• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 Kajian Pustaka

2.2 Citra Diri

2.2.1 Pengertian Citra Diri

Citra diri dalam bahasa Inggris disebut self image. Citra menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000) adalah rupa atau gambaran. Sehingga citra diri adalah gambaran mengenai diri individu. Sedangkan berdasarkan kamus psikologi seli image atau gambaran diri adalah jatidiri seperti yang digambarkan atau yang dibayangkan (Chaplin, 2006).

Atwater & Duffy (1999) mendefinisikan citra diri atau self image, yaitu:

The way I see Myself

Selain pengertian diatas Maltz (1994) juga memberikan pengertian mengenai citra diri, yaitu konsep yang dimiliki individu atas pilihannya sebagai individu sendiri. Ini merupakan produk dari pengalaman masa lalu, kesuksesan dan kegagalan, penghinaan dan penghargaan, dan reaksi orang lain terhadap diri individu (Maltz, 1994). Di samping itu Burn (1993) memberikan definisi dari citra diri yaitu apa yang dilihat seseorang ketika dia melihat dirinya sendiri. Sedangkan Brown (1998) menggunakan istilah self knowledge yang memiliki arti sama dengan citra diri yang dikemukakan oleh tokoh lain yaitu sebagai apa yang ingin individu pikirkan tentang dirinya.

Menurut Mappiere (2010) terdapat kesamaan arti pada istilah self image

(citra diri) maupun self concept. Kedua istilah ini menurut Mappiare (2010) menunjuk pada pandangan atau pengertian seseorang terhadap dirinya sendiri. Baron & Byrne (1991) mengungkapkan bahwa hanya orang-orang yang menurut individu memiliki reaksi dan evaluasi yang penting yang dapat mempengaruhi

konsepsi individu terhadap dirinya. Orang-orang penting tersebut antara lain, teman dekat, orang tua, anggota keluarga, serta guru. Sehingga dapat disimpulkan citra diri merupakan gambaran mengenai diri individu yang terlihat (dibayangkan) sendiri oleh individu, atau juga diri yang ingin dibayangkan oleh individu yang dapat dipengaruhi oleh orang lain.

2.2.2 Aspek-aspek Citra Diri

Berkaitan dengan proses mencapai kesimpulan akan adanya citra diri, Brown (1998) mengungkapkan bahwa ada tiga aspek dalam pengetahuan akan diri sendiri yaitu:

a. Dunia fisik (physical world)

Realitas fisik dapat memberikan suatu arti yang mana kita dapat belajar mengenai diri kita sendiri. Sumber pengetahuan dari dunia fisikal memberikan pengetahuan diri sendiri. Akan tetapi pengetahuan dari dunia fisik terbatas pada atribut yang bisa diukur dengan yang mudah terlihat dan bersifat subjektif dan kurang bermakna jika tidak dibandingkan dengan individu lainnya.

b. Dunia Sosial (social world)

Sumber masukan untuk mencapai pemahaman akan citra diri adalah masukan dari lingkungan sosial individu. Proses pencapaian pemahaman diri melalui lingkungan sosial tersebut ada dua macam, yiatu:

(1) Perbandingan Sosial (social comparison)

Serupa dengan dunia fisik, dunia sosial juga membantu memberi gambaran diri melalui perbandingan dengan orang lain. Pada umumnya individu memang cenderung membandingkan dengan individu lain yang dianggap sama dengannya untuk memeperoleh gambaran yang menurut mereka adil. Akan tetapi tidak jarang individu membandingkan dirinya dengan individu yang lebih baik (disebut upward comparison) atau yang lebih buruk (downward comparison) sesuai dengan tujuan mereka masing-masing.

(2) Penilaian yang tercerminkan (reflected apraisal)

Pengetahuan akan diri individu tercapai dengan cara melihat tanggapan orang lain terhadap perilaku individu. Misalnya jika individu melontarkan gurauan dan individu lain tertawa, hal tersebut dapat menjadi sumber untuk mengetahui bawa individu lucu.

c. Dunia dalam/ psikologis (inner/ psychologycal world)

Sedangkan untuk sumber berupa penilaian dari dalam diri individu, ada tiga hal yang dapat mempengaruhi pencapaian pemahaman akan citra diri individu, yaitu:

(1) Instrospeksi (introspection)

Introspeksi dilakukan agar individu melihat kepada dirinya untuk mencari hal-hal yang menunjang dirinya. Misalnya seseorang yang merasa dirinya pandai, bila berintrospeksi akan melihat berbagai kejadian dalam hidupnya, misalnya bagaimana dirinya menyelesaikan masalah, menjawab pertanyaan, dan sebagainya.

