BAB 2 Kajian Pustaka
2.1 Harga Diri
2.1.1 Pengertian Harga Diri
Harga diri atau yang dalam bahasa Inggris biasa disebut dengan self esteem. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000) harga diri memiliki pengertian kesadaran akan berapa besar nilai yang diberikan pada diri sendiri. Chaplin (2006) menyamakan istilah self esteem dengan self evaluation yaitu suatu penilaian aau pertimbangan yang dibuat seseorang mengenai diri sendiri.
Coopersmith (dalam Burn, 1993) mengemukakan definisi harga diri sebagai berikut :
“Harga diri merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan memandang dirinya, terutama sikap menerima, menolak, dan indikasi besarnya kepercayaan individu terhadap
kemampuan, keberartian, kesuksesan, keberhargaan”.
Sedangkan Rosenberg (dalam Burn, 1993) mendefinisikan harga diri sebagai suatu sikap positif atau negatif terhadap suatu objek khusus, yaitu “diri”. Peterson et.all (1984) memberikan pengertian definisi dari harga diri sebagai perasaan secara keseluruhan atas kebermaknaan diri dan penerimaan diri. Perasaan harga diri menyatakan secara tidak langsung bahwa individu yang bersangkutan merasakan dia seorang yang berharga, menghargai dirinya sendiri
terhadap dirinya saat ini (baik sebagai apa dan siapa dia saat ini), tidak mencela dirinya terhadap apa yang tidak dilakukan dan tingkatan dimana dia merasa positif tentang dirinya sendiri. Perasaan harga diri yang rendah menyiratkan penolakan diri, penghinaan diri dan evaluasi diri yang negatif. Selain itu Minchinton (1993) juga mendefinisikan harga diri adalah harga yang kita tempatkan pada diri kita. Selanjutnya Minchinton (1993) memberikan penjelasan bahwa harga diri adalah penilaian dari keberhargaan diri sebagai manusia, berdasarkan pada setuju atau tidak setuju dari diri kita dan perilaku kita.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa harga diri menggambarkan evaluasi atas perasaan dan penilaian individu terhadap dirinya, kehidupannya dan hubungannya dengan orang lain. Harga diri tersebut mempunyai peran yang penting dan berpengaruh besar terhadap sikap dan perilaku individu.
2.1.1 Aspek-aspek Harga Diri
Harga diri terdiri dari berbagai aspek. Berikut merupakan aspek-aspek yang dikemukakan oleh berbagai tokoh. Minchinton (1993) menjabarkan tiga aspek dari harga diri, yaitu:
a. Perasaan mengenai diri sendiri.
- Menerima diri sendiri, yaitu individu dapat menerima dirinya secara nyata dan penuh, nyaman dengan keadaan dirinya, dan memiliki perasaan yang baik mengenai dirinya, apapun kondisi yang dihadapi. Individu memandang bahwa dirinya memiliki keunikan tersendiri
meskipub ada sifat-sifat, kemampuan, atau keterampilan yang tidak dimiliki.
- Memaafkan diri sendiri. Individu memiliki keyakinan mendalam bahwa mereka adalah penting dan berarti, walaupun bukan untuk orang lain, setidaknya untuk dirinya sendiri. Individu mengasihani dan memaafkan dirinya dari ketidaksempurnaan.
- Menghargai nilai pribadi. Individu tidak terpengaruh oleh pendapat orang lain. Tidak merasa lebih baik ketika dipuji atau lebih buruk ketika dkritik. Perasaannya tidak tepengaruh oleh kondidi eksternal atau pada hal yang akan atau yang telah dilakukannya.
