• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh agama terhadap perilaku berbusan muslimah studi kasus: mahasiswa UIN syarih Hidayatullah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh agama terhadap perilaku berbusan muslimah studi kasus: mahasiswa UIN syarih Hidayatullah"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH AGAMA TERHADAP BERBUSANA MUSLIMAH

Studi kasus : Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

NADZARIYAH

NIM : 10.40.32.20.10.30

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, Februari 2009

(3)

PENGARUH AGAMA TERHADAP PERILAKU BERBUSANA MUSLIMAH

Studi kasus : Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh Nadzariyah NIM : 104032201030

Pembimbing,

Dr. Masri Mansoer, M.A

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(4)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul PENGARUH AGAMA TERHADAP PERILAKU

BERBUSANA MUSLIMAH MAHASISWI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Februari 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada program studi Sosiologi Agama.

Jakarta, Februari 2009.

Sidang Munaqasah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

NIP. NIP.

Anggota,

NIP. NIP

(5)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya serta yang menganugrahkan keindahan sebagai sumber

kreasi dan inspirasi bagi mereka yang berjiwa seni dan Allah pulalah yang

memberikan penulis kesempatan untuk bisa melatih kesabaran dalam menempuh

jenjang perkuliahan, sehingga melewati hasil akhir seperti ini. Shalawat dan salam tak

henti-hentinya penulis limpahkan kepada junjungan kita Nabi muhammad SAW,

yang teah menuntun umatnya dengan berlimpahan kesabaran menuju jalan yang

diridhai Allah SWT dan menggandengakan keindahan, juga kepada keluarga, sahabat

dan umatnya sepanjang zaman

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Agama Terhadap Perilaku Berbusana

Muslimah Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”, penulisan skripsi

inisebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar s.sos di FUF UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta ini. Semoga dapat mewakili berpadunya keindahan yang

berlandaskan kebenaran dan kebaikan dalam berbusana dari nilai-nilai agama.

Terselesaikan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan moril maupun materil

dari berbagai pihak, untuk itulah penulis mengahaturkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah mendukung dan membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas

akhir ini. Terutama yang penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, selaku rektor UIN Syarif

(6)

2. Dr. M. Amin Nurdin, M.A selaku Dekan FUF UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah mengarahkan, membimbing dan

melayani seluruh kebutuhan administratif.

3. Ibu Dra. Ida Rasyidah M.A selaku Ketua Jurusan Sosiologi Agama

yang selalu memberikan motivasi dalam bersosialisasi dan Ibu

Joharotul Jamilah sebagai Sekertaris Jurusan Sosiologi Agama yang

melayani administratif nilai-nilai.

4. Bpk. Dr. Masri Mansoer, M.A selaku Pudek bidang kemahasiswaan

dan merangkap sebagai pembimbing skripsi saya, yang juga selalu

memberikan inspirasi dalam penelitian kuantitaf dari awal sampai

akhir penyelesaian penulisan tulisan ini.

5. Segenap dosen dan staf pengajar Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas segala ilmu pengetahuan dan

wawasan yang telah diberikan kepada penulis semoga bermanfaat

untuk anak cucu bangsa kelak

6. Pimpinan dan staf Perpustkaan Umum dan Perpustakaan Faultas

Ushuluddin dan Filsafat yang telah memberikan layanan peminjaman

buku-buku. Dan seluruh staf dan karyawan UIN umumnya, serta

karyawan FUF khususnya.

7. Kepada seluruh keluarga besar H. Abdul Hadi HN terutama ditujukan

untuk kedua orang tua penulis Bpk.H.Abdul Hadi yang selalu

mendoakan, telah merawat, membimbing, dan memberikan dukungan

(7)

masa perkuliahan ini sampai akhir. Dan Umi saya Hj. Ariyah (Alm),

yang melatih saya untuk lebih bersabar dalam menjalani kehidupan

dan tantangan dengan berpuasa senin-kamis ketika beliau masih ada.

Kakak-kakak saya, maaf sekali tidak disebutkan satu persatu tanpa

mengurangi rasa sayang dan rasa jormat saya kepada kalian, tiada kata

selain untuk mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Serta

adik dan keponakan-keponakanku yang lucu dan imut, yang selalu

membuat pusing dengan sebuah senyuman selama skripsi ini, juga

memberikan inspirasi dalam kata-kata yang lucu namun bermakna.

8. Best Friend is “Team Of Ban”, team work and team play, coz you are

my inspirited in my live along together like little star in the sky. Dear

Aya, you have given contribute in everything from first collage until

the end. Dear Nay, she is kindly person and always smile. Thanks for

your kind. Mamy (Iik) alwayas adultness on faced all problems. Ina,

so strength on faced all problems and Rey, she is softly but sure.

Exactly, you are the best than better and we will meet at some country.

9. Untuk semua sahabat-sahabat disana Anna sahabat masa kecilku,

Kartini, Fatur, Hamzah (syariah), Iis (ekonomi), Agus, alumni MAN 7

Bahasa khususnya dll. For someone excited yng sudah memberikan

semangat, suka, dan duka Hari.Harsono. Serta teman-teman SA 2004

seperjuangan yang tidak disebutkan satu-persatu.

10.Semua pihak yang telah membantu dari awal hingga penyelesaian

(8)

penghargaan yang sebesar-besarnya kepada kalian dalam proses

pembuatan skripsi ini.

Terakhir kali penulis ucapkan terima kasih apabila ada kata-kata yang kurang

berkenan dan kurang sempurna. Karena penulis adalah insan yang tiada

kesempurnaan di mata penciptanya. Oleh karena itu, saran dan kritik untuk

mengembangkan pikiran penulis semoga skripsi ini bisa menjadi karya yang

lebih berwawasan luas lagi dan bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Ciputat, 23 Februri 2009

(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK………. i

KATA PENGANTAR……….. ii

DAFTAR ISI……….……. vi

DAFTAR TABEL……….…. ix

DAFTAR GAMBAR……….… x

DAFTAR LAMPIRAN………. xi

PEDOMAN TRANSLITERASI………... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……….… 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah……….… 10

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……….. 11

D. Sistematika Penulisan………. 12

BAB II KAJIAN TEORI A. Busana Muslimah...………... 13

1. Pengertian Busana Muslimah..………. 13

2. Asal-usul Busana Muslimah... 18

3. Busana Muslimah Sebagai Simbol Keagamaan... 20

4. Pemakaian Busana Muslimah Dalam Kajian Sosiologi... 22

B. Pengertian Perilaku...……….... 23

1. Pengertian Perilaku... 23

2. Perilaku Dalam Berbusana Muslimah... 25

C. Agama... 28

1. Definisi Agama...……….. 28

2. Fungsi Agama... 29

(10)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Variabel Penelitian………. 33

B. Lokasi dan Waktu Penelitian……….. 33

D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel……. ……… 34

E. Teknik Pengumpulan Data………. 35

1. Angket... 35

2. Studi Kepustakaan... 36

3. Observasi... 36

E. Teknik Analisis Data... 36

F. Teknik Uji Instrumen……….. 40

a. Uji Validitas………. 40

b. Uji Reliabilitas………. 40

c. Uji Normalitas……….. 41

G. Hipotesis Penelitian ………... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN A.Profil UIN Syarif Hidayatullah Jakarta……….. 44

1. Sejarah Singkat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ………... 45

2. Visi dan Misi UIN Syarif HIdayatullah Jakarta ………... 46

3. Motto UIN Syarif Hidayatullah Jakarta……… 46

4. Struktur Organisasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ……….. 46

B. Deskripsi Sebaran Responden……….……….. 47

C. Perilaku keberagamaan Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.... 48

1. Praktek Keagamaan…..……….. 48

2. Pengetahuan Keagamaan………... 49

3. Keyakinan Keagamaan .……… 51

4. Keberagamaan Secara Umum………... 52

D. Perilaku Berbusana Muslimah Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta...…… 53

1. Pengetahuan Berbusana………. 53

(11)

3. Sikap Berbusana………. 56

4. Tindakan Berbusana...………. 57

5. Perilaku Berbusana Muslimah ... 58

E. Pembedaan Keberagamaan Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta antara Fakultas Agama dan Fakultas Umum...……... 60

F. Pembedaan Perilaku Berbusana Muslimah Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jakarta antara Fakultas Agama dan Fakultas Umum...………. 61

G. Hubungan Kebergamaan Terhadap Perilaku Berbusana Muslimah Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta...……… 63

