• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DENGAN KINERJA PENGURUS LEMBAGA DAKWAH KAMPUS UIN SYARIF HIDAYATULLAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DENGAN KINERJA PENGURUS LEMBAGA DAKWAH KAMPUS UIN SYARIF HIDAYATULLAH"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi yang berjudul “Hubungan Kepemimpinan Transformasional dengan Kinerja Pengurus Lembaga Dakwah Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta“, telah diujikan dalam siding Munaqosyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif HIdayatullah Jakarta pada tanggal 10 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.

Jakarta, 10 Juni 2010 Sidang Munaqosyah

Ketua merangkap anggota

Jahja Umar, Ph.D NIP.13088 555 2

Sekretaris merangkap anggota

Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si NIP. 19561223 198303 2001

Anggota

Penguji I

Ikhwan Lutfi, M.Psi NIP. 19730710 200501 1006

Penguji II

Prof.Dr. Abdul Mujib, M.Ag NIP.19680614 199704 1001

Pembimbing I

Prof.Dr. Abdul Mujib, M.Ag NIP.19680614 199704 1001

Pembimbig II

Gazi S, M.Si

NIP.109711214 200701 1014

(2)

KAMPUS UIN SYARIF HIDAYATULLAH

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam meraih gelar Sarjana Psikologi

Oleh : Indra Maulana 103070028999

Dibawah bimbingan :

Pembimbing I

Prof.Dr. Abdul Mujib, M.Ag NIP.19680614 199704 1001

Pembimbing II

Gazi S, M.Si

NIP.109711214 200701 1014

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H / 2010 M

(3)

KAMPUS UIN SYARIF HIDAYATULLAH

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam meraih gelar Sarjana Psikologi

Oleh : Indra Maulana 103070028999

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(4)

(B) Juni 2010 (C) Indra Maulana

(D) Hubungan Kepemimpinan Transformasional dengan Kinerja Pengurus Lembaga Dakwah Kampus UIN Syarif HIdayatullah Jakarta.

(E) xiii + 63 Halaman + 7 lampiran

(F) Perilaku-perilaku individu dalam berorganisasi akan menjadi tolak ukur sebuah keberhasilan, perilaku yang muncul akan memperlihatkan besarnya motivasi dan kemampuan yang dimiliki. Mereka yang berperilaku dan bersikap positif terhadap situasi kerja di lingkungan kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja yang tinggi, begitu pula sebaliknya.

Kepemimpinan transformasional adalah pendekatan kepemimpinan dengan melakukan usaha mengubah kesadaran, membangkitkan semangat dan

mengilhami bawahan atau anggota organisasi untuk mengeluarkan usaha ekstra dalam mencapai tujuan organisasi, tanpa merasa ditekan atau tertekan. Empat dimensi Kepemimpinan Transformasional adalah Individualized consideration, Intellectual stimulation, Inspirational motivation, idealized Influence

Kinerja adalah hasil kerja secara kuantitas yang dicapai oleh anggota kelompok dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang

diberikannya. Kinerja memiliki beberap aspek, yaitu: mutu pekerjaan, kejujuran anggota, inisiatif, kehadiran, sikap, kerjasama, keandalan, pengatahuan tentang pekerjaan, tanggung jawab, dan pemanfaatan waktu kerja.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan subjek penelitian adalah mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang menjadi pengurus dalam LDK Syahid Jakarta. Penelitian ini melibatkan 53 subjek yang ditentukan dengan menggunakan teknik purposive random sampling atau sample bertujuan. Untuk instrument pengumpulan data, digunakan skala kepemimpinan

transformasional dan skala kinerja. Adapun metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik korelasi product moment dari pearson dan regresi linier berganda (analisis satu jalur) dengan menggunakan program SPSS versi 11.5 pada komputer.

Dari hasil perhitungan menggunakan product moment, diperoleh hasil r-hitung 0,724 dan r-tabel 0,279 pada taraf signifikansi 5%. Bila dibandingkan, maka nilai r-hitung lebih besar daripada r-tabel (0,724>0,279). Oleh karena itu, Hipotesa Nihil (H0) ditolak dan Hipotesis Alternatif (H1) diterima, yang berarti terdapat

hubungan positif yang signifikan antara kepemimpinan transformasional dengan kinerja pengurus.

Dari hasil perhitungan menggunakan regresi linier berganda diperoleh R square adalah 0,587 hal ini dapat diartikan bahwa indikator-indikator kepemimpinan transformasional mempengaruhi kinerja pengurus sebesar 0,587 x 100% = 58,7%. Sedangkan sisanya 41,3% dipengaruhi oleh variabel lain di luar variabel kepemimpinan transformasional. Diperoleh signifikansi sebesar 0,000, hal ini

(5)

pengurus.

Hubungan tiap indikator Kepemimpinan Transformasional terhadap kinerja berdasarkan taraf signifikansi 0,05 dengan DK = 51dan t table 2,0076

Individualized Consideration memiliki t hitung (4,185) > t tabel (2,0076), artinya ada hubungan linear dengan kinerja, dengan pengaruh sebesar 71,5 %

Inspirational Motivation memiliki t hitung (2,054) > t table ((2,0076), artinya ada hubungan linear dengan kinerja, dengan pengaruh sebesar 37,6 %

Intellectual Stimulation memiliki t hitung (-0,741) < t table ((2,0076), artinya tidak ada hubungan linear dengan kinerja, dengan pengaruh sebesar -9,4 %

Idealized Influence memiliki t hitung (-1,477) < t table ((2,0076), artinya tidak ada hubungan linear dengan kinerja, dengan pengaruh sebesar -26,3%

Sejalan dengan teori kebutuhan Abraham Maslow, bahwa kebutuhan anggota yang lebih rendah, seperti kebutuhan fisiologis dan rasa aman sampai kebutuhan yang lebih tinggi, seperti harga diri dan aktualisasi diri, dapat dipenuhi melalui praktik gaya kepemimpinan transformasional tepatnya aspek Individualized Consideration. Untuk itu pemimpin harus mengetahui kebutuhan dari setiap anggotanya agar proses aktualisasi diri anggota dapat meningkatkan kinerja organisasi.

(6)

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur tak henti-hentinya ku panjatkan kehadirat Allah SWT, tempat ku titipkan segala asa dan atas segala kekuatan saat menopang kegalauanku, serta nikmat yang tiada terhitung untukku. Sampai akhirnya aku dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Hubungan Kepemimpinan Transformasional dengan Kinerja Pengurus Lembaga Dakwah Kampus UIN Syarif Hidayatullah.” Shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW, manusia terkasihNya, semoga Allah SWT mengumpulkan kita dalam barisan orang-orang di belakang panji beliau, amin.

Karya sederhana ini tidaklah seberapa jika dibandingkan dengan karya-karya besar yang telah dibuat oleh para ilmuwan muslim terdahulu, yang kemudian oleh dunia barat dijadikan acuan dalam mengembangkan pengetahuan mereka. Namun, dibalik kesederhanaan karya ini, telah terukir buah dari kerja keras serta harapan dari orang-orang disekitar penulis, yang tak henti-hentinya memotivasi agar karya ini terselesaikan. Oleh karena itu, karya ini tidaklah lengkap jika tidak penulis torehkan peran besar mereka, yaitu:

1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jahja Umar, Ph.D atas saran dan dukungan kepada penulis selama penulis

menyelesaikan karya ini.

2. Pembantu Dekan Bidang Akademik, Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si atas saran dan pengalamannya yang telah banyak membantu penulis. 3. Dosen Pembimbing 1, Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag atas

masukan-masukannya yang sangat berharga dan telah memacu penulis untuk lebih baik. Penulis akan selalu ingat nasihat yang telah bapak berikan.

4. Dosen Pembimbing 2, Gazi Saloom, M.Si yang tak henti-hentinya memberikan semangat dan menjadi tempat bertanya dan diskusi bagi penulis.

5. Seluruh dosen Fakultas Psikologi yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Merekalah yang telah menyemaikan ilmu psikologi kepada penulis, semoga Allah SWT membalas segala kebaikan Bapak dan Ibu. 6. Petugas Perpustakaan, terutama Bapak Haidir dan seluruh staff Fakultas

Psikologi. Terimakasih atas dukungan dan bantuan peminjaman buku-buku referensinya selama pembuatan skripsi ini.

(7)

memberikan semangat untuk penyelesaian karya ini.

9. seluruh keluarga besar Lembaga Dakwah Kampus, terimakasih atas kerja samanya dan telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

melakukan penelitian.

10. Seluruh teman-teman seperjuangan psikologi angkatan 2003, khususnya sahabatku Badru, dan keluarga besar kelas A angkatan 2003, LDK Komda Psikologi, ASK Training and Education Center.

11. Serta seluruh staff Bintang Pelajar, Mas Chory, Mas Febri, Mbak Ika, Mbak Sa’adah, Jhoni dan Rio, teman-teman Bimbingan Konseling (The Bumpers) terimakasih banyak atas do’a, dukungan dan semangat yang telah diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan karya ini.

