• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan citra diri melalui foto profil dengan harga diri pada mahasiswa pengguna facebook fakultas psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan citra diri melalui foto profil dengan harga diri pada mahasiswa pengguna facebook fakultas psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta"

Copied!
682
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN CITRA DIRI MELALUI FOTO PROFIL

DENGAN

HARGA DIRI PADA MAHASISWA PENGGUNA

FACEBOOK

FAKULTAS PSIKOLOGI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar

Sarjana Psikologi

Oleh:

Amalia Puspita Hardini

106070002210

FAKULTAS PSIKOLOGI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

ii

HUBUNGAN CITRA DIRI MELALUI FOTO PROFIL DENGAN HARGA

DIRI MAHASISWA PENGGUNA

FACEBOOK

FAKULTAS PSIKOLOGI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat

memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Oleh:

AMALIA PUSPITA HARDINI

NIM: 106070002210

Di bawah bimbingan:

Pembimbing I

Bambang Suryadi, Ph.D

NIP: 19700529 200312 1 002

Pembimbing II

Zulfa Indira Wahyuni, M.Psi., Psi.

NIP: 19810509 200901 2 012

FAKULTAS PSIKOLOGI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “Hubungan Citra Diri Melalui Foto Profil dengan

Harga Diri pada Mahasiswa Pengguna

Facebook

Fakultas Psikologi Uin

Syarif Hidayatullah Jakarta” telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 6

September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi.

Jakarta, 6 September 2010

Sidang Munaqosyah

Dekan

Sekretaris

Jahja Umar, Ph.d

Dra.Fadhilah Suralaga,M.Si

NIP. 130 885 522

NIP. 150 215 283

Anggota:

Rachmat Mulyono, Drs. M.Si

Bambang Suryadi, Ph.D.

NIP:19650220 199903 1 003

NIP:19700529 200312 1 002

(4)

iv

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Amalia Puspita Hardini

NIM :

106070002210

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Hubungan Citra Diri

Melalui Foto Profil dengan Harga Diri pada Mahasiswa Pengguna

Facebook

Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta” adalah benar merupakan

karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan

skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini

telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.

Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan

Undang-undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari

karya orang lain.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.

Jakarta, 06 September 2010

(5)

v

ABSTRAK

(A)

Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(B)

September 2010

(C)

Amalia Puspita Hardini

(D)

66 halaman + Lampiran

(E)

Hubungan Citra Diri Melalui Foto Profil

dengan Harga Diri pada Mahasiswa

Pengguna

Facebook

Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(F)

Foto pada halaman profil

Facebook

yang merupakan pencitraan bagi diri

remaja menjadi bagian penting bagi remaja karena berkaitan dengan pembentukan

harga diri bagi remaja tersebut. Citra diri atau konsep diri ini dapat terbentuk dari

aspek fisik, psikologis maupun sosial. Berkembangnya citra diri menentukan

bagaimana harga diri remaja tersebut berkembang pula, karena sangat

menentukan perkembangan minat sosial dan penyesuaian diri bagi remaja

khususnya dalam dunia maya. Komentar yang diberikan pada foto profil dapat

membentuk pengalaman dan pengetahuan akan dirinya sehingga semakin banyak

bahan yang bisa dijadikan remaja untuk mengamati dirinya, dengan begitu remaja

akan membentuk citra diri yang positif pada dirinya sehingga harga dirinya pun

meningkat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara citra diri melalui

foto profil dengan harga diri mahasiswa pengguna

Facebook

Fakultas Psikologi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Citra diri melalui foto profil adalah gambaran

mengenai diri individu yang terlihat (dibayangkan) sendiri oleh individu, atau

juga diri yang ingin dibayangkan oleh individu yang dapat dipengaruhi oleh orang

lain melalui foto profil

Facebook

. Harga diri adalah perasaan dan penilaian

individu terhadap dirinya, kehidupannya dan hubungannya dengan orang lain.

Penelitian kuantitatif dengan studi korelasional ini melibatkan 85 responden

dari 265 mahasiswa pengguna

Facebook

Fakultas Psikologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang masuk ke dalam fase perkembangan remaja akhir yaitu

dengan pada rentang usia 18-21 tahun. Teknik pengambilan sampel yang

dilakukan menggunakan

puspossive sampling

. Alat ukur dalam penelitian ini

menggunakan

self esteem inventory

yang dikembangkan oleh Minchinton (1993)

dengan nilai

alpha cronbach

sebesar 0,816 dan alat ukur citra diri melalui foto

profil yang peneliti buat berdasarkan aspek-aspek pembentuk citra diri menurut

Brown (1998) dengan nilai

alpha cronbach

sebesar 0,775. Jumlah item pada

masing masing skala adalah 25 item untuk skala harga diri dan 18 item untuk

skala citra diri melalui foto profil.

(6)

v i

disimpulkan meningkatnya citra diri melalui foto profil tidak meningkatkan harga

diri pada mahasiswa pengguna

Facebook

Fakultas Psikologi

UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan

antara citra diri melalui foto profil dengan harga diri mahasiswa pengguna

Facebook

Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis

(7)

v ii

ABSTRACT

(A)

Faculty of Psychology Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta

(B)

September 2010

(C)

Amalia Puspita Hardini

(D)

66 pages + appendix

(E)

Relationships between Self Image Through Photo Profiles and Self Esteem

amongst students holding facebook account at Faculty of Psychology Syarif

Hidayatullah State Islamic University Jakarta.

(F)

Images Facebook profile page, which is a self-image for teens is an important

part for teenagers because it is associated with the formation of self-esteem for

these adolescents. Self-image or self concept can be formed from the physical,

psychological and social aspects. The development of self-image and self esteem

teenagers determine how it evolved too, because it determines the development of

social interest and self-adjustment for adolescents, especially in

cyberspace. Comments given on the photo profiles can shape the experience and

knowledge of themselves so that more material that can become a teenager to

watch her, so that adolescents will form a positive self-image of himself in which

his self-esteem increased.

This study aims to determine the relationship between self-image through a

photo profile and self esteem amongst students holding facebook account at

Faculty of Psychology Syarif Hidayatullah State Islamic University. Self-image

through the profile picture is a picture of individual self that is visible (imagined)

by the individual himself or herself also wanted envisioned by individuals who

can be influenced by other people through Facebook profile pictures. Self-esteem

is a feeling and assessment of the individual against himself, his life and his

relationship with others.

This quantitative research used correlational study involving 85 respondents

from 265 amongst students holding facebook account at Faculty of Psychology

Syarif Hidayatullah State Islamic University, which entered the final phase of

adolescent that is with age range from 18-21 year. Purpossive sampling technique

was used in selecting the respondents in this study. Measuring instrument in this

study used self-esteem inventory, developed by Minchinton (1993) with Cronbach

alpha values of 0.816 and measure self-image through the profile photo

researchers make based on aspects of self-image forming according to Brown

(1998) with Cronbach alpha values for 0.775.Number of items in each scale is 25

items for self-esteem scale and 18 items for the scale of self-image through the

photo profiles.

(8)

v iii

significance 0.280> 0.05, then the null hypothesis stating that there was no

significant relationships between self image through photo profiles and self

esteem amongst students holding facebook account at Faculty of Psychology

Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta accepted. So it can be

concluded increased self-image through the profile photo is not always enhance

self-esteem amongst students holding facebook account at Faculty of Psychology

Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.

The results showed that there was no significant relationships between self

image through photo profiles and self esteem amongst students holding facebook

account at Faculty of Psychology Syarif Hidayatullah State Islamic University

Jakarta. The author recommends further research to conduct research in coverage

to a wider population. Also includes other psychological aspects that might

explain the results of research to be not significant.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Segenap puji dan segala rasa syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT.