H. Pengaruh Dalam Perilaku Berbusana Muslimah Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta...………... 64

1. Koefisien Determinasi………... 64

2. Persamaan Regresi Linear...……… 65

3. Uji F Hitung……….. 66

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ………. 69

B. Saran………. 71

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel I. Skor Untuk Setiap Pilihan Jawaban... 36

Tabel II. Hasil Uji Validitas... 40

Tabel III. Hasil Uji Koefisien Reliabilitas... 41

Tabel IV. Sebaran Responden Menurut asal sekolah sebelum masuk UIN Syarif Hidayatullah Jakarta... 47 Tabel V. Sebaran Responden Menurut Praktek Keagamaan... 49

Tabel VI. Sebaran Responden Menurut Pengetahuan Keagamaan... 50

Tabel VII. Sebaran Responden Menurut Keyakinan Keagamaan 51 Tabel VIII. Sebaran Responden Menurut Tingkat Keberagamaan Secara Umum…………... 52 Tabel IX. Sebaran Responden Menurut Pengetahuan Berbusana Muslimah... 54

Tabel X. Sebaran Responden Menurut Motivasi Berbusana Muslimah... 55

Tabel XI. Sebaran Responden Menurut Sikap Berbusana Muslimah... 57

Tabel XII. Sebaran Responden Menurut Tindakan Berbusana Muslimah…….... 58

Tabel XIII. Sebaran Responden Menurut Perilaku Berbusana Muslimah………. 59

Tabel XIV. Sebaran Responden Menurut Pembedaan Keberagamaan Mahasiswi antara Fakultas Agama dan Fakultas Umum ... 61 Tabel XV. Sebaran Responden Menurut Rataan Perilaku Berbusana Muslimah Mahasiswi antara Fakultas Agama dan Fakultas Umum... 62 Tabel XVI. Hasil Uji Korelasi... 63

Tabel XVII. Hasil Uji Koefisien Determinasi... 65

Tabel XVIII. Hasil Uji Koefisien Regresi Linear... 66

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I: Daftar Pertanyaan Kuesioner

Lampiran II: Daftar Jawaban Kuesioner Responden

Lampiran III: Reliabilitas dan Validitas Instrument

Lampiran IV: Daftar Jawaban Kuesioner Responden Perdimensi

Lampiran V: Daftar Transformasi Data Kuesioner Perdimensi

Lampiran VI: Daftar Wisuda Angkatan ke 74 Tahun 2008/2009

Lampiran VII: Hasil Analisis Deskriptif

Lampiran VIII: Hasil Uji Komparasi

Lampiran IX: Hasil Uji Korelasi

Lampiran X: Hasil Uji Regresi Berganda antara Variabel Keberagamaan

dengan Variabel Lingkungan Sosial Budaya dengan Variabel

etos Belajar

Lampiran XI: Hasil Uji Regresi Linier antara Variabel Keberagamaan dengan

dengan Variabel etos Belajar

Hasil Uji Regresi Linier antara Variabel Lingkungan Sosial

(14)

PEDOMAN TRANSLITERASI

Arab Latin Arab Latin Arab Latin

= = dh

= b = th = al

= t = zh = a

= ts = ‘ = i

= j = gh = u

= h = f

= kh = q Vokal Panjang

= d = k = â

= dz = l = î

= r = m = û

= z = n Diftong

= s = w = aw

! = sy " = h = ay

# =

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah mahluk yang diberi keistimewaan dari mahluk yang lainnya

oleh Allah SWT, yaitu salah satunya diberi akal dan pikiran sesuai dengan

kemampuannya. Manusia tidak sama dengan mahluk hidup lainnya, mereka dapat

membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Memang dahulu kala pada

zaman purba manusia tidak pernah mengenal pakaian atau busana, apalagi busana

muslimah yang pakaiannya serba menutup aurat. Hanya manusialah yang

menggunakan hal tersebut dibandingkan daripada mahluk lainnya, karena mereka

berfikir dan mempunyai rasa malu untuk menutup aurat. Kalau sudah menutup aurat,

dianggap sudah berbusana muslimah secara sempurna khususnya untuk para wanita.

Islam sebagai salah satu agama samawi yang berlaku universal, merupakan

agama yang mempunyai sistem hidup yang lengkap. Dan di dalamnya terdapat

hukum-hukum yang mengatur tata cara kehidupan manusia mulai dari hal yang rutin

dilakukan sehari-hari, misalnya cara berbicara atau makan, sampai hal-hal yang lebih

rumit contohnya dalam tata cara bernegara.1 Dalam tata cara berpakaian, agama Islam

tidak semata-mata mensyaratkan busana sebagai penutup tubuh, tetapi busana

menjadi sarana yang lengkap dan menyeluruh baik kesehatan, kesopanan, serta

1

(16)

keselamatan lingkungan. Lebih jauh lagi, Islam pun menganggap cara berbusana

sebagai tindakan ibadah serta kepatuhan seorang umat yang berakibat janji pahala

bagi yang menjalankannya.

Demikian pula Islam telah menetapkan syarat-syarat bagi busana muslimah

dalam kehidupan umum, seperti yang ditunjukan oleh nash-nash Al-Qur’an dan

As-Sunah. Diantara syaratnya yaitu untuk beberbusana muslimah tidak boleh

menggunakan bahan-bahan tekstil yang transparan atau mencetak lekuk tubuh

perempuan. Dengan demikian, walaupun menutup aurat tetapi kalau ketat atau

mencetak lekuk tubuh atau mengunakan bahan yang transparan, tetap belum dianggap

berbusana muslimah yang sempurna.2

Aurat dengan pengertiannya yang mendalam menjadikan pembicaraan siang

dan malam. Aurat dengan sifatnya yang menonjol meliarkan pandangan dan

menjauhkan khayal. Dan jikalau manusia tahu arti “Aurat” sebenarnya, pasti ia akan

menjaganya dengan seluruh tenaga dan akan melindunginya dari mata-mata musuh

lawan.3 Oleh karena itu, yang penting ialah mengetahui arti dari sesuatu hingga kita

dapat menilainya.

Sebagai seorang muslim, seharusnya sudah tidak lagi bermain-main di

wilayah yang sudah bersifat baku, seperti masalah kewajiban menutup aurat. Sebab

menutup aurat itu merupakan insting paling dasar manusia. Menutup aurat adalah

salah satu karakteristik dasar yang membedakan antara manusia dan hewan. Oleh

2

M. Shidiq Al- Jawi. Jilbab dan kerudung ( Busana Sempurna Seorang Muslimah). (Jakarta: Nizham Press, 2007). Cet. I hal. 10

3

(17)

karena itu ketika Nabi Adam alaihissalam melanggar larangan Allah, nampaklah

aurat mereka. Maka secara insting beliau segera menutup auratnya dengan daun-daun

surga.

!

"#$%

&'()*+ ,-

.

/01 2+

34

516789 :

',<

>0?

@A+ +

0BCDB

8E

F

G

H

I+

J

&'KL+

M

N

OB'Q N

> 

O

0R

S(

N+

J

O

C4 /

T>U V8W

O

X

YZ[ \]? ^__3

maka syaitan membujuk keduanya dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. (QS. Al-A'raf: 22)

Pada akhir tahun 1970’an hingga awal 1980’an, pemakaian kerudung dengan

busana muslimahnya, belumlah marak seperti sekarang. Untuk menggerakkannya

dibutuhkan keberanian tersendiri karena akan tampak bertentangan dengan

lingkungan dan peraturan-peraturan yang berlaku, misalnya disekolah-sekolah atau di

lingkungan kerja. Padahal pada beberapa anak muda ingin kembali memegang

sesuatu yang bermakna dalam kehidupan ini. Agama Islam adalah sebagai pilihan

jiwa, dengan segala aturannya, misalkan dilaksanakan dengan kaffah (menyeluruh),

termasuk menggunakan busana muslim sebagai busana sehari-hari. Kebebasan

pergaulan (free act)di kalangan remaja, seks bebas (free sex) di peradaban sekarang

(18)

busana-yang lebih dieksploitasikan pada wanita tentunya-cara berfikir mereka busana-yang

cenderung didominasi oleh pikiran kotor (piktor) dan moral yang bejat.4

M Shidiq Al-Jawi dalam bukunya Jilbab dan Kerudung dicontohkan dalam

pola hidup waqi’iyyin ( perilaku penilaian yang bertolak pada kenyataan yang tengah

terjadi), sikap hedonis (menjadikan materi sebagai nilai yang paling tinggi dan

menjadi tujuan hidup) dan gaya hidup permissif (gaya hidup yang serba

diperbolehkan). Dewasa ini, Barat menjadi kiblat “kemajuan” dalam musik, mode

(busana), dan juga film. Sebenarnya, dibentuknya hijab dalam busana oleh Islam

bukanlah maksud untuk melakukan ekploitasi terhadap perempuan. Maksud dari di

eksploitasi disini adalah saat ini banyak tubuh wanita yang disengaja dieksploitasikan

oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab yang hanya ingin mengambil

keuntungan sepihak. Misalnya saja banyak iklan-iklan yang mengeksploitasikan

tubuh wanita yang memperlihatkan bagian-bagian tubuh yang sebenarnya tidak

berhubungan dengan iklan yang di produksikan.

