• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh pemahaman fiqh muamalat mahasiswa terhadap keputusan membeli produk fashion palsu (study pada mahasiswa angkatan 2011 & 2012 prodi muamalat fakultas syariah dan hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh pemahaman fiqh muamalat mahasiswa terhadap keputusan membeli produk fashion palsu (study pada mahasiswa angkatan 2011 & 2012 prodi muamalat fakultas syariah dan hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMAHAMAN FIQH MUAMALAT MAHASISWA

TERHADAP KEPUTUSAN MEMBELI PRODUK

FASHION

PALSU

(Study Pada Mahasiswa Angkatan 2011 & 2012 Prodi Muamalat Fakultas Syariah Dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

OLEH :

ANGGIE PUTRA WIJAYA NIM: 109046100001

PROGRAM STUDI MUAMALAT

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULAAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Anggie Putra Wijaya, 109046100001, “Pengaruh Pemahaman Fiqh Muamalat Mahasiswa Terhadap Keputusan Membeli Produk Fashion Palsu”, Program Strata I, Program Studi Muamalat, Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.

Problema yang muncul dalam membeli produk fashion palsu adalah banyaknya mahasiswa yang masih menggunakan produk produk palsu. Salah satu hal yang sangat penting adalah memberitahu bahwa produk palsu itu di larang oleh agama yang di ajarkan dalam fiqh muamalat dan juga dilarang oleh negara pada UU nomer 15 tahun 2001 tentang merk terhadap pemalsuan dan peniruan merk dagang terkenal perusahaan multinasional. Negara memandang pemalsuan merupakan tindakan yang ilegal.

Diharapkan dengan mahasiswa yang mempunyai pengetahuan yang baik dalam fiqh muamalat khususnnya tentang keputusan membeli produk palsu bisa memberikan pemahaman kepada teman-temannya. Khususnya di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang merupakan lembaga pendidikan islam yang sejak dini telah mengajarkan nilai nilai syariah dalam kurikulumnya. Nantinya diharapkan kita semua mengerti bahwa mengkonsumsi barang palsu atau ilegal itu dilarang oleh agama dan negara. Skripsi ini meneliti bagaimana pengaruh pemahaman Fiqh Muamalat terhadap keputusan membeli produk fashion palsu.

Dalam penelitian skripsi ini variabel yang digunakan satu variabel terikat dan satu variabel bebas, Variabel Pengaruh Pemahaman Fiqh Muamalat Mahasiswa (X), dan Variabel Keputusan Membeli Produk Fashion Palsu (Y).Penulisan skripsi ini menggunakan metode kuantitatif. Data yang diperoleh adalah data sekunder dari kuisoner lalu diolah menggunakan regresi linier sederhana. Sebagai tambahan untuk memperkuat teori, penulis juga mengadakan studi kepustakaan. Melalui studi kepustakaan ini dilakukan dengan menelaah buku-buku, dokumen-dokumen, rujukan, artikel yang berkaitan dengan penelitian ini.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah tingkat pemahaman fiqh muamalat Mahasiswa Perbankan Syariah cukup baik dilihat dari pernyataan yang dijawab oleh responden. Pemahaman fiqh muamalah dapat berpengaruh secara nyata atau signifikan terhadap keputusan membeli produk fashion palsu. Hasil ini juga dapat dibuktikan dengan kofisien determinasi (R2) bahwa sebesar 23,7% keputusan membeli produk palsu/tiruan dapat dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel tingkat pemahaman fiqh muamalat, sisanya sebesar 76,3% dijelaskan dan dipengaruhi oleh faktor lain diluar variabel lain yang tidak dilakukan dalam penelitian ini.

Kata Kunci: Fiqh Muamalat, Fashion palsu dan Prilaku Konsumen Pembimbing: H. Muhammad Fudhail Rahman, Lc, MA

Daftar Pustaka: Tahun 1986 sampai dengan Tahun 2014 Sumber: Buku, Jurnal, Skripsi, WEB

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Assalamua‟laikum.wr.wb

Alhamdulillah, segala puji dan rasa syukur penulis panjatkan hadirat-nya.

Tidak ada kekuatan apapun dalam diri selain dengan kekuasaan Allah SWT. Dialah

penguasa dari seluruh alam semesta ini, yang Maha Pengasih tanpa pilih kasih; Maha

Penyayang bagi semua makhluk-Nya. Karena anugrah dan karunia yang

diberikan-Nya kita memiliki kemampuan untuk berfikir dan menikmati duniawi yang terhingga

jumlanya.

Shalawat dan salam semoga tercurah ke hadirat Qudwah Hasanah Nabi

Muhammad SAW, yang selalu kita nantikan syafa‟atnya di hari pembalasan nanti,

Amin. Dengan mengucapkan rasa syukur kehaditrat Allah SWT yang telah

melimpahkan karunia dan rahmat-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi ini dengan judul “PENGARUH PEMAHAMAN FIQH

MUAMALAT MAHASISWA TERHADAP KEPUTUSAN MEBELI

PRODUK FASHION PALSU”.

Walaupun usaha dalam penyelesaian skripsi ini, penulis sudah merasa optimal

namun sudah pasti banyak kekurangan dalam penulisan maupun dalam

pembahasannya. Untuk itu saran dan kritik yang konstruktif sangat kami harapkan.

Sebagai suatu karya ilmiah, semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi penulis dan bagi

(7)

Penulis sangat menyadari, bahwa selesainya penulisan skripsi ini bukanlah

semata-mata dari buah tangan hasil penulis sendiri, akan tetapi dari hamba Allah yang

senantiasa mendermawankan kemampuannya untuk kemaslahatan publik, baik secara

langsung maupun tidak langsung. Mereka yang dengan tulis hati meluangkan waktu

mesti hanya sekedar menuangkan aspirasi bagi penulis, tentu tanggung jawab ini akan

terasa kian berat, tanpa kehadiran mereka.

Oleh karena itu tidak berlebihan kiranya jika pada kesempatan ini penulis

menyampaikan rasa terimakasih, khususnya kepada ;

1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar M.A. Phd, Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Ah. Azharuddin Lathif M.Ag, MH., dan Bapak Abdurrauf, Lc, MA.,

Ketua Prodi Program Studi Muamalat dan Sekertaris Konsentrasi Perbankan

Syariah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak M. Fudhail Rahman, M.A. Dosen pembimbing yang senantiasa

membimbing dengan sabar dan meluangkan waktunya untuk memberikan

arahan dan saran-saran, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Para Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat kepada penulis semasa

(8)

viii

5. Pimpin dan Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Syari‟ah dan

Hukum Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

memberikan fasilitas bagi penulis untuk mengadakan studi perpustakan.

6. Seluruh responden yang telah membantu penulis dalam penulisan skripsi ini,

karena dari mereka telah meluangkan waktunya dalam pengisisan kuesioner

yang sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Yang tercinta Ayahanda, Ibunda dan Kakak, yang disetiap nafasnya mengalir

doa untuk kebahagian dan kesuksesan Ananda dalam meniti kehidupan dunia

dan di akhirat kelak, dan selalu memberikan motivasi baik secara moril dan

materil semata-mata untuk keberhasilan penulis. Semoga kesehatan dan

keberkahan selalu tercurah untuk mereka.

8. Temen-teman seperjuangan, khususnya Agus Supriadi, Latu Perisa, Fitroh

Abdul Malik, dan teman teman di kampus, kelas PS A 2009 teman

seperjuanganku yang selalu ada baik dalam suka maupun duka.

9. Kepada wanita yang selalu menemani penulis yang selalu memberikan

dukungan dan semaangat “Rifa Rahmaniar”, terimakasih pernah menjadi

bagian dari sebuah kisah perjalanan hidup penulis.

10.Sahabat-sahabat rumah, Khususnya Tio Bagus, Odenk, Umam, Rojak, Eka

Cahya, terimakasih telah memberikan pengalaman hidup yang luar biasa

memberikam pelajaran berharga tentang kebersamaan dan tentang

(9)

11.Semua mahluk Allah yang membuat penulis terinspirasi dan semua pihak

yang telah memberikan bantuannya kepada penulis, hingga penulisan skripsi

ini dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis hanya dapat memohon kepada Allah SWT. Semoga snantiasa

menerima kebaikan dan ketulusan mereka serta memberikan sebaik-baiknya balasan

atas amal baik mereka. Terakhir semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat menambah

keilmuan kita. Amin.

