PENGARUH STATUS IDENTITAS TERHADAP AGRESIVITAS
PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UIN
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Oleh : Muhammad Taufik NIM: 205070000503
PENGARUH STATUS IDENTITAS TERHADAP AGRESIVITAS
PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UIN
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Oleh : Muhammad Taufik NIM : 205070000503
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Prof. Hamdan Yasun, M.Si Gazi, S.Psi. M.Si
NIP. 130351146 11014
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul PENGARUH STATUS IDENTITAS TERHADAP AGRESIVITAS PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 16 Juni 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi.
Jakarta, 16 Juni 2011
Sidang Munaqasyah
Dekan/ Ketua Pembantu Dekan/ Sekretaris
Jahja Umar, Ph.D Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si
NIP. 130 885 522 NIP. 19561223 198303 2 001
Anggota :
Yunita Faela Nisa, M.Psi., Psi Prof. Hamdan Yasun, M.Si
NIP. 19770608 200501 2003 NIP. 130351146
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Muhammad Taufik NIM : 205070000503
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul“PengaruhStatus Identitas Terhadap Agresivitas pada Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN syarif Hidayatullah Jakarta” adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.
Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan Undang-Undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.
Jakarta, 16 juni 2011
Muhammad Taufik NIM : 205070000503
MOTTO
Jauhkan olehmu menunda-nunda kebaikan
Karena kamu besama kematianmu
Bukan bersama hari esokmu
Jika hari esok itu milikmu, maka bersungguh-sungguhlah
Sebagaimana kamu bersungguh-sungguh hari ini
Jika tidak, maka hari esok tinggal penyesalan
Karena kamu menyia-nyiakan hari ini
( Hasan Al-Basri)
Mendapatkan ide itu
Seperti bercukur,
Jika anda tidak melakukannya
Setiap hari
Maka anda terlihat
Seperti gelandangan
Demi masa, sesungguhnya manusia dalam (keadaan) merugi, kecuali
orang-orang yang beriman dan beramal shaleh dan saling nasehat-menasehati (dengan)
kebenaran dan saling menasehati (dengan) kesabaran
ABSTRAK
(A) Fakultas Psikologi
(B) Mei 2011
(C) Muhammad Taufik
(D) Hubungan Antara Status Identitas Dengan Agresivitas Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(E) 79 halaman + Lampiran
(F) Agresivitas merupakan keinginan yang relatif melekat untuk menjadi agresif dalam berbagai situasi yang berbeda, sedangkan agresi merupakan prilaku yang dimaksudkan untuk melukai orang lain baik secara fisik, verbal, atau merusak harta benda. Fenomena ini menarik untuk diteliti mengingat perilaku agresi kerap terjadi disekitar kita dan berlangsung secara terus-menerus. Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku agresi, salah satunya adalah status identitas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang signifikan antara status identitas terhadap agresivitas, dimana terdapat
independent variabel lain seperti jenis kelamin, usia, tingkat semester, dan asal sekolah juga ikut disertakan dalam penelitian ini.
Identitas merupakan pengorganisasian atau pengaturan dorongan-dorongan, kemampuan-kemampuan dan keyakinan-keyakinan ke dalam citra diri secara konsisten yang meliputi kemampuan memilih dan mengambil keputusan baik menyangkut pekerjaan, orientasi seksual dan filsafat hidup antara lain : Achievement, Foreclosure, Moratorium, Diffution. Agresivitas merupakan keinginan yang relatif melekat untuk menjadi agresif dalam berbagai situasi yang berbeda, sedangkan agresi merupakan prilaku yang dimaksudkan untuk melukai orang lain baik secara fisik, verbal, atau merusak harta benda.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian dilaksanakan di Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang melibatkan semester 1, 3, 5 dan 7 antara kelas regular dan non regular. Jumlah sampel sebanyak 140 mahasiswa yang diambil dengan stratified random sampling. Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan analisis statistik menggunakan software SPSS 11.5 yang meliputi korelasi
Product MomentPearson’s untuk menguji validitas item,Alpha Cronbach’s
0.8338.
Terdapat pengaruh yang signifikan antara status identitas terhadap agresivitas. Dalam pengujian hipotesis didapat nilai R square (R2) sebesar 0.416. Hal ini berarti bahwa status identitas memberikan pengaruh sebesar 41.6% terhadap variable agresivitas. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, variasi dari ke 9 variabel hanya enam yang menyumbangkan pengaruh terhadap agresivitas yaitu, status identitas, foreclosure, moratorium, diffution, jenis kelamin, dan asal sekolah. Variabel status identitas memberikan kontribusi sebesar 41.6%. Oleh karena itu, disarankan untuk penelitian selanjutnya agar mencari dan menghubungkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi agresivitas, diantaranya krisis identitas atau konsep diri dan melakukan penelitian di tempat berbeda seperti, sekolah menengah pertama (SMP), lembaga pemasyarakatan dan lain-lain.
KATA PENGANTAR
Assalamu`alaikum Wr. Wb
Alhamdulillahirabbil ‘alamin.. puji dan syukur yang penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya setiap saat, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Status Identitas Dengan Agresivitas Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta”. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW, atas segala perjuangannya sehingga kita dapat merasakan indahnya hidup di bawah naungan Islam.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak dapat terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah, Bapak Jahja Umar, Ph.D 2. Ibu Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si sebagai pembantu dekan/ Sekretaris
3. Pembimbing Akademik Ibu Dra. Zahrotun Nihayah, M.Si, atas bimbingannya selama penulis menjalani perkuliahan.
4. Bapak Prof. Hamdan Yasun, M.Si, pembimbing I, atas segala bimbingan, saran, dan motivasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, serta cerita-cerita dan pengalamannya yang dapat membuka pemikiran penulis. 5. Bapak Gazi salom, S.Psi. M.Si, pembimbing II, untuk segala bimbingan dan
sarannya sehingga terselesaikannya skripsi ini.
6. Bapak Miftahuddin, M.Si dosen pembimbing seminar proposal skripsi atas segala bimbingan, dan sarannya.
7. Para Dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah yang sangat saya hormati, yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan dalam mengajarkan ilmu kepada penulis.
8. Para staf akademik Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah yang dengan penuh kerelaan mau berbagi informasi akademik.
9. Seluruh mahasiswa Fakultas Psikologi yang telah bersedia dan mendukung penelitian ini, Khususnya kepada mahasiswa smester 1, 3, 5 dan 7 yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
10. Yang paling penulis hormati dan cintai, Ayahanda Abah A.Rahman.HS, Ibunda Fatmawati, kakakku Lela wati, S.Kep, Irwansyah, Bangun Syahraya, S.Kom, Yemik Deriana dan adikku tercinta Mawaddah Rahman, keponakan tercinta Nabila Dhevina, Aisyah Nur’abidah syahrani dan Muhammad Rif’ad, serta seluruh keluarga besarku yang tak pernah putus memberikan doa, motivasi, semangat, cinta dan kasih sayang yang tulus kepada penulis.
penulis, Semoga angan, cita dan cinta kita tercapai, amin.
12. Sahabat kecilku Ndu Hadrami, Rd.Reza, jacke leze, Reza pcbr, Mazan, Dani, ondon, deni akang, Bujsen, Bambang, iin, dan Budi yang telah menjadi sahabat sejati penulis, walaupun telah jarang berkumpul bersama lagi.
13. Sahabat the Laskar yang akan selalu ku kenang, Adimas pekok, Bayu mbah, Fandi uchok, bang wahyu, Rinto jenggot, Teguh iman, Iqbal dontel, fahmi belok, yugo, fachdi fortuna, ikhsan fortuna, bang yudi cobra, bang doli, lalu, fajri, sis dan diky atas hari-hari yang luar biasa dan kebersamaan kita yang tidak akan pernah penulis lupakan, serta tak lupa untuk sohibku Mul Jambri Alif, Ade suzana Putra, yusuf seedorf dan Andri Wicaksono atas segala kebersamaan dan petualangan muda kita bersama sejak masa SMP hingga SMA. Teman-teman indobarca chapter jakarta dan chapter jambi terimakasih
atas do’a kalian semua semoga FC.Barcelona selalu berjaya. Serta semua
orang yang pernah hadir dan penulis kenal yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu disini, atas semua pengalamannya yang berperan penting sehingga menjadikan penulis seperti sekarang ini.