Jika membicarakan masalah busana serta busana muslimah yang salah satu

objek kajiannya adalah hijab atau jilbab. Tidak selamanya hijab dimiliki oleh Islam,

artinya hijab tidak muncul pertama didunia Islam, karena hijab telah ada sebelum

Islam dikalangan masyarakat kuno yang bukan bangsa Arab,5 akan tetapi jilbab

sedangkan ayat yang membicarakan hijab merujuk kepada ayat yang mengenai

tentang jilbab. Pemakaian jilbab atau hijab dapat dilihat dari kualitas individu yaitu

ketaatan seorang secara pribadi terhadap Allah SWT. Ia melakukan ibadah yang

4

Abdul Muhsin Bin Zainudin Bin Qasim, Misteri Dibalik Jilbab: Jangan Sampai Terkena Azab Gara-gara Salah Berjilbab, hal 45

5

(19)

dampak positivnya (pahala) hanya untuk dirinya sendiri, tetapi manfaat ibadah yang

ditunaikannya tidak dirasakan secara langsung dan berkaitan dengan kepentingan

banyak orang.6

Hijab sendiri adalah harga mati menuju keislaman secara paripurna, bukan

berarti setiap wanita berjilbab adalah wanita sempurna (perfect girl). Tetapi untuk

menjadi sempurna, muslimah wajib mengenakan busana muslimah dan jilbab yang

merupakan bagian dari ciri khas muslimah. Meski kemufakatan mengenai wajibnya

hijab di negeri ini terumuskan secara nonformal dalam pemahaman muslimah baru

terjadi belakangan ini, namun tetap saja menjadi sebuah aksioma7 bagi para umat

Islam. Sekarang sudah bukan lagi berpendapat bahwa jilbab itu tidak wajib, bila

berpendapat seperti itu muncul dan dikemas sebagai pembaharuan pemikiran,

wajarnya digelari sebagai pendapat kampungan, karena hanya orang kampungan yang

menganggap pendapatnya yang terbelakang sebagai kemajuan berfikir.8

Pada keyataannya fenomena-fenomena sekarang ini tidak sesuai dengan apa

yang diharapkan, ada sebagian wanita muslim yang hanya memakai jilbab atau

busana muslimah pada situasi-situasi tertentu, tetapi tidak memakai jilbab atau

busana muslimah pada situasi-situasi lainnya. Misalnya saja fenomena-fenomena

yang terdapat di kampus-kampus, pondok pesantren, sekolah-sekolah yang bernuansa

Islam, seperti Madrasah Tsanawiyah dan sekolah Muhammadiyah, dilingkungan

6

Badriyah Fayumi, Al-halaqah Islam : Mengkaji Perempuan dan Demokasi, Jakarta: Ushul Press, cet. I, 2004, hal. 76

7

Aksioma adalah pernyataan yang dapat diterima sebagai kebenaran tanpa pembuktian. 8

(20)

masjid dan sebagainya. Mereka biasanya memakai hanya pada lingkungan tersebut,

dan selebihnya diluar sana dilepaskan atau sebuah topeng saja.

Salah satu kampus Islam di Jakarta yang menjadi sorotan umum adalah UIN.

UIN adalah salah satu lembaga pendidikan yang syarat dengan muatan ajaran Islami.

Dalam bidang pengetahuan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dilandasi pada ilmu

keagamaan Islam. Begitu pula dalam hal etika UIN mewajibkan seluruh

mahasiswinya untuk menggunakan busana muslimah dan jilbab. Hal ini pun

disesuaikan dengan visi UIN yakni menjadikan lembaga pendidikan tinggi yang

terkemuka dalam mengintegrasikan aspek keilmuan, keislaman, dan keindonesiaan.9

Lebih jelas lagi yang penulis teliti adalah sebuah fenomena yang mudah dan

dapat di tangkap oleh panca indra penulis sendiri dan berada di depan mata, yaitu

kampus yang disebutkan diatas, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Di perguruan tinggi

ini semua mahasiswi tentunya sudah termasuk kategori baligh10dan diwajibkan dalam

lingkungan kampus memakai jilbab atau busana muslimah sepenuhnya. Maksud dari

sepenuhnya disini adalah mereka yang memakai jilbab atau busana muslimah sesuai

dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur’anul karim, seperti disebutkan dalam surat

An-Nur ayat 31 mengenai menutup aurat.

Fenomena yang penulis tangkap adalah sebagian besar pada

mahasiswi-mahasiswinya yang memakai jilbab atau busana muslimah hanya ketika berada

dilingkungan kampus saja, tetapi pemakaian jilbab atau busana muslimah yang

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pedoman akademik, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003/2004,hal. 11

10

(21)

mereka pakai itu hampir belum menutupi aurat. Biasanya ada yang memakai jilbab

terlalu pendek sehingga kurang menutupi dada, sedangkan busana muslimah yang

mereka pakai pun masih banyak yang minim atau transparan sehingga

memperlihatkan lekuk tubuh si pemakai.

Kerudung atau jilbab merupakan salah satu tanda orang untuk berbusana

muslimah, namun busana atau pakaian bukan semata-mata masalah kultural (culture).

Lebih jauh dari itu merupakan suatu tindakan ritual atau sakral yang dijanjikan pahala

sebagai imbalannya dari Allah SWT bagi yang mengenakannya secara benar. Selain

itu pula, busana muslimah berfungsi sebagai penegas identitas dan dapat memberikan

dampak psikologis yang positif bagi pemakainya.11

Ibrahim Muhammad Al- Jamal, berpendapat bahwa pemakaian busana

muslimah atau jilbab nantinya akan dipertanyakan oleh Allah, khususnya kepada

kaum wanita pada hari kiamat. Kaum wanita akan ditanya tentang hijabnya, jilbab

atau hijab sendiri adalah suatu bentuk ketaatan dan ketundukan pada syariat Allah.

Karena jiwa manusia selalu diliputi dengan berbagai macam godaan, sedang

kebanyakan mereka tidak mengetahuinya. Seandainya mereka tahu, niscaya segala

permasalahan akan terpecahkan, akan tetapi ia disembunyikan agar semua menjadi

tunduk kepada aturan Tuhan yang maha mengetahui segala kondisi dan kemaslahatan

mereka, dan Allah pun berfirman dalam surat Al-Ahzab Ayat 59. dalam ayat tersebut

Allah SWT berfirman12:

11

M Quraish Shihab, Jilbab Pakaian Wanita Muslimah: PandanganUlama Masa Lalu dan Cendekiawan Temporer, Jakarta: Lentera Hati, 2004, cet ke I, hal. 29

12

(22)

B'

abU 9

cd@eCf

S(

\6g*+ 8hQi

\0R

+f

+

0 J

jk l+

Z[0f0?

8

m[0I 9

>',<

>0?

>

n

nU

g

\0

*

o pH N

4 N

T>8

(9

q5

Z8r

 9

O

s 5t+

uJ

D -v15w

x H0$y

^ z3

Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmua, dan istri-istri orang mukmin”hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tunuh mereka. Yang demikian ini supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”[Qs. Al-Ahzab, 33:59].

Perlu diketahui orang yang memakai jilbab atau berbusana muslimah biasanya

yang telah mendapat pengetahuan agama yang lebih dari cukup, sehingga mereka

memutuskan untuk berbusana muslimah dengan mengenakan jilbab. Salah satu

unsurnya adalah karena adanya dalil yang melandasi tentang hijab. Wajar, persepektif

masyarakat seperti itu, karena busana muslimah menjadi salah satu aspek yang

menandakan kekaffahan13 pemakainya.

