DI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Disusun Oleh :
DWI RAHMAWATI 102070025995
FAKULTAS PSIKOLOGI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
DI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat mencapai gelar Sarjana Psikologi
Oleh :
Dwi Rahmawati 102070025995
Di Bawah Bimbingan :
Pembimbing I Pembimbing II
Neneng Tati Sumiati, M.Si.,Psi Drs. Rachmat Mulyono, M.Si.,Psi NIP. 19730328 200003 2 003 NIP. 19650220 199903 1 003
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Skripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Religiusitas Pada Mahasiswa Fakultas Keagamaan Dan Non Keagamaan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 09 Agustus 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Psikologi.
Jakarta, 28 September 2010
Sidang Munaqasyah
Dekan / Pembantu Dekan /
Ketua merangkap anggota, Sekretaris merangkap anggota,
Jahja Umar, Ph.D Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si NIP. 130 885 522 NIP. 1956 1223 198303 2 001
Anggota
Skrpisi ini aku persembahkan tuk ayah dan bunda tercinta,
Kakak-kaakak dan keluarga besar ku
serta seseorang yang selalu setia mendapingi ku suka maupun
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT penguasa semesta alam. Dengan izin dan ridho-Nya serta kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tiada lagi kata yang bisa terungungkap selain rasa syukur hamba
kepada-Mu ya Allah. Sholawat serta salam semoga tercurah kepada manusia yang paling sempurna Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat serta para pengikutnya yang tetap istiqomah dijalan-Nya.
Proses pembuatan skripsi ini telah memberikan banyak pelajaran berharga bagi penulis, bahwa segala sesuatu yang penuh dengan perjuangan, serta
dibarengi dengan keinginan yang kuat akan menghasilkan tujuan yang diinginkan. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi pada Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam perjalanannya, skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Maka dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada :
1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jahja Umar, Ph.D. beserta jajaran Pudeknya.
2. Dosen Pembimbing I, Neneng Tati Sumiati, M.Si., Psi. dan Dosen
kasih atas seluruh ilmu pengetahuan yang telah diberikan.
4. Untuk yang tak terlupakan ayahanda tersayang Alm. Sanusi dan ibunda tercinta Hj. Winasih yang telah membesarkan ku seorang diri, yang senantiasa menata hatinya untuk sabar mendampingi ku dalam menyelesaikan skripsi ini, yang membelakangkan rasa malunya karena keterlambatan ini, yang selalu memberikan limpahan kasih sayang, dan tak pernah berhenti memberikan dukungan moril, materiil serta doa yang selalu mengiringi setiap langkah ku, serta kakak-kakakku K’Udin & Yu’Bubun, K’Ntus & Mba Eka, K’Dedi & Mba Uti, K’Aan & Teh Hani, Om Edi & Mba Enok, juga untuk ponakan-ponakan ku yang menambah kecerian hidup ku Eki, Nadia, Icam, Afiq, Kicah, Dika, Via, Azzam, Alif, Muadz akhirnya tante lulus juga.
5. Untuk orang yang senantiasa setia dan sabar mendampingi ku tanpa kenal lelah. skripsi ini tak kan pernah terwujud tanpa dukungan dari mu, skripsi ini milik mu juga. Terima kasih atas semua yang tercurah.
dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan-bantuan kecil tetapi amat berharga bagi penulis.
8. terakhir tuk teman-teman yang membantu baik secara teknis maupun dukungannya Mbah (terima kasih membolehkan menggendor rentalnya pagi-pagi), k’ Agus (terima kasih untuk pelajaran SPSSnya), Yanto, Zuli, Uci, teman-teman alumni SMU 110 . Serta seluruh pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.
Akhir kata, semoga Allah S.W.T berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi
pengembangan ilmu
Jakarta , 20 Desember 2010
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang ... 1
1.2. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 4
1.2.1. Pembatasan Masalah ... 4
1.2.2. Perumusan Masalah ... 4
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5
1.3.1. Tujuan Penelitian ... 5
1.3.2. Manfaat Penelitian ... 5
1.4. Sistematika Penulisan ... 5
BAB 2 KAJIAN TEORI 2.1. Religiusitas ... 7
2.1.1. Definisi Religiusitas ... 7
2.1.2. Dimensi-Dimensi Religiusitas ... 8
2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi religiusitas ... 11
2.1.4. Fungsi religiusitas ... 13
2.2. Kelompok Perbandingan ... 16
2.2.1. Fakultas – Fakultas Keagamaan ... 16
2.2.2. Fakultas Fakultas Non-Keagamaan (Umum) .... 17
2.3. Kerangka Berpikir ... 18
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ... 20
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 21
3.2.1. Variabel Penelitian ... 21
3.2.2. Definisi Operasional ... 21
3.3 Populasi dan Sampel ... 22
3.3.1. Populasi ... 22
3.3.2. Sampel ... 22
3.3.3. Teknik Pengambilan Sampel ... 23
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 23
3.4.1. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 23
3.4.2. Uji Instrumen ... 25
3.4.3. Penilaian dan Skoring Instrumen ... 27
3.5 Prosedur Penelitian ... 27
3.5.1. Tahap Persiapan ... 28
3.5.2 Tahap Pelaksanaan ... 28
3.5.3 Tahap Pengolahan dan Analisis Data ... 28
BAB 4 PRESENTASI DAN ANALISA DATA 4.1. Gambaran Umum Responden ... 30
4.2. Uji Persyaratan ... 33
4. 3 Kategorisasi Tingkat religiusitas ... 36
4.4 Hasil Umum Penelitian ... 37
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 40
5.2 Diskusi ... 40
5.3 Saran ... 44
5.3.1. Saran Teoritis ... 44
Table 3.1. Blue Print Skala Tingkat Religiusitas 24
Tabel. 3.2 Reliabilitas Guilford 26 Tabel 3.4 Skoring Instrumen 27 Tabel 1 Jumlah Sampel 30
Tabel 2 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 31 Tabel 3 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia 32
Tabel 4 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Asal Sekolah Menengah Umum
33 Tabel 5 Uji Normalitas
34 Tabel 6 Uji Homogenitas
35
Tabel 7
Tingkat Religiusitas Pada Mahasiswa Fakultas Keagamaan 36
Tabel 8
Tingkat Religiusitas Pada Mahasiswa Fakultas Non Keagamaan 36
Tabel 9 Nilai Uji-t
37
Tabel 10 Group Statistics
PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan dijelaskan tentang latar belakang dilakukan
penelitian, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, serta sistematika penelitian.
1.1 Latar belakang
Dengan keluarnya keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 031
tanggal 20 Mei 2002, IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta resmi berubah menjadi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dan mulai saat itulah sebagai bentuk
reintegrasi ilmu, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sejak tahun akademik
2002/2003 menetapkan fakultas sebagai berikut: Fakultas Ilmu Tarbiah dan
Keguruan, Fakultas Adab dan Humaniora, Fakultas Ushuludin dan Filsafat,
Fakultas Syari’ah dan Hukum, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, dan
Fakultas Dirasat Islamiah, Fakultas Psikologi, Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial, Fakultas Saint dan Teknologi, dan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan.
Dengan mempunyai misi berdaya saing dan terdepan dalam
mengembangkan dan mengintegrasikan aspek keislaman, keilmuan,
kemanusian, dan keindonesiaan. Dan dengan motto knowledge, piety,
integrity. Knowledge mengandung arti bahwa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki komitmen menciptakan sumber daya insani yang cerdas, kreatif dan
inovatif. Sedangkan piety mengandung pengertian bahwa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki komitmen menngembangkan inner quality
dalam bentuk kesalehan di kalangan sivitas akademika. Selanjutnya integrity
mengandung pengertian bahwa sivitas akademika UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta merupakan pribadi yang menjadikan nilai-nilai etis sebagai basis
dalam pengambilan keputusan dan perilaku sehari-hari.
Merujuk pada permasalahan diatas, maka secara tidak langsung
seluruh mahasiswa yang terdaftar sebagai mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dituntut untuk dapat mengemban visi misi yang telah
dicanangkan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Secara garis besar
mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dituntut untuk dapat
mencerminkan keislamannya dan menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Berlatar belakangkan visi, misi, tujuan, serta moto tersebut maka UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta menetapkan MKDU (mata kuliah dasar umum)
yang sesuai di masing-masing fakultas. Namun bila di lihat lebih mendalam
maka terlihat perbedaan antara fakultas-fakultas yang berbasis Islami dengan
fakultas berbasis umum. Meskipun pada awal semester seluruh fakultas tetap
menetapkan MKDU yang pada umumnya sama yaitu MKDU yang berbasis
mata kuliah praktek qira’at, untuk semester selanjutnya mata kuliah akan
ditetapkan sesuai dengan program studi masing-masing fakultas.