14. Teman-teman di Fakultas Psikologi khususnya angkatan 2005 yang selalu kompak dan solid. Teman seperjuangan skripsi (Yanti, Ocha, Evi, Novi, Nurkamala, Retno, Niar, nida, dimar), juga kepada Ady waskito dan Adiyo sebagai pembimbing ketiga penulis.
15. Untuk teman-teman personil CaesaR band, Ocka. S.kom, Puput, Dedi, dan Husni. SH. terimakasih atas pengertiannya sehingga penulis dapat berkuliah di Jakarta, walaupun CaesaR tak lagi ada.
16. Semua orang-orang terdekat yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih.
Semoga Allah mencurahkan pahala yang tak henti-hentinya, sebagai balasan atas segala kebaikan dan bantuan yang di berikan. Harapan penulis, semoga skripsi ini bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi seluruh pihak yang membutuhkan.
Jakarta, 16 Juni 2011
DAFTAR ISI
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah Penelitian ... 6
1.2.1. Pembatasan Masalah ... 6
1.2.2 Perumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8
1.3.1 Tujuan Penelitian... 8
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Agresivitas ... 14
2.1.4 Aspek-aspek Agresivitas... 16 3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ... 30
3.2 Definisi Variabel dan Operasional variabel ... 31
3.2.1 Definisi Varibel... 31
3.2.2 Definisi Konseptual ... 31
3.2.3 Definisi Operasional... 32
3.2.3.1 Definisi Operasional Status Identitas ... 32
3.2.3.2 Definisi Operasional Agresivitas ... 33
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 33
3.3.1 Populasi ... 33
3.3.2 Sampel ... 33
3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel ... 34
3.4 Pengumpulan Data ... 34
3.4.1 Teknik Pengumpulan Data... 34
3.4.2 Instrumen Penelitian... 36
3.5 Tekhnik Uji Instrumen ... 38 4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian ... 46
4.2 Hasil Uji Hipotesis ... 47
4.2.1 Hasil Uji Korelasi... 47
4.3 Hasil Uji Regresi... 48
4.3.1 Hasil Uji Regresi Dimensi Status Identitas... 48
4.3.2 Hasil Uji Regresi Demografi Status Identitas ... 55
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Bobot Skor Pernyataan ... 35
Tabel 3.2 Kisi-kisi Alat Ukur Status Identitas Sebelum Diuji Coba.. ... 36
Tabel 3.3 Kisi-kisi Alat Ukur Agresivitas Sebelum Diuji Coba ... 37
Tabel 3.4 Bobot Skor Pernyataan Kedua ... 39
Tabel 3.5 Tabel Spesifikasi Alat Ukur Status Identitas Setelah Di Uji Coba ... 41
Tabel 3.6 Tabel Spesifikasi Alat Ukur Agresivitas Setelah Di Uji Coba ... 42
Tabel 3.7 Tabel Hasil Uji Reliabilitas... 44
Tabel 3.8 Tabel Gambaran Umum Subyek (Demografi)... 46
Tabel 3.9 Tabel Uji Korelasi... 48
Tabel 4.0 Tabel Total Regresi Dimensi Status Identitas... 49
Tabel 4.1 Tabel Anova Dimensi Status Identitas... 50
Tabel 4.2 Tabel Koefisien Status Identitas... 51
Tabel 4.3 Tabel Proporsi Varian Aspek–aspek Status Identitas... 52
Tabel 4.4 Tabel Regresi Aspek Status Identitas... 53
Tabel 4.5 Tabel Regresi Aspek Achievement... 53
Tabel 4.6 Tabel Regresi Aspek Foreclosure... .. 54
Tabel 4.7 Tabel Regresi Aspek Moratorium... 54
Tabel 4.8 Tabel Regresi Aspek Demografi Jenis Kelamin... ... 55
Tabel 4.9 Tabel Regresi Aspek Demografi Usia... 56
Tabel 4.10 Tabel Regresi Aspek Demografi Semester... . 56
Tabel 4.11 Tabel Regresi Aspek Demografi Asal Sekolah... 57
Tabel 4.12 Tabel Proporsi Varian Aspek-aspek Demografi... .. 57
Tabel 4.13 Tabel Uji Beda Kelompok ... 59
Tabel 4.14 Tabel Uji Beda Independen ... 59
Tabel 4.15 Tabel Uji Anova Berdasarkan Usia... 60
Tabel 4.16 Tabel Uji Anova Berdasarkan Semester... ... 61
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Skoring Try Out 1
Lampiran 2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 3 Skoring Try Out 2
Lampiran 4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 5 Angket Penelitian
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada bab ini, akan dipaparkan beberapa pendahuluan dalam penelitian,
diantaranya mengenai latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian serta sistematika penelitian.
1.1 Latar Belakang
Setiap hari media informasi seperti televisi, radio dan berbagai surat kabar
memberitakankan informasi tentang penembakan, perampokan, penusukan dan
penyerangan terhadap sesama manusia yang saling berkelahi dan saling
membunuh. Tampaknya berbagai tindakan kekerasan ini hampir terjadi
dimana-mana, dan berlangsung secara terus-menerus. Berbagai contoh kasus tersebut
merupakan beberapa bentuk dari agresivitas yang terjadi disekitar kehidupan
manusia, akibatnya bukan hanya penderitaan yang ditimbulkan oleh agresi,
bahkan seringkali sulit dicegah agar tindak kekerasan ini tidak menyebar, karena
cenderung berlanjut. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Straus, Gelles, dan Steinmetz (Berkowitz, 1995 :1, 2)
Setiap individu mempunyai potensi untuk berperilaku agresi. Banyak
faktor yang menjadi penyebab, misalnya karena faktor biologis, sosiobiologis, dan
frustasi. Kekerasan dapat muncul dengan berbagai cara dan dapat dilihat dalam
meningkatnya kecenderungan kearah agresi disebabkan semakin banyak orang
yang merasa berhak membalas dendam kepada orang lain yang mereka anggap
telah berbuat salah pada mereka. Meluasnya agresi antara lain juga disebabkan
oleh banyaknya adegan kekerasan yang ditayangkan dalam film-film dan televisi
(Berkowitz, 1995:2, 3). Begitu juga dengan mahasiswa, meskipun menyandang
predikat paham intelektual dalam masyarakat, namun mahasiswa juga tidak jarang
melakukan berbagai bentuk perilaku agresi misalnya, unjukrasa yang berujung
ricuh, bentrokan antar mahasiswa, dan bentrokan dengan aparat keamanan.
National Coalition on Television Violencemencatat, bahwa rata-rata warga
Amerika sebelum mencapai usia 18 telah melihat 32.000 pembunuhan dan 40.000
usaha pembunuhan di Televisi saja. Diperkirakan bahwa (pada pertengahan tahun
1980, paling tidak) lebih dari separuh tokoh utama yang dilukiskan di televisi
terlibat rata-rata 5-6 tindak kekerasan per jam (Berkowitz, 1995:3). Disinyalir
inilah salah satu faktor atau penyebab meluasnya perilaku agresi. sebagai
individu, mahasiswa juga tidak bisa terlepas dari perilaku agresi, berikut beberapa
contoh agresivitas yang kerap terjadi pada mahasiswa.
Kejadian lain misalnya, unjuk rasa puluhan mahasiswa yang mengkritisi
kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono di Jalan
Kimia Jakarta, Sabtu berujung bentrok. Mahasiswa dan polisi terlibat saling
polisi mulai bertindak tegas dengan cara membubarkan pengunjuk rasa. Upaya
polisi dibalas mahasiswa dengan lemparan batu, menyusul adanya aksi pemukulan
aparat terhadap mahasiswa. Selain aksi saling lempar batu, sejumlah pot bunga di
pinggir jalan dipecah hingga hancur berantakan. Polisi akhirnya melepaskan
tembakan peringatan dan gas air mata guna membubarkan demonstrasi (Adi,
Liputan6.com. 2011).