Jakarta, 01 Februari 2014

(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA SIDANG ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

F. Review Studi Terdahulu ... 9

G. Kerangka Konseptual ... 11

H. Teknik Penulisan ... 11

(11)

BAB II LANDASAN TEORI

A. Jual Beli dalam Fiqh Muamalat ... 13

1. Pengertian Fiqh Muamalat ... 13

2. Pengertian Jual Beli ... 14

3. Rukun dan Syarat Jual Beli ... 15

4. Macam-Macam Jual Beli ... 17

B. Perilaku Konsumen ... 20

1. Pengertian Perilaku Konsumen ... 20

2. Perilaku Konsumen Muslim ... 20

C. Proses Pengambilan Keputusan ... 22

D. Pengertian Fashion Palsu ... 24

1. Pengertian Fashion Palsu ... 24

2. Barang Palsu Atau Barang Tiruan Dalam Islam ... 26

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendeketan Penelitian ... 28

B. Lokasi ... 28

C. Jenis Penelitian ... 29

D. Kriteria dan Sumber Data ... 29

E. Populasi dan Sampel ... 30

F. Variabel Penelitian ... 32

G. Teknik Analisis Data ... 33

(12)

xii BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Profil Responden ... 41

1. Jenis Kelamin ... 41

2. Semester ... 42

3. Pendapatan Sebulam ... 42

4. Sumber Pendapatan ... 43

B. Penggunaan Produk Fashion Palsu Pada Mahasiswa ... 44

1. Kepemilikan Produk Fashion Palsu ... 44

2. Produk Fashion Palsu Yang digunakan Oleh Mahasiswa ... 45

C. Hasil Penjelasan Responden ... 46

1. Variabel Pengaruh Pemahaman Fiqh Muamalat Mahasiswa (X) 46 2. Variabel Keputusan Membeli Fashion Palsu (Y) ... 52

D. Pembahasan Hasil Uji SPSS ... 58

1. Uji Normalitas ... 58

2. Analisis Regresi Linier Sederhana ... 60

3. Koefesien Determinasi (R2) ... 61

4. Uji Koefisien Regresi Sederhana (Uji t) ... 63

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Uji Validitas Variabel Pengaruh Pemahaman Fiqh Muamalat

Mahasiswa ... 34

Tabel 3. 2 Uji Validitas Variabel Keputusan Membeli Produk Fashion Palsu ... 35

Tabel 3. 3 Uji Reliabilitas Variabel Pengaruh Pemahaman Fiqh Muamalat Mahasiswa ... 37

Tabel 3. 4 Uji Reliabilitas Variabel Keputusan Membeli Produk Fashion Palsu ... 37

Tabel 4. 1 Analisis Deskriptif Pengaruh Pemahaman Fiqh Muamalat Mahasiswa ... 47

Tabel 4. 2 Analisis Deskriptif Keputusan Membeli Produk Fashion Palsu ... 52

Tabel 4. 3 One Sample Test Kolgomorov – Smirnov Test ... 60

Tabel 4. 4 Coerrelation ... 61

Tabel 4. 5 Model Summaryb ... 62

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual ... 11

Gambar 4.1 Jenis Kelamin ... 41

Gambar 4.2 Semester ... 42

Gambar 4.3 Pendapatan Sebulan ... 42

Gambar 4.4 Sumber Pendapatan ... 43

Gambar 4.5 Pernyataan atas kepemilikan produk Fushion palsu ... 44

Gambar 4.6 Kepemilikan atas jenis produk Fashion palsu ... 45

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I (Hasil Uji Linear Sederhana)

Lampiran II (Hasil Uji Olah Data Responden SPSS V.20) Lampiran III (Kuisioner)

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perilaku pembelian konsumen memang merupakan suatu pembahasan yang

unik dan menarik, sebab bahasan ini akan menyangkut pada berbagai faktor di

berbagai dimensi kehidupan manusia yang berbeda-beda selama manusia

melakukan kegiatan perekonomian (pembelian) dalam kehidupan maka selama itu

kita akan selalu mendapatkan fenomena-fenomena baru dalam pola prilaku

pembeliannya. Salah satu fenomena yang cukup menarik perhatian penulis dan

mungkin pula menarik perhatian banyak orang yaitu fenomena peredaran produk

produk imitasi (barang palsu) sebagai sebuah alternatif baru dalam pilihan

konsumsi konsumen indonesia. “setiap orang Indonesia menggunakan produk

imitasi, setidaknya sekali dalam seumur hidup” itulah sebuah setire yang mungkin

pernah kita dengar.

Pemalsuan barang bermerk memang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat

jaman sekarang, hal itu sering sekali kita temui dan fenomena tersebut tidak

hanya terjadi di indonesia saja khususnya, tetapi di seluruh belahan dunia juga

terjadi pemalsuan barang. bahkan pemalsuan barang sudah menjadi hal yang biasa

dan wajar bagi hampir seluruh orang. Sejak perjanjian pasar bebas dibuat pada

tahun 2002 dan resmi dianut di Indonesia pada tahun 2009. Ditandatanganinya

(17)

November tahun 2002 itu menandakan dihidupkannya secara resmi proses

Kawasan Perdagangan Bebas Tiongkok-ASEAN (CAFTA)1. Perkembangan pasar

bebas terus mengarah pada pasar bebas Asean tahun 2015 yang benar-benar

berlaku tanpa bea masuk sedikitpun. Perdagangan bebas antar negara ditunjukkan

dengan tarif bea masuk relatif rendah. Indonesia memiliki rata-rata tarif bea

masuk Most Favored Nation (MFN) relatif rendah pada tahun 2010, yaitu

mencapai 7,69 persen. Rendahnya tarif bea masuk atas barang impor tersebut

mendorong peningkatan impor Indonesia, sehingga terjadi juga perubahan pasar

asal impor. Peningkatan importasi mengakibatkan adanya persaingan antara

barang impor dan barang produksi dalam negeri, sehingga dituntut adanya daya

saing produk dalam negeri untuk dapat bersaing di pasar negara tujuan dan pasar

domestik2.

Dampak yang ditimbulkan dari adanya pasar bebas adalah terjadinya impor

yang lebih besar dibandingkan sebelum adanya pasar bebas. Selain itu, kontrol

yang lemah atas impor barang akan mempermudah masuknya barang illegal dan

barang palsu melalui impor. Menurut Wakil Menteri Perdagangan Bayu

Khrisnamurti, sejak priode tahun 2012 sampai dengan april 2013, sedikitnya

ditemukan 726 kasus dari hasil pengusutan impor barang palsu masuk ke

1

Pembangunan kawasan perdagangan bebas antara ASEAN dengan negara mitra dialog,http://indonesian.cri.cn/481/2013/05/31/1s138817.htm, terakhir diakses 06 juni 2014

2

Kementrian Perdagangan Republik Indonesia, Kajian Dampak Kesepakatan Perdagangan Bebas Terhadap Daya Saing Produk Manufaktur Indonesia,

(18)

3

Indonesia3. Dampak negatif adanya produk palsu berimbas pada meningkatnya

pengangguran dari 50.573 orang menjadi 124 ribu orang pada periode yang sama.

Dampak negatif lainnya adalah berkurangnya penerimaan sektor pajak sebesar

Rp202,76 miliar. Dampak buruk tersebut memang tidak memberi dampak buruk

kepada konsumen secara langsung bahkan tidak sedikit yang sangat menerima

dengan alasan harga murah. Dampak kerugian ekonomi pada Negara yang

diakibatkan adanya pemalsuan produk sejak tahun 2004 hingga saat ini terus

meningkat hamper sepuluh kali lipat dari Rp4 triliun menjadi Rp37 triliun ditahun

2014.

Sikap masyarakat yang sangat welcome dengan produk tiruan membuat

bisnis jual beli barang palsu semakin subur. Banyak alasan kenapa seseorang

membeli barang palsu, dan alasan-alasan tersebut sudah dapat ditemukan di

beberapa penelitian internasional. Pembeli barang palsu memberikan alasan

bahwa mereka membeli barang palsu, karena hal tersebut tidak memberikan

dampak langsung yang merugikan bagi mereka, harga barang palsu jauh lebih

murah sehingga mereka merasa seolah-olah sebagai wise shoppers.