Atas segala rahmat dan karunia yang diberikan-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan Skripsi dengan judul ”Hubungan Citra Diri Melalui Foto

Profil dengan Harga Diri pada Mahasiswa Pengguna

Facebook

Fakultas Psikologi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”.

Penulisan laporan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu

syarat untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi pada Fakultas Psikologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Saya menyadari bahwa, tanpa

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada

penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada:

1.

Bapak Jahja Umar, Ph.D selaku Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya yang telah memberikan

kesempatan pada saya agar dapat menuntut ilmu dengan baik.

2.

Bapak Bambang Suryadi, Ph.D selaku pembimbing pertama saya. Terima

Kasih atas bimbingan, nasihat, semangat dan masukan yang diberikan

Bapak agar saya dapat menulis skripsi ini dengan baik.

3.

Ibu Zulfa Indira Wahyuni, M.Psi., Psi. selaku pembimbing dua skripsi

saya. Terimakasih atas bimbingan, nasihat, masukan yang diberikan, serta

usaha Ibu yang tak pernah lelah untuk mendorong dan menyakinkan saya

jika saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

4.

Orang tua saya Drs. Hendi Subarman, MM. dan Dwirini Wahyusiswati,

M.Pd. yang banyak memberikan dukungan baik moril maupun materiil.

Serta doa-doa yang dipanjatkan agar saya dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik dan tepat waktu.

5.

Seluruh dosen, karyawan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah banyak membantu saya dalam menjalani perkuliahan

dan menyelesaikan skripsi.

6.

Para responden penelitian mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta angkatan 2007, 2008, dan 2009.

7.

Bayu Adinegoro atas kesabaran dan dukungannya yang selalu

menyemangati saya serta menemani dalam suka maupun duka.

8.

Sahabat-sahabat saya Dara, Hanny, Danny, Adiyo, Pras, Rudi, Rika, Siti,

Aji, Adit, Suci, Isni, yang selalu memberikan saya hari-hari yang

berwarna. Selain itu Sheli, Tia, dan Henny yang telah mengajarkan saya

arti persahabatan. Ami, Ndes, dan Muti yang telah banyak memberikan

masukan dan bantuan dalam penulisan skripsi ini.

(10)

x

10.

Teman-teman mentor akademis sebagai tempat bertukar pikiran dan telah

memberikan saya banyak wawasan.

11.

Seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu, terima kasih

untuk segala dukungan dan bantuan yang telah diberikan untuk membantu

saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Ciputat, 1 September 2010

(11)

DAFTAR ISI

Halaman Judul

Lembar Pengesahan Pembimbing ... ii

Lembar Pengesahan Panitia Ujian ... iii

Pernyataan ... iv

Daftar Lampiran ... xvi

BAB 1 Pendahuluan... 1

1.1

Latar Belakang Masalah... 1

1.2

Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 9

1.2.1

Pembatasan

Masalah

...

9

1.2.2

Perumusan

Masalah

...

9

I.3

Tujuan dan Manfaat Penelitian... 10

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 10

2.1.2 Aspek-aspek harga diri ... 14

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Diri... 19

2.2

Citra Diri ... 21

(12)

2.2.1

Pengertian

Citra

Diri

...

21

2.1.5 Aspek-aspek Citra Diri ... 22

2.1.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Citra Diri ... 24

2.3

Remaja

...

25

2.3.1 Pengertian Remaja ... 25

2.3.2 Perkembangan Psikososial Remaja ... 28

2.4

Facebook

... 28

2.5

Kerangka Berpikir ... ... 30

2.6

Hipotesis penelitian ... 35

BAB 3 Metode penelitian ... 36

3.1

Pendekatan

Penelitian

...

36

3.2

Populasi dan Sampel ... 36

3.2.1

Populasi

...

36

3.2.2

Sampel

...37

3.2.3 Teknik Pengambilan Sampel ... 38

3.3

Variabel Penelitian ... 39

(13)

3.6

Prosedur Penelitian

... 46

3.6.1 Persiapan Uji Coba Alat Ukur ... 46

3.6.2 Pelaksanaan Uji Coba Alat Ukur ... 47

3.6.3 Persiapan Pengambilan Data ... 48

3.6.4 Pelaksanaan Pengambilan Data ... 48

3.7

Teknik Analisis Data ... 50

BAB 4 Hasil Penelitian ...……….………... 51

4.1

Gambaran Umum Subjek Penelitian ………... 52

4.2

Deskripsi Data ... 52

4.3

Hasil Uji Hipotesis ... 55

4.4

Analisis Tambahan ... 56

BAB 5 Kesimpulan, Diskusi dan Saran ... 59

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1

Populasi mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah

angkatan 2007, 2008, 2009 ... 37

Tabel 3.2

Penskoran Skala Citra Diri melalui Foto Profil ... 41

Tabel 3.3

Blue Print

Skala Harga Diri ... 43

Tabel 3.4

Blue Print

Skala Citra Diri Melalui foto profil ... 44

Tabel 4.1

Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 51

Tabel 4.2

Persebaran Citra Diri melalui Foto Profil Responden ... 53

Tabel 4.3

Persebaran Harga Diri Responden ... 55

Tabel 4.4

Uji Korelasi anatara Ctra Diri Melalui Foto Profil dengan Harga

Diri

...

56

Tabel 4.5

Uji T skor variabel Harga diri antara subjek laki-laki dan perem-

puan

...

57

Tabel 4.6

Uji T skor variabel Citra Diri Melalui Foto Profil antara subjek laki-

laki dan perempuan ...

58

(15)

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1

Bagan Kerangka Berpikir ... 34

(16)

xv i

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A : Instrumen Penelitian Uji Coba, Instrumen Penelitian

Fieldtest

.

Lampiran B : Uji Reliabilitas dan Validitas Skala Harga Diri 50 Responden, Uji

Reliabilitas dan Validitas Skala Harga Diri 75 Responden, Uji Reliabilitas

dan Validitas Skala Citra Diri, Uji T Skor Variabel Harga Diri antara

Subjek Laki-laki dan Perempuan, Uji T Skor Variabel Citra Diri antara

Subjek laki-laki dan Perempuan.

(17)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Indonesia saat ini telah menjadi “

The Republic of the Facebook

” (Putra dalam

Sadiyo, 2009). Ungkapan ini terinspirasi dari perkembangan penggunaan

Facebook

oleh masyarakat Indonesia yang mencapai pertumbuhan 645% pada

tahun 2008. Berdasarkan data statistik jumlah pengguna

Facebook

di seluruh

dunia pada tahun 2007 berjumlah 34 juta anggota aktif (Wikipedia, 2009).

Indonesia menjadi negara peringkat keempat yang penduduknya paling banyak

mengakses situs ini, setelah Amerika, Inggris dan Turki (TvOne,2009).

Penggunaan

Facebook

yang semakin marak tidak terlepas dari fasilitas

user

generated content

yang akhir-akhir ini menjadi perkembangan internet yang

cukup populer. Fasilitas ini terdapat dalam sebuah situs jejaring sosial yang

memberikan kebebasan kepada penggunanya untuk membuat aplikasi yang

disukainya ke dalam situs tersebut untuk berbagai macam alasan. Fasilitas

user

generated content

memungkinkan seseorang untuk membuat dan memasukkan

berbagai macam tulisan, gambar, foto,

video

serta tampilan diri ke dalam sebuah

situs, termasuk di dalamnya

blogs,

situs

video sharing,

seperti YouTube, dan situs

jejaring sosial lainnya(Ofcom, 2008).