Karena banyaknya fenomena-fenomena yang terjadi pada remaja putri yang

berbusana muslimah, dimana agama yang telah diajarkan atau pengalaman beragama

mereka dapat mempengaruhi perilaku mereka dalam berbusana muslimah menurut

13

(23)

ajaran Islam yang dilandasi oleh al-Qur’an dan Hadits. Busana muslimah bukan

busana yang biasa, seperti yang dikenakan oleh wanita kafir, akan tetapi satu hal yang

menjadikan simbol keagamaan. Hal ini terkait dengan apa yang dikemukakan oleh

Thomas F. O’Dea bahwa agama membantu mengembangkan identitas individu,

dimana agama mempengaruhi pengertian individu tentang apa ia dan siapa.14

Kalau kita mencoba menguraikan benang merah dari semua kebejatan moral

yang disebutkan pada kalimat-kalimat di atas sebelumnya , sesungguhnya bermuara

pada sudut pandang hidup yang menjadikan materi sebagai tujuan hidup dan manfaat

sebagai tolok ukur menilai baik-baik buruk dalam kehidupan. Dan sesungguhnya

sudut pandangan hidup tersebut terpancar dari aqidah sekularisme, yakni memisahkan

antara kehidupan beragama dengan kehidupan umum. Dengan asas landasan hidup

demikian, otomatis akan terlahir ide-ide untuk membebaskan berfikir dan berperilaku

bebas dari berbagai aturan (agama). Dan paling menonjol pada pergaulan dewasa ini

adalah pada remaja dengan kebebasan bertingkah laku.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, penulis ingin

meneliti lebih jauh tentang pengaruh agama terhadap perilaku berbusana muslimah

pada mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

14

(24)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini tersusun dengan baik dan ada kolerasi antara latar

belakang masalah dengan judul atau tema yang dibuat, maka perlu dijelaskan pula

pembatasan masalahnya sebagai berikut :

a. Busana muslimah adalah pakaian khusus yang hanya dipakai oleh wanita

muslim untuk menutupi tubuhnya yang tidak menggambarkan lekuk-lekuk

tubuh dan terbuat dari bahan yang tebal, tidak mencolok, tidak mencuri

perhatian dan sesuai dengan syariat islam.

b. Keberagamaan atau religiusitas adalah menggambarkan sikap dan tingkah

laku seseorang dalam beragama, dimana dapat dilihat melalui keyakinan,

ibadah dan tingkah laku.

c. Perilaku adalah hal yang mendasari orang untuk melakukan suatu tindakan.

Oleh karena itu, perilaku disini sangat mempengaruhi orang untuk memakai

busana muslimah.

2. Perumusan Masalah

1. Bagaimana tingkat keberagamaan dan perilaku busana Mahasiswi UIN?

2. Adakah perbedaan perilaku beragama berbusana muslimah antara mahasiswi

fakultas agama dan non-agama (umum)?

(25)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Yang menjadi tujuan penelitian penulis ini adalah :

a. Untuk mendeskripsikan tingkat keberagamaan mahasiswi UIN

b. Untuk mendeskripsikan perilaku berbusana muslimah mahasiswi UIN

c. Menganalisis perbedaan perilaku beragama terhadap berbusana muslimah

pada fakultas agama dan non-agama

d. Menganalisis adanya pengaruh perilaku beragama terhadap perilaku

berbusana muslimah.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang InsyaAllah saya harapkan antara lain:

a. Memberikan kontribusi kepada mahasiswi untuk mengenakan busana

muslimah sesuai syariat Islam.

b. Memberikan kontribusi kepada mahasiswi untuk bagaimana cara berperilaku

yang baik ketika menggunakan busana muslimah.

c. Agar terhindarnya dari kerusakan moral dan kurangnya akhlak.

d. Menambah khasanah kajian sosiologi terhadap studi agama.

D. Sistematika Penulisan

Dalam kajian ini dapat dijelaskan pada pokok pikiran yang disusun secara

(26)

BAB I. Pendahuluan

Terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah,

tujuan dan penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II. Kajian Teori

Meliputi pengertian busana muslimah, asal-usul busana muslimah, busana

muslimah sebagai simbol keagamaan, pengertian perilaku, perilaku dalam

berbusana muslimah, busana muslimah dalam kajian sosiologi, pengertian agama,

fungsi agama dan dimensi-dimensi agama.

BAB III. Metode Penelitian

Terdiri atas metode penelitian, variabel penelitian, lokasi dan waktu

penelitian, populasi, sampel dan tehnik pengumpulan sampel penelitian, tehnik

analisis data, dan hipotesis.

BAB IV. Pembahasan hasil penelitian

Meliputi dimensi-dimensi agama, pengaruh dimensi-dimensi agama pada

mahasiswi UIN, motivasi mahasiswi UIN untuk berbusana muslimah, variasi

pemakaian busana muslimah, dan fungsi busana muslimah bagi mahasiwi UIN.

BAB V. Penutup

(27)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Busana muslimah

1. Pengertian Busana muslimah

Busana muslimah adalah pakaian yang menutupi seluruh tubuh manusia yang

tabu untuk diperlihatkan oleh orang banyak. Didalam kamus umum bahasa Indonesia,

busana sendiri diartikan sebagai pakaian yang indah-indah15 perhiasan-muslimah,

baju muslimah (muslim, wanita): berbusana atau berpakaian tentu dengan

syarat-syarat yang ditentukan. Kata busana muslimah juga sebenarnya tidak ada di dalam

Al-Qur’an dan hadits, yang ada hanya hijab dan jilbab sebagai penutup aurat.

Busana muslim adalah berbagai jenis busana yang dipakai oleh wanita

muslimah sesuai dengan ketentuan syariat Islam, di maksud untuk menutupi

bagian-bagian tubuh yang tidak pantas untuk diperlihatkan kepada publik. Yang pada intinya

busana muslimah harus dikaitkan dengan sikap taqwa yang menyangkut nilai

psikologis terhadap pemakainya. Untuk menumbuhkan konsep diri busana muslimah

semua itu kembali kepada masing-masing individu, namun dengan memperlihatkan

bentuk mode (biasa dilakukan dengan tiru-tiru atau iseng-iseng saja, mode ini

didalam masyarakat biasanya sangat cepat perkembangannya. Pada dasarnya orang

mengikuti mode untuk mempertinggi gengsinya menurut pandangan. Contohnya pada

15

(28)

pakaian dan celana) pakaian, warna, keindahan, merupakan salah satu faktor

pendukung yang tidak dapat dipungkiri.

Begitu pula dengan berbusana muslimah atau perilaku dalam berbusana

muslimah harus menyesuaikan apa yang ia kenakan. Didalam Islam pun mengajarkan

etika tentang menutup aurat, atau busana yaitu yang terdapat dalam surat al-a’raf

(26):

Zdg nU 9

{

H

+

+f8

|I N

,

O8W

}

~.

\0

| *+-9

,! O0R*+ ,-

.

• € +

F •C

\0

+

O|+-8/‚ƒ

\0

*

Y<,

T

„0

*

>0?

0…U 9

+

†J

M

b

(

4 

t W 9 ^_03

”Hai anak Adam sesugguhnya kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat”(Q.s Al-a’raf : 26)16

Dimana dapat disimpulkan bahwa orang yang menutup aurat akan

mendapatkan sisi yang mulia dihadapan Tuhannya di akhir kelak dan disebutkan pula

dalam [Qs. 45: 21-22], diberikan balasan yang setimpal balasan diperoleh bukan

berdasarkan pada jenis kelamin, melainkan berdasarkan amal yang dikerjakan oleh

16

(29)

tiap-tiap individu sebelum mati, walaupun Allah yang mengatur pengadilan dan dapat

diampuni perbuatan salah atau meningkatkan pahala bagi perbuatan baik.17

Busana muslimah kini bukan lagi secondary apparel, kemampuannya dalam

beradaptasi telah mengubah status dan membuat busana sejajar dengan busana

kontemporer.18 Seiring dengan berjalannya waktu busana muslimah pun dihadirkan

dengan mode yang bervariatif dengan mix and match. Dan bukan hanya pada cuting

dan detail,gaya busana muslimah pun terus berevolusi, yang mengambil intisari dari

berbagai cara dan gaya berpakaian komunitas tertentu. Di bidang rancangan busana

muslimah kreativitas terus mengalir, menciptakan berbagai bentuk sehingga para

muslimah terlihat modis, tentu masih dalam napas islami.

