengan kata lain pasangan orang dewasa tidak ditugaskan atau menset aturan

mengenai figur lekat, kedua perilaku dan pelayanan kelekatan sebagi figur lekat

seharusnya (Crowell dan Treboux, 1995).

Dipengaruhi oleh berbagi permasalahan yang ada dalam hubungan

(23)

yang dapat berbeda-beda antara pasangan yang satu dengan yang lain. Tipe

kelekatan ini akhirnya menentukan keberhasilan atau kegagalan suatu hubungan

romantis. Studi tentang tipe kelekatan orang dewasa secara umum partisipan

dikelompokkan kedalam salah satu dari tiga kategori, berdasarkan laporan self

mereka yaitu secure, avoidant dan ambivalent. Partisipan juga ditanyai tentang

pengalaman masa anak-anak mereka dengan orang tua, masa lalu mereka dan

sejarah hubungan romantis mereka serta kepuasaan. Penelitian mencoba

menghubungkan laporan self tipe kelekatan responden untuk melaporkan tentang

hubungan personal mereka (Mischel dkk, 2004).

Hazan dan Shaver (1987), memaparkan tiga tipe kelekatan yang terdiri dari

secure dengan ciri memiliki kesiapan untuk berhubungan erat, merasa nyaman

bergantung terhadap pasangan, dan tidak ada kekhawatiran bahwa pasangan akan

meninggalkannya. kemudian avoidant dengan ciri tidak nyaman dalam

kedekatan/keintiman dan kurang percaya terhadap pasangan, sulit mengizinkan

diri sendiri untuk bergantung pada pasangan, gugup ketika orang lain terlalu

dekat. Dan ambivalent memiliki ciri-ciri mempersepsikan pasangan terlalu jauh,

bahwa pasangan tidak mencintai, dan ingin meninggalkan, ingin meleburkan diri

sepenuhnya dengan pasangan, merasa pasangan tidak menginginkan kedekatan

sebesar keinginannya. Ketiga tipe tersebut merupakan adaptasi dari tiga kategori

yang dikemukakan oleh Ainsworth yang dibuat sebagai dasar gambaran dari

pengaturan perbedaan individu dalam hal bagaimana orang dewasa berpikir,

(24)

berpendapat bahwa ketiga tipe tersebut mempunyai kualifikasi untuk

membedakan tipe romantis atau ikatan yang diperbaharui (Fraley dan Shaver,

2000).

Sekitar 56% orang dewasa yang bertipe kelekatan aman, ditemukan

mereka memiliki kepuasan yang paling besar dan paling berkomitmen terhadap

hubungan dibanding dengan tipe kelekatan lain (Shaver dkk, 1988; dalam Pistole,

Clark, & Tubbs, 1995; dalam Strong, 2003). 23- 24% orang dewasa bertipe

kelekatan avoidant (Hazan dan Shaver, 1987) Dan sebanyak 19-20% orang

dewasa diidentifikasi sebagai tipe anxious-ambivalent (Shaver dkk, 1988; dalam

Pistole, Clark, & Tubbs, 1995; dalam Strong, 2003).

Penelitian yang bersifat replikasi kemudian dilakukan di berbagai negara

seperti Amerika, Israel dan sebagainya, antara lain Trust (Mikuliner, 1990),

Depresi dan distress (Buren&Cooley, 2002), Self (Mikuliner, 1995), Kepribadian

(Heaven dkk, 2004) ada pun di Indonesia ada tipe kelekatan berkaitan dengan

gaya hubungan romantis (Helmi, 1992) dan Gaya berpacaran pada remaja

(Sulistiyani, 2002).

Menurut Santrock (1999), cinta romantis sangat penting diantara para

mahasiswa. Penelitian tentang cinta juga lebih banyak menggunakan mahasiswa

sebagai subjek penelitiannya (Brigham, 1986; Brehm, 1992; Santrock, 1999;

Taylor dkk, 2000 dalam Saragih dan Irmawati, 2000). Oleh karena hal tersebut

(25)

penelitian Rizki Amaliah yang menyatakan 32 dari 56 mahasiswi fakultas

Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki status berpacaran dengan

rata-rata lama hubungan diatas 6 bulan dengan intensitas pertemuan minimal 3

sampai 5 kali dalam seminggu. selanjutnya peneliti memilih untuk fokus pada

subjek mahasiswa psikologi yang berstatus berpacaran.

Hasil dari penelitian-penelitian mengenai tipe kelekatan pada orang dewasa

diatas dapat ditarik kesimpulan umum yaitu, pertama tipe kelekatan pada masa

anak-anak tampaknya bermanfaat untuk menjelaskan gaya interaksi sosial pada

masa dewasa. Kedua orang dewasa dengan tipe kelekatan berbeda akan

mempunyai kualitas hubungan romantis yang berbeda pula. Ketiga perbedaan tipe

kelekatan berakar dari model kognisi diri dan orang lain.

Cemburu sering dijabarkan sebagai suatu ungkapan yang terjadi ketika

seorang individu merasa takut kehilangan pasangan mereka dan sistem kelekatan

bekerja berasal dari tiga golongan kejadian yang terfokus pada kehilangan

(Sharpsteen &Kirkpatrick, 1997). Dua dari tiga golongan kejadian itu adalah

adanya kecemburuan. Pertama salah satu cara untuk mengaktifkan sistem

attachment/kelekatan adalah melalui perpisahan dengan figur lekat dan kedua

ancaman berpisah dengan figur lekat. Perpisahan dari pasangan individu bisa jadi

menyebabkan timbulnya sistem kelekatan mereka, dan tipe mereka akan

(26)

kelekatan dipicu oleh kejadian sama, penerimaan fungsi yang sama, dan termasuk

emosi yang sama (Sharpsteen & Kirkpatrick, 1997).

Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas, maka penulis tertarik untuk

meneliti bagaimana Tipe kelekatan dengan Kecemburuan pada Pasangan Berpacaran Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta”.