Situs

jejaring

sosial

Facebook

yang sedang ”

booming

” ini digunakan dari

kalangan anak-anak hingga dewasa. Pada awalnya

Facebook

ini diciptakan untuk

kalangan di universitas yang selanjutnya dikembangkan jaringan untuk

(18)

sekolah tingkat atas dan beberapa perusahaan besar (Wikipedia,2009). Karena

pertama kali dikembangkan di universitas, sehingga yang paling banyak

mengakses situs ini adalah pada rentang usia 17-24 tahun (TvOne,2009), dimana

rentang ini merupakan masuk ke dalam rentang remaja akhir dan dewasa awal

yang biasanya didominasi oleh kalangan mahasiswa. Di Amerika yang mahasiswa

menjadi populasi terbesar sebagai pengguna

Facebook

(Ellison, Steinfield &

Lampe, 2008). Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa

Facebook

menjadi trend

dikalangan mahasiswa.

Peningkatan fasilitas yang diberikan Fakultas Psikologi UIN Syarif

Hidayatullah berupa pengadaan fasilitas

Wifi

juga memberikan kemudahan

kepada mahasiswa untuk mengakses situs

Facebook

. Hal ini dapat terlihat dari

pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, banyak mahasiswa yang di samping

browsing

untuk mencari bahan kuliah maupun jurnal mereka juga mengaktifkan

account

Facebook

mereka. Dapat dikatakan maraknya penggunaan

Facebook

juga

terasa hingga Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Krisilla (2009) ditemukan

minat terbesar dan hobi dari remaja adalah mengakses

Facebook

. Penggunaan

situs

Facebook

pada remaja tidak terlepas juga karena pada remaja terdapat minat

sosial dan mulai mengenal pergaulan. Melalui

Facebook

remaja memiliki

kesempatan untuk bisa berinteraksi dengan teman-temannya secara lebih luas,

tanpa perlu bertatap muka secara langsung. Ofcom (2008) menyebutkan bahwa

remaja gemar mengumpulkan teman sebanyak-banyaknya dari seluruh penjuru

(19)

dunia, meski sesungguhnya mereka cenderung hanya berinteraksi dengan

sebagian kecil saja.

Facebook

dijadikan sebagai media penggambaran diri individu. melalui

fasilitas yang diberikan oleh

Facebook

remaja bisa menyimpan atau mengubah

foto-foto pribadi, catatan pribadi dan yang bisa dikomentari oleh sesama anggota

dari situs jejaring sosial tersebut. Dengan demikian remaja bisa menampilkan

keberadaan dirinya melalui foto.

Penampilan foto pada

Facebook

dapat dijadikan

tanda bahwa pengguna ingin mengungkapkan siapa dirinya dan apa yang remaja

tersebut bayangkan terhadap dirinya. Dalam psikologi cara seseorang memandang

dirinya sendiri dapat dikatakan sebagai citra diri (Atwater and Duffy, 1999).

Perubahan-perubahan dan perkembangan yang terjadi pada aspek fisik,

psikis, dan psikososial pada masa remaja menentukan bagaimana remaja tersebut

mulai mengembangkan citra diri. Hampir semua remaja memperhatikan

perubahan pada dirinya serta penampilannya. Hurlock (1980) menjelaskan bahwa

yang termasuk ke dalam minat pribadi yang dimiliki remaja adalah minat pada

penampilan diri, pakaian, prestasi, kemandirian, dan uang. Perubahan-perubahan

pada diri remaja membuat mereka semakin menyadari akan penampilan fisiknya,

mereka mulai membandingkan penampilan fisik mereka dengan gambaran fisik

ideal yang ada di masyarakat. Citra diri bisa tertanam dalam pikiran bawah sadar

oleh pengaruh orang lain, pengaruh lingkungan, pengalaman masa lalu atau

sengaja ditanamkan oleh pikiran sadar (Malik, 2009).

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti pada pengguna

Facebook

terlihat kebanyakan yang ditampilkan melalui foto pada halaman profil tersebut

(20)

merupakan foto dirinya, baik yang

close-up

, sedang menggunakan

make-up,

maupun berekspresi, namun ada beberapa yang menampilkan foto dirinya dengan

teman, maupun pemandangan. Estoisia, Pithia, & Rodriguez, (2009) juga

menyebutkan bahwa foto profil pada

Facebook

bervariasi bentuknya ada yang

menggambarkan diri dia seutuhnya ataupun simbol-simbol, tergantung apa yang

ingin individu sampaikan tentang diri mereka sendiri. Penelitian yang dilakukan

oleh Siibak (2009) juga menemukan bahwa remaja (47,6 % perempuan, 20,7%

laki-laki) memasukkan foto-foto yang menurut mereka bagus ke dalam

Facebook

,

misalnya, peristiwa penting seperti wisuda atau pernikahan, atau dengan orang

terdekat mereka. Pengguna

Facebook

ingin membawakan diri dengan cara yang

positif baik di dunia fisik dan maya (Estoisia, Pithia, & Rodriguez, 2009).

Ellison, Heino, and Gibbs (dalam Siibak, 2009) menyebutkan bahwa foto yang

digunakan pada halaman profil tidak hanya untuk memvisualisasikan penampilan

penggunanya, tetapi juga untuk menegaskan sesuatu dan kualitas yang menurut

mereka penting. Disamping itu setiap pengguna memiliki alasan yang berbeda

ketika menampilkan foto tersebut (Estoisia, Pithia, & Rodriguez, 2009). Siibak

(2009) mengatakan foto pada halaman profil memberikan gambaran tentang

konsep diri dan karakteristik fisik seseorang.

Penampilan fisik bagi remaja merupakan hal yang utama. Sebagaimana

Hurlock (1980) menjelaskan bahwa salah satu cara untuk mencoba mengangkat

diri sendiri sebagai individu adalah dengan menggunakan simbol status dalam

bentuk fisik dan benda-benda yang mudah terlihat. Dengan cara ini remaja

(21)

menarik perhatian pada diri sendiri dan agar dipandang sebagai individu,

sementara pada saat yang sama ia mempertahankan identitas dirinya.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Siibak (2009) dari 442

remaja diketahui 79 % dari remaja laki-laki dan 85 % remaja perempuan percaya

bahwa seseorang harus terlihat baik untuk menjadi popular dalam jaringan virtual.

Hal ini dapat disebabkan setiap pengguna

Facebook

menginginkan dirinya terlihat

hebat. Berdasarkan hasil tesebut dapat disimpulkan bahwa remaja dengan cara

menampilkan gambaran dirinya melalui foto dapat merasa diakui dan diperhatikan

oleh lingkungannya atas pandangan orang lain terhadap dirinya. Akibat interaksi

tersebut itu pula maka akan timbul penilaian-penilaian terhadap diri remaja,

apabila di puji maka akan mempertahankan apa yang ada dalam dirinya, dan

apabila dicela atau dikritik maka remaja akan cepat melakukan perubahan, agar

pendapat orang lain berubah mengenai dirinya.

Ofcom (2008) menyebutkan remaja cenderung sering mengubah tampilan

maupun data diri yang ditampilkan pada profil situs jejaring sosial mereka.

Tampilan dan isi profil bagi remaja mempunyai efek yang besar bagi identitas

sosial mereka, dan remaja dapat memperoleh perasaan akan penerimaan jika

orang lain dapat memberikan komentar terhadap tampilan profil mereka (Ofcom,

2008). Pengguna Facebook pada umumnya mempergunakan foto terbaiknya agar

dapat mendapatkan komentar positif sehingga dapat meningkatkan harga diri

mereka (Estoisia, Pithia, & Rodriguez, 2009).