Masa-masa kebersamaan ketika berada dalam Fakultas Psikologi telah menorehkan kenangan indah. Terimakasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu penulis, mungkin hanya do’a terbaik yang bisa penulis balaskan untuk mereka. Semoga Allah SWT mempertemukan kita dalam syafa’at Nya kelak. Amin.

Jakarta, 10 Juni 2010

(8)

Halaman Judul ... i

Halaman Persetujuan ... ii

Halaman Pengesahan ... iii

Motto ... iv

Abstrak ... v

Kata Pengantar ... vii

Daftar Isi ... ix

Daftar Tabel ... xi

Daftar Gambar ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 5

1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

1.4. Tujuan dan Manfaat ... 7

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kepemimpinan Transformasional ... 8

2.1.1. Pengertian Kepemimpinan Transformasional ... 8

2.1.2. Dimensi Kepemimpinan Transformasional ... 14

2.1.3. Ciri-ciri Kepemimpinan Transformasional ... 16

2.2. Kinerja ... 17

2.2.1. Pengertian Kinerja ... 17

2.2.2. Aspek-aspek Kinerja ... 18

2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja ... 21

2.3. Kerangka Berfikir ... 22

2.4. Hipotesis ... 25

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan dan Metodologi Penelitian ... 27

3.1.1. Pendekatan Penelitian ... 27

3.1.2. Metode Penelitian ... 27

(9)

3.2.2. Definisi Operasional Variabel ... 28

3.3. Populasi dan Sampel ... 30

3.3.1. Jumlah Populasi dan Sampel ... 30

3.3.2. Teknik Pengambilan Sampel ... 31

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 32

3.4.1. Metode dan Instrumen Penelitian ... 32

3.4.2. Teknik Uji Instrumen Penelitian ... 35

3.5. Teknik Analisa Data ... 37

3.6. Prosedur Penelitian ... 38

BAB 4 PRESENTASI DAN ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Responden ... 40

4.2. Presentasi Data ... 43

4.2.1. Deskriptif Statistik ... 43

4.2.2. Kategorisasi Skor Penelitian ... 44

4.2.3. Uji Persyaratan ... 48

4.2.3.1. Uji Normalitas ... 48

4.3. Hasil Penelitian ... 51

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 59

5.2. Diskusi ... 59

5.3. Saran ... 62

5.3.1. Saran Teoritis ... 62

5.3.2. Saran Praktis ... 63

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(10)

Tabel 3.1. Blue Print Skala Kinerja ... 33

Tabel 3.2. Blue Print Skala Kepemimpinan Transformasional ... 34

Tabel 3.3. Kaidah Realibitas Guilford ... 37

Tabel 4.1. Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 41

Tabel 4.2. Jumlah Responden Berdasarkan Semester ... 41

Tabel 4.3. Jumlah Responden Berdasarkan Lama Aktif di LDK ... 42

Tabel 4.4. Statistik Deskriptif Skor Kepemimpinan Transformasional dan Kinerja ... 43

Tabel 4.5. Norma Kategorisasi Kinerja ... 45

Tabel 4.6. Komposisi Responden Berdasarkan Pengkategorian Skor ... 45

Tabel 4.7. Norma Kategori Kepemimpinan Transformasional ... 46

Tabel 4.8. Komposisi Responden Berdasarkan Pengkategorian Skor ... 47

Tabel 4.9. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Skala Kepemimpinan Transformasional ... 48

Tabel 4.10. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Skala Kinerja ... 50

Tabel 4.11. Hasil Pengujian Hipotesis ... 51

Tabel 4.12. Pengaruh Indikator-Indikator Kepemimpinan Transformasional dengan Kinerja ... 52

Tabel 4.13. Uji Hipotesis Hubungan Linier antara Indikator-indikator Kepemimpinan Transformasional dengan Kinerja Pengurus ... 54

Tabel 4.14. Tabel Uji T ... 55

(11)
[image:11.612.120.509.199.576.2]

Gambar 2.1. Kerangka Berfikir ... 24 Gambar 4.1. Diagram Scatterplot Skala Kepemimpinan Transformasional 49 Gambar 4.2. Diagram Scatterplot Skala Kinerja ... 50

(12)

“ Bekerjalah kamu, maka Allah dan RasulNya serta orang-orang

mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan

kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata,

lalu diberitakanNya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”

(13)

PENDAHULUAN

1.1.

LATAR BELAKANG MASALAH

Organisasi dituntut untuk berkembang sesuai dengan kondisi

lingkungan sekitarnya, dan yang menjadikan organisasi berkembang

adalah manusia yang melaksanakan semua tugas-tugas organisasi, baik

sebagai pemimpin ataupun anggota. Di sisi lain, manusia adalah

makhluk hidup yang mempunyai perilaku (behavior), maka dengan

sendirinya perilaku manusia (human being) yang terdapat di dalam

organisasi tersebut berhubungan dengan kinerja organisasi (Suwenda,

2001).

Perilaku-perilaku individu dalam berorganisasi akan menjadi tolak

ukur sebuah keberhasilan, perilaku yang muncul akan memperlihatkan

besarnya motivasi dan kemampuan yang dimiliki.

Mereka yang memiliki sikap dan perilaku positif terhadap situasi

kerja yang terjadi di lingkungan kerjanya akan menunjukkan motivasi

kerja yang tinggi, dan sebaliknya mereka yang memiliki sikap dan

perilaku negatif akan menunjukkan motivasi kerja yang rendah, situasi

kerja yang dimaksud mencakup hubungan kerja, kebijakan pemimpin,

(14)

tipe kepemimpinan dalam bekerja, interaksi antara pemimpin dan

anggotanya serta kondisi kerja (Mangkunegara, 2005).

Untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan, seseorang harus

memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu. Kesediaan

dan keterampilan seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan

sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan

dan bagaimana mengerjakannya. Disini seseorang dituntut untuk

benar-benar mengetahui seluk beluk pekerjaan yang akan dilakukannya.

Ketika seseorang ditempatkan tidak sesuai dengan potensi dan

pengetahuan yang dimilikinya, hal ini mempengaruhi bagaimana ia

bekerja dan memahami seperti apa pekerjaannya. Pelaksanaan tugas

mungkin akan menyimpang dan tugas kerja yang diberikan tidak akan

tercapai dengan maksimal (Robbins, 1992).

Kinerja atau prestasi kerja seseorang adalah hasil kerja yang

terjadi dalam jangka waktu tertentu, sehingga akan terlihat perubahan

yang terjadi pada orang tersebut dalam periode beberapa waktu tertentu

(Rivai, 2005). Hasil kerja ini berupa kuantitas dan kualitas dari pekerjaan

yang sudah ditargetkan, Seperti dijelaskan Lawler dan Porter yang

dikutip oleh Suwenda (2001) bahwa, kinerja merupakan ”Succesfull role”

yang diperoleh seseorang dari perbuatannya.

Beberapa tahun belakangan ini, organisasi dakwah pada tingkat

(15)

kampus di sekitarnya. Secara kuantitas dan kualitas kegiatan-kegiatan

yang dilakukan lebih bersifat internal. sehingga mahasiswa di luar

keanggotaan LDK belum bisa menikmatinya.

Kepemimpinan, sebagaimana yang dikemukakan Hasibuan

(dalam Mangkunegara, 2005) merupakan salah satu aspek penting

dalam kinerja, organisasi tidak mungkin bergerak tanpa adanya

pemimpin yang mengatur segala pergerakannya, menentukan tujuan

dan sasaran serta sarana, mengawasi dan mengontrol pelaksanaan

programnya. Dan seorang pemimpin akan sulit untuk dapat bergerak

banyak tanpa anggota yang mampu menjalankan program yang menjadi

tujuan organisasi.

Interaksi yang terjalin antara pemimpin dan anggota akan

memperlihatkan kekuatan saling mempengaruhi dan dari interaksinya

tidak mudah untuk mengatakan siapa pemimpin dan siapa anggotanya,

karena yang ada adalah proses mempengaruhi yang bertujuan saling

melengkapi.

Kelly (1992) menyatakan bahwa seorang pemimpin memiliki

kontribusi sebanyak 20% dalam keberhasilan oraganisasi, sedangkan

anggota memiliki kontribusi sebanyak 80% dalam keberhasilan

organisasi. Maka dari itu diperlukan pengelolaan anggota dengan baik.

Pemberdayaan anggota dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan

(16)

Banyak pemimpin memakai gaya kepemimpinan yang cenderung

berorientasi pada tugas sehingga dapat mengakibatkan menurunnya

kinerja anggota. Kepemimpinan yang berorientasi pada tugas ditandai

oleh beberapa hal seperti pemimpin memberikan petunjuk kepada

bawahan, pemimpin selalu mengadakan pengawasan secara ketat

terhadap bawahan untuk memastikan tugas-tugas terlaksana, dan

mengabaikan pembinaan dan pengembangan bawahan (Bass dalam S.

Tondok dan Andarika, 2004).

Kepemimpinan transformasional merupakan gaya kepemimpinan

yang menciptakan perubahan positif pada pengikutnya. Seorang

pemimpin transformasional ini berfokus pada "perubahan" orang lain

untuk membantu satu sama lain, memotivasi, dan mengawasi organisasi

secara keseluruhan. Dalam kepemimpinan ini, pemimpin meningkatkan

motivasi, semangat dan kinerja pengikut dalam kelompok.