Dikarenakan adanya perbedaan MKDU yang mencolok antar fakultas
maka dalam penelitian ini, peneliti menklasifikasikan fakultas-fakultas yang
berada di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi dua kelompok
perbandingan, yaitu kelompok fakultas keagamaan yang terdiri dari Fakultas
Ilmu Tarbiah dan Keguruan, Fakultas Adab dan Humaniora, Fakultas
Ushuludin dan Filsafat, Fakultas Syari’ah dan Hukum, Fakultas Dakwah dan
Komunikasi, dan Fakultas Dirasat Islamiah. Dan kelompok fakultas non
keagamaan yang terdiri dari Fakultas Psikologi, Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial, Fakultas Saint dan Teknologi, dan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan, serta Fakultas Ilmu Sosial dan Politik.
Dengan hadirnya fakultas-fakultas non keagamaan, maka semakin
banyak mahasiswa yang berasal dari latar belakang pendidikan non agama.
hal ini memberikan nuansa keagamaan yang berbeda pada kampus UIN,
misalkan saja mahasiswa yang berasal dari pendidikan umum (SMU),
terbiasa dengan lingkungan pergaulan yang tidak terlalu memikirkan prinsip
pergaulan Islami.
Selain itu fenomena lain yang dapat terlihat jelas, salah satunya
masalah pemakaian jilbab pada mahasiswi UIN. UIN yang
berlatarbelakangkan pendidikan keislaman, menginginkan suasana religius di
religiusitas adalah sistem simbol, sistem keyakinan, sistem nilai dan sistem
perilaku yang terlembagakan yang semuanya itu terpusat pada
persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi. Selanjutnya Glock
mengemukakan ada 5 dimensi yang dapat mengukur tingkat religiusitas
seseorang, yaitu keyakinan, praktik ibadah, pengalaman, pengamalan, juga
pengetahuan.
Jadi dapat dikatakan Menurut Glock dan Stark (dalam Djamaludin,
1995) jilbab adalah salah satu bentuk realisasi tingkat religiusitas seseorang
yang termasuk pada dimensi pengamalan. Asumsinya seseorang yang
memakai jilbab diidentifikasikan bahwa jilbab adalah akumulasi dari dimensi
keyakinan, praktik ibadah, pengalaman, pengetahuan sehingga dipraktekan
dalam kehidupan sehari-hari.
Namun Dari pengataman yang dilakukan oleh peneliti, fenomena
jilbab tidak bisa langsung menjadi tolok ukur tingkat religiusitas yang ada
pada mahasiswi UIN, karena tidak sedikit mahasiswi UIN yang memakai
jilbab hanya karena melaksanakan kewajiban yang berlaku di UIN, diluar UIN
masih banyak mahasiswi yang melepaskan jilbabnya. Akan tetapi tidak
sedikit mahasiswi yang menyatakan memakai jilbab setelah berkuliah di UIN,
seperti salah satu responden yang berasal dari fakultas non kegamaan,
menyatakan dirinya berjilbab setelah berkuliah di UIN dengan alasan karena
Dengan adanya fenomena-fenomena diatas maka peneliti tertarik
untuk melihat perbedaan tingkat religiusitas pada mahasiswa fakultas
keagamaan dan non keagamaan, karena menurut Yusuf (2003)
perkembangan keagamaan seseorang dapat dipengaruhi dua faktor, yaitu
faktor bawaan dan faktor lingkungan, yang salah satunya adalah lingkungan
pendidikan (dalam hal ini kampus).
Dengan berlandaskan teori Yusuf diatas maka peneliti menspesifikan
lingkungan yang dapat mempengaruhi tingkat religiusitas mahasiswa, bukan
lagi lingkungan Universitas (kampus) tetapi lingkungan fakultas. Karena
peneliti beranggapan bahwa setiap mahasiswa memiliki motivasi yang
berbeda dalam memilih fakultasnya masing-masing. Fakultas keagamaan
biasanya banyak diminati oleh mahasiswa yang berlatar belakang pendidikan
keislaman (pesantren dan madrasah aliyah) atau dari latar belakang
pendidikan umum dengan motivasi akan mendapatkan ilmu keagamaan yang
lebih mendalam. Begitu juga sebaliknya yang terjadi pada mahsiswa memilih
fakultas non keagamaan (umum).
Karena alasan itulah maka peneliti tertarik untuk membahas lebih
mendalam dalam sebuah penelitian skripsi dengan judul “Perbedaan Tingkat
Religiusitas Pada Mahasiswa Fakultas Keagamaan Dan Non Keagamaan di
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah 1.2.1 Pembatasan Masalah
Agar masalah yang diteliti tetap selalu dalam jalurnya dan terarah
maka peneliti membuat batasan permasalahan sebagai berikut :
Yang dimaksud dengan Tingkat religiusitas dalam penelitian ini adalah
tingkat religiusitas yang dikemukakan oleh Glock dan Stark (dalam
Djamaludin, 1995) yang berpendapat bahwa agama adalah sistem simbol,
sistem keyakinan, sistem nilai dan sistem perilaku yang terlembagakan yang
semuanya itu terpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang
paling maknawi. Untuk dapat menilai kadar religiusitas dapat dipakai aspek-aspek religiusitas yaitu keyakinan, ritual agama, pengalaman, pengetahuan
agama dan kosekuensi atau pengamalan. Hal ini hanya akan di teliti pada
mahasiswa yang berkuliah pada fakultas keagamaan dan non keagamaan di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
1.2.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya peneliti
merumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu :”Apakah ada perbedaan
tingkat religiusitas pada mahasiswa fakultas keagamaan dan non keagamaan
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan dilaksanakan penelitian ini untuk mencari tahu ada tidaknya
perbedaan tingkat religiusitas pada mahasiswa fakultas keagamaan dan non
keagamaan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1.3.2 Manfaat Penelitian • Manfaat secara teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam melengkapi
kajian ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang psikologi agama dan
pendidikan.
• Manfaat secara praktis
Secara praktis penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi bagi
praktisi pendidikan untuk menjadi rujukan tambahan dalam proses belajar
mengajar.
1.4 Sistematika Penelitian
Sistematika penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah:
Bab I Pendahuluan, terdiri Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan
Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, serta
Bab II Kajian Pustaka, berisi bahasan tentang Religiusitas, Mahasiswa,
Hipotesis Penelitian
Bab III Metodologi Penelitian, berisi Jenis Penelitian, Pendekatan dan
Metode Penelitian, Definisi Variabel dan Operasional Penelitian,
Pengambilan Sampel, Populasi dan Sampel, Teknik Pengambilan
Sampel, Pengumpulan Data, Metode dan Instrumen Penelitian,
Teknik Uji Instrumen Penelitian, Teknik Analisa Data, Prosedur
Penelitian, Persiapan dan Pelaksanaan.
Bab IV Presentasi dan Analisa Data yang berisi Gambaran umum penelitian
dan hasil utama penelitian.
KAJIAN TEORI
2.1. Religiusitas
2.1.1. Definisi Religiusitas
Menurut James (dalam Darajat, 1970) religiusitas adalah perasaan
dan pengalaman bagi insan secara individual yang menganggap bahwa
mereka berhubungan dengan apa yang dipandangnya sebagai Tuhan,
Tuhan dalam pandangan James adalah kebenaran pertama. Sedangkan
Shihab menyimpulkan bahwa religiusitas adalah hubungan antara
makhluk dengan Penciptanya, yang terwujud dalam sikap batinnya serta
tampak dalam ibadah yang dilakukan dan tercermin pula dalam sikap
kesehariannya.
Provser (dalam Dister, 1988) berpendapat bahwa religiusitas lebih
bersifat personal dan mengatasnamakan agama. Agama mencakup
ajaran-ajaran yang berhubungan dengan Tuhan, sedangkan tingkat
religiusitas adalah perilaku manusia yang menunjukkan kesesuaian
dengan ajaran agamanya. Jadi berdasarkan agama yang dianut maka
individu berlaku secara religiusitas.
Religiusitas didefinisikan sebagai manifestasi seberapa jauh
individu penganut agama meyakini memahami, menghayati dan
mengamalkan agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari dalam
semua aspek (Djamaludin, 1995).
Dari banyaknya definisi religiusitas yang dikemukakan oleh para
ahli diatas, penelitian ini memilih definisi yang dikemukakan oleh Glock &
Stark. Glock dan Stark (dalam Ancok dan Nashori, 1994) menegaskan
bahwa religiusitas adalah sistem simbol, sistem keyakinan, sistem nilai,
dan persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi
(ultimate meaning).