- Mengendalikan emosi diri. Individu dengan harga diri tinggi memgang kendali atas emosinya sendiri. Sebaliknya, keadaan yang buruk dapat mempengaruhi perasaan individu dengan harga diri rendah, akibatnya suasana hatinyapun menurun. Tiap kali individu mengatakan sesuatu tentang dirinya, apakah teman, teman, guru, pimpinan, orangtua atau saudara kandung, ia akan menerima komentar tersebut begiu saja dan membiaran pikiran orang melumpuhkan kehidupannya. Komentar itu bisa berubah sesuatu yang negatif atau berlawanan dengan penilaiannya. Kemudian ia pun mulai mempercayai ucapan orang tersebut meskipun jauh di lubuk hatinya, itu tidak benar.
b. Perasaan terhadap hidup
- Menerima kenyataan. Perasaan terhadap hidup berarti menerima tanggung jawab atas setiap bagian hidup yang dijalaninya. Individu
dengan harga diri yang tinggi akan dengan lapang dada tidak menyalahkan keadaan hidup ini atas segala masalah yang dihadapinya. Ia sadar bahwa semuanya terjadi berkaitan dengan pilihan dan keputusan sendiri, bukan karena faktor eksternal. Individu yang memiliki harga diri yang tinggi akan membangun harapan ataupun cita-cita secara realistis sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Perasaan individu terhadap hidup juga menentukan apakah akan menganggap sebuah masalah adalah rintangan hebat atau kesempatan bagus untuk mengembangkan diri.
- Memegang kendali atas diri sendiri. Individu dengan harga diri tinggi juga tidak berusaha mengendalikan orang lain atau situasi yang ada. Sebaliknya individu dapat dengan mudah mengetahui waktu yang tepat untuk mengubah sikap dan menyesuaikan diri dengan keadaan.
c. Hubungan dengan orang lain.
- Menghargai orang lain. Individu dengan toleransi dan penghargaan yang sama terhadap semua orang yang berarti memiliki harga diri yang baik. Ia percaya bahwa setiap orang termasuk dirinya memiliki hak yang sama dan patut dihormati.
- Bijaksana dalam hubungan. Menerima keberadaan individulain, fleksibel, dan bertanggung jawab dalam hubungan.Individu dapat melihat semua orang adalah layak dan pantas; dan sama hormat. Individu dengan harga diri yang tinggi mampu memandang hubungannya dengan orang lain secara bijaksana.
Sedangkan Coopersmith (Burn, 1998) membagi harga diri kedalam empat aspek, yaitu:
a. Kekuasaan (power)
Kemampuan untuk mengatur dan mengontrol tingkah laku orang lain. Kemampuan ini ditandai adanya pengakuan dan rasa hormat yang diterima individu dari orang lain.
b. Keberartian (significance)
Adanya kepedulian, penilaian, dan afeksi yang diterima individu dari orang lain.
c. Kebajikan (virtue)
Ketaatan mengikuti standar moral dan etika, ditandai oleh ketaatan untuk menjauhi tingkah laku yang tidak diperbolehkan. d. Kemampuan (competence)
Sukses memenuhi tuntutan prestasi.
Flemming & Courtney (dalam Frey, 1994) juga mengemukakan bahwa harga diri pada remaja dibagi menjadi lima aspek, yaitu :
a. Perasaan ingin dihormati
Perasaan ingin diterima oleh orang lain, perasaan ingin dihargai, didukung, diperhatikan, dan merasa diri berguna.
b. Percaya diri dalam bersosialisasi
Merasa percaya diri, mudah bergaul dengan orang lain, baik baru dikenal maupun baru dikenal.
c. Kemampuan akademik
Sukses memenuhi tuntutan prestasi ditandai oleh keberhasilan individu dalam mengerjakan bermacam-macam tugas pekerjaan dengan baik dan benar.
d. Penampilan fisik
Kemampuan merasa diri punya kelebihan, merasa diri menarik, dan merasa percaya diri.