Kemajuan dunia fashion yang semakin pesat dan beragam membuat para

konsumen menginginkan berbagai produk fashion terbaru. Sayangnya, saat ini

produk fashion khususnya produk fashion bermerek eksklusif mengalami

berbagai peniruan. Di Indonesia, kasus pemalsuan atau kemiripan merek dagang

3

(19)

cenderung meningkat dari tahun ke tahun dan para mahasiswa menjadi konsumen

yang banyak membeli produk-produk fashion tiruan bermerek eksklusif.

Barang palsu yang paling banyak beredar di Indonesia adalah produk

fashion dan produk elektronik. Pemalsuan barang fashion yang merupakan

pemalsuan paling banyak, hal ini disebabkan karena kurangnya pengawasan

konsumen dan produk di Indonesia. Banyak usaha konveksi yang dapat membuat

barang tiruan dari produk asli karena besarnya permintaan pasar. Bahkan

pemalsuan barang fashion sudah dianggap menjadi sebuah epidemik yang

merugikan jutaan dollar Amerika bagi industri fashion (Cheek and Easterling,

2008)4.

Produk fashion tiruan bermerek eksklusif yang banyak dibeli oleh di

antaranya adalah tas, pakaian, hingga kosmetik. Banyak para mahasiswa lebih

untuk memilih membeli produk tiruan disebabkan harganya yang terjangkau serta

kemiripan produk tersebut dengan produk aslinya. Alasan yang lainnya adalah

adanya kemungkinan bahwa mahasiswa tidak mengetahui ternyata barang yang

dibelinya merupakan produk tiruan. Semakin hari seiring dengan semakin

meningkatnya produk-produk tiruan yang muncul di pasaran, semakin bertambah

pula jumlah konsumen terutama para mahasiswa yang membeli produk tiruan.

Hal ini dikarenakan harga yang murah, inovasi produk yang semakin beraneka

macam dan mengikuti perkembangan zaman serta mampu memenuhi gaya hidup

para Mahasiswa.

4

(20)

5

Berbagai produk fashion seperti tas, pakaian, sepatu, hingga aksesoris

menjadi kebutuhan yang selalu ingin dipenuhi oleh mahasiswa. Hal ini

disebabkan karena para mahasiswa kebanyakan ingin selalu tampil menjadi pusat

perhatian. Para mahasiswa memiliki kebutuhan terhadap produk fashion yang

digunakan sebagai pelengkap penampilan yang sesuai dengan dirinya dan

mempermudah mahasiswa untuk diterima di lingkungan sosialnya.mereka akan

berusaha untuk memenuhi kebutuhan tersebut baik dengan cara membeli produk

fashion bermerek eksklusif yang asli maupun tiruan.

Merasa tertarik terhadap produk fashion tiruan bermerek eksklusif sebab

dengan harga yang jauh berbeda dari produk fashion bermerek yang asli,

mahasiswa dapat memiliki produk fashion yang hampir mirip dengan produk

fashion yang asli. mahasiswa yang merasa tertarik ini kemudian akan memiliki

keinginan untuk membelinya atau dengan kata lain pengguna memiliki intensi

untuk membeli produk fashion tiruan bermerek eksklusif.

Pandangan Negara terhadap produk palsu dan tiruan dapat dilihat dalam

Implementasi undang-undang nomor 15 tahun 2001 tentang merek terhadap

pemalsuan dan peniruan merek dagang terkenal perusahaan multinasional. Negara

memandang pemalsuan merupakan tidakan ilegal, namun belum ada upaya

khusus untuk menekan pemalsuan yang banyak dilakukan baik didalam negri

maupun membatasi impor produk palsu..

Jual beli dalam Islam harus dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan

(21)

harus ada yaitu Shighat Aqad, Aqid (penjual dan pembeli) dengan syarat

mumayyiz dan sehat akal agar jual beli itu sah, selain itu dalam melakukan aqad

penjual atau pembeli tidak ada paksaan dari siapapun. Dan yang terakhir dalam

jual beli harus ada Ma‟qud alaih (barang yang menjadi objek jual beli). Syarat

-syarat yang harus terpenuhi adalah barang harus suci, bermanfaat, dapat diserah

terimakan, barang milik penjual dan dapat diketahui oleh kedua pihak tentang

dzat, bentuk, kadar dan sifatnya5.

Pada dua pandangan diatas baik secara undang-undang maupun syariat

Islam, jual beli produk palsu atau tiruan merupakan hal yang dilarang. Kenyataan

yang terjadi di Indonesia, meskipun sudah ada undang-undang yang mengatur

serta syariat Islam yang seharusnya menjadi pertimbangan untuk tidak melakukan

jual beli fashion dengan merek palsu atau tiruan.

Melihat realita tersebut penulis tertarik untuk melakukan kajian lebih

mendalam tentang bagaimana pemahaman masyarakat khususnya mahasiswa di

Prodi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum jurusan Perbankan Syariah

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah dilihat dari tingkat

pemahaman fiqh muamalat terhadap beli fashion tiruan atau palsu. Dalam

penelitian ini penulis akan mengkaji judul penelitian yaitu “PENGARUH

PEMAHAMAN FIQH MUAMALAT MAHASISWA TERHADAP

KEPUTUSAN MEMBELI PRODUK FASHION PALSU

5

(22)

7

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan tema dalam penelitian ini, masalah yang akan di teliti adalah :

1. Mengenai pengaruh pemahaman fiqh muamalat mahasiswa terhadap

keputusan membeli produk fashion palsu.

2. Apakah konsumen memperhatikan hukum Islam terhadap membeli produk

fashion palsu.

C. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan yang akan dibahas, maka dalam penelitian

ini penulis membatasi ruang lingkupnya agar penelitian lebih terarah, terfokus,

dan tidak menyimpang dari sasaran pokok penelitian. Serta dapat mempermudah

proses analisa itu sendiri. Oleh karena itu, penulis membatasi pembahasan atas

permasalahan yang akan dikaji,antara lain :

1. Pembatasan ruang lingkup hanya pada Prodi Muamalat Fakultas Syariah dan

Hukum Jurusan Perbankan Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Penelitian mengambil populasi mahasiswa Semester 5 dan semester 7 jurusan

Perbankan Syariah

3. Isu yang diangkat adalah pengaruh pemahaman fiqh muamalat mahasiswa

terhadap keputusan membeli produk fashion palsu, baik buruknya pandangan

(23)

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang, Identifikasi Masalah, dan Batasan Masalah

yang telah dipaparkan sebelumnya. Maka penulis merumuskan masalah dalam

penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran penggunaan barang fashion palsu atau tiruan oleh

mahasiswa prodi muamalat fakultas Syariah & Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta ?

2. Bagaimana tingkat pemahaman fiqh muamalat mahasiswa Prodi Muamalat

Fakultas Syariah dan Hukum Jurusan Perbankan Syariah UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta terhadap keputusan membeli produk fashion palsu ?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penulisan

Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui penggunan barang palsu pada mahasiswa Prodi

Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Jurusan Perbankan Syariah UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

b. Melihat hubungan antara pemahaman atas Fiqh Muamalat mengenai

hukum jual beli barang palsu terhadap keputusan melakukan pembelian

(24)

9

2. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang bisa didapat dari penelitian ini diantaranya adalah :

a. Secara teoretis, penelitian ini bermanfaat untuk memperluas khazanah

keilmuan tentang keputusan membeli produk fashion palsu, penelitian ini

juga dapat dijadikan sebagai tambahan referensi untuk

penelitian-penelitian selanjutnya berkenaan dengan pengembangan ilmu pengetahuan

baik bagi para mahasiswa perbankan syariah maupun kalangan akademisi

lainnya.

b. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan

untuk Mahasiswa perbankan syariah tentang tingkat pemahaman fiqh

muamalat terhadap keputusan membeli produk fashion palsu. Dan juga

sebagai gambaran tentang sejauh mana pemahaman Mahasiswa terhadap

tingkat pemahaman fiqh muamalat terhadap keputusan membeli produk

fashion palsu.

c. Untuk pihak akademik, diharapkan dengan adanya hasil penelitian ini

maka dapat memberi masukan bahwa seberapa baik pemahaman

mahasiswa UIN akan Fiqh Muamalat khususnya yang berhubungan

dengan jual beli.