(22)

Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada pengguna

Facebook

tanggal 23 April 2010 mereka menyatakan pendapat tentang yang

mereka rasakan bila foto yang mereka pasang dikomentari, adalah sebagai berikut:

“..seneng aja, berarti ada yang merhatiin..”

(Nuran, 20 tahun)

“..seneng, apalagi kalau komentarnya bagus-bagus,hehe..”

(Tika,20 tahun)

“.. kalau komentarnya bagus seneng, trus jadi gak mau ganti fotonya, kalo

jelek agak sedikit risih tapi aku pikir-pikir dulu bener gak sih jelek, trus

dilihat jeleknya kenapa jadi besok-besok gak masang foto kayak gitu lagi

deh..”

(Farah,19 tahun)

Dari hasil wawancara tersebut dapat dipahami bahwa tampilan foto profil

yang merupakan gambaran diri remaja dapat mempengaruhi

self estem

pada

remaja. Mereka semakin menyadari bahwa dirinya memiliki arti dan berharga

setelah mendapatkan timbal balik dari orang lain. Ofcom (2008) mengatakan

bahwa komentar orang lain terhadap tampilan profil mereka dapat meningkatkan

haga diri

pada remaja. Hal ini didukung pula oleh Flemming dan Courtney (dalam

Frey, 2004) harga diri

pada remaja dipengaruhi oleh penampilan fisik,

kemampuan bersosialisasi dan prestasi-prestasi yang dimilikinya.

Pendapat tersebut diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Enny

Irnovian, Bagus Riyono, dan Retno Kumulohadi (2008) mengenai harga diri

ditinjau dari dukungan sosial orangtua dan prestasi belajar pada siswa SMU

menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara dukungan

sosial, prestasi belajar dengan harga diri. Koefisien korelasi dukungan sosial

(23)

terhadap harga diri dengan mengontrol prestasi belajar, artinya bahwa semakin

tinggi dukungan sosial, maka akan semakin tinggi harga diri, begitu juga

sebaliknya semakin rendah dukungan sosial yang diberikan, maka akan semakin

rendah harga diri.

Remaja yang memiliki citra diri positif akan memiliki tujuan dan cita-cita

yang jelas terhadap masa depannnya. Malik (2009) berpendapat remaja yang

memiliki citra diri yang positif akan mempunyai semangat hidup dan semangat

juang yang tinggi. Sebaliknya, remaja yang memiliki citra diri yang negatif

cenderung memberikan batasan kepada dirinya bahwa ia tidak dapat memenuhi

apa yang diinginkan lingkungan, yang pada akhirnya remaja merasa rendah diri

dan seterusnya memiliki harga diri yang lemah. Hal serupa juga diungkapkan

pada penelitian yang dilakukan oleh Prabangkoro (2008) mengenai hubungan

citra diri (

self image

) dengan aspirasi kerja pada salesman menunjukkan bahwa

terdapat hubungan yang positif sangat signifikan antara citra diri dan aspirasi

kerja, yang berarti semakin tinggi citra diri salesman maka akan semakin tinggi

pula aspirasi kerjanya, begitupun sebaliknya.

Citra diri bagi remaja berperan agar remaja dapat menyesuaikan dengan

lingkungannya, agar mereka dapat diterima oleh lingkungannya. Pendapat lain

menyebutkan bahwa citra diri merupakan komponen konsep diri bersama dengan

citra tubuh,

ideal self

(diri yang diinginkan individu) dan

social self

(diri yang

dipersepsi individu berdasarkan apa yang dipandang masyarakat) (Atwater &

Duffy, 1999). Menurut Hurlock (1980) konsep diri yang positif akan berkembang

jika seseorang mengembangkan sifat-sifat yang berkaitan dengan ‘

good self

(24)

esteem

’, ‘

good self confidence

’, dan kemampuan melihat diri secara realistik.

Sifat-sifat ini memungkinkan seseorang untuk berhubungan dengan orang lain

secara akurat dan mengarah pada penyesuaian diri yang baik.

Berdasarkan fenomena diatas peneliti merasa tertarik melakukan penelitian

ini karena masih sedikitnya penelitian yang meneliti tentang hubungan citra diri

melalui foto profil dengan harga diri pada remaja pengguna

Facebook.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Kapoor, et.all (dalam Siibak,2009) bahwa

masih sedikit penelitian yang memfokuskan pada foto pengguna yang biasanya

untuk melengkapi halaman profil. Disamping itu kadangkala kemajuan zaman

dan teknologi tidak disertai dengan pengawasan yang ketat pada orangtua dan

pembimbing untuk dapat mengoptimalkan perkembangan remaja, yang dapat

berdampak pada perilaku dan pembentukan kepribadian yang menetap ketika

memasuki tahap dewasa. Hal ini didukung oleh hasil-hasil studi yang panjang di

berbagai negara menunjukkan bahwa masa yang paling penting dan menentukan

perkembangan harga diri seseorang adalah pada masa remaja. Pada masa inilah

terutama seseorang akan mengenali dan mengembangkan seluruh aspek dalam

dirinya, sehingga menentukan apakah ia akan memiliki harga diri yang positif

atau negatif (Tambunan, 2001).

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti bermaksud mengadakan penelitian

mengenai

”HUBUNGAN CITRA DIRI MELALUI FOTO PROFIL

DENGAN HARGA DIRI PADA MAHASISWA PENGGUNA

FACEBOOK

FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH.

(25)

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah

1.2.1 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman dan kerancuan dalam penggunaan

istilah serta untuk melihat masalah penelitian ini lebih fokus, maka peneliti

memberikan batasan masalah sebagai berikut:

1.

Citra diri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah citra diri melalui foto

profil. Citra diri melalui foto profil adalah gambaran mengenai diri

individu yang terlihat (dibayangkan) sendiri oleh individu, atau juga diri

yang ingin dibayangkan oleh individu yang dapat dipengaruhi oleh orang

lain pada foto profil.

2.

Harga diri adalah evaluasi atas perasaan dan penilaian individu terhadap

dirinya, kehidupannya dan hubungannya dengan orang lain.

3.

Mahasiswa yang dijadikan sampel penelitian pada penelitian ini adalah

mahasiswa pengguna Facebook di Fakultas Psikologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta semester III, V dan VII atau yang masuk dalam

kategori remaja akhir yaitu pada rentang usia 18-21 tahun.

1.2.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan, maka perumusan masalah

pada penelitian ini adalah:

”Apakah ada hubungan positif yang signifikan antara citra diri melalui foto profil

dengan harga diri

pada mahasiswa pengguna

Facebook

Fakultas Psikologi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta?

(26)

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran hubungan citra

diri melalui foto profil dengan harga diri pada mahasiswa pengguna

Facebook

Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Manfaat Teoritis:

Psikologi Sosial:

Diharapkan penelitian ini dapat memperluas khazanah ilmu psikologi

sosial khusunya dalam kajian interaksi sosial remaja khususnya pada

penggunaan situs jejaring sosial

Facebook

.

Psikologi Perkembangan:

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan perkembangan khazanah

keilmuan dalam psikologi perkembangan remaja khususnya dalam aspek

minat sosial.

Manfaat Praktis:

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi tentang citra diri dan harga

diri pada:

a.

Remaja: diharapkan remaja memiliki gambaran untuk mereka agar dapat

mengembangkan citra diri yang positif dan harga diri yang tinggi.

(27)

b.

Orangtua: diharapkan orang tua mampu membimbing remaja agar bisa

mengembangkan citra diri yang positif sehingga meningkatan harga diri

remaja tersebut.