Lembaga Dakwah Kampus (LDK) UIN Syarif Hidayatullah

merupakan salah satu organisasi dakwah yang besar di UIN yang

memliki 10 komisariat dakwah yang tersebar di beberapa fakultas.

Namun, beberapa tahun terakhir ini terjadi penurunan jumlah anggota

dan pengurus, maka dari itu peneliti ingin mengetahui tipe kepemimpinan

pada LDK, dan bagaimana LDK mempertahankan kepengurusan,

pemberdayaan pengurus, peningkatan kinerja dan peran serta pengurus

(17)

penelitian dengan judul “HUBUNGAN KEPEMIMPINAN

TRANSFORMASIONAL DENGAN KINERJA PENGURUS LEMBAGA

DAKWAH KAMPUS UIN SYARIF HIDAYATULLAH”

1.2. IDENTIFIKASI

MASALAH

Pemimpin dan anggota atau pengikut bagaikan tangan kiri dan

tangan kanan yang tidak bisa berdiri sendiri dan tidak juga semudah itu

dipisahkan antara siapa yang memimpin dan siapa yang mengikuti.

Satu kelompok atau organisasi tidak mungkin bergerak tanpa

adanya pemimpin yang mengatur segala pergerakannya, menentukan

tujuan dan sasaran serta sarana, mengawasi dan mengontrol

pelaksanaan programnya. Dan seorang pemimpin akan sulit untuk dapat

bergerak banyak tanpa pengikut atau anggota yang mampu menjalankan

program yang menjadi tujuan organisasi dan masyarakat sekitar.

Interaksi antara pemimpin dengan pengikutnya mungkin akan

membuat dampak tertentu, seberapa besar dampak yang terjadi dari

hasil interaksi tersebut? Apakah kepemimpinan transformasional

memiliki dampak terhadap tujuan organisasi Lembaga Dakwah Kampus

dan masyarakat di sekitarnya? Sejauh mana hubungan kepemimpinan

transformasional dengan kinerja Lembaga Dakwah Kampus UIN Syarif

(18)

1.3. PEMBATASAN DAN RUMUSAN MASALAH

1.3.1. PEMBATASAN MASALAH

1. Kepemimpinan transformasional merupakan pemimpin yang

menciptakan nilai dan perubahan positif pada setiap

anggotanya. Pemimpin transformasional berfokus pada

perubahan anggota untuk membantu anggota lainnya, untuk

menilai yang lain, dan melihat organisasi secara menyeluruh.

Pemimpin dituntut mampu memotivasi, meningkatkan

kepercayaan dan kinerja anggotanya dalam organisasi.

2. Kinerja merupakan hasil kerja individu secara kuantitas dan

kualitas yang dicapai sesuai dengan tanggung jawab yang

diberikan.

1.3.2. RUMUSAN MASALAH

Apakah ada hubungan kepemimpinan transformasional

dengan kinerja pengurus Lembaga Dakwah Kampus UIN Syarif

(19)

1.4. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1.4.1. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan

kepemimpinan transformasional dengan kinerja organisasi

Lembaga Dakwah Kampus UIN Syarif Hidayatullah.

1.4.2. MANFAAT PENELITIAN

1. Memberikan pandangan baru terhadap konsep kepemimpinan

dan keanggotaan bagi organisasi dalam tingkatan apapun.

2. Sebagai alternatif model untuk meningkatkan kinerja

(20)

KAJIAN PUSTAKA

2.1.

KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL

2.1.1. Pengertian Kepemimpinan Transformasional

Model kepemimpinan transformasional menurut Bass (dalam

S.Tondok dan Andarika, 2004) tidak dapat dipisahkan dari transaksional.

Bass mengatakan kepimpinan transformasional memotivasi pengikutnya

dengan cara sebagai berikut:

1. Meningkatkan tingkat kesadaran pengikut tentang pentingnya tujuan.

2. Membuat pengikut untuk menyingkirkan kepentingan mereka sendiri

dan berjuang untuk tujuan organisasi.

3. Memikirkan tingkat kebutuhan pengikut yang lebih tinggi.

Sedangkan kepemimpinan transaksional adalah gaya

kepemimpinan di mana seorang pemimpin memfokuskan perhatiannya

pada transaksi interpersonal antara pemimpin dengan pengikutnya yang

melibatkan hubungan pertukaran. Pertukaran tersebut didasarkan pada

kesepakatan mengenai klasifikasi sasaran, standar kerja, penugasan kerja,

dan penghargaan.

(21)

Dalam Yukl (2001), kepemimpinan transformasional menyerukan

nilai-nilai moral dari para pengikut dalam upayanya untuk meningkatkan

kesadaran mereka tentang masalah etis dan untuk memobilisasi energi

dan sumber daya mereka untuk mereformasi institusi.

Transformasional adalah pendekatan kepemimpinan dengan

melakukan usaha mengubah kesadaran, membangkitkan semangat dan

mengilhami bawahan atau anggota organisasi untuk mengeluarkan usaha

ekstra dalam mencapai tujuan organisasi, tanpa merasa ditekan atau

tertekan (Nawawi, 2003).

Menurut Cook, Hunsaker dan Coffey (1997), Pemimpin

transformasional menggerakkan energi orang lain mengenai visi dan

strategi tentang bagaimana memfokuskan kembali dan merevitalisasi

organisasi yang lebih besar.

Pemimpin transformasional berkonsentrasi pada substansi bukan

pada penampilan. Tujuan utama pemimpin transformasional adalah untuk

memberdayakan pengikut (Sashkin, 2003).

Pemimpin tranformasional mengidentifikasi, mengartikulasikan, dan

membantu orang lain dalam berbagi nilai-nilai internal dan keyakinan.

Pemimpin seperti ini mendefinisikan kontrol sebagai sesuatu yang berasal

dari sesuatu yang “lebih tinggi” bersumber dari masyarakat. Pemimpin

organisasi transformasional tidak peduli dengan menanamkan nilai-nilai

(22)

untuk menanamkan nilai-nilai mereka sendiri dan keyakinan dalam

anggota masyarakat. Sebaliknya, pekerjaan pertama pemimpin

transformasional adalah memperoleh seperangkat nilai-nilai dan

kepercayaan dari anggota masyarakat (termasuk pemimpin). Pemimpin

transformasional kemudian bertindak untuk membuat nilai-nilai eksplisit

dan keyakinan sehingga mereka dapat berbagi secara sadar (Sashkin,

2003).

Scott Burd (dalam Nawawi, 2003) mengemukakan bahwa

kepemimpinan transformasional merupakan pendekatan yang dterapkan

dalam rangka mempertahankan pemimpin dan organisasinya dengan cara

penggabungan tiga unsur, yakni:

1. Strategi mencakup kemampuan dalam menetapkan arah yang akan

dituju organiasi, dengan membangun visi dan kesamaan visi,

merumuskan Rencana Strategik (RENSTRA), menterjemahkan visi dan

misi ke dalam tindakan, mengembangkan komitmen pada prestasi dan

kualitas kerja, serta merumuskan dan menerapkan Rencana

Operasional (RENOP).

2. Kepemimpinan mencakup kegiatan merealiasikan strategi melalui

tindakan kepemimpinan transformasional yang sesuai dengan fungsi

dan situasi, menjadi pemimpin yang dapat mempengaruhi dan diakui

bawahan atau anggota organisasi, memotivasi bawahan atau anggota

(23)

jenjang, menciptakan lingkungan yang konduif untuk pertumbuhan

organsasi, memimpin untuk mempertahankan kejayaan (eksistensi)

organisasi, dan menciptakan cara kerja yang lebih mudah.

3. Budaya Organisasi, realisasi kepemimpinan transformasional

mencakup kemampuan memotivasi bawahan atau anggota organisasi

untuk menerapkan strategi, memahami budaya kerja yang tumbuh dan

berkembang di dalam organisasi, berlaku adil pada semua bawahan

atau anggota organisasi, cepat menerima perubahan yang bersifat

inovatif, menjadi teladan, membangkitkan dan membina semangat

team kerja.

Kepemimpinan transformasional terjadi ketika pemimpin memiliki

efek dramatis pada bawahan mereka dan pada organisasi secara

keseluruhan dan mengilhami serta menyemangati bawahan untuk

memecahkan masalah dan memperbaiki kinerja. Efek ini termasuk

membuat bawahan menyadari pentingnya pekerjaan mereka sendiri dan

kinerja menjadi tinggi, membuat bawahan menyadari kebutuhan mereka

sendiri untuk pertumbuhan pribadi, pengembangan, dan pencapaian, dan

memotivasi bawahan untuk bekerja demi kebaikan organisasi dan bukan

hanya keuntungan pribadi mereka sendiri. pemimpin dapat terlibat dalam

transformasi kepemimpinan dengan menjadi pemimpin karismatik, dengan

merangsang intelektual bawahan, dan dengan melibatkan diri dalam

(24)

kepemimpinan transaksional dengan menggunakan imbalan dan kekuatan

yang bersifat memaksa untuk mendorong kinerja tinggi (Jones and

George, 2003).