F. Review Studi Terdahulu

Darwin Haryatmoko, 2005, dengan judul “Sanksi Pelanggaran Merek

Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam (Telaah Undang-Undang No.15 Tahun

(25)

diterima oleh seseorang akibat pelanggaran hak merk menurut perspektif hukum

pidana Islam. Hak merk merupakan salah satu dari Hak atas Kekayan Intelektual6.

Danu Winoto, 2005, dengan skripsi berjudul analisis hukum Islam terhadap

praktek jual beli software komputer di kota Semarang. Dalam penelitiannya

dibahas mengenai peran hukum Islam dalam mengurangi penjualan perangkat

lunak tidak asli.

Pembahasan penelitian yang penulis kaji dengan penelitian sebelumnya

memiliki kesamaan tema yang membahas tentang penjualan merk atau produk

palsu. Dimana judul ini difokuskan pada pembahasan tentang pelanggaran/saksi

yang diterima oleh seseorang akibat pelanggaran hak merk menurut perspektif

hukum pidana Islam. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian

deskriptif dengan pengolahan data menggunakan metode kualitatif.

Penelitian kedua, membahas tentang “analisis hukum Islam terhadap

praktek jual beli software komputer di kota Semarang”.Perbedaannya dengan

penelitian terdahulu terletak pada objek penelitian yang dimana dalam skripsi ini

membahas tentang fashion palsu dan studi kasusnya berada di Fakultas Syariah

dan Hukum Jurusan Perbankan Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6Darwin Haryatmoko, “

Sanksi Pelanggaran Merek Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam (Telaah Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 Tentang Merek”, Skripsi Sarjana Syari‟ah, Semarang

(26)

11

G. Kerangka Konseptual

Gambar 1.1.1 Kerangka Konseptual

H. Tehnik Penulisan

Teknik penulisan penelitian ini merujuk pada Buku Pedoman Penulisan

Skripsi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas

Syariah dan Hukum tahun 2013.

Keputusan Melakukan Pembelian Keputusan Tidak Melakukan

pembelian

Pemahaman Atas Fiqh Muamalat

Yang Tidak Membolehkan Proses

Jual Beli Barang Palsu Dan Tiruan

(27)

I. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah serta teraturnya skripsi ini dan memberikan gambaran

yang jelas serta lebih terarah mengenai pokok permasalahan skripsi ini, maka

peneliti mengelompokkan dalam lima bab, yaitu sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas tentang Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah,

Batasan Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan penelitian, Manfaat Penelitian,

Penelitian Sebelumnya, Krangka Konseptual, Hipotesis, Metodologi Penelitian,

Tekhnik Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab II menjelaskan pengertian fiqh muamalat, prilaku konsumen muslim dan

pengertian fashion palsu serta teori lain yang berkaitan dengan hal tersebut.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang ruang lingkup penelitian, ukuran sampel, populasi

penelitian serta metode penelitian yang digunakan untuk melakukan analisis.

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA

Bab ini Menjelaskan tentang temuan yang diperoleh dari hasil penelitian

menggunakan kuesioner yang kemudian dijelaskan secara deskriptif serta hasil

pengujian hipotesis yang disimpulkan dari angka-angka statistik yang diperoleh.

BAB V PENUTUP

Bab ini merupakan tahap akhir dari penelitian skripsi yang berisikan mengenai

(28)

13

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Jual Beli dalam Fiqh Muamalat

1. Pengertian Fiqh Muamalat

Secara etimologi fiqh berarti al-ilmu (tahu) atau al-fahmu (paham)

sedangkan muamalah secara etimologi berarti perlakuan atau tindakan.7

Secara terminologi muamalah memiliki makna secara luas dan secara sempit.

Makna luasnya adalah, muaalah merupakan suatu konsepsi Islam mengenai

atura-aturan yang tertentu ditunjukan untuk mengatur urusan duniawi manusia

yang dapat menguntungkan semua pihak yang terlibat didalamnya, sehingga

akan berimplikasi terwujudnya kehidupan masyarakat yang harmonis yang

mengedepankan nilai-nilai keberagamaan dan kemasyarakatan.

Sedangkan makna muamalah dalam arti sempit ini, beberapa ulama

yang mendefinisikan, diantaranya yaitu :

a. Hudlari beik Mendefinisikan muamalah dengan “semua akad yang

membolehkan manusia untuk saling menukar manfaat.”

b. Idris Ahmad mendefinisikan muamalah dengan “aturan-aturan Allah yang

mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam usahanya untuk

mendapatkan alat-alat keperluan jasmaninya dengan cara yang paling

baik.”

7

Isnawati Rais dan Hasanuddin, Fiqih Muamalah dan Aplikasinya Pada LKS (Ciputat:

(29)

c. Rasyid Rida mendefinisikan muamalah dengan “tukar menukar barang atau

sesuatu yang bermanfaat dengan cara-cara yang telah ditentukan.”

Jadi dapat didefinisikan bahwa fiqh muamalat adalah ilmu yang

menjelaskan berbagai ketentuan-ketentuan yang mengatur prilaku manusia

kepada manusia lainya, dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dengan

cara-cara yang dibenarkan oleh syara.

2. Pengertian Jual Beli

Jual beli merupakan bagian dari fiqh muamalat, jual beli secara bahasa

ialah penerimaan sesuatu dengan sesuatu yang lain.8 Jual beli dalam istilah

fiqh disebut dengan al-bai yang bermakna menjual, mengganti atau menukar

sesuatu dengan sesuatu yang lain. Lafadz al-bai dalam bahasa arab

kadangkala digunakan juga untuk pengertian lawannya yaitu asy-syira (beli).

Dengan demikian, kata al-bai berarti adalah jual tetapi juga sekaligus berarti

beli.9 Sedangkan menurut Sayyid Sabiq dalam fiqh sunnah menjelaskan arti

jual beli sebagai pertukaran harta atas dasar saling rela atau memindahkan hak

milik dengan ganti (imbalan) menurut cara yang dibenarkan.10

Dapat dipahami bahwa inti dari jual beli adalah suatu perjanjian tukar

menukar barang yang memiliki nilai secara sukarela diantara kedua belah

pihak yang menerima barang sedang pihak lainnya menerima gantinya sesuai

8

Wahbah Zuhaili, Fiqh Muamalah Perbankan Syariah, cet.I (Jakarta: PT. Bank Muamalat Tbk, 1999), h.2.

9

Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, cet. II (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), h.111. 10

(30)

15

dengan perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan oleh syara dan

disepakati, baik dilakukan dengan cara pertukaran barang (barter) atau cara

lain yang dibenarkan.

3. Rukun dan Syarat Jual Beli

Jual beli dapat sah dikatakan sah oleh syara apabila dalam melakukan

transaksi jual beli telah terpenuhi rukun dan syaratnya. Menurut jumhur ulama

ada empat rukun jual beli yaitu: 11

a. Orang yang berakad atau al-muta aqidain (penjual dan pembeli).

Orang yang melakukan akad jual beli itu harus memenuhi syarat:

1) Baligh dan berakal, apabila orang yang berakad itu masih mumayyiz,

maka jual belinya tidak sah.

2) Adanya orang yang berbeda dalam akad tersebut, artinya seseorang

tidak bisa bertindak dalam waktu yang bersamaan sebagai pembeli

sekaligus penjual.

b. Shighat (lafadz ijab dan qabul).

Unsur utama dari jual beli adalah kerelaan kedua belah pihak.

Kerelaandari kedua belah pihak dapat dilihat dari ijab dan qabul

yangdilangsungkan. Maka syarat shighat adalah:

1) Qabul sesuai dengan ijab, apabila antara ijab dan qabul tidak

sesuaimaka jual beli tidak sah.

2) Ijab dan qabul dilakukan dalam satu majelis diantara kedua pihak yang

saling bertransaksi.

11

(31)

c. Barang yang diperjual belikan (ma’qud alaih).

Dibawah ini adalah syarat-syarat yang terkait dengan barang yang

diperjualbelikan:

1) Barang tersebut ada, atau tidak ada ditempat, tetapi pihak penjual

menyatakan kesanggupannya untuk mengadakan barang itu.