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah 1.2.1 Pembatasan Masalah

Agar pembatasan masalah lebih terarah, maka diperlukan pembatasan pada

ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas guna menghindari adanya salah

pengertian sehingga tidak menyimpang ke masalah lain. Karena itu pokok

bahasan dari penelitian ini dapat diberi penjeasan sebagai berikut :

1. kecemburuan disini adalah reaksi kompleks berupa emosi, pikiran dan

perilaku yang disebabkan kemungkinan atau adanya ancaman dari orang

ketiga terhadap hubungan berharga yang sedang dijalani. Aspek emosi

diukur sebagai respon apa yang mereka rasakan ketika didalam situasi

yang menimbulkan kecemburuan. Aspek kognisi mengukur bagaimana

variasi pemikiran mereka yang mengarah pada kecurigaan pada pasangan.

Dan aspek perilaku mengukur bagaimana keterikatan mereka terhadap

(27)

2. tipe kelekatan (Attachment style) adalah perbedaan individu dalam hal

bagaimana berpikir, merasa, dan bertindak dalam suatu hubungan romantis

yang dipengaruhi oleh berbagi permasalahan yang ada dalam hubungan

romantis. Dimana perbedaan ini dimasukkan dalam tiga kategori yaitu

secure dengan ciri memiliki kesiapan untuk berhubungan erat, merasa

nyaman bergantung terhadap pasangan, dan tidak ada kekhawatiran bahwa

pasangan akan meninggalkannya. kemudian avoidantdengan ciri tidak

nyaman dalam kedekatan/keintiman dan kurang percaya terhadap

pasangan. Dan ambivalent memiliki ciri-ciri mempersepsikan pasangan

terlalu jauh, bahwa pasangan tidak memcintai, dan ingin meninggalkan.

3. Mahasiswa dalam penelitian ini adalah mahasiswa reguler fakultas

Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang

berpacaran

1.2.2 Perumusan masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara tipe kelekatan (attachment style)

dengan kecemburuan pada pasangan berpacaran mahasiswa fakultas Psikologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta?”

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Mengetahui signifikansi hubungan antara tipe kelekatan

(28)

pada pasangan berpacaran mahasiswa di fakultas Psikologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini dibagi dua, yaitu manfaat teoritis dan manfaat

praktis

• Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu

pengetahuan dari teori psikologi pada umumnya, dan khususnya

psikologi sosial dan kepribadian berdasarkan tipe kelekatan pada

mahasiswa dengan dampak kecemburuan terhadap hubungan.

• Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai

tipe kelekatan dengan kecemburuan pasangan berpacaran pada

mahasiswa.

1.4 Sistematika penulisan

Pada penulisan laporan penelitian ini, penulis menggunakan Pedoman

Penyusunan dan Penulisan Skripsi yang dikeluarkan oleh Fakultas Psikologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun sistematika

(29)

Bab 1 Pendahuluan

Pada bab ini penulis akan menyampaikan uraian latar belakang

masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, sistematika penulisan.

Bab 2 Kajian Pustaka

Pada bab ini penulis akan membicarakan tentang landasan teori yang

berkaitan dengan masalah penelitian yang digunakan untuk melihat

permasalahan yang diteliti, meliputi teori tentang kecemburuan, teori

tipe kelekatan, kerangka berpikir, dan hipotesa

Bab 3 Metodologi Penelitian

Pada bab ini penulis akan mengemukakan tentang metode penelitian

yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian, meliputi pendekatan

penelitian dan metode penelitian, definisi konseptual dan definisi

operasional variabel, populasi dan sampel, teknik pengambilan

sampel, metode dan instrumen penelitian, teknik uji instrumen

penelitian, teknik analisa data, dan prosedur penelitian.

Bab 4 Hasil Penelitian

Pada bab 4 ini penulis mengemukakan tentang gambaran umum

responden penelitian, deskripsi skor responden, dan uji hipotesis.

Bab 5 Kesimpulan, diskusi, dan saran

Pada bab ini penulis mengemukakan kesimpulan yang diperoleh dari

hasil penelitian, diskusi dan saran-saran yang perlu diperhatikan

(30)
(31)

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini akan dipaparkan teori-teori pendukung yang berkaitan dengan

tipe kelekatan (Attachment style) dan kecemburuan. Secara rinci, bab ini akan

mengulas mengenai teori tipe kelekatan, teori kecemburuan, tipe kelekatan,

kecemburuan dan hubungan romantis, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.

2.1 Kecemburuan

2.1.1 Pengertian Kecemburuan

Secara tata bahasa kata kecemburuan (jealousy) diambil dari bahasa Perancis

jalousie, dibentuk dari kata jaloux (jealous) berasal dari bahasa latin zelosus (full

of zeal), yang berasal dari bahasa yunani zelosus yang berarti fervour

(menyala-nyala), warmth (memanas), ardour (panas perasaan) atau keinginan yang intens

(Buss, 2000).

Menurut Encyclopedia Of Psychology (2000) kecemburuan merupakan

emosi, perasaan dan perilaku yang timbul ketika hubungan yang bernilai terancam

oleh saingan.

Pines (1998) menyebutkan kecemburuan adalah reaksi yang rumit dalam

merespon ancaman yang terlihat, dimana akan mengakhiri atau menghancurkan

suatu hubungan yang dianggap penting (Demirtas dan Donmez, 2006). Hampir

(32)

senada dengan teori dikemukakan oleh Clanton (1981) yang menyebutkan bahwa

kecemburuan adalah reaksi protektif untuk menghadapi ancaman pada hubungan

yang berharga (dalam Hansen, 1985).

White dan Mullen (1989) melengkapi dengan mendefinisikan kecemburuan

sebagai ”a complex thoughts, emotions, and actions that follows the loss of, or

threat to, self-esteem and/or existence or quality of the romantic relationship

Yang diterjemahkan pikiran, emosi, dan tindakan kompleks yang berasal dari

kehilangan akan (loss of), ancaman (threat to) terhadap harga diri (self-esteem)

dan keberlangsungan ataupun kualitas dari hubungan romantis (dalam White,

1999).