(2) Proses mempersepsi diri (self perception process)

Proses ini memiliki kesamaan dengan intropeksi, namun bedanya adalah bahwa proses mempersepsi diri dilakukan dengan melihat kembali dan menyimpulkan seperti apa dirinya setelah mengingat-ingat ada tidaknya atribut yang dicarinya di dalam kejadian-kejadian di hidupnya. Sedangkan introspeksi dilakukan sebaliknya.

(3) Atribusi kausal (causal attributions)

Cara ini dilakukan dengan mencari tahu alasan dibalik perilaku. Weiner (dalam Brown, 1998) mengatakan bahwa atribusi kausal adalah dimana individu menjawab pertanyaan mengapa dalam melakukan berbagai hal dalam hidupnya. Atribusi kausal ini juga dapat dilakukan kepada perilaku orang lain yang berhubungan dengan individu. Dengan mengetahui apa alasan orang lain melakukan suatu perbuatan yang berhubungan dengan individu, sehingga individu tahu bagaimana gambaran diri sebenarnya. Atribusi yang dibuat mempengaruhi pandangan individu terhadap dirinya.

2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Citra Diri

Proses mencari tahu bagaimana citra diri individu menentukan citra diri individu tersebut positif atau negatif. Jika prosesnya ternyata positif, terdapat faktor yang mendorongnya untuk tetap seperti itu. Brown (1998) mengungkapkan faktor-faktor tersebut adalah:

1. Faktor Perilaku

a. Perhatian selektif (selective attention) terhadap masukan yang mendukung citra diri individu. Individu cenderung memilah-milah, masukan mana yang ingin diperhatikanya.

b. Melumpuhkan diri sendiri

Individu memunculkan sendiri perilaku tertentu yang mengeluarkan kekurangannya.

d. Pemilihan tugas yang memperlihatkan usaha positif. Individu cenderung lebih melihat masukan yang bersifat menunjukkan kelebihan mereka, daripada kemampuan mereka sebenarnya (kemampuan yang kurang baik). e. Bukti yang memperjelas perilaku mencari info strategis.

Individu cenderung menghindari situasi dimana kekurangannya dapat terlihat dan individu cenderug mencari masukan untuk hal yang mudah diperbaiki dari hasil kemampuan mereka.

2. Faktor Sosial

a. Interaksi Selektif

Individu bisa memilih dengan siapa ia ingin bergaul. b. Perbandingan Sosial yang bias

Individu cenderung mebandingkan dirinya dengan orang lain yang menurutnya lebih rendah kemampuanya daripada dirinya.

2.3 Remaja

2.3.1 Pengertian Remaja

Remaja berasal dari kata latin “adolescere” yang berarti tumbuh atau berkembang kearah kematangan. Dalam periode ini, seseorang akan mengalami kematangan fisik sebagai hasil dari munculnya hormon pubertas, tetapi terutama kematangan sosial dan psikologis (Sarlito, 2003). Santrock (2003) menjelaskan bahwa remaja adalah masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang mencakup perubahan biologis, psikologis, dan kognitif dan sosial-emosional.

World Health Organization (WHO) memberikan definisi tentang remaja

yang lebih konseptual (dalam Sarlito, 2001). Dalam definisi tersebut dikemukakan 3 kriteria biologis, psikologis, dan sosial ekonomi, yaitu:

1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.

2. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.

3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

Batasan remaja menurut WHO (dalam Sarlito, 2001) terbagi dalam dua bagian yaitu remaja awal 10-14 tahun, dan remaja akhir 15-20 tahun. Begitupula dengan. Sedangkan Santrock (2003) menyebutkan remaja akhir berakhir pada usia 18-22 tahun. Papalia dan Olds (2008) menjelaskan bahwa remaja adalah

seseorang yang mengalami pubertas, dengan batas usia 11 atau 12 tahun sampai berusia 21 tahun atau tahap remaja akhir.

Namun di Indonesia sendiri sulit menentukan kapan masa remaja itu berakhir, karena pada umumnya di Indonesia individu dikatakan meninggalkan masa remaja bila individu tersebut telah memasuki dunia orang dewasa dengan segala tanggung jawabnya, misalnya setelah menempuh pendidikan lalu bekerja atau menikah. Namun lamanya pendidikan setiap individu pasti berbeda-beda. Oleh karena itu sulit untuk menentukan kapan individu meninggalkan masa remajanya.