2) Barang tersebut halal dapat dimanfaatkan dan bermanfaat bagi

manusia.

3) Sudah dimiliki oleh seseorang. Artinya tidak boleh memperjual

belikan. sesuatu yang belum jelas kepemilikannya, seperti memperjual

belikan ikan yang masih dilaut atau emas didalam tanah.

4) Boleh diserahkan saat akad berlangsung atau pada waktu yang

disepakati bersama ketika transaksi berlangsung.

d. Nilai tukar pengganti barang (harga barang)

Para ulama fiqh menyatakan bahwa tsaman (harga pasar yang berlaku

di tengah-tengah masyarakat secara aktual) itu ada dua, yaitu harga antar

pedagang dan harga antara pedagang dengan pembeli (harga jual dipasar).

Oleh karena itu, harga yang dapat dipermainkan oleh para pedagang

adalah ats-tsaman. Berikut syarat-syaratnya sebagai berikut:

1) Harga yang disepakati kedua belah pihak harus jelas jumlahnya.

Boleh diserahkan pada waktu akad, apabila pembayaran dilakuikan

dengan cek atau kartu kredit juga diperbolehkan dan jika dibayar

(32)

17

2) Apabila jual beli itu dilakukan dengan saling mempertukarkan barang

(al-muqayyadhah), maka barang yang dijadikan nilai tukar bukan

barang yang diharamkan dalam syara .

Jadi, jual beli harus memenuhi rukun dan syarat jual beli agar

tercapainya jual beli yang baik diantara penjual dan pembeli. Secara umum

rukun-rukun jual beli adalah al-muta aqidain (penjual dan pembeli), shigat,

objek yang diperjual belikan, serta harga yang jelas.

4. Macam - Macam Jual Beli

a. Jual beli ditinjau dari aspek pelaku akad (subjek), dibedakan menjadi

tigamacam yaitu:12

1) Akad jual beli yang dilakukan dengan lisan seperti yang dilakukan

oleh kebanyakan orang. Namun bagi orang yang bisu, dapat diganti

dengan isyarat yang merupakan ungkapan didalam hatinya

sebagaimana ucapan bagi orang yang dapat berbicara.

2) Akad jual beli melalui perantara atau tulisan. Dinyatakan sah

hukumnya, hal ini sama dengan akad jual beli yang dilakukan secara

lisan apabila kedua belah pihak tidak saling bertemu.

3) Jual beli dengan perbuatan atau dikenal dengan istilah mu athah,

yaitu mengambil dan memberikan barang tanpa ijab qabul karena

sudah tercantum label harga pada objek, sehingga dapat langsung

dibayarkan harga barang tersebut.

12

(33)

b. Jual beli ditinjau dari sisi objek akad, dibedakan menjadi 4 macam yaitu:

1) Bai’ al-muthlaq, yaitu jual beli antara barang dengan uang. Seperti

yang lazim digunakan sekarang ini.

2) Bai’ al-muqayadhah, yaitu jual beli barang dengan barang (barter).

Misalnya tukar menukar buku dengan jam.

3) Bai’ al-sharf, yaitu jual beli mata uang dengan mata uang lainnya.

Seperti tukar menukar rupiah dengan real.13

4) Bai’ al-salam,yaitu jual beli pesanan antara barang dengan

harga/uang, dikarenakan barang tidak ada pada saat akad dan

barukan ada dikemudian hari. Maka dalam hal ini barang tidak lagi

dinilai sebagai ‟ain melainkan berupa dain (tanggungan).14

c. Jual beli ditinjau dari penetapan harga, dibagi menjadi dua bagian yaitu:15

1) Bai’ al-musawamah (jual beli dengan tawar menawar), yaitu jual beli

dimana pihak penjual tidak menyebutkan harga pokok barang, akan

tetapi menetapkan harga tertentu dan membuka peluang untuk

ditawar.

2) Bai’ al-amanah, yaitu jual beli dimana pihak penjual menyebutkan

harga pokok barang lalu menyebutkan harga jual barang tersebut

13

Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah cet.I (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 108-109.

14

Muhammad Sharif Chaudry, Sistem Ekonomi Islam Prinsip Dasar cet.I (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 125.

15

(34)

19

d. Adapun jual beli yang jual beli yang batal hukumnya:

1) Barang yang dihukumkan najis oleh agama seperti babi, berhala, dan

bangkai.

2) Menentukan dua harga untuk satu barang yang diperjual belikan.

3) Jual beli gharar, yaitu jual beli yang tidak jelas mengenai objek,

harga, besar atau kecilnya jumlah, maupun waktu penyerahan.

e. Jual beli yang dilarang tetapi tetap sah hukumnya:16

1) Jual beli najasyi (false demand), yaitu seseorang menambah atau

melebihi harga komoditas milik temannya atau orang lain dengan

maksud memancing agar orang itu mau membeli barang tersebut.

2) Menjual diatas penjualan orang lain, artinya seorang penjual berkata

kepada pembelinya untuk membeli barang dagangannya saja yang

harganya lebih murah dari pada barang dagangan penjual lain.

Padahal mengenai harga barang yang dijual oleh penjual lain belum

diketahui jelas apakah memang lebih mahal atau ternyata sama

harganya.

Dapat dipahami bahwa dari aktifitas jual beli, menimbulkan

bermacam-macam kriteria yang membaginya kedalam beberapa aspek yang dapat

ditinjau dari pelaku jual beli, objek jual beli, penetapan harga, dan hukum jual

beli.

16

(35)

B. Perilaku Konsumen

1. Pengertian Prilaku Konsumen

Perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh

individu, kelompok atau oganisasi yang berhubungan dengan proses

pengambilan keputusan dalam mendapatkan, menggunakan barang-barang

atau jasa ekonomis yang dapat dipengaruhi oleh lingkungan.17

Ada Beberapa Definisi Prilaku Konsumen Menurut Engel et al, perilaku

konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat untuk mendapatkan,

mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses

keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini.18

Sementara itu, Loudon dan bitta lebih menekankan perilaku konsumen

sebagai suatu proses pengambilan keputusan. Mereka mengatakan bahwa

perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan yang mensyaratkan

aktifitas individu untuk mengevaluasi, memperoleh, menggunakan, atau

mengatur barang dan jasa.19

2. Perilaku Konsumen Muslim

Perilaku konsumen mempelajari bagaimana manusia memilih di antara

berbagai pilihan yang dihadapinya dengan memanfaatkan sumber daya

(resources)yang dimilikinya. Teori perilaku konsumen muslim yang dibangun

17

A.A Anwar Prabu Mangkunegara, Perilaku Konsumen Edisi Revisi, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2002), h.4.

18

Bilson simamora, Panduan Riset Perilaku Konsumen (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h.2.

19

(36)

21

berdasarkan syari‟at Islam, memiliki perbedaan yang mendasar dengan teori

konvensional. Perbedaan ini menyangkut nilai dasar yang menjadi fondasi,

teori, motif dan tujuan konsumsi, hingga teknik pilihan dan alokasi anggaran

untuk berkonsumsi.

Ada tiga nilai dasar yang menjadi fondasi bagi perilaku konsumsi

masyarakat muslim:20

a. Keyakinan akan adanya hari kiamat dan kehidupan akhirat, prinsip ini

mengarahkan seorang konsumen untuk mengutamakan konsumsi untuk

akhirat dari pada konsumsi duniawi. Konsumsi untuk ibadah merupakan

future consumtion (karena terdapat balasan surga di akherat), sedangkan

konsumsi duniawi adalah present consumption.

b. Konsep sukses dalam kehidupan seorang muslim diukur dengan moral

agama Islam, dan bukan dengan jumlah kekayaan yang dimiliki. Semakin

tinggi moralitas semakin tinggi pula kesuksesan yang dicapai. Kebijakan,

kebenaran dan ketaqwaan kepada Allah merupakan kunci moralitas Islam.

Kebijakan dan kebenaran dapat dicapai dengn perilaku yang baik dan

bermanfaat bagi kehidupan dan menjauhkan diri dari kejahatan.

c. Kedudukan harta merupakan anugrah Allah dan bukan sesuatu yang

dengan sendirinya bersifat buruk (sehinga harus dijauhi secara

berlebihan). Harta merupakan alat untuk mencapai tujuan hidup, jika

diusahakan dan dimanfaatkan dengan benar.