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kecemburuan

merupakan reaksi emosi, pikiran dan perilaku sebagai respon dari adanya

ancaman terhadap suatu hubungan yang dianggap penting atau berharga, dimana

disini ancaman tersebut adalah orang ketiga pada suatu hubungan romantis.

2.1.2 Faktor-faktor Kecemburuan

Kecemburuan bisa muncul disebabkan oleh faktor-faktor berikut :

1. faktor eksternal

faktor eksternal cenderung pada perilaku pasangan yang mengikat

(33)

a. Suatu ketertarikan emosional maupun seksual pada orang lain atau

sesuatu yang lain.

b. Kurangnya ketertarikan emosional maupun seksual pada pasangan

utama.

2. faktor internal

Menurut Pines (1992) faktor internal dari kecemburuan cenderung

pada karakteristik tiap individu yang menempatkan mereka pada

perasaan-perasaan cemburu, perilaku yang membebaskan dari pasangan. Contohnya

termasuk menjadi kurang percaya, memiliki self esteem yang rendah,

semakin tingginya keterlibatan dan ketergantungan terhadap hubungan,

dan tidak menerima keberadaan pasangan alternatif (dalam Knox dan

Schacht, 2010).

Penjelasan selanjutnya dari faktor internal adalah sebagai berikut :

a. Mistrust (ketidak percayaan), jika individu pernah dikhianati pada

hubungan sebelummya, individu tersebut kemungkinan akan belajar

untuk kurang mempercayai hubungan selanjutnya. Sebagaimana

kurang percaya itu berkembang dengan sendirinya dalam

kecemburuan.

b. Low self-esteem, individu yang memiliki self esteem rendah

menekankan untuk menjadi cemburu karena kurangnya rasa self-worth

(34)

dan mencintai mereka (Khanchandani, 2005 ; dalam Knox dan

Schacht, 2010). Perasaan tidak berharga mungkin mengkontribusi pada

kecurigaan bahwa orang lain lebih berharga.

c. Anxiety, secara umum individu yang mengalami kecemasan tertinggi

juga memperlihatkan kecemburuan yang lebih (Khanchandani, 2005

;dalam Knox dan Schacht, 2010).

d. Lack of perceived alternatives, individu yang tidak memiliki alternatif

pasangan lain atau tidak merasa tertarik lagi pada orang lain

kemungkinan cepat merasa cemburu. Mereka merasa demikian karena

jika mereka tidak menjaga pasangannya yang sekarang maka mereka

akan sendiri.

e. Insecurity, individu yang merasa tidak aman dalam hubungan dengan

pasangannya kemungkinan mengalami tingkat kecemburuan yang

tinggi. Khancandani (dalam Knox dan Schacht, 2010) menemukan

bahwa individu yang memiliki hubungan dengan jangka waktu

sebentar, yang kurang berkomitmen pada hubungan, dan yang kurang

merasa puas dengan hubungannya, biasanya lebih mudah untuk

cemburu.

Intensitas hubungan memiliki pengaruh juga terhadap kecemburuan,

contohnya, kecemburuan lebih umum terjadi pada individu yang sedang jatuh

cinta, yang sangat bergantung secara emosional (Mathes dan Severa dalam

(35)

uang dan emosi. Berbagai penemuan tersebut konsisten dengan teori evolutionary

dalam konsep kecemburuan sebagai pelindung pasangan, ungkapan dari

komitmen, atau usaha untuk mendapatkan pertanda dari salah satu pasangan

(White, 1981; Guerrero et.al., 2004 dalam Fleischmann et.al., 2005).

kecemburuan bisa berhubungan dengan kehilangan kasih sayang, penolakan,

kecurigaan, perasaan tidak aman dan kecemasan (Perreti dan Pudowski, dalam

Fleischmann et.al., 2005). Selain itu pandangan seseorang tentang hubungan

percintaan dan ancaman yang ada juga saling mempengaruhi. Orang yang

memandang hubungan secure, membutuhkan ancaman yang sangat kuat untuk

dapat membuatnya cemburu. Namun, bagi individu yang merasa insecure pada

suatu hubungan, kecemburuan bisa timbul meskipun ancamannya sangat lemah (

Aditya & Sarwono, 2009).

2.1.3 Komponen/Aspek Kecemburuan

Berdasarkan konsep analisa dari White (dalam Hinde, 1997), bahwa

kecemburuan berisi tiga komponen yaitu pikiran, perasaan dan perilaku. Pfeiffer

dan Wong (1989) menambahkan bahwa antara kognisi, afeksi, dan perilaku yang

terdapat pada kecemburuan tidak saling mengikuti satu sama lain, tetapi bisa juga

saling mensimulasi dan berinteraksi satu sama lain ( dalam Hinde, 1997).

Cognitive jealousy yang diartikan sebagai pikiran-pikiran individu akan

kekhawatiran, kecurigaan, dan berkenaan dengan kemungkinan hubungan yang

(36)

menyiapkan sederet emosi seperti marah, perasaan tidak aman, ketakutan, dan

kesedihan (Pfeiffer dan Wong 1989; dalam Bevan dan Lannuti, 2002). Hal sama

dikemukakan berdasarkan beberapa hasil penelitian bahwa kecemburuan

berkorelasi dengan perasaan-perasaan seperti marah, sedih, cemas, sakit hati,

terancam, merasa dikhianati, tertekan, bingung, tidak aman, tidak tertolong, malu,

ditolak, ketidak percayaan frustasi, dan iri (Guerrero dan Anderson, 1998; dalam

Brown dan Amatea, 2000). Behavioral jealousy diartikan sebagai aksi/aktifitas

detektif dan protektif, aksi detektif meliputi menanyakan, memeriksa dan mencari

keberadaan pasangan, dan aksi protektif mencakup pada strategi untuk turun

tangan memastikan bahwa tidak terjadi keakraban antara pasangan dengan

saingan (Pfeiffer dan Wong, 1989; Hinde, 1997). Adapun konsep

perilaku/tindakan pada cemburu adalah perilaku mengikuti secara protektif dan

bertindak menyelidiki. Sebagai contoh tindakkan protektif dengan cara turut serta