2.1.2 Dimensi-Dimensi Religiusitas
Menurut Glock & Stark ada lima dimensi yang dapat mengukur
tigkat religiusitas, yaitu deimensi keyakinan, dimensi peribadatan atau
praktek ibadah (ritualistik), dimensi pengalaman (eksperiensial), dimensi
pengetahuan agama (intelektual), dan dimensi pengamalan
(konsekuensial).
1. Dimensi Keyakinan
Dimensi ini berisi pengharapan-penngharapan dimana orang religius
berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui
kebenaran doktrin-doktrin tersebut. Setiap agama mempertahankan
seperangkat kepercayaan dimana para penganut diharapkan akan
taat. Walaupun demikian, isi dan ruang lingkup keyakinan itu bervariasi
tidak hanya diantara agama-agama, tetapi seringkali juga diantara
tradisi-tradisi dalam agama yang sama.
Dimensi ini mencakup perilaku pemujaan, ketaatan dan hal-hal yang
dilakukan orang-orang untuk menunjukkan komitmen terhadap agama
yang dianutnya. Praktek-praktek keagamaan ini terdiri dari dua kelas
penting, yaitu : ritual dan ketaatan.
Pertama, ritual. Mengacu kepada seperangkat ritus, tindakan
keagamaan formal dan praktek-praktek suci yang semua
mengharapkan para pemeluk melaksanakan.
Kedua, ketaatan. Ketaatan dan ritual bagaikan ikan dengan air, meski
ada perbedaan penting. Apabila aspek ritual dari komitmen sangat
formal dan khas publik,, semua agama yang dikenal juga mempunyai
perangkat tindakan persembahan dari kontemplasi personal yang
relatif spontan, informal, dan khas pribadi.
3. Dimensi Pengalaman (eksperiensial)
Dimensi ini berkaitan dan memperhatikan fakta bahwa semua agama
mengandung pengharapan-pengharapan tertentu, meski tidak tepat
jika dikatakan bahwa seseorang yang beragama dengan baik pada
suatu waktu akan mencapai pengetahuan subjektif dan langsung
mengenai kenyataan terakhir (kenyataan terakhir bahwa ia akan
mencapai suatu kontak dengan kekuatan supranatural). Seperti yang
telah kita kemukakan, dimensi ini berkaitan dengan pengalaman
keagamaan, perasaan-perasaan, persepsi dan sensasi yang dialami
seseorang atau didefinisikan oleh suatu kelompok keagamaan (atau
suatu esensi ketuhanan, yaitu dengan Tuhan, kenyataan terakhir
dengan otoritas transendental.
4. Dimensi Pengetahuan Agama (intelektual)
Dimensi pengetahuan agama mengacu kepada harapan bahwa
orang-orang yang beragama paling tidak memiliki sejumlah pengetahuan
mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci, dan
tradisi-tradisi. Dimensi pengetahuan mengenai suatu keyakinan adalah syarat
bagi penerimanya. Walaupun demikian, keyakinan tidak perlu diikuti
oleh syarat pengetahuan, juga pengetahuan agama tidak selalu
bersandar pada keyakinan.
5. Dimensi Konsekuensi Atau Pengamalan
Konsekuensi komitmen agama berlainan dari keempat dimensi yang
telah dibahas diatas. Dimensi ini mengacu pada identifikasi
akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktik, pengalaman, dan pengetahuan
seseorang dari hari ke hari. Walaupun agama banyak menggariskan
bagaimana seharusnya berpikir dan bertindak dalam kehidupan
seseorang, tidak sepenuhnya jelas sebatas mana
konsekuensi-konsekuensi agama merupakan bagian dari komitmen keagamaan
2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi religiusitas
Sabda Rasulullah dalam sebuah hadist yang artinya: ”setiap anak yang dilahirkan dalam keadaaan fitrah, hanya karena orangtuanyalah, anak itu menjadi yahudi, nasrani dan majusi”
Sejalan dengan hadist Rasulullah, Yusuf (2003) menyatakan
religiusitas tidak muncul begitu saja, tetapi berkembang melalui suatu
proses dan dipengaruhi dua faktor, yaitu: faktor ineternal (pembawaan)
dan faktor eksternal (lingkungan)
Faktor-faktor tersebut adalah:
1. Faktor Internal (Pembawaan)
Perbedaan anatara manusia dengan binatang adalah bahwa manusia
mempunyai fitrah (pembawaan) beragama (homo religious). Setiap
manusia yang lahir ke dunia ini, baik masih primitif, bersahaja maupun
modern, baik yang lahir di negara komunis maupun kapitalis; baik yang
lahir dari orang tua yang saleh ataupun yang jahat; sejak nabi Adam
sampai akhir jaman, menurut fitrah kejadiannya mempunyai potensi
beragama atau iman kepada Tuhan atau percaya adanya kekuatan
diluar dirinya yang mengatur hidup dan kehidupan alam semesta. Hal
ini diperkuat dengan firman Allah daam surat Ar-Rum ayat 30 yang
2. Faktor Lingkunngan (Eksternal)
Faktor eksternal yang dimaksud adalah faktor lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat.
a. lingkungan keluarga
Pembentukan sikap keberagamaan berlangsung bersamaan dengan
perkembangan kepribadian yang dimulai sejak anak lahir yaitu dengan
mengumandangkan adzan dan iqomah, bahkan sejak dalam
kandungan. Di dalam keluarga, orang tuanyalah yang bertanggung
jawab untuk membina akhlak dan kepribadian anak-anaknya sebagai
peletak dasar konsep tersebut. Adapun pelaksanaan pendidikan
agama didalam keluarga meliputi keteladanan orang tua, perlakuan
terhadap anak sesuai dengan agama serta melatih dan membiasakan
anak untuk melaksanakan ibadah sesuai dengan kemampuan dan
perkembangan.
b. Lingkungan Pendidikan
Lembaga pendidikan yang melaksanakan pembinaan pendidikan dan
pelajaran dengan sengaja, teratur, dan terencana adalah sekolah.
Karena itu sekolah mempunyai kewajiban dalam membentuk
kepribadian dan perilaku peserta didiknya. Selain itu keteladanan guru
sebagai pendidik dinilai berperan dalam menanamkan kebiasaan yang
baik dan merupakan bagian dari pembentukan moral yang erat
c. Lingkungan masyarakat
Lingkungan yang agamis dapat mempengaruhi jiwa keberagamaan
seseorang. Melalui pembinaan dan bimbingan agama di lingkungan
masyarakat dengan melalui ceramah agama, pengajian atau contoh
yang baik dari tokoh masyarakat dapat menjadikan kepribadian dan
perilaku seseorang lebih dapat sesuai dengan nilai-nilai yang telah
dianutnya dan dipelajarinya melalui lingkungan keluarga dan sekolah.
2.1.4. Fungsi religiusitas
Fungsi religiusitas bagi manusia erat kaitannya dengan fungsi
agama. Dister (1988) mengemukakan ada empat fungsi
(emosional-efektif, sosio-moral, intelektual-kognitif dan psikologis) dari keberagamaan
yaitu:
1. Untuk mengatasi frustasi
Manusia memiliki berbagai macam kebutuhan baik fisik seperti
makan, pakaian, maupun kebutuhan psikis seperti kenyamanan,
persahabatan dan kasih saying. Manusia akan terdorong untuk
memenuhi semua itu. Apabila kebetuhuan tersebut tidak dapat
dipenuhi maka akan timbul rasa kecewa, keadaan inilah yang
disebut frustasi. Psikologis mengobservasikan bahwa keadaan
frustasi dapat menimbulkan perilaku keagamaan. Orang yang
mengalami frustasi berusaha mengatasi frustasi dengan
bersifat keduniawian menuju kinginan kepada Tuhan, lalu
mengharapkan pemenuhan keinginan keinginan tersebut dari
Tuhan. Manusia akan merasa tenang apabila telah berserah diri
kepada Tuhan karena merasa yakin bahwa Tuhan akan selalu
menolong setiap hamba yang membutuhkan sehingga dapat
memberikan ketentraman dihati setiap manusia yang sedang
mengalami masalah. Disini keyakinan tersebut ada karena
seseorang memiliki kualitas pemahaman keagamaan yang baik.
Dengan adanya keyakinan seperti itu maka kehidupan yang
dilewati akan menjadi lebih baik tenang dan bahagia.