Menurut Jones dan George (2003) pemimpin transformasional

dapat didefinisikan sebagai berikut :

• Menjadi Pemimpin Kharismatik (Being Charismatic Leader)

Pemimpin transformational adalah pemimpin karismatik. Mereka

memiliki visi mengenai bagaimana hal-hal yang baik bisa terdapat

dalam kelompok kerja dan organisasi yang berbeda dengan status

quo. Visi mereka biasanya memerlukan perbaikan dalam kelompok

dan kinerja organisasi sebagai akibat dari perubahan dalam struktur

organisasi, budaya, strategi, pengambilan keputusan, dan proses lain

dan faktor-faktor penting. Visi ini membuka jalan untuk memperoleh

keunggulan secara kompetitif.

Pemimpin karismatik bersemangat dan antusias tentang visi

dan berkomunikasi dengan jelas ke bawahan mereka. Semangat,

antusiasme, dan rasa percaya diri dari pemimpin karismatik

berkontribusi terhadap pemimpin yang mampu mengilhami

(25)

• Menstimulus Intelektual Bawahan (Stimulating Subordinates Intellectually)

Pemimpin transformasional berbagi informasi secara terbuka

dengan bawahan sehingga mereka menyadari adanya masalah dan

perlunya perubahan. Pemimpin menyebabkan bawahan untuk dapat

melihat masalah dalam kelompok dan seluruh organisasi dari

perspektif yang berbeda, sesuai dengan visi Pemimpin

• Terlibat Dalam Perkembangan Organisasi (Engaging In Developmental Consideration)

Ketika pemimpin terlibat pertimbangan dalam perkembangan

organisasi, mereka tidak hanya melakukan perilaku pertimbangan

yang dijelaskan sebelumnya, seperti menunjukkan perhatian besar

terhadap kesejahteraan bawahan, tetapi melangkah lebih jauh.

Pemimpin keluar dari caranya untuk mendukung dan mendorong,

memberi mereka kesempatan untuk meningkatkan keterampilan dan

kemampuan mereka dan untuk tumbuh dan berkembang di tempat

(26)

2.1.2. Dimensi Kepemimpinan Transformasional

Bass (dalam Van Wart, 2005) mengemukakan bahwa

kepemimpinan transformasional mempunyai empat dimensi, yaitu :

1. Pertimbangan Anggota (Individualized consideration)

Pertimbangan individual memiliki makna serupa dengan ;

pembinaan, memberi dukungan secara pribadi, pelatihan sesuai

dengan kebutuhan, mempercayai anggota, menghormati dan empati

(Bass dalam Van Wart, 2005).

Dalam Islam pemimpin harus dapat memahami dan menyelam

jiwa rakyatnya yang berbeda-beda pembawaan dan wataknya

(Permadi, 1996). Seperti yang dijelaskan oleh hadits, yaitu :

“ Apabila salah seorang kamu mengimami manusia, hendaknya

ia meringankanmu karena di antara mereka (makmum) itu ada

yang kecil dan ada yang tua, ada orang lemah dan ada pula

yang mempunyai hajat (keperluan). Apabila shalat sendirian,

hendaklah ia shalat menurut yang ia kehendaki.” (H.R Bukhari

dan Muslim)

2. Pengaruh Ideal (Idealized Influence)

Dimensi pengaruh ideal, sangatlah mirip dengan konsep

karisma. Pemimpin mempunyai pengaruh yang berfungsi sebagai peran

yang kuat bagi para pengikut mereka. Pengikut mengidentifikasikan

(27)

pengaruh idividual dapat diartikan menjadi pemimpin yang mempunyai

kemampuan dan kepercayaan (Van Wart, 2005).

Pemimpin mendahulukan kepentingan perubahaan dan

kepentingan diri. Ia sebagai pimpinan organisasi, bersedia memberikan

pengorbanan untuk kepentingan organisasi (Munandar, 2001).

3. Rangsangan Pengetahuan (Intellectual stimulation)

Pemimpin mendorong pengikut untuk menciptakan

peluang-peluang baru, memecahkan masalah dengan cara baru, dan untuk

membayangkan masa depan yang berbeda. Rangsangan intelektual

menekankan tehnik seperti berbagi informasi, brainstorming, visi

artikulasi, dan pengembangan karyawan ditargetkan pada perbaikan

organisasi. Pemimpin jenis ini sering dianggap sebagai visioner (Van

Wart, 2005).

4. Inspirasi Motivasi (Inspirational motivation)

Ketika para pemimpin berhasil menggunakan inspirasi motivasi,

para pengikut mampu melampaui potensi diri mereka cukup lama untuk

bergairah dalam organisasi, tujuan kelompok, dan kelompok yang

berprestasi. Melalui peningkatan semangat tim, pemimpin dapat

memotivasi pengikutnya untuk mengejar standar yang lebih tinggi atau

untuk berkorban tanpa ketergantungan pada insentif ekstrinsik (Van

(28)

2.1.3. Ciri-ciri Kepemimpinan Transformasional

Ketika pemimpin memiliki efek yang besar pada bawahannya dan

pada organiasi keseluruhan, maka mereka semua terlibat dalam

transformasi kepemimpinan. Kepemimpinan transformasional dapat terlihat

ketika para pemimpin mengubah bawahan mereka dalam tiga hal penting,

yaitu (Jones dan George, 2003) :

1. Pemimpin membuat bawahan menyadari betapa pentingnya pekerjaan

mereka untuk organisasi dan betapa perlunya bagi mereka untuk

melakukan pekerjaan mereka sebaik mungkin sehingga organisasi

dapat mencapai tujuannya.

2. Pemimpin transformasional membuat bawahan mereka menyadari

kebutuhan untuk pertumbuhan pribadi mereka, pengembangan dan

prestasi.

3. Pemimpin transformasional memotivasi bawahan mereka untuk

bekerja demi kebaikan organisasi secara keseluruhan, bukan hanya

untuk keuntungan pribadi mereka sendiri.

Ketika pemimpin mengubah bawahan mereka dalam tiga hal tersebut,

bawahan memiliki kepercayaan kepada pemimpin, bermotivasi tinggi, dan

(29)

2.2. KINERJA

2.2.1. Pengertian Kinerja

Menurut Mangkunegara (2005) kinerja adalah hasil kerja secara

kuantitas yang dicapai oleh anggota kelompok dalam melaksanakan

tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikannya.

Menurut Griffin (dalam Rivai,2005) kinerja merupakan salah satu

kumpulan total dari kerja yang ada pada diri pekerja. Kinerja sangat

dipengaruhi oleh tujuan (Rivai,2005). Sedangkan menurut Hersey dan

Blanchard (dalam Rivai,2005) kinerja merupakan suatu fungsi dari

motivasi dan kemampuan. Untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan,

seseorang harus memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan

tertentu. Kesediaan dan keterampilan seseorang tidaklah cukup efektif

untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa

yang akan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya.

Menurut Robbins (dalam Rivai, 2005) kinerja sebagai fungsi interaksi

antara kemampuan atau ability (A), motivasi (M) dan kesempatan atau

opportunity (O), yaitu kinerja = ƒ(A x M x O). artinya, kinerja merupakan

fungsi dari kemampuan, motivasi dan kesempatan.

Berdasarkan beberapa pengertian mengenai kinerja di atas, maka

penulis menyimpulkan bahwa kinerja adalah hasil dari usaha seseorang

(30)

2.2.2. Aspek-aspek Kinerja

Malayu S.P Hasibuan (dalam Mangkunegara, 2005) mengemukakan

bahwa aspek-aspek kinerja mencakup; kesetiaan, hasil kerja, kejujuran,

kedisiplinan, kreativitas, kerjasama, kepemimpinan, kepribadian, prakarsa,

kecakapan, dan tanggung jawab.

Sedangkan Husein Umar (dalam Mangkunegara, 2005) membagi

aspek-aspek kinerja meliputi; mutu pekerjaan, kejujuran anggota, inisiatif,

kehadiran, sikap, kerjasama, keandalan, pengatahuan tentang pekerjaan,

tanggung jawab, dan pemanfaatan waktu kerja.

Menurut Mangkunegara (2005), aspek-aspek standar pekerjaan

terdiri dari aspek kuantitatif dan aspek kualitatif. Aspek kuantitatif meliputi:

1. Proses kerja dan kondisi pekerjaan

2. Waktu yang dipergunakan atau lamanya melaksanakan

pekerjaan.

3. Jumlah kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan.

4. Jumlah dan jenis pemberian pelayanan dalam bekerja.

Sedangkan aspek kualitatif meliputi:

1. Ketepatan kerja dan kualitas pekerjaan.

2. Tingkat kemampuan dalam bekerja.

3. Kemampuan menganalisa data atau informasi, kemampuan atau

kegagalan menggunakan mesin dan peralatan.

(31)

Menurut Robbins (dalam Rivai, 2005), aspek-aspek kinerja adalah

aspek kemampuan (ability), aspek motivasi (motivation), dan aspek

kesempatan (opportunity).