Sarlito (2001) menyebutkan pada tahap remaja akhir (late adolescence) dimana tahap ini merupakan tahap konsolidasi menuju periode dewasa yang ditandai dengan pencapaian 5 hal, yaitu:

a. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.

b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu degan orang-orang lain dalam pengalaman-pengalaman baru.

c. Terbentuknya identits seksual yang tidak akan berubah lagi.

d. Egosentris (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.

e. Tumbuh pembatas yang memisahkan diri pribadi (private self) dan masyarakat umum (the public)

Sedangkan tugas perkembangan remaja menurut Havighurst ( dalam Willis, 2005) antara lain :

1. memperluas hubungan antara pribadi dan berkomunikasi secara lebih dewasa dengan kawan sebaya, baik laki-laki maupun perempuan

2. memperoleh peranan sosial

3. menerima kebutuhannya dan menggunakannya dengan efektif

4. memperoleh kebebasan emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya 5. mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri sendiri 6. memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan

7. mempersiapkan diri dalam pembentukan keluarga 8. membentuk sistem nilai, moralitas dan falsafah hidup

2.3.2 Perkembangan Psikososial Remaja

Selain perubahan bentuk tubuh, perubahan yang berlangsung pada remaja meliputi perubahan minat. Minat pada remaja dapat tergantung pada jenis kelamin, kecerdasan mereka, lingkungan, apa yang teman sebaya mereka senangi, staus dalam kelompok meraka, dan banyak faktor lain (Hurlock, 1980). Hurlock (1980) juga mengatakan bahwa minat pribadi merupakan minat yang cenderung terkuat dimiliki oleh remaja. Disebutkan dalam Hurlock (1980) bahwa yang termasuk kedalam minat pribadi yang dimiliki remaja adalah minat pada penampilan diri,pakaian, prestasi, kemandirian, dan uang. Kecenderungan kuatnya minat pribadi yang dimiliki remaja dapat disebabkan oleh kesadaran remaja bahwa dukungan sosial sangat dipengaruhi oleh penampilan diri dan juga penilaian kelompok sosial berdasarkan benda yang dimiliki, kemandirian, sekolah, keanggotaan sosial, serta banyaknya uang yang dibelanjakan oleh remaja. Oleh

karena itu perkembangan psikosoial yang utama pada remaja adalah mendapatkan dukungan sosial atas minat pribadinya.

2.4 Facebook

Facebook merupakan salah satu situs jejaring sosial. Situs jejaring sosial itu

adalah penggunaan sebuah website untuk menghubungkan orang-orang yang memiliki kesamaan minat personal atau profesional, tempat tinggal, pendidikan sekolah tertentu, dan lainnya (Kurniali, 2009). Facebook adalah sebuah situs jaringan sosial yang didirikan oleh Mark Zuckerberg pada tanggal 4 Februari 2004 (Kurniali, 2009). Pada awalnya, Facebook disebut The facebook yang penggunanya hanya terbatas untuk kalangan mahasiswa Universitas Harvard. Kemudian the facebook berganti nama menjadi Facebook pada oktober 2004. Namun setelah beberapa waktu, pengguna Facebook tidak hanya mahasiswa tetapi juga masyarakat umum.

Pada Facebokk terdapat halaman profil. Halaman profil berisi segala informasi tentang pengguna tersebut yang dapat dilihat teman dan orang lain yang berada dijaringannya (Kurniali, 2009). Tampilan profil pada situs Facebook

seseorang terdiri dari:

(1) info (informasi diri dasar seperti tanggal lahir, domisili tempat tinggal, minat,organisasi atau tempat bekerja);

(2) photos (tampilan foto-foto yang ditampilkan oleh pengguna).

(3) wall (pengungkapan status secara keseluruhan, comment dari

teman,pengungkapan pemikiran ataupun perasaan);

(4) notes (catatan atau tulisan mengenai berbagai macam topik);

(5) friends (daftar teman yang juga merupakan pengguna Facebook);

(6) status (keadaan saat ini, dapat juga berupa pengungkapan pemikiran dan

perasaan, serta keberadaan seorang pengguna Facebook).

Dari berbagai macam aplikasi yang diberikan oleh Facebook yang menjadi fokus utama penelitian ini adalah aplikasi foto profil. Foto profil terletak pada halaman profil Facebook yang berfungsi untuk menunjukkan identitas pengguna

Facebook. Pengguna dapat menampilkan foto tersebut sesuai dengan keinginan

pribadinya.

Dokumen terkait