e. Kemampuan fisik
Mampu melakukan sesuatu dalam bentuk aktivitas, dapat berprestasi dalam hal kemampuan fisik
Dari berbagai aspek harga diri (self esteem) yang kemukakan oleh beberapa tokoh diatas teori utama yang dipakai dalam penelitian ini adalah aspek harga diri
(self esteem) yang dikemukakan oleh Minchinton (1993) yaitu perasaan terhadap
diri sendiri, perasaan terhadap hidup, dan hubungannya dengan orang lain. Aspek-aspek ini pulalah yang dijadikan dasar untuk membuat alat ukur dalam penelitian ini. Adapun alasan penggunaan teori Minchinton yang digunakan adalah kerena asek harga diri yang dikemukakan oleh Minchinton (1993) dapat mencakupi aspek-aspek yang dikemukakan oleh Coopersmith (dalam Burn, 1998) dan Flemming & Courtney (dalam Frey, 1994). Adapun penjelasannya sebagai berikut:
a. Aspek perasaan terhadap diri sendiri dalam teori Minchinton (1993) meliputi aspek kemampuan pada teori Coopersmith dan aspek penampilan
fisik, kemampuan fisik pada teori Flemming & Courtney yang dijelaskan pada indikator menerima diri sendiri, bahwa individu dapat menghargai setiap potensi yang dimiliki tanpa pernah mengeluh (Minchinton, 1993). b. Aspek perasaan terhadap hidup dalam teori Minchinton meliputi aspek
kebajikan pada teori Coopersmith yang dijelaskan pada indikator memegang kendali ats diri sendiri, bahwa individu dapat dengan mudah menyesuaikan diri dengan keadaan (Minchinton,1993). Sedangkan pada teori Flemming & Courtney tidak ada yang masuk dalam aspek ini.
c. Aspek hubungan dengan orang lain dalam teori Minchinton meliputi aspek kekuasaan dan keberartian pada teori Coopersmith dan aspek perasaan ingin dihormati dan percaya diri dalam sosialisasi pada teori Flemming dan Courtney yang dijelaskan pada aspek bijaksana dalam hubungan bahwa individu mampu memandang hubungannya dengan orang lain secara bijaksana (Minchinton, 1993).
2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Diri
Ada berbagai faktor yang mempengaruhi harga diri individu yang dikemukakan oleh para ahli (Rosenberg dan Simmons dalam Steinberg, 1999; Steinberg,1999; Atweter & Duffy, 1999; Rice, 1993; Clark dan Brown dalam Rice, 1993; Luthfi, dkk, 2009) adalah sebagai berikut:
a. Jenis Kelamin
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa remaja putri memiliki harga diri yang rendah dibandingkan dengan remaja putra. Harga diri remaja
putri rendah, tingkat kesadaran mereka tinggi dan citra diri mereka mudah terganggu dibandingkan dengan remaja putra (Rosenberg& Simmons dalam Steinberg, 1999). Hal ini dikarenkan remaja putri peduli dengan harga dirinya agar dapat diterima dengan kelompoknya (Steinberg, 1999). b. Kelas Sosial
Studi juga menunjukkan bahwa seorang remaja itu kelas sosial merupakan faktor penentu penting harga diri, terutama sebagai individu bergerak ke tengah dan kemudian remaja. secara umum, remaja pada kelas menengah memiliki harga diri yang lebih tinggi daripada remaja yang kurang mampu. dan perbedaan ini tumbuh lebih besar selama masa remaja (Steinberg, 1999). Demo & Sevin-Williams (dalam Steinberg, 1999) mengatakan hal ini dapat terjadi dikarenakan bahwa remaja kelas menengah lebih baik di sekolah dibandingkan dengan individu seusia mereka yang kurang mampu, hal ini menyebabkan mereka memiliki harga diri yang tinggi.
c. Orang tua
Orang tua juga dapat memberikan pengaruh pada tingkat harga diri individu. Orang tua adalah sumber yang sangat mempengaruhi kualitas harga diri (self esteem) anak-anaknya (Luthfi, dkk, 2009). Dengan maksud-maksud yang baik banyak orang tua yang penuh perhatian dan kasih sayang sebenarnya justru merusak self esteem anak-anaknya. Dngan begitu dapat disimpulkan pola asuh orang tua dapat mempengaruh terhadap harga diri anak.