1. Aspek Kemampuan (Ability)

Menurut Keith dan Davis (dalam Mangkunegara, 2005), secara psikologis

kemampuan (ability), anggota kelompok terdiri dari kemampuan potensial

(IQ) di atas rata-rata dan kemampuan aktual (knowledge+skill). Artinya,

anggota yang memiliki IQ di atas rata-rata (>110) dengan pendidikan

yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan tugas

sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan.

Oleh karena itu perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan

keahliannya.

2. Aspek motivasi (Motivation)

Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang anggota dalam

mengharapkan situasi kerja (Keith dan Davis dalam Mangkunegara,

2005).

Menurut Robbins (1992), seseorang yang termotivasi akan

mempengaruhi gairah terbesar mereka untuk kinerja bila dibandingkan

dengan seseorang yang tidak termotivasi. Salah satu definisi dari motivasi

adalah bersemangat untuk melakukan sesuatu, dan merupakan kondisi

(32)

kebutuhan. Pada dasarnya motivasi memperngaruhi kinerja, pengikut

harus mengetahui secara jelas bagaimana inerja mereka akan diukur,

mereka harus percaya bahwa jika mereka antusias meningkatkan

kapabilitas kinerja, mereka akan mendapatkan hasil yang memuaskan

dari organisasi.

Motivasi seseorang mempengaruhi kepuasan dalam pekerjaannya,

namun hal ini akanmengarahkannya untuk lebih menyukai ketidakhadiran

atau pengunduran diri dari pekerjaan (Robbins, 1979)

3. Aspek kesempatan (Opportunity)

Kesempatan kinerja adalah tingkat-tingkat kinerja tinggi yang sebagian

merupakan fungsi dari tiadanya rintangan-rintangan yang mengendalakan

karyawan itu. Meskipun seorang individu mungkin bersedia dan mampu,

bisa saja ada rintangan yang menjadi penghambat (Rivai, 2005). Anggota

mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan kinerja mereka dari

lingkungan organisasi yang mendukung. Faktor lingkungan yang dapat

mempengaruhi kinerja adalah; kondisi fisik meliputi sistem kerja,

peraturan, perlengkapan kerja; sistem upah; dan pelatihan (Byers dan

(33)

2.2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

Menurut Rivai (2005) ada beberapa faktor yang berhubungan

dengan kinerja atau prestasi kerja, yaitu: persepsi peran, norma, status,

ukuran kelompok, susunan demografi, tugas kelompok dan konhesifitas.

Menurut Henry Simamora (Mangkunegara, 2005), kinerja dipengaruhi

oleh tiga faktor, yaitu:

a. Faktor Individual yang terdiri dari, 1) kemampuan dan keahlian,

2) latar belakang, 3) Demografi.

b. Faktor Psikologis yang terdiri dari, 1) Persepsi, 2) Attitude, 3)

Personality, 4) Pembelajaran, 5) Motivasi.

c. Faktor Organisasi yang terdiri dari, 1) Sumber daya, 2)

Kepemimpinan, 3) Penghargaan, 4) Struktur, 5) Job design.

Menurut Mangkunegara (2005) Kinerja individu adalah hasil kerja

karyawan baik dari segi kualitas maupun kuantitas berdasarkan standar

kerja yang telah ditentukan. Kinerja individu ini akan tercapai apabila

didukung oleh atribut individu, upaya kerja (work effort), dan dukungan

organisasi.

Dengan kata lain, kinerja individu adalah hasil:

a. Atribu individu, yang menentukan kapasitas untuk mengerjakan

sesuatu. Atribut individu meliputi faktor individu (kemampuan dan

keahlian, latar belakang serta demografi) dan faktor psikologis

(34)

b. Upaya kerja (work effort), yang membentuk keinginan untuk

mencapai sesuatu.

c. Dukungan oerganisasi, yang memberikan kesempatan untuk

berbuat sesuatu. Dukungan organisasi meliputi sumber daya,

kepemimpinan, lingkungan kerja, struktur organisasi dan job

design.

2.3. Kerangka Berfikir

Keberadaan organisasi dalam kehidupan menjadi sesuatu yang

penting, karena di dalamnya terdapat sebuah aturan yang dapat membantu

memenuhi segala macam kebutuhan kehidupan bermasyarakat.

Dalam sebuah organisasi aturan-aturan yang berkaitan dengan

kepemimpinan menjadi perhatian yang mendalam, sementara anggota tidak

hanya menjadi sebuah pelengkap untuk berkembangnya organisasi. Di sisi

lain anggota menjadi ujung tombak tercapainya tujuan organisasi. Interaksi

antara pemimpin dan anggota menjadi sebuah indikator keberhasilan atau

kinerja dari organisasi tersebut.

Kepemimpinan transformasional adalah gaya kepemimpinan yang

mengutamakan anggotanya dan menjalin komunikasi baik dengan

anggotanya. Dengan adanya kepemimpinan transformasional diharapkan

(35)

transformasional, seorang pemimpin diharuskan untuk mampu menyadarkan

anggota tentang pentingnya pekerjaan mereka untuk organisasi, membuat

anggota menyadari kebutuhan untuk pribadi mereka, pengembangan dan

prestasi, serta memotivasi anggota mereka untuk bekerja demi kebaikan

organisasi bukan hanya untuk kepentingan pribadi.

Interaksi antara pemimpin dengan pengikutnya mungkin akan

membuat dampak tertentu, seberapa besar dampak yang terjadi dari hasil

interaksi tersebut? Apakah kepemimpinan tertentu akan memiliki pengaruh

yang berbeda dengan manajemen kepemimpinan yang ada pada umumnya?

Apakah kepemimpinan transformasional memiliki dampak terhadap tujuan

organisasi Lembaga Dakwah Kampus dan Masyarakat di sekitarnya? Sejauh

apa hubungan kepemimpinan tranformasional dengan kinerja Lembaga

Dakwah Kampus?

Gaya kepemimpinan transformasional yang berorientasi pada anggota

akan mengakibatkan interaksi dan komunikasi yang terjalin baik antara

pemimpin dan anggota, sehingga pemimpin akan tahu apa yang diperlukan

untuk memberdayakan anggotanya, hal tersebut dapat meningkatkan kinerja

anggota sehingga tujuan dari organisasi dapat tercapai.

Pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan transformasional

memiliki empat dimensi diantaranya individualized consideration, dimana

pemimpin mendukung dan mendorong bawahannya serta memberi mereka

(36)

untuk tumbuh dan berkembang di tempat kerja; idealized influence, mirip

dengan konsep karisma, pemimpin mempunyai pengaruh yang berfungsi

sebagai peran yang kuat bagi para pengikut; intellectual stimulation,

pemimpin mendorong pengikut untuk menciptakan peluang-peluang baru,

memecahkan masalah dengan cara baru, dan untuk membayangkan masa

depan yang berbeda; inspirational motivation, ketika para pemimpin berhasil

mengunakan inspirasi motivasi, para pengikut mampu melampaui potensi

mereka cukup lama untuk bergairah dalam berorganisasi dan untuk

[image:36.612.106.525.275.683.2]

berprestasi.

Gambaran dari pemaparan dapat dijelaskan dengan bagan di bawah

ini:

Gambar 2.1

Gambar Kerangka Berfikir

Kepemimpinan Transformasional

Indivdualized Consideration

Intellectual Stimulation

Inspirational Motivation

KINERJA

(37)

2.4. Hipotesis

Hipotesis yang digunakan oleh penulis adalah seperti yang tercantum di

bawah ini:

H0 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara kepemimpinan

transformasional dengan kinerja pengurus.

H1 : Ada hubungan yang signifikan antara kepemimpinan transformasional

dengan kinerja pengurus.

H0 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara individualized consideration

pada kepemimpinan transformasional dengan kinerja pengurus.

H2 : Ada hubungan yang signifikan antara individualized consideration pada

kepemimpinan transformasional dengan kinerja pengurus.

H0 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara intellectual stimulation pada

kepemimpinan transformasional dengan kinerja pengurus.

H3 : Ada hubungan yang signifikan antara intellectual stimulation pada

(38)

H0 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara inspirational motivation pada

kepemimpinan transformasional dengan kinerja pengurus.

H4 : Ada hubungan yang signifikan antara inspirational motivation pada

kepemimpinan transformasional dengan kinerja pengurus.

H0 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara indealized influence pada

kepemimpinan transformasional dengan kinerja pengurus.

H5 : Ada hubungan yang signifikan antara idealized influence pada

(39)

METODOLOGI PENELITIAN

Berikut akan diuraikan mengenai metodologi penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini.

3.1. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan dan Metode penelitian yang digunakan akan dijelaskan

sebagai berikut :

3.1.1. Pendekatan penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif

banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data,

penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya. (Arikunto,

2006)

3.1.2. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian korelasional. Korelasi adalah bentuk analisa variable (data)

penelitian untuk mengetahui derajat atau kekuatan hubungan, bentuk atau

arah hubungan di antara variabel-variabel dan besarnya pengaruh variabel

yang satu terhadap variabel lainnya (Hasan, 2006).

(40)

Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian yaitu melihat hubungan antara

Kepemimpinan Transformasional dengan Kinerja Pengurus Lembaga

Dakwah Kampus UIN Syarif Hidayatullah.