1.4. Sistematika Penulisan

Laporan Penelitian (Skripsi) ini terdiri dari lima bab. Perincian setiap bab adalah

sebagai berikut:

BAB 1 Pendahuluan, menguraikan tentang latar belakang dilakukannya

penelitian mengenai hubungan citra diri melalui foto profil dengan harga diri pada

mahasiswa psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, identifikasi masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tujaun dan manfaat penelitian, serta

sistematika penulisan.

BAB 2 Kajian Pustaka, menguraikan sejumlah konsep yang berkaitan dengan

harga diri yang terdiri dari pengertian, dan aspek-aspek harga diri. Selain itu juga

dijelaskan konsep mengenai pengertian citra diri, proses pencarian citra diri,

faktor-faktor dalam citra diri, pengertian dan tugas perkembangan remaja, serta

mengenai

Facebook

.

BAB 3 Metodologi Penelitian, Bab ini berisi penguraian mengenai, variabel

penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengambilan sampel, desain

penelitian, instrumen penelitian, teknik pengambilan data dan teknik analisa data

yang digunakan dalam penelitian ini.

BAB 4 Presentasi dan Analisa Data, menguraikan mengenai pengolahan semua

data yang terkumpul dari penelitian ini. Data yang terkumpul meliputi gambaran

(28)

umum subjek penelitian dan hubungan citra diri melalui foto profil dengan harga

diri pada mahasiswa Fakultas Psikologi yang dijadikan subjek pada penelitian ini.

BAB 5 Kesimpulan, Diskusi dan Saran, pada bagian kesimpulan berisi jawaban

terhadap permasalahan penelitian. Kesimpulan dibuat berdasarkan analisis dan

interpretasi data yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya. Pada bagian diskusi,

akan dibahas hasil penelitian. Selain itu, juga akan diberikan pembahasan

mengapa suatu hipotesis penelitian ditolak atau diterima, serta

keterbatasan-keterbatasan penelitian. Bagian saran berisi saran-saran teoritis untuk keperluan

penelitian selanjutnya serta saran-saran praktis sesuai dengan permasalahan dan

hasil penelitian.

(29)

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Harga Diri

2.1.1 Pengertian Harga Diri

Harga diri atau yang dalam bahasa Inggris biasa disebut dengan

self esteem

.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000) harga diri memiliki pengertian

kesadaran akan berapa besar nilai yang diberikan pada diri sendiri. Chaplin (2006)

menyamakan istilah

self esteem

dengan

self evaluation

yaitu suatu penilaian aau

pertimbangan yang dibuat seseorang mengenai diri sendiri.

Coopersmith (dalam Burn, 1993) mengemukakan definisi harga diri sebagai

berikut :

“Harga diri

merupakan evaluasi yang dibuat individu dan

kebiasaan memandang dirinya, terutama sikap menerima,

menolak, dan indikasi besarnya kepercayaan individu terhadap

kemampuan, keberartian, kesuksesan, keberhargaan

”.

Sedangkan Rosenberg (dalam Burn, 1993) mendefinisikan harga diri

sebagai suatu sikap positif atau negatif terhadap suatu objek khusus, yaitu “diri”.

Peterson et.all (1984) memberikan pengertian definisi dari harga diri sebagai

perasaan secara keseluruhan atas kebermaknaan diri dan penerimaan diri.

Perasaan harga diri menyatakan secara tidak langsung bahwa individu yang

bersangkutan merasakan dia seorang yang berharga, menghargai dirinya sendiri

(30)

terhadap dirinya saat ini (baik sebagai apa dan siapa dia saat ini), tidak mencela

dirinya terhadap apa yang tidak dilakukan dan tingkatan dimana dia merasa positif

tentang dirinya sendiri. Perasaan harga diri yang rendah menyiratkan penolakan

diri, penghinaan diri dan evaluasi diri yang negatif. Selain itu Minchinton (1993)

juga mendefinisikan harga diri adalah harga yang kita tempatkan pada diri kita.

Selanjutnya Minchinton (1993) memberikan penjelasan bahwa harga diri adalah

penilaian dari keberhargaan diri sebagai manusia, berdasarkan pada setuju atau

tidak setuju dari diri kita dan perilaku kita.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa harga diri menggambarkan evaluasi atas

perasaan dan penilaian individu terhadap dirinya, kehidupannya dan hubungannya

dengan orang lain. Harga diri tersebut mempunyai peran yang penting dan

berpengaruh besar terhadap sikap dan perilaku individu.

2.1.1 Aspek-aspek Harga Diri

Harga diri terdiri dari berbagai aspek. Berikut merupakan aspek-aspek yang

dikemukakan oleh berbagai tokoh. Minchinton (1993) menjabarkan tiga aspek

dari harga diri, yaitu:

a.

Perasaan mengenai diri sendiri.

-

Menerima diri sendiri, yaitu individu dapat menerima dirinya secara

nyata dan penuh, nyaman dengan keadaan dirinya, dan memiliki

perasaan yang baik mengenai dirinya, apapun kondisi yang dihadapi.

Individu memandang bahwa dirinya memiliki keunikan tersendiri

(31)

meskipub ada sifat-sifat, kemampuan, atau keterampilan yang tidak

dimiliki.

-

Memaafkan diri sendiri. Individu memiliki keyakinan mendalam

bahwa mereka adalah penting dan berarti, walaupun bukan untuk

orang lain, setidaknya untuk dirinya sendiri. Individu mengasihani dan

memaafkan dirinya dari ketidaksempurnaan.

-

Menghargai nilai pribadi. Individu tidak terpengaruh oleh pendapat

orang lain. Tidak merasa lebih baik ketika dipuji atau lebih buruk

ketika dkritik. Perasaannya tidak tepengaruh oleh kondidi eksternal

atau pada hal yang akan atau yang telah dilakukannya.

-

Mengendalikan emosi diri. Individu dengan harga diri tinggi memgang

kendali atas emosinya sendiri. Sebaliknya, keadaan yang buruk dapat

mempengaruhi perasaan individu dengan harga diri rendah, akibatnya

suasana hatinyapun menurun. Tiap kali individu mengatakan sesuatu

tentang dirinya, apakah teman, teman, guru, pimpinan, orangtua atau

saudara kandung, ia akan menerima komentar tersebut begiu saja dan

membiaran pikiran orang melumpuhkan kehidupannya. Komentar itu

bisa berubah sesuatu yang negatif atau berlawanan dengan

penilaiannya. Kemudian ia pun mulai mempercayai ucapan orang

tersebut meskipun jauh di lubuk hatinya, itu tidak benar.

b.

Perasaan terhadap hidup

-

Menerima kenyataan. Perasaan terhadap hidup berarti menerima

tanggung jawab atas setiap bagian hidup yang dijalaninya. Individu

(32)

dengan harga diri yang tinggi akan dengan lapang dada tidak

menyalahkan keadaan hidup ini atas segala masalah yang dihadapinya.

Ia sadar bahwa semuanya terjadi berkaitan dengan pilihan dan

keputusan sendiri, bukan karena faktor eksternal. Individu yang

memiliki harga diri yang tinggi akan membangun harapan ataupun

cita-cita secara realistis sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

Perasaan individu terhadap hidup juga menentukan apakah akan

menganggap sebuah masalah adalah rintangan hebat atau kesempatan

bagus untuk mengembangkan diri.

-

Memegang kendali atas diri sendiri. Individu dengan harga diri tinggi

juga tidak berusaha mengendalikan orang lain atau situasi yang ada.

Sebaliknya individu dapat dengan mudah mengetahui waktu yang tepat

untuk mengubah sikap dan menyesuaikan diri dengan keadaan.

c.

Hubungan dengan orang lain.