2. Untuk menjaga kesusilaan serta tata tertib masyarakat
Manusia wajib untuk hidup bermoral, bukan hanya karena
kehendak Tuhan, tetapi juga demi diri dan suara hati manusia itu
sendiri. Nilai-nilai moral bersifat otonom, artinya nilai-nilai seperti
keadilan, kejujuran dan keteguhan hati tetap berlaku tidak tampil
dalam wujud fisik yang nampak oleh mata. Ini berarti manusia tidak
dapat bergaul dengan Tuhan kalau manusia tidak hidup sesuai
dengan norma-norma moral. Oleh sebab itu, seseorang perlu
menginternalisasi nilai-nilai agama agar dapat menciptakan dan
mengamalkan nilai-nilai moral yang otonom dan keberagamaan
3. Untuk memuaskan intelektual yang ingin tahu
Terdapat sumber kepuasan yang ditemukan dalam agama oleh
intelek yang ingin tahu, yaitu:
a. Agama dapat menyajikan pengetahuan rahasia yang
menyelamatkan manusia dari kejasmanian yang dianggap
menghambat dan mengantarkan manusia kepada kebosanan.
b. Dengan menyajikan suatu moral agama memuaskan intelek
yang ingin mengetahui apa yang harus dilakukan manusia
dalam hidup agar tercapai tujuan kehidupan manusia.
c. Agama dapat memuaskan keinginan yang mendalam agar
hidup manusia bermakna, sehingga manusia
sekurang-kurangnya ikut menyetir hidup yang dijalani dan tidak hanya
diombang-ambingkan saja oleh gelombang kehidupan dan
terbawa arus.
4. Untuk mengatasi ketakutan
Ketakutan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu ketakutan
yang ada objeknya seperti takut pada seseorang, hewan atau
benda tertentu dan ketakutan yang tidak ada objeknya seperti
cemas hati. Ketakutan tanpa objek inilah yang membingungkan
manusia, namun apabila ketakutan itu menyertai frustasi, maka
secara langsung ketakutan tersebut mempengaruhi timbulnya
kelakuan keagamaan. Jadi ketakutan erat hubungannya dengan
agama itu sehingga orang meyakini bahwa Tuhan akan selalu
dengan sikap hambanya dan dapat melenyapkan segala
kecemasan hati.
2.2. Kelompok Perbandingan
Dalam penelitian kali ini peneliti mencoba membandingkan dua
buah kelompok mahasiswa pada Fakultas keagamaan dengan mahasiswa
pada Fakultas umum untuk dilihat tingkat religiusitasnya.
Adapun yang dimaksud dengan mahasiswa sendiri adalah peserta
didik yang terdaftar dan belajar pada perguruan tinggi tertentu (Dirjen
Dikti, 1977), baik di universitas, institut, sekolah tinggi, politeknik, dan
akademi. Penelitian kali ini membatasi mahasiswa yang sedang terdaftar
dan aktiv sebagai peserta didik (akademika) dengan tingkat strata satu
(S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.2.1. Fakultas – Fakultas Keagamaan
Kamus Bahasa Indonesia (2001) menyebutkan arti Fakultas adalah
bagian pelajaran atau ilmu yang dipelajari di Perguruan Tinggi.
Keagamaan sendiri berasal dari kata agama. Kamus besar Bahasa
Indonesia (2001) mengertikan agama sebagai ajaran, sistem yang
mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada tuhan
yang maha kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan
mengidentifikasikan keagamaan sebagai (segala hal) yang berhubungan
dengan dengan agama.
Fakultas-Fakultas keagamaan adalah bagian konsentrasi keilmuan
yang dipelajari di perguruan tinggi yang khusus mendalami bagian yang
berhubungan dengan agama.
Di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta terdapat 6
(dari 10) Fakultas yang dianggap cocok dikalifikasikan dalam kelompok
Fakultas keagamaan. Yaitu : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Fakultas Adab dan Humaniora, Fakultas Ushuludin dan Filsafat, Fakultas
Syari’ah dan Hukum, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, dan Fakultas
Dirasat Islamiah.
2.2.2. Fakultas Fakultas Non-Keagamaan (Umum)
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) umum artinya
mengenai seluruhnya atau semuanya, secara menyeluruh, tidak
menyangkut hal khusus (tertentu) saja.
Dalam kaitannya dengan penelitian kali ini, Fakultas-Fakultas
umum diartikan sebagai Fakultas Fakultas yang memiliki konsentrasi
bidang pendidikan tidak hanya menyangkut masalah-masalah tertentu
(khusus) saja, tetapi juga terkait juga dengan yang dipelajari di kampus
umum (non keagamaan)
Di UIN Jakarta terdapat 4 (dari 10) Fakultas yang peneliti anggap
Psikologi, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Fakultas Saint dan
Teknologi, dan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.
2.3. Kerangka Berpikir
Sejak diubahnya IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, demi mengusung reintegrasi keilmuan maka
resmi pula dibuka fakultas-fakultas umum, seperti Fakultas Psikologi,
Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Fakultas Saint dan Teknologi, dan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.
Perekrutan untuk calon mahasiswa pun bukan hanya dengan
SPMB lokal atau pun jalur PMDK, tetapi juga dengan jalur SPMB
nasional, sehingga siapa saja bisa mendaftar sebagai Mahasiswa UIN
Syarif Hidayatullah jakarta. Yang terdaftar sebagai mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah jakarta tidak lagi hanya orang-orang yang berlatarbelakang
pendidikan keislaman, tetapi mulai banyak mahasiswa yang
berlatarbelakang pendidikan umum.
Banyaknya mahasiswa yang berlatar belakang pendidikan umum
memberikan nuansa keagamaan yang berbeda pada kampus UIN,
misalkan saja dari pergaulan, cara berpakaiannya memberikan perbedaan
pada UIN yang biasanya hanya diminati mahasiswa yang berlatar
belakang pendidikan keIslaman atau mahasiswa yang berasal dari
pendidikan umum namun mempunyai motivasi untuk mengembangkan
Menurut Sarlito (2009), seseorang akan berkembang dan
beraktifitas bersama-sama dengan kelompoknya, hal ini menimbulkan
saling berpengaruh antara individu. Karena itu peneliti berasumsi bahwa
fakultas akan memberikan pengaruh religiusitas pada mahasiswanya.
Fakultas keagamaan yang syarat dengan MKDU lingkungan
keagamaan akan memberikan imbas pada mahasiswanya. Sesuai dengan
pendapat Yusuf yang menyatakan bahwa Tingkat keagmaan atau
religiusitas seseorang di pengaruhi selain faktor bawaan juga faktor
lingkungan, salah satunya lingkungan pendidikan dalam hal ini lingkungan
fakultas. Maka peneliti berasumsi bahwa adanya tingkat perbedaan
religiusitas pada fakultas keagamaan dan non keagamaan.
2.4. Hipotesis Penelitian
Untuk menelaah dan menguji secara empiris tentang ada tidaknya
perbedaan tingkat religiusitas pada mahasiswa fakultas kagamaan dan
non keagamaan, maka diajukan hipotesa sebagai berikut:
Ho : Tidak ada perbedaan tingkat religiusitas pada mahasiswa fakultas
keagamaan dan non keagamaan.
H1 : Ada perbedaan tingkat religiusitas pada mahasiswa fakultas
3.1 Jenis Penelitian
Pendekatan dan Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kuantitatif. Menurut Arikunto (2006) pada umumnya
pendekatan kuantitatif banyak menggunakan angka, mulai dari
pengumpulan data, penafsiran data serta penampilan hasil. Sejalan
dengan Arikunto, Saifuddin Azwar (2005) mengemukakan bahwa
penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada
data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika.
Sedangkan menurut Sugiyono (2009) metode ini sebagai metode
ilmiah, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis. Metode ini juga disebut
metode discovery, karena dengan metode ini dapat ditemukan dan
dikembangkan baerbagai iptek baru. Metode ini disebut metode kuantitatif
karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan
statistik.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif dengan jenis penelitian komparatif. Adapun alasan peneliti
menggunakan jenis penelitian komparatif karena sesuai dengan tujuan
penelitian ini untuk menentukan sebab atau alasan adanya perbedaan
dalam tingkah laku atau status kelompok individu.
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
3.2.1. Variabel PenelitianVariabel dalam penelitian ini adalah tingkat religiusitas. Tingkat
religiusitas yang dimaksud adalah sistem simbol, sistem keyakinan, sistem
nilai, dan persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi
(ultimate meaning).