dalam kegiatan pasangan sebagai cara untuk memantau dan memastikan pasangan

tidak berinteraksi dengan pesaing (Pfeiffer & Wong, 1989). Spitzberg dan Eloy

(1995) memperkenalkan respon komunikasi (communicative responses) sebagai

bagian dari komponen dimensi kognisi pada cemburu. Terdapat dua belas tipe

respon komunikasi dan respon komunikasi yang telah dibagi dua, yaitu interactive

responses dan general responses. Interactive responses cenderung pada

komunikasi langsung (face to face communication) atau pasangan mengarahkan

komunikasi dengan bertanya pada pasangan tentang dimana keberadaannya dan

dengan siapa. General responses terdiri dari komunikasi eksternal (tidak seara

(37)

lain-lain) pasangan secara diam-diam/ tidak meminta izin. Respon komunikasi

(communicative responses) lainnya antara lain negative affect expression

(misalnya meperlihatkan raut wajah terluka), integrative communication

(misalnya, meminta maaf), distributive communication (misalnya, kekerasan

secara verbal), manipulation attempts (misalnya, mencibir), third party contact

(mengancam pesaing), dan surveillance behavior (misalnya, memata-matai)

(dalam Pfeiffer & Wong, 1989)

2.1.4 Proses Kecemburuan

Kecemburuan yang dialami seseorang melalui suatu proses dengan melalui

tahapan-tahapan. Menurut White ( Brehm, 1992; dalam Aditya & Sarwono, 2009)

proses kecemburuan melewati lima tahap dibawah ini :

1. Tahap awal (primary appraisal)

Saat seseorang merasakan adanya ancaman pada hubungan

percintaannya, maka dimulailah tahap ini. Tahap ini pula yang

menunjukkan ambang kecemburuan seseorang. Setiap orang memiliki

ambang kecemburuan yang berbeda-beda. Ambang kecemburuan

merupakan suatu titik ketika seseorang mulai cemburu.

Dalam tahap awal ini, pandangan seseorang tentang hubungan

percintaan dan ancaman yang ada saling mempengaruhi. Orang yang

memandang hubungan secure, membutuhkan ancaman yang sangat kuat

(38)

insecure pada suatu hubungan, kecemburuan bisa timbul meskipun

ancamannya sangat lemah.

2. Tahap kedua (secondary appraisal)

Pada tahap kedua ini, individu berusaha untuk memahami situasi

dengan lebih baik dan berpkir mengenai cara mengatasi rasa cemburunya.

Namun, seringkali dalam tahap ini melibatkan pula pikiran catastrophic,

yaitu pengambilan kesimpulan secara ekstrem dan berdasarkan

kemungkinan yang terburuk. Contohnya adalah seseorang yang sedang

cemburu karena pasangannya tidak membalas SMS, dalam tahap ini

mengambil kesimpulan bahwa pasangannya sedang bermesraan dengan

orang lain padahal pasangannya tersebut sedang ada kegiatan yang tidak

dapat diganggu.

3. Tahap ketiga

Tahap ketiga ini melibatkan reaksi emosional. Seseorang yang sedang

mengalami kecemburuan biasanya tidak menyadari bahwa yang mereka

pikirkan adalah hal yang tidak rasional. Jenis-jenis emosi yang dirasakan

saat seseorang sedang mengalami kecemburuan antara lain adalah marah

terhadap pasangan dan/atau orang ketiga, cemas akan kehilangan

hubungan percintaannya, depresi, dan sedih akan kehilangan yang dialami.

4. Tahap keempat

Tahap keempat adalah tahap coping. Menurut Bryson (dalam Brehm,

1992), perilaku coping terhadap kecemburuan dapat dibagi ke dalam dua

(39)

Usaha ini dapat menghasilkan perilaku baik yang konstruktif maupun

destruktif. Contoh usaha yang konstruktif adalah membicarakan masalah

itu dan bersama-sama mencarikan jalan keluarnya sedangkan usaha yang

destruktif adalah menghindari konflik seolah-olah tidak ada masalah sama

sekali.

Kedua adalah usaha untuk mempertahankan self-esteem. Usaha ini

juga bersifat konstruktif namun bisa pula bersifat destruktif. Contoh usaha

yang bersifat konstruktif adalah memutuskan hubungan percintaan dengan

baik-baik sedangkan contoh usaha yang bersifat destruktif adalah

menyerang pasangan baik secara verbal maupun nonverbal.

5. Tahap kelima

Tahap kelima adalah hasil dari perilaku coping. Perilaku coping yang

konstruktif terhadap kecemburuan akan segera mengurangi rasa sakit yang

ditimbulkan oleh rasa cemburu dan berguna juga untuk efek jangka

panjang seperti kesejahteraan orang-orang yang terlibat dan kualitas

hubungan tersebut.

2.1.5 Tipe-tipe Kecemburuan

Bringle dan Buunk (Miller dkk, 2007 ; dalam Aditya & Sarwono, 2009),

menyatakan bahwa terdapat dua tipe kecemburuan (Aditya & Sarwono, 2009).

1. Reactive jealousy yang terjadi ketika seseorang menjadi sadar terhadap

tekanan yang actual pada suatu hubungan yang bernilai (Bringle & Buunk,

(40)

2. Suspicious jealousy terjadi ketika salah satu orang dari pasangan tidak

berbuat kesalahan dan salah seorang lainnya merasa curiga namun tidak

memiliki bukti (Bringle & Buunk, 1991; Miller dkk, 2007; dalam Aditya

& Sarwono, 2009). Suspicious jealousy menyebabkan rasa khawatir, tidak

percaya, waspada, dan tingkah laku memata-matai pasangan untuk

menguatkan hal-hal yang ia curigai.