Mazhab Syafi’i dan Hanbali berpendapat bahwa seluruh tubuh wanita adalah

aurat. Demikian Imam ahmad, menyatakan bahwa segala sesuatu yang terdapat pada

wanita adalah aurat, termasuk kukunya.19 Pakaian adalah salah satu dari bagian hijab

yang mempuyai beberapa syarat tersendiri,karena tidak semua pakaian pantas

digunakan sebagai hijab. Adapun beberapa persyaratan tersebut adalah sebagai

berikut:20

1. Pakaian tersebut hendaknya tidak merupakan perhiasan (warna norak).

Maka Rasulullah SAW bersabda;

17

Amina Wadud, Qur’an Menurut Perempuan: Membaca Kembali Kitab Suci Dengan Semangat Keadilan, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2006, cet. I,hal. 90-91

18

Lesthia K., Gypsy Style oleh Merry Pramono : Seputar Indonesia Bagian Fashionable, Jakarta: Jum’at, Tanggal 18 Juli 2008.

19

Fada Abdur Razak Al-Qashir. Wanita Muslimah (antara syariat Islam dan budaya Barat). (Yogyakarta: Darussalam, 2004) cet. I. hal. 180

20

(30)

” Barang siapa untuk berbangga-bangga ( atau memamerkan diri), maka di hari akhir memakaikan kepadanya pakaian kaehinaan, kemudian membakarnya bersama”

2. Pakaian harus tebal, tidak boleh tipis, karena tujuan hijab tersendiri adalah

untuk menutupi

3. Pakaian harus longgar, tidak menampakkan lekuk tubuh si pemakai. Dan

didasari oleh sabda Rasulullah SAW;

”ada dua kelompok ahli neraka, yang tidak kulihat lagi setelah keduanya. Yaitu, wanita-wanita berpakaian telanjang (yakni tembus pandang) yang cenderung menarik perhatian dan (rambut) kepalanya seperti punuk onta. Mereka ini tidak akan masuk surga, dan mereka tidak akan menemukan baunya. Lainnya adalah orang-orang lelaki yang menggenggan cambuk bagaikan ekor sapi, mereka mengggunakannya untuk mencambuki orang”

4. Pakaian tidak boleh menyerupai pakaian laki-laki. Rasulullah SAW

bersabda;

”Dari Ibnu Abbas RA berkata: Rasulullah mengutuk laki-laki yang meniru-niru perempuan dan perempuan meniru laki-laki.”.(Dirawikan oleh Bukhari, Abu Dwud, At Tarmidzi, An nasa’i, Ibnu Majah dan Ath Tabrani)

Sebenarnya yang dimaksud dengan berbusana muslimah disini adalah

disyaratkan berpakaian bagi wanita didalam Islam adalah Pertama, untuk

mewujudkan dan menjaga jangan sampai terjadi fitnah. Kedua, untuk membedakan

dari wanita lain dan sebagai penghormatan bagi wanita muslimah tersebut. Dan di

dalam Islam wanita muslim pun tidak boleh tabarruj,21 karena dapat menimbulkan

21

(31)

akhlak yang tercela dan jiwa pemeluknya yang sombong. Dimana Allah Subhanahu

wata’ala telah memperingatkan kita melalui firmannya dalam Al-Qur’an:

q‡+

, 0ˆ(j7(R

‰

i

C

Cf 0

q‡+



R

o Z

^Œ, •i

$

?

F

C4

/

J

q‡

0

:

CS t

LX

•89(Ž

-‰

^•3

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan jangan pula berjalan dimuka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.”[Luqman: 18]22

Busana muslimah, sehubungan dengan fungsinya sebagai sarana ibadah,

adalah hukum dasar berpakaian bagi kaum muslim yang tidak boleh ditawar dan

diganggugugat kecuali dalam keadaan darurat.

Selain patokan atau hukum dasar dari cara berpakaian tersebut. Ada beberapa

tambahan yang harus diperhatikan dalam tata cara berpakaian baik pria atau wanita

dewasa muslim yang juga anak – anak antara lain :23

1. Membaca doa sebelum menggunakan busana 2. Mendahulukan anggota badan bagian kanan 3. Tidak berlebih – lebihan

4. Tidak sombong, ”Allah tidak akan melihat orang yang sombong, yang melebihkan kainnya karena sombong”. Hr. Ahmad Bukhori dan Muslim dari Abu Hurairoh.

5. Tidak seperti dandanan orang jahiliyah. ”...dan janganlah kamu berhias dan bertingkahlaku seperti orang jahiliyah yang dahulu.” (Al Ahzab ; 33) 6. Tidak menyerupai lawan jenis

7. Tidak menyerupai pakaian pemuka agama lain. Rasulullah SAW berkata, ”Hendaklah kamu menjauhkan dirimu dari pakaian pendeta, karena

22

Amr bin Abdul Mun’in salim. Edisi Indonesia. 30 Keringanan Bagi Wanita. (Jakarta: Pustaka Azzam, 2003). Cet. Kelima. Hal 49

23

(32)

barang siapa berpakaian seperti itu maka tidak termasuk golonganku.” (Hr. Tabrani)

2. Asal-usul Busana Muslimah

Quraish Shihab menguraikan tentang turunnya surat An-Nur dan Al-Ahzab.

Menurutnya pada awal Islam di Madinah memakai pakaian yang sama dengan wanita

umumnya, termasuk wanita susila atau hamba sahaya. Mereka secara umumnya,

memakai baju dan kerudung bahkan jilbab namun leher dan dada terbuka, memakai

kerudung tapi dikebelakangkan. Nah, dalam kondisi seperti itulah turun surat

Al-Ahzab ayat 59 tentang pemakain jilbab dan ayat Al- Nur 31 dengan pakaian atau baju

kurung longgar dilengkapi dengan kerudung penutup kepala. Agar dapat

membedakan mereka dengan wanita non-muslimah, identitas mereka jelas dan

menghindari dari orang-orang usil.24 Dimana surat Al-Nur ayat 31 berbunyi :

S( +

0…U+f0?

0‘

T> zvz8

9

>0?

>0’“ Uj7,

N

T> v518

:+

>

g  (

q‡+

mr0 ,\9

>

• ”9 h

•‡ /

?

D0?

F

Z8

< –+W8

+

>0’“

(9—˜

o R 

>'L-Hg

F

q‡+

mr0 ,\9

>

• ”9 h

•‡ /

™š

0•

-("\0

N

™š

›J

+

N

0 J

+

™š

-("

N

™š

›J

D,

N

N

0 J

D,

N

™š

-("

N

>

0I*+-T /

N

Zdg

™š

0I*+-T /

N

Zdg

>

0R*+-

T N

N

>

›J

jk l

N

?

… O

?

24

(33)

>

fU

9 N

N m[0( \U‚•

<, 5w

oea œN

0B

, …•

T>0?

@X

>“ž

N

3S810ŸV

mr0

J

M

F

v 9

o R 

0!*+ ,- 

0 J

jk0ˆD

F

q‡+

Z8

< – €

>

g,

a

T!

(W0

?

Z[0189 :

>0?

>

0• ”9 h

F

-"

-(R+

o e /

†J

(H0¡ ’

$]9 N

s-f0?

8

Ou

(

s-

81(R ^“•3

Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau Saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (An-Nuur:31)

Imam Qurtubi juga mengatakan bahwa sebab turunnya ayat di atas adalah

karena kaum perempuan pada masa itu jika menutupi kepala mereka dengan

kerudung, mereka mengulurkannya dari belakang punggung, sehingga bagian leher,

dada bagian atas dan kedua telinganya masih tampak kelihatan dan tidak tertutupi,

akhirnya Allah memerintahkan agar mereka menutupi bagian-bagian tersebut dengan

mengenakan kain kerudung atau busana yang dapat enutupi aurat-auratnya.25

25

(34)

Al – Hanafiyah mengatakan tidak dibenarkan melihat wanita ajnabi yang

merdeka kecuali wajah dan telapak tangan. Bahkan Abu Hanifah ra. Sendiri

mengatakan yang termasuk bukan aurat adalah wajah, tapak tangan dan kaki, karena

kami adalah kedaruratan tidak bisa dihindarkan. Sedangkan Al- Malikiyah dalam

kitab ’Asy-syarhu As-Shagir’ atau sering disebut kitab Aqrabul Masalik ilaa Mazhabi

Maalik, susunan Ad-Dardiri dituliskan bahwa batas aurat wanita merdeka dengan

laki-laki ajnabi (yang bukan mahram) adalah seluruj badan kecuali muka dan tapak

tangan. Keduanya itu bukan termasuk aurat. Syafi’iyyah dalam pendapat

Asy-Syairazi dalam kitabnya ’Al-Muhazzab’, kitab di mazhab ini mengatakan bahwa

wanita merdeka itu seluruh badannya adalah aurat kecuali wajah dan tapak

tangan.serta mazhab Al-Hanabilah kita dapati Ibnu Qudamah kita Al-Mughni 1 : 1-6.