3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

Berikut akan dijelaskan variabel penelitian dan definisi operasional

variabel.

3.2.1. Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu karakteristik yang memiliki dua atau lebih nilai

atau sifat yang berdiri sendiri-sendiri (Sevilla, 1993). Atau juga bisa dikatakan

variabel adalah faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang

akan diteliti. Variabel penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu:

a. Variabel bebas : Kepemimpinan Transformasional

b. Variabel terikat : Kinerja Pengurus Lembaga Dakwah Kampus UIN

Syarif Hidayatullah

3.2.2. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel adalah suatu definisi yang diberikan

kepada suatu variabel dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan

kegiatan atau memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk

(41)

adalah kepemimpinan transformasional dan kinerja organisasi Lembaga

Dakwah Kampus UIN syarif hidayatullah.

A. Kepemimpinan Transformasional

Skor yang diperoleh dari pengurus LDK mengenai Kepemimpinan

Transformasional yang diukur melalui 4 dimensi dengan menggunakan

skala likert. Lima dimensi Kepemimpinan Transformasional adalah : a)

Individualized consideration yang diukur melalui indikator pembinaan,

dukungan pribadi, pelatihan sesuai dengan kebutuhan, memberikan

kepercayaan, menghargai, dan empati. b) Intellectual stimulation yang

diukur melalui indikator menularkan keberanian mengambil resiko,

mendorong kreatifitas dalam penyelesaian masalah. c) Inspirational

motivation yang diukur melalui indicator memberikan dorongan semangat,

menjadi inspirasi bagi anggota, mampu menularkan antusias. d) idealized

Influence yang diukur melalui indikator teladan, kebijaksanaan,

mendapatkan kepercayaan dari anggota.

B. Kinerja

skor yang diperoleh dari pengurus mengenai kinerja pengurus yang

diukur melalui 10 aspek (Umar dalam Mangkunegara, 2005) dengan

menggunakan skala likert. Sepuluh aspek tersebut adalah: mutu

(42)

keandalan, pengetahuan tentang pekerjaan, tanggung jawab, dan

pemanfaatan waktu kerja.

3.3. Populasi dan Sampel

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai subjek penelitian yang

digunakan.

3.3.1. Jumlah Populasi dan Sampel

Populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu

wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah

penelitian. Populasi dari penelitian ini adalah pengurus organisasi Lembaga

Dakwah Kampus UIN Syarif Hidayatullah yang berjumlah 350 orang.

Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil

populasi yang diteliti). Pengambilan sampel sama dengan proses yang

meliputi pengambilan satu bagian dari populasi, melakukan pengamatan atas

kelompok sampel, kemudian menggeneralisasikan penemuan-penemuan

pada populasi (Sevilla, 1993).

Untuk menentukan ukuran sample dari populasi, Arikunto (2006)

mengatakan bahwa apabila subjek penelitian berjumlah lebih dari 100 orang,

maka dapat diambil antara 10 – 15 % dari populasi untuk menentukan jumlah

(43)

adalah 15% dari 350 jumlah populasi pengurus LDK , yaitu sebanyak 53

orang

3.3.2. Teknik Pengambilan Sampel

Dalam menentukan sampel, penelitian ini menggunakan purposive

random sampling atau sampel bertujuan, yaitu cara mengambil subjek yang

bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas

adanya tujuan atau karakteristik tertentu (Arikunto, 2006)

Karakteristik tersebut adalah :

1. Pernah mengikuti Latihan Kader Dakwah (LKD).

2. Telah aktif dalam kegiatan LDK minimal dua tahun

3. Telah menjadi pengurus Komisariat Dakwah Fakultas LDK minimal

selama satu tahun

4. Masih berstatus sebagai mahasiswa

Untuk mendapatkan responden yang sesuai dengan kriteria tersebut, penulis

memperoleh data pengurus dari divisi kaderisasi LDK UIN Syarif

(44)

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Berikut akan dijelaskan mengenai teknik pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini.

3.4.1. Metode dan Intrumen Penelitian

Metode pengumpulan data adalah suatu cara yang dapat dipakai oleh

peneliti untuk memperoleh data yang akan diteliti. Metode yang digunakan

harus tepat dan mempunyai dasar yang beralasan. Dalam proses

pengumpulan data penelitian ini, peneliti menggunakan metode angket berisi

sejumlah pernyataan yang dibagikan kepada subjek penelitian untuk

mendapatkan data. Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini

adalah angket dengan bentuk skala bertingkat (Arikunto, 2006).

Melalui pertimbangan dalam kesesuaian antara tujuan dan metode

maka dalam pengumpulan data, peneliti memilih untuk menggunakan skala

model Likert. Skala model Likert ini memuat pernyataan pendapat yang

diberikan kepada responden yang selanjutnya akan memberikan indikasi

pernyataan setuju atau tidak setuju. Cara penilaian pada skala model Likert

ini adalah sebagai berikut :

• Pernyataan Favorabel

• Sangat setuju (SS) = 4

• Setuju (S) = 3

• Tidak setuju (TS) = 2

• Sangat tidak setuju = 1

• Pernyataan Unfavorabel

• Sangat setuju (SS) = 1

• Setuju (S) = 2

• Tidak setuju (TS) = 3

(45)

ditambahkan dengan pilihan ‘ragu-ragu’. Namun ternyata ada

kecenderungan responden untuk “mengamankan” jawaban mereka di tempat

netral, sehingga beberapa peneliti sama sekali menghilangkan angka netral

dan mengurangi skala menjadi empat angka. Hal ini akan mendorong

responden untuk memilih dengan hanya empat pilihan jawaban.

Rancangan penyusunan penelitian di muat dalam blue print (kisi-kisi)

[image:45.612.107.545.268.625.2]

angket untuk kinerja pengurus, sebagai berikut :

Table 3.1

Blue print skala Kinerja

Item No Indikator

Favorabel Unfavorable Jumlah

1 Mutu pekerjaan 8,28,13*,15* 42,45,14*,17* 8

2 Kejujuran 46,53,19*,

21*,

23*,31*,32*,

33* 8

3 Inisiatif 40,50,46,

34* 47,36*,37*,38* 8

4 Kehadiran 27,39*,41*,

43*, 54* 29,48*,49*,51* 9

5 Sikap 9,35,55*,56* 52,57*,58*,59* 8

6 Kerjasama 25,44,60*,

61*,62* 22,63*,64*,65* 9

7 Keandalan 16,18,20,26 6,2,66*,67*,

68* 9

8 Pengetahuan tentang pekerjaan 1,3,5,69* 11,12, 70*,71* 8

9 Tanggung jawab 10,30,72*,

73*

74*,75*,76*,

77* 8

10 Pemanfaatan waktu kerja 4,78*,79*,

80* 24,81*,82*,83* 8

Total 83

(46)

Sedangkan untuk blue print skala kepemimpinan transformational adalah

[image:46.612.109.546.175.638.2]

sebagai berikut :

Table 3.2

Blue print skala kepemimpinan transformasional Item

No Indicator

Favorabel Unfavorable Jumlah Individualized consideration

1 Pembinaan

85, 91, 96, 102* 112, 123,

133*, 145 8

2 Dukungan pribadi 86, 92, 97*, 103,

157*

113*, 124,

134, 146 9

3 Pelatihan sesuai dengan

kebutuhan 87, 93, 98, 104*

116, 125,

136, 147* 8

4 Memberikan kepercayaan

88*, 99, 105 126, 137*,

148*, 155 7

5 Menghargai 89, 94*, 100,

107, 161*

127, 138*,

149, 156 9

6 Empati 90*, 95*, 101,

108, 109

128, 141,

150* 8

Intellectual Stimulation

1 Menularkan keberanian untuk mengambil resiko

110, 115, 118*, 119*, 121*

130*, 140*,

152* 8

2 Mendorong kreatifitas dalam penyelesaian masalah

111, 114*, 117, 120*, 122*

131*, 143*,

153, 158 9

Inspirational Motivation

1 Memberikan dorongan semangat 129, 139, 151, 163*

160, 166*,

171, 174* 8

2 Menjadi inspirasi bagi anggota 132*, 142*, 154, 165

162, 167,

172, 176* 8

3 Mampu menularkan antusias 135*, 144, 159, 168

164*, 169,

177, 179* 8

Idealized Influence

1 Teladan 170, 173, 175*,

178

181, 184*,

187*, 196 8

2 Kebijaksanaan 186, 189*, 195*,

198

182, 188*,

190, 193 8

3 Kepercayaan Anggota 180*, 183*,

191*, 192

185, 194*,

197 7

Total 113

(47)

3.4.2. Teknik Uji Instrumen Penelitian

Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu dilakukan uji instrumen

(try out) kepada 50 orang pengurus LDK yang kemudian tidak diikut sertakan

dalam penelitian sesungguhnya.

Uji instrumen ini dilakukan 8, 9, dan 10 maret 2010. Adapun tujuan dari

dilakukan uji instrument ini adalah :

a. Mengetahui berapa lama waktu yang diperlukan responden dalam

menyelesaikan instrumen.

b. Mengetahui pemahaman responden terhadap item-item yang diterima.

c. Mengetahui tingkat validitas instrumen, dimana skor tiap item akan

dikorelasikan dengan skor total.

Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan tehnik uji validitas dengan

rumus korelasi person’s product moment sebagai berikut :

r

xy

= N

Σ

XY – (

Σ

X)(

Σ

Y)

[N

Σ

X

2

– (

Σ

X)

2

] [N

Σ

Y

2

– (

Σ

Y)

2

]

Keterangan :

r

xy = Koefisien korelasi variabel X dengan variabel Y

Σ

XY = Jumlah hasil perkalian skor X dan skor Y

Σ

X

= Jumlah skor item

Σ

Y

= Jumlah skor total
(48)

Dari hasil uji instrumen kepada 50 pengurus LDK, diperoleh nilai r tabel

sebesar 0,291. Item-item yang memiliki korelasi signifikan atau > 0,291 dipilih

sebagai item dalam skala kinerja dan kepemimpinan transformasional.

Berdasarkan hasil analisis statistik terhadap 83 item skala kinerja, diperoleh

50 item yang tidak valid, sehingga tersisa 33 item yang valid (tabel 3.1).

Sedangkan hasil analisis statistik terhadap 113 item skala kepemimpinan

transformasional diperoleh 45 item yang tidak valid, sehingga tersisa 68 item

yang valid (Tabel 3.2).

d. Mengetahui tingkat reliabilitas instrumen yang digunakan

Uji reliabilitas dimaksudkan untuk melihat sejauh mana hasil suatu

pengukuran dapat dipercaya dan konsisten dalam memberikan penilaian atas

apa yang diukur. Metode pengujian reabilitas pada instrumen yang digunakan

adalah dengan metode internal consistency yang berhubungan dengan

konsistensi dari masing-masing pernyataan pada satu tes (Arikunto,2006).

Pengujian terhadap metode internal consistency adalah dengan

menggunakan Cronbach’s alpha yang dalam pengolahannya menggunakan

SPSS versi 11.5.

Untuk mengetahui tingkat reliabilitas skala kepemimpinan transformasional

(49)
[image:49.612.130.536.89.235.2]

Tabel 3. 3

Kaidah Reliabilitas Guilford

Kriteria Koefisiensi Reliabilitas

Sangat reliabel Reliabel Cukup reliabel Kurang reliabel

Tidak reliabel

>0,9 0,7 – 0,9 0,4 – 0,7 0,2 – 0,4

<0,2

Dari hasil uji reliabilitas skala kepemimpinan transformasional dengan

menggunakan rumus Cronbach’s alpha diperoleh koefisien reliabilitas

sebesar 0,9540. Kemudian setelah dibandingkan dengan kaidah reliabilitas

dari Guilford, diketahui bahwa 0,9540 > 0,9 yang berarti bahwa skala

kepemimpinan transformasional pada penelitian ini termasuk dalam kriteria

sangat reliabel.

Sedangkan hasil perhitungan reliabilitas terhadap skala kinerja, dengan

menggunakan rumus Cronbach’s alpha diperoleh koefisien reliabilitas

sebesar 0,8965. Kemudian setelah dibandingkan dengan kaidah reabilitas

dari Guilford, diketahui bahwa 0,9 > 0,8965 > 0,7 yang berarti bahwa skala

kinerja pada penelitian ini termasuk dalam kriteria reliabel.

3.5. Teknik Analisis Data

Data yang telah diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan

tehnik statistik sesuai dengan pertanyaan penelitian yang diajukan pada bab

(50)

a. Untuk mengetahui gambaran umum responden digunakan tehnik

statistik deskriptif seperti mencari frekuensi dan rata-rata (mean).

b. Untuk mengetahui hubungan antara variable manajeman

kepemimpinan dan keanggotaan dengan variable kinerja pengurus

LDK digunakan koefisien korelasi Pearson’s product moment yang

bertujuan untuk mengetahui derajat signifikansi hubungan antara

kedua variable tersebut. Dalam pengolahan data digunakan program

SPSS versi 11.5 guna membantu proses penghitungan.

c. Untuk mengetahui seberapa besar hubungan dari tiap indikator

kepemimpinan transformasional dengan kinerja pengurus LDK

menggunakan regresi linear berganda (analisis satu jalur). Dalam

pengolahan data digunakan program SPSS versi 11.5 guna membantu

proses penghitungan.

3.6.

Prosedur Penelitian

secara garis besar penelitian ini dilakukan dalam empat tahapan, yaitu :

a. Persiapan penelitian

Dimulai dengan perumusan masalah, kemudian peneliti menentukan

variable yang akan diteliti, yaitu kepemimpinan transformasional dan

kinerja organisasi Lembaga Dakwah Kampus UIN. Setelah itu

(51)

teori yang tepat mengenai variabel penelitian. Selanjutnya dilakukan

penyusunan alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian, yaitu

skala kinerja. Langkah selanjutnya adalah menentukan lokasi

penelitian, yaitu bertempat di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Pengujian alat ukur (try out)

Sebelum penelitian ini dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan uji

instrumen kepada 50 orang pengurus LDK yang kemudian tidak

diikutsertakan dalam penelitian sesungguhnya.

c. Pelaksanaan penelitian

Penelitian ini akan melibatkan 53 Responden dari jumlah populasi

sebanyak 350 orang pengurus LDK Syarif Hidayatullah Jakarta.

d. Pengolahan data

Setelah mengumpulkan data, dilakukan pengkodean dan skoring

terhadap hasil skala yang telah diisi oleh responden. Kemudian

dilakukan penghitungan dan memasukkan data yang diperoleh pada

komputer. Selanjutnya dilakukan analisis dengan menggunakan

metode statistik melalui komputer dengan bantuan program SPSS

versi 11.5 . langkah terakhir adalah membuat kesimpulan dan laporan

(52)

PRESENTASI DAN ANALISIS DATA

Pada bab ini akan diuraikan hasil pengolahan data yang diambil pada

penelitian, gambaran umum serta hasil penelitian yang telah dilaksanakan.

4.1

.

Gambaran Umum Responden

Penelitian ini dilakukan di Lembaga Dakwah Kampus Syarif Hidayatullah

(LDK SYAHID) Jakarta. LDK Syahid adalah salah satu Unit Kegiatan

Mahasiswa (UKM) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang bergerak dari

latar belakang kesadaran akan perubahan dan menjunjung tinggi nilai

keislaman serta bertujuan untuk menciptakan masyarakat kampus yang

islami. Hal tersebut menjadi alasan mendasar mengapa LDK harus berdiri di

kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian dilakukan pada tanggal 23 Maret sampai 25 Maret 2010 dengan

melibatkan 53 orang pengurus LDK Syahid yang terdiri dari 16 orang laki-laki

(30,19%) dan 37 orang perempuan (69,81%).

(53)
[image:53.612.114.533.127.229.2]

Tabel 4.1

Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Sampel Jumlah Presentase

Laki-laki 16 30,19%

Perempuan 37 69,81%

Total 53 100%

Dari sebaran data responden di atas terlihat bahwa jumlah pengurus

perempuan lebih banyak (69,81%) daripada jumlah pengurus laki-laki

(30,19%). Hal ini dikarenakan jumlah pengurus LDK memiliki perbandingan

antara laki-laki dan perempuan sebesar 4 : 9, sehingga jumlah pengurus

perempuan lebih banyak daripada jumlah pengurus laki-laki.

Sedangkan jika dilihat dari semester responden, data dapat dilihat pada table

dibawah ini :

Tabel 4.2

Jumlah Responden Berdasarkan Semester

Semester Jumlah Presentase

4 32 60,38%

6 11 20,75%

8 10 18,87%

Total 53 100%

Dari table diatas, responden terbanyak adalah mereka yang masih duduk di

[image:53.612.108.534.322.601.2]
(54)

responden paling sedikit adalah mereka yang duduk di semester delapan (10

orang).

[image:54.612.111.531.188.530.2]

Adapun dilihat dari lama keaktifan responden di LDK, data dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 4.3

Jumlah Responden Berdasarkan Lama Aktif di LDK

Lama Aktif Jumlah Presentase

2 Tahun 38 71,7%

3 Tahun 10 18,87%

4 Tahun 5 9,43%

Total 53 100%

Dari table di atas, responden terbanyak adalah mereka yang telah aktif di

LDK selama dua tahun yaitu sebanyak 38 orang (71,7%), kemudian yang

terbanyak kedua adalah yang telah aktif di LDK selama tiga tahun, yaitu

sebanyak 10 orang (18,87%), dan yang paling sedikit adalah mereka yang

telah empat tahun aktif di LDK, yaitu sebanyak 5 orang (9,43%). Dari sebaran

data, terlihat bahwa responden terbanyak adalah mereka yang telah lama

aktif di LDK selama dua tahun. Dengan kata lain, kebanyakan dari mereka

masih duduk di semester empat. Hal ini diasumsikan karena untuk menjadi

pengurus LDK mereka harus aktif dalam kegiatan LDK minimal satu tahun.