3.2.2. Definisi Operasional
Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah skor yang
diperoleh dari responden dari skala religiusitas yang indikatornya
berdasarkan lima dimensi religiusitas yang dikemukakan oleh Glock &
Stark. Dimensi-dimensi tersebut yaitu:
1) Dimensi Keyakinan
2) Dimensi Praktik Beragama
3) Dimensi pengalaman
4) Dimensi Pengetahuan Agama
5) Dimensi Konsekuensi atau pengamalan
Untuk mengukur perbedaan tingkat religiusitas pada mahasiswa
fakultas keagamaan dan mahasiswa fakultas non kegamaan, dapat dilihat
dari hasil penghitungan data terlihat t hitung > t tabel, maka dapat
dikatakan terdapat perbedaan tingkat religiusitas pada mahasiswa fakultas
keagamaan dan mahasiswa fakultas non kegamaan. Sebaliknya, jika
terlihat t hitung < t tabel maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat
perbedaan tingkat religiusitas pada mahasiswa fakultas keagamaan dan
mahasiswa fakultas non kegamaan.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1. PopulasiMenurut Consuelo G. Sevilla et al.,(1993:160) populasi adalah
kelompok besar yang merupakan sasaran generalisasi pada penelitian.
Yang termasuk populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.3.2 Sampel
Mengacu kepada pendapat Sevilla yang meyatakan bahwa jumlah
sampel minimal suatu penelitian kausal komparatif adalah 15 responden
per kelompok (Sevilla, 1993:163). Maka dalam penelitian ini penulis
mengambil sample untuk digunakan pada penelitian ini adalah 60 orang,
terdiri dari 30 mahasiswa fakultas keagamaan dan 30 mahasiswa fakultas
3.3.3. Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini pengambilan sampel yang digunakan adalah
sampel non-acak atau non-probability sampling yaitu responden tidak memiliki peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Serta
menggunakan teknik purposif sampling yaitu pengambilan sampel yang digunakan apabila peneliti memiliki pertimbangan-pertimbangan tertentu
(Sevilla, et, al.,1993:169). Pertimbangan-pertimbangan tersebut adalah
karena keterbatasan waktu dan tenaga sehingga tidak dapat mengambil
sampel yang besar dan jauh.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
3.4.1 Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner
atau angket. Angket yang digunakan adalah model angket tertutup, yang
berisi pernyataan mengenai tingkat religiusitas yang disajikan dalam
bentuk sedemikian rupa sehingga responden hanya memberikan tanda
check list (√) pada kolom yang sesuai.
Adapun Blue Print dari skala tingkat religiusitas adalah sebagai
Table 3.1. Blue Print Skala Tingkat Religiusitas
No. Aspek Indikator
Item
• Menyakini penjelasan
didalam kitab-kitab. • Menyakini adanya hari
kiamat.
• Menyakini adanya
Qadha dan Qadhar.
1, 4
didengar oleh Allah. • Tersentuh atau bergetar
ketika mendengar ayat-ayat kitab suci
dibacakan.
• Tradisi-tradisi
keagamaan.
• Bersunguh-sungguh
50 54, 55
51, 52 53, 56
pengamalan dalam belajar.
• Berkata benar atau jujur.
dan bertanggung jawab.
57, 59 58, 60
Jumlah 60
3.4.2. Uji Instrumen
Agar skala-skala yang digunakan dalam penelitian ini akurat,
dapat dipercaya atau mengukur apa yang harusnya diukur. Maka untuk
mendapatkan alat ukur yang baik, dalam arti alat ukur tersebut dipercaya
dan tepat, harus dilakukan pengujian reabilitas dan validitas terhadap alat
ukur tersebut (Anastasi & Urbina, 2006).
1. Validitas
Menurut Triton P B (2006) validitas merupakan kesahihan yang
digunakan untuk mengetahui seberapa tepat suatu alat ukur mampu
melekukan fungsinya. Untuk menguji validitas peneliti menggunakan
teknik korelasional Product Moment Pearson dalam perhitungannya, penelitian menggunakan SPSS 13.00. Rumus yang digunaka adalah
rumus Product Moment dari Pearson. 2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah Sevilla (1993) mengemukakan bahwa realiabilitas
adalah derajat ketepatan dan ketelitian atau akurasi yang ditunjukkan
oleh instrument pengukuran (keajegan). Untuk menghitung reliabilitas
digunakan program SPSS 13.00 dengan rumus sebagai berikut (Azwar
2009).
Tabel. 3.2 Reliabilitas Guilford
Koefisien Kriteria
< 0,2 Tidak Reliabel
0,2 - 0,4 Kurang Reliabel
0,4 - 0,7 Cukup Reliabel
0,7 - 0,9 Reliabel
> 0,9 Sangat Reliabel
Guilford (Azwar, 2009) menentukan bahwa semakin tinggi koefisien
reliabilitas mendekati 1,00 berarti semakin baik, begitu pula sebaliknya.
Dalam penelitian ini karena keterbatasan waktu maka peneliti
menggunakan try out terpakai. Dari data try out validitas item
menggunakan SPSS 13.00, diperoreh hasil dari 60 item yang di uji
cobakan terdapat 18 yang gugur atau tidak valid, diantaranya nomor : 1, 2,
4, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 27, 28, 29, 38, 39, 46, 48, 55, 56, 58. Sedangkan 42
item yang valid dapat digunakan untuk perhitungan penelitian yang
sebenarnya
Setelah uji instrumen maka didapat 41 item yang valid,
diantaranya adalah: 3, 4, 5, 9, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23,
24, 25, 26, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36,37, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 47, 49, 50,
3.4.3 Penilaian dan Skoring Instrumen
Skala ini menggunakan model skala Likert dengan metode
penilaian terakhir. Menurut Consuelo G. Sevilla, et al.,(1993:225) model
skala Likert, pernyataan pendapat disajikan kepada responden yang
memberikan indikasi pernyataan setuju atau tidak setuju. Dalam model
skala Likert terdapat 5 (lima) kategori jawaban dan masing-masing
kategori ini memiliki nilai tertentu. Namun dalam penelitian ini skala yang
digunakan hanya 4 (empat) kategori, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S),
Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS), sedangkan Ragu-ragu
(R) tidak digunakan dengan alasan untuk menghindari responden
menjawab pernyataan yang bersifat “mengamankan” jawaban. Cara
penilaian adalah mulai dari 1 sampai 4.
Tabel 3.4 Skoring Instrumen
Pilihan SS S TS STS
Favourable 4 3 2 1
Unfavourable 1 2 3 4
3.5 Prosedur
Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti mencoba merencanakan
langkah-langkah yang diharapkan dapat menunjang kelancaran penelitian, yaitu
3.5.1. Tahap Persiapan
1. Merumuskan permasalahan.
2. Menentukan variabel.
3. Melakukan studi pustaka untuk mendapatkan gambaran dan landasan
teoritis yang tepat mengenai variabel penelitian.
4. Menentukan, menyusun dan menyiapkan alat ukur yang akan
digunakan dalam uji coba penelitian ini, yaitu skala tingkat religiusitas
dengan jumlah pernyataan sebanyak 60 item.
5. Menentukan lokasi dan administrasi perizinan. Setelah jumlah item
pernyataan tersusun, lalu dilakukan uji coba skala untuk mengetahui
validitas dan reliabilitas instrumen.
3.5.2 Tahap Pelaksanaan
Karena keterbatasan waktu, peneliti tidak melakukan try out
terlebih dahulu. Maka skala tersebut langsung disebarkan kepada 60
responden yang terdiri dari 30 responden mahasiswa fakultas keagamaan
dan 30 responden mahasiswa fakultas non keagamaan.
3.5.3 Tahap Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data dimaksudkan untuk menguji hipotesis yang diajukan.
Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui perbedaan
tingkat religiusitas mahasiswa fakultas keagamaan dan fakultas non
menggunakan metode statistik t-test (uji-t). Pengolahan data ini dilakukan
dengan bantuan SPSS 13.00. Alasan peneliti menggunakan rumus ini
adalah karena t-test atau uji t digunakan untuk mengamati perbedaan
antara rata-rata dua sampel yang tidak berhubungan satu sama lain
(Independent sample t test). Uji t digunakan khusus untuk menentukan apakah ada perbedaan yang signifikan rata-rata dari dua kelompok yang
Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 60 orang, dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu kelompok mahasiswa fakultas keagamaan
dan kelompok mahasiswa fakultas non keagamaan. Setiap kelompok
berjumlah 30 orang.
Tabel 4.1 Jumlah Sampel
Kelompok Jumlah sampel %
mahasiswa fakultas keagamaan 30 50%
mahasiswa fakultas non keagamaan 30 50%
Total 60 100%
4.1. Gambaran Umum Responden
Penelitian ini melibatkan 60 responden (masing-masing kelompok
30 responden), yaitu mahasiswa fakultas keagamaan dan mahasiswa
fakultas non keagamaan. Dari data yang diperoleh terdapat gambaran
umum masing-masing kelompok.