Mazhab tidak berbeda pendapat bahwa seorang wanita boleh membuka wajah dan

tapak tangannya di dalam shalat.

3. Busana Muslimah Sebagai Simbol Keagamaan

Masalah busana mengharuskan kita membicarakan simbol dan esensinya pula.

Busana muslimah dalam bentuk dan warnanya adalah simbol, tetapi hakikatnya

pakaian yang dipilih oleh wanita atau pria harus memenuhi fungsinya.26 Manusia

hidup dalam lingkungan simbol-simbol, manusia memberikan tanggapan terhadap

simbol-simbol itu seperti juga memberikan tanggapan terhadap rangsangan yang

bersifat fisik, misalkan terhadap perilaku berbusana muslimah. Pengertian dan

penghayatan terhdap simbol-simbol yang tak terhitung jumlahnya itu merupakan

26

(35)

hasil pelajaran dalam pergaulan hidup bermasyarakat. Bukan sebagai hasil

rangsangan bersifat fisik, simbol-simbol pun dapat divisualkan, tetapi keistimewaan

manusia terletak pada kemampuannya melalui pemakaian busana muslimah,

kemampuan inilah yang menjadi pokok perhatian analisa sosiologi dari teori

interaksionalisme simbolik.27

Berawal dari pengertian simbol adalah suatu objek sosial yang dipakai untuk

mempresentasikan atau menggantikan apapun yang disetujui orang yang akan mereka

presentasikan. Tidak semua objek sosial dapat mempresentasikan sesuatu yang lain,

tetapi objek sosial yang dapat menggantikan sesuatu yang lain adalah simbol seperti

hanlnya busana muslimah dapat dijadikan simbol pada wanita muslimah. Jadi, simbol

adalah aspek yang penting yang memungkinkan orang bertindak menurut cara-cara

yang khas dilakukannya.28

Busana muslimah memberikan simbol sebagai nilai-nilai agama bagi

pemakainya, karena busana muslimah bersumber pada ajaran agama dan nilai-nilai

mora yang tinggi. Maka busana muslimah dapat dikatakan suatu simbol gerakan

keagamaan pada seseorang. Dimana mahasiswi umumnya cenderung melakukan

purifikasi dal sikap keberagamaan, termasuk dalam berbusana muslimah. Apapun

bentuk dan penamaannya, sebgai identitas muslimah, jilbab dan busana muslmah

menghadapi sejumlah kendala, khususnya yang datang dari pihak-pihak yang

memiliki otoritas yang merasa terganggu dengan munculnya fenomena jilbab.

Bahkan di Negara-negara Barat yang sangat menjunjung tinggi HAM, jilbab dan

27

George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003, hal. 54

28

(36)

busana muslimah , sebagai identitas muslimah, ternyata tidak dianggap bertentangan

dengan prinsip sekularisme yang mereka anut. Misalnya saja di Negara Perancis

melarang siswi Muslimah yang sekolah di sekolah umum dengan mengenakan jilbab.

Alasannya itu merupakan simbol keagamaan. Sedang di Perancis yang sekuler,

sekolah harus bersih dari simbol-simbol keagamaan.

Dapat dismpulkan bahwa berbusana muslimah itu merupakan salah satu

sarana yang digunakan manusia yang brmaksud untuk mendekatkan dirinya kepada

Tuhan dan untuk mendapatkan nilai-nilai sosial, dan jika dalam ajaran agama untuk

mendapatkan nilai-nilai moral yang tinggi. Jadi, busana muslimah disini dapat

disimpulkan sebagai simbol keagamaan. Dimana setiap orang berbusana muslimah

bermaksud untuk mendapatkan nilai moral keagamaan dan nilai-nilai sosial maka,

akan memakai busana muslimah sebagai simbol keagamaan.

4. Pemakaian Busana muslimah Dalam Kajian Sosiologi

Pendefinisian agama menurut sosiologi adalah definisi yang empiris.

Sosiologi tidak pernah memberikan penilaian yang evaluatif (menilai). Mereka

“angkat tangan” mengenai tentang hakkat agama, baik atau buruknya agama atau

agama lain yang tengah diamatinya. Dari pengamatan ini, mereka hanya memberikan

definisi yang deskriptif (menggambarkan keadaan sekeliling), yang mengungkapkan

apa yang dimengerti dan dialami oleh pemeluk-pemeluknya.29

Di dalam persepektif sosiologi Agama memakai pakaian (busana) adalah

bagian dari ritus (ibadah), dimana ritus ini salah satu bentuk aspek keberagamaan

manusia. Ritus (ibadah) adalah bagian dari tingkah laku keagamaan yang aktif dan

29

(37)

dapat diamati. Ritus ini mencakup semua jenis tingkah laku seperti memakai pakaian

khusus, mengorbankan nyawa dan harta, mengucapkan ucapan-ucapan formal

tertentu, bersemedi (mengheningkan cipta), menyanyikan lagu, berdoa (sembahyang),

memuja, mengadakan pesta, berpuasa, menari, berteriak dan membaca30. Pemakaian

busana muslimah dapat dikaitkan dengan teori Interaksionalisme Simbolik yang

dipopulerkan oleh Herbert Blumer,31karena pakaian atau busana dapat dilihat dengan

berbagai warna, bentuk atau mode.

Pemakaian busana muslimah diawali dengan proses pengetahuan tentang

busana muslimah umumnya yang didapat dari hasil interaksi dengan lingkungan,

misalnya dari hubungan keluarga, masyarakat, sekolah, maupun dari media-media

massa dan televisi. Proses ini kemudian berlanjut pada pemakaian dan pemberian

nilai dan makna. Pada proses ini seseorang memberikan nilai dan makna kepada

busana muslimah, contohnya makna yang diberikan pada busana muslimah adalah

sebagai bentuk simbol keagamaan yang bersumber pada ajaran agama dan memiliki

nilai-nilai moral.

B. Perilaku

1. Pengertian Perilaku

Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu yang terwujud dalam gerakan

(sikap), tidak saja badan atau ucapan:- hukum, perilaku yang berakibat tuntutan

30

Elizabeth K. Nottingham, Agama dan masyarakat: Suatu Penghantar Sosioogi Agama . hal. 15

31

(38)

hukum dan merupakan kehendak yang melanggar (berlawanan dengan kepentingan

orang lain).32

Behaviourisme sangat terkenal dalam psikologi, berpengaruh langsung

terhadap perilaku sosiologi, dan berpengaruh tidak langsung terutama terhadap teori

pertukaran. Sosiologi perilaku memusatkan perhatian pada hubungan antara pengaruh

perilaku seseorang aktor terhadap lingkungan dan dampak lingkungan terhadap

perilaku aktor. Biasanya lingkunganlah tempat munculnya perilaku seseorang, entah

itu berupa sosial atau fisik, dipengaruhi oleh perilaku dan bertindak kembali dalam

berbagai cara.

Sosiologi perilaku memusatkan perhatian pada hubungan antara reaksi

lingkungan atau akibat dan sifat perilaku kini. Sosiolog perilaku mengatakan bahwa

akibat masa lalu perilaku tertentu menentukan perilaku masa kini. Sosiologi perilaku

juga sangat tertarik pada hadiah (penguat) dan ongkos (hukuman atau funishment).

Hadiah ditentukan oleh kemampuannya untuk memperkuat perilaku, perilaku pada

umumnya dan gagasan tentang hadiah besar pengaruhnya pada teori pertukaran.33

Perilaku termasuk kajian yang mengarah kepada teorinya George Homans

”Exchange Theory” atau ”teori pertukaran”. Dimana teori pertukaran ini merupakan

suatu usaha untuk menggerakkan pendahuluan teori dari faham sosiologi ekstrim ke

arah suatu evaluasi ulang tentang peranan individu dalam sistem sosial. Sebenarnya

G. Homans memulai teorinya itu dengan ilmu ekonomi, bukan dari psikologi,

32

Tim Penyusun Kamus Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: PT. Balai Pustaka, 1989), hal. 671-676

33

(39)

teorinya itu bertumpu pada asumsi bahwa orang terlibat dalam perilaku untuk

memperoleh ganjaran atau menghindari hukuman.34

Homans percaya bahwa proses pertukaran ini dapat dijelaskan lewat lima

pernyataan proporsional yang saling berhubungan dan berasal dari psikologi

Skinnerian. Proposisi itu adalah sukses, stimulus, nilai, (deprivasi satiasi), dan restu

agresi (approval agresi). Melalui proposisi tersebut banyak perilaku sosial yang dapat

dijelaskan, setiap proposisi tersebut perlu sedikit penjelasan. Proposisi sukses; dalam

setiap tindakan, semakin sering suatu tindakan tertentu memperoleh ganjaran, maka

kian kerap ia akan melakukan tindakan itu (Homans). Proposisi stimulus; jika masa

lalau terjadinya stimulus yang khusus, atau seperangkat stimuli, merupakan peristiwa

dimana tindakan seseorang memperoleh ganjaran, maka semakin mirip stimuli yang

ada sekarang ini dengan yang lalu itu, akan semakin mungkin seseorang melakukan

tindakan serupa atau agak sama (Homans).