2.1.6 Gender dan kecemburuan

Hubungan antara kecemburuan dan gender telah mendapat perhatian dari para

ahli, diantaranya adalah Pines dan Aronson (1983) yang meneliti tingkat

kecemburuan partisipan dengan sebuah skala dengan nilai 7, dan mereka

menemukan indikasi bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara laki-laki

dan perempuan di tingkatan kecemburuan. Hal tersebut menjelaskan perlunya

penelitian lebih lanjut untuk mengeneralisasikan keadaan tersebut, sampai

akhirnya beberapa studi menemukan perbedaan yang signifikan dalam reaksi

menghadapi cemburu dalam kajian gender (Buunk et al., 1991; Erber dan Erber,

2001; Shetel-Neuber, Byrson, dan Young, 1978). Penelitian-penelitian tersebut

memperlihatkan bahwa wanita lebih cenderung pada reaksi emosional dan

(41)

Selain itu hasil penelitian memperlihatkan bahwa wanita lebih pecemburu

dibanding pria (DeWeerth & Kalma, 1997 dalam Edalati & Redzuan, 2010).

Buunk (1984) wanita menjadi lebih cemburu dibanding pria ketika mereka

berpikir bahwa hubungan pernikahan mereka rusak. Dibanding pria, wanita lebih

menyukai membuat percobaan besar untuk mempertahankan hubungan ( Bryson,

1991). Wanita ketika cemburu memakai lebih banyak reaksi emotional

-stimulating position (DeWeerth & Kalma, dalam Edalati & Redzuan, 2010). Sheet

& Wolfe (2001) menemukan bahwa pria lebih cepat bereaksi dalam hal sexual

jealousy, dimana pria akan mengalami distress jika pasangannya melakukan

hubungan seksual dengan orang lain. Sementara wanita memperlihatkan lebih

kepada emotional jealousy (dalam Edalati & Redzuan, 2010). Selain itu wanita

akan mengalami distress saat pasangannya berbagi perhatian dengan orang lain,

meskipun pasangannya tersebut belum tentu melakukan hubungan seksual dengan

orang lain (Aditya & Sarwono, 2009).

2.2 Attachment/kelekatan

2.2.1 Pengertian Attachment/Kelekatan

Teori attachment dimulai dari sebuah seminar dengan judul “The Influence Of

Early Environment In The Development Of Neurosis And Neurotic Character

yang diberikan oleh Jhon Bowbly (1907-1990) seorang psikiater di The British

Psychoanalytic Society pada tahun 1939. Setelah satu periode paper ini diperluas

menjadi tiga seri volume, attachment and loss (1969, [direvisi 1982], 1973, 1980)

(42)

dan The Secure Base (1988). Ditahun yang sama Ainsworth membantu

mengembangkan teori tersebut, lebih penting lagi mengadakan sebuah set metode

empiris yang sangat akurat untuk mempelajari proses attachment pada bayi.

Dalam kamus lengkap psikologi karangan JP Chaplin (2005) attachment

diartikan sebagai pelengketan, perkaitan, relasi, ikatan, tersangkut satu sama lain,

hubungan pelekatan, satu daya tarik atau ketergantungan emosional antara dua

orang.

Bowlby menyatakan bahwa atttachment adalah bentuk tingkah laku yang

dapat mengekal, ataupun mendapatkan individu lain (Hasan et.al, 2006).

Attachment/kelekatan merupakan ikatan emosional yang terus menerus yang

termasuk didalamnya kecenderungan untuk mencari dan memelihara kedekatan

dengan orang yang khusus/istimewa. Attachment/kelekatan juga disebutkan

sebagai suatu ikatan yang intens dan terus menerus yang secara biological berakar

dari fungsi perlindungan dari bahaya (Wilson, 2001; dalam Potter-Efron, 2005).

Menurut Flanagan (2003) attachment diartikan sebagai “An emotional bond

between two people especially mother and infant” atau sebuah ikatan emosional

antara dua orang, utamanya ibu dan anak. Cox (2001) menyebutkan kelekatan

sebagai sebuah ikatan emosional yang kuat dengan orang lain. Hendrick (2004)

(43)

yang melibatkan kedekatan fisik, yang secara tak langsung juga kedekatan afeksi

emosional (McGuirk dan Pettijhon, 2008).

Bowlby dan Ainsworth menambahkan attachment sebagai ikatan afektif yang

terus menerus yang dikarakteristikan oleh kecenderungan untuk mencari dan

memelihara kedekatan pada figur khusus, terutama ketika dibawah tekanan

(Colin, 1996).

Kelekatan pada orang dewasa didefinisikan sebagai kecenderungan yang

stabil pada individu untuk berusaha keras mencari dan memelihara kedekatan

dengan seseorang atau orang tertentu/khusus yang memberikan potensi subjektif

rasa aman dan terlindungi terhadap fisik maupun psikis (Berman dan Sperling;

dalam Potter-Efron, 2005). Hendrick menambahkan kelekatan pada dewasa

sebagai kelekatan romantis yang diartikan sebagai perilaku yang melibatkan

kedekatan dan ikatan dengan seorang pasangan romantis (McGuirk dan Pettijohn,

2008).

Dari definisi-definisi yang telah disebutkan dapat disimpulkan bahwa

attachment/kelekatan adalah kecenderungan yang stabil dari perasaan, pemikiran

dan perilaku untuk mencari dan memelihara kedekatan dengan seseorang atau

orang tertentu/khusus yang memberikan potensi subjektif rasa aman dan

(44)

2.2.2 Model Mental Lekat (Internal Working Model )

Merujuk pada Bowlby (1982) berdasarkan hubungan antara bayi dengan

pengasuh, bayi mengembangkan model lekat (internal working model). Yang

merupakan gambaran mental terhadap orang lain, self, atau terhadap hubungan

yang membimbing pada pengalaman dan perilaku selanjutnya (Mistchel et.al,

2003). Model mental lekat dapat dikonsep sebagai produk pengulangan

pengalaman hubungan kelekatan. Mereka berakar dari proses otak yang sama,

yang secara umum membentuk skema untuk mengatur dan memproses informasi

yang akan melampaui kapasitas kognisi (Fiske dan Taylor, 1991). Tidak seperti

skemata pada kognisi yang sederhana, bagaimanapun juga model mental lekat

adalah pemikiran yang memasukkan afeksi dan perlindungan sebaik sebagaimana

mendeskripsikan komponen kognitif (Betherton, 1985; Main et al., 1985). Model

mental lekat konsisten mengakumulasi pengetahuan mengenai self, figur lekat,

dan hubungan kelekatan. Berfungsi secara terpisah diluar dari kesadaran mereka

melengkapi individu dengan heuristic (cara memecahkan persoalan lewat

pengalaman) untuk mengantisipasi dan menginterpretasi perilaku dan intensitas

orang lain, utamanya figur lekat (Rothbard dan Shaver, 1994).