-

Menghargai orang lain. Individu dengan toleransi dan penghargaan

yang sama terhadap semua orang yang berarti memiliki harga diri yang

baik. Ia percaya bahwa setiap orang termasuk dirinya memiliki hak

yang sama dan patut dihormati.

-

Bijaksana dalam hubungan. Menerima keberadaan individulain,

fleksibel, dan bertanggung jawab dalam hubungan.Individu dapat

melihat semua orang adalah layak dan pantas; dan sama hormat.

Individu dengan harga diri yang tinggi mampu memandang

hubungannya dengan orang lain secara bijaksana.

(33)

Sedangkan Coopersmith (Burn, 1998) membagi harga diri kedalam empat

aspek, yaitu:

a.

Kekuasaan (

power

)

Kemampuan untuk mengatur dan mengontrol tingkah laku

orang lain. Kemampuan ini ditandai adanya pengakuan dan

rasa hormat yang diterima individu dari orang lain.

b.

Keberartian (

significance

)

Adanya kepedulian, penilaian, dan afeksi yang diterima

individu dari orang lain.

c.

Kebajikan (

virtue

)

Ketaatan mengikuti standar moral dan etika, ditandai oleh

ketaatan untuk menjauhi tingkah laku yang tidak diperbolehkan.

d.

Kemampuan (

competence

)

Sukses memenuhi tuntutan prestasi.

Flemming & Courtney (dalam Frey, 1994) juga mengemukakan bahwa

harga diri pada remaja dibagi menjadi lima aspek, yaitu :

a.

Perasaan ingin dihormati

Perasaan ingin diterima oleh orang lain, perasaan ingin dihargai, didukung,

diperhatikan, dan merasa diri berguna.

b.

Percaya diri dalam bersosialisasi

Merasa percaya diri, mudah bergaul dengan orang lain, baik baru dikenal

maupun baru dikenal.

(34)

c.

Kemampuan akademik

Sukses memenuhi tuntutan prestasi ditandai oleh keberhasilan individu

dalam mengerjakan bermacam-macam tugas pekerjaan dengan baik dan

benar.

d.

Penampilan fisik

Kemampuan merasa diri punya kelebihan, merasa diri menarik, dan

merasa percaya diri.

e.

Kemampuan fisik

Mampu melakukan sesuatu dalam bentuk aktivitas, dapat berprestasi

dalam hal kemampuan fisik

Dari berbagai aspek harga diri (

self esteem

) yang kemukakan oleh beberapa

tokoh diatas teori utama yang dipakai dalam penelitian ini adalah aspek harga diri

(

self esteem

) yang dikemukakan oleh Minchinton (1993) yaitu perasaan terhadap

diri sendiri, perasaan terhadap hidup, dan hubungannya dengan orang lain.

Aspek-aspek ini pulalah yang dijadikan dasar untuk membuat alat ukur dalam penelitian

ini. Adapun alasan penggunaan teori Minchinton yang digunakan adalah kerena

asek harga diri yang dikemukakan oleh Minchinton (1993) dapat mencakupi

aspek-aspek yang dikemukakan oleh Coopersmith (dalam Burn, 1998) dan

Flemming & Courtney (dalam Frey, 1994). Adapun penjelasannya sebagai

berikut:

a.

Aspek perasaan terhadap diri sendiri dalam teori Minchinton (1993)

meliputi aspek kemampuan pada teori Coopersmith dan aspek penampilan

(35)

fisik, kemampuan fisik pada teori Flemming & Courtney yang dijelaskan

pada indikator menerima diri sendiri, bahwa individu dapat menghargai

setiap potensi yang dimiliki tanpa pernah mengeluh (Minchinton, 1993).

b.

Aspek perasaan terhadap hidup dalam teori Minchinton meliputi aspek

kebajikan pada teori Coopersmith yang dijelaskan pada indikator

memegang kendali ats diri sendiri, bahwa individu dapat dengan mudah

menyesuaikan diri dengan keadaan (Minchinton,1993). Sedangkan pada

teori Flemming & Courtney tidak ada yang masuk dalam aspek ini.

c.

Aspek hubungan dengan orang lain dalam teori Minchinton meliputi aspek

kekuasaan dan keberartian pada teori Coopersmith dan aspek perasaan

ingin dihormati dan percaya diri dalam sosialisasi pada teori Flemming

dan Courtney yang dijelaskan pada aspek bijaksana dalam hubungan

bahwa individu mampu memandang hubungannya dengan orang lain

secara bijaksana (Minchinton, 1993).

2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Diri

Ada berbagai faktor yang mempengaruhi harga diri individu yang dikemukakan

oleh para ahli (Rosenberg dan Simmons dalam Steinberg, 1999; Steinberg,1999;

Atweter & Duffy, 1999; Rice, 1993; Clark dan Brown dalam Rice, 1993; Luthfi,

dkk, 2009) adalah sebagai berikut:

a.

Jenis Kelamin

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa remaja putri memiliki harga

diri yang rendah dibandingkan dengan remaja putra. Harga diri remaja

(36)

putri rendah, tingkat kesadaran mereka tinggi dan citra diri mereka mudah

terganggu dibandingkan dengan remaja putra (Rosenberg& Simmons

dalam Steinberg, 1999). Hal ini dikarenkan remaja putri peduli dengan

harga dirinya agar dapat diterima dengan kelompoknya (Steinberg, 1999).

b.

Kelas Sosial

Studi juga menunjukkan bahwa seorang remaja itu kelas sosial

merupakan faktor penentu penting harga diri, terutama sebagai individu

bergerak ke tengah dan kemudian remaja. secara umum, remaja pada

kelas menengah memiliki harga diri yang lebih tinggi daripada remaja

yang kurang mampu. dan perbedaan ini tumbuh lebih besar selama masa

remaja (Steinberg, 1999). Demo & Sevin-Williams (dalam Steinberg,

1999) mengatakan hal ini dapat terjadi dikarenakan bahwa remaja kelas

menengah lebih baik di sekolah dibandingkan dengan individu seusia

mereka yang kurang mampu, hal ini menyebabkan mereka memiliki harga

diri yang tinggi.

c.

Orang tua

Orang tua juga dapat memberikan pengaruh pada tingkat harga diri

individu. Orang tua adalah sumber yang sangat mempengaruhi kualitas

harga diri (

self esteem

) anak-anaknya (Luthfi, dkk, 2009). Dengan

maksud-maksud yang baik banyak orang tua yang penuh perhatian dan

kasih sayang sebenarnya justru merusak

self esteem

anak-anaknya. Dngan

begitu dapat disimpulkan pola asuh orang tua dapat mempengaruh

terhadap harga diri anak.

(37)

2.2 Citra Diri

2.2.1 Pengertian Citra Diri

Citra diri dalam bahasa Inggris disebut

self image

. Citra menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia (2000) adalah rupa atau gambaran. Sehingga citra diri adalah

gambaran mengenai diri individu. Sedangkan berdasarkan kamus psikologi seli

image atau gambaran diri adalah jatidiri seperti yang digambarkan atau yang

dibayangkan (Chaplin, 2006).

Atwater & Duffy (1999) mendefinisikan citra diri atau

self image

, yaitu:

The way I see Myself

Selain pengertian diatas Maltz (1994) juga memberikan pengertian

mengenai citra diri, yaitu konsep yang dimiliki individu atas pilihannya sebagai

individu sendiri. Ini merupakan produk dari pengalaman masa lalu, kesuksesan

dan kegagalan, penghinaan dan penghargaan, dan reaksi orang lain terhadap diri

individu (Maltz, 1994). Di samping itu Burn (1993) memberikan definisi dari citra

diri yaitu apa yang dilihat seseorang ketika dia melihat dirinya sendiri. Sedangkan

Brown (1998) menggunakan istilah

self knowledge

yang memiliki arti sama

dengan citra diri yang dikemukakan oleh tokoh lain yaitu sebagai apa yang ingin

individu pikirkan tentang dirinya.