Unjuk rasa di tempat lain juga berlangsung ricuh, berawal dari kedatangan
wapres Boediono dalam kunjungannya ke UIN Jakarta, wapres Boediono
menyampaikan kuliah umum mengenai ekonomi dan demokrasi, namun hal ini
tidak diikuti damainya demo yang dilancarkan oleh sebagian mahasiswa UIN
yang menolak kedatangan Boediono. Demo yang berlangsung di sepanjang jalan
Ir. Djuanda didepan kampus UIN ini berujung ricuh. Akibat bentrokan ini,
sebanyak 7 mahasiswa ditangkap, dan 12 mahasiswa masuk ruang UGD RS
Syahid UIN. Insiden ini menjadi catatan tersendiri bagi mahasiswa UIN yang
menjadi korban bentrokan, di penghujung tahun (Rizky, Galeritangsel.com.
2010).
Berbagai fenomena di atas dapat diambil kesimpulan bahwa perilaku
kekerasan dapat dipengaruhi berbagai faktor, namun perilaku agresi tidak hanya
disebabkan oleh pengaruh dari luar diri individu, akan tetapi dapat juga
dipengaruhi oleh faktor internal contohnya, kekacauan identitas dari dalam diri
individu juga memiliki peranan penting dalam menimbulkan perilaku agresi.
bahwa, ketika individu gagal mengintegrasikan aspek-aspek dan pilihan atau
merasa tidak mampu untuk memilih, maka individu tersebut akan mengalami
kebingungan atau kekacauan identitas. Sedangkan kekacauan identitas itu sendiri
merupakan sindrom masalah-masalah yang meliputi, terbaginya gambaran diri,
ketidakmampuan membina persahabatan yang akrab, kurang memahami
pentingnya waktu, tidak bisa konsentrasi pada tugas, dan menolak standar
keluarga atau nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat (Alwisol, 2009:98),
sehingga hal inilah yeng menjadi dasar dalam penelitian ini.
Dalam ilmu psikologi, konsep identitas umumnya merujuk kepada suatu
kesadaran akan kesatuan dan kesinambungan pribadi, serta keyakinan yang relatif
stabil sepanjang rentang kehidupan kendatipun terjadi segala macam perubahan
(Desmita, 2005:211).
Sedangkan Sherman dan Deauk (Baron,1993:163) membedakan identitas
sosial menjadi sebuah defenisi diri yang memandu bagaimana kita
mengonseptualisasikan dan mengevaluasi diri sendiri. Identitas sosial mencakup
banyak karakteristik yang unik, seperti nama seseorang dan konsep diri. Yang
dimaksud konsep diri itu sendiri merupakan gambaran diri tentang aspek
fisiologis maupun psikologis yang berpengaruh pada perilaku individu dalam
penyesuaian diri dengan orang orang lain.
masa ini individu juga tidak mengakui nilai-nilai kelompok sebaya, suatu dilema
yang akan memperkuat kekacauan identitas. Erikson juga menjelaskan, identitas
itu bisa positif dan juga bisa negatif. Identitas positif adalah keputusan yang
individu yakini. Kebalikannya, identitas negatif merupakan keputusan yang tidak
sejalan dengan dirinya, sehingga individu tersebut menolaknya. Pada tingkat
tertentu kekacauan identitas adalah normal dan bahkan diperlukan. individu harus
mengalami keraguan dan kekacauan mengenai siapa dirinya, sebelum mereka
memperoleh identitas yang stabil. Individu biasanya meninggalkan rumah,
mengembara sendirian untuk mencari identitas diri, atau bahkan bereksperimen
dengan obat psikotropika dan seks, mengidentifikasi diri kepada kelompok
jalanan, atau memberontak melawan kemapanan masayarakat. Setelah itu,
individu tersebut baru akan akan memutuskan di dunia mana mereka merasa lebih
cocok, dan nilai-nilai mana yang mereka senangi (Alwisol, 2009:99). Dari
hasil penelitian Siti Komariah dalam skripsinya yang berjudul “Tingkat
Agresivitas pada Pengemudi Bus Umum Dalam Kota dan Luar Kota Diterminal
Kampung Rambutan” menunjukkan bahwa, tidak terdapat perbedaan yang
signifikan pada tingkat agresivitas pengemudi bus umum dalam kota maupun luar
kota. Ternyata hal ini disebabkan oleh pengaruh kondisi lingkungan terminal yang
menuntut mereka untuk bersikap kasar. Faktor lingkungan yang menekan
kemudian dapat menyebabkan frustasi dan mengakibatkan pengemudi berperilaku
agresif (2007:78-79). Menurut Erikson (Cremers, 1989:181), studi tentang
identitas pada zaman sekarang ini sama pentingnya seperti studi tentang
keprihatinan terbesar pada zaman ini, dan tentu kekacauan identitas, baik yang
individual maupun yang kolektif menjadi bahaya terbesarnya.
Berbagai masalah serta gejolak yang muncul pada individu disebabkan
berbagai akibat, salah satunya ialah adanya kesenjangan antara kedewasaan
biologis dengan kedewasaan psikologis yang menyebabkan timbulnya kekacauan
identitas, serta peranannya dalam menimbulkan perilaku agresi. Meski perilaku
agresi kerap muncul disebabkan oleh berbagai motif dalam fenomena kehidupan.
Sedangkan yang diharapkan, setiap individu dapat mengontrol perilaku agresi dan
berkembang sesuai dengan fitrah manusia agar menjadi manusia yang utuh dan
paripurna (al-Insan al-Kamil).
Dari berbagai fenomena yang sudah dijelaskan di atas, menjadikan peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai pengaruh status identitas terhadap agresivitas pada mahasiswa.
Maka berdasarkan latar belakang ini pula penulis melakukan penelitian mengenai, “PENGARUH STATUS IDENTITAS TERHADAP AGRESIVITAS
PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA”
1.2 Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
Agar pembahasan dalam permasalahan ini tidak meluas, maka diperlukan
pembatasan masalah mengenai status identitas dengan agresivitas pada mahasiswa
psikologi :
a. Identitas merupakan pengorganisasian atau pengaturan dorongan-dorongan,
kemampuan-kemampuan dan keyakinan-keyakinan ke dalam citra diri secara
konsisten yang meliputi kemampuan memilih dan mengambil keputusan baik
menyangkut pekerjaan, orientasi seksual, dan filsafat hidup.
b. Agresivitas adalah keinginan yang relatif melekat untuk menjadi agresif dalam
berbagai situasi yang berbeda.
c. Responden yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa
fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berusia 18-23 tahun.
1.2.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas masalah yang akan dirumuskan dalam
penelitian ini adalah :
1. Apakah identitas achievement memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
agresivitas pada mahasiswa fakultas psikologi UIN Syarif Hidayatullah?
2. Apakah identitas foreclosure memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
agresivitas pada mahasiswa fakultas psikologi UIN Syarif Hidayatullah?
3. Apakah identitas moratorium memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
agresivitas pada mahasiswa fakultas psikologi UIN Syarif Hidayatullah?
4. Apakah identitas diffusion memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
5. Apakah jenis kelamin memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
agresivitas pada mahasiswa fakultas psikologi UIN Syarif Hidayatullah?
6. Apakah usia memberikan pengaruh yang signifikan terhadap agresivitas pada
mahasiswa fakultas psikologi UIN Syarif Hidayatullah?
7. Apakah tingkat semester memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
agresivitas pada mahasiswa fakultas psikologi UIN Syarif Hidayatullah?
8. Apakah asal sekolah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
agresivitas pada mahasiswa fakultas psikologi UIN Syarif Hidayatullah?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh status identitas (achievement,
foreclosure, moratorium, diffusion), jenis kelamin, usia, tingkat semester, dan
latar belakang pendidikan terhadap agresivitas pada mahasiswa fakultas psikologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
1.3.2 Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis
Adapun manfaat teoritis diharapkan memberikan kontribusi dalam bidang
psikologi sosial dan perkembangan, terutama sebagai bahan untuk
Dengan mengetahui adanya masa labil yang kerap terjadi kebingungan
identitas pada individu, serta dengan mengetahui berbagai dampak negatif
yang dapat ditimbulkan diharapkan dukungan positif dari keluarga dan
lingkungan, sehingga dapat merespon dengan baik agar dapat mengontrol
kecendrungan perilaku agresi atau setidaknya dapat mengarahkannya pada
sesuatu hal yang lebih positif.