Simpson (1995 dalam Helmi, 1999) berpendapat bahwa sistem kelekatan

berevolusi secara adaptif sejalan dengan berkembangnya hubungan antar bayi

dengan pengasuh utama; dan akan membuat bayi bertahan untuk tetap dekat

dengan orang yang merawat dan melindunginya. Pengalaman kelekatan ini akan

(45)

berarti atau tidak berarti, apakah sebagai orang yang bergantung atau mandiri

pada orang (Helmi, 1999).

Anak yang memiliki model mental positif, merasakan kepuasaan akan

pengalaman dengan orang lain di sekeliling mereka yang mengembangkan model

mental satu sama lain sebagai keterlibatan dan saling memberi, dan menjadikan

diri mereka sebagai yang ahli dan berjasa dalam ikatan kasih sayang (Mischel

dkk, 2003).

Sementara bayi bertumbuh dan berinteraksi dengan orang lain di dalam

dan di luar keluarga, sikap dasar mengenai self tetap konstan, dan sikap dasar

mengenai pengasuh digeneralisasikan pada individu lain. Sebagai akibatnya,

interaksi kita dengan anggota keluarga, orang asing, teman sebaya, sahabat,

pasangan romantis, dan pasangan hidup, hingga derajat tertentu dipengaruhi oleh

apa yang kita pelajari pada masa awal bayi (Hazan & Shaver, 1990; dalam Baron

& Bryne, 2003).

Selama perkembangan sebelumnya, model mental cenderung

mengakomodasi (pengaturan untuk dirinya sendiri) untuk informasi baru

mengenai figur lekat, lingkungan sekitar dan self (Rothbard dan Shaver, 1994).

Model mental lekat dalam hubungan kelekatan merupakan konsep dari

(46)

berinteraksi antara anak dengan orang tua. Awalnya tipe kelekatan dapat

menggambarkan pengharapan akan perilaku orang tua dalam berbagai situasi.

Secara epat bayi mengintisarikan pengaharapan tersebut kedalam dalil mengenai

seberapa dekat hubungan bekerja dan seberapa berfungsi dalam kehidupan

sehari-hari dan dalam situasi yang menekan (Crowell dan Treboux, 1995).

Berdasarkan konseptualisasinya mengenai interaksi antara ibu dan anak dan

skema yang ada dipelajari, bowbly (1982) mengatakan bahwa bayi membentuk

satu dari tiga gaya kelekatan secure aman, insecure avoidant tidak aman

menghindar dan insecure ambivalent tidak aman cemas. Gaya yang sama ini dapat

diobservasi lebih jauh dari masa bayi pada interaksi antara ibu dan anak

(Ainsworth et al, 1978; dalam Baron dan Byren, 2003). Dalam paradigma

Ainsworth ibu dan anak diobservasi didalam situasi yang terkontrol, dan ibu

diinstruksikan untuk meninggalkan ruangan dalam waktu singkat pada dua

kesempatan dan mereka lalu kembali pada anak mereka. Ketiga gaya kelekatan

dapat diobservasi pada respon anak terhadap situasi tersebut. Anak-anak yang

secure/aman sedikit terganggu oleh ketidak hadiran ibu, namun dengan cepat

tenang saat ibunya kembali. Anak yang avoidant cenderung menolak ibu dan

menunjukkan kontrol serta kekangan emosi ketika mereka sekali lagi bersama

emosi. Anak yang ambivalent menunjukkan keadaan konflik mereka menangis

ketika dipisahkan dari ibunya, tetapi kembalinya ibu justru mendorong bayi untuk

(47)

2.2.3 Tipe Kelekatan/ Attachment Style

Berdasarkan konsep dasar dari pemikiran Bowlby, Ainsworth dan para

koleganya (1978) menciptakan penelitian paradigma yang dikenali sebagai situasi

asing (The strange situation), yang menimbulkan perilaku attachment pada bayi

melalui pengulangan perpisahan dengan figur lekat dan interaksi dengan orang

asing, dan juga menimbulkan perilaku menjelajah dengan memberikan mainan

yang menarik. Berdasarkan reaksi bayi terhadap perpisahan dan pertemuan

kembali pada situasi yang asing, Ainsworth dan kawan-kawan mengidenfikasi

tiga tipe dasar dari kelekatan, satu secure dan dua insecure (Rothbard dan Shaver,

1994).

Teori attachment/kelekatan diformulakan untuk menjelaskan tipe tertentu dari

perilaku, karakteristik yang tidak hanya pada bayi, ataupun anak-anak, tapi juga

remaja dan orang dewasa, hal tersebut yang mendasari konsep dasar

ketergantungan (dependency) dan ketergantungan yang berlebih (over

dependency) (Bowbly, 1988). Tipe kelekatan/attachment style didefinisikan

sebagai suatu tingkah laku hubungan antara dua orang dan bukan suatu sifat yang

diberikan kepada bayi oleh orang yang memberi perhatian. Tipe kelekatan ini

merupakan jalan dua arah bayi dan orang yang memberi perhatian harus responsif

satu sama lain dan masing-masing harus mempengaruhi tingkah laku orang lain

(48)

Tipe kelekatan lebih cenderung pada model mental utama dari kelekatan yang

menentukan perilaku manusia sebagai respon terhadap kenyatan atau bayangan

akan perpisahan dan pertemuan kembali dengan figur lekat mereka. Tipe

kelekatan merupakan ketentuan yang dibentuk melalui aksesbilitas dan respon

yang diberikan figur lekat, dan saling melengkapinya aspek pada self, semuanya

disampaikan dalam model lekat attachment atau internal working model (Berman

dan Sperling, 1994). Beberapa sumber menemukan dengan tipe kelekatan anak

dan beberapa darinya kemungkinan ada hingga dewasa. Studi tentang kelekatan

pada dewasa menganggap bahwa setiap invidu kemungkinan membawa dengan

mereka tipe kelekatan yang spesifik dalam hubungan disepanjang hidupnya (e.g

Fraley & Shaver, 1997; Kobak & Sceery, 1988; dalam Mischel dkk, 2003).