Menurut Mappiere (2010) terdapat kesamaan arti pada istilah

self image

(citra diri) maupun

self concept.

Kedua istilah ini menurut Mappiare (2010)

menunjuk pada pandangan atau pengertian seseorang terhadap dirinya sendiri.

Baron & Byrne (1991) mengungkapkan bahwa hanya orang-orang yang menurut

individu memiliki reaksi dan evaluasi yang penting yang dapat mempengaruhi

(38)

konsepsi individu terhadap dirinya. Orang-orang penting tersebut antara lain,

teman dekat, orang tua, anggota keluarga, serta guru. Sehingga dapat disimpulkan

citra diri merupakan gambaran mengenai diri individu yang terlihat (dibayangkan)

sendiri oleh individu, atau juga diri yang ingin dibayangkan oleh individu yang

dapat dipengaruhi oleh orang lain.

2.2.2 Aspek-aspek Citra Diri

Berkaitan dengan proses mencapai kesimpulan akan adanya citra diri, Brown

(1998) mengungkapkan bahwa ada tiga aspek dalam pengetahuan akan diri sendiri

yaitu:

a.

Dunia fisik (

physical world

)

Realitas fisik dapat memberikan suatu arti yang mana kita dapat belajar

mengenai diri kita sendiri. Sumber pengetahuan dari dunia fisikal

memberikan pengetahuan diri sendiri. Akan tetapi pengetahuan dari dunia

fisik terbatas pada atribut yang bisa diukur dengan yang mudah terlihat

dan bersifat subjektif dan kurang bermakna jika tidak dibandingkan

dengan individu lainnya.

b.

Dunia Sosial (

social world

)

Sumber masukan untuk mencapai pemahaman akan citra diri adalah

masukan dari lingkungan sosial individu. Proses pencapaian pemahaman

diri melalui lingkungan sosial tersebut ada dua macam, yiatu:

(1)

Perbandingan Sosial (

social comparison

)

(39)

Serupa dengan dunia fisik, dunia sosial juga membantu memberi

gambaran diri melalui perbandingan dengan orang lain. Pada umumnya

individu memang cenderung membandingkan dengan individu lain

yang dianggap sama dengannya untuk memeperoleh gambaran yang

menurut mereka adil. Akan tetapi tidak jarang individu membandingkan

dirinya dengan individu yang lebih baik (disebut

upward comparison

)

atau yang lebih buruk (

downward comparison

) sesuai dengan tujuan

mereka masing-masing.

(2)

Penilaian yang tercerminkan (

reflected apraisal

)

Pengetahuan akan diri individu tercapai dengan cara melihat

tanggapan orang lain terhadap perilaku individu. Misalnya jika individu

melontarkan gurauan dan individu lain tertawa, hal tersebut dapat

menjadi sumber untuk mengetahui bawa individu lucu.

c.

Dunia dalam/ psikologis (

inner/ psychologycal world

)

Sedangkan untuk sumber berupa penilaian dari dalam diri individu, ada

tiga hal yang dapat mempengaruhi pencapaian pemahaman akan citra diri

individu, yaitu:

(1)

Instrospeksi (

introspection

)

Introspeksi dilakukan agar individu melihat kepada dirinya untuk

mencari hal-hal yang menunjang dirinya. Misalnya seseorang yang

merasa dirinya pandai, bila berintrospeksi akan melihat berbagai

kejadian dalam hidupnya, misalnya bagaimana dirinya menyelesaikan

masalah, menjawab pertanyaan, dan sebagainya.

(40)

(2)

Proses mempersepsi diri (

self perception process

)

Proses ini memiliki kesamaan dengan intropeksi, namun bedanya

adalah bahwa proses mempersepsi diri dilakukan dengan melihat

kembali dan menyimpulkan seperti apa dirinya setelah

mengingat-ingat ada tidaknya atribut yang dicarinya di dalam kejadian-kejadian di

hidupnya. Sedangkan introspeksi dilakukan sebaliknya.

(3)

Atribusi kausal (

causal attributions

)

Cara ini dilakukan dengan mencari tahu alasan dibalik perilaku.

Weiner (dalam Brown, 1998) mengatakan bahwa atribusi kausal

adalah dimana individu menjawab pertanyaan mengapa dalam

melakukan berbagai hal dalam hidupnya. Atribusi kausal ini juga dapat

dilakukan kepada perilaku orang lain yang berhubungan dengan

individu. Dengan mengetahui apa alasan orang lain melakukan suatu

perbuatan yang berhubungan dengan individu, sehingga individu tahu

bagaimana gambaran diri sebenarnya. Atribusi yang dibuat

mempengaruhi pandangan individu terhadap dirinya.

2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Citra Diri

Proses mencari tahu bagaimana citra diri individu menentukan citra diri individu

tersebut positif atau negatif. Jika prosesnya ternyata positif, terdapat faktor yang

mendorongnya untuk tetap seperti itu. Brown (1998) mengungkapkan

faktor-faktor tersebut adalah:

1. Faktor Perilaku

(41)

a.

Perhatian selektif (

selective attention

) terhadap masukan yang mendukung

citra diri individu. Individu cenderung memilah-milah, masukan mana

yang ingin diperhatikanya.

b.

Melumpuhkan diri sendiri

Individu memunculkan sendiri perilaku tertentu yang mengeluarkan

kekurangannya.

d.

Pemilihan tugas yang memperlihatkan usaha positif. Individu cenderung

lebih melihat masukan yang bersifat menunjukkan kelebihan mereka,

daripada kemampuan mereka sebenarnya (kemampuan yang kurang baik).

e.

Bukti yang memperjelas perilaku mencari info strategis.

Individu cenderung menghindari situasi dimana kekurangannya dapat

terlihat dan individu cenderug mencari masukan untuk hal yang mudah

diperbaiki dari hasil kemampuan mereka.

2. Faktor Sosial

a. Interaksi Selektif

Individu bisa memilih dengan siapa ia ingin bergaul.

b. Perbandingan Sosial yang bias

Individu cenderung mebandingkan dirinya dengan orang lain yang

menurutnya lebih rendah kemampuanya daripada dirinya.

(42)

2.3 Remaja

2.3.1 Pengertian Remaja

Remaja berasal dari kata latin “

adolescere

” yang berarti tumbuh atau berkembang

kearah kematangan. Dalam periode ini, seseorang akan mengalami kematangan

fisik sebagai hasil dari munculnya hormon pubertas, tetapi terutama kematangan

sosial dan psikologis (Sarlito, 2003). Santrock (2003) menjelaskan bahwa remaja

adalah masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang mencakup perubahan

biologis, psikologis, dan kognitif dan sosial-emosional.

World Health Organization

(WHO) memberikan definisi tentang remaja

yang lebih konseptual (dalam Sarlito, 2001). Dalam definisi tersebut dikemukakan

3 kriteria biologis, psikologis, dan sosial ekonomi, yaitu:

1.

Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan

tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan

seksual.

2.

Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi

dari kanak-kanak menjadi dewasa.

3.

Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh

kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

Batasan remaja menurut WHO (dalam Sarlito, 2001) terbagi dalam dua

bagian yaitu remaja awal 10-14 tahun, dan remaja akhir 15-20 tahun. Begitupula

dengan. Sedangkan Santrock (2003) menyebutkan remaja akhir berakhir pada usia

18-22 tahun. Papalia dan Olds (2008) menjelaskan bahwa remaja adalah

(43)

seseorang yang mengalami pubertas, dengan batas usia 11 atau 12 tahun sampai

berusia 21 tahun atau tahap remaja akhir.