20

(37)

C. Proses Pengambilan Keputusan

Menurut tujuan pembeliannya, konsumen dapat dikelompokkan menjadi

konsumen akhir (individual) yaitu yang terdiri atas individu dan rumah tangga

yang tujuan pembeliannya adalah untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau untuk

dikomsumsi. Keputusan pembelian barang/jasa seringkali melibatkan dua pihak

atau lebih. Umumnya ada lima peranan yang terlibat. Kelima peran tersebut

meliputi:21

Pemprakarsa (initiator), yaitu orang yang pertama kali menyarankan ide

untuk membeli suatu barang/jasa. Pembawa pengaruh (influencer) yaitu orang

yang memiliki pandangan atau nasihat yang mempengaruhi keputusan pembelian.

Pengambil keputusan (decider), yaitu orang yang menentukan keputusan

pembelian. Pembeli (buyer), yaitu orang yang melakukan pembelian secara nyata.

Pemakai (user), yaitu orang yang mengkonsumsi dan menggunakan barang/jasa

yang dibeli.

Dilihat dari proses pengambilan keputusan, proses keputusan pembelian

sangat bervariasi, ada yang sederhana dan ada pula yang kompleks. Konsumen

sering melakukan pencarian informasi dan evaluasi terhadap merek yang lain

sebelum keputusan diambil. Dilain pihak ada pula konsumen yang jarang mencari

informasi tambahan, karena konsumen ini telah terbiasa membeli merek tersebut.

Pada dimensi kedua, konsumen dibedakan bedasarkan tingkat keterlibatan saat

21

(38)

23

pemilihan suatu merk. Pada saat itu konsumen tidak jarang terlibat terlalu dalam.

Semua itu dapat terjadi karena produk amat penting bagi konsumen sebab image

pribadi dari konsumen terkait dengan produk, adanya keterkaitan secara terus

menerus dengan konsumen, mengandung resiko yang cukup tinggi, pertimbangan

emosional Pengaruh dari norma group.22

Faktor eksternal dapat menjadi input dan dapat berpengaruh terhadap proses

pengambilan keputusan. faktor-faktor eksternal tersebut antara lain:23 Pertama

mengenali kebutuhan. pada tahap ini konsumen merasakan bahwa ada hal yang

dirasakan kurang dan menuntut untuk dipenuhi.

Kedua mencari informasi, apa yang terbaik yang harus dilakukan untuk

memenuhi kebutuhan tersebut, pertanyaan ini akan muncul ada konsumen.

Konsumen umumnya mencari informasi dari berbagai sumber. Tidak hanya dari

sumber resmi yang dikeluarkan perusahaan seperti iklan atau dari pemasar

melalui tenaga penjual, tetapi juga informsi dari pihak lain (utamanya orang yang

berpengalaman) untuk mendapatkan informasi yang benar-benar obyektif.

Ketiga mengevaluasi alternative, informasi yang diperoleh dari berbagai

sumber tersebut akan menjadi bahan pertimbangan bagi konsumen untuk

mengambil keputusan. Selanjutnya mengambil keputusan, setelah melalui

evaluasi dengan pertimbangan yang matang, konsumen akan mengambil

22

Tatik Suryati, Perilaku Konsumen, Implikasi Pada Strategi Pemasaran (Yogyakarta: Graha Ilmu 2008),cet.pertama, hal.14

23

(39)

keputusan. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi keputusan membeli dan

tujuan pembelian yaitu sikap orang lain, dan faktor situasional yang tidak dapat

diprediksikan (tidak terduga).

Dan yang terakhir adalah evaluasi Paska pembelian Setelah membeli,

konsumen akan mengevaluasi atas keputusan dan tindakannya dalam membeli.

Jika kosumen menilai kinerja produk atau layanan yang dirasakan sama atau

melebihi apa yang diharapkan, maka konsumen akan puas dan sebaliknya.

Kepuasan dan ketidakpuasan yang dialami konsumen akan berpengaruh terhadap

perilaku selanjutnya. Jika konsumen puas, maka dia akan memperlihatkan sikap

dan perilaku positif terhadap produk atau jasa yang dibelinya.

D. Fashion Palsu

1. Pengertian Fashion Palsu

Fashion berasal dari bahasa Inggris, yang artinya suatu cara, kebiasaan

atau mode. Menurut Troxell dan Stone, fashion didefinisikan sebagai gaya

yang diterima dan digunakan oleh mayoritas anggota sebuah kelompok dalam

satu waktu tertentu. Bertambah majunya perindustrian saat ini memberikan

peluang kepada produsen produk fashion untuk membuat berbagai macam

bentuk, warna serta kekhasan tersendiri pada produk yang dibuatnya. Seiring

dengan pesatnya dunia usaha, para pesaing-pesaing baru yang muncul dengan

produk-produk baru, hal ini memaksa para produsen yang telah ada untuk

(40)

25

produk) bahkan hingga mengambil ide alternatif untuk memalsukan produk

fashion asli.

Arti kata tiruan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah

bukan yang sejati (tulen), palsu, dan imitasi.24 Proses membuat barang tiruan

disebut peniruan, pengertian peniruan memiliki pengertian yang hampir sama

dengan pemalsuan. Pemalsuan adalah proses pembuatan, beradaptasi, meniru

atau benda, statistik, atau dokumen-dokumen, dengan maksud untuk menipu.

Produk palsu menghilangkan nilai simbolik dari barang (mewah) asli dan

menyamarkan brand equity. Barang palsu yang diproduksi dianggap sebagai

versi murah dari barang aslinya, sehingga dimungkingkan tidak akan terlihat

persepsi yang berbeda dalam hal kualitas.

Banyak sekali macam-macam barang tiruan yang berdar di indonesia

dalam lima tahun terakhir sudah tidak bisa dikategorikan dalam skala ringan,

hal itu tercermin dari hasil studi LPEM Universitas Indonesia bahwa dampak

pemalsuan terhadap 12 produk sektor industri di antaranya obat-obatan,

minuman non alkohol, rokok, elektronik hingga fashion palsu diperkirakan

mencapai Rp 37 triliun.25

Sekitar 90% produk fashion bermerk yang beredar di Indonesia adalah

produk palsu atau imitasi berdasarkan data dari international apparel

association (IAA). Produk fashion yang dipalsukan diantaranya tas, pakaian,

24

Depdikbud. 2001.Kamus Besar Bahasa Indonesia( Edisi Ketiga). Jakarta : BalaiPustaka 25

(41)

celana jeans, behel, sepatu, sandal, bulu mata dan hampir semua barang

dengan harga yang cukup tinggi dipalsukan.

2. Barang Palsu Atau Barang Tiruan Dalam Islam

Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah menetapkan Fatwa Nomor 1

Tahun 2003 tentang Hak Cipta dan Fatwa Nomor 1/MUNAS

VII/MUI/15/2005 tentang HAKI. ''Setiap bentuk pelanggaran terhadap hak

cipta, merupakan kezaliman yang hukumnya haram,'' papar Ketua Komisi

Fatwa MUI, KH Ma'ruf Amin.26 Dalam butir pertimbangannya, MUI

memandang praktik pelanggaran hak cipta sudah mencapai tahap yang

meresahkan. Banyak pihak dirugikan, terutama pemegang hak cipta, negara

dan masyarakat.

Bukan hanya hukum negara yang diterabas,praktik ilegal itu juga dinilai

melanggar ketentuan syariat. Surat an-Nisaa ayat 29 secara tegas melarang

memakan harta orang lain secara batil (tanpa hak).

"Hai orang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu

dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan

suka sama-suka di antara kamu. Dan janglah kamu membunuh dirimu;

sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu."

Hak cipta yang harus dilindungi secara hukum adalah hak cipta yang

26

(42)

27

tidak bertentangan dengan hukum Islam, jelas Kiai Ma'ruf.27 Dengan begitu,

sebagaimana harta, maka hak cipta dapat dijadikan objek akad (al ma'qud

'alaih). Akad ini mencakup akad mu'awadhah (pertukaran, komersial) dan

akad tabarru'at (non-komersial), bisa pula diwakafkan dan diwarisi. Begitulah

Islam melindungi hak cipta.