Satu penelitian memperlihatkan bahwa kita bisa membawa satu tipe kelekatan

untuk hidup; tipe ini memberi kita kecenderungan untuk menyikapi dengan yakin

dalam hubungan percintaan (Shaver dkk, 1988). Dalam penelitian lainnya peneliti

menemukan suatu kesatuan yang signifikan antara tipe kelekatan dengan kepuasan

dalam berhubungan (Brennan & Shaver, 1995; dalam Strong dkk, 2004).

Studi tentang tipe kelekatan orang dewasa secara umum partisipan

dikelompokkan kedalam salah satu dari tiga kategori, berdasarkan laporan self

mereka yaitu secure, avoidant dan ambivalent. Partisipan juga ditanyai tentang

pengalaman masa anak-anak mereka dengan orang tua, masa lalu mereka dan

(49)

menghubungkan laporan self tipe kelekatan responden untuk melaporkan tentang

hubungan personal mereka (Mischel dkk, 2004), dan berikut jenis hubungan yang

diperoleh :

Pertama pada tipe kelekatan aman/secure dewasa dijelaskan bahwa mereka

memiliki keluarga yang mendukung menjadi pribadi yang dapat dipercaya,

hangat, orang tua yang bahagia, bisa mentolerir perpisahan dengan pasangan,

dapat memberikan pasangan dukungan emosional ketika mereka

membutuhkannya, secara umum bentuk positif hubungan romantis, mempercayai

hubungan cinta romantis itu ada dan bisa berlangsung lama (Mischel dkk, 2004).

Sekitar 56% orang dewasa yang bertipe kelekatan aman, ditemukan mereka

memiliki kepuasan yang paling besar dan paling berkomitmen terhadap hubungan

dibanding dengan tipe kelekatan lain (Shaver dkk, 1988; dalam Pistole, Clark, &

Tubbs, 1995; dalam Strong, 2003).

Kedua tipe kelekatan menghindar/avoidant dewasa, dilaporkan mereka

memiliki hubungan keluarga yang jauh, memiliki jarak emosional dengan orang

tua, tidak merasa hangat, tidak dekat atau percaya pada orang tua, cenderung takut

akan keintiman, sulit menemukan komitmen secara emosional, tidak dapat

memberikan dukungan emosional yang tinggi pada pasangan, sinis terhadap cinta

romantis dan meragukannya dapat berlangsung lama (Mischel dkk, 2004)

Dan ketiga tipe kelekatan cemas/ambivalet dewasa dilaporkan mereka

memiliki hubungan romantis tapi tidak bertahan lama, mencemaskan, ketakutan

(50)

menyenangkan pasangan, tertekan dengan perpisahan dengan pasangan,

mempercayai bahwa jatuh cinta itu mudah tapi tidak akan berlangsung lama

(Mischel dkk, 2004) mempercayai bahwa orang lain tidak menginginkan

kedekatan seperti yang diinginkannya, mereka khawatir pasangan mereka tidak

benar-benar mencintainya dan akan meninggalkannya, mereka selalu

menginginkan penggabungan yang utuh dengan orang lain yang terkadang

membuat mereka ketakutan orang lain itu pergi, pengalaman mereka dalam cinta

sering terobsesi dan ditandai oleh hasrat untuk menguasai, memiliki tingkatan

tinggi pada ketertarikan seksual dan kecemburuan, biasanya hubungan mereka

bertahan sekitar 6 tahunan, dan sekitar 19-20% orang dewasa diidentifikasi

sebagai tipe anxious-ambivalent (Shaver dkk, 1988; dalam Pistole, Clark, &

Tubbs, 1995; dalam Strong, 2003).

Mikulincer dan Horesh (1999) mengasumsikan bahwa orang-orang yang

berbeda pola kelekatannya memiliki kecenderungan berpikir, merasakan, dan

bertindak secara spesifik didalam hubungan mereka. Sehingga paling tidak

sebagian gaya kelekatan seseorang memiliki efek pada perilaku yang disebabkan

oleh perbedaan dalam persepsi sosial dan perbedaan kemampuan mengatur efek

(Mikulincer dan Sheffi, 2000; dalam Baron dan Byrne, 2005). Inti elemen cinta

yang hadir sama pada anak maupun orang dewasa adalah kebutuhan untuk

merasakan secara emosional perasaan terlindungi dan aman. Ketika pasangan

merespon akan kebutuhan hal ini, orang dewasa akan memandang dunia sebagai

(51)

2.3 Kecemburuan, Tipe Kelekatan/Attachment Style Dan Hubungan Romantis

Kecemburuan biasanya berhubungan dengan hubungan romantis (White dan

Mullen, 1989), suatu kebiasaan kompleks yang sering berupa pengalaman

menyakitkan pada suatu hubungan (Sheets dan Wolfe, 2001). Dalam konteks

hubungan romantis White dan Mullen (1989) mendefinisikan kecemburuan

sebagai pikiran, emosi, dan tindakan kompleks yang berasal dari kehilangan akan

(loss of), ancaman (threat to), harga diri (self-esteem) dan keberlangsungan

ataupun kualitas dari hubungan romantis. Penerimaan akan kehilangan atau

ancaman dihasilkan oleh persepsi akan potensi adanya ketertarikan romantis

antara salah satu pasangan dengan saingan (dalam White, 1999).