Tabel 4.2
Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis kelamin
Kelompok mahasiswa fakultas
keagamaan
mahasiswa fakultas non keagamaan
Frekuensi % Frekuensi %
Laki-laki 17 56,6% 14 53,4%
Perempuan 13 43.4% 16 46,6%
Total 30 100% 30 100%
Faktor kesediaan menjadi responden ikut mempengaruhi dalam
pengambilan sampel. Pada penelitian ini laki-laki berjumlah 17 orang
(56,6%) untuk kelompok mahasiswa fakultas keagamaan dan berjumlah
14 orang (53,4%) untuk kelompok mahasiswa fakultas non keagamaan.
Sedangkan perempuan berjumlah 13 orang (43,4%) untuk kelompok yang
menyaksikan mahasiswa fakultas keagamaan dan berjumlah 16 orang
Tabel 4.3
Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia
Usia
mahasiswa fakultas keagamaan
mahasiswa fakultas non keagamaan
F % F %
18 Thn 9 30 11 36,6
19 Thn 6 20 4 13,4
20 Thn 9 30 9 30
21 Thn 5 16,6 6 20
22 Thn 1 3,4 0 0
Jumlah 30 100 30 100
Usia responden dalam penelitian ini dibagi menjadi lima kategori
masing-masing kelompok diperoleh gambaran sebagai berikut
mahasiswa fakultas keagamaan terdapat 30% (9 mahasiwa) yang berusia
18 tahun, 20% berusia 19 tahun (6 mahasiswa), 30% berusia 20 tahun (9
mahasiswa), 16,6% berusia 21 tahun,dan sisanya 3,4% yang berusia 22
tahun (1 mahasiswa)
Sedangkan untuk mahasiswa fakultas non keagamaan terdapat
sebanyak 36,6% berusia 18 tahun (11 mahasiswa), 13,4% berusia 19
tahun (4 mahasiswa) dan 30% berusia 20 tahun (9 mahasiswa), 20%
berusia 21 tahun (6 mahasiswa). Untuk mahasiswa fakultas non
Tabel 4.4
Gambaran Umum Responden
Berdasarkan Asal Sekolah Menengah Umum
Asal SMU
mahasiswa fakultas keagamaan
mahasiswa fakultas non keagamaan
F % F %
SMU 6 20 17 56,6
Aliyah 14 46,6 12 40
Pesantren 10 33,4 1 3,4
Jumlah 30 100 30 100
Berdasarkan pendidikan sebelumnya, diperoleh gambaran
mahasiswa fakultas keagamaan 20% berasal dari SMU (6 mahasiswa),
46,6% berasal dari Aliayah (14 mahasiswa),dan 33,4% berasal dari
Pesantren. Sementara itu untuk mahasiswa fakultas non keagamaan
56,6% berasal dari SMU, 40% berasal dari Aliyah 3,4% yang berasal dari
Pesantren.
4.2. Uji Persyaratan 4.2.1. Uji Normalitas
Untuk mengetahui kepastian sebaran data yang diperoleh harus
dilakukan uji normalitas terhadap data yang bersangkutan. Dengan
demikian, analisis statistik pertama yang harus digunakan dalam rangka
Adapun dalam uji ini, memakai uji Komogrov – Smirnov untuk menguji keselarasan (goodness of fit). Dalam hal ini yang diperhatikan adalah tingkat kesesuaian antara distribusi nilai sampel (skor yang
diobservasi) dengan distribusi teoritis tertentu (normal, uniform, eksponensia / poisson). Jadi hipotesis statistiknya adalah bahwa distribusi frekuensi hasil pengamatan bersesuaian dengan distribusi frekuensi
harapan (teoritis).
Berikut adalah hipotesisnya:
Ho : populasi berdistribusi tidak normal (jika probabilitas < 0.05)
Hi : populasi berdistribusi normal (jika probabilitas > 0.05)
Tabel 4.5
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
This is a lower bound of the true significance. *.
Lilliefors Significance Correction a.
Data dari skala tingkat religiusitas pada mahasiswa fakultas
keagamaan sebesar 0,026 dan skala tingkat religiusitas pada mahasiswa
fakultas non keagamaan 0,2 maka dengan menggunakan taraf signifikansi
alpha 0,05, maka diketahui bahwa nilai probabilitas 0,026 dan 0,2 lebih
religiusitas pada mahasiswa fakultas keagamaan dan non keagamaan
diterima dan pendistribusianya normal.
4.2.2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas ini digunakan untuk mengetahui variabilitas mean
dari data dalam suatu kelompok. Dalam penelitian ini, uji homogenitas
dilakukan dengan menggunakan rumus One-Way Anova. Adapun
hipotesis yang dapat diajukan adalah:
Ho : Varians data bersifat tidak homogen (jika probabilitas < 0.05)
Hi : Varians data bersifat homogen (jika probabilitas > 0.05)
Tabel 4.6 Uji Homogenitas Test of Homogeneity of Variance
3.142 1 58 .082
2.154 1 58 .148
2.154 1 48.008 .149
2.895 1 58 .094
Based on Mean Based on Median Based on Median and with adjusted df
Based on trimmed mean Religiusitas
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
Hasil uji homogenitas pada data skala tingkat religiusitas diperoleh
angka probabilitas sebesar 0,082 dengan menggunakan taraf signifikansi
alpha 5% maka diketahui bahwa nilai probabilitas skala tingkat religiusitas
nilainya lebih besar dari 0,05. sehingga dapat disimpulkan bahwa skala
tersebut H1 diterima yang berarti varians dari data tersebut bersifat
4. 3 Kategorisasi Tingkat religiusitas
Untuk mengetahui perbedaan tingkat religiusitas pada mahasiswa
fakultas keagamaan dan mahasiswa fakultas non keagamaan, peneliti
melakukan kategorisasi rentangan untuk setiap responden. Rentangan
dibagi menjadi tiga interval dengan kategori: tinggi, sedang dan rendah.
Adapun tingkat religiusitas pada mahasiswa fakultas keagamaan dan
mahasiswa fakultas non keagamaan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.7
Tingkat Religiusitas Pada Mahasiswa Fakultas Keagamaan Kategori Klasifikasi Sebaran Interval Frekuensi %
Tinggi Mean+SD keatas > 192 12 40
Sedang Mean+SD keatas 172– 192 10 33.3
Rendah Mean-SD kebawah < 172 8 26.7
Jumlah 30 100
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 40% mahasiswa
fakultas keagamaan tingkat religiusitas tinggi, 33.3% tingakt sedang dan
26.7% dalam tingkat religiusitas rendah
Tabel 4.8
Tingkat Religiusitas Pada Mahasiswa Fakultas Non Keagamaan Kategori Klasifikasi Sebaran Interval Frekuensi %
Tinggi Mean+SD keatas > 171 9 30
Sedang Mean+SD keatas 155– 171 13 43.3
Rendah Mean-SD kebawah < 155 8 26.7
Sementara itu pada mahasiswa fakultas non keagamaan terdapat
30% mahasiswa yang mempunyai tingkat religiusitas tinggi, 43.3% tingkat
sedang dan 26.7% memiliki tingkat religiusitas rendah.
4.4 Hasil Utama Penelitian
Berikut ini hasil uji-t dari skor tingkat religiusitas pada mahasiswa
fakultas keagamaan dan mahasiswa fakultas non keagamaan
H0 diterima jika t hitung < t tabel = tidak terdapat perbedaan tingkat
religiusitas pada mahasiswa fakultas keagmaan dan mahasiswa non
keagamaan
H1 diterima jika t hitung > t tabel = terdapat perbedaan tingkat
religiusitas pada mahasiswa fakultas keagmaan dan mahasiswa non
keagamaan
Tabel 4.9 Nilai Uji-t
Independent Samples Test
3.142 .082 4.689 58 .000 18.96667 4.04460 0.87051 7.06282
4.689 52.238 .000 18.96667 4.04460 0.85146 7.08188
Equal varianc
t df Sig. (2-tailed)
Mean t-test for Equality of Means
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa t-hitung skala religiusitas
58 (30+30-2) pada taraf signifikansi 5% yaitu sebesar 2,021 dengan
demikian t-hitung lebih besar dari t-tabel (3.142 > 2,021).
Karena nilai t hitung yang dihasilkan (3.142) > t tabel (2.021),
maka hipotesis nihil (H0) yang menyatakan bahwa tidak terdapat
perbedaan tingkat religiusitas pada mahasiswa fakultas keagmaan dan
mahasiswa non keagamaan ditolak. Dengan demikian, hipotesis alternatif (H1) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan tingkat
religiusitas pada mahasiswa fakultas keagamaan dan mahasiswa non
keagamaan diterima.