1.4 Sistematika Penulisan
Penelitian ini menggunakan tekhnik penulisan American Psychological
Association(APA)Style. Dan secara garis besar sistematika penulisan ini adalah:
BAB 1 : PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah,
pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB 2: TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini dijelaskan teori-teori yang berhubungan dengan isi
skripsi sebagai dasar pemikiran untuk membahas permasalahan dalam
penelitian skripsi, yaitu: teori tentang status identitas, teori tentang
agresivitas, faktor-faktor yang mempengaruhi agresivitas, kerangka
berpikir, dan hipotesis penelitian.
Dalam bab ini, penulis menguraikan tentang metode penelitian ini
yaitu: jenis penelitian, pendekatan penelitian dan metode penelitian,
identifikasi variabel penelitian, definisi operasional, teknik sampling,
alat pengumpul data, prosedur penelitian, serta metode analisis data.
BAB 4: HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini penulis menjelaskan hasil dan analisis data
BAB 5: PENUTUP
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini akan dipaparkan beberapa kajian teori, diantaranya mengenai
teori agresivitas, status identitas, serta kerangka berpikir dan hipotesis dalam
penelitian.
2.1 Agresivitas
2.1.1 Pengertian Agresivitas
Dalam pengertian sehari-hari terdapat banyak tingkah laku yang dikatakan sebagai
tingkah laku agresif. Begitu juga bila bicara mengenai pengertian agresivitas.
pengertian agresivitas itu sendiri memiliki banyak makna. Menurut Berkowitz
(1995:28), agresivitas merupakan keinginan yang relatif melekat untuk menjadi
agresif dalam berbagai situasi yang berbeda.
Baron dan Richardson (dalam Krahe, 1994) mendefinisikan agresivitas
sebagai:
“... any from of behavior directed toward the goal of harming or injuring another living being who is motivatied to avoid such treatment”. Yaitu, segala bentuk perilaku yang diarahkan dengan tujuan merugikan atau melukai makhluk hidup lain yang terdorong menghindari perlakuan tersebut.
habitual (yang dibiasakan) untuk memamerkan permusuhan. Pernyataan diri
secara tegas, penonjolan diri, penentuan atau pemaksaan diri, pengerjaran penuh
semangat akan suatu cita-cita. dominasi sosial, kekuasaan sosial, khususnya yang
diterapkan secara ekstrim.
Dari beberapa definisi di atas, agresivitas dapat diartikan sebagai
kecenderungan yang dimaksudkan untuk melukai makhluk hidup lain yang
terdorong untuk menghindari perlakuan tersebut. Sedangkan agresi itu sendiri
memiliki beberapa defenisi, ialah sebagai berikut:
Menurut Robert Baron (dalam Hudaniah, 1988:193), agresi adalah tingkah
laku individu yang ditunjukkan yang ditujukan untuk melukai atau mencelakakan
individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut.
Any form of behavior thats is intended to harm or injure some person, one
self, or an object. Artinya segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk
merugikan atau melukai sekelompok orang, diri sendiri, atau benda (Franzoi,
2003:450).
Sedangkan Baron dan Richardson mendefinisikan agresi sebagai siksaan
yang diarahkan secara sengaja dari berbagai bentuk kekerasan terhadap orang lain
Dalam penelitiannya, Bernadette (2001:60) juga menerangkan bahwa
agresi merupakan perilaku yang ditujukan untuk menyakiti makhluk hidup lain
baik secara fisik maupun maupun secara mental.
Sedangkan menurut Sarason (Dayakisni, 2009:193), secara umum agresi
dapat diartikan sebagai suatu serangan yang dilakukan oleh suatu organisme
terhadap organisme lain, obyek lain atau bahkan pada dirinya sendiri. Definisi ini
berlaku bagi semua makhluk vertebrata, sementara pada tingkat manusia masalah
agresi sangat kompleks karena adanya peranan perasaan dan proses-proses
simbolik.
Dari berbagai uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa agresivitas
yang dimaksud adalah kecenderungan untuk berperilaku agresi, sedangkan agresi
itu sendiri merupakan perilaku kekerasan manusia yang sengaja dilakukan dengan
maksud melukai atau mencelakakan orang lain yang tidak menginginkan perilaku
tersebut secara langsung atau tidak langsung, fisik maupun verbal, dengan
berbagai macam tujuan tertentu.
2.1.2 Jenis-jenis Agresi
Menurut Berkowitz (Koeswara, 1988:5), jenis-jenis agresi dibagi ke dalam dua
jenis:
individu sebagai alat atau sarana untuk mencapai tujuan tertentu. Bahkan para
pelaku dan korban kadang-kadang tidak ada hubungan pribadi. Agresi disini
hanya merupakan sarana untuk mencapai tujuan lain, Contohnya: serdadu
membunuh untuk merebut wilayah musuh sesuai perintah komandan.
2. Agresi rasa benci atau agresi impulsif
Jenis agresi ini adalah agresi yang dilakukan semata-mata sebagai
pelampiasan keinginan untuk melukai atau menyakiti, atau agresi tanpa tujuan
selain untuk menimbulkan efek kerusakan, kesakitan, atau kematian pada
sasaran atau korban.
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Agresivitas
Menurut Willis (dalam Ikawati dan Akhmad Purnama, 1998:25), faktor-faktor
penyebab munculnya perilaku agresi adalah:
1. Kondisi pribadi, yaitu kelainan yang dibawa sejak lahir baik fisik maupun
psikis, lemahnya kontrol diri terhadap pengaruh lingkungan, kurang mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungan dan kurangnya dasar keagamaan.
2. Lingkungan keluarga, yaitu keluarga yang kurang memberi kasih sayang dan
perhatian, sehingga mereka mencarinya dalam kelompok teman sebaya,
3. Lingkungan masyarakat, yaitu lingkungan masyarakat kurang sehat, keterbelakangan pendidikan, kurangnya pengawasan terhadap remaja, dan pengaruh norma-norma baru yang ada di luar.
4. Lingkungan sekolah, yaitu kurangnya perhatian guru, kurangnya fasilitas pendidikan sebagai tempat penyaluran bakat dan minat, dan norma-norma pendidikan kurang diterapkan.
Eva latifah (2002:16) dalam penelitiannya juga mengemukakan beberapa faktor lain yang mempengaruhi agresivitas, antara lain:
a. Frustasi
Kondisi frustasi yang dapat menimbulkan agresi adalah banyaknya pengalaman yang dialami oleh pelaku tindak agresi, dimana tingkat kesulitannya berlebihan dan tidak sesuai dengan yang diharapkan.
b. Kondisi aversif
Kondisi aversif merupakan suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang ingin dihindari oleh seseorang. Keadaan yang tidak menyenangkan tersebut akan membuat seseorang mencoba untuk membuat keseimbangan dengan cara berusaha menghilangkan atau mengubah situasi itu.
Stres juga dapat memicu timbulnya perilaku agresi. Stres merupakan reaksi
terhadap ketidakmampuan individu dalam menghadapi gangguan fisik atau
psikis. .
Dari beberapa pendapat tersebut di atas, faktor yang dapat mempengaruhi
perilaku agresif dapat disimpulkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan
eksternal. Faktor internal berarti bahwa perilaku agresif muncul dari dalam diri
individu, penurunan gen atau kecenderungan bawaan. Sedangkan faktor eksternal,
faktor dari luar diri individu dapat Berupa pengaruh lingkungan, baik keluarga
maupun di luar dari lingkungan keluarga, teman sebaya dan lain sebagainya.