(55)

tahun, dengan kata lain mereka yang duduk di semester enam dan delapan

tergolong sedikit. Hal ini diasumsikan karena mereka memiliki orientasi yang

besar pada kuliahnya masing-masing, sehingga jumlah respondennya lebih

sedikit.

4.2. Presentasi Data

Berikut akan dijelaskan mengenai presentasi data penelitian :

4.2.1. Deskripsi Statistik

Berikut akan diuraikan deskripsi hasil perhitungan statistik skor subjek

penelitian yang dibantu dengan penyajian dalam bentuk tabel sebagai

berikut:

[image:55.612.114.520.185.566.2]

Tabel 4.4

Statistik Deskriptif Skor Kepemimpinan Transformasional dan Kinerja

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Kepemimpinan

Transformasional 53 154.00 240.00 194.3396 17.25258

Kinerja pengurus 53 84.00 119.00 99.9811 7.59932

Valid N (listwise) 53

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah subjek penelitian berjumlah

53 orang, dengan skor kepemimpinan yang terendah adalah 154 dan skor

(56)

dan skor yang tertinggi adalah 119. adapun nilai mean (rata-rata) untuk

kepemimpinan transformasional adalah 194 dan untuk kinerja adalah 99.

4.2.2. Kategorisasi Skor Penelitian

Untuk mengetahui kategori skor kinerja yang diperoleh responden itu tinggi

atau rendah, maka disajikan norma skor pada kedua variabel. Skala kinerja

dan skala kepemimpinan transformasional dibuat dengan empat kategori

jawaban (1,2,3,4).

Dengan demikian, perhitungannya adalah dengan mengalikan kategori skor

jawaban tertinggi (4) dan terendah (1) dengan banyaknya item (34).

Kemudian hasil perhitungan skor tertinggi (4 x 34 = 136) dikurangi dengan

skor terendah (1 x 34 = 34), lalu dibagi dengan banyaknya kategori yang

akan dicari (3 kategori). Hasilnya adalah rentangan untuk menentukan norma

(34)

Berdasarkan hasil perhitungan kategori di atas, maka dapat ditentukan norma

(57)
[image:57.612.179.452.81.236.2]

Tabel 4.5

Norma Kategori Kinerja

Norma Kategori 34 – 68

69 – 103 104 – 138

Rendah Sedang Tinggi

Dari ketentuan norma di atas, maka dapat ditentukan bahwa responden yang

memiliki skor antara 34 – 68 termasuk dalam kategori kinerja yang rendah,

skor 69 – 103 termasuk dalam kategori kinerja sedang. Sedangkan

responden yang memiliki skor antara 104 – 138 termasuk dalam kategori

kinerja yang tinggi.

Setelah mengetahui norma, maka dari hasil perhitungan dapat diketahui

jumlah responden yang memiliki kinerja rendah atau tinggi. Data tersebut

disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.6

Komposisi Responden Berdasarkan Pengkategorian Skor

variabel Kategori Frekuensi Persentase

Kinerja Rendah Sedang

Tinggi

- 38 15

0 % 71.69% 28.30%

[image:57.612.106.533.276.636.2]
(58)

Dari data di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 71,69 % atau 38

responden berada pada kategori kinerja yang sedang, sedangkan responden

sebanyak 28,30% atau 15 orang berada pada kategori kinerja yang tinggi,

dan tidak ada responden yang memiliki kinerja rendah.

Adapun untuk perhitungan kategori skor kepemimpinan transformasional

adalah dengan mengalikan kategori skor jawaban tertinggi (4) dan terendah

(1) dengan banyaknya item (68). Kemudian hasil perhitungan skor tertinggi (4

x 68 = 272) dikurangi dengan skor terendah (1 x 68 = 68), lalu dibagi dengan

banyaknya kategori yang akan dicari (3 kategori). Hasilnya adalah batas

rentangan untuk menentukan norma (68).

Berdasarkan hasil perhitungan kategori di atas, maka dapat ditentukan norma

[image:58.612.115.518.280.575.2]

kategori kepemimpinan transformasional sebagai berikut:

Tabel 4.7

Norma Kategori Kepemimpinan Transformasional Norma Kategori 68 – 136

137 – 205 206 – 272

Buruk Sedang

Baik

Dari ketentuan norma di atas, maka dapat ditentukan bahwa responden yang

memiliki skor antara 68 – 136 termasuk dalam kategori kepemimpinan

(59)

antara 137 – 205 termasuk dalam kategori kepemimpinan trnsformasional

yang sedang, dan responden yang memiliki skor antara 206 – 272 termasuk

dalam kategori kepemimpinan transformasional yang baik.

Setelah mengetahui norma, maka dari hasil perhitungan dapat diketahui

jumlah responden yang menilai kepemimpinan transformasional yang baik,

[image:59.612.110.531.245.562.2]

sedang atau buruk. Data tersebut disajikan pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.8

Komposisi Responden Berdasarkan Pengkategorian Skor

Variabel Kategori Frekuensi Persentase

Kepemimpinan Transformasional

Buruk Sedang Baik

- 44

9

0 % 83,02 % 16,98 %

Total 53 100 %

Dari data di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 83,02 % atau 44

responden menilai kepemimpinan transformasional yang diterapkan dalam

kategori sedang, sedangkan responden sebanyak 16,98 % atau 9 orang

(60)

4.2.3. Uji Persyaratan

Berikut adalah perhitungan hasil uji persyaratan dari penelitian :

4.2.3.1. Uji Normalitas

Untuk mengetahui kepastian sebaran data yang diperoleh apakah mendekati

distribusi normal atau tidak, maka dilakukan uji normalitas terhadap data

penelitian. Adapun untuk uji normalitas dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan uji one sample Kolmogorov Smirnov. Berikut tabel hasil

[image:60.612.115.513.243.566.2]

perhitungannya :

Tabel 4.9

Hasil Perhitungan Uji Normalitas Skala Kepemimpinan Transformasional

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Kepemimpinan

Transformasional

N 53

Normal Parameters(a,b) Mean 194.3396

Std. Deviation 17.25258

Most Extreme Differences Absolute .171

Positive .171

Negative -.144

Kolmogorov-Smirnov Z 1.243

Asymp. Sig. (2-tailed) .091

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil uji normalitas pada skala

kepemimpinan transformasional terdapat signifikansi sebesar 0.091 pada

taraf signifikansi 5% atau 0,05. Oleh karena nilai signifikansi berada di atas

(61)

kepemimpinan berdistribusi normal. Berikut adalah gambaran diagram

[image:61.612.112.517.130.559.2]

scatterplot skala kepemimpinan transformasional :

Gambar 4.1

Diagram Scatterplot Skala Kepemimpinan Transformasional Normal Q-Q Plot of KEP.TRAN

Observed Value

260 240

220 200

180 160

140

E

x

pect

ed N

or

m

al

V

al

ue

240

220

200

180

160

140

Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa sebaran data variabel

kepemimpinan transformasional menyebar di sekitar garis uji dan

menunjukkan gejala dari kiri bawah mengarah ke kanan atas, sehingga dapat

dikatakan bahwa sebaran data berdistribusi normal.

Adapun untuk hasil perhitungan uji normalitas pada skala kinerja dapat dilihat

(62)
[image:62.612.118.517.149.344.2]

Tabel 4.10

Hasil Perhitungan Uji Normalitas Skala Kinerja

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

KINERJA

N 53

Mean 99.9811

Normal Parameters(a,b)

Std. Deviation 7.59932

Absolute .084

Positive .084

Most Extreme Differences

Negative -.062

Kolmogorov-Smirnov Z .611

Asymp. Sig. (2-tailed) .850

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil uji normalitas pada skala kinerja

terdapat signifikansi sebesar 0,850 pada taraf signifikansi 5% atau 0,05. Oleh

karena nilai signifikansi berada di atas taraf signifikansi (0,850 > 0,05),

sehingga dapat dikatakan bahwa skala kinerja berdistribusi normal. Berikut ini

adalah gambaran diagram scatterplot skala kinerja :

[image:62.612.115.512.366.672.2]

Gambar 4.2

Diagram Scatterplot

Gambar

Gambar 4.2. Diagram Scatterplot Skala Kinerja ........................................
Gambaran dari pemaparan dapat dijelaskan dengan bagan di bawah
Table 3.1 Blue print skala Kinerja
Table 3.2 Blue print skala kepemimpinan transformasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

Panitia Pengadaan Barang/Jasa Satuan Kerja Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Aceh Tamiang Sumber Dana APBK Aceh Tamiang Tahun Anggaran 2011 mengundang Penyedia

Perputaran piutang secara langsung tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (Studi Kasus pada Perusahaan Pembiayaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan dan melimpahkan segala karunia, nikmat dan rahmat-Nya yang tak terhingga kepada penulis,

Tabel 4.28 Perubahan Tabel Transportasi Akibat Variabel x 12 Dijadikan Basic Variable – Iterasi 2

Makcik kamu ingin belikan buku untuk kamu.Beliau meminta kamu memilih buku yang kamu suka?. Tulis mesej bersama tiga sebab mengapa kamu memilih

(1) Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan minat belajar IPA materi Struktur Bumi dan Matahari pada siswa kelas V SD Negeri Pesayangan 01 antara pembelajaran