Jika dilihat dari hasil uji-t yang dilakukan, diketahui bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara mahasiswa fakultas keagmaan dan
mahasiswa non keagamaan. Sementara itu, untuk melihat mean
(rata-rata) masing kelompok, dapat diperoleh gambaran bahwa mahasiswa non
keagamaan mempunyai tingkat religiusitas yang rendah lebih rendah
dibandingkan mahasiswa keagamaan. Berikut ini tabel per kelompok yang
dapat menjelaskan hal tersebut.
Tabel 4.10
Group Statistics
30 182.8667 18.07977 3.30090 30 163.9000 12.80180 2.33728 Fakultas
keagamaan non keagamaan Religiusitas
N Mean Std. Deviation
Std. Error Mean
Dari tabel di atas, rata-rata tingkat religiusitas pada mahasiswa
keagamaan adalah sebesar 182.8667, sedangkan pada mahasiswa non
bahwa pada mahasiswa keagamaan memiliki religiusitas yang lebih tinggi
dibandingkan mahasiswa non keagamaan. Dengan demikian, terdapat
perbedaan tingkat religiusitas pada mahasiswa keagamaan dengan
mahaiswa non keagamaan.
4.5 Hasil Analisa Tambahan Penelitian (Analisis data berdasarkan dimensi-dimensi religiusitas)
Hasil utama ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan antar
dimensi religiusitas. Dalam mengolah data ini menggunakan uji-t (t-test)
juga dengan taraf signifikansi 5% (0.05) .
H0 diterima jika t hitung < t tabel
H1 diterima jika t hitung > t tabel
4.5.1. Dimensi Keyakinan
Group Statistics
30 43.5333 2.81294 .51357
30 40.2667 3.90343 .71267
Fakultas keagamaan non keagamaan Keyakinan
N Mean Std. Deviation
Std. Error Mean
Hasil penghitungan skor rerata aspek keyakinan religiusitas didapat
nilai rerata keyakinan tertinggi pada kelompok sampel yang berasal dari
fakultas keagamaan (43.53) dan rerata terendah pada kelompok sampel
yang berasal dari fakultas non keagamaan (40.26). Berdasarkan
perbedaan skor rerata tersebut kemudian hendak diketahui apakah
ditampilkan pada tabel di bawah berikut:
Independent Samples Test
3.895 .053 3.719 58 .000 3.26667 .87843 1.50829 5.02504 3.719 52.722 .000 3.26667 .87843 1.50453 5.02880 E
t df Sig. (2-tailed) Mean t-test for Equality of Means
Berdasarkan hasil penghitungan uji beda dengan menggunakan
teknik Independent sample t test, didapat nilai t hitung sebesar 3.719
dengan p value sebesar 0.000. Nilai t tabel pada taraf signifikansi 5%
dengan df 58 adalah sebesar 2.021.
Karena nilai t hitung yang didapat > nilai t tabel (p value < 0.05),
maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan keyakinan yang
signifikan antara mahasiswa fakultas keagamaan dan fakultas non
keagamaan.
4.5.2. Dimensi Praktik Ibadah (Ritualistik)
Group Statistics
30 39.2667 3.10654 .56717
30 36.0333 3.30604 .60360
Fakultas keagamaan non keagamaan Ritualistik
N Mean Std. Deviation
Std. Error Mean
Hasil penghitungan skor rerata dimensi praktik ibadah didapat nilai
rerata praktik ibadah tertinggi pada kelompok sampel yang berasal dari
fakultas keagamaan (39.266) dan rerata terendah pada kelompok sampel
perbedaan skor rerata tersebut kemudian hendak diketahui apakah
terdapat perbedaan praktik ibadah yang sebenarnya. Hasil penghitungan
ditampilkan pada tabel di bawah berikut;
Independent Samples Test
.447 .507 3.904 58 .000 3.23333 .82826 1.57539 4.89128 3.904 57.777 .000 3.23333 .82826 1.57525 4.89141 Equal variances
t df Sig. (2-tailed) Mean t-test for Equality of Means
Group Statistics
30 14.2333 1.38174 .25227
30 12.9000 1.37339 .25075
Fakultas keagamaan non keagamaan Intelektual
N Mean Std. Deviation
Std. Error Mean
Berdasarkan hasil penghitungan uji beda dengan menggunakan teknik Independent sample t test, didapat nilai t hitung sebesar 3.904 dengan p value sebesar 0.000. Nilai t tabel pada taraf signifikansi 5% dengan df 58 adalah sebesar 2.021.
Karena nilai t hitung yang didapat > nilai t tabel (p value < 0.05),
maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan praktik ibadah yang
signifikan antara mahasiswa fakultas keagamaan dan fakultas non
keagamaan.
4.5.3. Pengetahuan Agam (Intelektual)
Pada hasil penghitungan skor rerata dimensi Pengetahuan Agama
didapat nilai rerata Pengetahuan Agama tertinggi pada kelompok sampel
yang berasal dari fakultas keagamaan (14.233) dan rerata terendah pada
kelompok sampel yang berasal dari fakultas non keagamaan (12.9).
apakah terdapat perbedaan Pengetahuan Agama yang sebenarnya. Hasil
penghitungan ditampilkan pada tabel di bawah berikut;
Independent Samples Test
.005 .943 3.749 58 .000 1.33333 .35569 .62135 2.04532
3.749 57.998 .000 1.33333 .35569 .62135 2.04532 Equal variances
t df Sig. (2-tailed) Mean t-test for Equality of Means
Berdasarkan hasil penghitungan uji beda dengan menggunakan
teknik Independent sample t test, didapat nilai t hitung sebesar 3.749
dengan p value sebesar 0.000. Nilai t tabel pada taraf signifikansi 5%
dengan df 58 adalah sebesar 2.021.
Karena nilai t hitung yang didapat > nilai t tabel (p value < 0.05),
maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan Pengetahuan Agama
yang signifikan antara mahasiswa fakultas keagamaan dan fakultas non
keagamaan.
4.5.4. Dimensi pengalaman (eksperensial)
Group Statistics
30 23.5667 1.94197 .35455
30 22.6000 2.59442 .47367
Fakultas keagamaan non keagamaan Eksperiensial
N Mean Std. Deviation
Hasil penghitungan skor rerata dimensi pengalaman didapat nilai
rerata pengalaman tertinggi pada kelompok sampel yang berasal dari
fakultas keagamaan (23.566) dan rerata terendah pada kelompok sampel
yang berasal dari fakultas non keagamaan (22.6). Berdasarkan perbedaan
skor rerata tersebut kemudian hendak diketahui apakah terdapat
perbedaan pengalaman yang sebenarnya. Hasil penghitungan ditampilkan
pada tabel di bawah berikut;
Independent Samples Test
2.469 .122 1.634 58 .108 .96667 .59167 -.21769 2.15103
1.634 53.732 .108 .96667 .59167 -.21970 2.15303 Equal variances
t df Sig. (2-tailed) Mean t-test for Equality of Means
Berdasarkan hasil penghitungan uji beda dengan menggunakan
teknik Independent sample t test, didapat nilai t hitung sebesar 1.634
dengan p value sebesar 0.000. Nilai t tabel pada taraf signifikansi 5%
dengan df 58 adalah sebesar 2.021.
Karena nilai t hitung yang didapat < nilai t tabel (p value < 0.05),
maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan pengalaman
yang signifikan antara mahasiswa fakultas keagamaan dan fakultas non
4.5.5. Dimensi Pengamalan (konsekuensial)
Group Statistics
30 27.8000 2.36934 .43258
Independent Samples Test
5.646 .021 2.778 58 .007 2.23333 .80385 .62426 3.84241
2.778 49.274 .008 2.23333 .80385 .61817 3.84850 Equal variances
t df Sig. (2-tailed) Mean t-test for Equality of Means
30 25.5667 3.71097 .67753
Fakultas keagamaan non keagamaan Konsekuensial
N Mean Std. Deviation
Std. Error Mean
Hasil penghitungan skor rerata dimensi pengamalan didapat nilai
rerata pengamalan tertinggi pada kelompok sampel yang berasal dari
fakultas keagamaan (27.8) dan rerata terendah pada kelompok sampel
yang berasal dari fakultas non keagamaan (25.566). Berdasarkan
perbedaan skor rerata tersebut kemudian hendak diketahui apakah
terdapat perbedaan pengamalan yang sebenarnya. Hasil penghitungan
ditampilkan pada tabel di bawah berikut;
Berdasarkan hasil penghitungan uji beda dengan menggunakan
teknik Independent sample t test, didapat nilai t hitung sebesar 2.778
dengan p value sebesar 0.000. Nilai t tabel pada taraf signifikansi 5%
dengan df 58 adalah sebesar 2.021.