2.1.4 Aspek-aspek Agresivitas
Menurut Medinnus & Johnson (dalam Hudaniah, 1976:212), pembagian agresi
dapat dikelompokkan menjadi empat kategori, dan hal ini dapat dijadikan sebagai
aspek-aspek perilaku yang mengindikasikan tindakan agresivitas, diantaranya
sebagai berikut:
1. Menyerang pada fisik
Menyerang pada fisik adalah agresi yang dilakukan untuk melukai orang lain
secara fisik, yang termasuk didalamnya adalah memukul, menendang dan
merampas.
2. Menyerang pada benda atau obyek
amarah, yang termasuk didalamnya adalah memukul, membanting dan
melempar.
3. Menyerang secara verbal atau simbolik
Menyerang secara verbal atau simbolik adalah agresi yang dilakukan untuk
melukai orang lain secara verbal, memburuk-burukkan orang lain seperti,
menghina, mengejek dan mengancam.
4. Pelanggaran terhadap hak milik orang lain atau menyerang daerah orang lain
Menyerang daerah orang lain atau pelanggaran terhadap hak milik orang lain
adalah agresi yang dilakukan untuk melanggar hak milik orang lain. Seperti
memaksakan pendapat dan merusak barang hak milik orang lain.
2.2 Status Identitas
2.2.1 Pengertian Status Identitas
Menurut James Marcia dan Watterman (dalam Yusuf, 2007:201), identitas diri
merujuk kepada pengorganisasian atau pengaturan dorongan-dorongan,
kemampuan-kemampuan dan keyakinan-keyakinan ke dalam citra diri secara
konsisten yang meliputi kemampuan memilih dan mengambil keputusan baik
menyangkut pekerjaan, orientasi seksual dan filsafat hidup. Hal ini tentunya
berbeda dengan self-identiy (Dariyo, 2004:80), yang berarti mampu mewujudkan
jati dirinya sehingga individu tersebut merasa siap untuk menghadapi tugas
Sedangkan Sherman dan Deauk (Baron,1993:163) membedakan identitas
sosial menjadi sebuah defenisi diri yang memandu bagaimana kita
mengonseptualisasikan dan mengevaluasi diri sendiri. Identitas sosial mencakup
banyak karakteristik yang unik, seperti nama seseorang dan konsep diri. Hal ini
juga berbeda dengan konsep diri, yakni gambaran diri tentang aspek fisiologis
maupun psikologis yang berpengaruh pada perilaku individu dalam penyesuaian
diri dengan orang orang lain.
Dalam ilmu psikologi, konsep identitas umumnya merujuk kepada suatu
kesadaran akan kesatuan dan kesinambungan pribadi, serta keyakinan yang relatif
stabil sepanjang rentang kehidupan kendatipun terjadi segala macam perubahan
(Desmita, 2005:211).
Sedangkan menurut Adam dan Gullota (dalam Desmita, 2005 :211),
menggambarkan tentang identitas sebagai berikut :
“Identity is a complex psychological phenomenon. It might be thought of as the person in personality. It includes our own interpretation of early childhood identification with important individual in our lives. It includes a sense of identity integrates sex-role identification, individual ideology, accepted group norms and standars, and much more”.
Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa identitas adalah sebuah
fenomena psikologi yang kompleks. Dimana hal itu mungkin adalah sebuah
identifikasi dengan individu yang dianggap penting dalam kehidupan mulai dari
awal masa kanak-kanak. Dan termasuk juga didalamnya identifikasi peranan seks,
ideologi individu, penerimaan norma kelompok.
Sedangkan Erikson (dalam Gunarsa, 1991:84) mendefenisikan identititas
secara lebih rinci antara lain sebagai berikut :
1. Identitas dapat diartikan sebagai suatu inti pribadi yang tetap ada, walaupun
mengalami perubahan bertahap dengan pertambahan umur dan perubahan
lingkungan.
2. Identitas dapat diartikan sebagai cara hidup tertentu yang sudah dibentuk pada
masa-masa sebelumnya dan menentukan peran sosial manakah yang harus
dijalankan.
3. Identitas merupakan suatu hasil yang diperolehnya pada masa remaja, akan
tetapi tetap masih akan mengalami perubahan dan pembaharuan.
4. Identitas dialami sebagai suatu kelangsungan di dalam dirinya dan dalam
hubungannya dengan luar dirinya.
5. Identitas merupakan suatu penyesuaian peranan sosial yang pada azasnya
mengalami perubahan.
Menurut James Marcia (dalam Yusuf, 2007:201) ketika individu gagal
mengintegrasikan aspek-aspek dan pilihan atau merasa tidak mampu untuk
Erikson juga menjelaskan (Santrock, 2003:344), identity confusion
merupakan suatu kemunduran dalam perspektif waktu, inisiatif, dan kemampuan
untuk mengkoordinasikan perilaku dimasa kini, dengan tujuan di masa depan.
Kebingungan ini juga ditandai dengan adanya perasaan tidak mampu, tidak
berdaya, penurunan harga diri, tidak percaya diri, dan berakibat pesimis dalam
mengahadapi masa depan (Dariyo, 2004 :80).
Dari berbagai definisi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
identitas adalah pengalaman subjektif yang merupakan kesatuan dan
kesinambungan yang koheren dalam ruang dan waktu yang berisi nilai,
keyakinan, sikap dan ide-ide yang mengarahkan tingkah laku dan
menggambarkan kekuatan, kelemahan, dan keunikan individu dalam rentang
kehidupan.
2.2.2 Perkembangan Status Identitas
Status identitas merupakan paradigma perluasan dan pengembangan dari teori
psikososial Erik H. Erikson oleh James Marcia (Santrock dalam life-spain,
2002:58). Dalam paradigma ini perkembangan status identitas telah menghasilkan
dua dasar pengembangan, yaitu krisis (eksplorasi) dan komitmen. yaitu :
a. Krisis merupakan suatu periode perkembangan identitas dimana remaja
b. Komitmen didefinisikan sebagai bagian dari perkembangan identitas dimana
remaja memperlihatkan suatu tanggung jawab pribadi terhadap apa yang akan
mereka lakukan.
Dari uraian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa perkembangan
status identitas telah menghasilkan dua dasar dimensi, yaitu krisis dan komitmen.
2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Identitas
Perkembangan identitas dapat dipengaruhi oleh bebrapa faktor (Yusuf, 2007:202)
yaitu:
1. Iklim keluarga, yaitu yang berkaitan dengan interaksi sosio-emosional antar
anggota keluarga (ibu-ayah, orang tua-anak dan anak-anak) sikap dan
perlakuan orang tua terhadap anak. Apabila hubungan antar anggota keluarga
hangat, harmonis, serta sikap perlakuan orang tua terhadap anak positif atau
penuh kasih sayang, maka remaja akan mampu mengembangkan identitasnya
secara realistik dan stabil (sehat). Namun apabila sebaliknya, yaitu hubungan
keluarga penuh konflik, tegang dan perselisihan, serta orangtua bersikap keras
dan kurang memberikan kasih sayang, maka remaja akan mengalami
kegagalan dalam mencapai identitasnya secara matang, dia akan mengalami
kebingungan, konflik atau frustasi
2. Tokoh idola, yaitu orang-orang yang dipersepsikan oleh remaja sebagai figur
atau pujaan remaja berasal dari kalangan selebritis seperti para penyanyi,
bintang film, dan olahragawan. Meskipun persentasenya sedikit, ada juga
tokoh idola remaja itu yang berasal dari para tokoh masyarakat, pejuang atau
pahlawan.
3. Peluang pengembangan diri, yaitu kesempatan untuk melihat kedepan dan
menguji dirinya dalam setting (adegan) kehidupan yang beragam. Dalam hal
ini, eksperimentasi atau pengalaman dalam menyampaikan gagasan,
penampilan peran-peran dan bergaul dengan orang lain (dalam aktivitas yang
sehat) sangatlah penting bagi perkembangan identitasnya.
2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Identitas
Dalam perkembangan kepribadian terdapat dua faktor yang akan berperan
(Gunarsa, 1991 hal : 88), yakni :
1. Identifikasi, identifikasi hampir dapat disamakan dengan peniruan, akan tetapi
sifatnya lebih mendalam dan menetap. Dengan identifikasi yang dimaksud
bahwa tingkah laku, pandangan, pendapat, nilai-nilai, norma, minat dan
aspek-aspek lain dari kepribadian seseorang akan diambilnya dan dijadikan bagian
daripada kepribadiannya sendiri.