Proposisi nilai; semakin tinggi nilai suatu tindakan, maka kian senang

seseorang melakukan tindakan itu (Homans). Proposisi deprivasi; semakin sering di

masa yang berlalu seseorang menerima suatu ganjaran tertentu, maka semakin kurang

bernilai bagi orang tersebut peningkatan setiap unit ganjaran itu (Homans). Proposisi

Restu-agresi (approval agression); bila tindakan seorang tidak memperoleh ganjaran

yang diharapkannya, maka ia akan marah; dia menjadi sangat cenderung menunjukan

perilaku agresif, dan hasil perilaku demikian menjadi lebih bernilai

baginya....bilamana tindakan seseorang memperoleh ganjaran yang diharapkannya,

34

(40)

khusus ganjaran yang lebih besar dari perkiraan, atau tidak memperoeh hukuman

yang diharapkannya, maka dia akan merasa senang; dia akan lebih mungkin

melaksanakan perilaku yang disenanginya, dan hasil perilaku yang demikian akan

menjadi lebih bernilai baginya; (Homans).35

2. Perilaku Dalam Berbusana Muslimah

Dalam kehidupan sehari-hari hubungan antar kelompok terwujud dalam

interaksi dengan anggota kelompok lain. Salah satu bentuk perilaku yang banyak

ditampilkan dalam hubungan antar kelompok ialah diskriminasi– suatu konsep oleh

Banton didefinisikan sebagai “the differential treatment of persons ascribed to

particular categories.”

Dalam pemakaian busana muslimah ada aspek-aspek yang mendorong atau

memotivasikan untuk mengenakan pakaian tersebut. Motivasi itu sendiri merupakan

istilah yang lebih umum digunakan, yang dalam bahasa Inggris disebut dengan

motive yang berasal dari kata motion, yang berarti gerakan atau suatu yang

bergerak.36 Karena itu motivasi erat hubungannya dengan “gerak”, yaitu gerakan

yang dilakukan oleh manusia atau dapat disebut tingkah laku atau amaliyah. Motivasi

juga suatu faktor yang menyebabkan aktivitas tertentu menjadi dominan, apabila

dibandingkan dengan aktivitas lainnya (ekstrinsik). Motivasi dimana tugas tertentu

merupakan cara untuk mencapai tujuan, (intrinsik) dimana suatu tugas merupakan

suatu imbalan.37

35

M. Poloma, Sosiologi Kontemporer, hal 61-65 36

H. Ramaliyus, Pengantar Psikologi Agama, Jakarta: Kalam Mulia, 2002, cet VI, hal.73 37

(41)

Dan motivasi pun dengan sendirinya lebih berarti menunjuk kepada seluruh

proses gerakan pada pemakaian busana muslimah itu sendiri, termasuk situasi yang

mendorong, dorongan yang timbul dalam diri individu. Situasi tersebut serta tujuan

akhir dari gerakan atau perbuatan menimbulkan terjadinya perilaku atau tingkah laku.

Disni peranan motivasi sangat besar artinya dalam membimbing dan mengarahkan

seseorang terhadap tingkah laku keagamaannya. Namun demikian ada motivasi

tertentu yang sebenarnya timbul dalam diri manusia (internal) karena terbukanya hati

manusia terhadap hidayah Allah. Sehingga orang tersebut menjadi beriman dan

melahirkan tingkah laku yang berdasarkan keagamaan.

Jika kita kembalikan kepada pendefinisian tentang perilaku yaitu gerakan atau

yang mempengaruhi sikap. Perilaku pada setiap individu dibimbing oleh

norma-norma, yaitu ide-ide yang dapat dibuat dalam bentuk pernyataan yang memperinci

apa yang seharusnya dilakukan, seyogyanya dilakukan, diharapkan dilakukan oleh

anggota atau orang lain dalam suatu lingkungan tertentu. Kepatuhan terhadap

norma-norma kelompok akan memperoleh ganjaran, sedang pengingkaran akan memperoleh

hukuman. Begitu juga dalam berbusana muslimah pasti tidak sembarangan untuk

melakukan suatu gerakan atau tidak punya gerak bebas seperti wanita umum lainnya

yang tidak menggunakan busana muslimah. Karena berkenaan dengan teori di atas

sikap seseorang dapat mempengaruhi perilaku. Dan teori yang dapat ditarik dalam

(42)

perilaku sosial yaitu: 381) Behavioral Sociology dan 2) teori Exchange yang telah

dijelaskan teori di atas.

Segala perilaku manusia sangat berhubungan dengan lingkungan dan

kehidupannya, karena apapun bentuknya perilaku terbentuk berdasarkan kesadaran

dan motivasi yang ingin dituju. Lebih lanjut Feishbein, menyusun tiga proposisi

tentang prilkau tersebut yakni: 1). perilaku seseorang dipengaruhi oleh niatnya untuk

melakukan perilaku tersebut. 2) niat seseorang untuk melakukan perilaku dipengaruhi

oleh keyakinannya (belief) dan mengenai konsekuensi dari tindakan tersebut dapat

dipertimbangkan manfaatnya. 3) niat seseorang untuk melakukan perilaku

dipengaruhi oleh keyakinannya, sedangkan mengenai harapan-harapannya akan

menjadi motivasi sendiri.39

C. Agama

1. Definisi Agama

Agama merupakan suatu institusi penting yang mengatur kehidupan

manusia40. Istilah agama terjemahan dari religion- yang mencakup semua agama

yang diakui oleh pemerintah RI. Agama menyangkut kepercayaan serta berbagai

prakteknya, karena itu agama benar-benar merupakan masalah sosial. Dalam kamus

sosiologi pengertian agama ada 3 macam, yaitu. 1) kepercayaan pada hal-hal

38

George Ritzer. Sosiologi ilmu pengetahuan berparaigma ganda, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002, cet. 2, hal. 73

39

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi. Metode Penelitian Survei, Jakarta:LP3ES, 1995, cet-kedua, hal. 38

40

(43)

spiritual, 2) perangkat kepercayaan dan raktik-praktik spiritual yang dianggap sebagai

tujuan tersendiri, dan 3) ideologi mengenai hal-hal yang bersifat supernatural.41

Seorang Sosiolog agama yang populer di Perancis yaitu Emile Durkheim,

mengatakan bahwa agama merupakan sumber semua pemberdayaan yang sangat

tinggi, sedangkan Marx mengatakan bahwa agama adalah candu bagi manusia. Diana

sumbangannya dalam berbahasa inggris “A religion in a unified system of beliefs and

practices relative to sacred things, that is to say, things set apart and

forbidden-beliefs and practices which unite into one single moral community called a Church,

all those who adhere to them.42 Agama adalah suatu sistem sosial yang dibuat untuk

penganut-penganutnya yang berporos pada kekuatan-kekuatan non-empiris yang

dipercayainya dan didayagunakan untuk mencapai keselamatan bagi diri mereka pada

umumnya.43

2. Fungsi Agama

Fungsionalisme memandang sumbangan agama terhadap masyarakat

pemberdayaan berdasarkan karakteristik pentingnya, yaitu transendensi pengalaman

sehari-hari dalam lingkungan alam dan manusia membutuhkan sesuatu diluar empiris

lingkungan mereka. Agama juga memiliki fungsi sosial individu, karena disaat

seseorang menjadi dewasa memerlukan suatu sistem nilai sebagai tuntutan umum

41

Dadang Kahmad,, Sosiologi Agama , Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000, hal. 129 42

Kamanto Sunarto, Penghantar Sosiologi, hal 69 43

(44)

untuk menyerahkan aktivitas manusia dalam masyarakat dan berfungsi sebagai tujuan

akhir pengembangan kepribadian seseorang.44

Ada enam (6) fungsi agama menurut Thomas F. O de’a;45 Pertama,

perhatiannya pada sesuatu diluar jangkauan manusia, yang melibatkan takdir dan

kesejahteraan, rekonsiliasi, dukungan, dan pelipur lara. Kedua, agama menawarkan

sesuatu yang berhubungan dengan transedental melalui pemujaan dan upacara Ibadat.