Karena nilai t hitung yang didapat > nilai t tabel (p value < 0.05),
maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pengamalan yang
signifikan antara mahasiswa fakultas keagamaan dan fakultas non
Pada bab terakhir ini peneliti mencoba menyimpulkan dari semua
hasil peneitian serta mendiskusikan hasil penelitian ini yang berkaitan dan
juga dengan saran untuk penelitian yang sejenis dengan apa yang penulis
teliti agar lebih berkembang dan tentu saja lebih baik dari penelitian yang
sudah ada
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisa data yang diuraikan pada bab sebelumnya,
maka dapat disimpulkan hasil uji hipotesis dengan melakukan uji t dengan
taraf signifikansi 5% (0,05), menggunakan program SPSS 13.0
menunjukkan adanya perbedaan tingkat religiusitas pada mahasiswa
fakultas keagamaan dan fakultas non keagamaan, dengan t-hitung yang
didapat sebesar 3.142
5.2 Diskusi
Penelitian ini mengukur tingkat religiusitas pada dua kelompok
perbandingan yaitu kelompok fakultas keagamaan dengan fakultas non
keagamaan. Religiusitas merupakan sistem simbol, keyakinan, nilai, dan
persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi (ultimate
meaning) dalam diri seseorang (Glock & Stark)..
Hasil penelitian mengenai perbandingan tingkat religiusitas pada
fakultas keagamaan dan non keagamaan menyatakan bahwa terdapat
perbedaan tingkat religiusitas pada kedua kelompok tersebut. Perbedaan
perbandingan yang cukup signifikan tersebut terjadi karena berbagai
macam hal, dapat dimungkinkan faktor lingkungan adalah hal yang
berpengaruh besar pada perbedaan tersebut, karena dapat dilihat dari
mean atau rerata pada tiap dimensi, skor tertinggi lebih banyak didapat
oleh fakultas keagamaan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Yusuf
(2004) yang menyatakan bahwa perkembangan keagamaan seseorang
dapat dipengaruhi dua faktor, yaitu faktor bawaan dan faktor lingkungan.
Dalam hal ini faktor lingkungan yang sangat berperan adalah lingkungan
pendidikan (kampus).
Dari hasil penelitian ini diketahui jumlah mahasiswa fakultas
keagamaan yang berada pada kategori tinggi sebanyak 12 orang, 10
orang tingkat sedang dan 8 dalam tingkat religiusitas rendah. Sementara
itu pada mahasiswa fakultas non keagamaan terdapat 9 orang mahasiswa
yang mempunyai tingkat religiusitas tinggi, 13 orang tingkat sedang dan 8
orang memiliki tingkat religiusitas rendah. Keberagaman kategorisasi
keagamaan pada setiap mahasiswa bersifat individual atau dengan kata
lain hanya mahasiswa itu sendiri yang tahu.
Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh James
menyatakan bahwa pengalaman keagamaan merupakan bagian dari
kehidupan nyata bersifat individual (psikoterapi sufistik).
Keindividualan pengalaman keberagamaan juga terlihat jelas pada
perhitungan uji t perdimensi. Pada dimensi eksperiensial perhitungan uji t
menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang dignifikan antara fakultas
keagamaan dan non keagamaan. Walaupun dari hasil rerata fakultas
keagamaan memiliki nilai rerata yang lebih tinggi.
Jadi, bila dilihat per individu maka tingkat religiusitas akan
menghasilkan skor yang beragam seperti yang telah diungkapkan diatas.
Terlepas dari faktor lingkungan (dalam hal ini kampus) yang
mempengaruhi tingkat religiusitas mahasiswa, masih banyak faktor-faktor
lain yang mempengaruhinya.
Kemudian bila dilihat lebih mendalam pada kelompok fakultas non
keagamaan mahasiswa yang berada pada kategorisasi sedang mendapat
skor tertinggi. Hal ini dimungkinkan karena usia mahasiswa termasuk
pada generasi muda yang masih berada pada masa penyesuian diri.
Seperti yang dikatakan Zahrotun dkk (2005) bahwa mahasiswa termasuk
pada generasi muda yang berusia 18-25 tahin, yang dalam psikologi
disebut masa pencarian pematapan masa produktif, suatu masa yang
ketergantuangan, perubahan nilai-nilai, kreatifitas dan penyesuaian diri
pada pola hidup yang baru.
Selanjutnya beliau menyatakan pada masa ini tingkat religiusitas
pada mahasiswa mulai terlihat penerapannya pada kehidupan sehari-hari,
apabila ia mempunyai tingkat religiusitas yang tinggi maka ia sadar akan
adanya kekuatan yang lebih tinggi dari dirinya dan ia akan berbuat seperti
yang telah ditentukan dalam ajaranya. Namun, sebaliknya bila ia jauh dari
nilai-nilai religiusitas maka akan terjadi rasa kehancuran pada dirinya
(Zahrotun dkk, 2005).
Selanjutnya peneliti ingin mengungkapkan lemahnya
pengklasifikasian kelompok perbandingan yang digunakan dalam
penelitian ini. Kelemahan ini baru terungkap setelah penelitian ini
diadakan, karena keterbatasan waktu dan kondisi penelitian tetap
dilanjutkan.
Disini pengklasifikasian kelompok perbandingan hanya peneliti
gunakan secara definisi, seharusnya masih banyak kategorisasi yang
dapat digunakan untuk mengklasifikasikan kolompok perbandingan agar
hasil penelitian menjadi lebih mendalam.
Selain pengklasifikasian secara definisi seharusnya
pengklasifikasian fakultas juga dapat diperoleh pada MKDU (Mata Kuliah
Dasar Umum) yang berada pada dua kelompok fakultas tersebut.
Misalkan saja pada fakultas Tarbiyah jurusan PAI (Pendidikan Agama
yang diajarkan syarat dengan unsur Islami. Begitu juga pada
fakultas-fakultas pada kelompok fakultas-fakultas keagamaan lainya, namun sebaliknya
pada kelompok fakultas non keagamaan mata kuliah yang mengandung
pendidikan keislaman hanya ada pada semester awal. Namun dapat
diakui bahwa pengklasifikasian berdasarkan MKDU mempunyai
kelemahan, karena pada fakultas-fakultas keagamaan terdapat
jurusan-jurusan non keagamaan (umum). Misalkan saja pada fakultas tarbiyah,
terdapat jurusan umum seperti pendidikan matematika, pendidikan
bahasa inggris dan IPA. Oleh karena itu pada saat pengolahan data,
peneliti harus meniadakan responden yang berasal dari fakultas
keagamaan jurusan umum.
5.3 Saran
Dalam penulisan penelitian ini, peneliti menyadari bahwa masih
banyak terdapat kekurangan didalamnya yang dikarenakan beberapa
hambatan. Untuk itu, penulis menyampaikan beberapa saran untuk
menjadi bahan pertimbangan sebagai peyempurna berbagai hal yang
berkaitan dengan penelitian ini, yaitu berupa saran teoritis dan saran
praktis.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, beberapa saran yang
dapat digunakan sebagai pedoman dalam melakukan penelitian lanjutan,
antara lain:
1. Untuk peneliti selanjutnya yang tertarik pada pembahasan tingkat
religiusitas diharapkan dapat mengadaptasi dengan lebih baik skala
religiusitas, agar dapat mengungkap lebih mendalam tentang
dimensi-dimensi religiusitas.
2. Pada penelitian lanjutan yang ingin menggunakan metode komparatif
pada tingkat religiusitas diharapkan kelompok komparatif yang
digunakan lebih beragam, sehingga hasil data yang di dapat lebih
terlihat.
3. Seperti yang telah diungkapkan diatas, agar meminimalisir kelemahan
pengklasifikasian kelompok perbandingan yang ada pada penelitian
lanjutan, sebaiknya sebelum penelitian dilakukan agar lebih
diperhatikan kembali kategorisasi yang ada agar hasil yang didapat
lebih akurat.
5.3.2. Saran Praktis
1. Diharapkan bagi mahasiswa fakultas non keagamaan lebih
meningkatkan kualitas religiusitas mereka, dengan mulai menciptakan
lingkungan yang lebih agamis. Salah satunya dengan membuka
forum-forum guna menambah pengetahuan tentang agama, dengan ini
2. Diharapkan bagi setiap fakultas dapat menyediakan fasilitas dalam
rangka meningkatkan religiusitas mahasiswanya.
3. Bagi setiap mahasiswa diharapkan dapat mencari makna keagamaan