2. Eksperimentasi, para remaja harus memperoleh kesempatan untuk
eksperimentasi erat hubungannya dengan peran sosial di kemudian hari.
2.2.5 Dimensi-dimensi Status Identitas
Berdasarkan dimensi ini, Marcia (Santrock dalam life-span, 2002: 58) membagi
identitas menjadi empat status identitas yang didasarkan pada dua pertimbangan
berikut :
a. Apakah mereka mengalami suatu krisis identitas atau tidak
b. Pada tingkat mana mereka memiliki komitmen terhadap pemilihan pekerjaan,
agama, serta nilai-nilai politik dan keyakinan. Keempat kategori itu adalah:
Achievement (tinggi dalam komitmen dan ekplorasi), Moratorium (rendah
komitmen dan tinggi eksplorasi), Foreclosure (tinggi komitmen dan rendah
eksplorasi), dan Diffusion (rendah dalam komitmen dan eksplorasi). Berikut
dijelaskan gambaran status identitas menurut James Marcia (dalam Dariyo,
2004: 84), yaitu :
1. achievement (pencapaian identitas): Seorang individu dikatakan telah
memiliki identitas, jika dirinya telah mengalami krisis dan ia dengan penuh
tekad mampu menghadapinya dengan baik. Justru dengan adanya krisis
akan mendorong dirinya untuk membuktikan bahwa dirinya mampu
menyelesaikannya dengan baik. Walaupun kenyataanya ia harus mengalami
kegagalan, namun bukanlah akhir dari upaya untuk mewujudkan potensi
2. foreclosure (pencabutan identitas): Identitas ini ditandai dengan tidak
adanya suatu krisis, tetapi ia memiliki komitmen atau tekad. Sehingga
individu seringkali berangan-angan tentang apa yang ingin dicapai dalam
hidupnya, tetapi seringkali tidak sesuai dengan kenyataan yang dihadapinya.
Akibatnya, ketika individu dihadapkan pada masalah realitas, tidak mampu
menghadapi dengan baik. Bahkan kadang-kadang melakukan mekanisme
pertahanan diri seperti; rasionalisasi, regresi pembentukan reaksi dan
sebagainya.
3. moratorium (penundaan identitas): Identitas ini ditandai dengan adanya
krisis, tetapi ia tidak memiliki kemauan kuat (tekad) untuk menyelesaikan
masalah krisis tersebut. Ada dua kemungkinan tipe individu ini, yaitu :
a). Individu yang menyadari adanya suatu krisis yang harus diselesaikan,
tetapi tidak mau menyelesaikannya, menunjukkan bahwa individu ini
cenderung dikuasai oleh prinsip kesenangan dan egoisme pribadi. Apa
yang dilakukan seringkali menyimpang dan tidak pernah sesuai dengan
masalahnya. Akibatnya, ia mengalami stagnasi perkembangan yang
lebih maju, namun karena ia terus menerus tidak mau menghadapi atau
menyelesaikan masalahnya, maka ia hanya dalam tahap itu.
b). Orang yang memang tidak menyadari tugasnya, namun juga tidak
untuk menyadari akan tugas dan tanggung jawabnya.
4. diffusion (penyebaran identitas): Orang tipe ini, yaitu orang yang mengalami
kebingungan dalam mencapai identitas. Ia tidak memiliki krisis dan juga
tidak memiliki tekad untuk menyelesaikannya.
Dari uraian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa dimensi status
identitas dapat dibagi menjadi empat dimensi, yaitu identitas Achievement,
identitas Foreclosure, identitas Moratorium, dan identitas Diffusion.
2.2.6 Aspek-aspek Pembentukan Identitas
Menurut Marcia terdapat tiga aspek penting dalam pembentukan identitas
(Santrock dalam life-span, 2002:58) diantaranya yaitu:
1. Remaja muda harus membentuk rasa percaya terhadap dukungan orang tua
2. Mengembangkan suatu pemikiran untuk giat menghasilan sesuatu atau
ketekunan
3. Memperoleh perspektif mengenai masa depan yang merefleksikan diri
mereka sendiri
2.3 Kerangka Berpikir
Sebagaimana yang telah diketahui bahwa agresivitas merupakan kecenderungan
berperilaku agresif (menyakiti, melukai, dan lain-lain) baik secara fisik, verbal
Berkowitz (1995) yang menyatakan agresivitas merupakan keinginan yang relatif
melekat untuk menjadi agresif dalam berbagai situasi yg berbeda. Sebelum
mendapatkan gambaran identitas diri yang jelas, hampir setiap individu akan
mengalami berbagai macam konfigurasi yang bermakna, mulai dari identitas
positif hingga identitas negatif sehingga agresivitas menjadi salah satu pilihan
yang akan diperankan oleh individu tersebut. Oleh karena itu munculah
pertentangan di dalam diri individu untuk menemukan identitas diri mereka,
sehingga perilaku agresi tidak dapat untuk dihindarkan.
Sebagaimana unjuk rasa puluhan mahasiswa yang mengkritisi
kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono di Jalan
Kimia Jakarta, Sabtu berujung bentrok. Mahasiswa dan polisi terlibat saling
serang dan lempar batu. Suasana bertambah panas saat para demonstran mencoba
memblokir ruas jalan dengan cara membakar ban bekas. Melihat hal tersebut,
polisi mulai bertindak tegas dengan cara membubarkan pengunjuk rasa. Upaya
polisi dibalas mahasiswa dengan lemparan batu, menyusul adanya aksi pemukulan
aparat terhadap mahasiswa. Selain aksi saling lempar batu, sejumlah pot bunga di
pinggir jalan dipecah hingga hancur berantakan. Polisi akhirnya melepaskan
tembakan peringatan dan gas air mata guna membubarkan demonstrasi (Adi,
Liputan6.com. 2011).
dibuktikan pada berbagai kasus agresivitas mahasiswa, salah satunya adalah
demonstrasi yang berujung ricuh dan kerap terjadi di berbagai daerah sehingga
tak sedikit menimbulkan korban.
Permasalahan ini berkaitan dengan status identitas, individu seringkali
mengalami kebingungan sehingga menemukan berbagai macam konfigurasi
identitas negatif, belum adanya komitmen dan identitas yang stabil membuat
individu mengalami kebingungan, dan terkadang membuat emosinya cenderung
tidak stabil sehingga dapat menimbulkan perilaku agresi terhadap lingkungan di
sekitarnya, sebagaimana beberapa contoh kasus kericuhan mahasiswa yang
berdemonstrasi yang terjadi di berbagai daerah. Sebagaimana yang dijelaskan oleh
James Marcia (Yusuf, 2007:201) ketika individu gagal mengintegrasikan
aspek-aspek dan pilihan atau merasa tidak mampu untuk memilih, maka individu
tersebut akan mengalami kebingungan (confusion).
Sedangkan identitas diri itu sendiri merujuk kepada pengorganisasian atau
pengaturan dorongan-dorongan, kemampuan-kemampuan dan
keyakinan-keyakinan ke dalam citra diri secara konsisten yang meliputi kemampuan memilih
dan mengambil keputusan baik menyangkut pekerjaan, orientasi seksual dan
filsafat hidup (Yusuf, 2007:201).
Dari berbagai penjelasan diatas, maka dapat di ambil kesimpulan bahwa
status identitas memberikan pengaruh terhadap agresivitas. Hal tersebut
mulai dari yang positif hinggga ke yang negatif, maka individu tersebut akan
mengalami kebingungan, sehingga dapat melakukan perilaku agresi terhadap
lingkungan yang ada di sekitarnya.