Ketiga, agama mensucikan norma-norma dan nilai masyarakat yang telah terbentuk.

Kempat, agama melakukan fungsi yang bisa bertentangan dengan fungsi sebelumnya

dan memberikan standar nilai dalam arti norma-norma yang telah terlembaga, dapat

dikaji kembali secara kritis. Kelima, melakukan fungsi-fungsi identitas yang penting.

Keenam, bersangkut paut pula dengan pertumbuhan da kedewasaan individu, dan

perjalanan hidup melalui tingkat usia yang ditentukan oleh masyarakat.

Fungsi Agama Terhadap Busana Muslimah

o Busana muslimah sebagai kontrol sosial: Agama menetapkan nilai

tertinggi karena kerangka acuannya bersumber pada yang sakral dan

abstrak dengan adanya sangsi-sangsi yang sakral pula, nilai-nilai

tersebut merupakan standar tingkah laku yang ideal, membentuk

iali-nilai sosial kedalam sosiologi dinamakan sebagai norma-norma sosial.

o Busana muslimah sebagai pelindung: Dimana sesuai dengan fungsi

awal pakaian dalam islam, yaitu sebagai penutup aurat. Busana

muslimah berfungsi untuk melindungi pemakainya dari berbagai

44

Elizabeth K. Nottingham, Agama dan Masyarakat: Suatu Pengantar Sosiologi Agama, hal.

45 45

(45)

macam pelecehan seksual, karena dengan memakai busana muslimah

wanita tidak dapat lagi dijadikan sebagai objek seks.46

Horton dan Hunt, membedakan antara fungsi manifes dan fungsi laten.

Menurut mereka fungsi manifes agama berkaitan dengan segi doktrin, ritual, dan

aturan perilaku dalam agama. Namun yang juga penting diketahui adalah fungsi laten

agama adalah dimana fungsinya dapat dikatakan tersembunyi, artinya

konsekuensi-konsekuensi atau elemen-elemen sosial dan kebudayaan yang tidak diinginkan.47

Begitu juga kaitannya ini Durkheim terkenal karena pandangannya bahwa agama

mempunyai fungsi positif bagi integrasi masyarakat, baik pada tingkat mikro maupun

makro.

3. Dimensi-dimensi Agama

a. Pengetahuan (knowledge), adalah mengacu pada harapan bahwa

orang-orang yang beragama paling tidak memiliki jumlah minimal pengetahuan

mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan tradisi-tradisi.

Sisi pengetahuan individu terhadap agamanya terutama aktivitas dalam

mencari pengetahuan itu sendiri.

b. Keyakinan (belief), adalah berisikan pengharapan-pengharapan dimana

orang yang religius berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu,

mengetahui kebenaran doktrin-doktrin tersebut. Karena setiap agama

46

Elizabeth K. Nottingham, hal. 34-35 47

(46)

mempertahankan seperangkat kepercayaan dimana para penganut

diharapkan akan taat. Walau demikian, isi dan ruang lingkup keyakinan

itu bervariasi tidak hanya diantara agama-agama, tetapi seringkali juga

diantara tradisi-tradisi dalam agama yang sama. Suatu tingkatan sampai

sejauh mana individu menerima hal-hal dengan dogmatik dalam agama

yang dianutnya.

c. Pengalaman atau Tingkah Laku (feeling), bahwa semua agama

mengandung pengharapan tertentu, meski tidak tepat jika di tentukan

bahwa seseorang yang beragama dengan baik pada suatu waktu akan

mencapai pengetahuan subjektif dan langsung mengenai kenyataan

terakhir. Dan suatu pengalaman beragama, perasaan-perasaan, persepsi

dan sensasi-sensasi yang dialami oleh individu ketika berkomunikasi

dengan sang pencipta.hampir senada dengan pendapat Jung (dalam

Fromm, 1988) yang menyatakan bahawa hakekat pengalaman beragama

adalah sikap submisif (berserah diri) terhadap kekuatan-kekuatan yang

lebih tinggi daripada dirinya sendiri.

d. Dimensi praktek agama, dimensi ini mencakup perilaku pemujaan,

ketaatan dan hal-hal yang dialkukan orang untuk menunjukkan komitmen

terhadap agama yang dianutnya. Praktek-praktek keagamaan ini terdiri

dari ritual dan ketaatan.

e. Dimensi konsekuensi, adalah dimensi konsekuensi komitmen agama

identifikasi akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktek, pengalaman, dan

(47)

mana konsekuensi-konsekuensi agama merupakan bagian dari komitmen

keagamaan atau semata-mata berasal dari agama.48

BAB III

48

(48)

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu

atau menganalisa, mengerjakan masalah, dan mempunyai langkah-langkah sistematis

yang terdapat pada sebuah penelitian. Penelitian ini adalah penelitian yang berbentuk

explanatory research, yaitu penelitian survei yang bertujuan untuk menjelaskan

pengaruh dan hubungan antara dua variabel melalui pengujian hipotesa.

A. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini, terdapat dua variabel yang akan di uji yaitu

keberagamaan sebagai independent variable (X) dan perilaku berbusana muslimah

mahasiswi adalah sebagai dependent variable (Y). Ada tiga hal yang diperhatikan

ketika menentukan kedudukan variabel-variabel, yaitu sebagai berikut: 1) perhatikan

urutan waktu, 2) perhatikan dampak, dan 3) perhatikan teori yang dijadikan sumber.49

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Dalam Penelitian ini yang menjadi sasaran lokasinya tepat dilakukan di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang meliputi Fakultas Syariah

dan Hukum, Adab dan Humaniora, Ushuluddin dan Filsafat, Dakwah dan

Komunikasi, Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Dirasat Islamiyah, Kedokteran dan Ilmu

49

(49)

Kesehatan, Ekonomi dan Ilmu Sosial, Sains dan Teknologi, Psikologi. Penelitian ini

dilaksanakan pada tanggal 1 sampai dengan 30 September 2008.

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah tercantum sebagai mahasiswa dan aktif pada tahun

akademik 2008/2009 yang berjumlah kurang lebih 20.000. Sedangkan sampel yang

diteliti berjumlah 250 sampel, disini meliputi setiap jurusan yang terdapat dalam

sepuluh fakultas di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jumlah sampel yang diteliti

terdiri dari dua ratus lima puluh (250) responden di seluruh fakultas, dengan

mengambil sampel dua puluh lima (25) orang wanita (mahasiswi) di setiap fakultas.

Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah cluste

Gambar

Tabel I. skor nilai
Tabel. IV Sebaran Responden Berdasarkan Asal Sekolah
Tabel. V Dimensi Praktek Keberagamaan Mahasiswi
Tabel. VI Dimensi Pengetahuan Agama Mahasiswi UIN Syahid Jakarta
+7

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi yang berjudul “Pengembangan Aplikasi SMS Reminder dalam Kalender Akademik UIN Syarif Hidyatullah Jakarta (Studi Kasus : Pusat Komunikasi (PUSKOM) UIN Syarif

Skripsi yang berjudul “Hubungan Kepemimpinan Transformasional dengan Kinerja Pengurus Lembaga Dakwah Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta“, telah diujikan dalam siding

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Status Identitas Terhadap Agresivitas pada Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN syarif Hidayatullah Jakarta ” adalah

Asupan zat besi yang kurang pada mahasiswi PSPD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta kemungkinan dikarenakan pada responden merupakan mahasiswi yang tidak tinggal

Ketua Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, mengesahkan penelitian dengan judul &#34; Pengaruh Religiussitas Terhadap Prilaku Prososial ,Study Kasus Mahasiswa

Faktor yang memengaruhi tingkat kepuasan konsumen civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap kantin unit usaha Dharma Wanita UIN Syarif Hidayatullah

Skripsi (Tidak diterbitkan) Jakarta: Jurusan Tafsir Hadits Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN

Kom, , dkk Alamat : UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, Dki Jakarta, 15412 Kewarganegaraan : Indonesia Pemegang Hak Cipta Nama : UIN SYARIF HIDAYATULLAH Alamat : , , Dki Jakarta,