Setidaknya terdapat tiga pedoman, pertama, bahaya (kerugian) harus

dihilangkan. Kedua, menghindarkan mafsadat didahulukan atas

mendatangkan maslahat, dan ketiga, segala sesuatu yang lahir (timbul) dari

sesuatu yang haram, adalah haram. Perilaku bisnis di atas tidaklah

diperbolehkan oleh syariat, karena beberapa alasan yaitu mengambil hak

orang lain tanpa seizinnya, membohongi dan menipu public, menyelisihi

aturan pemerintah yang wajib ditaati, selama itu bukan maksiat.

27

(43)

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian dalam penyusunan skripsi ini menggunakan metode

penelitian survey dengan menggunakan pendekatan anilisis data kuantitatif, yaitu

menggambarkan dengan menganalisis tingkat pemahaman fiqh muamalat

terhadap keputusan membeli fashion palsu yang di lakukan oleh mahasiswa Prodi

Muamalat Fakultas Syariah & Hukum Jurusan Perbankan Syariah UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Penelitian survey yang dimaksud merajuk pada pengertian

yang dikemukakan oleh Arikunto, informasi yang diperoleh dari penelitian survey

dapat dikumpulkan dari seluruh populasi data, dapat pula dikumpulkan dari

sebagian populasi. Survey yang dilakukan pada semua populasi dinamakan

survey populasi atau penelitian sensus, sedangkan jika penelitian data hanya

dilakukan pada sebagian populasi disebut sebagai survey sample.28

B. Lokasi

Penelitian ini akan dilakukan pada Mahasiswa Prodi Muamalat Fakultas

Syariah & Hukum Jurusan Perbankan Syariah semester 5 – 7 UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

28

(44)

29

C. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif atau penelitian

survey yaitu penelitian yang menggunakan kuisoner sebagai instrument

penelitian.29 Penelitian ini akan meneliti tentang data kajian yang bersifat

numeric/angka yang nantinya akan menghasilkan interpretasi data. Penelitian

kuantitatif merupakan model keputusan yang menngunakan angka, angka

mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembuatan, penggunaan, dan

pemecahan model kuantitatif.30

D. Kriteria dan Sumber Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari para responden,

melalui penyebaran angket, yaitu teknik pengumpulan data dengan

menyerahkan atau mengirimkan daftar pertanyaan-pertanyaan untuk diisi

sendiri oleh responden.31 Dalam hal ini responden yang peneliti tunjuk adalah

mahasiswa mahasiswa Prodi Muamalat Fakultas Syariah & Hukum Jurusan

Perbankan Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Data Sekunder

Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber kedua atau

sumber-sumber sekunder dari data yang dibutuhkan dan berhubungan dengan

29

Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif :Teori dan Aplikasi, (Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada, 2006), Ed.1. hal, 49.

30

Muhammad Muslich, Metode Pengambilan Keputusan Kuantitatif (Jakarta Timur: Bumi Aksara, 2009), h.2

31

(45)

masalah yang sedang diteliti. Data tersebut didapatkan dengan cara

mempelajari buku, dokumen, jurnal majalah dan internet yang dapat

mendukung penelitian yang berkaitan dan relevan dengan masalah penelitian

serta untuk melengkapi data primer.

E. Populasi dan Sampel

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan

diduga.32 Pada pengertian lainnya populasi adalah sekelompok orang, kejadian,

atau segala sesuatu yang memiliki karateristik tertentu. Populasi pada penelitian

ini adalah mahasiswa Prodi Muamalat Fakultas Syariah & Hukum Jurusan

Perbankan Syariah semester 5 - 7 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang aktif

kuliah pada tanggal 1 November - 30 November karena jumlah populasi yang ada

terlalu banyak berjumlah 312 Mahasiswa, Maka penulis akan melakukan

penelitian dengan cara menggunakan teknik Random Sampling. Teknik random

sampling adalah teknik pengambilan sample secara acak, dengan sebuah sample

yang diambil sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian atau satuan elemen

dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi

sampelnya.

Cara pengambilan sampel dengan random ada tiga cara:

1. Cara undian adalah pengambilan sampel dengan cara memberikan

kesempatan kepada setiap individu untuk menjadi anggota sampel.

32

(46)

31

2. Cara ordinal adalah cara pengambilan sampel dengan cara kelipatan dari

sampel sebelumnya, misalkan kelipatan dua, kelipatan tiga, dan seterusnya.

3. Cara randomisasi adalah pengambilan sampling melalui tabel bilangan

random.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan cara nomer dua yaitu dengan cara

ordinal dimana penulis menyusun populasi dengan menggunakan daftar

mahasiswa semester lima dan semester tujuh lalu mengambil sampel dengan cara

kelipatan yaitu dengan kelipatan tiga hingga jumlah sample terpenuhi.

Adapun rumus menghitung besaran sample33 yaitu :

Dimana :

n = Jumlah sampel yang dicari

N = Jumlah Populasi

d = Nilai Presisi (penulis menggunakan 10%)

Perhitungan sebagai berikut :

33

(47)

F. Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan objek penggamatan atau fenomena yang

diteliti.34 Adapun yang dijadikan variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel bebas (X) adalah variabel stimulus atau yang mempengaruhi variabel

lain.35 Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah variabel

tingkat pemahaman mahasiswa terhadap ajaran fiqh muamalat (X1).

2. Variabel terikat (Y) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel terikat

adalah keputusan membeli prodak fashion palsu.

Dari permasalahan yang akan diteliti maka variabel penelitian ini adalah

sebagai berikut:

X1 : pemahaman fiqh muamalat Mahasiswa

Y : Keputusan terhadap membeli produk fashion palsu

1. Kognitif

a. Pengetahuan terhadap Fashion Palsu

b. Pemahaman terhadap Fashion Palsu

c. Sikap terhadap Fashion Palsu

2. Afektif

a. Penilaian terhadap Fashion Palsu

b. Partisipasi terhadap Fashion Palsu

34

Ibnu Hajar, Dasar-dasar Penelitian Kuantitatif dalam Penelitian, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), cet. 1, h. 156

35

(48)

33

G. Teknik Analisis Data

1. Uji Asumsi Klasik

Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi

variable terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal

atau tidak. Model regresi yang baik adalah model regresi yang berdistribusi

normal. asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk

jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual

berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik.36

2. Validitas dan Reliabilitas

a. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui apakah alat ukur yang

disusun dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur secara

tepat. validitas suatu instrument (kusioner) akan menggambarkan tingkat

kemampuan alat ukur yang akan digunakan untuk mengungkapkan sesuatu

yang menjadi sasaran pokok pengukuran. Uji validitas dilakukan dengan

cara melihat korelasi skor butir pertanyaan dengan total skor variabel.

Jadi validitas ingin mengukur apakah pertanyaan dalam

kuesioner/instrumen penelitian yang dibuat sudah betul-betul dapat

mengukur apa yang hendak diukur. Dengan kata lain, jika sebuah

36

(49)

kuesioner penelitian sudah dinyatakan valid berarti kuesioner mampu

memperoleh data yang tepat dari yang hendak diteliti.

Tabel 3.1

Uji Validitas Variabel Pengaruh Pemahaman Fiqh Muamalat Mahasiswa (X)

Item-Total Statistics

(50)

35

Tabel 3.2

Uji Validitas Variabel Keputusan Membeli Produk Fashion Palsu (Y)

Item-Total Statistics

(51)

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah tingkat kepercayaan hasil suatu pengukuran.

Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi, yaitu pengukuran yang

mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya (reliabel).37 Uji reliabilitas

adalah alat untuk mengukur suatu instrument penelitian yang merupakan

indikator dari variabel. Suatu kusioner dinyatakan reliabel jika jawaban

seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke

waktu.38 Uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui konsistensi suatu alat

pengukuran dalam gejala yang sama. Apabila alat pengukuran telah

dinyatakan valid, maka tahap berikutnya adalah mengukur reliabilitas dari

alat.

Hasil penelitian dikatakan reliabel, apabila terdapat kesamaan data

dalam waktu yang berbeda. Menghitung reliabilitas menggunakan rumus

Alpha cronbach, maka batasan reliabilitas sebenarnya sudah ditentukan.