Namun di Indonesia sendiri sulit menentukan kapan masa remaja itu

berakhir, karena pada umumnya di Indonesia individu dikatakan meninggalkan

masa remaja bila individu tersebut telah memasuki dunia orang dewasa dengan

segala tanggung jawabnya, misalnya setelah menempuh pendidikan lalu bekerja

atau menikah. Namun lamanya pendidikan setiap individu pasti berbeda-beda.

Oleh karena itu sulit untuk menentukan kapan individu meninggalkan masa

remajanya.

Sarlito (2001) menyebutkan pada tahap remaja akhir (

late adolescence

)

dimana tahap ini merupakan tahap konsolidasi menuju periode dewasa yang

ditandai dengan pencapaian 5 hal, yaitu:

a.

Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.

b.

Egonya mencari kesempatan untuk bersatu degan orang-orang lain dalam

pengalaman-pengalaman baru.

c.

Terbentuknya identits seksual yang tidak akan berubah lagi.

d.

Egosentris (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan

keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.

e.

Tumbuh pembatas yang memisahkan diri pribadi (

private self

) dan

masyarakat umum (

the public

)

Sedangkan tugas perkembangan remaja menurut Havighurst ( dalam Willis,

2005) antara lain :

(44)

1.

memperluas hubungan antara pribadi dan berkomunikasi secara lebih

dewasa dengan kawan sebaya, baik laki-laki maupun perempuan

2.

memperoleh peranan sosial

3.

menerima kebutuhannya dan menggunakannya dengan efektif

4.

memperoleh kebebasan emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya

5.

mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri sendiri

6.

memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan

7.

mempersiapkan diri dalam pembentukan keluarga

8.

membentuk sistem nilai, moralitas dan falsafah hidup

2.3.2 Perkembangan Psikososial Remaja

Selain perubahan bentuk tubuh, perubahan yang berlangsung pada remaja

meliputi perubahan minat. Minat pada remaja dapat tergantung pada jenis

kelamin, kecerdasan mereka, lingkungan, apa yang teman sebaya mereka senangi,

staus dalam kelompok meraka, dan banyak faktor lain (Hurlock, 1980). Hurlock

(1980) juga mengatakan bahwa minat pribadi merupakan minat yang cenderung

terkuat dimiliki oleh remaja. Disebutkan dalam Hurlock (1980) bahwa yang

termasuk kedalam minat pribadi yang dimiliki remaja adalah minat pada

penampilan diri,pakaian, prestasi, kemandirian, dan uang. Kecenderungan kuatnya

minat pribadi yang dimiliki remaja dapat disebabkan oleh kesadaran remaja

bahwa dukungan sosial sangat dipengaruhi oleh penampilan diri dan juga

penilaian kelompok sosial berdasarkan benda yang dimiliki, kemandirian, sekolah,

keanggotaan sosial, serta banyaknya uang yang dibelanjakan oleh remaja. Oleh

(45)

karena itu perkembangan psikosoial yang utama pada remaja adalah mendapatkan

dukungan sosial atas minat pribadinya.

2.4

Facebook

Facebook

merupakan salah satu situs jejaring sosial. Situs jejaring sosial itu

adalah penggunaan sebuah website untuk menghubungkan orang-orang yang

memiliki kesamaan minat personal atau profesional, tempat tinggal, pendidikan

sekolah tertentu, dan lainnya (Kurniali, 2009).

Facebook

adalah sebuah situs

jaringan sosial yang didirikan oleh Mark Zuckerberg pada tanggal 4 Februari 2004

(Kurniali, 2009). Pada awalnya,

Facebook

disebut The facebook yang

penggunanya hanya terbatas untuk kalangan mahasiswa Universitas Harvard.

Kemudian the facebook berganti nama menjadi Facebook pada oktober 2004.

Namun setelah beberapa waktu, pengguna Facebook tidak hanya mahasiswa tetapi

juga masyarakat umum.

Pada Facebokk terdapat halaman profil. Halaman profil berisi segala

informasi tentang pengguna tersebut yang dapat dilihat teman dan orang lain yang

berada dijaringannya (Kurniali, 2009). Tampilan profil pada situs

Facebook

seseorang terdiri dari:

(1)

info

(informasi diri dasar seperti tanggal lahir, domisili tempat tinggal,

minat,organisasi atau tempat bekerja);

(2)

photos

(tampilan foto-foto yang ditampilkan oleh pengguna).

(3)

wall

(pengungkapan status secara keseluruhan,

comment

dari

tema

n,

pengungkapan pemikiran ataupun perasaan

);

(46)

(4)

notes

(catatan atau tulisan mengenai berbagai macam topik)

;

(5)

friends

(daftar teman yang juga merupakan pengguna

Facebook

);

(6)

status

(keadaan saat ini, dapat juga berupa pengungkapan pemikiran dan

perasaan, serta keberadaan seorang pengguna

Facebook

).

Dari berbagai macam aplikasi yang diberikan oleh Facebook yang menjadi

fokus utama penelitian ini adalah aplikasi foto profil. Foto profil terletak pada

halaman profil

Facebook

yang berfungsi untuk menunjukkan identitas pengguna

Facebook

. Pengguna dapat menampilkan foto tersebut sesuai dengan keinginan

pribadinya.

2.5

Kerangka Berpikir

Kemunculan situs jejaring sosial

Facebook

membuat remaja semakin mudah

untuk menyalurkan minat sosial. Fasilitas yang diberikan

Facebook

melalui foto

membuat remaja memiliki sarana untuk memberikan penggambaran atas dirinya.

Bagi remaja menyenangkan bila dapat menampilkan diri kepada lingkungan

sosial. Hal ini sesuai dengan tugas perkembangan remaja yang dikemukakan oleh

Havigurst (dalam Willis, 2005) yaitu memperluas hubungan antara pribadi dan

berkomunikasi secara lebih dewasa dengan kawan sebaya, baik laki-laki maupun

perempuan dan memperoleh peranan sosial.

Seiring kemajuan zaman pula cara berkomunikasi remaja saat ini pun telah

berubah. Saai ini dunia maya lebih mendominasi cara komunikasi remaja

khususnya penggunaan

Facebook

. Manurut artikel artikel

“7 Things You Should

Gambar

Gambaran Umum Subjek Penelitian ………………………...........  52
Tabel 3.1
Tabel 3.1
Tabel 3.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

akhirnya penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “ Hubungan antara Kontrol Diri dengan Kecanduan Internet pada Remaja Pengguna Facebook ”, guna memenuhi salah satu

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan mahasiswa Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang makanan berserat, mengetahui gambaran sikap

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul PENGARUH LOCUS OF CONTROL DAN GOAL ORIENTATION TERHADAP CHEATING MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Religiusitas Pada Mahasiswa Fakultas Keagamaan Dan Non Keagamaan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta” telah diujikan dalam sidang

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap lebih dalam mengenai hubungan konformitas dan harga diri dengan pengambilan keputusan karir pada mahasiswa psikologi semester 8 UIN

Fakultas : Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Menyatakan bahwa skripsi yang saya buat dengan judul “Hubungan Konsep Diri dan Kecerdasan Emosi dengan Komunikasi

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN & DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP SUBJECTIVE WELL-BEING MAHASISWA PERANTAU UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Sedangkan untuk UIN Syarif Hidayatullah Jakarta diharapkan senantiasa berusaha untuk mewujudkan diri sebagai universitas yang mempunyai tanggung jawab sosial yang tinggi