Kecemburuan bisa muncul disebabkan oleh faktor eksternal berupa

kecenderungan pada perilaku pasangan yang mengikat yang bisa diinterpretasikan

sebagai suatu ketertarikan emosional maupun seksual pada orang lain atau sesuatu

yang lain dan kurangnya ketertarikan emosional maupun seksual pada pasangan

utama. Selain itu kecemburuan dipengaruhi juga oleh faktor internal berupa

kecenderungan pada karakteristik tiap individu yang menempatkan mereka pada

perasaan-perasaan cemburu, perilaku yang membebaskan dari pasangan.

Contohnya termasuk menjadi kurang percaya, memiliki self esteem yang rendah,

semakin tingginya keterlibatan dan ketergantungan terhadap hubungan, dan tidak

menerima keberadaan pasangan alternatif (Pines, 1992; dalam Knox dan Schacht,

(52)

Bryson (1991) menekankan kecemburuan sebagai sebuah kombinasi emosi

daripada sebagai satu emosi. Banyak peneliti berargumen bahwa kecemburuan

merupakan sejenis kekhawatiran akan ancaman pada hubungan (White dan

Mullen, 1989; dalam Edalati dan Redzuan, 2010).

Smith, Parrot, Gerrod, dan Edvard (1999) menjelaskan ketika salah satu

pasangan tertarik pada siapa saja yang dianggap menarik, salah satunya bisa

cemburu karena mereka ingin memelihara hubungan khusus dan berharga tersebut

sebagai hubungan yang penting untuk harga dirinya. Kecemburuan romantis

secara signifikan dan positif berhubungan dengan permintaan hubungan alternatif,

penerimaan informasi ancaman terhadap self dan hubungan romantis (Rydell,

McConnel, dan Bringle, 2004). Clanton (1981) berargumen bahwa fungsi

kecemburuan adalah untuk melindungi hubungan yang berharga. Kecemburuan

juga berhubungan dengan sisi gelap dari hubungan (dalam Buss, 2000). Hal

tersebut melibatkan tiga individu yaitu, cemburu, yang tersayang/pasangan, dan

saingan/pesaing (Parrot, 1991). Untuk kecemburuan yang hadir, salah satu

pasangan beresiko kehilangan cinta salah satu pasangan dan menderita karena

kehilangan orang dimilikinya. Guerrero dan kawan-kawan (2004) menekankan

bahwa wanita lebih menyukai mencari dukungan dari orang lain daripada pria,

berusaha untuk memperbaiki hubungan, meminta komitmen pada pasangan,

mengekspresikan efek negatif, memanfaatkan komunikasi integral menggunakan

bahasa verbal sebagai isyarat kepemilikan dalam merespon perasaan cemburu

(53)

Para psikolog telah tertarik mengenai ikatan attachment antar individu.

Mengikuti teori attachment yang dikemukan Bowbly (1980) perilaku kelekatan

(attachment behaviour) merupakan bentuk dari berbagai perilaku yang termasuk

didalamnya pencarian kedekatan seseorang dengan individu lainnya. Tujuan dari

perilaku adalah memelihara ikatan yang telah terbentuk dengan figur lekat.

Beberapa teori beragumentasi bahwa kelekatan membantu spesies untuk dapat

bertahan, dikatakan demikian karena kemampuan bayi untuk menghindari bahaya

dengan tetap dengan pengasuhnya. Walaupun biasanya berkembang untuk

menjelaskan hubungan bayi dengan pengasuh, tipe kelekatan juga bisa

dihubungkan dengan perkembangan hubungan romantis (Bowbly, 1980;

PistolShi, 2003; Oliver dan Shirkey, 2008).

Teori kelekatan membantu kita untuk memahami bagaimana hubungan orang

dewasa berkembang, permasalahan apa yang bisa terjadi padanya, dan apa yang

bisa dilakukan ketika permasalahan itu datang. Pada teori ini cinta dilihat sebagai

bentuk dari kelekatan, kedekatan, ikatan emosional yang terus menerus yang

ditemukan berakar dari semenjak bayi (Hazan dan Shaver, 1987; Shaver, 1984;

Shaver, Hazan dan Bradshaw, 1988; dalam Strong et al., 2003).

Diasumsikan bahwa orang-orang yang berbeda pola kelekatannya memiliki

kecenderungan berpikir, merasakan, dan bertindak secara spesifik didalam

hubungan mereka. Sehingga paling tidak sebagian gaya kelekatan seseorang

Gambar

Tabel 4.18   Korelasi Parsial ambivalent terhadap secure dan avoidant ………. 75
figur lekat. Perpisahan dari pasangan individu  bisa jadi menyebabkan timbulnya
Tabel 2.1 Bagan kerangka berfikir
Blue printTabel 3.2  kecemburuan try out
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan signifikansi antara tipe perfeksionisme dengan gaya manajemen konflik pada dewasa awal yang sedang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan mahasiswa Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang makanan berserat, mengetahui gambaran sikap

Gaya belajar yang dibicarakan dalam penelitian ini adalah gaya belajar VARK yang dibagi menjadi 2 tipe, sebagai berikut gaya belajar unimodal bertipe visual, auditorial, read dan

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ Hubungan Citra Diri Melalui Foto Profil dengan Harga Diri pada Mahasiswa Pengguna Facebook Fakultas Psikologi UIN

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN & DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP SUBJECTIVE WELL-BEING MAHASISWA PERANTAU UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode dan praktik menghafal al-Qur’an yang diterapkan mahasiswa yang memiliki hafalan di Fakultas Ushuluddin khususnya

Judul Skripsi : Hubungan antara Tipe Kepribadian ( Ekstrovert dan Introvert ) dengan Kebermaknaan Hidup ( Meaning Of Life ) pada Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN

Pihak yang terkait dengan penelitian ini, mahasiswa Universitas Airlangga Surabaya Fakultas Psikologi, Fakultas Ekonomi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dan