Batasantersebut adalah:

Koefisien alpha yang mendekati 1 sangat baik

Koefisien alpha yangberada diatas angka 0,8 baik

Koefisien alpha yang berada dibawah 0,6 tidak reliabel

37

Edwin Mustafa dan Hardius Usman, Proses Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2007), h. 116

38

(52)

37

Tabel 3.3

Uji Reliabilitas Variabel Pengaruh Pemahaman Fiqh Muamalat Mahasiswa (X)

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha

Based on

Standardized Items N of Items

,841 ,843 14

Hasil print out menjelaskan bahwa Croanbach’s Alpha untuk uji

realibilitas variabel tingkat pemahaman fiqh Muamalat sebesar 0.841 yang

berarti variabel tingkat pemahaman fiqh muamalat reliable karena 0,841 >

0,8. Maka, variabel tingkat pemahaman fiqh muamalat pada penelitian ini

reliable dan baik untuk diuji.

Tabel 3.4

Uji Reliabilitas Variabel Keputusan Membeli Produk Fashion Palsu (Y)

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha

Based on

Standardized Items N of Items

,791 ,826 20

Hasil print out menjelaskan bahwa Croanbach’s Alpha untuk uji

realibilitas variabel keputusan membeli produk fashion palsu sebesar 0.791

yang berarti variabel keputusan membeli produk fashion palsu reliable

karena 0,791 > 0,6. Maka, variabel keputusan membeli produk fashion

(53)

3. Analisis Regresi Linier Sederhana

Sesuai dengan tujuan penilitian dan rumusan hipoteses, maka teknik

analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis linier

sederhana yang menurut suhardi adalah analisa yang digunakan untuk

mengetahui hubungan dan pengaruh dari satu variabel bebas terhadap variabel

tidak bebas39. Adapun model persamaan regresi linier sederhana sebagai

berikut:

Dimana:

Y = Keputusan Membeli Produk Fashion palsu

a = Konstanta

b = Koefisien Regresi

X = Tingkat Pemahaman Fiqh Muamalat

a. Uji t (Uji Parsial)

Langkah-langkah untuk uji t adalah:

1) Perumusan hipotesis

Ho = Variabel tingkat pemahaman fiqh muamalat yang tidak

berpengaruh terhadap keputusan membeli produk fashion palsu

39

(54)

39

H1 = Variabel pengaruh pemahaman fiqh muamalat mahasiswa yang

berpengaruh terhadap keputusan membeli produk fashion

palsu.

2) Menentukan daerah keputusan

thitung < ttable, maka menerima Ho

thitung > ttable, maka menolak Ho

3) Mengambil keputusan

Apabila Ho ditolak, maka variabel X tersebut memiliki kontribusi yang

signifikan terhadap varibel terikat (Y)

b. Koefisien Determinasi (R2)

Uji Koefisien Determinasi berguna untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan variabel bebas dalam merangkai variabel terikat, yaitu

mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen (tingkat

pemahaman fiqh muamalat) menjelaskan variabel dependen (keputusan

membeli produk fashion palsu). Namun untuk regresi linear berganda

sebaiknya menggunakan R square yang telah disesuaikan atau tertulis

Adjusted R square, karena telah disesuaikan dengan jumlah variabel

independen yangdigunakan dalam penelitian.40

40Hilda Arnas “tentang

Preferensi Guru SMK Berkulikulum Perbankan Syariah Terhadap Perbankan Syarih (Studi Sekolah Menengah Kejuruan Berkulikulum Perbankan Syariah di Wilayah

(55)

H. Hipotesa

Dengan melihat hipotesis diatas maka berikut hipotesis yang diajukan untuk

selanjutnya diteliti dalam penelitian ini:

Ho : Tidak ada hubungan antara pemahaman mahasiswa terhadap pemahaman

fiqh muamalat mengenai jual beli terhadap keputusan membeli produk

fashion palsu.

H1 : Ada hubungan antara pemahaman mahasiswa terhadap pemahaman fiqh

muamalat mengenai jual beli terhadap keputusan membeli produk fashion

(56)

41 BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Profil Responden

Berdasarkan hasil kuesioner yang dibagikan kepada responden yaitu

Mahasiswa Semster 5 & 7 Prodi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta sebanyak 75 orang reponden diperoleh kondisi

responden menurut jenis kelamin, Semester, Pendapatan sebulan, Sumber

pendapata. Pengklasifikasian dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

gambaran umum responden sebagai objek penelitian .

1. Jenis Kelamin

Gambar 4.1

Sumber: Data primer yang diolah

Dari tabel 4.1 menyatakan bahwa dari 75 responden didominasi oleh

perempuan, yaitu sebanyak 43 orang responden atau sama dengan 57,7% dan

sisanya sebanyak 32 orang atau sama dengan 42,3% adalah laki-laki.

42,3%

57,7%

Jenis Kelamin

(57)

25%

66% 9%

Pendapatan Sebulan

< 1.000.000 = 19 Responden

1.100.000 - 3.000.000 = 49 Responden

3.100.000 - 5.000.000 = 7 Responden

Berdasarkan data diatas sebagian besar responden yang diambil secara acak

oleh peneliti berjenis kelamin perempuan.

2. Semester

Gambar 4.2

Sumber: Data primer yang diolah

Dari gambar 4.2 dapat dilihat responden yang di ambil oleh peneliti

sebagian besar Semester 5 yaitu sebanyak 40 Mahasiswa atau sekitar 53,3%

dan Mahasiswa Semester 7 yaitu sebanyak 35 Mahasiswa atau sekitar 46,7%.

3. Pendapatan Sebulan

Gambar 4.3

53,3% 46,7%

Semester

(58)

43

Dari tabel 4.3 menyatakan bahwa Mahasiswa Fakultas dari 75

responden, yaitu sebanyak 19 orang responden atau sama dengan 25,33%

mempunyai pendapatan < 1.000.000 dalam sebulan dan sebanyak 49 orang

atau sama dengan 65,33% mempunyai pendapatan antara

1.100.000-3.000.000 dalam sebulan, sisanya sebanyak 7 orang responden atau sama

dengan 9,33% mempunyai pendapatan antara 3.100.000-5.000.000 dalam

sebulan. Berdasarkan data diatas sebagian besar responden rata-rata

mempunyai pendapatan antara 1.100.000-3.000.000 dalam sebulan..

4. Sumber Pendapatan

Gambar 4.4

Sumber: Data primer yang diolah

Dari tabel 4.4 menyatakan bahwa dari 75 responden sumber pendapatan

berasal dari Orang tua, yaitu sebanyak 53 responden atau sama dengan 70,7%

dan sisanya sebanyak 22 respnden atau sama dengan 29,3% bersumber dari

pendapatan sendiri. Berdasarkan data diatas sebagian besar responden dalam

hal ini Mahasiswa sumber pendapatan mahasiswa berasal dari orang tua.

70,7% 29,3%

Sumber Pendapat

Gambar

Tabel 3.1  Uji Validitas Variabel Pengaruh Pemahaman Fiqh Muamalat
Gambar 4.7 Normal P-P Plot Of Regression standardized Residul  .....................
Gambar 1.1.1 Kerangka Konseptual
Tabel 3.1 Uji Validitas Variabel Pengaruh Pemahaman Fiqh Muamalat Mahasiswa (X)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penulis menyusun contoh kalimat yang diterjemahkan dari bahasa Mandarin kedalam bahasa Indonesia, dan sebaliknya dari bahasa Indonesia kedalam bahasa Mandarin, dengan

Sedangkan pendekatan yang menekankan pada komponen atau elemennya bahwa sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang akan berinteraksi untuk mencapai

Panitia Pengadaan Barang/Jasa Satuan Kerja Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Aceh Tamiang Sumber Dana APBK Aceh Tamiang Tahun Anggaran 2011 mengundang Penyedia

[r]

The scope for this project is as save information electronically about staff and contactors that has attended SI course when they enroll with the course, to make it easy

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan dan melimpahkan segala karunia, nikmat dan rahmat-Nya yang tak terhingga kepada penulis,

Dalam KPP, semua hal yang berhubungan dengan hidup keluarga akan diberikan kepada calon pasangan suami-istri. Seperti yang dinyatakan dalam Konsili Vatikan II

coping behavior to analyze Frank William Abagnale as the major character. in coping his problems in Catch Me If