Berdasarkan penjelasan di atas, di bawah ini adalah skema dari kerangka
berpikir pada penelitian ini:
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka hipotesis yang
Achievement
Foreclosure
Moratorium
Diffusion
Jenis Kelamin
Agresivitas
Usia
Semester
1. H1 : Status identitas memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
agresivitas pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. H2 : Identitas achievement memberikan pengaruh yang signifikan terhadap agresivitas pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. H3 : Identitas foreclosure memberikan pengaruh yang signifikan terhadap agresivitas pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. H4 : Identitas moratorium memberikan pengaruh yang signifikan terhadap agresivitas pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. H5 : Identitas diffusion memberikan pengaruh yang signifikan terhadap agresivitas pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. H6 : Jenis kelamin memberikan pengaruh yang signifikan terhadap agresivitas pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. H7 : Usia memberikan pengaruh yang signifikan terhadap agresivitas pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
BAB 3
METODE PENELITIAN
Bab ini akan menjelaskan mengenai pendekatan serta metode yang
digunakan dalam penelitian ini, meliputi subyek penelitian, instrumen
pengumpulan data dan prosedur penelitian.
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian
3.1.1 Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu suatu
pendekatan penelitian yang menghasilkan data berupa angka-angka dan kemudian
dianalisis dengan statisktik (Sugiono, 2008:7).
Metode kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi
atau sempel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian,
analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis
yang telah ditetapkan (Sugiono, 2008:8).
3.1.2 Metode penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah deskripsi korelasi (corelational
descriptive study). Penilitian korelasi dirancang untuk menentukan tingkat
dirancang untuk menentukan besarnya arah hubungan antar variabel yang diteliti
(Sevilla, 1993:87).
3.2 Definisi Variabel dan Operasional Variabel
3.2.1 Definisi Variabel
Variabel merupakan segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2008:38).
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis
menggunakan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
1. Variabel bebas (independent variable) : Status Identitas
2. Variabel terikat (dependent variable) : Agresivitas
3.2.2 Definisi Konseptual
Adapun definisi konseptual dalam penelitian ini, diantaranya adalah:
1. Marcia dan Watterman dalam Yusuf (2007) menjelaskan identitas diri merupakan pengorganisasian atau pengaturan dorongan-dorongan, kemampuan-kemampuan dan keyakinan-keyakinan ke dalam citra diri secara konsisten yang meliputi kemampuan memilih dan mengambil keputusan baik menyangkut pekerjaan, orientasi seksual dan filsafat hidup.
3.2.3 Definisi Operasional
3.2.3.1 Defenisi Operasional Status Identitas
a. achievement, adalah individu yang telah memiliki identitas, dirinya telah
mengalami krisis dan ia dengan penuh tekad mampu menghadapinya dengan
baik. Justru dengan adanya krisis akan mendorong dirinya untuk membuktikan
bahwa dirinya mampu menyelesaikannya dengan baik, yang memiliki indikator
sebagai berikut, tidak mudah putus asa, dan mampu menyelesaikan masalah.
b. foreclosure, adalah identitas yang ditandai dengan tidak adanya suatu krisis,
tetapi ia memiliki komitmen atau tekad. Sehingga individu seringkali
berangan-angan tentang apa yang ingin dicapai dalam hidupnya, tetapi
seringkali tidak sesuai dengan kenyataan yang dihadapinya, dan memiliki
indikator sebagai berikut: suka berangan-angan, dan tidak mampu
menyelesaikan masalah.
c. moratorium, adalah identitas ini ditandai dengan adanya krisis, tetapi ia tidak
memiliki kemauan kuat (tekad) untuk menyelesaikan masalah krisis tersebut,
yang memiliki indikator sebagai berikut: tidak mau menyelesaikan
permasalahan.
d. diffusion, adalah individu yang mengalami kebingungan dalam mencapai
identitas. Ia tidak memiliki krisis dan juga tidak memiliki tekad untuk
menyelesaikannya, dan memiliki indikator sebagai berikut: tidak memiliki
3.2.3.2 Definisi Operasional Agresivitas
Agresivitas merupakan keinginan yang relatif melekat untuk menjadi agresif
dalam berbagai situasi berbeda. Berikut indikator agresivitas berdasarkan
dimensi-dimensinya:
a. Menyerang pada fisik seperti: memukul, menendang, dan merampas.
b. Menyerang pada benda atau obyek seperti: memukul, membanting, melempar
(benda).
c. Menyerang secara verbal atau simbolik seperti: menghina, mengejek, dan
mengancam
d. Pelanggaran terhadap hak milik orang lain atau menyerang daerah orang lain,
seperti: memaksakan pendapat, dan merusak barang hak milik orang lain.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi
Menurut Gay (dalam Sevilla, 1993:160), populasi adalah kelompok dimana
peneliti akan menggeneralisasikan hasil penelitiannya. Sedangkan menurut
Kerlinger (dalam Sevilla, 1993:160), populasi adalah keseluruhan anggota,
kejadian, atau objek-objek yang telah ditetapkan dengan baik. Populasi dalam
penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, yang berjumlah 772 orang.
3.3.2 Sampel
kecil atau cuplikan yang ditarik dari populasi atau porsi dari suatu populasi.
Dalam penelitian ini sampel tersebut adalah Fakultas Psikologi Non-Reguler UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Jumlah sampel yang direncanakan berjumlah 70
orang, sebab menurut Gay (dalam Sevilla,1993:163) Jumlah sampel minimal dari
suatu penelitan korelasi adalah 30 orang. Penetapan jumlah sampel tersebut
disesuaikan dengan kemampuan penulis berdasarkan pertimbangan waktu, tenaga
dan dana penelitian. Pada penelitian ini, peneliti mengambil sampel 70 orang,
yang diambil dari semester 1, 3, 5 dan 7.
3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
stratified random sampling, yaitu suatu teknik pengambilan sampel, dengan cara
sub-kelompok (strata) yang spesifik akan memiliki jumlah yang cukup mewakili
dalam sampel, serta menyediakan jumlah sampel sebagai sub-analisis dari anggota
strata tersebut (Sevilla, 1993:166). Alasan penulis menggunakan teknik ini adalah
karena banyaknya kelas dalam setiap semester, sehingga sampel penelitian harus
diambil berdasarkan perwakilan masing-masing semester.
3.4. Pengumpulan Data
3.4.1. Teknik pengumpulan data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah
bahwa untuk mengungkap data seperti mengenai sikap terhadap sesuatu. Adapun
skala yang digunakan adalah skala model Likert dengan empat alternatif jawaban.
Selain itu pernyataannya dibuat dengan kategori positif atau kesetujuan
(favorable) dan item yang disebut negatif atau ketidaksetujuan (unfavorable)
(Sevilla, 1993:225).
Pada penelitian ini peneliti menggunakan skala Likert dengan
menggunakan 4 pilihan jawaban yakni sebagai berikut: • Sangat Setuju (SS)
• Setuju (S)
• Tidak Setuju (TS)
• Sangat Tidak Setuju (STS).
Adapun perolehan skor dari item-item berdasarkan dari jawaban yang
dipilih sesuai dengan jenis pernyataan yakni favorable atau unfavorable. Untuk
jawaban favorable skornya bergerak dari kanan ke kiri (SSSTSSTS)
dengan nilai (1234). Sedangkan untuk unfavorable cara skornya bergerak
sebaliknya dari kiri ke kanan, (STSTSSSS) dengan nilai (4321). Jika
digambarkan dalam bentuk tabel, maka hasilnya sebagai berikut:
Tabel 3.1 Bobot Nilai
Kategori Respon SS S TS STS
Favorabel 4 3 2 1
3.4.2 Instrumen penelitian
Alat pengumpul data dalam penelitian ini menggunakan dua skala, yaitu:
1) Skala status identitas ini disusun berdasarkan indikator yang terdapat pada
dimensi-dimensi status identitas, yaitu sebagai berikut :
Tabel 3.2
Blue Print Try Out Skala Status Identitas
Item
item favorabel dan 18 item unfavorabel. Selanjutnya untuk menginterpretasi skor
responden, penulis menentukan 4 kategori jawaban, yaitu : Sangat Setuju (SS),
2) Skala Agresivitas, yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap diri
responden terhadap perilaku agresi yang berhubungan dan berpengaruh kuat
terhadap tingkat agresivitas individu.
Tabel 3.3
Blue Print Try Out Skala Agresivitas
Item
Skala agresivitas yang akan di uji terdiri dari 36 item, terdiri dari 18 item
favorabel dan 18 item unfavorabel. Selanjutnya untuk menginterpretasi skor
3.5 Teknik Uji Instrumen
3.5.1 Uji Instrumen
Sebelum dilakukan penelitian sebenarnya, peneliti melakukan pengujian validitas
dan reliabilitas alat (try out) terhadap 70 orang mahasiswa reguler fakultas
psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang mempunyai karakteristik sama
dengan sampel penelitian. Adapun tujuan dari pelaksanaan uji instrumen adalah:
1. Mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan responden dalam
menyelesaikan pengisian instrumen.
2. Mengetahui pemahaman responden terhadap pernyataan/item yang diberikan.
3. Mengetahui validitas instrumen, dimana skor setiap item dikorelasikan dengan
skor total.
4. Mengetahui tingkat reliabilitas instrumen yang digunakan untuk mengetahui
tingkat reliabilitas skala tersebut.
3.5.2 Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur derajat ketepatan dan ketelitian atau
akurasi yang ditunjukkan oleh instrumen pengukuran. Menurut Sevilla (1993:176)
validitas merupakan derajat ketepatan suatu alat tentang pokok isi yang
sebenarnya yang diukur.
Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam
suatu daftar pernyataan dalam mendefinisikan suatu variabel. Hasil penelitian
yang valid bila terdapat kesamaan data yang terkumpul dengan data yang
dapat dilihat pada hasil penghitungan SPSS (Statistical Package for the Social
Sciences) versi 11,5for windows.
3.5.3 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur derajat ketepatan suatu alat ukur
tentang pokok isi atau arti sebenarnya yang diukur. Menurut Sevilla (1993:175)
reliabilitas merupakan derajat ketepatan dan ketelitian atau akurasi yang
ditunjukkan oleh instrumen penelitian. Tes dikatakan sebagai reliabilitas tinggi
apabila skor tampak tes itu dikatakan konsisten dan dapat diandalkan.
Adapun uji reliabilitas alat tes atau skala dengan rumus Alpha Cronbach
dan perhitungan menggunakan SPSS 11.5for windows.
Menurut J.P. Guilford (dalam Kuncoro, 2005), prinsip umum yang
digunakan untuk menafsirkan nilai r adalah sebagai berikut :
Tabel 3.4 Interpretasi Nilai r
Besarnya r Interpretasi
>0,9 Sangat reliable
>0,7 Reliabel
>0,4 Cukup reliable
>0,2 Kurang reliable
3.5.4 Hasil Uji Instrumen Penelitian
Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti melakukan uji instrumen dengan jumlah total keseluruhan item sebanyak 72 item dari dua skala, yaitu skala status identitas yang berjumlah 36 item dan skala agresivitas yang berjumlah 36 item. Uji instrumen diberikan pada 70 mahasiswa di Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah.
• Uji Validitas Instrumen
Uji validitas instrumen dilakukan pada dua jenis skala yang digunakan dalam penelitian, yaitu uji validitas skala status identitas dan uji validitas skala agresivitas. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan tekhnik korelasi
Tabel 3.5
Blue Print Setelah Try Out Skala Status Identitas
Item
Keterangan : * item yang valid
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 36 item skala status identitas,
ada 28 item yang valid dengan kriteria angka valid > 0.306, yaitu item nomor 1,
3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 18, 19, 22, 23, 24, 26, 28, 29, 30, 31, 33,
34, 35, dan 36. Item-item yang valid itulah yang dijadikan alat ukur untuk
penelitian dari uji reliabilitas. item yang valid pada skala status identitas diperoleh
karena menurut Azwar (2004), koefisien reliabilitas yang tinggi adalah yang
Blue Print Setelah Try Out Skala Agresivitas
Item Jumlah
atau simbolik 3). Mengancam *26, 28 25, *27 4
1).Memaksakan
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 36 item skala agresivitas, ada 28
item yang valid dengan kriteria angka valid > 0,306 yaitu item nomor 3, 4, 5, 6,
7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 21, 22, 23, 24, 26, 27, 29, 30, 31, 32,
33, 34. Item-item yang valid itulah yang dijadikan alat ukur untuk penelitian dari
uji reliabilitas. item yang valid pada skala agresivitas diperoleh koefisien alpha
cronbach sebesar 0,8338. Angka tersebut dapat dikatakan reliabel karena menurut
Azwar (2004), koefisien reliabilitas yang tinggi adalah yang mendekati angka
1.00.
3.5.5 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian deskriptif korelasional, besar atau tingginya hubungan antar
variabel dinyatakan dengan koefisien korelasi. Untuk mengukur keeratan
hubungan antara hasil-hasil pengamatan dari populasi yang mempunyai dua
variabel. Maka dalam penelitian ini, analisisnya menggunakan korelasi Product
Moment Pearson. Untuk memudahkan hitungan kesemua koefisien menggunakan
hitungan komputerisasi dengan program SPSS versi 11,5. Untuk menghitung
reliabilitas alat pengumpulan data (uji reliabilitas) akan digunakan tekhnikAlpha
Cronbach, dengan penghitungannya menggunakan programSPSS versi 11.5.
3.5.6 Uji Reliabilitas Instrumen
Uji reliabilitas dalam perhitungannya menggunakan program SPSS versi 11,5.
agresivitas yang berjumlah 28. Dari hasil hitungan uji reliabilitas terhadap
instrumen penelitian ini diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 3.7
Koefisien Reliabilitas Instrumen Penelitian
Instrumen Koefisien Alpha Cronbach Keterangan
Status Identitas 0,8753 Reliabel
Agresivitas 0,8338 Reliabel
Dari perhitungan menggunakan SPSS 11,5 didapat Alpha Cronbach
sebesar 0,8753 untuk skala status identitas dengan kriteria reliabel. Dan koefisien
Alpha Cronbach sebesar 0,8338 untuk skala agresivitas dengan kriteria reliabel.
3.6 Prosedur Penelitian
3.6.1 Tahap Persiapan
1. Dimulai dengan perumusan masalah
2. Menentukan variabel penelitian
3. Melakukan studi kepustakaan untuk mendapat gambaran dan landasan teoritis
yang tepat.
4. Menentukan, menyusun dan menyiapkan alat ukur yang digunakan dalam
penelitian ini, yaitu skala status identitas dan skala agresivitas.
5. Menentukan lokasi penelitian
3.6.2 Tahap Pengambilan Data
1. Menentukan sampel penelitian.
2. Memberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian dan meminta kesediaan
subyek untuk mengisi skala penelitian.
3. Melaksanakan pengambilan data dengan memberikan skala yang telah
disiapkan kepada subyek penelitian.
3.6.3 Tahap Pengolahan Data
1. Melakukan skoring terhadap hasil skala yang telah di isi oleh responden.
2. Menghitung dan mencatat tabulasi data yang diperoleh, kemudian membuat
tabel data.
3. Melakukan analisis data dengan menggunakan metode statistik untuk menguji
hipotesis penelitian.
3.6.4 Tahap Pembahasan
1. Menginterpretasikan dan membahas hasil analisis statistik berdasarkan teori.
2. Merumuskan kesimpulan hasil penelitian yang diperoleh dan dibahas
BAB 4
PRESENTASI DAN ANALISIS DATA
Dalam bab ini akan dibahas hasil dari penelitian yang telah dilakukan di Fakutas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah. Hasil penelitian ini mencakup gambaran umum responden, hasil pengujian hipotesis yang telah diajukan melalui perhitungan statistik, dan pembahasan hasil pengujian hipotesis.
4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Berikut ini diuraikan gambaran umum subyek dalam penelitian ini berdasarkan jenis kelamin, usia, semester, dan asal sekolah. dengan melibatkan 140 orang mahasiswa dengan rincian 70 responden pada try out dan 70 responden untuk
field test. Gambaran umum subyek berdasarkan jenis kelamin, usia, Semester dan asal sekolah digambarkan sebagai berikut :
Tabel 3.8